Hipertensi Pada Wanita Hamil Nama: Marliani Hanifah Mahmud NIM: 102013487 Alamat Korespondensi: Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510. Abstrak Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic diatas 140/90 mmHg. Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu daripada tiga penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Hipertensi ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, sakit tengkuk, gangguan penglihatan , vertigo , tenitus dan mengakibatkan pingsan. Hipertensi bisa diobati dengan obat yang berhasil untuk menurunkan tekanan darah sama ada melalui mekanisme vasodilatasi pembuluh darah mahupun mengurangkan volume curah jantung. Melalui perubahan pada polah hidup seperti diet sehat, olahraga teratur, tidak merokok dan konsumsi minuman beralkohol juga bisa mengurangkan hipertensi. Kata Kunci : Hipertensi , vasodilatasi, curah jantung Abstract Hypertension defined as systolic and diastolic pressure is above 140/90 mmHg. Measurement made atleast twice in four hours interval. Hypertension in pregnancy is 515% difficulties in pregnancies and one of three causes of mortality and morbidity in prengnant mother. Hypertension marked by the symptoms like headache, neckache, vision disturbance, vertigo,tenitus and fainted. It can be treated by lowering the blood pressure through mechanism of vasodilation of blood vessel and mechanism of lowering the stroke volume of hearts. Hypertension can be reduced through changing lifestyle such as healthy diet, consistent recreational activity, stop smoking and stop consuming alcoholic drinks. Keywords: hypertension, vasodilation, stroke volume Skenario Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke Poliklinik Ukrida dengan keluhan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Pemeriksaan fisik : TD 140/110 mmHg, nadi 84x /menit, suhu 36.8 derajat celcius, nafas 2x/ menit. Hamil 14 minggu G1P0A0. Pemeriksaan cor, pulmo dan abdomen dalam batas normal. Hipotesis Wanita tersebut diduga mengalami hipertensi gestasional. Ini karena tekanan darah wanita tersebut ialah 140/110 mmHg di usia kandungannya 14 minggu serta tidak ditemukan proteinuria. Pendahuluan Hipertensi didefinisikan dengan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas 140/90 mmHg. Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu daripada tiga penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin.1 Hipertensi dalam kehamilan bisa diklasifikasikan kepada 5 jenis. Yaitu hipertensi kronik di mana timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sehingga 12 minggu pascapersalinan. Preeclampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan dan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preklampsia yang ditandai dengan kejang-kejang dan/atau koma. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia pula adalah hipertensi kronis di sertai tanda preeclampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria. Yang terakhir adalah hipertensi gestational. Di mana hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tapi tanpa proteinuria.1 Hipertensi yang dibahaskan dalam makalah adalah hipertensi gestational. Kadar mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi di Indonesia karena disebabkan etiologinya yang tidak jelas, keterlibatan petugas non-medik dalam perawatan persalinan dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan adalah sering terjadi sehingga semua petugas medic harus benar-benar memahami pengelolaan hipertensi dalam kehamilan. Anamnesis Pada anamnesis ditanyakan kepada pasien mengenai identitas diri seperti nama, usia, pekerjaan, dan tempat tinggal. Berdasarkan scenario, pasien adalah wanita usia 30 tahun. Pada pasien yang hamil, ditanyakan sudah berapa bulan usia kehamilan, apakah pernah hamil sebelumnya, pernah melahirkan anak, dan pernah aborsi. Berdasarkan scenario , usia kehamilan pasien adalah 14 minggu, hamil kali pertama, belum pernah partus dan abortus. Terus ditanyakan keluhan utama pasien. Keluhan utama pasien berdasarkan scenario adalah merasakan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Ditanyakan apakah sebelumnya pernah menderita sakit seperti ini, apa di keluarga mempunyai sakit seperti ini dan apakah sudah melakukan pengobatan dan konsultasi dokter lain sebelumnya. Pemeriksaan Fisik Pada mulanya ditentukan keadaan umum dan kesadaran pasien. Pasien tampak sakit sedang dan kesadaran adalah compos mentis. Dilihat konjungtiva adakah anemis dan sclera apakah ikterik. Seterusnya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pemeriksaan tanda vital adalah tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan. Tekanan darah adalah 140/110 mmHg, nadi 84 x/ menit, suhu 36.8 derajat celcius, dan nafas adalah 22 x/ menit. Seterusnya diteruskan dengan pemeriksaan fisik bahagian jantung, paru dan abdomen. Semuanya adalah dalam batas normal sewwaktu inspeksi, tidak ditemukan kelainan seperti bekas operasi, lesi kulit dan massa dan benjolan. Pada palpasi dimana tidak dijumpakan pembesaran organ seperti paru, hepar, jantung, limfa dan ginjal dan tiada nyeri dirasakan sewaktu di palpasi. Sewaktu di perkusi, kedudukan organ adalah pada batas yang wajar. Dan tidak adanya shifting dullness. Pada auskultasi didengarkan bunyi paru normal dan bunyi jantung yang normal. 2 Pemeriksaan Penunjang Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang yang boleh dilakukan adalah urinalisis, dengan metode carik celup urin menggunakan strip khusus dimana untuk menilai kadar protein dalamtubuh pasien. Apakah adanya keterlebihan protein yang dipanggil proteinuria. Ada tidaknya proteinuria boleh menegakkan diagnosis. Sekiranya terdapat proteinuria maka pasien dijangka mengidap preeclampsia.3 Manakala sekiranya tidak terdapat proteinuria, maka pasien dijangka mengidap gestasional hypertension. Selain dari pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui ada tidaknya kenaikan kadar haemoglobin dan hematocrit untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hemokonsentrasi Gambar 1: Dipstick Test Untuk Mengesan Proteinuria 4 Diagnosis Kerja Hipertensi Gestasional. Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah apabila diukur lebih dua kali atau lebih dan dilakukan pengukuran dalam masa interval beberapa kali kunjungan yang tertentu, dilakukan pada waktu duduk mahupun baring. Tekanan darah sistolik adalah lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolic adalah lebih dari 90mmHg. Antara faktok yang menyebabkan hipertensi adalah peningkatan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer pembuluh darah.5 Hipertensi dapat dibahagikan ke dalam beberapa kelompok yang pertama adalah hipertensi primer. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabknya. Terdapat daripada 95% kasus dan terdapat banyak factor yang menyumbang kepada hipertensi primer seperti genetic, lingkungan, diet, sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, konsomsi alcohol, kebiasaan merokok, obesitas dan lain- lain. Hipertensi sekunder ialah hipertensi yang penyebab spesifik yang diketahui misalnya terdapat penyakit ginjal seperti glomerulonephritis akut, nefritiskronis, penyakit poliarteritis, diebetis nefropati. Selainnya mempunyai penyakit endokrin seperti hipertiroid. Klasifikasi hipertensi mengikut JNC7 STAGE NORMAL PRE GRADE I GRADE II SYSTOLIC (mmHg) < 120 120 – 139 140 – 159 > 160 DIASTOLIC (mmHg) < 80 80 – 89 90 - 99 > 100 Table 1: Klasifikasi Hipertensi6 Hipertensi pada kehamilan juga wujud beberapa jenis. Antaranya ialah.1 1. Preeklampsia: hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuria (>300mg/24 jam urin) yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya normotensi. 2. Hipertensi kronik : tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang telah ada sebelum kehamilan, pada saat kehamilan 20 minggu yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca partus. 3. Preeklampsia pada hipertensi kronik : hipertensi pada perempuan hamil yang kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah ada hipertensi dan proteinuria, adanya kenaikan mendadak tekanan darah atau proteinuria, trombositopenia, atau peningkatan enzim hati. 4. Hipertensi gestasional : terjadi pada saat kehamilan 20 minggu tetapi tanpa proteinuria. Pada perkembangannya dapat terjadi proteinuria sehingga dianggap sebagai preeklampsia. Kemudian dapat juga keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi kronik. Pasien didiagnosa mengidap hipertensi gestasional. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria. Hipertensi menghilang 3 bulan setelahbersalin. Maksud lain adalah kehamilan dengan tanda preeclampsia namun tanpa proteinuria. Pasien didiagnosa karena hipertensi timbul sewaktu hamil dan data pengobatan lain yang tidak diberikan seperti ada tidaknya proteinuria serta riwayat penyakit hipertensi sebelum kehamilan, maka boleh dikatakan pasien mengidap hipertensi gestasional dimana timbul setelah pasien hamil. Diagnosis Banding Diagnosis banding adalah hipertensi primer dalam kehamilan. Hipertensi primer adalah disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dari penderita seperti merokok, tidak menjaga pola makan yang sehat, tidak berolahraga, konsumsi garam yang berlebihan dan minum minuman beralkohol. Wanita yang sudah mengalami hipertensi sebelum hamil lagi dipanggil hipertensi primer dalam kehamilan dan beresiko ketika hendak melahirkan anak.5 Wanita tersebut juga boleh jadi telahpun mengidap penyakit hipertensi sebelum hamil tetapi karena tiada data yang diberikan tentang riwayat penyakit dahulu, maka kita tidak dapat memastikan apakah benar dia sememangnya sudah mengidap hipertensi sebelum hamil atau tidak. Jadi hipertensi primer dalam kehamilan dijadikan diagnosis banding. Gejala Klinis Gejala klinis hipertensi gestational adalah sama seperti hipertensi preeclampsia kecuali tanpa proteinuria. Antara gejala yang sering didapati adalah edema dan hipertensi. Namun edema sudah tidak diambil kira karena edema adalah sangat biasa dalam kalangan ibu hamil. Sekiranya sudah ada gejala ini maka sudah bisa dideteksi penyakitnya namun apabila sudah timbul maka gejala seperti gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium penyakit ini sudah cukup lanjut.1 Kebanyakan pasien dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala, bahkan pada pembacaan tekanan darah mencapai tingkat yang membahayakan. Beberapa pasien dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami sakit kepala terutama di belakang kepala,pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desing dalam telinga) gangguan penglihatan, pingsan.5 Gambar 2: Gejala Darah Tinggi6 Patofisiologi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus(kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 7 Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi primer merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi primer dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. 7 Gambar 3: Patofisiologi Hipertensi 7 Terdapat banyak teori yang digunapakai tentang perkara yang menyebabkan terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Antaranya adalah teori kelainan vaskularisasi plasenta Pada kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterine dan arteri ovarika. Kedua tersebut menembus myometrium membentuk arteri arkuata da memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Pada hamil normal, sebabnya yang belum jelas terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehungga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spirallis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plsaenta. Akhirnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. Pertumbuhan ini dinamakan remodeling arteri spiralis. Namun pada hipertensi pada kehamilan tidak adanya invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dank eras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis sehingga alliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemi plasenta. Dampak iskemia plasenta dapat menjelaskan patogenisis hipertensi dalam kandungan selanjutnya. Diamerter rata-rata arteri pada hamil normal adalah 500 mikron, sedangkan pada preekalampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali darah ke utero plasenta.1 Gambar 4: Teori Vaskularisasi Plasenta1 Epidemiologi Menurut kajian yang dilakukan di United Kingdom oleh Leon Chesley, 0.08% daripada komplikasi ketika hamil dan melahirkan adalah karena preeclampsia. manakala preeclampsia adalah sebanyak 2.9% daripada seluruh kasus komplikasi ketika hamil. Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi tertinggi ditemukan di ProvinsiKalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%).8 Pengobatan Tujuan utama pengobatan adalah untuk menurunkan tekanan darah agar kembali normal kepada kurang 140/90 mmHg dan untuk individu yang beresiko adalah kepada 130/80 mmHg dan untuk wanita hamil adalah kepada 140-150 tekanan sistolik, dan 90-100 mmHg tekanan diastolik. Pada perempuan hamil yang telah mengalami gangguan organ target, tekanan darah dianjurkan diturunkan sehingga kurang 140/90 mmHg sehingga mencapai 120/80 mmHg. Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika, terutama jenis thiazide (hydrochlorothiazide) atau aldosteron antagonis (spironolactone), beta blocker (atenolol, propanolol), calcium channel blocker (nifedipine, amlodipine) atau calcium antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (captopril, ramipril), Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB) (Losartan, Valsartan). Pada 2014 melalui upaya laporan dari Panel Members Appointed to the Eight Joint National Committee ( JNC 8) algoritma pengurusan hipertensi telah dikeluarkan seperti yang berik Gambar 5: Tatalaksana Hipertensi Berdasarkan JNC89 Manakala pengobatan hipertensi pada wanita yang hamil menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia adalah seperti berikut.5 GOLONGAN OBAT DOSIS Agonis Alfa Sentral Metildopa – Drug of choice 250mg-4g 2kali sehari Penghambat Beta Atenolol dan metoprolol 50mg-100mg / hari aman dan efektif pada kehamilan trimester akhir Penghambat Alfa dan Beta Labetolol – efektif seperti 100mg-240mg 2 kali sehari metildopa, pada kegawatan dapat diberi intravena Antagonis Kalsium Nifedipin oral, isradipin iv – 120mg/hari dipakai pada kedaruratan hipertensi Inhibitor ACE dan KONTRAINDIKASI – Antagonis Angiotensin menyebabkan kematian - janin atau abnormalitas Diuretik Jika dipakai sebelum - kehamilan maka direkomendasi. Tapi jika terjadi preeclampsia, tidak direkomendasi Vasodilator Hydralazine- tidak dianjurkan krn efek perinatal. Table 2 : Pengobatan Hipertensi Wanita Hamil . Non medika mentosa - Penatalaksanaan Terapi Non Farmakologis Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.5 Meningkatkan aktifitas fisik. Orang yang akt ivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30% hingga 50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30 hingga 45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.5 Mengurangi asupan natrium.Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi oleh dokter.5 Menurunkan konsumsi kafein dan alcoholKafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2 hingga 3 gelas per hari dapat meningkatkan risiko hipertensi.5 Komplikasi Tekanan yang berlebihan pada dinding arteri yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah serta organ-organ dalam tubuh. Semakin tinggi tekanan darah dan semakin lama dibiarkan tidak terkendali, semakin besar risiko kerusakan. Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. akibat pengerasan dan penebalan arteri (aterosklerosis). Peningkatan tekanan darah juga dapat menyebabkan pembuluh darah menjali melemah sehingga membentuk tonjolan (aneurisma). Jika pecah aneurisma dapat mengancam nyawa. Untuk memompa darah dengan melawan tekanan yang lebih tinggi di pembuluh darah, otot jantung menjadi lebih tebal. Akhirnya, otot yang menebal mungkin mengalami kesulitan memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, menyebabkan gagal jantung. Pembuluh darah di ginjal yang melemah dan menyempit pembuluh darah mencegah organ tersebut dari berfungsi secara normal. Pembuluh darah yang menebal, menyempit atau robek di mata pula dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Sindrom metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolisme tubuh, termasuk peningkatan lingkar pinggang, trigliserida tinggi, rendah high-density lipoprotein (HDL) kolesterol, tekanan darah tinggi dan tingkat insulin yang tinggi. Kondisi ini membuat pasien lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes, penyakit jantung dan stroke.10 Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan memori atau pemahaman konsep lebih sering terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi. Gambar 6 : Komplikasi Hipertensi Prognosis Wanita dengan yang sudah mengalami hipertensi ringan sampai sedang (BP kurang dari 160/110 mm Hg) berada pada risiko rendah komplikasi perinatal. Risiko komplikasi (misalnya, preeklampsia, abrutio plasenta, gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur) meningkat pada hipertensi berat. Hipertensi gestasional: risiko mirip dengan wanita normotensi, tetapi 40% dari mereka yang mengalami gejala sebelum 34 minggu kehamilan akan terus berkembang menjadi pre-eklampsia. Wanita yang mengalami hipertensi gestasional atau preeklampsia akan mempunyai risiko tinggi hipertensi, penyakit jantung dan stroke. Gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung pada wanita. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup, kontrol BP biasa, dan pengendalian faktor metabolik adalah direkomendasikan setelah melahirkan, untuk menghindari komplikasi pada kehamilan berikutnya dan untuk mengurangi risiko kardiovaskular ibu di masa depan. Kesimpulan Setelah dibahaskan maka dikatakan hipotesis diterima bahawa wanita tersebut mengalami hipertensi gestasional di mana wanita tersebut mengalami hipertensi setelah hamil dan mempunyai faktor resiko untuk terjadi penyakit sakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan ganguan penglihatan. Sekiranya diobati secara adekuat dengan obat yang bertepatan, maka nyawa ibu dan anak dapat diselamatkan dan bebas daripada sebarang kecacatan. DAFTAR PUSTAKA 1. Suhardjono. Hipertensi pada kehamilan. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.h.1102-1100 2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-5. Indonesia : Penerbitan Buku Kedokteran ; 2006. 15-76 3. Herawati S, Ign I, SL Halim, Regie S, Sinsanta. Patologi Klinik Urinalisis. Edisi ke-2. Indonesia ; Bagian Patologi Klinik FK UKRIDA ; 2008. 57 4. Diunduh dari : labkesehatan.blogspot.com pada 15 Sept 2015 5. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.h.1085-1079 6. Diunduh dari : obathipertensi.blogspot.com pada 15 Sept 2015 7. Williams H. Hypertension: pathophysiology and diagnosis. Pharmaceutical Journal [Internet]. 2015. Available from: http://www.pharmaceutical-journal.com/learning/cpdarticle/hypertension-pathophysiology-and-diagnosis/20067718.cpdarticle 8. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia. Maj Kedokt Indon. 2009;59(12) 9. Diunduh dari : http://jama.jamanetwork.com pada 15 Sept 2015 10. Huang Y, Cai X, Li Y, et al. Prehypertension and the risk of stroke: a meta-analysis. Neurology. 2014 Mar 12.