BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Dalam komunikasi efektif komunikator memegang peranan penting untuk
melakukan proses pengubahan atau pembentukan sikap komunikan secara
langsung. Untuk melaksanakan komunikasi efektif ada dua faktor penting yang
harus dimiliki oleh seorang komunikator, yakni sumber kredibilitas (source of
credibility) dan sumber daya tarik (source of attractiveness). Kredibilitas
bergantung kepada keahlian dan keterpercayaan serta daya tarik komunikator.
Kredibilitas yang tinggi dapat meningkatkan perubahan sikap yang positif atau
menyenangkan sedangkan kredibilitas rendah akan mengurangi daya perubahan
yang menyenangkan. Kepercayaan kepada komunikator mencerminkan pesanpesan yang diterima oleh komunikan benar dan sesuai dengan kenyaataan yang
dialami oleh komunikan atau khalayak yang bersangkutan.
Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan
perubahan sikap melalui mekanisme daya tarik. Hal ini terjadi jika komunikan
merasa puas dengan hubungan yang dibangun komunikator karena sejalan dengan
pemikiran, kesamaan dan kedekatan dengan komunikan sehingga komunikan
dipengaruhi oleh pesan komunikator. Komunikator akan berhasil dalam
komunikasinya jika ia menyesuaikan komunikasinya dan memahami kepentingan,
1
2
kebutuhan, kecakapan, pengalaman, kesulitan serta kemampuan berpikir dari
komunikan atau khalayaknya. 1
Keberhasilan komunikasi seorang komunikator tidak lepas pula dari
respon terhadap pesan-pesan yang disampaikan kepada komunikan atau khalayak
penerima pesan dalam proses komunikasi yang dilakukannya. Dengan kata lain
bagaimana sikap yang muncul dari komunikan sebagai akibat pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Sikap menurut Zanna dan Rempel dalam Sarlita
adalah: “ A favorable or un favorable evaluative reaction toward something or
someone, exhibited in ones belief, feelings, or intended behaviour” (Reaksi
evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu atau seseorang,
menunjukkan kepercayaan, perasaan atau kecenderungan perilaku seseorang). 2
Kesediaan seseorang untuk melakukan pesan yang disampaikan oleh
seorang komunikator bergantung kepada efektif atau tidaknya komunikasi yang
dibangun oleh komunikator. Tanda-tanda komunikasi yang efektif menurut
Steward L Tubbs dan Sylvia Moss menimbulkan pengertian, adanya pengaruh,
meningkatkan hubungan baik, rasa senang dan kecenderungan bertindak. 3 Kelima
hal tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pengertian: artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli sesuai dengan yang
dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat ini
disebut
1
sebagai kegagalan komunikasi primer (Primary breakdown in
Onong, Uchyana, Effendy. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung. Penerbit PT. Citra
Aditya Bakti. 2003. Hal. 43-45
2
Sarlito, Sarwono,W, Meinarno, Eko, A. Psikologi Sosial. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.
2009. Hal.82
3
Jalaluddin, Rakhmat. Psikologi Komunikasi. Hal. 13-15
3
Dcommunication).
Untuk memahami ini perlu dipahami psikologi pesa dan
psikologi komunikator.
Kesenangan: komunikasi yang dilakukan mengupayakan agar orang lain merasa
apa yang lazim disebut komunikasi fatis (Fatic communication) yaitu komunikasi
yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi seperti ini yang
menjadikan hubungan seseorang dengan orang lain menjadi lebih hangat, akrab
dan menyenangkan.
Mempengaruhi sikap: komunikasi paling sering digunakan untuk mempengaruhi
sikap orang lain. Komunikasi seperti ini bersifat persuasif dimana diperlukan
pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan yang
menimbulkan efek pada komunikan. Persuasi dinyatakan sebagai suatu proses
mempengaruhi pendapat, sikap dan tidakan orang dengan menggunakan
manipulasi
psikologis
sehingga penerima pesan
bertindak
seperti atas
kehendaknya sendiri.
Hubungan sosial yang baik: komunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan
hubngan sosial yang baik. Sebagai mahluk sosial manusia memerlukan orang lain
dalam kehidupannya untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan. Untuk
itu, ada dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Dengan demikian individu akan mencari individu lain untuk mengadakan
hubungan atau berinteraksi. Dengan adanya interaksi ini individu yang satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau individu dengan kelompok bahkan
kelompok dengan kelompok serta kemungkinan individu dapat menyesuaikan diri
dengan yang lain, atau sebaliknya. Penyesuaian dalam hal ini memmiliki arti luas
4
yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan sekitarnya, atau
sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam
dirinya, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan. 4
Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi oleh komunikasi interpersonal yang
efektif. Kegagalan komunikasi interpersonal dalam menumbuhkan hubungan
sosial yang baik dapat menimbulkan kegagalan pengertian yang disebut kegagalan
komunikasi primer (primary breakdown). Sedangkan gangguan manusiawi yang
timbul akibat salah pengertian adalah kegagalan komunikasi sekunder (secondary
breakdown).
Tindakan: tindakan dari seseorang yang dikehendaki lahir sebagai akibat dari
suatu persuasi. Kmunikasi yang dilakukan untuk menimbulkan pengertian pada
seseorang tidaklah mudah, namun lebih sulit lagi untuk mempengaruhi sikap
apalagi untuk mendorong seseorang melakukan suatu tindakan. Efektivitas suatu
komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan.
Karenanya tindakan nyata merupakan indikator efektivitas yang paling penting.
Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, komunikasi yang efektif dari
seorang komunikator dalam melakukan pendekatan kepada khalayak untuk
menjalin hubungan timbal balik yang serasi antara khalayak dan organisasi yang
diwakilinya memegang peranan penting. Demikian pula dalam suatu organisasi
baik itu organisasi pemerintah maupun swasta. Tujuan dari komunikasi itu sendiri
adalah untuk mengubah sikap, mengubah opini/pendapat/pandangan, mengubah
perilaku dan mengubah masyarakat.
4
Bimo, Walgito. Psikologi Sosial, Suatu Pengantar, Edisi Revisi. Yogyakarta. Penerbit ANDI.
2003. Hal. 65
5
Dalam
organisasi
menginformasikan,
pemerintah
mensosialisasikan
komunikasi
kepada
seluruh
dilakukan
untuk
stakeholdersnya
(Pemerintah Daerah, lembaga-lembaga swasta dan masyarakat sasaran) setiap
kebijakan dan peraturan yang telah dibuat. Komunikasi ini dilakukan oleh agenagen perubahan atau fasilitator yang mewakili pemerintah.
Agar komunikasi yang dilakukan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai diperlukan suatu kemampuan para fasilitator untuk menyampaikan pesan
sehingga pesan menjadi efektif, menimbulkan kesepahaman dan persepsi yang
sama antara organisasi dengan stakeholdersnya. Efektif disini dimaksudkan pesan
yang ingin disampaikan dapat tepat sasaran serta diterima oleh khalayak yang
dituju.
Untuk itu dibutuhkan peran dan fungsi humas dalam mendukung
kelancaran komunikasi dari fungsi manajemen tersebut. Humas merupakan suatu
bidang atau devisi yang berfungsi sebagai jembatan, pemberi informasi serta
penengah antara pimpinan dengan karyawan di dalam organisasi dan masyarakat
luas di luar organisasi (stakeholders). Namun dalam hal ini humas dilihat sebagai
metode komunikasi (Method of Communication) dalam suatu institusi untuk
menyampaikan pesan-pesan program, bimbingan serta penyuluhan dalam rangka
pencerahan dan peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Humas atau Public Relations dalam suatu organisasi ikut berupaya untuk
menyelenggarakan komunikasi dua arah dalam penyampaian pesan/informasi dan
publikasi mengenai kegiatan organisasi/lembaga yang diwakilinya untuk
disampaikan kepada sasaran/publiknya. Humas adalah fungsi yang melekat dan
6
tidak terlepas dari manajemen suatu organisasi. Tujuannya adalah membentuk
good will (itikad baik), tolerance (toleransi), mutual understanding (saling
pengertian), mutual appriciation (saling menghargai).
Humas atau Public Relations dalam organisasi pemerintah pada dasarnya
tidak bersifat politis. Humas pemerintah dibentuk untuk mempublikasikan atau
mempromosikan kebijakan-kebijakan pemerintah, memberi informasi secara
teratur
tentang
kebijakan,
peraturan
perundang-undangan,
program dan
kegiatannya serta segala sesuatu yang berpengaruh pada kehidupan dan tingkat
kesejahteraan masyarakat. 5
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
miskin di
perdesaan, pemerintah Indonesia menetapkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM). PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program
strategis yang ditempuh pemerintah sebagai upaya pengentasan kemiskinan di
wilayah perdesaan. Dalam PNPM Mandiri Perdesaan kegiatan simpan pinjam
merupakan salah satu kegiatan yang diarahkan untuk mendukung usaha ekonomi
produktif. Dalam pelaksanaannya kegiatan simpan pinjam di berbagai lokasi
bantuan PNPM sering mengalami pasang surut perkembangan karena adanya
hambatan-hambatan pengembalian pinjaman, hambatan pertambahan anggota
kelompok
baru
karena terbatasnya pemahaman tentang
program yang
dilaksanakian, serta keterbatasan kemampuan berwirausaha. Di satu sisi terlihat
masalah-masalah tersebut di atas, di sisi lain dijumpai pula keberhasilan yang
menunjukkan meningkatnya jumlah anggota dan kelompok simpan pinjam serta
5
Elvinaro, Ardianto. Public Relations, Pendekatan Praktis untuk menjadi
komunikator,Orator,Presenter dan Juru Kampanye handal. Bandung. Widya Pajajaran. 2009. Hal.4
7
kelompok usaha, maupun menurunnya tingkat kemacetan atau tunggakan
pinjaman modal akibat pengembalian pengembalian yang tepat waktu.
Untuk menyampaikan pesan-pesan program secara efektif kepada
khalayak sasaran di perdesaan, diperlukan tenaga pendamping yang dinamakan
fasilitator. Tenaga fasilitator ini merupakan tenaga-tenaga sarjana dengan latar
belakang pendidikan dari berbagai disiplin ilmu. Tenaga fasilitator ini
ditempatkan di tingkat kjabupaten dan
kecamatan. Di setiap kecamatan
ditempatkan satu tenaga fasilitator yang bertanggung jawab membina desa-desa
atau kelompok-kelompok sasaran yang berada dalam wilayah kecamatan yang
bersangkutan.
Peran fasilitator sebagai wakil pemerintah untuk mencapai tujuan program
adalah
sebagai
nara
sumber/komunikator
yang
dituntut
untuk
mampu
menyampaikan dan siap dengan berbagai informasi, menjawab pertanyaan,
memberi ulasan, gambaran serta saran yang konkrit agar dipahami oleh khalayak.
Sebagai mediator, fasilitator menjadi perantara atau penghubung sehingga
masyarakat dapat mencapai kemudahan-kemudahan mengakses sumber daya yang
tersedia untuk mendukung pengembangan dirinya bahkan sebagai penengah
dalam situasi krisis atau terjadi silang pendapat diantara khalayaknya. Sebagai
motivator, fasilitator dapat menggerakan khalayaknya untuk mendukung
pelaksanaan berbagai kegiatan program.
Tercapainya tujuan program tidak terlepas dari kemampuan fasilitator,
khususnya fasilitator kecamatan menjalankan tugas dan perannya dalam merubah
sikap khalayaknya untuk bersikap positif dalam pelaksanaan berbagai kegiatan
8
program. Hubungan timbal balik yang harmonis antara institusi yang diwakilinya
dengan khalayak sasaran program perlu dibangun. Untuk itu fasilitator dituntut
berperan sebagai praktisi Hubungan Masyarakat yang menjalankan peran sebagai
fasilitator komunikasi (Communication Facilitator) yang bertindak sebagai
komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal
mendengarkan apa yang diharapkan publiknya.
Perubahan sikap khalayak program sangat dipengaruhi oleh kredibilitas
fasilitator. Dari berbagai teori diketahui bahwa kredibilitas berpengaruh terhadap
sikap khalayak sehingga memiliki kecenderungan untuk merubah sikap yang
diwujudkan dalam bentuk kecenderungan berperilaku.
Kredibilitas fasilitator ditunjukkan oleh tingkat keahliannya yang
mencakup pengetqahuan fasilitator tentang program usaha ekonomi produktif dan
wirausaha,
kemampuan
fasilitator
memberikan
bimbingan
berwirausaha,
keterampilan fasilitator menyampaikan pesan program usaha ekonomi produktif,
keterampilan memotivasi.
Disamping tingkat keahlian juga keterpercayaan yang mencakup kejujuran
fasilitator dalam berkomunikasi, kepedulian fasilitator terhadap kebutuhan dan
masalah anggota kelompok dalam berwirausaha, keterbukaan fasilitator menerima
saran dan pendapat anggota kelompok.
Selain keahlian dan keterpercayaan, daya tarik fasilitator yang mencakup
tenggang
rasa/empati,
daya
tarik
fisik
fasilitator
dalam
penampilan
menyampaikan pesan, kesamaan anggota kelompok dengan anggota kelompok
dalam nilai dan pandangan wirausaha, keakraban fasilitator merespon anggota
9
kelompok dalam berkomunikasi, kedekatan fasilitator dengan anggota ketika
berkomunikasi, serta gaya fasilitator menyampaikan pesan.
Kasus-kasus yang terjadi di lapangan dalam pelaksanaan PNPM Mandiri
Perdesaan menunjukkan sering adanya pergantian atau kekosongan fasilitator di
suatu lokasi. Hal ini disebabkan antara lain oleh tingkat kesulitan geograis. Di
wilayah dengan geografis sulit sering terjadi pergantian atau kekosongan. Namun
di wi layah yang memiliki tingkat geografis tidak sulitpun hal ini terjadi. Faktor
lain yang menyebabkan adalah perpindahan fasilitator karena minta dipindahkan
atau terpaksa harus dipindahkan karena hu7bungan yang kurang serasi dengan
khalayak yang didampinginya dsb.
Pada periode tahun 2009-2010 pergantian dan kekosongan fasilitator di
wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur cukup tinggi. Hal ini menarik untuk di teliti,
karena itu penelitian dilakukan di wilayah Jawa Barat khususnya kabupaten
Subang dengan pertimbangan tingkat pergantian dan kekosongan yang paling
tinggi pada periode tahun 2009-2010. Selain itu Subang dipilih sebagai daerah
penelitian atas pertimbangan aksesibilitas, efisiensi biaya, tenaga dan waktu serta
merupakan wilayah kerja peneliti. Dengan demikian memudahkan dukungan
teknis maupun non teknis yang diperlukan. 6
Berdasarkan
permasalahan-permasalahan
yang
dijelaskan
diatas
sejauhmana pengaruh keahlian, keterpercayaan dan daya tarik fasilitator
kecamatan terhadap sikap anggota kelompok sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
untuk berwirausaha, menarik untuk diteliti. Untuk menngkaji pengaruh
6
Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri. Data Induk
PNPM. Jakarta. 2010
10
kredibilitas terhadap sikap dalam hal ini didekati dengan teori psikologi
komunikasi dan Stimulus-Orgsanism-Respons.
1.2 Perumusan masalah
Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, maka perlu kiranya diteliti
“Sejauhmana
Pengaruh
Kredibilitas
Fasilitator Terhadap
Sikap
Anggota Kelompok Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan untuk brwirausaha di kabupaten Subang Jawa
Barat”
1.3 Tujuan penelitian
Beranjak dari permasalahan yang dirumuskan, penelitian dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui atau mengkaji pengaruh kredibilitas fasilitator
terhadap sikap anggota kelompok PNPM Mandiri Perdesaan untuk
berwirausaha di kabupaten Subang, provinsi Jawa Barat.
1.4 Kegunaan penelitian
1.4.1 Kegunaan akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap perkembangan Ilmu Komunikasi, khususnya Ilmu Hubungan
Masyarakat dalam menciptakan dan membina hubungan baik organisasi
dengan publiknya.
11
1.4.2 Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
informasi tentang kredibilitas fasilitator Pemberdayaan Masyarakat
kepada Pemerintah Daerah kabupaten Subang serta Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam
Negeri dalam melaksanakan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan. Disamping itu juga dari hasil
penelitian diharapkan dapat memberi masukan atau menjadi acuan
bagi upaya penelitian lebih jauh yang dikembangkan oleh pihakpihak yang berkepentingan dalam kaitan ini.
Download