BAB II HUBUNGAN LOGIKA, BAHASA DAN MANUSIA A. LOGIKA dan PROBLEMATIKA Seorang modem mendekati usaha mempelajari logika dengan perasaan yang campur aduk. Pribadinya interes untuk mempelajari tujuan logika, tentang ajaran dalam berpikir runtut, teratur dan benar, tetapi dilain fihak pribadinya mungkin curiga terhadap peristiwa yang agak teknis karena adanya kerumitan yang nampak abstrak menjadikan dirinya agak terasing dan apa yang hendak ingin dicapai sebab saat ini manusia cenderung ingin mencapai hal yang konkrit dan praktis, tetapi keasingan akan lenyap setelah menyadari bahwa sebagian hidupnya dimulai dan kontradiksi. Secara tidak sadar dirinya dihadapkan pada metode-metode berpikir yang dipelajari dan disistimasikan oleh logika. Salah satu pertanyaan yang muncul adalah : Apakah mempelajari logika itu bersifat praktis?. Hal ini yang dimaksudkan apakah mempelajarii logika itu menambah kecerdasan, menjadi pemikir yang ulung ataukah menjadi ahli hukum-hukum berpikir, maka jawabnya pasti tidak mutlak, tetapi yang pasti secara praktis adalah usaha memahami bagaimana caranya berpikir sesuai dengan prinsip-prinsip penyimpulan yang sah serta brtindak sesuai dengan bahan-bahan buikti, sesuai dengan fakta dan data. Masalah logika, diawali dari istilah. Nama “logika” berasal dari bahasa Yunani “logica”, ditiru oleh bahasa-bahasa Barat, misalnya Jerman (Logik), Belanda (Logica), Perancis (Logique), Inggris (Logic), Arab (Mantik). Nama Iengkapnya sebenarnya “Logica Scietia” atau “Logika Ars” atua “Logika Techne”, “Logica episteme”. Kata logika dijabarkan dari kata “logos’ yang berarti : kata atau pengertian atau pikir (akal). Scientia=episteme berarti ilmu pengetahuan, sedangka ars=techne berarti tekniknya atau ulahnya. Jadi pengertiannya adalah ilmu pengetahuan tentang memikir, atau ilmu pengetahuan tentang techniknya atau ulahnya memikir. Pengertian luasnya Logica scientia adalah ilmu praktis normatif yang mempelajari hukum-hukum, prinsip-pninsip , bentuk-bentuk pikiran manusia yang jika dipatuhi akan memimbing manusia mencapai kesimpulan yang benar, lurus dan sah. Memang tanpa Logika scientifika seseorang dapat dengan pasti menarik kesimpulan dan mencapai kebenaran, jika tidak mengenai hal yang tidak sulit, cukup menggunakan logika alami. Hukum berpikir yang dicanangkan oleh logika scientifika adalah hukum kodrat, tetapi tanpa pengetahuan dan tanpa kesadaran tidak akan sempurna. Barangsiapa mempelajari berbagai jalan pikiran dengan cermat dan sistimatis, maka akan sadar bahwa kenyataan dalam hidup sehari-hari banyak kesalahan dalam pikiran, dalam ilmu, dalam filsafat banyak terjadi kesalah pikiran, sebab dipengaruhi dan ditentukan rasa perasaan dan faktor irrasional lainnya. Manusia yang tanpa belajar logika scientifika, akan mengalami ketimpangan dalam proses berpikir, sebagb mausia tidak hanya butuh kebenaran, tetapi harus menghilangkan kesesatan-kesesatan berpikir dengan jalan menganalisa proses pikiran. Jadi Logika scientifika mutlak dibutuhkan untuk melengkapi ketajaman jiwa dan menolong meluruskan kerja intelek manusia untuk mematuhi prinsip-prinsip dan dasar berpikir dengan sadar. B. KORELASI LOGIKA dengan ILMU PENGETAHUAN Manusia dengan segenap kemampuan kemanusiannya perasaaan, pikiran, pengalaman, panca indera dan intuisi mampu menangkap alam kehidupan dan mengabstraksi tangkapan tersebut dalam dirinya dengan berbagai bentuk “ketahuan”. Salah satu bentuk ketahuan (“knowledge) ditandai: (1) Obyek ontologis : pengalaman manusia, yaitu segenap ujud yang dapat dijangkau lewat pancaindera atau peranti yang membantu kemampuan pancaindera. (2) Landasan epistimologis : metode ilmiah yang berupa gabungan logika induktif dan logika deduktif dengan pengajuan hipotesis, disebut metode deductohypotetico venfikatif. (3) Landasan axiologis : kemaslahatan manusia, artinya secara segenapujud ketahuan itu secara moral ditujukan untuk kebaikan hidup manusia. Logika sebagai kumpulan dan kaidah-kaidah yang memberikan jalan berpikir yang teratur. Logika juga seperti ilmu pengetahuan masih bersifat teoritis spekulatif karena sering menghadapi kebimbangan pada hasilnya sendin, maka dapat ditarik kesimpulan: (a). Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukumhukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran. (b). Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aturan-aturan akal manusia dan cara-cara berpikir yang dapat menyampaikan manusia kepada kebenaran. (c). Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari pekerjaan akal dipandang dan jurusan benar atau salah. Beda ilmu dan ilmu pengetahuan adalah ilmu mengandung sifat-sifat antara lain: (a). Ilmu mempersoalkan bagian, hal tertentu (b). Ilmu merupakan kesatuan tersusun yang sistematis dan bersifat unium (c). Akhirnya ilmu mempergunakan berbagai-bagai cara dan alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar da tepat. Sedangkan ilmu/logi membicarakan soal kedisplin, ilmu pengetahuan tertentu dengan sifatya : rational, logis, obyektif, terbuka, kritis, menjunjung kebenarati sreta mengabdi secara universal path realitas. Dengan kaitan dalam hal mi muncul pertanyaan : Apakah logika suatu ilmu? Logika adalah suatu ilmu yang mempersoalkan pemikiran serta prosesnya dengan cara yang sistimatis dan metodis. Ilmu mi mempelajari sarat-sarat yang niscaya dipenuhi agar pikiran itu benar dan kesalahankesalahan yang ada dapat ditemukan dan dihindari. Ilmu dibedakan Ilmu positif dan ilmu normatif. Ilmu Positif membicarakan sesuatu sebagaimana sesüatu itu sedang Ilmu Normatif membicarakan sesuatu sebagaimana sesuatu itu hams ada, maka logika dimasukkan Ilmu normatif karena tidak membicarakan berpikir sebagaimana adanya, melainkan membicarakan berpikir sebagaimana harusnya. Logika mempersoalkan gagasan-gagasan kebenaran dan berusaha mengetahui syarat-syarat apa yang harus dipenuhi dalam berpikir untuk mencapai gagasan kebenaran itu. C. LOGIKA - BAHASA DAN MANUSIA Aristoteles mendefinisikan logika menggunakan kata “logos” diartikan akal budi, bicara, Penertian “memberi logos” berarti “mempertanggung jawabkan”. Bicara dan bahasa berperanan dalam komunikasi sosial manusia, ketika manusia ingin menjalin hubungan. Bahasa menunjukkan arah dan memilih aspek-aspek khusus agar mendapat perhatian. Bahasa dan gerak-gerik memperlihatkan dan tindakan dan tanggung jawab manusia sebab bahasa manusia menciptakan suatu kisah kebudayaan yang tiada berakhir. Bahasa adalah suatu sistim repleksi, tindakan dan sejarah yang tak pernah tertutup karena bahasa mempunyai kekuatan untuk menjelaskan bahasa dalam menjelaskan menggunakan “kata”, kata memperjelas makna, kata memperoleh makna melalui penggunaan percakapan sehari-hari dalam konteks kebudayaan. Dengan menggunakan kata yang tepat maka akan: a. Mengadakan penggolongan obyek b. Pengelompokkan sifat c. Menciptakan hubungan analog d. Meläkukan penafsiran peristiwa Bahasa dan kata akan memperoleh makna ketika digunakan dalam suatu kisah atau menggungkapkan jalan yang ditempuh manusia dalam kehidupan’ sosial atau pribadinya. Kata dan konsep dalam bahasa tidak bersifat absolut, tidak bersifat apriori, tidak bersifat aposreiori sebab kata yang sama dapat memperoleh makna yang berbeda sesuai dengan maksud pembicara dan apa yang dihadapi. Bahasa manusia ada konteks yang tidak terbilang jumlahnya, justru disini letak bedanya, sebab diliputi oleh a. Ekpresi atau gaya b. Daya tank atau daya pesona c. Gerak-gerik yang melankolis, flagmatis dsb d. Gaya bahasa Bahasa dapat bersifat abstrak mupun teoritis, khususnya bahasa ilmiah, tetapi fungsi utamanya bahasa untuk berhubungan dengan dunia yang konkrit dengan menunjukkan aspek-aspek yang menanik serta membenikan arah yang bermakna. Bahasa digunakan sebagai petunjuk dan memberi arah, arah yang benar atau salah, arah tepat atau tidak tepat tergantung path penunjukkan sesuatu yang memberikan terhadap realitas sebab dunia itu sendiri diungkap dengan menggunakan bahasa. Jika bahasa manusia menyingkap makna yang sebenarnya dan dunia maka dunia dilekati dengan “kata”, “simbol” dan “tindakan”. A. Obyektif B. Subyektif C. lntersubyektif Fungsi Bahasa (Groys Keraf, Dr., P.3, Komposisi): (a). Untuk menyatakan Ekpresi diri Maksudnya : agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, keinginan untuk membebaskan din kita dan semua tekanan emosi. (b). Untuk alat komunikasi maksudnya: komunikasi tidak akan diterima bila ekpresi diri kita tidak diterima / difahami orang lain sempurna (c). Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social .maksudnya : bahasa memungkinkan integrasi/pembauran yang sempurna bagi individu dengan masyarakat dan bila ingin hidup tenteram dan harmonis dengan masyarakat harus menyesuaikan diri dengan masyarakat. (d). Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial maksudnya : usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain yang sifatnya over/terbuka dan covert/tertutup = tidak dapat diobservasi. Fungsi Bahasa (Herbert L. Searles, prof., p.20, Logika dan metode Ilmiah) (a). (a). Fungsi ekspresif atau emotif: Ditinjau dan sudut genetika mengenai perkembangan bahasa, bahwa bahasa mengalami proses evolusi sangat erat hubungannya dengan kehidupan emosi serta imaginasi. Fungsi ekspresif sering disebut fungsi puitis atau emotif, yang tampak dalam pencurahan rasa takut, rasa takjub yang dilahirkan tibatiba/serta merta. Rangsangan imaginasi menimbulkan ras senang, rasa takjub bagi yang terlihat, terbayang dalam pikiran. Contohnya: Ekspresif : rasa senang, rasa bangga, rasa tidak sepakat Emotif : teriakan, makian, kutukan, sumpah serapah yang bersifat perorangan. (b). Fungsi effektif atau praktis Pentingnya fungsi ini terutama bersifat sosial dalam hal keamanan, kesetiakawanan, dalam tindakan politik, dalam pemenntahan. Fungsi effektif bersifat utilier terutama sebagai alat propaganda yang maknanya dapat ditenima dan diikuti. Fungsi praktis dinyatakan suatu perintah untuk melakukan perbuatan “Pergi dan sini !!! Contohnya: Effektif : kerjasama, kesetiakawanan kerja dengan saling mengetahui, memahami Praktis : untuk propaganda, untuk memenintah, untuk saran. (c). Fungsi simbolis Fungsi inisearti dengan bahasa itu sendiri, karena dinyatakan dalam simbol bukan hanya menyatakan fakta melainkan untuk menyampaikan kepada fihak lain secara konsep atau penyampaian informasi yang bersifat imaginatif.. Contohnya: Simbolis : memberi nama benda tañpa memperhatikan benarsalahnya. (d). Fungsi logis dan komunikatif Secara luas fungsi mi termasuk dalam Fungsi simbolis, fungsi logis terlihat dalam hal menyatakan suatu fakta dan jika proposisi itu dibuat untuk menyampaikan fakta kepada orang lain maka akan terlihat fungsi komunikatifnya. Contoh: Fungsi logis dan komunikatif bahasa dapat diperoleh dan hubungan sosial : pendidikan, penyelidikan, pengajaran. Manfat mempelajari Logika: (a). Dapat berpikir secara logis baik formal maupun material (b). Mampu menggunakan penalaran dengan menggunakan bukti yang nyata dan benar dalam mengambil kesimpulan. (c). Bersikap teliti, tidak terbelenggu oleh ikatan yang menyulitkan dirinya. (d). Memperlua cakrawala berpikir dalam mengatasi masalahlproblema yang dihadapi. (e). Melakukan tindakan berpikir kritis, tajam, cermat dan tuntas. (f). Mampu menggunakan kata-kata yang tepat, pasti dan runtut secara sistematis. (g). Mampu melakukan tindakan: − Pengamatan − Hipotesa − Verifikasi − Evaluasi − Penyimpulan (h). Mendewasakan diri secara mandini serta mempertajam waspada terhadap propaganda yang menyesatkan/fallacy. Proses dan katalisator kreatif: (a). Merumuskan masalah dengan memusatkan pikiran pada masalah yang nyata dengan cara. menguasai masalah serta berpikir besar/ merentangkan pikiran. (b). Membuka diri terhadap semua gagasan yang berbeda dengan cara a) membebaskan pikiran b). mempersatukan pikiran c). meñsintesakan masalah terbaik, benar dan bertanggungjawab. (c). Memadukan pikiran sadar dan bawah sadar dalam keunikan individu. (d). Membuka perasaan dan intuisi yang mendalam : kreatif, imaginatif, asosiatif, dinamis terarah. (e). Memperkuat gagasan dengan cara memberi energi pada diri sendiri untuk bertindak secara nyata. (f). Mengubah gagasan menjadi tindakan secara : ketekunan, melakukan modifikasi secara optimum. (g). Merencanakan untuk tindakan: − Resiko dan tindakan kegagalan − Kegagalan hasil/produk − Mengurangi resiko − Mengambil manfaat terbesar − Sadar serta bertanggung jawab kepada kebenaran dan kepada Tuhan. (h). Mempertumbuhkan diri pribadi secara sadar dalam rangka mencari kebenaran. (i). Memberi energi pada pikiran agar memaksimalkan konsekwensi yang baik, benar dan sah. Tiga belas langkah menuju pembinaan pribadi yang dinamis/13 stops to a more dinamic perconality : Corl G. Goeller, William 0 Uraneck: 1. Hidupkan mesin pribadi, maka gaimbaran, gagasan, imaginasi akan bermunculan, imaginasi yang muncul dikembangkan kearah praktek menuju realitas. 2. Mengerahkan tenaga khayal untuk memecahkan masalah yang dihadapi baik yang berkualitas sederhana maupun yang bersifat komplek. 3. Membuang jauh-jauh kelemahan mental, aspiratif yang negatif terhadap halhal yang bersifat positif. 4. Memanfaatkan waktu secara maksimal agar menguntungkan diri dan tidak merugikan fihak lain. 5. Belajar menggunakan kekuatan mental sendiri, keyakinan serta kepercayaan diri dalam mengatasi segala masalah yang dihadapi. 6. Mengembangkan diri pribadi secara energik, dinamis, dan hari-kehari secara cermat, hati-hati, teliti dan tuntas. 7. Berdaya upaya menggunakan daya cipta dalam memperbesar penghasilan, perolehan, pendapatan baik bersifat materi maupun non materi. 8. Membentuk pola berpikir sucses uriented sebagai satu-satunya sasaran dalam segala tindakan. 9. Memiliki ketrampilan dalam “seni menjual”, terutama menjual ide, gagasan dengan cara mendorong pikiran, mengejutkan pikiran, membebaskan pikiran, dan mempersatukan pikiran. 10. Membentuk ajaran yang dinamis dalam usaha dan kehidupan pribadi dinamis ketaraf yang lebih berarti, dengan cara memusatkan pikiran, menguasai pikiran dan merentangkan pikiran. 11. Mengembangkan suatu kehidupan pribadi yang dinamis dengan cara: mengenal masalah, mendefinisikan masalah serta memecahkan masalah dengan membuka diri dengan sasaran hasil yang terbaik. 12. Merobah rasa bosan menjadi kegiatan yang dinamis, menghilangkan bibit gagasan yang telah mati serta menyusun gagasan baru yang lebih terencana. 13. Jadikan cara hidup ini bersikap kritis, analitis, dinamis serta bertanggungjawab, yang kebenaran dapat dipertanggungjawabkan secara religius. Langkah diatas mengutarakan cara berpikir yang menghasilkan kebijakan daripada kepandaian, bila bijaksana tidaklah sulit menjadi pandai, tapi bila bermula dari pandai tipislah peluang untuk bijaksana karena mudah terperangkap dalam intelegensi. Kebijaksaan bagai sudut besar lensa kamera, kepandaian laksana fokus-tajam sebuah lensa. Pikiran yang pandai menyukai kepastian berpikir reaktif, tingginya laju kecepatan berpikir membuat orang melangkahi beberapa tahap kearah kesimpulan.