BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Proses Produksi
Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam
memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu
yang lama, misalnya dalam pembuatan gedung pencakar langit, pembuatan
pesawat terbang, dan pembuatan kapal serta lain-lainnya. Dalam proses
produksi membutuhkan waktu yang berbeda-beda ada yang sebentar,
misalnya pembuatan kain, pembuatan televisi, dan lain-lain. Tetapi, ada juga
proses produksi yang dapat dinikmati langsung hasilnya oleh konsumen,
misalnya pentas hiburan, pijat dan produksi lain-lainnya. Sedangkan
pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakan atau menambah
nilai guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan oleh
orang atau badan (produsen). Orang atau badan yang melakukan kegiatan
produksi dikenal dengan sebutan produsen. Sedangkan barang atau jasa yang
dihasilkan dari melakukan kegiatan produksi disebut dengan produk. Istilah
Produksi berasal dari bahasa inggris to produce yang berarti menghasilkan.
2.2. Prinsip Kerja Mesin
Mula-mula motor listrik dihidupkan pada putaran kerjanya. Putaran
dari motor listrik kemudian diteruskan ke pulley dan sabuk kemudian
diteruskan ke puli yang terhubung ke poros conveyor. Akibat perbandingan
pulley motor dengan pulley poros menjadikan putaran dari motor listrik
menjadi lebih lambat. Kemudian putaran poros screw conveyor yang akan
memadatkan bahan yang masuk kedalam tabung screw convenyor kemudian
bahan akan keluar melalui lubang yang berada didepan tabung.
2.3. Mesin-mesin yang digunakan pada saat pembuatan alat
Dalam pembuatan mesin pencetak briket dari serbuk kayu diperlukan
alat bantu, alat bantu tersebut digunakan untuk mempermudah proses
pengerjaan. Alat bantu atau mesin-mesin tersebut digunakan agar dapat
5
memangkas waktu produksi (pembuatan) sehingga barang yang dihasilkan
akan menjadi lebih banyak, serta tidak memakan waktu yang lama.
2.3.1. Mesin Bubut
Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk
memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar
benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi
sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Prinsip kerja mesin bubut dapat
dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Mesin Bubut
Proses pembubutan pada gambar 2.1 adalah salah satu proses pemesinan yang
mengunakan pahat dengan satu mata potong untuk membuang material dari
permukaan benda kerja yang berputar. Pahat bergerak pada arah linier sejajar
dengan sumbu putar benda kerja seperti yang terlihat pada gambar 2.1.
Dengan mekanisme kerja seperti ini, maka Proses bubut memiliki kekhususan
untuk membuat benda kerja yang berbentuk silinder. Benda kerja di cekam
dengan poros spindel dengan bantuan chuck yang memiliki rahang pada salah
satu ujungnya, yaitu pada pusat sumbu putarnya, sementara ujung lainnya
dapat ditumpu dengan center yang lain. Gerak rotasi benda kerja akan
menghasilkan gerak potong, sementara pahat yang dibawa eretan pada arah
translasi sejajar dengan sumbu spindel dan sumbu putar benda kerja akan
menghasilkan gerak makan. Mesin bubut dirancang terutama untuk dapat
membuat benda kerja dengan bentuk dasar silindris, misalnya membuat poros
silindris, poros kerucut (tirus), lubang silindris dan membuat ulir. Mesin
bubut juga mampu membuat bentuk-bentuk lain, seperti meratakan
6
permukaan. Kemampuan yang dapat dilakukan oleh mesin bubut dapat dilihat
pada gambar 2.2 dibawah ini
Gambar 2.2 Kemampuan yang dapat dilakukan oleh mesin bubut
A. Jenis-jenis pembubutan yang dapat dilakukan pada mesin bubut
1. Pembubutan tepi (facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak
lurus terhadap sumbu benda kerja.
2. Pembubutan silindris (turning)
Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik
pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong
pahatnya harus terletak senter terhadap garis sumbu dan ini
berlaku untuk semua proses pemotongan pada mesin bubut.
3. Pembubutan alur (grooving)
Pembubutan yang di lakukan di antara dua permukaan.
4. Pembubutan tirus (chamfering)
Adapun caranya sebagai berikut:

Dengan memutar compound rest.

Dengan menggeser sumbu tail stock.

Dengan menggunakan taper attachment.
5. Pembubutan ulir (threading)
Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi
bentuk yang sesuai dengan menggunakan referensi mal ulir
(thread gauge). Atau bisa juga menggunakan pahat tertentu
7
ukurannya yangsudah di jual di pasaran, biasanya untuk ulir-ulir
standar.
6. Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja.
7. Boring
Memperbesar lubang pada benda kerja.
8. Kartel (knurling)
Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pada
pegangan tang,obeng agar tidak licin.
9. Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja.
Bentuk-bentuk pengerjaan yang dapat dilakukan dalam proses
membubut dapat dilihat pada gambar 2.3 dibawah ini.
Gambar 2.3 Bentuk pengerjaan pada mesin bubut
B. Proses yang dihasilkan oleh mesin bubut
1. Proses kerja mesin bubut
Gerak potong dilakukan oleh benda kerja secara rotasi sedangkan
gerak makan dilakukan oleh pahat.
2. Input dari proses mesin bubut
8
Penggerak dari mesin bubut adalah motor listrik. Daya menjadi
transmisi diteruskan oleh transmisi I dan II. Daya yang diteruskan
melalui transmisi I akan menggerakkan spindle, cekam dan benda
kerja. Sedangkan daya yang diteruskan pada transmisi II, diubah
menjadi gerak translasi oleh poros pembawa.
3. Output dari proses mesin bubut, proses dari mesin bubut
menghasilkan:

Benda kerja yang sudah dibentuk sesuai dengan keinginan

Chip (sisa hasil pemotongan)
C. Parameter-parameter pada mesin bubut
Berikut
adalah rumus-rumus penting yang digunakan untuk
menghitung berbagai parameter permesinan dari mesin bubut:
Gambar 2.4 Parameter pahat bubut
Keterangan:
Do
= Diameter awal (mm)
Df
= Diameter setelah pemakanan (mm)
L
= Panjang benda kerja (mm)
d
= Diameter pemakanan (mm)
t
= Tebal pemakanan (mm)
Kecepatan potong biasanya dinyatakan dengan istilah m/menit, yaitu
kecepatan dimana pahat melintasi benda kerja untuk mendapatkan
hasil yang paling baik pada kecepatan yang sesuai. Kecepatan potong
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1) kekerasan dari bahan yang akan
dipotong, dan 2) jenis alat potong yang digunakan. Kecepatan potong
harus disesuaikan dengan kecepatan putaran spindel mesin bubut.
Dihitung dari putaran per menit terhadap diameter benda kerjanya,
9
sering juga disebut dengan kecepatan pada permukaan. Untuk
keperluan ini digunakan persamaan sebagai berikut:
m/min.......................................................................(2.1)
Keterangan:
n
= putaran benda kerja (rpm)
D
= Diameter benda kerja (mm)
Vc
= kecepatan pemotongan (m/menit)
Kedalaman pemotongan, yaitu Proses Bubut dengan mengurangi
diameter awal Do, menjadi diameter akhir Df, dari sini didapatkan
kedalaman potong t, dengan rumus :
Sehingga: ........................................................................................(2.2)
Feed adalah pergerakan titik sayat alat potong per satu putaran benda
kerja. Dalam pembubutan, feed dinyatakan dalam mm/putaran. Untuk
kecepatan pemakanan dapat dicari dengan rumus :
fr  N. f
...................................................................................(2.3)
Waktu pemotongan adalah banyaknya waktu nyata yang dibutuhkan
untuk mengerjakan (membentuk atau memotong) suatu benda kerja.
Untuk waktu pemotongan dapat dicari dengan rumus :
........................................................................................(2.4)
Atau
...............................................................................(2.5)
2.3.2. Mesin Bor
Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat
pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut
(pengerjaan
pelubangan).
Sedangkan
Pengeboran
adalah
operasi
menghasilkan lubang berbentuk bulat dalam lembaran-kerja dengan
menggunakan pemotong berputar yang disebut bor dan memiliki fungsi untuk
10
Membuat lubang, Membuat lubang bertingkat, Membesarkan lubang,
Chamfer.
A. Jenis-jenis mesin bor
1. Mesin Bor Meja
Mesin bor meja adalah mesin bor yang diletakkan diatas meja. Mesin
ini digunakan untuk membuat lubang benda kerja dengan diameter
kecil(terbatas sampai dengan diameter 16 mm). Prinsip kerja mesin bor
meja adalah putaran motor listrik diteruskan ke poros mesin sehingga
poros berputar. Selanjutnya poros berputar yang sekaligus sebagai
pemegang mata bor dapat digerakkan naik turun dengan bantuan roda gigi
lurus dan gigi rack yang dapat mengatur tekanan pemakanan saat
pengeboran.
2. Mesin Bor Lantai
Mesin bor lantai adalah mesin bor yang dipasang pada lantai. Mesin
borlantai disebut juga mesin bor kolom. Jenis lain mesin bor lantai ini
adalah mesinbor yang mejanya disangga dengan batang pendukung. Mesin
bor jenis inibiasanya dirancang untuk pengeboran benda-benda kerja yang
besar dan berat.
3. Mesin Bor Radial
Mesin bor radial khusus dirancang untuk pengeboran benda-benda
kerja yang besar dan berat. Mesin ini langsung dipasang pada lantai,
sedangkan meja mesin telah terpasang secara permanen pada landasan atau
alas mesin.
4. Mesin Bor Koordinat
Mesin bor koordinat pada dasarnya sama prinsipnya dengan mesin
borsebelumnya. Perbedaannya terdapat pada sistem pengaturan posisi
pengeboran. Mesin bor koordinat digunakan untuk membuat/membesarkan
lobang dengan jarak titik pusat dan diameter lubang antara masing
masingnya memiliki ukurandan ketelitian yang tinggi. Untuk mendapatkan
ukuran ketelitian yang tinggitersebut digunakan meja kombinasi yang
dapat diatur dalam arah memanjang dan arah melintang dengan bantuan
11
sistem optik. Ketelitian dan ketepatan ukuran dengan sisitem optik dapat
diatur sampai mencapai toleransi 0,001 mm.
5. Mesin Bor Tangan
Mesin Bor Tangan adalah mesin bor yang pengoperasiannya dengan
menggunakan tangan dan bentuknya mirip pistol. Mesin bor tangan
biasanya digunakan untuk melubangi kayu, tembok maupun plat logam.
Selain digunakan untuk membuat lubang juga bisa digunakan untuk
mengencangkan maupun melepas baut karena dilengkapi 2 putaran yaitu
kanan dan kiri.
B. Proses pengerjaan yang dapat dilakukan mesin bor
1. Drilling
Proses yang digunakan untuk membuat suatu lubang paba benda kerja
yang solid.
2. Step drill
Proses yang digunakan untuk pembuatan lubang dengan diameter
bertingkat.
3. Reaming
Proses digunakan untuk sedikit memperbesar lubang yang telah ada,
untuk memberikan toleransi yang lebih baik pada diameternya, dan
meningkatkan kualitas permukaan. Pahatnya disebut dengan reamer.
4. Boring
Proses memperluas sebuah lubang yang sudah ada dengan satu titik
pahat.
5. Counterboring
Proses digunakan untuk membuat lubang bertingkat, dimana diameter
yang lebih besar akan mengikuti diameter yang kecil. Biasanya
digunakan pada pembuatan dudukan kepala baut, sehingga kepala baut
tidak menonjol keluar permukaan.
6. Countersinking
Prosesnya hampir sama dengan proses pada counterboring, hanya saja
bentuk bertingkat pada lubang berbentuk kerucut digunakan untuk
kepala baut dan sekrup datar.
12
7. Tapping
Tapping adalah digunakan untuk membuat ulir dalam pada lubang
yang telah ada sebelumnya. Pahat yang digunakan disebut dengan Tap.
2.3.3. Mesin Las
Sambungan
yang
melibatkan
“pencairan”
logam
yang
akan
disambungkan. Pengelasan ini disebut pengelasan dengan pencairan logam
(fusion welding). Pengelasan (welding) merupakan salah satu proses
penyambungan. Proses penyambungan yang lain adalah brazing, soldering,
adhesive bonding dan mechanical fastening. Proses pengelasan ini juga
terdapat beberapa metode yang berbeda. Pertama, pengelasan dengan cara
menggunakan energi listrik, yaitu dengan cara melelehkan dua potong logam
secara bersamaan serta menambahkan logam pengisi (filler) di antara sendisendi kedua logam tersebut sehingga keduanya akan saling mengikat satu
sama lain. Yang kedua adalah dengan cara menggunakan gas bertekanan
sebagai bahan bakar untuk melelehkan dua logam tersebut dan yang ketiga
adalah dengan cara mengkombinasikan cara pertama dengan cara kedua yaitu
kombinasi antara listrik dengan gas bertekanan. Tidak seperti proses
penyambungan dengan metode brazing ataupun soldering yang hanya
mencairkan logam pengisinya saja tetapi tidak melelehkan bagian dari logam
induknya, metode pengelasan ini melelehkan sebagian dari logam induk
hingga membentuk ikatan kohesif yang kuat.
Gambar 2.5 Prinsip Kerja Las Listrik
A. Jenis-jenis mesin las busur listrik
13
Mesin las yang ada pada unit peralatan las berdasarkan arus yang dikeluarkan
pada ujung-ujung elektroda dibedakan menjadi beberapa macam.
1. Mesin las arus bolak-balik (Mesin AC)
Mesin memerlukan arus listrik bolak-balik atau arus AC yang
dihasilkan oleh pembangkit listrik, listrik PLN atau generator AC, dapat
digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses pengelasan. Besarnya
tegangan listrik yang dihasilkan oleh sumber pembangkit listrik belum
sesuai dengan tegangan yang digunakan untuk pengelasan. Bisa terjadi
tegangannya terlalu tinggi atau terlalu rendah, sehingga besarnya
tegangan perlu disesuaikan terlebih dahulu dengan cara menaikkan atau
menurunkan tegangan. Alat yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan ini disebut transformator atau trafo. Kebanyakan
trafo yang digunakan pada peralatan las adalah jenis trafo step-down,
yaitu trafo yang berfungsi menurunkan tegangan. Hal ini disebabkan
kebanyakan sumber listrik, baik listrik PLN maupun listrik dari sumber
yang lain, mempunyai tegangan yang cukup tinggi, padahal kebutuhan
tegangan yang dikeluarkan oleh mesin las untuk pengelasan hanya 55
volt sampai 85 volt. Transformator yang digunakan pada peralatan las
mempunyai daya yang cukup besar. Untuk mencairkan sebagian logam
induk dan elektroda dibutuhkan energi yang besar, karena tegangan pada
bagian terminal kumparan sekunder hanya kecil,
maka untuk
menghasilkan daya yang besar perlu arus besar. Arus yang digunakan
untuk peralatan las sekitar 10 ampere sampai 500 ampere.Besarnya arus
listrik dapat diatur sesuai dengan keperluan las. Untuk keperluan daya
besar diperlukan arus yang lebih besar pula, dan sebaliknya.
2. Mesin las arus searah (Mesin DC)
Arus listrik yang digunakan untuk memperoleh nyala busur listrik
adalah arus searah. Arus searah ini berasal dari mesin berupa dynamo
motor listrik searah. Dinamo dapat digerakkan oleh motor listrik, motor
bensin, motor diesel, atau alat penggerak yang lain. Mesin arus yang
menggunakan motor listrik sebagai penggerak mulanya memerlukan
peralatan yang berfungsi sebagai penyearah arus. Penyearah arus atau
14
rectifier berfungsi untuk mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus
searah (DC). Arus bolak-balik diubah menjadi arus searah pada proses
pengelasan mempunyai beberapa keuntungan, antara lain:

Nyala busur listrik yang dihasilkan lebih stabil,

Setiap jenis elektroda dapat digunakan pada mesin las DC,

Tingkat kebisingan lebih rendah,

Mesin las lebih fleksibel, karena dapat diubah ke arus bolak-balik
atau arus searah.
Mesin las DC ada 2 macam, yaitu mesin las stasioner atau mesin las
portabel. Mesin las stasioner biasanya digunakan pada tempat atau
bengkel yang mempunyai jaringan listrik permanen, misal listrik PLN.
Adapun mesin las portabel mempunyai bentuk relatif kecil biasanya
digunakan untuk proses pengelasan pada tempat-tempat yang tidak
terjangkau jaringan listrik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengoperasian mesin las adalah penggunaan yang sesuai dengan prosedur
yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat mesin, perawatan yang sesuai
dengan anjuran. Sering kali gangguan-gangguan timbul pada mesin las,
antara lain mesin tidak mengeluarkan arus listrik atau nyala busur listrik
lemah.
3. Mesin las ganda (Mesin AC-DC)
Mesin las ini mampu melayani pengelasan dengan arus searah (DC)
dan pengelasan dengan arus bolak-balik. Mesin las ganda mempunyai
transformator satu fasa dan sebuah alat perata dalam satu unit mesin.
Keluaran arus bolak-balik diambil dari terminal lilitan sekunder
transformator melalui regulator arus. Adapun arus searah diambil dari
keluaran alat perata arus. Pengaturan keluaran arus bolak-balik atau arus
searah dapat dilakukan dengan mudah, yaitu hanya dengan memutar alat
pengatur arus dari mesin las. Mesin las AC-DC lebih fleksibel karena
mempunyai semua kemampuan yang dimiliki masing-masing mesin las
DC atau mesin las AC. Mesin las jenis ini sering digunakan untuk
bengkel-bengkel yang mempunyai jenis-jenis pekerjaan yang bermacam-
15
macam, sehingga tidak perlu mengganti-ganti las untuk pengelasan
berbeda.
B. Menentukan besarnya arus listrik
Besar arus dan tegangan listrik yang digunakan dalam pengelasan harus
diatur sesuai kebutuhan. Daya yang dibutuhkan untuk pengelasan tergantung
dari besarnya arus dan tegangan listrik yang digunakan. Tidak ada aturan
pasti besar tegangan listrik pada mesin las yang digunakan.Hal ini
berhubungan dengan keselamatan kerja operator las tubuh manusia tidak akan
mampu menahan arus listrik dengan tegangan yang tinggi.Tegangan listrik
yang digunakan pada mesin las (tegangan pada ujung terminal) berkisar 55
volt sampai 85 volt. Tegangan ini disebut sebagai tegangan pembakaran. Bila
nyala busur listrik sudah terjadi maka tegangan turun menjadi 20 volt sampai
40 volt. Tegangan ini disebut dengan tegangan kerja. Besar kecilnya tegangan
kerja yang terjadi tergantung dari besar kecilnya diameter elektroda. Semakin
besar arus yang terjadi.Dengan alasan diatas maka pada mesin las pengaturan
yang dilakukan hanya besar arusnya saja. Pengaturan besar kecilnya arus
dilakukan dengan cara memutar tombol pengatur arus. Besar arus yang
digunakan dapat dilihat pada skala yang ditunjukkan oleh amperemeter (alat
untuk mengukur besar arus listrik) yang terletak pada mesin las. Pada masingmasing las, arus minimum dan arus maksimum yang dapat dicapai berbedabeda, pada umunya berkisar 100 ampere sampai 600 ampere. Pemilihan besar
arus listrik tergantung dari beberapa faktor, antara lain: diameter elektroda
yang digunakan, tebal benda kerja, jenis elektroda yang digunakan, polaritas
kutub-kutubnya dan posisi pengelasan.
C. Jenis-jenis sambungan las
Jenis-jenis sambungan las anatara lain dapat dilihat pada gambar 2.6
16
Gambar 2.6 Jenis Sambungan Las
D. Kekuatan Las
Untuk menentukan kekuatan sambungan las terhadap kekuatan tarik yaitu
dengan cara menghitung sambungan las terhadap tegangan tarik yang terjadi,
Tegangan tarik pada sambungan las yaitu gaya tarik tiap satuan luas
penampang las. Jika gaya tarik pada sambungan las F [N] dan luas
penampangnya adalah A [mm2] maka tegangan tarik pada sambungan las
tersebut adalah :
N/mm²......................................................................................(2.6)
2.4 Poros
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya.. Poros dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Poros transmisi/Shaft
Poros semacam ini mendapat beban puntir murni atau beban puntir dan
lentur. Daya yang ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk, atau sproket rantai, dan lain–lain.
b.
Spindel
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama pada mesin bubut,
dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus
dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta
ukurannya harus teliti.
c. Line shaft
Poros ini berhubungan langsung dengan mekanisme yang digerakkan dan
berfungsi memindahkan daya dari motor penggerak ke mekanisme tersebut.
17
Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah
poros, yaitu:
1. Kekuatan poros
Poros transmisi mengalami beban puntir atau lentur maka
kekuatannya harus direncanakan sebelumnya agar cukup kuat dan mampu
menahan beban.
2. Kekakuan poros
Lenturan yang dialami poros terlalu besar maka akan menyebabkan
ketidaktelitian atau getaran dan suara. Oleh karena itu kekakuan poros
juga perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan mesin.
3. Putaran kritis
Putaran kerja poros haruslah lebih rendah dari putaran kritisnya
demi keamanan karena getarannya sangat besar akan terjadi apabila
putaran poros dinaikkan pada harga putaran kritisnya.
4. Korosi
Poros-poros yang sering berhenti lama maka perlu dipilih poros
yang terbuat dari bahan yang tahan korosi dan perlu untuk dilakukannya
perlindungan terhadap korosi secara berkala.
5. Bahan poros
Poros yang biasa digunakan pada mesin adalah baja dengan kadar
karbon yang bervariasi, adapun penggolongannya dapat dilihat pada Tabel
2.1.
Tabel 2.1 Penggolongan Bahan Poros
Golongan
Kadar C (%)
Baja lunak
Kurang dari 0,15
Baja liat
0,2-0,3
Baja agak keras
0,3-0,5
Baja keras
0,5-0,8
Baja sangat keras
0,8-1,2
Sumber: ( Hermann Jutz & Eduard sharkus, 1996)
Dalam perhitungan poros dapat diketahui dengan melihat dari pembebanan :
a. Torsi yang terjadi pada poros.
18
........................................................................................ (2.7)
dimana:
T
= Torsi pada poros (Nm)
P
= Daya (watt)
N
= Putaran poros (rpm)
Sumber: ( Sularso, 2002)
b. Momen yang terjadi pada poros :
......................................................................................... (2.8)
dimana:
M
= Momen (kgmm)
F
= Gaya yang terjadi (kg)
L
= Jarak terhadap gaya (mm)
Sumber :( Sularso, 2002)
c. Torsi ekuivalen :
√
. ............................................................................. (2.9)
dimana:
Te
= Torsi ekuivalen (kgmm)
M
= Momen bending atau (kgmm)
T
= Torsi (kgmm)
Sumber: ( Sularso, 2002)
d. Diameter Poros :
√
…………………………………………………… (2.10)
dimana:
D
= Diameter poros (mm)
= Tegangan geser maksimum (kg/mm2)
Sumber: ( Sularso, 2002)
Download