1 PENDAHULUAN Latar Belakang Domba merupakan ternak yang banyak dipelihara sebagai komoditas pangan dan sebagai ternak simpanan di Indonesia. Domba ekor tipis merupakan domba yang banyak dipelihara di Jawa Barat. Masalah umum yang terjadi dalam pemeliharaan domba ialah penyakit akibat parasit cacing saluran pencernaan. Salah satu cacing yang paling banyak menginfeksi domba di Jawa Barat ialah Haemonchus contortus (Beriajaya 2005). Haemonchus contortus merupakan parasit cacing saluran pencernaan pada domba, kambing, dan ruminansia lainnya. Cacing dewasa hidup pada abomasum ruminansia. Cacing jantan berwarna kemerahan dengan panjang 10-20 mm, sedangkan cacing betina memiliki ovari berwarna putih yang melingkari saluran pencernaan dengan panjang 18-30 mm. Siklus hidup cacing ini diawali stadia telur yang akan menetas dalam 4-6 hari di tempat yang lembap. Telur menetas menjadi larva tahap ke-1 (L1), tahap ke-2 (L2), dan tahap ke-3 (L3) di rumput. L3 merupakan larva infektif yang akan menginfeksi ternak jika rumput tersebut termakan. L3 tersebut kemudian menjadi dewasa selama 18 hari dan menyelesaikan ekdisis ke-3 di abomasum hingga menjadi larva tahap ke-4 (L4) yang mulai menghisap darah (Lapage 1984). Infeksi yang terjadi mengakibatkan ternak mengalami anemia bahkan kematian karena kehilangan darah rata-rata 0.05 ml/parasit/hari (Soulsby 1982). Penyebaran parasit ini terjadi melalui pakan rumput yang terkontaminasi larva cacing. Infeksi H. contortus disebut juga dengan istilah haemonchosis. Gejala klinis haemonchosis terdiri dari tiga sindrom, yaitu haemonchosis hiperakut, haemonchosis akut, dan haemonchosis kronik. Haemonchosis akut terjadi akibat sangat banyak infeksi parasit hingga menyebabkan kematian karena anemia, haemonchosis akut terjadi ketika jumlah parasit sekitar 1000-10000, sedangkan haemonchosis kronik terjadi ketika jumlah parasit sekitar 100-1000 (Soulsby 1982). Infeksi H. contortus memberikan gambaran perubahan patologi pada beberapa organ ruminansia, yaitu perubahan makroskopis, perubahan seluler tingkat enteritis, abomastitis, pembentukan pusat homopoiesis baru, peningkatan aktivitas limpa dan simpul limpa, serta perubahan komposisi isi tulang panjang. Peningkatan infeksi jumlah larva menyebabkan kerusakan jaringan seperti mukosa anemis, abomastitis, dan enteritis bertambah parah (Estuningsih et al. 1996). Infeksi H. contortus pada domba memberikan kerugian bagi peternak seperti berkurangnya bobot hidup dan kematian domba, sehingga diperlukan upaya untuk mengatasinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi infeksi H. contortus ialah dengan memberi obat cacing. Pemberian obat cacing kimia berpotensi meningkatkan residu bahan kimia yang dapat menurunkan kualitas daging. Alternatif yang dapat dilakukan ialah penggunaan obat cacing herbal, misalnya getah pepaya dan rimpang bangle (Satrija et al. 1999; Beriajaya et al. 1998). Selain itu, alternatif lain ialah dengan pengembangan domba lokal yang memiliki daya tahan atau kekebalan terhadap infeksi H. contortus. Gill (1991) melaporkan telah menemukan domba Merino di Australia yang tahan terhadap infeksi cacing H. contortus. Jenis domba lain di dunia juga banyak dilaporkan tahan terhadap infeksi H. contortus (Soulsby 1982). Oleh karena itu, domba lokal seperti domba ekor tipis juga berpeluang memiliki potensi kekebalan terhadap infeksi H. contortus. Sebagai langkah awal untuk mengetahui ketahanan domba lokal terhadap infeksi cacing H. contortus ialah dengan menganalisis gambaran darah sebagai gambaran kondisi fisiologis domba tersebut. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infeksi L3 H. contortus terhadap potensi kekebalan dan gambaran darah domba ekor tipis di Bogor. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Juni 2011 di kandang domba Serikat Petani Indonesia, laboratorium parasitologi Balai Besar Penelitian Veteriner, dan laboratorium fungsi dan perilaku hewan Departemen Biologi, FMIPA, IPB. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah 20 ekor domba ekor tipis dan 60000 L3 H. contortus.