Hipertensi Pada Wanita Hamil

advertisement
Hipertensi Pada Wanita Hamil
Nama: Marliani Hanifah Mahmud
NIM: 102013487
Alamat Korespondensi: Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara, No 6, Jakarta 11510.
Abstrak
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic diatas 140/90 mmHg. Pengukuran
dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Hipertensi dalam kehamilan merupakan
5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu daripada tiga penyebab mortalitas dan
morbiditas ibu bersalin. Hipertensi ditandai dengan gejala seperti sakit kepala, pusing, sakit
tengkuk, gangguan penglihatan , vertigo , tenitus dan mengakibatkan pingsan. Hipertensi bisa
diobati dengan obat yang berhasil untuk menurunkan tekanan darah sama ada melalui
mekanisme vasodilatasi pembuluh darah mahupun mengurangkan volume curah jantung.
Melalui
perubahan pada polah hidup seperti diet sehat, olahraga teratur, tidak merokok dan
konsumsi minuman beralkohol juga bisa mengurangkan hipertensi.
Kata Kunci : Hipertensi , vasodilatasi, curah jantung
Abstract
Hypertension defined as systolic and diastolic pressure is above 140/90 mmHg.
Measurement made atleast twice in four hours interval. Hypertension in pregnancy is 515% difficulties in pregnancies and one of three causes of mortality and morbidity in
prengnant mother. Hypertension marked by the symptoms like headache, neckache, vision
disturbance, vertigo,tenitus and fainted. It can be treated by lowering the blood pressure
through mechanism of vasodilation of blood vessel and mechanism of lowering the stroke
volume of hearts. Hypertension can be reduced through changing lifestyle such as
healthy diet, consistent recreational activity, stop smoking and stop consuming alcoholic
drinks.
Keywords: hypertension, vasodilation, stroke volume
Skenario
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke Poliklinik Ukrida dengan keluhan sakit kepala
dan tengkuk terasa berat. Pemeriksaan fisik : TD 140/110 mmHg, nadi 84x /menit, suhu 36.8
derajat celcius, nafas 2x/ menit. Hamil 14 minggu G1P0A0. Pemeriksaan cor, pulmo dan
abdomen dalam batas normal.
Hipotesis
Wanita tersebut diduga mengalami hipertensi gestasional. Ini karena tekanan darah wanita
tersebut ialah 140/110 mmHg di usia kandungannya 14 minggu serta tidak ditemukan
proteinuria.
Pendahuluan
Hipertensi didefinisikan dengan tekanan darah sistolik dan diastolic diatas 140/90 mmHg.
Pengukuran dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali selang 4 jam. Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan satu daripada tiga penyebab mortalitas
dan morbiditas ibu bersalin.1
Hipertensi dalam kehamilan bisa diklasifikasikan kepada 5 jenis. Yaitu hipertensi kronik di
mana timbul sebelum usia kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali
didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sehingga 12 minggu
pascapersalinan. Preeclampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan
dan disertai dengan proteinuria.
Eklampsia adalah preklampsia yang ditandai dengan
kejang-kejang dan/atau koma. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia pula
adalah hipertensi kronis di sertai tanda preeclampsia atau hipertensi kronik disertai
proteinuria. Yang terakhir adalah hipertensi gestational. Di mana hipertensi yang timbul pada
kehamilan
tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan
pascapersalinan atau
kehamilan dengan tanda-tanda preeclampsia tapi tanpa proteinuria.1
Hipertensi yang dibahaskan dalam makalah adalah hipertensi gestational. Kadar mortalitas
dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi di Indonesia karena
disebabkan etiologinya yang tidak jelas, keterlibatan petugas non-medik dalam perawatan
persalinan dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi dalam kehamilan adalah
sering terjadi sehingga semua petugas medic harus benar-benar memahami pengelolaan
hipertensi dalam kehamilan.
Anamnesis
Pada anamnesis ditanyakan kepada pasien mengenai identitas diri seperti nama, usia,
pekerjaan, dan tempat tinggal. Berdasarkan scenario, pasien adalah wanita usia 30 tahun.
Pada pasien yang hamil, ditanyakan sudah berapa bulan usia kehamilan, apakah pernah hamil
sebelumnya, pernah melahirkan anak, dan pernah aborsi. Berdasarkan scenario , usia
kehamilan pasien adalah 14 minggu, hamil kali pertama, belum pernah partus dan abortus.
Terus
ditanyakan keluhan utama pasien. Keluhan utama pasien berdasarkan scenario
adalah
merasakan sakit kepala dan tengkuk terasa berat. Ditanyakan apakah
sebelumnya pernah
menderita sakit seperti ini, apa di keluarga mempunyai sakit seperti
ini dan apakah sudah melakukan pengobatan dan konsultasi dokter lain sebelumnya.
Pemeriksaan Fisik
Pada mulanya ditentukan keadaan umum dan kesadaran pasien. Pasien tampak sakit sedang
dan kesadaran adalah compos mentis. Dilihat konjungtiva adakah anemis dan sclera apakah
ikterik. Seterusnya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. Pemeriksaan tanda vital adalah
tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan. Tekanan darah adalah 140/110 mmHg, nadi
84 x/ menit, suhu 36.8 derajat celcius, dan nafas adalah 22 x/ menit. Seterusnya diteruskan
dengan pemeriksaan fisik bahagian jantung, paru dan abdomen. Semuanya adalah dalam
batas normal sewwaktu inspeksi, tidak ditemukan kelainan seperti bekas operasi, lesi kulit
dan
massa dan benjolan. Pada palpasi dimana tidak dijumpakan pembesaran organ seperti
paru, hepar, jantung, limfa dan ginjal dan tiada nyeri dirasakan sewaktu di palpasi. Sewaktu
di
perkusi, kedudukan organ adalah pada batas yang wajar. Dan tidak adanya shifting
dullness. Pada auskultasi didengarkan bunyi paru normal dan bunyi jantung yang normal. 2
Pemeriksaan Penunjang
Pada kasus ini, pemeriksaan penunjang yang boleh dilakukan adalah urinalisis, dengan
metode carik celup urin menggunakan strip khusus dimana untuk menilai kadar protein
dalamtubuh pasien. Apakah adanya keterlebihan protein yang dipanggil proteinuria. Ada
tidaknya proteinuria boleh menegakkan diagnosis. Sekiranya terdapat proteinuria maka
pasien dijangka mengidap preeclampsia.3 Manakala sekiranya tidak terdapat proteinuria,
maka pasien
dijangka mengidap gestasional hypertension. Selain dari pemeriksaan
darah rutin untuk
mengetahui ada tidaknya kenaikan kadar haemoglobin dan hematocrit
untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hemokonsentrasi
Gambar 1: Dipstick Test Untuk Mengesan Proteinuria 4
Diagnosis Kerja
Hipertensi Gestasional.
Hipertensi adalah keadaan di mana tekanan darah apabila diukur lebih dua kali atau lebih dan
dilakukan pengukuran dalam masa interval beberapa kali kunjungan yang tertentu, dilakukan
pada waktu duduk mahupun baring. Tekanan darah sistolik adalah lebih dari 140mmHg dan
tekanan darah diastolic adalah lebih dari 90mmHg.
Antara faktok yang menyebabkan hipertensi adalah peningkatan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer pembuluh darah.5
Hipertensi dapat dibahagikan ke dalam beberapa kelompok yang pertama adalah hipertensi
primer. Hipertensi primer tidak diketahui penyebabknya. Terdapat daripada 95% kasus dan
terdapat banyak factor yang menyumbang kepada hipertensi primer seperti genetic,
lingkungan, diet, sistem renin angiotensin, sistem saraf otonom, konsomsi alcohol, kebiasaan
merokok, obesitas dan lain- lain.
Hipertensi sekunder ialah hipertensi yang penyebab spesifik yang diketahui misalnya terdapat
penyakit ginjal seperti glomerulonephritis akut, nefritiskronis, penyakit poliarteritis, diebetis
nefropati. Selainnya mempunyai penyakit endokrin seperti hipertiroid.
Klasifikasi hipertensi mengikut JNC7
STAGE
NORMAL
PRE GRADE I
GRADE II
SYSTOLIC (mmHg)
< 120
120 – 139
140 – 159
> 160
DIASTOLIC (mmHg)
< 80
80 – 89
90 - 99
> 100
Table 1: Klasifikasi Hipertensi6
Hipertensi pada kehamilan juga wujud beberapa jenis. Antaranya ialah.1
1. Preeklampsia: hipertensi (140/90 mmHg) dan proteinuria (>300mg/24 jam urin)
yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada perempuan yang sebelumnya
normotensi.
2. Hipertensi kronik : tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang telah ada sebelum kehamilan,
pada saat kehamilan 20 minggu yang bertahan sampai lebih dari 20 minggu pasca
partus.
3. Preeklampsia pada hipertensi kronik : hipertensi pada perempuan hamil yang
kemudian mengalami proteinuria, atau pada yang sebelumnya sudah ada hipertensi
dan proteinuria, adanya kenaikan mendadak tekanan darah atau proteinuria,
trombositopenia, atau peningkatan enzim hati.
4. Hipertensi gestasional : terjadi pada saat kehamilan 20 minggu tetapi tanpa
proteinuria. Pada perkembangannya dapat terjadi proteinuria sehingga dianggap
sebagai preeklampsia. Kemudian dapat juga keadaan ini berlanjut menjadi hipertensi
kronik.
Pasien didiagnosa mengidap hipertensi gestasional. Hipertensi gestasional adalah hipertensi
yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria. Hipertensi menghilang 3 bulan
setelahbersalin. Maksud lain adalah kehamilan dengan tanda preeclampsia namun tanpa
proteinuria.
Pasien didiagnosa karena hipertensi timbul sewaktu hamil dan data pengobatan lain yang
tidak diberikan seperti ada tidaknya proteinuria serta riwayat penyakit hipertensi sebelum
kehamilan, maka boleh dikatakan pasien mengidap hipertensi gestasional dimana timbul
setelah pasien hamil.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding adalah hipertensi primer dalam kehamilan. Hipertensi primer adalah
disebabkan oleh gaya hidup yang kurang sehat dari penderita seperti merokok, tidak menjaga
pola makan yang sehat, tidak berolahraga, konsumsi garam yang berlebihan dan minum
minuman beralkohol. Wanita yang sudah mengalami hipertensi sebelum hamil lagi dipanggil
hipertensi primer dalam kehamilan dan beresiko ketika hendak melahirkan anak.5
Wanita tersebut juga boleh jadi telahpun mengidap penyakit hipertensi sebelum hamil tetapi
karena tiada data yang diberikan tentang riwayat penyakit dahulu, maka kita tidak dapat
memastikan apakah benar dia sememangnya sudah mengidap hipertensi sebelum hamil atau
tidak. Jadi hipertensi primer dalam kehamilan dijadikan diagnosis banding.
Gejala Klinis
Gejala klinis hipertensi gestational adalah sama seperti hipertensi preeclampsia kecuali tanpa
proteinuria. Antara gejala yang sering didapati adalah edema dan hipertensi. Namun edema
sudah tidak diambil kira karena edema adalah sangat biasa dalam kalangan ibu hamil.
Sekiranya sudah ada gejala ini maka sudah bisa dideteksi penyakitnya namun apabila sudah
timbul
maka
gejala seperti gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan dan nyeri epigastrium
penyakit ini sudah cukup lanjut.1
Kebanyakan pasien dengan tekanan darah tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala,
bahkan pada pembacaan tekanan darah mencapai tingkat yang membahayakan. Beberapa
pasien dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami sakit kepala terutama di belakang
kepala,pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desing dalam telinga) gangguan penglihatan,
pingsan.5
Gambar 2: Gejala Darah Tinggi6
Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh
ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin
I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi
hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus(kelenjar pituitari)
dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi
pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan
ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. 7
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Patogenesis dari hipertensi primer merupakan
multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah
terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler,
volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh
darah dan stimulasi
neural. Patogenesis hipertensi primer dapat dipicu oleh beberapa faktor
meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk
memunculkan gejala
hipertensi. 7
Gambar 3: Patofisiologi Hipertensi 7
Terdapat banyak teori yang digunapakai tentang perkara yang menyebabkan terjadinya
hipertensi dalam kehamilan. Antaranya adalah teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, Rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri
uterine dan arteri ovarika. Kedua tersebut menembus myometrium membentuk arteri arkuata
da memberi cabang arteri radialis. Arteri radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis dan arteri basalis memberi cabang arteri spiralis. Pada hamil normal, sebabnya yang
belum jelas terjadi invasi trofoblas ke dalam lapisan otot arteria spiralis, menimbulkan
degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas
memasuki jaringan sekitar arteri spiralis, sehungga jaringan matriks menjadi gembur dan
memudahkan lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi
lumen arteri spirallis ini memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi
vascular, dan peningkatan aliran darah pada daerah utero plsaenta. Akhirnya aliran darah ke
janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat sehingga dapat menjamin
pertumbuhan janin dengan baik. Pertumbuhan ini dinamakan remodeling arteri spiralis.
Namun pada hipertensi pada kehamilan tidak adanya invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku
dank eras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan mengalami distensi dan
vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relative mengalami vasokonstriksi dan terjadi kegagalan
remodeling arteri spiralis sehingga alliran darah uteroplasenta menurun dan terjadilah
hipoksia dan iskemi plasenta. Dampak iskemia plasenta dapat menjelaskan patogenisis
hipertensi dalam kandungan selanjutnya. Diamerter rata-rata arteri pada hamil normal adalah
500 mikron, sedangkan pada preekalampsia rata-rata 200 mikron. Pada hamil normal
vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali darah ke utero plasenta.1
Gambar 4: Teori Vaskularisasi Plasenta1
Epidemiologi
Menurut kajian yang dilakukan di United Kingdom oleh Leon Chesley, 0.08% daripada
komplikasi ketika hamil dan melahirkan adalah karena preeclampsia. manakala preeclampsia
adalah sebanyak 2.9% daripada seluruh kasus komplikasi ketika hamil.
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung koroner untuk
pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di beberapa negara yang ada di
dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi
kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus
hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun
2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada
angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini. Angka-angka
prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan menunjukkan di daerah
pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari
segi case finding maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas
dan sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi tertinggi
ditemukan di ProvinsiKalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat
(20,1%).8
Pengobatan
Tujuan utama pengobatan adalah untuk menurunkan tekanan darah agar kembali normal
kepada kurang 140/90 mmHg dan untuk individu yang beresiko adalah kepada 130/80 mmHg
dan untuk wanita hamil adalah kepada 140-150 tekanan sistolik, dan 90-100 mmHg tekanan
diastolik. Pada perempuan hamil yang telah mengalami gangguan organ target, tekanan darah
dianjurkan diturunkan sehingga kurang 140/90 mmHg sehingga mencapai 120/80 mmHg.
Terapi farmakologis yaitu obat antihipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika,
terutama jenis thiazide (hydrochlorothiazide) atau aldosteron antagonis (spironolactone), beta
blocker (atenolol, propanolol), calcium channel blocker (nifedipine, amlodipine) atau calcium
antagonist, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (captopril, ramipril), Angiotensin II
Receptor Blocker atau AT1 receptor antagonist/blocker (ARB) (Losartan, Valsartan).
Pada 2014 melalui upaya laporan dari Panel Members Appointed to the Eight Joint National
Committee ( JNC 8) algoritma pengurusan hipertensi telah dikeluarkan seperti yang berik
Gambar 5: Tatalaksana Hipertensi Berdasarkan JNC89
Manakala pengobatan hipertensi pada wanita yang hamil menurut Perhimpunan Dokter
Spesialis Penyakit Dalam Indonesia adalah seperti berikut.5
GOLONGAN
OBAT
DOSIS
Agonis Alfa Sentral
Metildopa – Drug of choice
250mg-4g 2kali sehari
Penghambat Beta
Atenolol dan metoprolol
50mg-100mg / hari
aman dan efektif pada
kehamilan trimester akhir
Penghambat Alfa dan Beta
Labetolol – efektif seperti
100mg-240mg 2 kali sehari
metildopa, pada kegawatan
dapat diberi intravena
Antagonis Kalsium
Nifedipin oral, isradipin iv –
120mg/hari
dipakai pada kedaruratan
hipertensi
Inhibitor ACE dan
KONTRAINDIKASI –
Antagonis Angiotensin
menyebabkan kematian
-
janin atau abnormalitas
Diuretik
Jika dipakai sebelum
-
kehamilan maka
direkomendasi. Tapi jika
terjadi preeclampsia, tidak
direkomendasi
Vasodilator
Hydralazine- tidak
dianjurkan krn efek
perinatal.
Table 2 : Pengobatan Hipertensi Wanita Hamil
.
Non medika mentosa
-
Penatalaksanaan
Terapi Non Farmakologis

Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih. Peningkatan berat badan di usia dewasa
sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan

sangat penting dalam prevensi dan kontrol hipertensi.5
Meningkatkan aktifitas fisik. Orang yang akt ivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi
30% hingga 50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30 hingga 45

menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan primer dari hipertensi.5
Mengurangi asupan natrium.Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu
pemberian obat anti hipertensi
oleh dokter.5

Menurunkan konsumsi kafein dan alcoholKafein dapat memacu jantung bekerja lebih
cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2 hingga 3 gelas per hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi.5
Komplikasi
Tekanan yang berlebihan pada dinding arteri yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi
dapat merusak pembuluh darah serta organ-organ dalam tubuh. Semakin tinggi tekanan darah
dan semakin lama dibiarkan tidak terkendali, semakin besar risiko kerusakan.
Tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol dapat menyebabkan serangan jantung
atau stroke. akibat pengerasan dan penebalan arteri (aterosklerosis). Peningkatan tekanan darah
juga dapat menyebabkan pembuluh darah menjali melemah sehingga membentuk tonjolan
(aneurisma). Jika pecah aneurisma dapat mengancam nyawa.
Untuk memompa darah dengan melawan tekanan yang lebih tinggi di pembuluh darah,
otot jantung menjadi lebih tebal. Akhirnya, otot yang menebal mungkin mengalami kesulitan
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, menyebabkan gagal jantung.
Pembuluh darah di ginjal yang melemah dan menyempit pembuluh darah mencegah
organ tersebut dari berfungsi secara normal. Pembuluh darah yang menebal, menyempit atau
robek di mata pula dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan.
Sindrom metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolisme tubuh, termasuk
peningkatan lingkar pinggang, trigliserida tinggi, rendah high-density lipoprotein (HDL)
kolesterol, tekanan darah tinggi dan tingkat insulin yang tinggi. Kondisi ini membuat pasien
lebih mungkin untuk mengembangkan diabetes, penyakit jantung dan stroke.10
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan untuk
berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan memori atau pemahaman konsep lebih sering
terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi.
Gambar 6 : Komplikasi Hipertensi
Prognosis
Wanita dengan yang sudah mengalami hipertensi ringan sampai sedang (BP kurang dari 160/110
mm Hg) berada pada risiko rendah komplikasi perinatal.
Risiko komplikasi (misalnya, preeklampsia, abrutio plasenta, gangguan pertumbuhan janin dan
kelahiran prematur) meningkat pada hipertensi berat.
Hipertensi gestasional: risiko mirip dengan wanita normotensi, tetapi 40% dari mereka yang
mengalami gejala sebelum 34 minggu kehamilan akan terus berkembang menjadi pre-eklampsia.
Wanita yang mengalami hipertensi gestasional atau preeklampsia akan mempunyai risiko tinggi
hipertensi, penyakit jantung dan stroke.
Gangguan hipertensi pada kehamilan merupakan faktor risiko penting untuk penyakit jantung
pada wanita. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup, kontrol BP biasa, dan pengendalian faktor
metabolik adalah direkomendasikan setelah melahirkan, untuk menghindari komplikasi pada
kehamilan berikutnya dan untuk mengurangi risiko kardiovaskular ibu di masa depan.
Kesimpulan
Setelah dibahaskan maka dikatakan hipotesis diterima bahawa wanita tersebut mengalami
hipertensi gestasional di mana wanita tersebut mengalami hipertensi setelah hamil dan
mempunyai faktor resiko untuk terjadi penyakit sakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan
ganguan penglihatan.
Sekiranya diobati secara adekuat dengan obat yang bertepatan, maka nyawa ibu dan anak dapat
diselamatkan dan bebas daripada sebarang kecacatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Suhardjono. Hipertensi pada kehamilan. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I,
Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.h.1102-1100
2. Bickley LS, Buku saku pemeriksaan fsik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-5.
Indonesia : Penerbitan Buku Kedokteran ; 2006. 15-76
3. Herawati S, Ign I, SL Halim, Regie S, Sinsanta. Patologi Klinik Urinalisis. Edisi ke-2.
Indonesia ; Bagian Patologi Klinik FK UKRIDA ; 2008. 57
4. Diunduh dari : labkesehatan.blogspot.com pada 15 Sept 2015
5. Yogiantoro M. Hipertensi esensial. Dalam: Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2009.h.1085-1079
6. Diunduh dari : obathipertensi.blogspot.com pada 15 Sept 2015
7. Williams H. Hypertension: pathophysiology and diagnosis. Pharmaceutical Journal
[Internet]. 2015. Available from: http://www.pharmaceutical-journal.com/learning/cpdarticle/hypertension-pathophysiology-and-diagnosis/20067718.cpdarticle
8. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi hipertensi dan determinannya di Indonesia. Maj
Kedokt Indon. 2009;59(12)
9. Diunduh dari : http://jama.jamanetwork.com pada 15 Sept 2015
10. Huang Y, Cai X, Li Y, et al. Prehypertension and the risk of stroke: a meta-analysis.
Neurology. 2014 Mar 12.
Download