BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1

advertisement
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis statistik deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data. Pada bab ini menyajikan statistik deskriptif dari 150 sampel
laporan tahunan (annual report) yang diperoleh dari BEI pada tahun 2013. Analisa
ini berfokus pada variabel independen (Profitabilitas, Keputusan Pendanaan,
Kebijakan Deviden, Pengungkapan Emisi Karbon) dan variabel dependen (nilai
perusahaan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai perusahaan
dipengaruhi oleh Profitabilitas, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Deviden dan
Pengungkapan Emisi Karbon. Pada penelitian ini data yang telah diperoleh kemudian
diperiksa oleh pemeriksa yang bersifat independen dan telah dinyatakan kebenaran
data pada angka 97% (dapat dilihat pada lampiran II). Dalam penelitian ini
analisis statistik deskriptif dilihat menggunakan nilai minimum, nilai maksimum,
rata-rata dan standar deviasi. Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
67
4.2
Karakteristik Variabel Independen
a) Karakteristik Variable Continous
Tabel 4.1
Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Variabel
Profitabilitas (dalam %)
Keputusan Pendanaan
(dalam %)
Kebijakan Deviden
(dalam %)
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
Standar Deviasi
-0,20
0,42
0,0559
0,09406
0,01
14,81
1,4237
1,91345
-0,34
3,77
0,2441
0,46466
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 ( dapat dilihat pada lampiran III )
Dari hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, 150 perusahaan yang menjadi
sampel, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa variabel profitabilitas yang diukur dengan
laba bersih setelah pajak dibanding dengan rata-rata total asset selama 2 (dua) tahun.
Variabel profitabilitas memiliki nilai rata-rata 5,59% artinya rata-rata perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar 5,59% dari total asset. Nilai minimum -20% artinya
perusahaan yang bersangkutan mengalami kerugian sebesar -20% dari aset yang
dimiliki. Nilai maksimum 42 % menunjukkan bahwa selama periode penelitian dari
150 perusahaan mampu menghasilkan laba sebesar 42% dari aset yang dimiliki.
Sedangkan standar deviasi 0,09406 artinya selama periode penelitian, ukuran
68
penyebaran dari variabel profitabilitas adalah sebesar 0,09406 dari 150 kasus yang
terjadi.
Variabel keputusan pendanaan diukur dengan total liabilitas dibanding
dengan total ekuitas. Variabel keputusan pendanaan memiliki nilai rata-rata 142,37%
artinya bahwa 150 perusahaan selama periode penelitian kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajibannya adalah sebesar 142,37% dari keseluruhan modal
yang dimiliki perusahaan tersebut. Nilai minimum 1% artinya bahwa kemampuan
minimal perusahaan dalam membayar kewajibannya adalah sebesar 1% dari total
modal perusahaan tersebut. Nilai maksimum 1.481% artinya bahwa kemampuan
maksimal perusahaan dalam membayar kewajibannya adalah sebesar 1.481% dari
total modal perusahaan tersebut. Sedangkan standar deviasi 1,91345 artinya selama
periode penelitian,ukuran penyebaran dari variabel kebijakan pendanaan adalah
sebesar 1,91345 dari 150 kasus yang terjadi .
Variabel kebijakan dividen diukur dengan dividen per share dibanding
dengan earning per share. Variabel kebijakan dividen memiliki nilai rata-rata 24,41%
artinya besarnya dividen rata-rata yang dibagikan kepada pemegang saham adalah
sebesar 24,41% dari laba per lembar sahamnya. Nilai minimum -34% artinya
besarnya dividen yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar -34% dari
laba perlembar sahamnya dan nilai maksimum 377% artinya besarnya dividen
maksimum yang dapat dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar 377% dari
laba per lembar sahamnya. Sedangkan standar deviasi 0,46466 artinya selama
69
periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel kebijakan dividen adalah sebesar
0,46466 dari 150 kasus yang terjadi .
b) Karakteristik Categorical Variabel
Terdapat satu macam variabel independen categorical dalam penelitian ini
yaitu variabel pengungkapan emisi karbon. Analisis deskriptif untuk variabel ini
menggunakan presentase. Pengukuran variabel pengungkapan emisi karbon pada
penelitianini menggunakan variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk
perusahaan high-profile yang mempunyai pengungkapan emisi karbon dan 0 untuk
perusahaan high-profile yang tidak mempunyai pengungkapan emisi karbon. Hasil
analisis deskriptif variabel tipe industri adalah sebagai berikut:
70
Gambar 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Pengungkapan Emisi Karbon
Pengungkapan Emisi Karbon
7.33%
Mempunyai Pengungkapan
Emisi Karbon
Tidak Mempunyai
Pengungkapan Emisi Karbon
92.67%
Sumber : Data diolah 2015
Penelitian ini hanya berfokus pada perusahaan yang masuk dalam kategori
industri high-profile. Cahaya et.al (2012), mengungkapkan perusahaan high-profile
(misalnya pertambangan) dapat mengungkapkan informasi lebih banyak tentang isu-isu
keselamatan kerja karena pekerja mereka memiliki risiko cedera lebih besar selama operasi
daripada perusahaan dalam
industri
low-profile (misalnya retail).
Gambar 4.1
menggambarkan distribusi perusahaan yang high profile yang mempunyai
pengungkapan emisi karbon (dikodekan dengan 1) dan high profile yang tidak
mempunyai pengungkapan emisi karbon (dikodekan dengan 0) menunjukkan bahwa
7,33% dari perusahaan sampel yang diklasifikasikan sebagai industri yang
71
mempunyai pengungkapan emisi karbon sedangkan 92,67% dari perusahaan sampel
diklasifikasikan sebagai industri yang tidak mempunyai pengungkapan emisi karbon.
Pengungkapan Emisi Karbon adalah variabel categorical, jenis industri
diukur dengan menggunakan sembilan kategori coding didasarkan pada klasifikasi
industri dari IDX Fact Book 2014. Tabel 4.2 berisi jumlah perusahaan sampel di
setiap klasifikasi industri berdasarkan IDX Fact Book 2014. Berikut penjelasannya:
Tabel 4.2
Distribusi Perusahaan Berdasarkan Klasifikasi Industri dari IDX Fact Book
2014
IDX Code
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Klasifikasi Berdasarkan
IDX Fact Book 2014
Agriculture
Mining
Basic Industry and
Chemical
Miscellaneous Industry
Consumer Goods
Industry
Property Real Estate and
Building Contruction
Infrastructure, Utilities,
and Transportation
Finance
Trade, Services, and
Investment
TOTAL
Jumlah
11
19
30
16
23
29
22
150
Sumber : Data Diolah 2015 (lihat lampiran 1)
Seperti terlihat pada tabel jumlah perusahaan sampel tidak merata karena
metode yang dipilih menggunakan simple random sampling dimana penentuan
sample diambil secara acak dan tidak dikategorikan berdasarkan jenis atau bidang
72
perusahaan. Klasifikasi industri dibagi menjadi dua yaitu high-profile dan lowprofile. Agriculture, mining, basic industry and chemicals, Miscellaneous
Industry,Consumer Goods Industry, Property Real Estate and Building Contruction,
danInfrastructure, Utilities, and Transportation (kode IDX 1-7) termasuk dalam
kategori high-profile sedangkan Finance, dan Trade, Services, and Investment
masuk dalam kategori low-profile (Kode IDX 8-9). Pengklasifikasian tipe industri
dalam penelitian ini konsisten dengan penelitian Cahaya et al. (2012), juga
melakukan pengklasifikasian dengan cara yang sama.
4.3
Karakteristik Variabel Dependen
Analisis deskriptif menunjukkan bahwa 150 perusahaan sebagai sampel
menjelaskan informasi nilai perusahaan. Tabel 4.3 menyajikan informasi tentang
minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi nilai perusahaan dari sampel
150 perusahaan.
Tabel 4.3
Hasil Analisis Statistik Deskriptif Variabel Dependen
Variabel
Minimum
Maksimum
Rata-Rata
Standar
Deviasi
5.08557
Nilai
0.11
46.63
2.6687
Perusahaan
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (dapat dilihat pada lampiran III )
Dari uraian tabel 4.3 diatas menujukan bahwa variabel nilai perusahaan yang
diukur dengan harga saham dibanding dengan nilai buku perusahaan pada tahun
2013. Nilai perusahaan yang terkecil adalah 0,11 dan nilai perusahaan terbesar
73
adalah 46,63 dengan nilai rata-rata sebesar 2,6687 artinya bahwa nilai suatu
perusahaan yang dilihat dari harga saham terhadap nilai buku perusahaan di pasar
modal yaitu sebesar 2,6687.Sedangkan standar deviasi sebesar 5,08557 artinya
bahwa standar error variabel nilai perusahaan sebesar 5,08557 dari rata-rata.
4.4
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah suatu pengujian hipotesis yang digunakan dalam
suatu penelitian yang menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak atau tidak
untuk dilakukan ke pengujian selanjutnya (Ghozali, 2011). Adapun uji asumsi klasik
pada penelitian ini ada tiga,yaitu:
4.4.1
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam sebuah
model regresi, variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah berdistribusi normal
atau mendekati normal (Qodariyah, 2013). Dalam penelitian ini pengujian normalitas
dilakukan
uji
statistik
kolmogorovsmirnov.
Hasil
uji
normalitas
dengan
menggunakan uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
74
Tabel 4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
N
150
Mean
Normal Parameters
a,b
Most Extreme
Differences
0,0000000
Std.
Deviation
0,87946943
Absolute
0,068
Positive
0,068
Negative
-0,049
Kolmogorov-Smirnov Z
0,068
Asymp. Sig. (2-tailed)
0,091
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (dapat dilihat pada lampiran III)
Pada uji normalitas sebelumnya dari hasil uji kolmogorov-smirnov (dapat
dilihat pada lampiran III), dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,000.
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini
terdistribusi tidak normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di bawah 0,05 dan
model regresi tersebut tidak layak digunakan untuk analisis selanjutnya. Untuk
mengatasi masalah ini sehingga perlu dilakukan log pada data agar model regresi
terdistribusi secara normal dengan terlebih dahulu membuat semua data menjadi
positif. Setelah data berhasil di log maka hasil uji normalitas dengan menggunakan
uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 4.4 di atas. Dari hasil uji
kolmogorov-smirnov di atas, dihasilkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,091.
75
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini
terdistribusi normal karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) di atas 0,05 dan model
regresi tersebut layak digunakan untuk analisis selanjutnya.
4.4.2
Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas dilakukan dengan tujuan untuk menguji model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji multikolonieritas
dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan nilai VIF, jika nilai tolerance
>0,10 dan nilai VIF<10 maka tidak terjadi gejala multikolonieritas dalam model
regresi tersebut. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
Kesimpulan
Profitabilitas
0,868
1,152
Tidak ada Multikolinieritas
Keputusan
Pendanaan
0,892
1,121
Tidak ada Multikolinieritas
Kebijakan Deviden
0,959
1,043
Tidak ada Multikolinieritas
Pengungkapan
Emisi Karbon
0,996
1,004
Tidak ada Multikolinieritas
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (dapat dilihat pada lampiran III)
76
Dari hasil analisis uji multikolonieritas di atas, dihasilkan nilai tolerance
>0.10 dan nilai VIF < 10. Semua variabel independen pada tabel 4.5 tersebut tidak
ada multikolonieritas. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah multikolonieritas dalam model regresi ini dan dapat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
4.4.3
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan menggunakan uji glejser. Uji glejser yaitu dengan mentransformasi nilai
residual menjadi absolut residual dan meregresnya dengan variabel independen
dalam model. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
(Constant)
Koofisien
regresi
Signifikansi
Kesimpulan
4.122
Profitabilitas
-3,072
0,064 Tidak ada heteroskedastisitas
0,019
0,684 Tidak ada heteroskedastisitas
Kebijakan Deviden
-0,010
0,981 Tidak ada heteroskedastisitas
Pengungkapan Emisi
Karbon
-0,155
0,387 Tidak ada heteroskedastisitas
Keputusan Pendanaan
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (lihat pada lampiran III)
77
Dari hasil uji heteroskedastisitas sebelumnya (dapat dilihat pada lampiran
III) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan variabel keputusan pendanaan
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual
(AbsRes). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di bawah tingkat
kepercayaan 5%. Sedangkan variabel kebijakan dividen signifikan secara statisitik
tidak mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (AbsRes). Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat
disimpulkan model regresi mengandung adanya heteroskedastisitas.
Untuk
mengatasi masalah ini sehingga perlu dilakukan log pada data agar model regresi
terdistribusi secara normal dengan terlebih dahulu membuat semua data menjadi
positif. Setelah data berhasil di log maka uji heteroskedastisitas dengan
menggunakan uji glejser dapat dilihat pada tabel 4.6 di atas.
Hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa
variabel profitabilitas, keputusan pendanaan dan kebijakan deviden signifikan secara
statisitik tidak mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Residual (AbsRes2).
Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi
dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas dan
dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.
78
4.5
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Hasil analisis regresi berganda dalam
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel
Prediksi
Koofisien
Regresi
Konstanta
Thitung
Signifikansi Kesimpulan
0,496
Profitabilitas
Keputusan Pendanaan
Kebijakan Deviden
Pengungkapan Emisi
Karbon
+
24,641
5,760
0,000
Signifikan
-
0,404
1,946
0,054
Signifikan
Moderat
+
1,120
1,359
0,176
Tidak
Signifikan
+
-0,714
-0,497
0,620
Model Summary :
Adjusted R Square
: 0,190
Standar Error Estimasi
: 4,57609
Regresion Model
: 0,000
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (dapat dilihat pada lampiran III)
Dari hasil analisis regresi linier berganda di atas, maka model persamaan
regresi yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
PBV = 0,496 + 24,641ROA + 0,404DER + 1,120DPR – 0,714EMISIKARBON
3
Dapat dilihat pada bab III hal.67
79
3
Tidak
Signifikan
Dari hasil model persamaan regresi diatas, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
a) Nilai konstanta sebesar 0,496. Hasil ini dapat diartikan bahwa jika tidak ada
variabel bebas yang terdiri dari profitabilitas,keputusan pendanaan,kebijakan
deviden dan pengungkapan emisi karbon yang mempengaruhi nilai
perusahaan atau apabila besarnya nilai seluruh variabel independen adalah 0,
maka besarnya nilai perusahaan akan naik sebesar 0,496.
b) Nilai koofisien regresi variabel profitabilitas adalah sebesar 24,641. Hasil ini
dapat diartikan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, dengan koofisien regresi variabel profitabilitas sebesar
24,641, apabila variabel profitabilitas meningkat sebesar satu satuan, maka
nilai perusahaan akan meningkat sebesar 24,641 dengan asumsi semua
variabel independen lain konstan.
c) Nilai koofisien regresi variabel keputusan pendanaan adalah sebesar 0,404.
Hasil ini dapat diartikan bahwa keputusan pendanaan mempunyai pengaruh
positif terhadap nilai perusahaan, dengan koofisien regresi variabel keputusan
pendanaan sebesar 0,404, apabila variabel keputusan pendanaan meningkat
sebesar satu satuan, maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,404
dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
d) Nilai koofisien regresi variabel kebijakan deviden adalah sebesar 1,120. Hasil
ini dapat diartikan bahwa kebijakan deviden mempunyai pengaruh positif
80
terhadap nilai perusahaan, dengan koofisien regresi variabel kebijakan
deviden sebesar 1,120, apabila variabel kebijakan deviden meningkat sebesar
satu satuan, maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 1,120 dengan
asumsi semua variabel independen lain konstan.
e) Nilai koofisien regresi variabel pengungkapan emisi karbon sebesar -0,714.
Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pengungkapan emisi karbon mempunyai
pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, dengan koofisien regresi variabel
pengungkapan emisi karbon sebesar -0,714, apabila perusahaan tersebut
memiliki pengungkapan emisi karbon maka nilai perusahaan akan menurun
sebesar -0,714 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
4.6
Uji Hipotesis
4.6.1
Uji Koefisien Determinasi
Pengukuran koefisien determinasi (Adjusted R 2) dilakukan untuk mengetahui
persentase pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel dependen.
Hasil analisis koofisien determinasi dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model
R
R Square
Adjusted
R Standar Error
Square
Estimasi
1
0,461
0,212
0,190
4,57609
Sumber : Data Output SPSS diolah 2015 (lihat pada lampiran III)
81
Hasil analisis koofisien determinasi diatas, dihasilkan nilai koofisien
determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,190. Hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa besarnya variasi variabel independen dalam mempengaruhi model persamaan
regresi adalah sebesar 19% dan sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
4.6.2
Uji Statistik T
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistik t. Hasiluji
statistik t dapat dilihat pada tabel 4.4 (Hasil Analisis Regresi Berganda). Adapun
hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Pengujian hipotesis pertama
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi
koofisien regresi dari variabel profitabilitas. Hipotesis pertama penelitian ini
menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Besarnya koofisien regresi profitabilitas yaitu 24,641 dan nilai
signifikansi sebesar 0,000. Pada tingkat signifikansi α= 5%; maka koofisien regresi
tersebut signifikan karena nilai signifikansi 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini mendukung hipotesis pertama yang menyatakan bahwa “Profitabilitas
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan” atau Hipotesis pertama
didukung. Dengan demikian semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi nilai
perusahaan.
82
2) Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi
koofisien regresi dari variabel keputusan pendanaan. Hipotesis kedua penelitian ini
menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
nilai perusahaan. Besarnya koofisien regresi kebijakan pendanaan yaitu 0,404 dan
nilai signifikansi sebesar 0,054. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koofisien
regresi tersebut signifikan di tingkat moderat karena nilai signifikansi 0,054 > 0,05
sehingga dapat disimpulkan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis kedua yang
menyatakan bahwa “keputusan pendanaan berpengaruh negatif signifikan terhadap
nilai perusahaan” atau hipotesis kedua tidak didukung.
3) Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi
koofisien regresi dari variabel kebijakan deviden. Hipotesis ketiga penelitian ini
menyatakan bahwa kebijakan deviden berpengaruh positif signifikan terhadapnilai
perusahaan. Besarnya koofisien regresi kebijakan deviden yaitu 1,120 dan nilai
signifikasi 0,176. Pada tingkat signifikansi α = 5%; maka koofisien regresi tersebut
tidak signifikan karena nilai signifikansi 0,176 > 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebijakan deviden tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “kebijakan dividen
83
berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan” tidak didukung atau
hipotesis ketiga dalam penelitian gagal didukung.
4) Pengujian Hipotesis Keempat
Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi
koofisien regresi dari variabel pengungkapan emisi karbon. Hipotesis keempat
penelitian ini menyatakan bahwa pengungkapan emisi karbon berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Besarnya koofisien regresi pengungkapan emisi
karbon yaitu -0,714 dan nilai signifikansi sebesar 0,620. Pada tingkat signifikansi α =
5%; maka koofisien regresi tersebut tidak signifikan karena nilai signifikansi 0,620>
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa pengungkapan emisi karbon tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Dengan demikian hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa “pengungkapan emisi karbon berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan” tidak didukung atau hipotesis keempat dalam
penelitian gagal didukung.
Dari ke empat hipotesis yang diajukan hanya satu variabel yang diterima
(didukung) Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini:
84
Tabel 4.9
Pengujian Hipotesis
Variabel
Profitabilitas
Hipotesis
H1
Keputusan
Pendanaan
H2
Kebijakan Deviden
H3
Pengungkapan
Emisi Karbon
H4
Deskripsi
Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikanterhadap
nilai perusahaan
Keputusan
Pendanaan
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
nilai perusahaan
Kebijakan Dividen
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai perusahaan
Pengungkapan Emisi
Karbon berpengaruh
positif signifikan
terhadap nilai
perusahaan
Hasil
Diterima
Ditolak
Ditolak
Ditolak
Sumber : Data Diolah 2015
4.7 Pembahasan
4.7.1
Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus
sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Hal
tersebut dapat dijelaskan karena perusahaan berhasil meningkatkan laba,
memberikan sebuah isyarat bahwa perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang
baik, sehingga dapat memberikan sinyal positif kepada para investor dan dapat
membuat harga saham perusahaan meningkat. Peningkatan harga saham yang terjadi
85
di pasar, maka secara otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007).
Dalam
penelitian
ini
diperoleh
bahwa
profitabilitas
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel profitabilitas
memiliki koefisien yang positif yaitu sebesar 24,641. Hal ini menggambarkan bahwa
jika terjadi kenaikan profitabilitas sebesar 1 satuan maka nilai perusahaan akan
meningkat sebesar 24,641 dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan profitabilitas berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa besar
kecilnya profitabilitas akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Wirajaya (2013), yang
menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. Begitu juga hasil penelitian ini memperkuat temuan
penelitian Ulya (2014), yang membuktikan bahwa profitabilitas mempunyai
pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
4.7.2
Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan pendanaan menjelaskan bagaimana perusahaan membiayai
kegiatan operasionalnya. Struktur finansial yang menggambarkan bagaimana aktiva
perusahaan dipergunakan, menggambarkan perbandingan antara keseluruhan modal
asing (hutang) dengan modal sendiri (ekuitas). Keputusan pendanaan bisa bersumber
dari utang jangka pendek (currentliabilities) maupun utang jangka panjang (long
term debt) dan modal saham perusahaan yang terdiri dari saham preferen (preferred
86
stock) dan saham biasa (common stock) (Qodariyah, 2013). Dalam penelitian ini
diperoleh bahwa keputusan pendanaan berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Variabel keputusan pendanaan memiliki koofisien yang positif yaitu
sebesar 0,404. Hal ini menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan keputusan
pendanaan sebesar 1 satuan maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 0,404
dengan asumsi semua variabel independen lain konstan.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan keputusan pendanaan berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa jenis keputusan
pendanaan yang dilakukan akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibawa (2010), yang
menemukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan.
4.7.3
Pengaruh Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan
“Kebijakan dividen menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang
menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya, laba tersebut bisa dibagi sebagai
dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan, 2000:381)”. Dividen
adalah salah satu alasan bagi para investor ketika mereka menanamkan modalnya
untuk investasi. Apabila perusahaan menyimpan laba ditahan dalam jumlah besar,
berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen akan menjadi kecil, sebaliknya
jika perusahaan lebih memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka hal
tersebut akan mengurangi porsi laba ditahan dan mengurangi sumber dana dari
87
dalam perusahaan, namun tentu saja akan meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham. Dengan demikian aspek penting dari keputusan dividen adalah
menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran laba sebagai dividen dengan
laba yang ditahan perusahaan (Ustiani, 2014). Dalam penelitian ini diperoleh bahwa
kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel
kebijakan dividen memiliki koofisien yang positif yaitu sebesar 1,120. Hal ini
menggambarkan bahwa jika terjadi kenaikan kebijakan dividen sebesar 1 satuan
maka nilai perusahaan akan meningkat sebesar 1,120 dengan asumsi semua variabel
independen lain konstan.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan Kebijakan Deviden tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Hasil ini mengindikasikan bahwa
besar kecilnya kebijakan deviden tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Wijaya dan Wibawa,
(2010), yang menemukan bahwa kebijakan deviden berpengaruh signifikan terhadap
nilai perusahaan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2013),
yang membuktikan bahwa kebijakan deviden berpengaruh secara signifikan positif
terhadap nilai perusahaan.
88
4.7.4
Pengaruh Pengungkapan Emisi Karbon Terhadap Nilai Perusahaan
Emisi karbon mempunyai dampak yang signifikan terhadap aktivitas dan
perilaku bisnis (Saka dan Oshika, 2013). Tingkat polusi pada air mempunyai dampak
negatif signifikan terhadap nilai perusahaan (Saka dan Oshika, 2013). Perusahaan
dengan pengungkapan lingkungan dihubungkan dengan biaya modal saham yang
rendah karena biaya modal saham yang rendah seharusnya dapat menaikkan nilai
pasar saham (Saka dan Oshika, 2013). Berdasarkan penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengungkapan yang banyak atas lingkungan dapat menaikkan
nilai pasar saham dari perusahaan. Saka dan Oshika (2013), telah meneliti hubungan
pengungkapan lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.Dalam
penelitian ini diperoleh bahwa pengungkapan emisi karbon tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai perusahaan. Variabel pengungkapan emisi karbon memiliki
koefisien yang negatif yaitu sebesar -0,714. Hal ini menggambarkan bahwa jika
terdapat perusahaan yang mempunyai pengungkapan emisi karbon maka nilai
perusahaan akan menurun sebesar -0,714 dengan asumsi semua variabel independen
lain konstan.
Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan pengungkapan emisi karbon tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.Hasil ini mengindikasikan bahwa
bahwa baik perusahaan high-profile yang mempunyaipengungkapan emisi karbon
maupun high-profile yang tidak mempunyai pengungkapan emisi karbon tidak akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil ini mengindikasikan bahwa baik perusahaan
89
high-profile yang mempunyai pengungkapan emisi karbon dan high-profile tidak
mempunyai pengungkapan emisi karbon hampir sama. Jumlah perusahaan highprofile yang mempunyai pengungkapan emisi karbon hanya sedikit dibandingkan
perusahaan high-profile yang tidak mempunyai pengungkapan emisi karbon
sehingga hasil penelitian menjadi kurang optimal. Artinya sampel tersebut kurang
dapat mendukung penelitian ini. Perbedaan tersebut mungkin terjadi karena
perbedaan pengukuran dalam menentukan tipe industri. Klasifikasi tipeindustri bisa
berbeda dan dipengaruhi oleh metode dalam pemilihan sampel .Hasil ini sesuai
dengan penelitian Cahaya et.al (2012), yang menemukan hasil bahwa tipe industri
tidak berpengaruh signifikan yang menguji hubungannya terhadap pengungkapan
tenaga kerja di Indonesia.
90
Download