BAB II TINJAUAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
KEHAMILAN
A. Definisi
Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan dan
terdiri dari : ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta,
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba. 2010; h.75)
Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,
kehamilan
didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender
internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trisemester, dimana trimester
kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu
ke-13 hingga minggu ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28
hingga minggu ke-40). (Prawirohardjo. 2010; h.213)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses kehamilan
adalah proses penyatuan antara ovum dan spermatozoa di tuba fallopi,
umumnya terjadi di ampula tuba, yang berkembang menjadi zigot,
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
B. Tanda - Tanda Kehamilan
1. Tanda Dugaan Kehamilan (Manuaba. 2010; h.107-108)
Berikut ini adalah tanda-tanda dugaan adanya kehamilan :
12
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
13
a) Amenorea
(terlambat
datang
bulan).
Konsepsi
dan
nidasi
menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de Graaf dan ovulasi.
Dengan mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan
rumus Naegle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b) Mual dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual
dan muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness.
Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual
dan muntah, nafsu makan berkurang.
c) Ngidam. Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,
keinginan yang demikian disebut ngidam.
d) Sinkope atau pingsan. Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah
kepala (sentral) menyebabkan iskemia susuran saraf pusat dan
menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah
usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara
tegang.
Pengaruh
estrogen-progesteron
dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada
payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan
menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.
f) Sering miksi. Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan ke dua, gejala ini
sudah menghilang.
g) Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
14
h) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone
hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi
(kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra,
linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola
mamae,
putting
susu
makin
menonjol,
kelenjar
Montgomery
menonjol, pembuluh darah menifes sekitar payudara), di sekitar pipi
(kloasma gravidarum).
i) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh
dari estrogen dan progestron terjadi penampakan pembuluh darah
vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan
pebuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna, kaki dan betis,
dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang
setelah persalinan.
2. Tanda kemungkinan (Probability sign) (Walyani. E. S. 2015; h.72-73)
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang
dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik
kepada wanita hamil.
Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini :
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat
kehamilan.
b) Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
15
c) Tanda goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks
seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti
bibir.
d) Tanda chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina
termasuk juga porsio dan serviks.
e) Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena
ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga
daerah tersebut berkembang lebih dulu.
f) Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis,
tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi
baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester
ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinnya, lamanya
dan kekuatannya sampai mendekati persalinan.
g) Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak
dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.
Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan
bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja
merupakan myoma uteri.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
16
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human chorionic
gonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan. Hormon direkresi ini peredaran darah ibu (pada
plasma darah), dan eksresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai
dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat
pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi,
kemudian menurun pada hari ke 100-130.
3. Tanda Pasti Kehamilan (Manuaba. 2010; h.109)
Tanda pasti kehamilan dapat ditentukan melalui :
a) Gerakan janin dalam rahim.
b) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin.
c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop Laenec, alat
kardiotokografi,
alat
Doppler.
Dilihat
dengan
ultrasonografi.
Pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen untuk melihat
kerangka janin, ultrasonografi.
C. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi Pada Ibu Hamil
1. Sistem Reproduksi
a) Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin,plasenta,amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah
besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
17
Pada awal kehamilan perubahan uterus distimulasi terutama oleh
hormon estrogen dan sedikit oleh progesteron. (Prawirohardjo. 2010;
h.175)
b) Serviks
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak
jaringan otot, maka serviks lebih banyak mengandung jaringan ikat.
Jaringan ikat pada serviks ini banyak mengandung kolagen. Akibat
kadar estrogen meningkat dan dengan adanya hipervaskularisasi
serta meningkatnya suplai darah makan konsistensi serviks menjadi
lunak yang disebut tanda Goodell. Selama minggu awal-awal
kehamilan, peniingkatan aliran darah uterus dan limfe mengakibatkan
oedema dan kongesti panggul. Akibatnya uterus, serviks dan itmus
melunak secara progresif dan serviks menjadi kebiruan (tanda
Chadwick,
tanda
kemungkinan
hamil),
pelunakan
ithmus
mmenyebabkan anteflleksi uterus berlebihan selama tiga bulan
pertama kehamilan. (Kusmiyati. Y, Wahyuningsih. H. P, Sujiyatini.
2010; h.55-56)
c) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu.
Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang
mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan
hormon luteotropik hipofisis anterior. (Manuaba. 2010; h.92)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
18
d) Vagina dan Perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia
terlihat jelas pada kulit dan otot-otot perineum dan vulva, sehingga
padda vagina akan terlihat keungguan yang dikenal dengan tanda
Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya
sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos.
(Prawirohardjo. 2010; h.178)
Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang merupakan
persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu persalinan
dengan meningkatnya ketebalan mukosa, mengendornya jaringan
ikat, dan hipertrofi sel otot polos. Perubahan ini mengakibatkan
bertambah
panjangnya
dinding
vagina.
Papilla
mukosa
juga
mengalami hipertrofi dengan gambaran seperti paku sepatu.
(Prawirohardjo. 2010; h.178)
Peningkatan volume sekresi vagina juga terjadi, dimana sekresi
akan berwarna keputihan, menebal, dan Ph antara 3,5 – 6 yang
merupakan hasil dari peningkatan produksi asam laknat glikogen
yang dihasikan oleh epitel vagina sebagai aksi dari lactobacillus
acidophiluas. (Prawirohardjo. 2010; h.179)
e) Payudara
Pada
awal
kehamilan
perempuan
akan
merasakan
payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara
akan bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan lebih
terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak.
Setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
19
disebut kolostrum dapat keluar. Kolustrum ini berasal dari kelenjarkelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeluarkan,
air susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh
prolactin inhibiting hormone. Setelah persalinan kadar progesteron
dan estrogen akan menurun sehingga pengaruh inhibisi progesteron
terhadap α-laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin akan
merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan
produksi air susu. Pada bulan yang sama areola akan lebih besar
dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu kelenjar sabesea dari
areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut
akan muncul. Ukuran payudara sebelum kehamilan tidak mempunyai
hubungan dengan banyaknya air susu yang akan dihasilkan.
(Prawirohardjo. 2010; h.179)
2. Kulit
a) Aliran Darah ke Kulit
Meningkatnya aliran darah kulit selama kehamilan berfungsi
untuk mengeluarkan kelebihan panas yang terbentuk karena
meningkatnya metabolisme. (Cunningham, dkk. 2013; h.116)
b) Dinding Abdomen
Sejak setelah pertengahan kehamilan sering terbentuk alur-alur
kemerahan yang sedikit cekung dikulit abdomen dan kadang di kulit
payudara dan paha. Ini disebut stria gravidarum atau strech marks.
(Cunningham, dkk. 2013; h.116)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
20
c) Hiperpigmentasi
Garis tengah kulit abdomen-linea alba- mengalami pigmentasi
sehingga warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan (linea nigra).
Kadang muncul bercak-bercak kecoklatan ireguler dengan berbagai
ukuran di wajah dan leher, menimbulkan kloasma atau melasma
gravidarum- apa yang disebut sebagai mask of pregnancy.
Pigmentasi
areola
dan
kulit
genital
juga
dapat
bertambah.
Perubahan-perubahan pigmentasi ini biasanya hilang atau palinng
sedikit berkurang nyata, setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga
dapat menyebabkan pigmentasi serupa. (Cunningham, dkk. 2013; h.
116)
3. Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan
berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan
cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan
bertambah 12,5 kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan
dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar
0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing-masing sebesar
0,5 kg dan 0,3 kg. (Prawirohardjo. 2010; h.180)
4. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan dan masa nifas, jantung dan sirkulasi
mengalami adaptasi fisiologis yang besar. Perubahan pada fungsi
jantung mulai tampak selama 8 minggu pertama kehamilan. Curah
jantung meningkat bahkan sejak minggu kelima dan mencerminkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
21
berkurangnya resistensi vaskular sistemik dan meningkatnya kecepatan
jantung. Kecepatan nadi istirahat meningkat sekitar 10 denyut/menit
selama kehamilan. Antara minggu 10 dan 20, volume plasma mulai
bertambah dan preload meningkat. Kinerja ventrikel selama kehamilan
dipengaruhi oleh penurunan resistensi vaskular sistemik dan perubahan
aliran denyut darah arteri. (Cunningham, dkk. 2013; h.116)
5. Traktus Digestivus
Seiring dengan makin besarnya uterus, lambung dan usus akan
bergeser. Demikian juga dengan yang lainnya seperti apendiks yang
akan bergeser ke arah atas atau lateral. Perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digestivus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga
akan menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn) yang disebabkan
oleh refluks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat
perubahan posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus
bagian bawah. Mual terjadi akibat penurunan asam hidroklorid dan
penurunan motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas
usus besar. (Prawirohardjo. 2010; h.185)
Gusi akan menjadi lebih hiperemis dan lunak sehingga dengan
trauma sedang saja bisa menyebabkan perdarahan. Epulis selama
kehamilan akan muncul, tetapi setelah persalinan akan berkurang
secara spontan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang sering
terjadi sebagai akibat konstipasi dan peninggkatan tekanan vena pada
bagian bawah karena pembesaran uterus. (Prawirohardjo. 2010; h.185)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
22
6. Traktus Urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan
tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan
sering berkemih. Keadaan ini akan hilang dengan makin tuanya
kehamilan bila uterus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
jika kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas panggul, keluhan itu
aka timbul kembali. (Prawirohardjo. 2010; h.185)
7. Sistem Endokrin
Hormon prolaktin akan meningkat 10 x lipat pada saat kehamilan
aterm. Sebaliknya, setelah persalinan konsentrasinya pada plasma akan
menurun. Hal ini juga ditemukan pada ibu-ibu yang menyusui. Kelenjar
tiroid akan mengalami pembesaran hingga 15,0 ml pada saaat
persalinan
akibat
dari
hiperplasia
kelenjar
dan
peningkatan
vaskularisasi. (Prawirohardjo. 2010; h.186)
Kelenjar
adrenal
pada
kehamilan
normal
sedangkan hormon adrostenedion, testoteron,
aldosteron,
dan
kartisol
akan
meningkat.
akan
mengecil,
dioksikortikosteron,
Sementara
itu,
dehidroepiandrosteron sulfat akan menurun. (Prawirohardjo. 2010; h.
186)
8. Sistem Muskuloskeletal
Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum pada
kehamilan. Akibat kompensasi dari pmbesaran uterus ke posisi anterior ,
lordosis menggeser pusat daya barat ke belakang ke arah dua tungkai.
Sendi
sakroilliaka,
sakrokoksigis,
dan
pubis
akan
meningkat
mobilitasnya, yang diperkirakan karena pengaruh hormonal. Mobilitas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
23
tersebut dapat mengakibatkan perubahan sikap ibu dan pada akhirnya
menyebabkan perasaan tidak enak pada bagian bawah punggung
terutama pada akhir kehamilan. (Prawirohardjo. 2010; h. 186)
D. Perubahan dan adaptasi Psikologis dalam masa Kehamilan
1. Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil.
Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon ibu untuk dapat
menerima kenyataan akan kehamilannya. (Kusmiyati. Y, Wahyuningsih.
H.P, Sujiyatini. 2010; h. 71)
Selain itu akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon
estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi
perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan
kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan kesedihan. (Kusmiyati. Y,
Wahyuningsih. H.P, Sujiyatini. 2010; h. 71)
Dia akan merenungkan keadaan dirinya.
Dari munculnya
kebingungan tentang kehamilannya dengan pengalaman buruk yang
pernah dialaminya sebelum kehamilan, efek kehamilan yang akan
terjadi pada hidupnya (terutama jika ia wanita karir), tanggung jawab
baru atau tambahan yang akan dipikul, kecemasannya tentang
kemampuan dirinya untuk menjadi seorang ibu, keuangan dan rumah,
penerimaan kehamilannya oleh orang lain. Saat itu, beberapa
ketidaknyamanan trimester pertama berupa mual, lelah, perubahan
selera, emosional, mungkin mencerminkan konflik dan depresi yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
24
dialami dan dapat terjadi pada saat ia teringat tentang kehamilannya.
(Kusmiyati. Y, Wahyuningsih. H.P, Sujiyatini. 2010; h.71)
2. Trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester
kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan
paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya
terbagi atas dua fase; praquickening dan pasca-quickening. Quickening
menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi
dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya
pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya, yang berbeda dari ibunya. (Walyani. E. S. 2015; h.65)
3. Trimester III
Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Pada
periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari
dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya. Ada
perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak lahir tepat pada
waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut gelisan dan hanya
bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan gejalanya. (Kusmiyati. Y,
Wahyuningsih. H.P, Sujiyatini. 2010; h.74)
Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada
kehadiran bayi. Sejumlah ketakutan terlihat selama trimester ketiga.
Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan bayinya, dia tidak akan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
25
tahu kapan dia melahirkan. Ibu mulai merasa takut akan rasa sakit dan
bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak
nyaman timbul kembali karena perubahan body image yaitu merasa
dirinya aneh dan jelek. Ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga
dan bidan. (Kusmiyati. Y, Wahyuningsih. H.P, Sujiyatini. 2010; h. 74)
Wanita juga mengalami proses seperti kehilangan perhatian dan
hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan, terpisahnya bayi dari
bagian tubuhnya, dan rasa kehilangan kandungan dan menjadi kosong.
Perasaan canggung, jelek, tidak rapi, dia membutuhkan perhatian yang
lebih besar dari pasangannya. (Kusmiyati, Wahyuningsih, Sujiyatini,
2010; h.75)
E. PATOLOGI KEHAMILAN
1. Hiperemesis Gravidarum
Mual muntah yang berlebihan sehingga mengganggu kehidupan
sehari-hari dan menyebabkan kekurangan cairan dan terganggunya
keseimbangan elektrolit. ( Manuaba. 2010; h. 229)
2. Abortus (Kusmiati. 2009; h. 154-158)
a) Pengertian
(1) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar
kandungan.
(2) Abortus spontan adalah abortus terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
26
(3) Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu dengan tujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
b) Jenis Abortus
(1) Abortus Imminens
Abortus yang mengancam, perdarahan bisa berlanjut beberapa
hari atau dapat berulang.
(2) Abortus insipiens
Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan
perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah
disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan dilatasi
serviks.
(3) Abortus incomplitus
Sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina,
tetapi
sebagian
tertinggal
(biasanya
jaringan
plasenta).
Perdarahan biasanya berlangsung banyak dan membahayakan
ibu.
(4) Abortus komplitus
Hasil konsepsi telah lahir dengan lengkap.
(5) Abortus tertunda (Missed Abortus)
Apabila buah kehamilan yang tertahan dalam rahim selama 8
minggu atau lebih.
(6) Abortus Habitualis
Merupakan abortus spontan yang terjadi tiga kali berturut-turut
atau lebih.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
27
(7) Abortus Febrialis
Abortus yang disertai rasa nyeri atau febris.
3. Kehamilan Ektopik Terganggu
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi diluar rahim
(uterus), misalnya dalam tuba fallopi, ovarium, rongga perut, serviks.
Apabila terjadi ruptur dilokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi
keadaan perdarahan masif dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu. (Kemenkes RI. 2013. 94)
4. Mola Hidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi proliferasi dari villi
korialis disertai dengan degenerasi hidrofik. (Kusmiati. 2009; h. 159)
5. Hipertensi dalam Kehamilan, Preeklampsia, dan eklampsia
Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya 140 mmHg
sistolik atau 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 4-6
jam pada wanita yang sebelumnya normotensi. Bila ditemukan tekanan
darah tinggi ( 140/90 mmHg) pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan
kadar protein urin dengan tes celup urin atau protein urin 24 jam dan
tentukan diagnosis. (Kemenkes RI. 2013; h. 109)
a) Hipertensi Kronik
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan dan
menetap setelah persalinan. (Kemenkes RI. 2013; h. 109)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
28
b) Hipertensi Gestasional
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20
minggu dan menghilang setelah persalinan. (Kemenkes RI. 2013; h.
110)
c) Preeklampsia dan Eklampsia
(1) Preeklampsia Ringan
Tekanan darah
140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu,
tes urin menunjukkan proteinuria +1 atau pemeriksaan protein
kuantitatif menunjukkan hasil > 300 mg/24 jam. (Kemenkes RI.
2013; h. 111)
(2) Preeklampsia Berat
Tekanan darah > 160/110 mmHg pada usia kehamilan >20
minggu, tes urin menunjukkan proteinuria
+2 atau pemeriksaan
protein kuantitatif menunjukkan hasil > 5 g/24 jam, atau disertai
keterlibatan organ lain :
(a) Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
(b) Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
(c) Sakit kepala, skotoma penglihatan
(d) Pertumbuhan janin terlambat, oligohidromnion
(e) Edema paru dan / gagal jantung kongestif
(f) Oliguria (<500 ml/24 jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
(Kemenkes RI. 2013; h. 111)
(3) Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia
kehamilan 20 minggu), tes celup urin menunjukkan protein >+1
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
29
atau trombosit <100.000 sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu.
(Kemenkes RI. 2013; h. 112)
(4) Eklampsia
(a) Kejang umum dan/atau koma
(b) Ada tanda dan gejala preeklampsia
Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis) (Kemenkes RI.
2013; h. 112)
6. Anemia pada Kehamilan
a) Definisi
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and
child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam
pelayanan kesehatan. Menurut WHO dikatakan anemia apabila Hb
kurang dari 11 g/dl (Manuaba. 2010; h. 237)
b) Kebutuhan Zat Besi pada Wanita Hamil (Manuaba. 2010; h.238)
Kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah merah janin dan
plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan
melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi
makin anemis.
Sebagai gambaran berapa banyak kebutuhan zat besi pada
setiap kehamilan perhatikan bagan berikut :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
30
Meningkatkan sel darah ibu
500 mg Fe
Terdapat dalam plasenta
300 mg Fe
Untuk darah janin
100 mg Fe
Jumlah
900 mg Fe
Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan
akan menguras persediaan Fe tubuh dan akhirnya menimbulkan
anemia pada kehamilan berikutnya.
c) Diagnosis Anemia pada kehamilan (Manuaba. 2010; h. 239)
Untuk
menegakkan
diagnosis
anemia
kehamilan
dapat
dilakukan dengan anamnesa. Pada anamnesa akan didapatkan
keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, dan
keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat Sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan Sahli dapat
digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 g%
tidak anemia
Hb 9-10 g%
anemia ringan
Hb 7-8 g%
anemia sedang
Hb <7 g%
anemia berat
d) Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan
Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu
hamil. (Walyani. 2015; h. 81)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
31
e) Pengaruh Anemia pada Kehamilan (Manuaba. 2010; h. 240)
(1) Pengaruh anemia terhadap kehamilan:
(a) Bahaya selama kehamilan: Dapat terjadi abortus, persalinan
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb <6
g%), mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini (KPD).
(b) Bahaya saat persalinan : Gangguan His (kekuatan mengejan),
kala satu lama, kala dua lama, retensio plasenta, perdarahan
postpartum
karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi
perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
(c) Pada saat nifas: Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan
perdarahan postpartum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, anemia kala nifas, mudah terjadi
infeksi mamae.
(2) Bahaya anemia terhadap janin: anemia akan mengurangi
kemampuan
metabolisme
tubuh
sehingga
mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Akibat
anemia akan terjadi gangguan dalam bentuk : abortus, kematian
intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir
rendah, kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan,
bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.
f) Pengobatan Anemia dalam Kehamilan
Untuk menghindari terjadinya anemia, sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
32
data-data dasar kesehatan umum calon ibu tersebut. Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium. Untuk
mengurangi anemia, pemerintah telah menyediakan preparat besi
untuk dibagikan kepada masyarakat sampai ke posyandu. (Manuaba.
2010; h. 240)
F. Asuhan Antenatal Care
1. Definisi
Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana
berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil,
untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan
yang aman dan memuaskan. (Walyani. E.S. 2015; h.78)
2. Tujuan Asuhan Antenatal Care
a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu juga bayi.
c) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang
mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara
umum, kebidanan, dan pembedahan.
d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,
ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian
ASI ekslusif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
33
f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran
bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Walyani. E. S.
2015; h.79)
3. Jadwal pemeriksaan Antenatal
Dengan memerhatikan batasan dan tujuan pengawasan atenatal,
maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut: (Manuaba, 2010; hal.
111)
a) Pemeriksaan pertama. Pemeriksaan pertama dilakukan segera
setelah diketahui terlambat haid.
b) Pemeriksaan ulang:
Setiap bulan sampai usia kehamilan 6 sampai 7 bulan.
Setiap 2 minggu sampai usia kehamilan 8 bulan.
Setiap 1 minggu sejak usia kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.
c) Pemeriksa khusus bila terdapat keluhan tertentu.
Menurut (Kusmiati. Y,dkk. 2010. h;172) setiap wanita hamil
memerlukan minimal empat (4) kali kunjungan selama kehamilannya:
(1) Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu)
(2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu 1428)
(3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara 28-36 dan
sesudah mingu ke 36).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
34
4. Konsep pemeriksaan/pengawasan antenatal
Tabel 2.1 konsep pemeriksaan/pegawasan antenatal
Konsep pemeriksaan / pengawasan antenatal
1.
2.
3.
4.
1.
2.
a)
b)
c)
1.
1.
a)
b)
c)
2.
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
1.
a)
b)
2.
a)
b)
c)
3.
4.
5.
6.
a)
b)
c)
1.
2.
3.
4.
5.
Anamnesis
Data biologis
Keluhan hamil
Fisiologis
Patologis (abnormal)
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan fisik khusus
Obstetri
Pemeriksaan dalam / rektal
Pemeriksaan ultrasonografi
Pemeriksaan psikologis
Status kejiwaan dalam menghadapi kehamilan
Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium rutin
Darah lengkap
Urine lengkap
Tes kehamilan
Laboratorium khusus
Pemeriksaan TORCH
Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
Pemeriksaan protein darah
Pemeriksaan golongan darah
Pemeriksaan faktor Rh
Pemeriksaan air ketuban
Pemeriksaan infeksi hepatitis B ibu/bayi
Pemeriksaan estriol dalam urine
Pemeriksaan infeksi AIDS
Diagnosis kehamilan
Kehamilan normal
Tanpa keluhan
Hasil pemeriksaan laboratorium baik
Kehamilan dengan risiko
Risiko tinggi / sangat tinggi
Meragukan
Risiko rendah
Kehamilan disertai penyakit ibu yang mempengaruhi janin
Kehamilan disertai komplikasi
Kehamilan dengan nilai nutrisi kurang
Diagnosa diferensial
Amenorea sekunder
Pseodosiesis
Tumor ginekologis
Pemeriksaan lebih lanjut
Pengobatan penyakit yang menyertai hamil
Pengobatan penyukit kehamilan
Penjadwalkan pemberian vaksinasi
Memberikan preparat penunjang kesehatan : Vitamin (Obimin AF, Prenafit, Vicanatal,
Barralat, Biosanbe, dan sebagainya), tambahan preparat Fe
Menjadwalkan pemeriksaan ulang
Pemeriksaan hamil. Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan
data dasar yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan
kesehatan ibu sampai persalinan.
Sumber : Manuaba. 2010; h.111-112
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
35
II.
PERSALINAN
A. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2010; h.164)
Persalinan
adalah
rangkaian
proses
yang
berakhir
dengan
pengeluaran hasil konsespsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan pelahiran plasenta. Penyebab awitan persalinan spontan
tidak diketahui, walaupun sejumlah teori menarik telah dikembangkan dan
professional
perawatan
kesehatan
mengetahui
cara
menginduksi
persalinan pada konsisi tertentu. (Varney. 2008; h.672)
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu (Mochtar,R. 2012; h.71) :
Kala 1
: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm.
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase
1. Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat
sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam
2. Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi 3 subfase
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam,
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
36
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2
jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)
Kala II
: kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his
ditambah kekuatan mengejan mendorong janin hingga lahir.
Kala III
: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri.
Kala IV
: mulai dari lahirnya uri, selama 1-2 jam.
B. Persalinan normal
Partus biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsungkurang dari 24
jam. (Mochtar,R. 2012; h.69)
C. Penyebab Terjadinya Persalinan.
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketaui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan HIS. Perlu diketaui bahwa ada dua hormon yang
dominan saat hamil, yaitu :
1. Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan
penerimaan
rangsang
dari
luar
seperti
rangsangan
oksitosin,
rangsangan
3. prostaglandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot rahim dan
otot polos relaksasi. (Manuaba. 2012. h;167)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
37
Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh hipofisis pars
posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam membentuk Braxton Hicks.
Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya
persalinan, oleh karena itu makin tua usia kehamilan frekuensi kontraksi
makin sering. (Manuaba. 2012; h.167)
Oksitosin diduga bekerja bersama prostaglandin yang makin
meningkat mulai dari usia kehamilan minggu ke-15. Di samping itu, faktor
gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh
penting untuk dimulainya kontraksi rahim. Berdasarkan uraian tersebut
dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses
persalinan. (Manuaba. 2012; h.167)
Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat diketahui, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama sama, sehingga pemicu
persalinan menjadi multifactor. Berdasarkan teori yang dikemukakan
persalinan anjuran (induksi persalinan) dapat dilakukan dengan jalan:
(Manuaba. 2012; h.167)
1. Memecahkan ketuban untuk mengurangi keregangan otot rahim
sehingga, kontraksi segera dapat dimulai. Keregangan yang melampaui
batas melemaskan kontraksi rahim, sehingga perlu diperkecil, agar Hits
dapat dimulai.
2. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi dengan oksitosin drip,
dengan prostaglandin.
3. Induksi persalinan dengan mekanis menggunakan laminaria stiff.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
38
4. Persalinan dengan tindakan operasi (seksio sesaria)
D. Permulaan terjadi persalinan
Tabel 2.2 teori kemungkinan terjadinya proses persalinan (Manuaba.
2012; h.168)
Teori
Uraian
Teori ketegangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang
dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi
kontraksi
setelah
keregangan
tertentu,
sehingga menimbulkan persalinan.
Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi saat usia
kehamilan
28
minggu,
karena
terjadi
penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap
oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah
tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu.
Teori oksitosin internal
Oksitonsi dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
pars posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan
progesteron dapat mengubah sensivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton
Hicks.
Dengan menurunnya konsentrasi progesterone
akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan
dapat mulai.
Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejal
usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan
oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
hasil konsepsi dikeluarkan.
Prostaglandin dianggap dapat merupakan
pemicu terjadinya persalinan.
Teori prostaglandin
Teori hipotalamus
suprarenalis
hipotisis
dan
glandula
Sumber pustaka: Manuaba. 2010; h. 168
Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan
anensefalus
sering
terjadi
kelambatan
persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Teori ini dikemukakan oleh Linggin 1973.
Pemberian kortikostiroid dapat menyebabkan
maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.
Dari percobaan tersebut disimpulkan ada
hubungan antara hipatalamus hipofisis dengan
mulainya persalinan.
Glandula suprarenal merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
39
E. Tanda- Tanda Dimulainya Proses Persalinan (Sondakh. 2013; h. 3)
1. Terjadinya His Persalinan
Sifat his persalinan adalah :
a) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan.
b) Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatan makin besar
c) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.
2. Pengeluaran Lendir dengan Darah
Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulkan:
a) Pendataran dan pembukaan
b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.
3. Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian
besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah
adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan berlangsung
kurang dari 24 jam.
4. Hasil-Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan Dalam
a) Perlunakan serviks
b) Pendataran serviks
c) Pembukaan serviks
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
40
F. Penatalaksanaan persalinan
Asuhan Persalinan Normal (Kemenkes RI. 2013; h. 36-49)
1. Kala I
Tatalaksana
a) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu
b) Jika ibu tambak gelisah/kesakitan:
(1) Biarkan ia berganti posisi sesuai dengan keinginan, tapi jika
ditempat tidur sarankan untuk mirirng kiri.
(2) Biarkan
ia
berjalan
atau
beraktivitas
ringan
sesuai
kesanggupannya
(3) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh
muka ibu
(4) Ajari teknik bernapas
c) Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan
orang lain tanpa seizin ibu.
d) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setalah buang
air kecil/besar.
e) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 250C dan semua pintu dan
jendela harus ditutup.
f) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.
g) Sarankan ibu berkemih sesring mungkin.
h) Pantau parameter berikut secara rutin dengan menggunakan
patograf.
Tabel 2.3 penilaian dan intervensi selama kala I
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
41
Parameter
Frekuensi pada kala I
fase laten
Tekanan darah
Suhu tiap 4 jam
Nadi
Denyut jantung janin
Kontraksi Tiap 1 jam
Pembukaan serviks
Penurunan kepala
Warna cairan amnion
Tiap 4 jam
Tiap 2 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 1 jam
Tiap 30 menit
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam *
Frekuensi pada kala I
fase aktif
Tiap 4 jam
Tiap 30-60 menit
Tiap 30 menit
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
Tiap 4 jam*
*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam
(Kemenkes RI. 2013; h. 37)
i) Pasang infus intravena untuk pasien dengan:
(1) Kehamilan lebih dari 5
(2) Hemoglobin
9g/dl atau hematokrit
27 %
(3) Riwayat gangguan perdarahan
(4) Sungsang
(5) Kehamilan ganda
(6) Hipertensi
(7) Persalianan lama
j) Isi dan letakkan patograf di samping tempat tidur atau di dekat pasien
k) Lakukan pemeriksaan kardiotokografi jika memungkinkan
l) Persiapan rujukan jika terjadi komplikasi
2. Kala II, III dan IV
a) Tatalaksana
Tatalaksana pada kala II, III dan IV tergabung dalam 58 langkah APN
yaitu :
Mengenali tanda dan gejala kala dua
(1) Mendengar, melihat dan memeriksa tanda dan gejala kala dua
(a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
42
(b) Ibu merasa tekanan yang semakin menigkat pada rektum dan
vagina
(c) Perinium menonjol dan menipis
(d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka
Menyiapkan Pertolongan Persalinan
(2) Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, dan obat-obatan esensial.
(a) Klem, gunting, benang tali pusat, penghisap lendir steril/DTT siap
dalam wadahnya
(b) Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam
kondisi bersih dan hangat
(c) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi, dan termometer dalam
kondisi baik dan bersih
(d) Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali
pakai di dalam partus set/wadah DTT
(e) Untuk resusitasi: tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu
sorot 60 watt dengan jarak 60 cm diatas tubuh bayi
(f) Persiapan bila terjadi kegawatan pada ibu: cairan kristaloid, set
infus
(3) Kenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih, sepatu
tertutup kedap air, tutup kepala, masker, dan kacamata.
(4) Lepaskan semua perhiasan pada lengan dan cuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan
tangan dengan handuk atau tissue pribadi yang bersih.
(5) Memakai sarung tangan steril/ DTT untuk periksa dalam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
43
(6) Ambil spuit dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus
set/wadah DTT atau steril tanpa mengontaminasi spuit.
Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik
(7) Bersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan
menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
(8) Lakukan periksa dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks
sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila selaput ketuban belum
pecah,dengan syarat: kepala sudah masuk kedalam panggul dan tali
pusat tidak teraba.
(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. Cuci kedua
tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
(10) Periksa Denyut Jantung Janin ( DJJ) segera setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 –
160 kali/menit). Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan
Meneran
(11) Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
(12) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran
(a) bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ibu merasa
nyaman).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
44
(13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran:
(a) Perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
(b) Nilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
(14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
Mempersiapan Pertolongan Kelahiran Bayi
(15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
letakan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
(16) Letakkan kain bersih yang di lipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
(17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
(18) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
Membantu lahirnya kepala
(19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering, sementara tangan yang lain
menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.
(a) Anjukan ibu meneran sambil bernapas cepat dan dangkal.
(20) Periksa lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.
(a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
atas kepala bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
45
(b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
tempat dan potong diantara dua klem tersebut. Jangan lupa
untuk tetap lindungi leher bayi
(21) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
Membantu Lahirnya Bahu
(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
(a) Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga
bahu depan muncul di bawah arkus pubis.
(b) Gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Membantu Lahirnya Badan dan Tungkai
(23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke
arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku
sebelah bawah.
(a) Gunakan tangan yang berada di atas untuk menelusuri dan
memegang lengan dan siku sebelah atas.
(24) Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan
yang berada di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi.
(a) Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara kaki dan
pegang masing – masing mata kali dengan ibu jari dan jari – jari
lainnya).
Penanganan bayi baru lahir
(25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
46
(a) Apakah kehamilan cukup bulan?
(b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
(c) Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif?
Bila ada jawaban “TIDAK”, bayi mungkin mengalami asfiksia.
Segera lakukan resusitasi bayi baru lahir sambil menghubungi
dokter spesialis anak. Bila dokter spesialis anak tidak ada,
segera persiapan rujukan.
Pengisapan lendir jalan napas pada bayi tidak dilakukan secara
rutin
(26) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir
normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu:
(a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh
lainnya (kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks)
(b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
(c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas dada dan perut ibu
(27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain
dalam uterus (hamil tunggal).
Manajemen Aktif Kala III
(28) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan
oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik).
(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikkan oksitosin
10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
(30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali
pusat pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi (kecuali pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
47
asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem
penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan
penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
(31) Potong dan ikat tali pusat
(a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit
kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem terebut (sambil
lindungi perut bayi)
(b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan
ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci
(c) Lepaskan klem dan masukan dalam larutan klorin 0,5%.
(32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kekulit bayi.
Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu
bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut
ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
(33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang
topi di kepala bayi
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
(34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari
vulva.
(35) Letakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di tepi
atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan
yang lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
48
(36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang – atas
(dorsocranial) secara hati – hati (untuk mencegah inversio uteri).
Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan
tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi
prosedur diatas.
(a) Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
anggota keluarga melakukan stimulasi puting susu.
(37) Lakukan penengangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap dilakukan tekanan dorso-kranial).
(a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
berjarak sekitar 5 – 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
(b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
pusat:
(i) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
(ii) Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
(iii) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
(iv) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
(v) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir
(vi) Bila terjadi pendarahan, lakukan plasenta manual
(38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
49
(a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril
untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari
– jari tang atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal.
(39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan massase
dengan
gerakan
melingkar
dengan
lembut
hingga
uterus
berkontraksi (fundus teraba keras).
(a) Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/massase.
Menilai perdarahan
(40) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
bayi dan pastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
(41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan pendarahan aktif.
Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV)
(42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
pendarahan pervaginam.
(43) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu untuk melakukan kontak
kulit ibu – bayi ( di dada ibu paling sedikit 1 jam).
(a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai
menyusu
(b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu
dini dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
50
berlangsung pada menit ke- 45-60, dan berlangsung selama 1020 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.
(c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan
bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu,
(d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau
sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah
bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi.
(e) Jika bayi belum menemukan puting ibu - IMD dalam waktu 1 jam,
posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak
kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya.
(f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam,
pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu.
Lanjutkan
asuhan
perawatan
neonatal
esensial
lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian
kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu.
(g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga
kehangatannya.
(h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari
pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh,
buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu
dan selimuti keduannya sampai bayi hangat kembali.
(i) Tempatkan ibu dan bayi diruangan yang sama. Bayi harus selalu
dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa
menyusu sesering keinginanya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
51
(44) Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik
profilaksis,
dan
vitamin
K1
1mg
intramuskular
dipaha
kiri
anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi, pastikan suhu
tubuh bayi normal, berikan gelang pengenal bayi, lakukan
pemeriksaan untuk melihat cacat bawaan.
(45) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian
vitamin K1) di paha kana anterolateral.
(a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu – waktu bisa
disusukan
(b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
(46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
(a) 2 – 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
(b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
(c) Setiap 20 – 30 menit pada jam kedua pascapersalinan
(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri
(47) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai
kontraksi, mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus
memanggil bantuan medis.
(48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
52
(49) Memeriksa nadi, tekanan darah dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap
30 menit selama jam kedua pascapersalinan.
(a) Periksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam
pertama pascapersalinan
(b) Lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
(50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi
bernafas dengan baik (40 – 60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5 – 37,50C).
(a) Tunda proses memandikan bayi yang baru saja lahir hingga
minimal 24 jam setelah suhu stabil.
(51) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.
(52) Buang bahan - bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
(53) Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih
dan kering.
(54) Pastikan bahwa ibu nyaman.
(a) Bantu ibu memberikan ASI.
(b) Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya.
(55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
53
(56) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5 % selama
10 menit.
(57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan
bersih.
(58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda
vital dan asuhan kala IV.
G. PATOGRAF
1. Definisi
Patograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.
2. Tujuan utama dari penggunaan patograf adalah untuk :
a) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan
demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadi partus
lama.
c) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan medikamentosa
yang diberikan, pameriksaan laboratorium, membuat keputusan klinik
dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan
secara rinci pada status dan rekam medik ibu bersalin dan bayi baru
lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
54
3. Kondisi ibu dan bayi yang harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu :
a) Denyut jantung janin setiap ½ jam
b) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam
c) Nadi setiap ½ jam
d) Pembukaan serviks setiap 4 jam
e) Penurunan bagian terbawah janin setiap 4 jam
f) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam
g) Produksi urin, aseton, dan protein setiap 2 sampai 4 jam.
( Asuhan Persalinan Normal. 2008; h. 57-58)
H. PENYULIT PERSALINAN
1. Kala I
a) Kelainan kontraksi otot rahim, yaitu :
(1) Inersia uteri yaitu his yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari
his normal yang terbagi menjadi :
(a) Inersia uteri
primer, bila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
(b) Inersia uteri sekunder jika his pernah cukup kuat tetapi
kemudian lemah.
(2) Tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat dan terlalu sering
(Manuaba. 2010; h.372)
b) Ketuban Pecah Dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban
sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu. (Kemenkes RI.
2013; h.122)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
55
c) Persalinan Preterm
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi sebelum usia
kehamilan 37 minggu (Kemenkes RI. 2013; h.118)
d) Kehamilan Lewat Waktu
Definisi
WHO mendefinisikan kehamilan lewat waktu sebagai kehamilan usia
42 minggu penuh ( 294 hari) terhitung sejak hari pertama haid
terakhir. Namun, penelitian terkini menganjurkan tatalaksana lebih
awal.
Dignosis
(1) USG di trimester pertama (usia kehamilan antara 11-14 minggu)
sebaiknya ditawarkan pada semua ibu hamil untuk menentukan
usia kehamilan dengan tepat.
(2) Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 5 hari
berdasarkan perhitungan hari pertama haid terakhir dan USG,
trimester pertama waktu taksiran kelahiran harus disesuaikan
berdasarkan hasil USG.
(3) Bila terdapat perbedaan usia kehamilan lebih dari 10 hari
berdasarkan perhitungan hari pertama haid terakhir dan USG,
trimester kedua waktu taksiran kelahiran harus disesuaikan
berdasarkan hasil USG.
(4) Ketika terdapat perbedaan hasil USG trimester pertama dan
kedua, usia kehamilan ditentukan berdasarkan hasil USG yang
paling awal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
56
(5) Jika tidak ada USG, lakukan anamnesis yang baik untuk
menentukan hari pertama haid terakhir, waktu DJJ pertama
terdeteksi, dan waktu gerakan janin pertama kali dirasakan.
Faktor predisposisi
Riwayat kehamilan lewat waktu sebelumnya
Tatalaksana
a) Tatalaksana Umum
(1) Sedapat mungkin rujuk pasien kerumah sakit.
(2) Apabila memungkinkan, tawarkan pilihan membrane sweeping
antara usia kehamilan 38-41 minggu setelah berdiskusi mengenai
resiko dan keuntungannya.
(3) Tawarkan induksi persalinan mulai dari usia kehamilan 41
minggu.
(4) Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan usia 41 – 42
minggu sebaiknya meliputi non-stess test dan pemeriksaan
volume cairan amnion.
(5) Bila usia kehamilan telah mencapai 42 minggu, lahirkan bayi.
b) Tatalaksana Khusus : (Kemenkes RI. 2013; h.126-127)
INDUKSI PERSALINAN
a) Definisi
Induksi partus adalah suatu upaya agar persalinan mulai
berlangsung sebelm dan sesudah kehamilan cukup bulan dengan
jalan merangsang timbulnya his. ( Mochtar. R. 2012. h;40)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
57
Dalam ilmu kebidanan, ada kalanya suatu kehamilan terpaksa
diakhiri karena adanya suatu indikasi. Indikasi dapat datang dari
sudut kepentingan hidup ibu dan/ atau janin. Hasil induksi partus
bergantung pula pada keadaan serviks. Sebaiknya induksi partus
dilakukan pada serviks sudah atau mulai matang (ripe atau
favourable), yaitu kondisi serviks sudah lembek, dengan pendataran
sekurang-kurangnya 50% dan pembukaan serviks satu jari. (Mochtar.
R. 2012. h;40)
b) Nilai Pelvis
Sebelum melakukan induksi hendaknya lakukan terlebih dahulu
pemeriksaan dalam guna memberi kesan tentang keadaan serviks,
bagian terbawah janin dan panggul. Hasil pemeriksaan dicatat dan
disimpulkan dalam suatu tabel nilai pelvis (Mochtar. R. 2012. h;40)
Tabel 2.3 nilai pelvis
1.
Skor
Pendataran
serviks
2. Pembukaan
serviks
3. Konsistensi
serviks
4. Arah
mulut
serviks
5. Turunnya
bagian
terbawah janin
terhadap spina
iskhiadika atau
menurut bidang
hodgej
Jumlah nilai
0
1
2
Tubuler
panjang
Tertutup
Panjang 1 cm
1 cm
Kurang dari
cm
2 cm
Keras
Mulai lunak
Lunak
Sakral
Aksial
Anterior
Diatas 2 cm
atau hodge II
-1 cm sampai 2 cm hoodge
II+
-1
cm
Hoodge III
1
Nilai
nol
(Mochtar. R. 2012; h.40)
Selanjutnya dapat kita ikuti ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Apabila skor diatas 5, pertama-tama lakukanlah amniotomi. Jika 4 jam
kemudian tidak terjadi kemajuan persalinan, berikan infus tetes oksitosin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
58
2. Apabila skor dibawah 5, ketuban dibiarkan intak, berikan infus tetes
oksitosin. Setelah beberapa lama berjalan, nilai pelvis dievaluasi kembali :
Jika skor diatas 5, lakukan amniotomi
Jika skor dibawah 5, oksitosin tetes diulangi
Jika setelah 2-3 kali serviks belum juga matang, segera lakukan
amniotomi
c) INDIKASI (Mochtar. R. 2012. h;40)
(1) Penyakit hipertensi dalam kehamilan termasuk preeklamsi dan
eklamsi
(2) Postmaturitas
(3) Ketuban pecah dini
(4) Kematian janin dalam kandungan
(5) Diabetes mellitus, pada kehamilan 37 minggu
(6) Antagonisme Rhesus
(7) Penyakit ginjal berat
(8) Hidramnion yang besar (berat)
(9) Cacat bawaan seperti anensefalus
(10) Keadaan gawat janin atau gangguan pertumbuhan janin
(11) Primigravida tua
(12) Perdarahan antepartum
(13) Indikasi non medis, sosial, dan ekonomi dan sebagainya
d) KONTRAINDIKASI (Mochtar. R. 2012. h;41)
(1) Disproporsi sefalopelvik
(2) Ibu menderita penyakit jantung berat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
59
(3) Hati-hati pada bekas operasi atau uterus yang cacat, seperti pada
bekas seksio sesarea, miomektomi yang luas dan ekstensif
e) CARA INDUKSI PARTUS (Mochtar. R. 2012. h;41)
Induksi partus dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
(1) Cara kimiawi
(2) Cara mekanis,
(3) Cara kombinasi mekanis dan kimiawi.
f) INDUKSI PERSALINAN DENGAN KATETER FOLEY
(Saiffudin. A.B. 2010. h;P-15)
Kateter Folley merupakan alternatif lain di samping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi persalinan.
Jangan lakukan kateter volley jika ada riwayat pendarahan, ketuban
pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi vaginal
(1) Kaji ulang indikasi
(2) Pasang spekulum DTT di vagina
(3) Masukkan kateter volley pelan-pelan melalui serviks dengan
menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah melewati
ostium uteri internum.
(4) Gembungkan balon kateter dengan memasukkan 10 ml air
(5) Gulung sisa kateter dan letakkan divagina
(6) Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau
sampai 12 jam
(7) Kempiskan
balon
kateter
sebelum
mengeluarkan
kateter,
kemudian lanjutkan dengan infus oksitosin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
60
2. Kala II
a) Persalinan Lama ( Saifuddin. 2010. h; M- 47)
Yaitu:
(1) Fase laten lebih dari 8 jam.
(2) Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih tanpa kelahiran bayi
(persalinan lama)
(3) Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada patograf
b) Malpresentasi dan Malposisi
Malposisi merupakan posisi abnormal dari verteks kepala janin (dengan
ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi
adalah semua
presentasi lain dari janin selain presentasi verteks. (
Saifuddin. 2010. h; M- 57)
c) Distosia Bahu
Distosia bahu yaitu kepala janin telah dilahirkan tetapi bahu tersangkut
dan tidak dapat dilahirkan. ( Saifuddin. 2010. h; M- 69)
3. Kala III
a) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah kelahiran plasenta yang tertahan atau belum
lahir hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (sondakh.
2013; h. 45)
4. Kala IV
a) Perdarahan Pascapersalinan
(1) Definisi :
Perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan pervaginam yang
melebihi 500 ml setelah bersalin (Saifuddin. 2010; h.M-25)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
61
(2) Macam-macam (Saifuddin. 2010; h.M-26)
(a) Perdarahan Pascapersalinan Primer adalah perdarahan setelah
bayi lahir dan dalam 24 jam pertama persalinan
(b) Perdarahan
Pascapersalinan
Sekunder
adalah
perdarahan
setelah 24 jam pertama persalinan
(3) Diagnosis (Saifuddin. 2010; h.M-27)
(a) Antonia uteri:
(i) uterus tidak berkontraksi dan lembek
(ii) perdarahan segera setelah anak lahir (perdarahan pasca
persalinan primer)
(b) Robekan jalan lahir :
(i) perdarahan segara
(ii) darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
(iii) uterus kontraksi baik
(iv) plasenta lengkap
(c) Tertinggalnya sebagian plasenta :
(i) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)
tidak lengkap
(ii) perdarahan segera
(d) Inversio uteri
(i)uterus tidak teraba
(ii)lumen vagina terisi massa
(iii)tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir)
(iv)perdarahan segera
(v) Nyeri sedikit atau berat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
62
(e) Perdaarahan terlambat( Endometritis atau sisa plasenta)
(i)Sub-involusi uterus
(ii) Nyeri tekan perut bawah
(iii) Perdarahan > 24 jam setelah persalinan. Perdarahan
sekunder. Perdarahan bervariasi (ringan atau berat, terus
menerus atau tidak teratur) dan berbau (jika disertai infeksi)
III.
BAYI BARU LAHIR (BBL)
A. Definisi Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37
- 42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh. 2013.
h;150)
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38-42 minggu
dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan panjang badan sekitar
50-55 cm. (Sondakh. 2013. h;150)
B. Ciri-Ciri Bayi Normal :
1. Berat badan lahir bayi 2500-4000 gram.
2. Panjang badan bayi 48-50 cm.
3. Lingkar dada bayi 32-34 cm.
4. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
5. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian turun
sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit.
6. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit
disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal
serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
63
7. Kulit berwarna kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan
cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa.
8. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh balik.
9. Kuku telah agak panjang dan agak lemas
10. Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11. Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk.
12. Eliminasi urin, dan meconium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Meconium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket.
( Sondakh. 2013. h;150)
C. Adaptasi Fisiologi BBL terhadap Kehidupan di Luar Uterus
Konsep mengenai adaptasi bayi baru lahir adalah sebagai berikut
(Sondakh. 2013. h;150):
1. Memulai segera pernapasan dan perubahan dalam pola sirkulasi.
Konsep ini merupakan hal yang esensial pada kehidupan ekstrauterin.
2. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal, hematologi,
metabolik, dan sistem neurologis bayi baru lahir harus berfungsi secara
memadai untuk mempertahankan kehidupan ektrauteri.
Setiap bayi baru lahir akan mengalami periode transisi, yaitu:
1. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 – 8 jam pertama
kehidupan, yang akan dilalui oleh seluruh bayi dengan mengabaikan
usia gestasi atau sifat persalinan atau melahirkan.
2. Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi
pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan
cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara seperti
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
64
mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai 180
kali/menit selama beberapa menit kehidupan.
3. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir ini akan menjadi tenang, relaks,
dan jatuh tertidur. Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur) terjadi
dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung beberapa menit sampai
beberapa jam.
4. Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai dengan
respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit dari merah
muda menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.
5. Lendir mulit dapat menyebabkan masalah yang bermakna, misalnya
tersedak/aspirasi, tercekik dan batuk.
Adaptasi Pernapasan
1. Pernapasan awal dipacu oleh faktor fisik, sensori, dan kimia.
a) Faktor-faktor
fisik
meliputi
usaha
yang
diperlukan
untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
(misalnya, perubahan pada gradien tekanan).
b) Faktor-faktor sensori meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan
penurunan suhu.
c) Faktor-faktor kimia, meliputi perubahan dalam darah (misalnya,
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbon dioksida, dan
penurunan pH)
2. Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30 – 60 kali/menit.
3. Sekresi lendir mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah
terutama selama 12 – 18 jam pertama.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
65
4. Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks
terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan
jalan napas tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu
setelah kelahiran. (Sondakh. 2013. h; 151)
Adaptasi Kardiovaskular
1. Berbagai perubahan anatomi berlangsung setelah lahir. Beberapa
perubahan terjadi dengan cepat, dan sebagian lagi terjadi seiring
dengan waktu.
2. Sirkulasi perifer lambat, yang menyebabkan akrosianosis (pad tangan,
kaki, dan sekitar mulut).
3. Denyut nadi berkisar 120
-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
4. Rata-rata tekanan darah adalah 80/46 mmHg dan bervariasi sesuai
dengan ukuran dan tingkat aktivitas bayi.
5. Nilai hematologi normal pada bayi dapat dilihat pada Tabel 2. 2
( Sondakh. 2013. h;151)
Tabel 2.4 Nilai Hematologi Normal pada Bayi
Parameter
Hemoglobin
Sel-sel darah merah
Hematokrit
Sel-sel darah putih
Neutrofil
Eosinofil
Limfosit
Monosit
Sel-sel darah putih yang imatur
Trombosit
Retikulosit
Volume darah
Sumber Pustaka : Sondakh. 2013; h.153
Kisaran Normal
15-20 g/dL
3
5,0-7,5 juta/mm
43-61 %
3
10.000-30.000/mm
40-80 %
2-3 %
3-10 %
6-10 %
3–10 %
3
100.000-280.000/mm
3-6 %
Pengkleman tali ppusat dini: 78 mL/kg
Pengkleman tali pusat lambat: 98,6
mL/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat
dini: 82,3 mL/kg
Hari ketiga setelah pengkleman tali pusat
lambat: 92,6 mL/kg
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
66
Adaptasi Neurologis
1. Sistem
neurologis
bayi
secara
anatomik
atau
fisiologis
belum
berkembang sempurna.
2. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan tidak terkoordinasi,
pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk, mudah terkejut, dan
tremor pada ekstremitas.
3. Perkembangan neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang
lebih kompleks (misalnya kontrol kepala, tersenyum dan meraih dengan
tujuan) akan berkembang.
4. Refleks bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan
normal. (Tabel 2.3) ( Sondakh. 2013. h;153-154)
Tabel 2.5 Refleks pada Bayi Baru Lahir
Reflleks
Respons Normal
Respons Abnormal
Menelan
Bayi baru lahir menelan
berkoordinasi
dengan
menghisap
bila
cairan
ditaruh di belakang lidah
Muntah,
batuk,
atau
regurgitasi cairan dapat
terjadi;
kemungkinan
berhubungan
dengan
sianosis sekunder karena
prematuritas,
defisit
neurologis, atau cedera;
terutama terlihat setelah
laringoskopi
Ekstrusi
Bayi baru lahir menjulurkan
lidah keluar bila ujung lidah
disentuh dengan jari atau
puting
Ekstrusi
lidah
secara
kontinu atau menjulurkan
lidah berulang-ulang terjadi
pada kelainan SSP dan
kejang
Moro
Ekstensi simetris bilateral
dan
abduksi
seluruh
ekstremitas, dengan ibu jari
dan
jari
telunjuk
membentuk huruf ‘c’, diikuti
dengan
adduksi
Respons asimetris terlihat
pada cedera saraf perifer
(pleksus brakialis) atau
fraktur klavikula atau fraktur
tulang panjang lengan atau
kaki
Rooting dan menghisap
Bayi baru lahir menolehkan
kepala ke arah stimulus,
membuka mulut, dan mulai
mengisap bila pipi, bibir,
atau sudut mulut bayi
disentuh dengan jari atau
puting
Respon yang lemah ata
tidak ada respons terjadi
pada
prematuritas,
penurunan atau cedera
neurologis, atau depresi
sistem saraf pusat (SSP)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
67
ekstremitas dan kembali ke
fleksi relaks jika posisi bayi
berubah tiba-tiba atau jika
bayi diletakkan telentang
pada permukaan yang
datar
Melangkah
Bayi
akan
melangkah
dengan satu kaki dan
kemudian
kaki
lainnya
dengan gerakan berjalan
bila satu kaki disentuh
pada permukaan rata
Respons asimetris terlihat
pada cedera saraf SSP
atau perifer atau fraktur
tulang panjang kaki
Merangkak
Bayi akan berusaha untuk
merangkak
kedepan
dengan kedua tangan dan
kaki
bila
diletakkan
telungkup pada permukaan
datar
Respons asimetris terlihat
pada cedera saraf SSP dan
gangguan neurologis
Tonik leher atau fencing
Ekstremitas pada satu sisi
di mana saat kepala
ditolehkan akan ekstensi,
dan
ekstremitas
yang
berlawanan akan fleksi bila
kepala bayi ditolehkan ke
satu sisi selagi beristirahat
Respon persisten setelah
bulan
keempat
dapat
menandakan
cedera
neurologis.
Respon
menetap tampak pada
cedera SSP dan gangguan
neurologis
Terkejut
Bayi melakukan abduksi
dan
fleksi
seluruh
ekstremitas
dan
dapat
mulai
menangis
bila
mendapat
gerakan
mendadak
atau
suara
keras
Tidak adanya respon dapat
menandakan
defisit
neurologis atau cedera.
Tidak
adanya
respon
secara
lengkap
dan
konsisten terhadap bunyi
keras dapat menandakan
ketulian. Respon dapat
menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam
Ekstensi silang
Kaki bayi yang berlawanan
akan fleksi dan kemudian
ekstensi dengan cepat
seolah-olah
berusaha
untuk
memindahkan
stimulus ke kaki yang lain
bila diletakkan telentang,
bayi
akan
mengekstensikan satu kaki
sebagai respons terhadap
stimulus pada telapak kaki
Resppons yang lemah atau
tidak ada respons yang
terlihat pada cedera saraf
perifer atau fraktur tulang
panjang
Glabellar “blink”
Bayi akan berkedip bila
dilakukan 4 atau 5 ketuk
pertama
pada
batang
hidung saat mata terbuka
Terus berkedip dan gagal
untuk
berkedip
menandakan kemungkinan
gangguan neurologis
Palmar grasp
Jari bayi akan melekuk di
sekeliling
benda
dan
menggenggamnya seketika
Respon ini berkurang pada
prematuritas.
Asimetris
terjadi pada kerusakan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
68
bila jari diletakkan
tangan bayi
di
saraf
perifer
(pleksus
brakialis)
atau
fraktur
humerus. Tidak ada respon
yang terjadi pada defisit
neurologis yang berat
Plantar grasp
Jari bayi akan melekuk di
sekeliling benda seketika
bila jari diletakkan di
telapak kaki bayi
Respon yang berkurang
terjadi pada prematuritas.
Tidak ada respons yang
terjadi
pada
defisit
neurologis yang berat
Tanda Babinski
Jari-jari kaki bayi akan
hiperekstensi dan terpisah
seperti
kipas
dari
dorsoflaksi ibu jari kaki bila
satu sisi kaki digisik dari
tumit ke atas melintasi
bantalan kaki
Tidak ada respon yang
terjadi pada defisit SSP
Sumber pustaka : (Sondakh. 2013; h. 154-155)
Perubahan Gastrointestinal
1. Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu.
2. Perkembangan otot dan refleks yang penting untuk menghantarkan
makanan sudah terbentuk saat lahir.
3. Perencanaan protein dan karbohidrat telah tercapai, pencernaan dan
absorpsi lemak kurang baik karena tidak adekuatnya enzim-enzim
pankreas dan lipase.
4. Kelenjar saliva imatur saat lahir, sedikit saliva diolah sampai bayi
berusia 3 bulan.
5. Pengeluaran mekonium, yaitu feses berwarna hitam kehijauan, lengket,
dan mengandung darah samar, diekskresikan dalam 24 jam pada 90%
bayi bbaru lahir normal.
6. Variasi besar terjadi di antara bayi baru lahir tentang minat terhadap
makanan, gejala-gejala lapar, dan jumlah makanan yang ditelan pada
setiap kali pemberian makanan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
69
7. Beberapa bayi baru lahir menyusu segera bila diletakkan pada
payudara, sebagian lainnya memerlukan 48 jam untuk menyusu secara
efektif.
8. Gerakan acak tangan ke mulut dan menghisap jari telah diamati di
dalam uterus, tindakan-tindakan ini berkembang baik pada saat lahir
dan diperkuat dengan rasa lapar.
( Sondakh. 2013. h;155-156)
Perubahan Ginjal
1. Laju filtrasi glomerulus relatif rendah pada saat lahir disebabkan oleh
tidak adekuatnya area permukaan kapiler glomerulus.
2. Meskipun keterbatasan ini tidak mengancam bayi baru lahir yang
normal, tetapi menghambat kapasitas bayi untuk berespon terhadap
stresor.
3. Penurunan kemampuan untuk mengekskresikan obat-obatan dan
kehilangan cairan yang berlebihan menngakibatkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan.
4. Sebagian besar bayi baru lahir berkemih dalam 24 jam pertama setelah
lahir dan 2-6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu mereka
berkemih 5-20 kali dalam 24 jam.
5. Urin dapat keruh karena lendir dan garam asam urat. Noda kemarahan (
debu batu bata) dapat diamati pada popok karena kristal asam urat.
( Sondakh. 2013. h;156)
Perubahan Hati
1. Selama kehidupan janin dan sampai tingkat tertentu setelah lahir, hati
terus membantu pembentukan darah.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
70
2. Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah.
3. Penyimpanan zat besi ibu cukup memadai bagi bayi sampai 5 bulan
kehidupan ekstrauterin. Pada saat ini, bayi baru lahir menjadi rentan
terhadap defisiensi zat besi.
4. Hati juga mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersirkulasi,
pigmen berasal dari hemoglobin dan dilepaskan bersamaan dengan
pemecahan sel-sel darah merah.
5. Bilirubin tak terkonjugasi dapat meninggalkan sistem vaskular dan
menembus jaringan ekstravaskular lainnya (misalnya: kulit, sklera, dan
membran mukosa oral) mengakibatkan warna kuning yang disebut
jaundice atau ikterus.
6. Pada stres dingin yang lama, glikolisis anaerobik terjadi, yang
mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi
dan jika terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat
terjadi, asam lemak yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempattempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berkaitan
yang bersirkulasi mmengakibatkan peningkatan risiko kern-ikterus
bahkan pada kadar bilirubin serum 10 mg/dL, atau kurang. ( Sondakh.
2013. h;156)
Perubahan Imun
1. Bayi baru lahir tidak akan membatasi organisme penyerang di pintu
masik.
2. Imaturitas jumlah sistem pelindung secara signifikan meningkatkan
risiko infeksi pada periode bayi baru lahir.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
71
a) Respon inflamasi berkurang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
b) Fagositosis lambat.
c) Keasaman lambung dan produksi pepsin dan tripsin belum
berkembang sempurna sampai usia 3-4 minggu.
d) Imunoglobulin A hilang dari saluran pernapasan dan perkemihan,
kecuali jika bayi tersebut menyusu ASI, IgA juga tidak terdapat dalam
saluran GI.
3. Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama
periode neonatus.
( Sondakh. 2013. h;157)
D. Termoregulasi (Prawirohardjo. 2010. h; 367)
Pengaturan Suhu
Bayi kehilangan panas melalui empat cara, yaitu :
1. Konduksi yaitu melalui benda-benda padat yang berkontrak dengan kulit
bayi.
2. Konveksi yaitu pendinginan melalui aliran udara disekitar bayi.
3. Evaporasi yaitu kehilangan panas melalui penguapan air padat kulit bayi
yang basah .
4. Radiasi yaitu melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontrak
secara langsung dengan kulit bayi.
E. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Inisiasi menyusui dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi
mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Seperti halnya bayi mamalia
lainnya, bayi manusia mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri.
Kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya selama
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
72
satu jam segera setelah lahir, kemudian bayi akan mencari payudara ibu
dengan sendirinya. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini
dinamakan the brest crawl atau merangkak mencari payudara.
(Sondakh. 2013; h.170)
F. MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR
Perawatan bayi baru lahir 1 jam pertama
1. Pengikatan dan pemotongan tali pusat
Tali pusat diikat pada jarak 2-3 cm dari kulit bayi, dengan
menggunakan klem yang yang terbuat dari plastik atau menggunakan
tali yang bersih (lebih baik bila steril) yang panjangnya cukup untuk
membuat ikatan yang cukup kuat ±15cm). kemudian tali pusat dipotong
pada ±1cm distal tempat tali pusat diikat, menggunakan instrumen yang
tumpul dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi Karen terjadi trauma
ynag lebih banyak pada jaringan. (Prawirohardjo. 2010. h; 370)
2. Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonates. Jelly Wharton yang membentuk jaringan nekrotik dapat
berkolonisasi dengan organism pathogen, kemudian menyebar dan
menyebabkan infeksi kulit dan sistematik pada bayi. Yang terpenting
dalam perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali pusat tetap kering
dan bersih. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat
tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan
kapas basah kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat
dengan kasa bersih/steril. Popok atau celana bayi diikat dibawah tali
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
73
pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses
dan urin. Hindarin penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk
membalut tekan tali pusar. (Prawirohardjo. 2010. h; 370)
3. Pelabelan
Label nama bayi atau nama ibu harus dilekatkan pada
pergelangan tangan atau kaki sejak diruang bersalin. Pemasangan
dilakukan dengan sesuai agar tidak terlalu ketat ataupun longgar
sehingga mudah lepas.. (Prawirohardjo. 2010. h; 371)
4. Profilaksis Mata
Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada
bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti
gonore dan klamidiasis. Sebagian besar konjungtivitis muncul pada 2
minggu pertama setelah kelahiran. Pemeberian antibotik profilaksis
pada mata terbukti dapat mencegah terjadinya konjungtivitis. Profilaksis
mata yang sering digunakan yaitu tetes mata silver nitrat 1%, salep mata
eritromisin dan salep mata tetrasiklin. Ketiga preparat ini efektif untuk
mencegah konjuktivitis gonore. Saat ini silver nitrat tetes mata tidak
dianjurkan lagi karena sering terjadi efek samping berupa iritasi dan
kerusakan mata. (Prawirohardjo. 2010. h; 371)
5. Pemberian Vitamin K
Bayi bru lahir diberikan vit K dengan tujuan mengurangi kejadian
defisiensi vitamin K, jenis vitamin K yang digunakan adalah K1 diberikan
secara 1M. dengan dosis 0,5-1mg. (Prawirohardjo. 2010. h; 371)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
74
6. Pengukuran Berat dan Panjang Lahir
Bayi yang baru lahir ditimbang berat lahirnya. Dua hal yang selalu
ingin diketahui orangtua tentang bayinya yang baru lahir adalah jenis
kelamin dan beratnya pengukuran panjang lahir tidak rutin dilakukan
karena tidak banyak bermakna. (Prawirohardjo. 2010. h; 372)
7. Memandikan Bayi
Memandikan bayi merupakan hal yang sering dilakukan, tetapi
masih banyak kebiasaan yang salah dalam memandikan bayi, seperti
memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat mengakibatkan
hipotermia. Pada beberapa kondisi seperti bayi kurang sehat, bayi
belum lepas dari tali pusat atau dalam perjalan, tidak perlu dipaksakan
untuk mandi berendam. Bayi cukup diseka dengan sabun dan air hangat
untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih. (Prawirohardjo. 2010. h;
372)
G. Penyulit pada Neonatus
1. Asfiksia Bayi Baru Lahir
a) Definisi
Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernapas secara
spontan dan teratur segera setalah lahir (Sondakh. 2013. h;176)
b) Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang dapat muncul pada asfiksia
neonatorum adalah :
(1) Tidak ada pernapasan (apnea)/ pernapasan lamabat ( kurang dari
30 kali per menit).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
75
(2) Pernapasa tidak teratur, dengkuran, atau retraksi (perlekukan
dada).
(3) Tangisan lemah
(4) Warna kulit pucat dan biru.
(5) Tonus otot lemah atau terkulai.
(6) Denyut jantung tidak ada atau perlahan (kurang dari 100 kali per
menit).
(Sondakh. 2013. h;176)
c) Penatalaksanaan
Prinsip
Prinsip penatalaksanaan asfiksia adalah sebagai berikut :
(1) Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonatus hendaknya
dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, kemudian
bayi diletakkan telanjang dibawah alat/lampu pemanas radiasi
atau pada tubuh ibunya. Bayi dan ibu sebaiknya diselimuti dengan
baik, namun harus diperhatikan pula agar tidak terjadi pemanasan
yang berlebihan pada tubuh bayi.
(2) Tindakan
A-B-C-D
(Airway/membersihkan
Breathing/mengusahakan
timbulnya
jalan
napas,
pernapasan/ventilasi,
Circulation/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/memberikan obat).
(Sondakh. 2013. h;178)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
76
2. Perlukaan Kelahiran Persalinan (Manuaba. 2010; h.424)
a) Kaput Suksedaneum
Kaput Suksedaneum muncul karena kepala janin terlalu lama tertekan
di dasar panggul. Kaput melampaui batas tulang dan akan
menghilang beberapa hari, dan segera berkurang setelah hari
pertama. Kaput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusu.
b) Sefalhematoma
Sefalhematoma adalah perdarahan subperitonial, dengan batas jelas
pada satu tulang tengkorak.
3. Hipotermi
a) Pengertian
Suhu normal bayi baru lahir adalah 36,5-37,50C (suhu ketiak).
Gejala awal hipotermi, apabila suhu di bawah 360C atau kedua kaki
dan tanganteraba dingin. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin maka
bayi sudah mengalami hipotermi sedang (32-360C). Hipotermi berat
jika suhu tubuh kurang dari 320C. (Muslihatun. 2010; h.189)
b) Tanda dan gejala
Gejala hipotermi pada bayi baru lahir, antara lain bayi tak mau
menetek/minum, bayi tampak mengantuk saja atau lesu, tubuh bayi
teraba dingin, dalam keadaan berat, denyut jantung menurun dan
kulit bayi mengeras (sklerema). Tanda-tanda awal hipotermi sedang/
stres dingin, adalah kaki teraba dingin, kemampuan menghisap
lemah, aktivitas berkurang-letargi, tangisan lemah, kulit berwarna
tidak merata (cutis marmorata). (Muslihatun. 2010; h.189)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
77
Tanda hipotermi berat/cidera dingin, antara lain sama dengan
hipotermi sedang, biibir dan kuku kebiruan, pernapasan lambat,
pernapasan tak teratur, bunyi jantung lambat, selanjutnya mungkin
timbul hipoglikemi dan asidosis metabolik. (Muslihatun. 2010; h.190)
c) Fakor resiko
Faktor-faktor
penting
yang
dianggap
berisiko
terjadinya
hipotermi, antara lain perawatan yang kurang tepat setelah lahir, bayi
dipisahkan dari ibunya segera setelah lahir, bayi berat badan lahir
rendah dan prematuritas, tempat melahirkan dingin, umur bayi saat
dipindahkan/dirujuk, suhu badan selama perjalan rujukan tidak
terjaga, serta bayi asfiksia, hipoksia dan penyakit lain. (Muslihatun.
2010; h.190)
d) Penatalaksanaan
Prinsip penatalakasanaan bayi dengan hipotermi adalah
mengembalikan suhu tubuh di atas 36,50C dengan berbagai cara, di
antaranya adalah menghangatkan dengan menggunakan radiant
warmer atau dimasukkan ke dalam penghangat atau inkubator atau
di beri sinar lampu dan menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu
dengan metode kanguru. (Muslihatun. 2010; h.190)
4. Infeksi Neonatorum (Manuaba. 2010; h.432-435)
a) Sepsis Neonatorum dan Meningitis
Sepsis neonatus atau meningitis sering didahului oleh keadaan hamil
dan persalinan sebelumnya seperti :
(1) Ibu telah menderita penyakit infeksi
(2) Ketuban pecah diini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
78
(3) Persalinan lama atau terlantar
(4) Persalinan dengan tindakan operasi vaginal
b) Diare
Gejala klinis yang perlu diperhatikan adalah feses jumlahnya banyak,
cair, berwarna hijau atau kuning, dan berbau khas.
c) Tetanus Neonatorum
Gambaran klinis tetanus neonatorum
(1) Kejang-kejang sampai pada otot pernapasan
(2) Leher kaku diikuti spasme umum
(3) Dinding abdomen keras
(4) Mulut mencucu seperti mulut ikan
(5) Angka kematian yang tinggi disebabkan oleh aspirasi pneumonia
dan sepsis.
d) Ikterus Neonatorum
Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir
dalam batas normal pada hari kedua sampai kesepuluh . ikterus
disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi
darah dewasa
Karnikterus adalah akumulasi bilirubin dalam jaringan otak
sehingga dapat menggangu fungsi otak dan menimbulkan gejala
klinis sesuai tempat akumulasi tersebut. (Manuaba. 2010; h.435)
5. Berat Badan Lahir rendah (BBLR)
Yaitu berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir.
(Mochtar.R. 2012; h.305)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
79
IV.
MASA NIFAS
A. Definisi
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil.
Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. ( Mochtar,R. 2012; Jilid 1. h.87)
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pascapersalinan harus terselenggara pada masa itu untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta
penyediaan pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan,
imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (Prawiroharjo. 2010; h. 356)
B. Periode masa nifas (Mochtar. R. 2012; h. 87)
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu- minggu,
bulanan, atau tahunan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
80
C. Patokan untuk puerperium ( Varney. 2008; h.958)
Komponen patokan untuk menentukan kesejahteraan wanita pascapartum
adalah sebagai berikut :
1. Evaluasi kontiu terhadap setiap temuan atau perkembangan signifikan
selama periode antepartum dan intrapartum.
2. Evaluasi perubahan fisiologis dan anatomis puerperium.
3. Evaluasi tanda-tanda vital wanita dan tanda, gejala, serta perubahan
fisik lain
4. Evaluasi respons ibu dan ayah terhadap bayi mereka dan persiapan
mereka untuk pengasuhan
5. Evaluasi perubahan perilaku wanita dan respon psikologis terhadap
pelahiran
6. Penapisan kontinu terhadap tanda dan gejala komplikasi obstetri atau
medis
D. Perubahan Fisiologis dan Anatomis Puerperium (varney. 2008; h. 958-960)
1. Involusi uterus
Meliputi reorganisasi dan pengeluaran desidua/endometrium
eksfoliasi tempat pelekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan
ukuran dan berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai
dengan warna dan jumlah lokia. Dengan menyusui bayinya akan
mempercepat proses involusi uterus.
Uterus segera setelah persalinan bayi, plasenta, dan selaput janin,
beratnya sekitar 100 gr. Berat uterus menurun sekitar 500 gr pada akhir
minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya
pada saat tidak hamil, yaitu 70 gr pada minggu kedelapan pascapartum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
81
Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan
lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi
organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uterus (TFU)
terletak sekitar sua per tiga hingga tiga per empat bagian atas antara
simpisis pubis dan umbilikus.
Tabel 2.6 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.
Involusi
Tinggi fundus uteri
Berat uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari bawah pusat
Pertengahan pusat simfisis
Tidak teraba di atas simfisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
Sumber pustaka : Mochtar, R. 2012. h;87
2. Lokia
Lokia adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama
deskriptif lokia berubah : lokia rubra,
serosa atau alba. Lokia rubra
berwarna merah karena mengandung darah. Keluar segera setelah
persalinan sampai 2-3 hari pertama pascapartum. Lokia rubra
mengandung darah dan jaringan desidua.
Lokia serosa ,lokia ini lebih pucat dari pada lokia rubra,berwarna
merah muda dan berhenti sekitar tujuh hingga delapan hari kemudian
dengan warna merah muda, kuning, atau putih, hingga transisi menjadi
lokia alba. Lokia serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua,
leukosit dan eritrosit.
Lokia alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum dan
hilang sekitar periode dua hingga empat minggu. Warna lokia alba putih
krem dan terutama mengandung leukosit dan sel desidua.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
82
3. Vagina dan perineum
Segera setelah pelahiran, vagina tetap terbuka lebar, mungkin
mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada
introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus otot
vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema.
Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya,
dan umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembali rugae
vagina sekitar minggu ketiga post partum.ruang vagina selalu sedikit
lebih besar dari pada sebelum kelahiran pertama. Akan tetapi latihan
mengencangkan otot perineum akan mengembalikan
tonusnya dan
memungkinkan wanita secara perlahan mengencangkan vaginanya.
Pengencangan ini sempurna pada akhir puerperium dengan latihan
setiap hari.
Abrasi dan laserasi vulva dan perineum mudah sembuh termasuk
yang memerlukan perbaikan
4. Payudara
Laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon
saat melahirkan. Apakah waniata memilih menyusui atau tidak, ia dapat
mengalami
kongesti
payudara
selama
beberapa
hari
pertama
pascapartumkarena tubuhnya mempersiapkan untuk memberikan nutrisi
kepada bayi. Wanita yang menyusui berespon terhadap menstimulus
bayi yang disusui akan terus melepaskan hormon dan menstimulaasi
alveoli yang memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih memberikan
makanan
formula,
involusi
jaringan
payudara
terjadi
dengan
menghindari stimulasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
83
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum meliputi
penampilan dan intergritas puting susu, memar atau iritaasi jaringan
payudara karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah
payudara terisi air susu, dan adanya sumbtan duktus, kongesti, dan
tanda-tanda mastitis potensial.
E. Adaptasi Psikologis Postpartum
Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orangtua, yaitu
fase taking in, fase taking hold, dan fase letting go
1. Fase taking in
Fase ini merupakan periode ketergantungan yang berlangsung
dari hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman
selama proses persalinan sering berulang diceritakannya. Kelelahan
membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,
seperti mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
pasif terhadap lingkungannya. Oleh karena itu kondisi ibu perlu
dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu adalah:
a) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan
tentang bayinya. Misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis
rambut dan lain-lain.
b) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisk yang
dialami ibu. Misalnya rasa mules karena rahim berkontraksi untuk
kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka
jahitan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
84
c) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
d) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat
bayinya dan cenderung melihat tanpa membantu.
2. FaseTaking Hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase taking hold, ibu merasa khawatir atau ketidak mampuan dan
rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Selain itu perasaannya
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya
kurang hati-hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena
saat ini merasakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga tumbuh rasa
percaya diri.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah
mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
F. Kunjungan Masa Nifas
Tabel 2.7 Frekuensi kunjungan masa nifas
Kunjungan
Waktu
2
6
1
6 – 8 jam
setelah
persalinan
Tujuan
1. Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut.
3. Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
7. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil.
hari 1. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
85
setelah
persalinan
2.
3.
4.
5.
3
4
2 minggu
setelah
persalinan
6 minggu
setelah
persalinan
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Sumber pustaka : buku panduan praktis pelayanan kesehatan Maternal
dan Neonatal. 2010. h;N 23-24
G. Perawatan Payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama puting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
4. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum paracetamol 1 tablet
setiap 4 – 6 jam.
6. Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau gunakan sisir
untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
86
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2 – 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
e) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
(Saifuddin. 2010. h;N-27)
H. Komplikasi Masa Nifas
1. Abnormalitas Rahim
a) Subinvolusi uteri
Proses
involusi
rahin
tidak
berjalan
sebagaimana
mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Penyebab
involusi uteri adalah infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta
dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri.
(Manuaba. 2010. h;418)
b) Perdarahan kala nifas sekunder
Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang
terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan
kala nifas sekunder adalah terdapat sisa plasenta atau selaput
ketuban, infeksi pada endometrium, dam sebagian kecil terjadi
dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan
inversio uteri. (Manuaba. 2010. h;418)
c) Flegmasia alba dolens
Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk
infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena
femoralis. (Manuaba. 2010. h;418)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
87
2. Abnormalitas Payudara
a) Bendungan ASI
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI,
tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah
mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan
meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI dengan
masase
atau
pompa,
memberikan
estradiol
sementara
menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis
sehingga keluhan berkurang. (Manuaba. 2010. h;420)
b) Mastitis dan abses payudara
Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan
permulaan dari kemungkinan infeksi payudara. Bakteri yang sering
menyebabkan infeksi payudara adalah stafilokokus aureus yang
masuk melalui luka puting susu. Infeksi menimbulkan demam,
nyeri lokal pada payudara, terjadi pemadatan payudara, dan
terjadi perubahan warna kulit payudara. Penderita dengan mastitis
perlu mendapatkan pengobatan yang baik dengan antibiotika dan
obat simtomatis. (Manuaba. 2010. h;420)
Infeksi payudara (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi
abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat rasa
nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat pembengkakan, di bawah
kulit teraba cairan. Dalam keadaan abses payudara perlu
dilakukan insisi agar pus dapat dikeluarkan untuk mempercepat
kesembuhan. (Manuaba. 2010. h;420)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
88
V.
Kontrasepsi dan Keluarga Berencana
A. Definisi
Keluarga Berencana (family planning; planned parenthood) adalah
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, R. 2012. h;195)
Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara, alat,
atau obat-obatan untuk mencegah terjadinya konsepsi. . (Mochtar, R. 2012.
h;195)
B. Syarat (Mochtar, Rustam. 2012. h;195)
Kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.
2. Tidak ada efek samping yang merugikan.
3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5. Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama
pemakaiannya.
6. Cara penggunaannya sederhana.
7. Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri.
C. Jenis dan waktu yang tepat untuk berKB (Manuaba. 2010. h; 592)
1. Postpartum : KB suntik, Norplant (KB susuk)/implanon, AKDR, pil KB
hanya progesteron, Kontap, Metode sederhana
2. Postmentrual regulation : KB suntik
3. Pasca abortus : KB susuk atau implanon
4. Saat menstruasi : AKDR, Kontap, Metode sederhana
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
89
5. Masa interval : KB suntik, KB susuk atau implanon, AKDR, Metode
Sederhana
6. Post-coitus : KB darurat
D. Penapisan Penggunaan KB (Affandi. 2009; h.U-9 – U-11).
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode
kontrasepsi (misalnya pil KB, suntikan atau AKDR) adalah untuk
menentukan apakah ada :
1. Kehamilan;
2. Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus;
3. Masalah
(Misalnya
diabetes
atau
tekanan
darah
tinggi)
yang
membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut. (Affandi. 2009;
h.U-9).
Untuk sebagian besar klien keadaan ini bisa diselesaikan dengan
cara anamnesis terarah, sehingga masalah utama dapat dikenali atau
kemungkinan hamil dapat disingkirkan. Sebagian besar cara kontrasepsi,
kecuali AKDR dan kontrasepsi mantap tidak membutuhkan pemeriksaan
fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga
berencana atau klien baru umumnya tidak diperlukan karena :
1. Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (umur 16-35
tahun) dan umumnya sehat.
2. Pada wanita, Masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan
perhatian (misalnya kanker enitalia dan payudara, fibroma uterus) jarang
didapat pada umur sebelum 35 atau 40 tahun.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
90
3. Pil kombinasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan
progestin) lebih baik daripada produk sebelumnya karena efek samping
lebih sedikit dan jarang menimbulkan masalah medis.
4. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan
dengan estrogen dan dosis progestin yang dikeluarkan per hari bahkan
lebih rendah dari pil kombinasi. (Affandi. 2009; h.U9 – U10).
Tanyakan pada klien hal-hal dibawah ini, bila semua jawaban klien
adalah TIDAK, klien yang bersangkutan bisa memakai motode yang
diinginkannya.
Tabel 2.8 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Nonoperatif
Metode Hormonal (Pil Kombinasi, Pil
Progestin, Suntikan dan Susuk)
Ya
Tidak
Apakah hari pertama Haid Terakhir 7 hari yang lalu
atau lebih
Apakah Anda menyusui dan kurang dari 6 minggu
pasca persalinan
Apakah mengalami perdarahan/ perdarahan bercak
antara haid selama senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan
visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau
dada, atau tungkai bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mmHg
(sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah Anda sedang minum obat-obatan Anti Kejang
(epilepsi)
AKDR (semua
progestin)
jenis
pelepas
tembaga
dan
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan
seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual
(IMS)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul
atau kehamilan ektopik
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
91
Apakah pernah mengalami haid banyak (lenih 1-2
pembalut tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang
membutuhkan analgetika dan/ atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan/ perdarahan
bercak antara haid atau setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung
vaskular atau kongenital
1. Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan
maka pil kombinasi adalah metode pilihan terakhir.
2. Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET-EN),
atau susuk.
3. Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-EN). (Affandi.
2012; h.U10-U11).
Tabel 2.9 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Operasi (Tubektomi)
Keadaan Klien
Dapat dilakukan
pada fasilitas rawat
jalan
Keadaan
umum
(anamnesis
dan
pemeriksaan fisik).
Keadaan umum baik,
tidak ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal.
Keadaan emosional
Tekanan darah
Berat badan
Tenang
< 160/100 mmHg
35-85 G
Riwayat
operasi
abdomen/ panggul
Bekas seksio sesarea
(tanpa perlekatan)
Riwayat
radang
panggul, hamil ektopik,
apendisitis
Anemia
Pemeriksaan
normal
Hb ≥ 8 g%
(Affandi. 2012; h.U-11)
dalam
Dilakukan di
fasilitas rujukan
Diabetes
tidak
terkontrol,
riwayat
gangguan pembekuan
darah, ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal.
Cemas, takut
≥ 160/100 mmHg
>85 kg; <35 kg
Operasi
abdomen
lainnya, perlekatan atau
terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
Pemeriksaan dalam ada
kelainan
Hb < 8 g%
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
92
Tabel 2.10 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Operasi
(Vasektomi)
Keadaan klien
Keadaan
umum
(anamnesis
dan
pemeriksaan fisik)
Keadaan emosional
Tekanan darah
Infeksi atau kelainan
skrotum/ inguinal
Anemia
(Affandi. 2012; h.U-12)
Dapat dilakukan pada
fasilitas rawat jalan
Keadaan umum baik,
tidak ada tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal
Tenang
< 160/100 mmHg
Normal
Hb ≥ 8 g%
Dilakukan pada
fasilitas rujukan
Diabetes
tidak
terkontrol,
riwayat
gangguan pembekuan
darah,
tanda-tanda
penyakit jantung, paru,
atau ginjal
Cemas, takut
≥ 160/100 mmHg
Tanda-tanda
infeksi
atau ada kelainan
Hb < 8 g%
E. Metode Kontrasepsi
1. Metode Amenorea Laktasi (MAL) (Affandi. 2012. h;MK-1)
a) Profil
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya
hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa
pun lainnya.
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
(1) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih efektif bila
pemberian ≥ 8 x sehari;
(2) Belum haid;;
(3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Efektis sampai 6 bulan,
Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya.
b) Cara Kerja (Affandi. 2012. h;MK-1)
Penundaan/penekanan ovulasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
93
c) Keuntungan Kontrasepsi (Affandi. 2012. h;MK-2)
(1) Efektivitas
tinggi
(keberhasilan
98%
pada
enam
bulan
pascapersalinan).
(2) Segera efektif
(3) Tidak mengganggu senggama
(4) Tidak ada efek samping secara sistemik
(5) Tidak perlu pengawasan medis.
(6) Tidak perlu obat atau alat
(7) Tanpa biaya.
d) Keuntungan Nonkontrasepsi (Affandi. 2012. h;MK-2)
Untuk bayi
(1) Mendapatkan
kekebalan
pasif
(mendapatkan
antibodi
perlindungan lewat ASI.
(2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
(3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
(1) Mengurangi perdarahan pascapersalinan.
(2) Mengurangi risiko anemia.
(3) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
e) Keterbatasan (Affandi. 2012. h;MK-2)
(1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segara menyusui
dalam 30 menit pascapersalinan.
(2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
94
(3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan.
(4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV
dan HIV/AIDS.
f) Yang Dapat Menggunakan MAL (Affandi. 2012. h;MK-2)
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6
bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
g) Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL (Affandi. 2012. h;MK-3)
(1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
(2) Tidak menyusui secara eksklusif.
(3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
(4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
2. Metode Barier
Kondom
a) Profil
(1) Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah
IMS termasuk HIV/AIDS.
(2) Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
(3) Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk mencegah IMS.
(4) Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat
dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau
bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang
tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang
bila digulung terbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
95
susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk
meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida)
maupun sebagai aksesoris aktivitas seksual.
(5) Standar kondom dilihat dari ketebalan, pada umumnya standar
kekebalan adalah 0,02 mm.
(6) Tipe kondom terdiri dari :
(a) Kondom biasa.
(b) Kondom berkontur (bergerigi).
(c) Kondom beraroma.
(d) Kondom tidak beraroma.
(e) Kondom pria dan wanita :
Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun untuk kondom
wanita walaupun sudah ada, belum pouler dengan alasan
ketidaknyamanan (berisik). (Affandi. 2012. h; MK 17- 20)
b) Cara Kerja
(1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur
dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke
dalam saluran reproduksi perempuan.
(2) Mencegah penularan mikrooganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).
(Affandi. 2012. h; MK-18)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
96
c) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangaan, pemakaian
kondom tidak efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara
ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 –
12 kehamilan per 100 perempuan per tahun. (Affandi. 2012. h; MK18)
d) Manfaat
(1) Kontrasepsi
(a)Efektif bila digunakan dengan benar
(b)Tidak mengganguu produksi ASI.
(c)Tidak mengganggu kesehatan klien.
(d)Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
(e)Murah dan dapat dibeli secara umum.
(f)Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus.
(g) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya
harus ditunda. (Affandi. 2012. h; MK- 18)
(2) Nonkontrasepsi (Affandi. 2012. h; MK 18)
(a)Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB
(b)Dapat mencegah penularan IMS.
(c)Mencegah ejakulasi dini.
(d)Membantu mencegah terjadinya kanker serviks ( mengurangi
iritasi bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
(e)Saling berinteraksi sesama pasangan.
(f)Mencegah imunno infertilitas.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
97
e) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK 19)
(1) Efektivitas tidak terlalu tinggi.
(2) Cara
penggunaan
sangat
mempengaruhi
keberhasilan
kontrasepsi.
(3) Agak mengganggu hubungan seksual ( mengurangi sentuhan
langsung).
(4) Pada
beberapa
klien
bisa
menyebabkan
kesulitan
untuk
mempertahankan ereksi.
(5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
(6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum.
(7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah
dlaam hal limbah.
f) Cara Penggunaan/ Instruksi bagi Klien (Affandi. 2012. h; MK 19)
(1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
(2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida ke
dalam kondom
(3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet,
gunting atau benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
(4) Pasangkan kondom saat penis sedang
ereksi, tempelkan
ujungnya pada glans penis dan tempatkan bagian penampung
sperma pada ujung uretra. Lepaskan gulungan karet dengan jalan
menggeser
gulungan
tersebut
ke
arah
pangkal
penis.
Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi penis ke
vagina.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
98
(5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
(6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
(7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut penis
sehingga kondom tidak terlepas pada saat penis dicabut dan
lepaskan kondom diluar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan
sperma di sekitar vagina.
(8) Gunakan kondom hanya untuk satu kali pakai.
(9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
(10) Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan
disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
(11) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau
kondom tampak rapuh/kusut.
(12) Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas
dari bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.
3. Senggama Terputus
a) Pengertian
Senggama terputus adalah metode keluarga berencana
tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari
vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. (Affandi. 2012. h; MK - 15)
b) Cara kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga
sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
99
antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. (Affandi.
2012. h; MK - 15)
c) Manfaat (Affandi. 2012. h; MK - 15)
(1) Kontrasepsi
(a) Efektif bila dilaksanakan dengan benar
(b) Tidak mengganggu produksi ASI
(c) Dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya
(d) Tidak ada efek samping
(e) Dapat digunakan setiap waktu
(f) Tidak membutuhkan biaya
(2) Nonkontrasepsi
(a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
(b) Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan
pengertian yang sangat dalam.
d) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK - 16)
(1) Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4 – 27 kehamilan per 100 perempuan per tahun).
(2) Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak
ejakulasi masih melekat pada penis.
(3) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
e) Dapat Dipakai untuk (Affandi. 2012. h; MK - 16)
(1) Suami yang ingin berpartisipapsi aktif dalam keluarga berencana.
(2) Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi
untuk tidak memakai metode-metode lain.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
100
(3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.
(4) Pasangan
yang
memerlukan
metode
sementara,
sambil
menunggu metode yang lain.
(5) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
(6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.
f) Tidak Dapat Dipakai untuk (Affandi. 2012. h; MK - 16)
(1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
(2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus.
(3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.
(4) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit berkerja sama.
(5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.
(6) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
g) Intruksi bagi Klien (Affandi. 2012. h; MK - 16)
(1) Meningkatkan kerja sama dan membangun saling pengertian
sebelum melakukan hubungan seksual dan pasangan harus
mendiskusikan dan menyepakati penggunaan metode senggama
terputus.
(2) Sebelum
kandung
berhubungan pria terlebih dahulu mengosongkan
kemih
dan
membersihkan
ujung
penis
untuk
menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
(3) Apabila merasa akan ejakulasi, pria segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma
diluar vagina.
(4) Pastikan pria tidak terlambat melaksanakannya.
(5) Sanggama tidak dianjurkan pada masa subur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
101
4. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesteron)
a) Pil Kombinasi
(1) Profil
(a) Efektif dan reversibel.
(b) Harus diminum setiap hari.
(c) Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual dan
perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan
hilang.
(d) Efek samping serius sangat jarang terjadi.
(e) Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang
sudah mempunyai anak maupun belum.
(f) Dapat dimulai setiap saat bila yakin sedang tidak hamil.
(g) Tidak dianjurkan pada ibu yang menyusui
(h) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
(Affandi. 2012. h; MK - 30)
(2) Jenis (Affandi. 2012. h; MK - 31)
(a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dalam
dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
(b) Bifasik:
pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progesteron (E/P) dengan
dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
(c) Trifasik:
pil
yang
tersedia
dalam
kemasan
21
tablet
mengandung hormon aktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga
dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
102
(3) Cara kerja
(a) Menekan ovulasi.
(b) Mencegah implantasi.
(c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma.
(d) Pergerakan tuba tertanggung sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
(Affandi. 2012. h; MK - 31)
(4) Manfaat
(a) Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari ( 1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
(b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
(c) Tidak mengganggu hubuungan seksual.
(d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
(e) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan.
(f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
(g) Mudah dihentikan setiap saat.
(h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
(i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
(j) Membantu mencegah:
(i) Kehamilan ektopik
(ii) Kanker ovarium
(iii) Kanker endometrium
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
103
(iv) Kista ovarium
(v) Penyakit radang panggul
(vi) Kelainan jinak pada payudara
(vii) Dismenore
(viii) Akne
(Affandi. 2012. h; MK 31-32)
(5) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK - 32)
(a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari.
(b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama,
(c) Perdarahan bercak atau perdarahan sela, terutama 3 bulan
pertama.
(d) Pusing.
(e) Nyeri payudara.
(f) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu
kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif.
(g) Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
(h) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi
ASI).
(i) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi,
dan perubahan suasana hati, sehingga keinginan untuk
melakukan hubungan seks berkurang.
(j) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan,
sehingga risiko stroke, dan gangguan pembukan darah pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
104
vena dalam sedikit meningkat. Pada perempuan usia > 35
tahun dan merokok perlu hati-hati.
(k) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV,
HIV/AIDS.
(6) Yang Dapat Menggunakan Pil Kombinasi
Pada prinsipnya hampir semua ibu boleh menggunakan pil
kombinasi, seperti :
(a) Usia reproduksi.
(b) Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki anak.
(c) Gemuk atau kurus
(d) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(f) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI
ekslusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan
tidak cocok bagi ibu tersebut.
(g) Pascakeguguran
(h) Anemia karena haid berlebihan.
(i) Nyeri haid hebat
(j) Siklus haid tidak teratur.
(k) Riwayat kehamilan ektopik
(l) Kelainan payudara jinak.
(m) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah,
mata, dan saraf.
(n) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau
tumor ovarium jinak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
105
(o) Menderita tuberkulosis ( kecuali yang sedang menggunakan
rifampisin)
(p) Varices vena.
(Affandi. 2012. h; MK - 32)
(7) Yang Tidak Boleh Menggunakan Pil Kombinasi
(a) Hamil atau dicurigai hamil.
(b) Menyusui eksklusif.
(c) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya.
(d) Penyakit hati akut (hepatitis).
(e) Perokok dengan usia > 35 tahun.
(f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah >
180/110 mmHg.
(g) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing
manis > 20 tahun.
(h) Kanker payudara atau dicuragai kanker payudara.
(i) Migrain dan gejala neurologik fokal (epilepsi/riwayat epilepsi)
(j) Tidak dapat menggunakan pil secara teratur setiap hari.
(Affandi. 2012. h; MK - 33)
(8) Waktu Mulai Menggunakan Pil Kombinasi
(a) Setiap saat selagi haid, untuk meyakinkan kalau perempuan
tersebut tidak hamil
(b) Hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid.
(c) Boleh
menggunakan
pada
hari
ke
8,
ttetapi
perlu
menggunakan metode kontrasepsi yang lain (kondom) mulai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
106
hari ke 8 sampai hari ke 14 atau tidak melakukan hubungan
seksual sampai anda telah menghabiskan paket pil tersebut.
(d) Setelah melahirkan :
(i)
Setelah 6 bulan pemberian ASI eksklusif
(ii)
Setelah 3 bulan dan tidak menyusui
(iii)
Pascakeguguran (segera atau dalam waktu 7 hari).
(e) Bila berhenti menggunakan kontrasepsi injeksi, dan ingin
menggantikan dengan pil kombinasi, pil dapat segera diberikan
tanpa perlu menunggu haid.
(Affandi. 2012. h; MK - 33)
(9) Instruksi kepada klien
Catatan : tunjukkan cara mengeluarkan pil dari kemasannya dan
pesankan untuk mengikuti panah yang menunjuk deratan pil
berikutnya.
(a) Sebaiknya pil diminum setiap hari, lebih baik pada saat yang
sama setiap hari.
(b) Pil yang pertama dimulai pada hari pertama sampai hari ke-7
siklus haid,
(c) Sangat dianjurkan penggunaannya pada hari pertama haid.
(d) Pada paket 28 pil, dianjurkan mulai minum pil plasebo sesuai
dengan hari yang ada pada paket,
(e) Beberapa paket pil mempunyai 28 pil, yang lain 21 pil. Bila
paket 28 pil habis sebaiknya anda mulai minum pil dari paket
yang baru. Bila paket 21 habis sebaiknya tunggu 1 minggu
baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
107
(f) Bila muntah dalam waktu 2 jam setelah menggunakan pil,
ambilah pil yang lain.
(g) Bila terjadi muntah hebat, atau diare lebih dari 24 jam, maka
bila keadaan memungkinkan dan tidak memperburuk keadaan
anda, pil dapat diteruskan.
(h) Bila muntah dan diare berlangsung sampai 2 hari atau lebih,
cara penggunaan pil mengikuti cara menggunakan pil lupa.
(i) Bila lupa minum 1 pil (hari 1 – 21), sebaiknya minum 2 pil
setiap hari sampai sesuai jadwal yang ditetapkan. Juga
sebaiknya gunakan metode kontrasepsi yang lain atau tidak
melakukan hubungan seksual sampai telah menghabiskan
paket pil tersebut.
(j)
Bila tidak haid, perlu segera ke klinik untuk tes kehamilan.
(Affandi. 2012. h; MK - 34)
b) Suntikan Kombinasi
(1) Pengertian
Jenis
suntikan
kombinasi
adalah
25
mg
Depo
Medroksiprogesteron Asetatdan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi I.M sebulan sekali (Cyclofen), dan 50 mg
Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Vallerat yang diberikan
injeksi IM sebulan sekali. (Affandi. 2012. h; MK - 36)
(2) Cara Kerja (Affandi. 2012. h; MK - 36)
(a) Menekan ovulasi
(b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
108
(c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu.
(d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
(3) Efektivitas (Affandi. 2012. h; MK - 36)
Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100 perempuan) selama
tahun pertama penggunaan.
(4) Keuntungan Kontrasepsi (Affandi. 2012. h; MK - 36)
(a) Resiko terhadap kesehatan kecil
(b) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri.
(c) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
(d) Jangka panjang.
(e) Efek samping sangat kecil.
(f) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
(5) Keuntungan Nonkontrasepsi (Affandi. 2012. h; MK - 37)
(a) Mengurangi jumlah perdarahan
(b) Mengurangi nyeri saat haid.
(c) Mencegah anemia.
(d) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium.
(e) Mengurangi penyakit payudara jinak dan jista ovarium.
(f) Mencegah kehamilan ektopik.
(g) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang
panggul.
(h) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimenopause.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
109
(6) Kerugian (Affandi. 2012. h; MK - 37)
(a) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10
hari.
(b) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti
iini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
(c) Ketergantungan klien terhadap pelayanna kesehatan. Klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan.
(d) Efektivitas berkurang bila digunakan bersama dengan obatobat
epilepsi
(fenitoin
dan
Barbiturat)
atau
obat
tuberkulosis(Rifampisin).
(e) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan timbulnya tumor hati.
(f) Penambahan berat badan.
(g) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
(h) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
(7) Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi (Affandi. 2012. h;
MK - 37)
(a) Usia reproduksi
(b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.
(c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi.
(d) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
110
(e) Pascapersalinan dan tidak menyusui.
(f) Anemia
(g) Nyeri haid hebat.
(h) Haid teratur.
(i) Riwayat kehamilan ektopik.
(j) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(8) Yang Tidak Boleh Menggunakan suntikan Kombinasi (Affandi.
2012. h; MK - 38)
(a) Hamil atau diduga hamil.
(b) Menyusui dibawah 6 minggu pascapersalinan.
(c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(d) Penyakit haid akut (virus hepatitis).
(e) Usia > 35 tahun yang merokok.
(f) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi (>180/110 mmHg).
(g) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >
20 tahun.
(h) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala
atau migrain.
(i) Keganasan pada payudara.
(9) Cara penggunaan
(a) Suntikan kombinasi diberika setiap bulan dengan suntikan
intramuskuler dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu.
Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan
kemungkinan
terjadi
gangguan
perdarahan.
Dapat
juga
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
111
diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah ditentukan. Asal
saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan
melakukan
hubungan
seksual
selama
7
hari
atau
menggunakan metode kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja.
(Affandi. 2012. h; MK - 39)
5. Kontrasepsi Progestin
a) Kontrasepsi Suntikan Progestin
(1) Jenis
Terdapat 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
(a) Depo
Medroksiprogesteron
Asetat
(Depo
Provera),
mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan
dengan cara disuntik intramuskuler (di daerah bokong).
(b) Depo
Noretisteron
Enantat
(Depo
Noristerat),
yang
mengandung 200 mg Norestindron Enantat, diberikan setiap 2
bulan dengan cara disuntik intramuskuler.
(Affandi. 2012. h; MK - 43)
(2) Keuntungan (Affandi. 2012. h; MK - 44)
(a) Sangat efektif
(b) Pencegahan kehamilan jangka panjang
(c) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
(d) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan
darah.
(e) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
112
(f) Sedikit efek samping.
(g) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
(h) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopause.
(i) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik.
(j) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
(k) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
(l) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
(3) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK - 44)
(a) Sering ditemukan gangguan haid, seperti :
i. Siklus haid yang memendek atau memanjang,
ii. Perdarahan yang banyak atau sedikit,
iii. Perdarahan
tidak
teratur
atau
perdarahan
bercak
(spotting),
iv. Tidak haid sama sekali.
(b) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).
(c) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikut.
(d) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
(e) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi
menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
(f) Terlambatnya
kembali
kesuburan
setelah
penghentian
pemakaian.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
113
(g) Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadinya
kerusakan/kelainan pada organ genitalia, melainkan karena
belum habisnya
pelepasan obat suntikan dari deponya
(tempat suntikan).
(h) Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
panjang.
(i) Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan
kepadatan tulang (densitas).
(j) Pada
penggunaan
jangka
panjang
dapat
menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi
(jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
(4) Yang Dapat menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
(a) Usia reproduksi
(b) Nulipara yang telah memiliki anak.
(c) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki
efektivitas tinggi.
(d) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
(e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
(f) Setelah abortus atau keguguran.
(g) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
(h) Perokok.
(i) Tekanan darang < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan
pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
(j) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau
obat tuberkulosis (rifampisin).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
114
(k) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
(l) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
(m) Anemia defisiensi besi.
(n) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh
menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
(Affandi. 2012. h; MK - 45)
(5) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
(a) Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per
100.000 kelahiran).
(b) Perdarahan pervaginamyang belum jelas penyebabnya.
(c) Tidak dapat menerima terjadinya hgangguan haid, terutama
amenorea.
(d) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(e) Diabetes mellitus disertai komplikasi.
(Affandi. 2012. h; MK - 45)
b) Kontrasepsi Pil progestin (minipil)
(1) Keuntungan (Affandi. 2012. h; MK - 51)
(a) Sangat efektif bila digunakan secara benar.
(b) Tidak mengganggu hubungan seksual.
(c) Tidak mempengaruhi ASI.
(d) Kesuburan cepat kembali.
(e) Nyaman dan mudah digunakan.
(f) Sedikit efek samping.
(g) Dapat dihentikan setiap saat.
(h) Tidak mengandung estrogen.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
115
(2) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK - 52)
(a) Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan haid perdarahan sela,
spotting, amenorea)
(b) Peningkatan atau penurunan berat badan
(c) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama.
(d) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
(e) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau
jerawat.
(f) Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan),
tetapi risiko ini lebih rendah jika dibandingkan dengan
perempuan yang tidak menggunakan mini pil.
(g) Efektivitasnya menjadi rendah jika digunakan bersama obat
tuberkulosis dan obat epilepsi.
(h) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual
atau
HIV/AIDS.
(i) Hirsutisme
(tumbuh
rambut/bulu
berlebihan
didaerah
muka),tetapi sangat jarang terjadi.
(3) Yang Boleh Menggunakan Mini Pil (Affandi. 2012. h; MK - 52)
(a) Usia reproduksi.
(b) Telah memiliki anak, atau yang belum memiliki anak.
(c) Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat efektif
selama periode menyusui.
(d) Pasca persalinan dan tidak menyusui.
(e) Pascakeguguran.
(f) Perokok segala usia.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
116
(g) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama 180/110 mmHg)
atau dengan masalah pembekuan darah.
(h) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak
menggunakan estrogen.
(4) Yang Tidak Boleh Menggunakan Minipil (Affandi. 2012. h; MK - 52)
(a) Hamil atau diduga hamil.
(b) Perdarahan pervagianam yang belum jelas penyebabnya.
(c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
(d) Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin), atau obat untuk
epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
(e) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
(f) Sering lupa menggunakan pil.
(g) Miom uterus. Progestin memicu pertumbuhan miom uterus.
(h) Riwayat stroke, progestin menyebabkan spasme pembuluh
darah.
c) Kontrasepsi Implan
(1) Keuntungan (Manuaba. 2010. h;603)
(a) Dipasang selama 5 tahun
(b) Kontrol medis ringan
(c) Dapat dilayani didaerah pedesaan
(d) Penyulit medis tidak terlalu tinggi
(e) Biaya murah
(2) Kerugian (Manuaba. 2010. h;603)
(a) Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapatkan
menstruasi dan terjadi perdarahan yang tidak teratur.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
117
(b) Berat badan bertambah.
(c) Menimbulkan akne, ketegangan payudara.
(d) Liang senggama terasa kering.
(3) Efek samping (Affandi. 2012. h; MK – 62-63)
(a) Perubahan pola perdarahan haid
(b) Sakit kepala
(c) Perubahan berat badan
(d) Perubahan suasana hati
(e) Depresi
(f) Lain-lain ( mual, perubahan selera makan, payudara lembek,
bertambahnya rambut dibadan atau muka dan jerawat).
6. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
a) Keuntungan (Manuaba. 2010. h;611)
(1) Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun)
(2) Tidak mengganggu hubungan suami istri.
(3) Tidak berpengaruh terhadapa ASI
(4) Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat.
(5) Efek sampingnya sangat kecil.
(6) Memiliki efek sistemik yang sangat kecil.
b) Kerugian (Manuaba. 2010. h;611)
(1) Masih terjadi kehamilan dengan AKDR in situ.
(2) Terdapat perdarahan (spotting dan menometroragia)
(3) Lukorea, sehingga mengupas protein tubuh dan liang senggama
terasa lebih basa.
(4) Dapat terjadi infeksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
118
(5) Tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau
sekunder dan kehamilan ektopik.
(6) Tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan
mengganggu hubungan seksual.
c) Yang Boleh Menggunakan AKDR (Affandi. 2012. h; MK - 70)
(1) Usia reproduksi
(2) Telah memiliki anak maupun belum
(3) Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk
mencegah kehamilan.
(4) Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.
(5) Pascakeguguran
dan
tidak
ditemukan
tanda-tanda
radang
panggul.
(6) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi.
(7) Sering lupa menggunakan pil,
(8) Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan
pemberian estrogen.
(9) Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual.
d) Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR (Affandi. 2012. h; MK - 70)
(1) Hamil atau diduga hamil.
(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
(3) Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis.
(4) Menderita penyakit radang panggul atau pasca keguguran
septik.
(5) Kelainan kongenital rahim.
(6) Miom submukosum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
119
(7) Rahim yang sulit digerakkan.
(8) Riwayat kehamilan ektopik.
(9) Penyakit trofoblas ganas
(10) Terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul.
(11) Kanker genitalia/payudara
7. Kontrasepsi Mantap
a) Tubektomi
(1) Definisi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang
tidak ingin anak lagi. (Affandi. 2012. h; MK - 89)
(2) Efek samping
Jarang sekali ditemukan efek samping baik jarak panjang maupun
jarak pendek. (Affandi. 2012. h; MK - 89)
(3) Keuntungan
Mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan Penyakit
Radang Panggul (PID). Beberapa studi menunjukkan efek
protektif terhadap kanker ovarium. (Affandi. 2012. h; MK - 89)
(4) Risiko
Walaupun jarang, tetapi dapat terjadi komplikasi tindakan
pembedahan dan anestesi. Penggunaan anestesi lokal sangat
mengurangi resiko
yang terkait dengan tindakan anestesi
umum. (Affandi. 2012. h; MK - 90)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
120
b) Vasektomi
(1) Definisi
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lealki yang tidak
ingin anak lagi (Affandi. 2012. h; MK - 95)
(2) Manfaat (Affandi. 2012. h; MK - 96
(a) Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
(b) Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi.
(3) Indikasi (Affandi. 2012. h; MK - 98)
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilisasi
dimana fungsi reproduksi merupakan ancama atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga.
(4) Keterbatasan (Affandi. 2012. h; MK - 96)
(a) Permanen (non-reversible) dan timbul masalh bila klien
menikah lagi.
(b) Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan dikemudian hari.
(c) Perlu pengosongan depot sperma di vesikula seminalis
sehingga perlu 20 kali ejakulasi.
(d) Risiko dan efek samping pembedahan kecil.
(e) Ada nyeri/ rasa tak nyaman pasca bedah.
(f) Perlu tenaga pelaksana terlatih.
(g) Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya : HBV,
HIV/AIDS).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
121
F. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Asuhan kebidanan adalah proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan lingkup
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. (Mangkuji, 2012; h,2)
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan
dalam
menerapkan
metode
pemecahan
masalah
secara
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. (Mangkuji. 2012; h.4)
2. Managemen Kebidanan menurut (Mangkuji. 2012; h.5)
a) Langkah 1 Pengumpulan data dasar
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien
secara lengkap.
b) Langkah 2 Interpretasi data dasar
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah menginterpretasikan
semua data dasar yang telah dikumpulkan sehingga ditemukan
diagnosis atau masalah.
c) Langkah 3 identifikasi diagnosa/masalah potensial
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian diagnosis dan masalah yang sudah
teridentifikasi.
d) Langkah 4 identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera
Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
122
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
dengan kondisi klien.
e) Langkah 5 perencanaan asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang
ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.
f)
Langkah 6 Pelaksanaan
Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah ke-5 secara aman
dan efisien.
g) Langkah 7 Evaluasi
Pada langkah ini, kegiatan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan, yang mencangkup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai
apakah
sudah
benar-benar
terlaksana/terpenuhi
sesuai
dengan
kebutuhan yang telah teridentifikasi dalam masalah dan diagnosis.
3. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP
Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, Planning)
a) Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelolaan informasi
yang sistemis yang mengatur penemuan dan konklusi kita menjadi
suatu rencana asuhan.
b) Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan
guna menyusun dokumentasi asuhan.
c) SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita mengatur
pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
123
(1) SOAP
Subyektif
(a) Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesis.
(b) Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (
ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).
(c) Pada orang yang bisu, dibelakang data diberi tanda “O” atau “X”
(2) Objektif
(a) Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien.
(b) Hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostic lain.
(c) Informasi dari keluarga atau orang.
(3) Assessment
(a) Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan
data) data subjektif dan objektif.
(b) Diagnosis atau masalah.
(c) Diagnosis atau masalah potensial.
(d) Antisipasi diagnosis atau masalah potensial atau tindakan segera.
(4) Planning
(a) Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi;
asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostic atau laboratorium,
konseking, dan tindakan lanjut. (follow up) (Mangkuji. 2012; h.8).
G. Landasan Hukum Kewenangan Bidan dan Kompetensi Bidan
1. Area kompetensi bidan Indonesia meliputi :
a) Area Kompetensi 1 : Etik legal dan keselamatan pasien
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
124
Berperilaku profesional, bermoral, dan memiliki etika dalam tanggap
terhadap/ menyikapi/mencermati issue etik maupun aspek legal dalam
praktek kebidanan yang berorientasi pada keselamatan perempuan dan
masyarakat.
b) Area kompetensi 2 : Komunikasi efektif
Mampu bertukar informasi secara verbal dan non-verbal dengan
pasien/perempuan, keluarganya, masyarakat di lingkungan perempuan,
sesama profesi, antar profesi kesehatan, dan stakeholder.
c) Area kompetensi 3 : Profesionalisme dan Pengembangan diri
Mampu mengembangkan diri dengan mengikuti perkembangan ilmu dan
teknologi terkini, serta menyadari keterbatasan diri berkaitan dengan
praktik kebidanan serta menjunjung tinggi komitmen terhadap profesi
bidan.
d) Area kompetensi 4 : Landasan ilmiah praktik kebidanan
Bidan memiliki pengetahuan tentang ilmu kebidanan, neonatologi, ilmuilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan usaha yang
tepat untuk perempuan, bayi yang baru lahir, “childbearing women”, dan
keluarga.
e) Area kompetensi 5 : Keterampilan klinis dalam praktik kebidanan
Bidan memiliki keterampilan tentang ilmu kebidanan, neonatologi, ilmuilmu sosial, ilmu kesehatan masyarakat, etika, budaya, dan asuhan yang
tepat untuk perempuan, bayi yang baru lahir, “childbearing women”, dan
keluarga.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
125
f) Area Kompetensi 6 : Promosi dan konseling
Melakukan promosi kesehatan dan konseling mengenai kesehatan
masyarakat pada umumnya, dan kesehatan perempuan sesuai dengan
tahap perkembangan siklus reproduksinya.
g) Arean Kompetensi 7 : managemen, kepemimpinan dan kewirausahaan
Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya dibawah tanggung
jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif sumber daya di
wilayah kerjanya dengan memanfaatkan IPTEK untuk menghasilkan
langkah-langkah strategis pengembangan organisasi.
(Ditjen Dikti Kemdikbud. 2011; h.16-40)
2. Landasan hukum kewenangan bidan
Landasan hukum kewenangan bidan diatur dalam Peraturan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia No 1464/MENKES/PER/X/2010 TENTANG
IZIN PENYELENGGARAAN PRAKTEK BIDAN meliputi :
a) PENYELENGGARAAN PRAKTIK
(1) Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktek berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
(a) Pelayanan kesehatan ibu
(b) Pelayanan kesehatan anak
(c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
(2) Pasal 10
(a) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil,
kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan
masa antara dua kehamilan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
126
(b) Pelayanan kesehatan ibu meliputi :
(a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil.
(b) Pelayanan antenatal pada hamil normal.
(c) Pelayanan persalinan normal.
(d) Pelayanan ibu nifas normal.
(e) Pelayanan ibu menyusui.
(f) Pelayanan konseling antara kehamilan.
(3) Pasal 11
(a) Pelayanan kesehatan anak yang dimaksud diberikan pada bayi
baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah.
(b) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan berwenang untuk
(a)
Melakukan
asuhan
BBL
normal
termasuk
resusitasi,
pencegahan, hipotermi, IMD, inj Vit K1, perwatan BBL pada
masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
(b)
Penanganan hipotermi pada BBL dan segera rujuk
(4) Pasal 12
(a) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi
perempuan dan KB berwenang untuk :
i.
Memberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi perempuan dan KB.
ii.
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
(5) Pasal 13
(a) Selain kewenangan sebagaimana pasal 10,11,12 bidan yang
menjalankan
program
pemerintah
berwenang
melakukan
pelayanan kesehatan meliputi :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
127
i.
Pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR dan memberikan
pelayanan alat kontasepsi bawah kulit.
ii.
Asuhan
antenatal
terintegrasi
dengan
intervensi
khusus
penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter.
iii.
Penanganan bayi dan anak balita sesuai pedoman yang
ditetapkan.
b) PENCATATAN DAN PELAPORAN
(6) Pasal 20
a) Dalam melaksanakan tugas bidan wajib melakukan pencatatan
dan pelaporan.
b) Pelaporan dimaksud ditunjukkan ke puskesmas wilayah tempat
praktik.
c) Dikecualikan untuk bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan
kesehatan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tia Feza Qorina, Kebidanan DIII UMP, 2016
Download