BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Wilayah Penelitian
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo atau yang juga dikenal
dengan nama Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto didirikan oleh Partai
Gerindra pada Bulan Mei 2014 menjelang rangkaian proses Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden 2014. .Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto menunjuk Budi Purnomo Karjodihardjo sebagai Koordinator
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo. Budi Purnomo Karjodihardjo
adalah wartawan senior dan pendiri Kelompok Media Peluang (KMP). Budi
Purnomo merupakan mantan Koordinator Media Center Tim Kampanye JokowiBasuki dalam Pilkada DKI Jakarta Tahun 2012.
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo memiliki tugas
diantaranya untuk menjalin hubungan yang baik dengan pihak media. Media
Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo menilai bahwa peranan media sangat
penting untuk mengkomunikasikan visi dan misi serta program-program yang
telah berjalan maupun yang telah direncanakan oleh Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto dalam
Pemilihan Umum Presiden 2014. Budi Purnomo ditunjuk oleh Prabowo Subianto
karena Budi Purnomo dianggap mampu dan pernah berhasil saat bersama
Prabowo Subianto mendukung cagub dan cawagub Jokowi dan Ahok hingga
menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DkI Jakarta Tahun 2012. Budi Purnomo
74
75
dinilai Partai Gerindra telah berprestasi dalam mewujudkan Jokowi-Ahok sebagai
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Budi Purnomo juga telah membantu
Prabowo Subianto saat kampanye Jokowi-Ahok saat masih bersama mendukung
kampanye Jokowi-Ahok. Wartawan senior Budi Purnomo Karjodihardjo
menyambut baik penunjukkan dirinya sebagai Koordinator Media Center
Prabowo Subianto Djojohadikusumo oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto. Budi Purnomo mengatakan penunjukkannya sebagai bentuk
kepercayaan yang diberikan Prabowo Subianto.
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo juga bertugas untuk
menyusun dan menerapkan strategi komunikasi pemasaran politik terkait denga
Personal Branding Prabowo Subianto hingga menuju dan mewujudkan Prabowo
Subianto yang memiliki potensi yang sangat baik untuk menjadi pemimpin besar
yaitu sebagai Presiden Republik Indonesia. Budi Purnomo sebagai Koordinator
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo meminta dukungan kepada
para jurnalis agar dirinya dapat menjalankan tugas dengan baik. Budi Purnomo
Karjodihardjo, merupakan pendiri Kelompok Media Peluang (KMP). Personal
Branding Prabowo Subianto yang tegas terhadap apapun, anti korupsi, jiwa
sosialnya yang sangat tinggi, serta konsep ekonominya yang sangat jelas untuk
memakmurkan rakyat, sangat penting untuk dikomunikasikan kepada publik,
sangat perlu diwujudkan oleh Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo
atau Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto, untuk mewujudkan Personal
Branding Prabowo Subianto yang terbaik dalam Pemilihan Umum Presiden
Tahun 2014.
76
Media Center Prabowo Subianto Djojohadikusumo atau Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto telah berhasil mewujudkan strategi komunikasi
pemasaran politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto melalui
pemberitaan di salah satu situs online diantaranya yaitu Situs Evello.co.id yang
telah merilis hasil survei popularitas calon presiden yang akan bertarung pada
pilpres 9 Juli 2014. Survei yang dilakukan mulai tanggal 1-23 Juni 2014 tersebut
menempatkan pasangan nomor urut satu Prabowo - Hatta 50,85% sedangkan
Jokowi-JK 49,15%. Sedangkan di Media sosial facebook, Prabowo-Hatta lebih
unggul 51,71% sedangkan Jokowi-JK 48,29%, selisih 3,42%. Selain itu, di
Twitter, share index pasangan Prabowo -Hatta lebih unggul dengan persentase
59,69%, sedangkan Jokowi-JK 40,31%. Kenaikan elektabilitas Prabowo-Hatta
dikarenakan berhasilnya sosialisasi program-programnya yang lebih memiliki
dampak positif. Hal ini menunjukkan pola stabil pada ketiga media tersebut, baik
media online, facebook dan twitter. Kampanye negatif terhadap pasangan
Prabowo-Hatta tidak signifikan berpengaruh. Justru sosialisasi program lebih
memiliki dampak positif. Prabowo–Hatta yang sebelumnya dianggap underdog
telah mengalami kenaikan mengungguli Jokowi-JK di media on line, facebook,
dan twitter sesuai suvey Evello . Penyebab utamanya adalah tim media center dan
online Prabowo-Hatta yang bekerja lebih all out. Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto (media center dan online) mampu mensosialisasikan program
Prabowo-Hatta dalam bahasa yang lugas dan sederhana serta melakukan counter
attack terhadap serangan negatif. Para relawan di media sosial pendukung
Prabowo-Hatta dimudahkan gerakannya karena hanya mengulang konten dari tim
77
media center (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) dan online
Prabowo-Hatta. Tim ini, juga mampu menampilkan sosok Hatta Radjasa menjadi
populer sehingga menambah elektabilitas Prabowo Subianto.
Kubu Prabowo-Hatta terorganisasi dengan baik dengan pusat komandonya
tim media center dan online atau Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto.
Ibarat sebuah perang, Prabowo-Hatta memiliki divisi online dan tim media center
yang handal. Bahwa terang atau tidaknya Personal Branding capres-cawapres
tidak hanya dipengaruhi oleh Personal Branding bawaan sang calon. Peran timses
dan media center atau Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto banyak
mempengaruhi
Personal
Branding
calon
yang
ujungnya
mempengaruhi
elektabilitas. Capres-cawapres bagaikan aktor yang Personal Brandingnya banyak
dibantu oleh timses, media center atau Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto dan media online dan sosial. Apabila media center atau Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dan tim online tidak bekerja maka Personal
Branding dan trend si calon akan terus menukik, dan hal ini bisa menyebabkan
menukiknya elektabilitas si calon. Fungsi media center atau Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto ini bukan hanya menyampaikan hal yang bagus
tetapi juga menangkis pemberitaan negatif yang menyerang si calon. Komandan
media center atau Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto haruslah orang
yang cerdas yang mengerti strategi komunikasi pemasaran politik terkait dengan
Personal Branding sang calon. Beberapa survey yang mengerek elektabilitas salah
satu calon jelas karena kinerja media center atau Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto dan tim online yang mumpuni. Apabila media center atau Tim
78
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dan tim online sudah bekerja dengan
baik maka Personal Branding si calon banyak tergantung dari kepribadian sang
calon dan tentu saja dengan arahan tim sukses inti sang capres serta Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto.
Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum
Presiden Tahun 2014, menetapkan dan menerapkan Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto. Letnan
Jenderal TNI Purnawirawan H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo lahir
di Jakarta tanggal 17 Oktober 1951. Prabowo Subianto adalah seorang pengusaha,
politisi, dan purnawirawan perwira TNI Angkatan Darat. Ia menempuh
pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung
dalam bisnis dan politik. Prabowo Subianto berasal dari keluarga ilmuwan.
Prabowo Subianto memiliki dua orang kakak perempuan yang bernama
Bintianingsih dan Mayrani Ekowati, serta satu orang adik laki-laki Hasjim
Djojohadikusumo. Prabowo memiliki seorang anak bernama Didiet Prabowo.
Didiet tumbuh besar di Boston, AS dan sekarang tinggal di Paris, Perancis sebagai
seorang desainer. Kakeknya Raden Mas Margono Djojohadikusumo, merupakan
pendiri Bank Negara Indonesia, pemimpin pertama Dewan Pertimbangan Agung
Sementara, dan Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Ayahnya, Sumitro Djojohadikusumo, yang merupakan ahli ekonomi
dulu dipercaya Presiden Soeharto untuk menjadi Menteri Riset dan Teknologi.
Prabowo Subianto menikahi anak Soeharto yang bernama Siti Hediati Hariyadi
pada tahun 1983. Selama karir militernya, ia berjasa dalam sebuah operasi
79
melawan Gerakan Papua Merdeka. Ia membebaskan 12 peneliti yang sedang
melakukan ekspedisi, 5 di antaranya adalah warga negara Indonesia.
Masa kecil Prabowo Subianto, yang merupakan putra begawan
ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo banyak dilewatkan di luar negeri bersama
orangtuanya.
Minatnya
pada
dunia
militer
dipengaruhi
figur
paman,
yaitu Soebianto Djojohadikusumo yang gugur dalam Pertempuran Lengkong
1946.
Prabowo
Subianto
menempuh
pendidikan
di
Akademi
Militer Magelang pada tahun 1970 dan lulus pada tahun 1974 sebagai letnan dua,
Prabowo Subianto mencatatkan diri sebagai komandan termuda saat mengikuti
operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Setelah kembali dari Timor Timur, karir
militernya Prabowo terus melejit. Pada tahun 1983, Prabowo dipercaya sebagai
Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) Komando
Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus). Setelah menyelesaikan pelatihan "Special
Forces Officer Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi
tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara.
Kariernya
melejit
setelah
menjabat sebagai
Wakil
Detasemen
Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada Tahun 1983.
Prabowo Subianto menjabat Komandan Kopassus pada 1995, selang setahun ia
dipromosikan sebagai Komandan Jenderal Kopassus, ia memimpin operasi
pembebasan sandera Mapenduma. Prabowo Subianto bertugas sebagai Panglima
Kostrad selama dua bulan. Setelah tidak aktif dalam dinas militer, Prabowo
Subianto menghabiskan waktu di Yordania dan di beberapa negera Eropa. Ia
menekuni dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang
80
merupakan pengusaha minyak. Bisnis Prabowo Subianto meliputi 27 perusahaan,
yang bergerak di sektor berbeda. Kembali ke tanah air, Prabowo Subianto
berkecimpung dalam dunia politik. Pada Tahun 2008, ia bersama rekannya
mengukuhkan pembentukan Partai Gerakan Indonesia Raya (Partai Gerindra).
Melalui jalur organisasi perhimpunan, Prabowo Subianto merangkul petani,
pedagang pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua
periode, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sejak Tahun
2004.
Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai calon presiden dari Partai
Golkar pada Konvesi Capres Partai Golkar pada Tahun 2004. Kemudian pada
tahun 2009, Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Bersama Hatta Rajasa, ia maju sebagai Calon Presiden Indonesia ke-7
dalam Pemilihan Umum Presiden Indonesia Tahun 2014. Selain karir politik dan
militer, Prabowo Subianto memiliki sebuah bisnis bersama saudaranya di
Mangkajang, Kalimantan Timur. Ia tercatat memimpin sekitar 27 perusahaan di
Indonesia dan luar negeri. Perusahaan yang dipimpinnya meliputi Nusantara
Energy (perusahaan minyak, gas alam dan batu bara), Tidar Kerinci Agung
(minyak kelapa), dan Jaladri Nusantara (industri perikanan). Prabowo Subianto
juga mendirikan beberapa organisasi masyarakat seperti Asosiasi Petani
Indonesia, Asosiasi Pedagang Pasar Tradisional Indonesia, Asosiasi Pencak Silat
Indonesia.
81
4.2.
Profil Informan Penelitian
Hasil wawancara telah dilakukan terhadap informan berikut ini, ditunjang
dengan data fisik dan rekaman suara wawancara, didapat gambaran dan disajikan
sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian ini selanjutnya dibahas melalui telaah
pustaka. Sebelumnya akan disajikan identitas nama samaran informan pokok dan
ditambah dengan identitas informan lainnya sebagai berikut :
1. Dewi, sebagai Informan Pakar Komunikasi Politik, Dewi adalah Dosen Tetap
pada Jurusan Komunikasi FISIP Universitas Bengkulu sejak Tahun 1990.
Menamatkan pendidikan Strata 1 dari FISIP Universitas Bengkulu (1989),
Magister Psikologi Universitas Padjadjaran (1997), dan Doktor Komunikasi
Politik Universitas Padjadjaran (2006). Pakar Komunikasi Politik ini juga menjadi
Dosen Luar Biasa di Akademi Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM RI sejak
tahun 2007, Program Pasca Sarjana Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
(Jakarta), Universitas Jayabaya (Jakarta), Universitas Dr. Soetomo (Surabaya),
Universitas Tri Dharma (Balikpapan), dan Program Magister Manajemen
Universitas Pembangunan Nasional (Jakarta).
2. Mulya, sebagai Informan Wartawan, Mulya adalah wartawan di salah satu
media televisi swasta nasional di Jakarta. Bekerja di media ini selama kurang
lebih selama 9 tahun. Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas
Pancasila Jakarta. Merupakan Wartawan yang ditugaskan untuk meliput Partai
Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dan Prabowo Subianto, semenjak Pemilihan
82
Umum Legislatif 2014 hingga Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden
2014.
3. Nurcahyo, sebagai Informan Masyarakat, Nurcahyo memiliki profesi sebagai
karyawan swasta. Pendidikan terakhir Strata Satu. Alumnus dari IISIP, Institut
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jakarta, Lulus Tahun 2002. Nurcahyo juga
pemerhati masalah-masalah sosial dan selalu tertarik pada isu-isu politik yang
berkembang di media massa. Selama masa Pemilihan Umum Legislatif 2014
hingga masa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, dirinya selalu
mengikuti perkembangan berita politik terbaru dari ajang pesta demokrasi 2014
tersebut.
4. Haris, sebagai Informan Masyarakat, Haris memiliki profesi sebagai karyawan
swasta. Pendidikan terakhir Strata Satu. Alumnus dari Universitas Paramadina
Jakarta. Lulus Tahun 2008. Haris selalu tertarik untuk mengamati perkembangan
politik khususnya melalui media online. Selama masa Pemilihan Umum Legislatif
2014 hingga masa Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014, dirinya
selalu memberikan pemikiran dan pendapatnya terhadap Partai Pendukung Calon
Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Rangkaian proses Pemilihan Umum
Presiden dan Wakil Presiden 2014, melalui Facebook dan Twitter. Tidak hanya
itu, selain sebagai pemerhati media, dirinya juga mengikuti perkembangan
Pemilihan Umum sejak Pemilihan Umum 2004, Pemilihan Umum 2009, dan
Pemilihan Umum 2014.
83
5. Elizabeth, sebagai Informan Wartawan, Elizabeth merupakan wartawan senior
di media cetak Kompas. Dirinya telah menjadi wartawan media cetak Kompas
selama kurang lebih selama lima belas tahun. Dalam Rangkaian Proses Pemilihan
Umum 2014, Elizabeth bertugas untuk menjadi wartawan yang khusus meliput
rangkaian kegiatan Prabowo Subianto. Elizabeth merupakan alumni Fakultas
Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung yang lulus Tahun 1999.
6. Taufan. sebagai Informan Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto.
Taufan merupakan Koordinator Media Center Prabowo Subianto, dirinya juga
merupakan pendiri Kelompok Media Peluang (KMP). Taufan pernah menjadi
Koordinator Media Center Tim Kampanye Pasangan Calon Gubernur dan Calon
Wakil Gubernur, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama dalam Pemilihan
Umum Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Taufan sebagai Koordinator
Media Center Prabowo Subianto, selalu memperkenalkan Personal Branding
Prabowo Subianto kepada masyarakat, sebagai sosok pribadi yang tegas terhadap
apapun, anti korupsi, memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi, serta pribadi yang
memiliki konsep ekonomi yang sangat jelas untuk memakmurkan rakyat, dan
Taufan yakin Personal Branding Prabowo Subianto tersebut sangat penting untuk
dikomunikasikan kepada publik.
84
4.3.
Penyajian Data Hasil Penelitian
4.3.1. Strategi Komunikasi Pemasaran Politik oleh Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto pada Pemilihan Umum 2014
Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini tentang bagaimana
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik oleh Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto, penulis menggunakan hasil wawancara, observasi dan
menganalisanya dengan teori. Berikut adalah beberapa kutipan wawancara yang
didapat oleh penulis dari Informan. Penulis telah mengelompokkan beberapa
kutipan wawancara dari beberapa Informan dimana jawaban Informan saling
berkaitan antara yang satu dengan yang lain sehingga mendukung pertanyaan
yang diajukan oleh penulis.
4.3.1.1. Membangun Komunikasi Pemasaran Politik
Berikut pendapat dari Dewi, Pakar Komunikasi Politik, tentang bagaimana
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto dalam Pemilihan Umum 2014
:“Ya bagus tim-nya itu bisa menggunakan semua media, itu aja intinya
kan, rasa-rasanya dia bisa menarik dukungan para facebooker militan, para
pengguna media sosial itu sehingga bahkan ada yang berani terang-terangan
mencaci-maki pendukung lain.. Tapi mungkin ke depan, jika ada persaingan
serupa ke depan, hendaknya tim media di sebuah partai politik atau calon
tertentu itu harus juga menyisipkan pesan-pesan moral dan kesantunan politik
menurut saya.. Iya pesan moral apa aja, pesan moral yang berkaitan, supaya
tidak saling menyerang antar pendukung, kemarin kan kelihatan sekali..”
“Intinya mereka sudah bekerja, itu nampak dari dukungan para pengguna
media sosial, tapi banyak terlihat memang blok-blok itu, jadi pendukung fanatik
itu ada di dua kelompok sebenarnya sih.. Tapi kalau diamati memang dua-duanya
tidak menyajikan pesan-pesan kesantunan politiknya.. Sehingga ada postingpostingan yang keras, kasar, menghina, mencaci maki itu, nampaknya bagian
dari media sosial yang dimunculkan intinya.. Kan semua kata-kata dikeluarkan
85
disana..,kebun binatang ada isu ras-lah, isu multiculture, primordialisme, isu
HAM, semuanya bermunculan kan..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses kampanye Pemilihan
Umum Presiden 2014 nampak persaingan diantara dua pendukung, relawan dan
simpatisan pasangan calon presiden nomer satu Prabowo Subianto dengan
pasangan calon presiden nomer dua Joko Widodo. Persaingan dukungan ini
terlihat saat proses kampanye, misalnya mereka berpapasan di jalan dan saling
berteriak sahut menyahut antar pendukung yang isinya berkaitan dengan hal-hal
yang diunggulkan calon presiden mereka. Misalnya pendukung Prabowo Subianto
lebih mengedepankan kepemimpinan yang tegas, sedangkan pendukung Joko
Widodo mengedepankan kepemimpinan yang sederhana dan mengayomi
masyarakat.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
86
Menurut Kotler (1992:89), produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi, sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen, baik berupa obyek fisik, jasa,
orang, tempat, organisasi, maupun gagasan.
Terdapat tiga tingkat pengertian mengenai produk, yaitu inti produk,
wujud produk, dan produk yang disempurnakan. Inti produk adalah konsep yang
fitawarkan untuk menjawab kebutuhan konsumen. Dalam kerangka ini, seorang
pemasar bertugas menjual bukan barang, melainkan manfaat yang diambil dari
barang tersebut. Tingkatan berikutnya adalah wujud produk. Konsep sebagai
jawaban atas kebutuhan konsumen harus diwujudkan secara fisik. Wujud fisik
produk memiliki lima karakteristik yaitu mutu, ciri khas, corak, gaya, model,
merek,
serta
kemasan.
Tingkatan
yang
terakhir
adalah
produk
yang
disempurnakan. Produk yang disempurnakan tidak lain adalah wujud produk yang
diberi manfaat tambahan. Hal yang ditambahkan ke dalamnya adalah wujud
produk yang diberi manfaat tambahan. Hal yang ditambahkan ke dalamnya adalah
pemasangan atau instalasi, pengiriman, kredit, pelayanan purna jual, serta
jaminan.
Jika pandangan-pandangan Kotler diterapkan dalam fenomena politik,
artinya politik diperlakukan sebagai produk, pertama-tama partai atau tokoh
politik harus memiliki inti produk, yaitu seperangkat konsep politik sebagai
jawaban
atas
keinginan
dan
kebutuhan
calon
pemilih.
Langkah
ini
mengasumsikan partai atau tokoh politik sebelumnya telah melakukan riset untuk
menemukan kebutuhan dan keinginan seperti apa sesungguhnya yang dimiliki dan
87
dirasakan oleh para pemilih. Meskipun langkah mengidentifikasi kebutuhan
pemilih merupakan satu prasyarat penting untuk dapat merumuskan konsep
pemecahan masalah yang akan ditawarkan kepada pemilih (sebagai inti produk),
akan tetapi banyak partai yang mengabaikannya. Mereka lebih memilih menguji
keyakinan-keyakinan mereka sendiri dengan peluang yang sangat kecil untuk
sampai kepada perumusan konsep yang tepat.
Sementara itu mewakili pandangan di sebagian masyarakat bahwa Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik Oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto, di rasa masih belum dapat diterima oleh masyarakat. Artinya Tim
Media dan Komunikasi oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
belum berhasil menerapkan strateginya dan tidak faham kebutuhan dan keinginan
pasar atau kebutuhan dan keinginan calon pemilih. Berikut pendapat Informan
Nurcahyo :
“Prabowo secara start bagus..karena sebelum Pemilu Legislatif 2014
dirinya beserta tim media melalui iklan HKTI (Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia) di Televisi Nasional misalnya telah memperkenalkan dirinya..
Kemudian menjelang Pemilu Legislatif justru Prabowo tidak dekat sma rakyat..
Menurutku tim media gagal menangkap kebutuhan pasar..yang dimaui sama
rakyat itu nggak Cuma figur tegas sama berani..tapi juga jujur.. Udah kelihatan
lebih populer calon yang satunya lagi kan (Jokowi).. Terus stigma dirinya
(Prabowo Subianto) sebagai Pelanggar HAM itu masih melekat..maksud-nya
stigma itu lebih dominan ada dan berkembang di masyarakat daripada yang
bagus-bagusnya dari dia (Prabowo Subianto) itu..”.
Bagaimana dengan upaya yang harusnya dilakukan oleh Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto untuk mengurangi stigma di masyarakat bahwa
Prabowo Subianto adalah Pelanggar HAM, berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya..harusnya dia (Prabowo Subianto) lebih gencar ya.. Harusnya
Prabowo lebih terbuka..lebih blak-blakan kalau itu tuh sebenernya peristiwanya
88
kayak apa.. Misalnya itu menyangkut itu sebenernya eee..peran orang diatasnya
ya dia (Prabowo Subianto) harus buka.. kalau sekarang dia (Prabowo Subianto)
itu tanggung sebenernya..nggak ngebukak sebenernya kejadian yang sebenernya
gimana.. Peran dia (Prabowo Subianto) itu peran tunggal atau dia (Prabowo
Subianto) itu Cuma melaksanakan perintah..?”
“Ya itu gagalnya..karena orang bawah (rakyat) tahunya kan dia
(Prabowo Subianto) itu militer..dia (Prabowo Subianto) bakalan jadi
diktator..ee..dengan adanya stigma sebagai Pelanggar HAM kan orang bawah
(rakyat) juga..ahh..dia (prabowo subianto) pernah nyulik-nyulik orang ini..dan itu
dia (Prabowo Subianto..disitu dia (Prabowo Subianto) meskipun orang-orang
yang sudah jadi musuhnya dia (Prabowo Subianto) sudah dirangkul..tapi dia
(Prabowo Subianto) kurang..ee..untuk ke akar rumput itu kurang gitu.. Kalau si
calon satunya (Jokowi) kan dia pinter kan..strateginya blusukan..dia (Jokowi)
istilahnya merakyat..padahal itu juga kita juga nggak ngerti juga kan..(Pakah
hanya pencitraan belaka atau tulus)..abu-abu juga apa bener-bener merakyat
atau hanya pencitraan aja..gitu aja sih..”.
Apakah usaha dari Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto untuk
memperkuat Strategi Komunikasi Pemasaran Politiknya, berikut jawaban dari
Informan Nurcahyo :
“Kalau tim media-nya ya terlalu..mungkin ya gimana ya..kurang bisa
baca pasar kalau aku bilang sih.. Nggak tahu dia (tim media dan komunikasi
Prabowo Subianto) rakyat itu maunya yang gimana kan, maunya rakyat itu kan
yang dia (rakyat) itu didekati ya kan..nah kalau Prabowo ini kan kayak-nya tim
media-nya juga nggak..kurang apa ya..kurang-kurang gencar gitu..mungkin dia
(Prabowo)..kurang di expose..kurang di blow up..menurutku sih gitu.. Ya ini-nya
dia (Prabowo Subianto) turun ke lapangan, ke bawah, dia (Prabowo Subianto)
juga suka kan turun ke bawah..turun ke lapangan..tapi nggak segencar
Jokowi..itu dia (Jokowi) kan memang pas jadi gubernur,itu sudah kayak-kayak
gitu kan strateginya kan, dan medianya juga nggak terlampau capek kan..karena
dia (Jokowi) sudah..sudah..istilahnya dia sudah deket dengan rakyat..udah
kelihatan deket sama rakyat kan.. Nah kalau Prabowo ini kan dulu mantan
pejabat dan dia anak dari pejabat juga kan..jadinya mungkin orang juga
menilainya dia itu kurang merakyatlah.. Lebih merakyat calon satunya
lagi..(Jokowi).”
Yang diinginkan pasar itu sebenarnya sosok calon presiden yang seperti
apa, berikut jawaban Nurcahyo :
89
“Ya kan rakyat sekarang maunya kan yang nggak seperti kemarinkemarin kan (presidennya)..maunya yang deket sama rakyat..nah itu tim
medianya itu kurang meng-create bagaimana..ee..si Prabowo ini bisa ditengahtengah masyarakat..ee..hangat ditengah-tengah masayarakat..dan itu kayak-nya
ee..tim medianya itu kurang gini..kurang sensitif menurut aku..dan cenderung apa
ya..mungkin nggak..kurang aktif kalau aku bilang sih..kurang kreatif..kurang
aktif..kurang kreatif..kurang bisa meng-create..gitu.. Ya..sekarang pasar kita itu
masih seneng yang itu yang dia (rakyat) lihat calon presidennya naik bajaj..kan
kelihatan masih apa..wah ini keren nih..kemarin nggak ada yang kayak gini..
Kalau dia (Prabowo Subianto) naik Alphard..kan yang kemarin juga sama aja
naik Mercy..naik ini.. Mungkin ya itulah lebih..lebih seneng (rakyat) yang
kelihatan..kelihatan bener-bener merakyat..padahal itu juga nggak tahu juga
apakah itu cuman bisa-bisanya timses kan (tim sukses Jokowi) naik bajaj
gitu..tapi sekarang (setelah Jokowi jadi presiden) nggak seperti itu kan..”
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014 terdapat adanya iklan-iklan politik yang memperkenalkan sosok
Prabowo Subianto melalui media TV maupun media cetak. Iklan politik ini selain
memperkuat Personal Branding Prabowo Subianto, iklan politik juga dapat
memeperkenalkan sosok Prabowo Subianto dalam masyarakat.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
90
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Pemasaran politik bukan sebatas pengiklanan politik, penyiaran dan
pidato-pidato
politik
baik
langsung
maupun
melalui
media
penyiaran
(Harrop,1990 dalam Solatun, 2014 : 11). Harrop dalam hal ini sejalan dengan
pandangan bahwa pemasaran politik mencakup seluruh segi dari setiap usaha
untuk menjadikan seorang kandidat atau partai politik yang dipasarkannya terpilih
dalam suatu pemilihan umum (Kavanagh,1995-1996 dalam Solatun,2014:11).
Pemasaran politik dapat meliputi pengalokasian sejumlah perangkat dan
serangkaian strategi di dalam kerangka menjajal, menguji, dan mengukur opini
publik sebelum dan semasa “kampanye pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran
politik itu sendiri adalah untuk memperoleh pijakan bagi langkah-langkah
pemilihan strategi dan pengembangan teknik komunikasi kampanye pemilihan
umum serta pengukuran dampak dari komunikasi kampanye pemilihan umum
tersebut dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye
yaitu memenangi pemilihan umum (Scammell,1995 dalam Solatun,2014:11).
Program untuk menjajal, menguji, dan mengukur opini publik dengan cara
pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi dilakukan oleh hampir
semua kontestan politik, baik untuk dan atas nama perorangan tokoh calon
kontestan pemilu maupun organisasi poltik terutama partai politik calon peserta
pemilu. (Solatun,2014:12). Dalam hal ini Prabowo Subianto telah lih dahulu
secara sangat terstruktur dan berkesinambungan melalui moda yang sama
menawarkan diri sebagai pelopor perubahan Indonesia Raya.
91
Dalam Pemilihan Umum 2014 tampak terdapat beberapa media yang
menunjukkan keberpihakannya terhadap calon presiden tertentu. Tentu saja hal ini
menjadi tantangan bagi tim media dan komunikasi Prabowo Subianto dalam
melaksanakan dan menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik untuk
membentuk Personal Branding Prabowo Subianto supaya lebih dikenal oleh
masyarakat. Bagaimana Tim media dan komunikasi menghadapi keberpihakan
itu. Berikut jawaban Informan Haris :
“Menurut gua,ee..Prabowo kurang berhasil meng-grab (menangkap hati)
media, dalam arti gini..ada istilah bahwa Jokowi adalah media darling..ada
istilah juga kalau anda ingin menjadi seorang presiden hubungi media..anda
ingin menjadi seorang kapolri hubungi media..anda ingin menjadi ee..jabatan
tertinggi atau apa hubungi media..itu dalam arti bahwa media memegang
peranan penting..ee..dalam suatu ranah politik.. Nah ketika pilpres itu..menurut
gua Prabowo dalam posisi yang tidak menguntungkan..karena apa..karena
Jokowi..sudah menjadi media darling terlebih dahulu..hampir semua media
televisi nasional itu selalu menayangkan Jokowi..berita apapun juga..ketika
beliau (Jokowi) menjadi gubernur.. Sedangkan Prabowo hanya beberapa aja
(pemberitaan oleh media). Dia (Prabowo Subianto) mulai ee..banyak
bermunculan berita tentang Prabowo itu ketika menjelang pilpres.. jadi
wargapun lebih ee...mengenal sosok Jokowi yang sederhana..suka segala
macem..walaupun ada beberapa orang yang berpendapat bahwa itu hanya
sekedar pencitraan (Jokowi) semata.. Nah sayangnya adalah eee...media-media
yang mendukung Prabowo menurut gua kurang bagus dalam mengemas suatu
pemberitaan..dibanding dengan media yang mendukung Jokowi..”.
“Mereka (Media yang mendukung Jokowi) pintar dalam mengambil hati
pemirsa.. (Media yang mendukung) Jokowi pinter dalam ee..meng-grab (meraihmenarik) artinya apa ya..bisa mengambil hati pemirsalah.. Jadi dia (Jokowi) tahu
kapan dia harus mengeluarkan statement yang ee..apa adanya..menjadi diri
pribadi (Jokowi) yang apa adanya..kesederhanaan..itu kan yang sebenernya
dicari oleh Orang Indonesia.. Dan Prabowo dengan sikap..ya dia (Prabowo
Subianto) berlatar belakang militer ya..yang kalau bilang A- ya A..B ya
B..memang sih agak sedikit kaku kalau Prabowo..dibanding dengan Jokowi.. Jadi
keleluasaan mediapun akhirnya beda..kalau ke Jokowi mungkin agak sedikit lebih
luwes daripada ke Prabowo..karena Prabowo..latar belakang background mereka
yang berbeda.. Dan keberpihakan beberapa pemilik media dalam mendukung
ee..salah satu calon, yang membuat ya calon itu sukses menang menuju Istana..
Surya Paloh..terang-terangan dirinya (Surya Paloh) dan TV-nya mendukung
Jokowi.. Dan ingat..pemilik media lain yang secara tidak tersirat mendukung
92
Jokowi tapi dari pemberitaan media tersebut terlihat jelas bahwa media tersebut
mendukung salah satu calon..”.
Jadi kira-kira apa yang dilakukan oleh Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto saat
Pemilihan Umum 2014. Kenapa Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto
tidak memperkuat branding Prabowo Subianto, bahwa Prabowo adalah sosok
seorang mantan militer yang Nasionalis, kuat dan tegas. Berikut jawaban
Informan Haris :
“Ya itu Pak..jadi ketika sudah ada peng gap-gapan (pengelompokanpengelompokan)..misalnya ketika pilpres itu sudah kebaca arahnya maksudnya
media yang mendukung Jokowi itu siapa..dan media yang mendukung Prabowo
itu siapa..dan pengemasan packaging pemberitaannya itu memang agak sedikit
eeee...njomplang ya dalam arti kayak misalnya TV Merah denga TV Biru gitu..
Nah..TV Merah mendukung ee..Prabowo.. TV Biru mendukung Jokowi.. Duaduanya (TV Merah dan TV Biru) sama-sama menyerang gitu satu sama lain..
Tapi packaging beritanya itu masih lebih baik yang biru daripada yang
merah..itu sepengetahuan gue ya.. Jadi TV yang biru itu pandai membuat opiniopini publik yang membuat akhirnya orangh-orang ketika melihat berita itu
jadi..oooo...Prabowo itu kayak gitu ya..(dalam arti negatif).. oo..Jokowi itu kayak
gitu ya..(dalam arti positif)..itu luar biasanya TV-TV pendukung Jokowi.. Dan
susah untuk dimanuver oleh Tim pendukungnya (Tim Media dan Komunikasi)
Prabowo walaupun sudah mengeluarkan eee..kekuatan (branding) bahwa
Prabowo itu bagus..Prabowo dengan gagah..segala macem..tegas apa segala
macem..waktunya memang sudah bukan karena masalah waktu juga ya..karena
masyarakat juga sudah termakan pemberitaan media-media..yang mendukung
Jokowi.. Dari semenjak beliau (Jokowi) masih menjadi gubernur ya..”
Namun start-nya bukannya Prabowo Subianto terlebih dahulu, dimana
Tim Media dan Komunikasi-nya menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik terkait dengan upaya untuk meningkatkan personal branding Prabowo
Subianto, melalui Iklan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia misalnya, Branding
bahwa Gerindra adalah Prabowo, dan Prabowo adalah Gerindra, yang ditayangkan
Media Televisi jauh-jauh hari sebelum Pemilihan Umum Legislatif 2014. Dan
93
dampak keberhasilan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Prabowo Subianto
oleh Tim Media dan Komunikasi itu terbukti berhasil mendongkrak perolehan
suara Partai Gerindra tiga kali lipat mengalami kenaikan pada Pemilihan Umum
Legislatif 2014, dibandingkan dengan perolehan suara Partai Gerindra pada
Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009. Berikut jawaban Informan Haris :
“Gini..gua pernah belajar karena gua dari jurusan broadcasting ya..ada
pelajaran dalam ilmu komunikasi yang gua pahami dari Seorang Guru Besar
Ilmu Komunikasi di Kampus gua dulu..bahwa anda bisa menjadi orang pintar
dalam segala hal..tapi anda belum tentu bisa ee..membuat orang lain tertarik
kepada anda kalau anda tidak memiliki kemampuan untuk berkomunikasi..
Permasalahan dari Prabowo adalah menurut saya dia terkesan terlalu kaku..dia
(Prabowo Subianto) tidak bisa eee..Prabowo, tidak bisa ee..membuat dirinya
seakan-akan,
menjadi
eee..media
darling-lah..istilahnya..
Seharusnya
ketika..seharusnya yang dilakukan oleh Prabowo adalah bukan kepada tim media
dan komunikasi yang mendukung Prabowo, tetapi melakukan manuvernya adalah
dia seharusnya ya meng-grab (merangkul) media-media yang tidak mendukung
Prabowo, agar lebih luas lagi..agar lebih terbuka lagi..justru bukannya ketika
ada media si Metro TV misalnya wawancara Prabowo..kemudian Prabowo
bilang..ah gua nggak mau diwawancara elu..karena elu jelek-jelekin gua
melulu..apa salah gua..apa salah gua sama elu..bilang tuh sama Surya Paloh..
Bukan seperti itu yang seharusnya dijawab sama Prabowo..tapi yang seharusnya
dijawab oleh Prabowo adalah seharusnya dia ketika berhadapan dengan
media..ketika berhadapan dengan wartawan adalah dia harus memposisikan
dirinya (Prabowo Subianto) sebagai orang yang dibutuhkan..bukan orang yang
membutuhkan.. Ketika itu sudah terjadi mediapun susah untuk memplintir tuh
pemberitaan yang sudah..yang nanti akan mereka (wartawan) buat.. Jadi apapun
pertanyaan yang diajukan oleh wartawan, harusnya itu tetap diladeni oleh
Prabowo..bukannya malah mengusir..tidak ee..tidak terlalu kaku..tidak terlalu old
school kan..”
“Gimana ya..jaman berubah..itulah yang dilakukan..kepintaran
komunikasi politik dan tim kampanyenya tim pemenangan Jokowi.. Itu ya..secara
garis besar ketika kemarin Jokowi berhasil mengambil hati para penonton media
(televisi), dan pembaca media (cetak)..dan segala macem.. Kayak misalnya ketika
Jokowi blusukan..ke daerah-daerah..ke pasar-pasar..kan orang kan lihat...eeehh
ada gubernur tuh kayak gitu..ke pasar-pasar apa segala macem..itu yang
membuat orang kagum..terlepas apakah itu (blusukan Jokowi) hanya sekedar
pencitraan ya..itu (blusukan Jokowi) menurut gua..oke.. Secara tidak langsung
media telah berhasil membuat Jokowi..menunjukkan pada publik bahwa Jokowi
adalah sosok yang sederhana..sosok pemimpin yang baik..dia (Jokowi) mau
merakyat apa segala macem..entah itu pencitraan atau bukan..”
94
“Seharusnya Prabowo melakukan hal yang seperti itu..tapi telat..karena
apa strategi itu sudah dilaksanakan oleh Jokowi.. Ketika Prabowo melakukan hal
yang sama disangkanya (oleh rakyat atau publik) adalah followers
(pengikut,penjiplak,meniru strategi Jokowi)..pengikut..nggak kreatif apa segala
macem..akhirnya ya..Prabowo tersandera oleh lingkaran ya bahwa dia (Prabowo
Subianto) nggak bisa kemana-mana ya..kampanye politiknya hanya kampanye ya
sekedar..sudah usang.. Strategi komunikasi pemasaran politiknya (Prabowo
Subianto) sudah ee..itu (strategi komunikasi pemasaran politik Prabowo
Subianto) harusnya dilakukan saat pemilihan umum tahun 2004 atau pemilu
tahun 2009..”
“Untuk 2014 ya..media sosial udah banyak..anda mau klik mau cari tahu
tentang apa juga semua bisa dilakukan dengan internet apa segala macem..tidak
melulu dengan konvensional melalui surat kabar atau televisi..gitu..jadi
seharusnya Prabowo dan tim media dan komunikasinya melakukan hal (strategi
komunikasi pemasaran politik) yang dia (Prabowo Subianto) harus terbuka
kepada media..tidak terlalu kaku dan santai..dan harusnya menjadikan media
sebagai..itu temen-temen wartawan itu sebagai sahabat bukan sebagai
musuh..seharusnya
kalau
perlu
itu
(strategi
itu)
di
underline
(digarisbawahi)..jadikan temen-temen media..temen-temen wartawan itu sebagai
sahabat..dan
teman..tempat
untuk
curhat..tempat
untuk..eee..bertukar
pendapat..untuk ee..bertukar pikiran..mana yang terbaik..mana yang segala
macem.. Kalau media ketika berhadapan dengan Prabowo mereka dianggap
sebagai seorang sahabat..sama ketika Jokowi memperlakukan temen-temen media
yang lain..niscaya saya pikir pemberitaan yang miring-miring tentang Prabowo,
sudah pasti perlahan-lahan akan tersisih..tergerus dengan nilai-nilai yang positif
dari Prabowo..”.
Artinya apa yang dapat dibilang berhasil yang telah dilakukan oleh Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dalam melaksanakan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik dalam membentuk Personal Branding Prabowo
Subianto yang lebih positif. Berikut jawaban Informan Haris :
“Eee..satu hal sih..perbedaan mendasar ketika pilpres kemarin adalah
antara sosok Prabowo sama sosok Jokowi adalah ketegasan..ketegasan itu
muncul
dari
sosok
Prabowo..dengan
latar
belakang
seorang
militer..jenderal..orang sudah pasti yakin bahwa beliau (Prabowo Subianto)
dengan gesture..dengan cara berbicara yang berapi-api..mirip Soekarno..orang
akan yakin bahwa dialah (Prabowo Subianto sosok yang cocok untuk menjadi
seorang Presiden Indonesia.. Cuman permasalahannya adalah komunikasi politik
Jokowi juga istilahnya adalah dia
(Jokowi) ingin meng-grab orang
banyak..bukan kalangan orang-orang tertentu..ingat loh..Indonesia itu 250 juta
95
jiwa lebih yang kebanyakan pemilih-nya (saat Pemilihan Umum Presiden 2014)
itu berasal dari kalangan menengah ke bawah.. Orang Indonesia sendiri masih
suka
ngelihat
ketika
pemimpinnya
sederhana..nggak
nekoneko..(berlebihan)..tampil apa adanya..bukan hanya sosok (Prabowo Subianto)
ketegasan..bukan hanya sosok kewibawaan.. Itu (sosok sederhana) ada di dalam
diri Jokowi..”
“Dengan pemberitaan yang selama ini kita lihat..dia (Jokowi) berhasil..
Untuk Prabowo sendiri, ya menurut saya ya..menurut saya..ya tidak
berhasil..meskipun dari sisi ketegasan..berwibawa..terus salah satu contoh
(Prabowo Subianto) pemimpin yang tidak mengenal kompromi misalnya ..kalau A
– A , kalau B – B, kalau C – C (sikap tegas Prabowo Subianto) karena seperti itu
pemimpin militer..jadi seharusnya ee..Prabowo itu bisa menempatkan posisi
kapan dia (Prabowo Subianto) harus bersikap tegas..kapan dia (Prabowo
Subianto) harus bersikap berwibawa..dan kapan dia (Prabowo Subianto) dapat
bersikap sederhana dan merakyat, sebagaimana yang dapat dilakukan oleh
Jokowi..”
“Dan dia (Prabowo Subianto) harus memperlakukan media itu sebagai
sahabat..bukan memperlakukan media sebagai musuh..karena apa, apapun yang
dilontarkan dia (Prabowo Subianto), yang ditanyakan oleh wartawan yang tidak
menyukai Prabowo, ketika dia (Prabowo Subianto) tetap menjawab dengan
santun, tetap menjawab dengan benar, dia (Prabowo Subianto) menjawab dengan
ee..dengan penuh etika..si wartawan tersebut juga nggak bisa..apa ya..menjelekjelekkan Prabowo..apa yang dia (wartawan) itu dapat..?(bahan hasil wawancara
untuk menjelek-jelekkan Prabowo)..”
“Tetapi misalnya dia (wartawan) tanya ke Prabowo, tapi Prabowo nggak
mau jawab..misalnya saya nggak mau menjawab pertanyaan anda..karena anda
jelek-jelekin saya (Prabowo Subianto)..justru itu sudah jadi makanan empuk bagi
wartawan itu ketika Prabowo nggak mau jawab..semakin habis sudah (Prabowo
Subianto) dihajar dengan pemberitaan yang menyudutkan Prabowo Subianto
sendiri..itu yang salah menurut saya..jadi seharusnya Prabowo memperlakukan
temen-temen media, baik itu yang memberitakan dia (Prabowo Subianto) jelek
atau buruk, ya dia (Prabowo Subianto) harus tetap memperlakukan mereka
(wartawan) sebagai sahabat..gitu.. dia (Prabowo Subianto) juga harus dapat
terima kritikan juga..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah melakukan
Perencanaan strategis berorientasi pasar. Pasar dalam konteks komunikasi
pemasaran politik bermakna calon pemilih, yang merupakan pendulang suara bagi
96
calon presiden, dalam hal ini Prabowo Subianto. Fokus utama adalah selain
mendapatkan simpati calon pemilih, juga terdapat usaha dari Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto untuk memperkuat Personal Branding Prabowo
Subianto.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengembangkan strategi dan rencana
pemasaran adalah sebagai berikut : unsur utama proses manajemen pemasaran
adalah strategi dan rencana pemasaran yang mendalam dan kreatif yang dapat
memandu kegiatan pemasaran. Pengembangan strategi pemasaran yang benar
sepanjang waktu memerlukan bauran disiplin dan fleksibel. Perusahaan harus
tetap berpegang pada strategi, tetapi juga menemukan cara baru untuk terus
mengembangkannya. Pemasaran juga harus selalu meningkatkan strategi untuk
sejumlah produk dan jasa di dalam organisasinya. Sebagai pemasaran bisnis ke
97
bisnis yang sangat sukses. Misalnya, harus senantiasa merancang dan
mengimplementasikan kegiatan pemasaran pada berbagai tingkat dan untuk
banyak unit organisasi. (Kotler,2013:35).
Bagaimana Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto ketika Pemilihan Umum 2014. Berikut jawaban
Informan Elizabeth :
“Strategi-nya tuh ini lewat apa menurut aku standard aja sih..jadi dia
(Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) itu ada beberapa bagian (Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) yang mengerjakan kampanye..mulai
dari pileg sampai pilpres..jadi kayak misalnya mas Budi Purnomo dia itu humasnya Prabowo.. Jadi dia segalah hal yang terkait dengan Prabowo, jadwal
(kampanye Prabowo Subianto) atau segala macem itu (tugas) Budi Purnomo..
Terus Mas Ari Seno..nah Mas Ari Seno itu eee..kayak semacam PR-nya (Public
Relations) Gerindra.. Itu kalau penangkapan saya ya.. Terus ada lagi Bakom
(Badan Komunikasi) itu ketuanya Fadli Zon..jadi eee..apa ada beberapa cabang
di pada saat pileg dan pilpres.. Misalnya kayak Ari Seno itu dia kan bikin
Gerindra Media Center..Nah Gerindra Media Center itu letaknya di kantor DPP
Gerindra yang kerjanya tuh secara rutin sebelum pileg-lah, kira-kira pokoknya
mulai kapan ya, tanggal-nya sih saya lupa persis ya, pokonya pileg itu kan april
2014, nah mereka (Gerindra Media Center) tuh udah mulai kerja sekitar januari
februari 2014..itu udah ee..membina hubungan dengan wartawan..terus bikin
misalnya..ee..diresmikan tuh..Gerindra Media Center itu diresmikan..jadi selalu
kayak ada semacam event-event..terus begitu nama caleg Partai Gerindra) udah
resmi (diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum / KPU), mereka (Gerindra
Media Center) tuh intens mengirimkan misalnya caleg-caleg yang dianggap
ee..punya kekhasan..misalnya caleg-nya ahli di bidang lingkungan, dia (caleg
Gerindra) ngomong soal lingkungan..”
“Itu (caleg Gerindra) dikirimkan secara rutin ke hadapan Pers di
(Gerindra Media Center)..misalnya (pemikiran caleg Gerindra tersebut
disampaikan) lewat e-mail, atau saat ditengah-tengah acara tuh mereka (caleg
Partai Gerindra) membuat konferensi pers..atau misalnya launching album
(kampanye), launching ikon..itu tempatnya di Gerindra Media Center.. Nah terus
eemm..disisi lain Budi Purnomo megang Prabowo, jadi misalnya ada ee..kan
kampanye caleg itu kan sama kayak kampanye partai kan..jadi Prabowo yangt
suka kemana-mana waktu itu..gitu.. Nah itu schedule-nya (Prabowo Subianto)
Mas Budi yang mengatur.. Nah sementara kalau Fadli Zon sih lebih kepada isuisu strategis partai (Gerindra) ya misalnya koalisi (Partai Gerindra) sama
siapa..gitu..”.
98
Terkait dengan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik, perolehan suara
pemilihan umum legislatif 2014 Partai Gerindra naik sebesar tiga kali lipat
dibandingkan dengan pemilihan umum legislatif tahun 2009. Namun perolehan
suara Prabowo Subianto ketika pemilihan umum 2014 justru berbeda tipis dengan
calon presiden Jokowi. Apakah strategi komunikasi pemasaran politik Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto ini terkendala oleh diri Prabowo Subianto
sendiri. Berikut jawaban Informan Elizabeth :
“Karena emang ini..Prabowo itu menurut saya dia (Prabowo Subianto)
tidak..mungkin dia bisa dibilang tidak mengerti atau dia (Prabowo Subianto) bisa
dibilang tidak perduli dengan branding politik..itu,itu Prabowo-nya..jadi
sementara Prabowo kan ketika pilpres kan tokoh central kan, jadi mau kata
timnya (Tim Media dan Komunikasi) jungkir balik kayak apa (untuk mengarahkan
Prabowo Subianto) untuk melakukan apa, kalau Prabowo nggak mau ya nggak
mau.. Menurut saya Prabowo tidak berpikiran bahwa, dia (Prabowo Subianto)
harus membuat branding (Prabowo Subianto) kerakyatan dan dengan apa sih
namanya, dengan blusukan, dia (Prabowo Subianto) nggak mau.. Dia (Prabowo
Subianto pernah nyoba tuh ke Tanah Abang, terus (Prabowo Subianto) makan di
kaki lima..tapi ya itu (Hal yang dilakukan Prabowo Subianto) itu bukan dia
(Prabowo Subianto)..”
“Dia (Prabowo Subianto) kalau saya amati juga ee..ee..nggak betah
juga..jadi ketika pilpres memang mau nggak mau ee..obyek pemasarannya kan
Prabowo kan.. Nah Prabowo dengan sadar dia (Prabowo Subianto) nggak mau
membrandingkan dirinya sebagai sesuatu yang bukan dia (Prabowo Subianto apa
adanya).. dan memang dia (Prabowo Subianto) itu elit, anak orang kaya kan
(Prabowo Subianto).. Emang dia (Prabowo Subianto) buat kita kali mewah naik
heli..buat dia (Prabowo Subianto) nggak..itu emang sehari-harinya dia (Prabowo
Subianto) emang gitu..”.
Usaha-usaha seperti apa terkait dengan Personal Branding Prabowo
Subianto yang dilakukan oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto,
terkait dengan penerapan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik. Stigma
misalnya bahwa Prabowo Subianto sama dengan HAM ( Pelanggaran HAM)
99
sementara Jokowi sama dengan rakyat. Stigma tersebut sebenarnya merugikan
Prabowo Subianto sendiri. Berikut jawaban Informan Elizabeth :
“Tapi kan hal itu tidak bisa dilihat dari segi eemm..hanya kerja tim (Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) ya.. Tapi ada dua pihak yang harus di
waspadai..maksud saya diperhatikan..misalnya yang satu kerja tim (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) yang memperkenalkan branding Prabowo..
Prabowo memang tidak dibrandingkan sebagai sosok yang merakyat.. Dia
(Prabowo Subianto) dibrandingkan sebagai sosok (Prabowo Subianto) yang
bersih.. Prabowo itu (memang) tidak dibrandingkan merakyat..tahu nggak..
Belakangan aja ketika dia (Prabowo Subianto) dirinya makan di kaki lima itu
mulai agak merakyat..tapi dia (Prabowo Subianto) itu dibrandingkan sebagai
sosok yang tegas..itu brandingnya Prabowo tuh tegas, terus mandiri, Indonesia
mandiri, sama dia (Prabowo Subianto) tuh bersih..”
“Nah (Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto) memang..memang Prabowo ya begitu.. Bukan
dibarndingkan..jadi memang Prabowo itu dalam proses saya melakukan liputan
jurnalistik yang lepas daripada..daripada perencanaan tim marketing-nya
mereka..maksudnya kan saya juga sebenarnya lebih banyak bikin liputan sendiri
yang nggak banyak hubungannya dengan agendanya tim marketingnya.. Itu
(Strtategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) itu memnag memperkenalkan track recordnya Prabowo subianto, dari
dia (Prabowo Subianto) kecil ya begitu (gaya hidup Prabowo Subianto). Dia
(Prabowo Subianto) tegas, dia (Prabowo Subianto) jujur, dia (Prabowo Subianto)
pengen Indonesia bisa hebat,, Tapi dia (Prabowo Subianto) tidak merakyat
emang.. Wong (Prabowo Subianto) dari kecil itu dia (Prabowo Subianto) sekolah
di Eropa kok.. Dia (Prabowo Subianto) emang anak orang kaya, sekolah dia
(Prabowo Subianto) di Eropa itu salah satu sekolah yang the best (terbaik) di
Eropa.. Emang dia (Prabowo Subianto) itu berasal dari keluarga elit.. nah ini
salah satu sisi (faktor)..”
“Nah sebenernya tadi yang dibilang HAM-HAM (Hak Asasi Manusia)
itu.,itu sih menurut saya itu adalah salah satu stigmatisasi serangan dari pihak
lawan (kubu calon presiden Jokowi)..yang pasti bukan Jokowi-nya ya..yang pasti
pihak-pihak kampanyenya Jokowi, ini (cara kampanye tim Jokowi) memang
melalui beberapa cara kan..misalnya Wiranto tiba-tiba mengadakan konferensi
pers yang menyatakan bahwa Prabowo Subianto yang bertanggung jawab dalam
penculikan..ya kan..atau misalnya ee..tiba-tiba siapa (tim kampanye Jokowi
konferensi pers) tentang apa penculikan 1998.. Jadi..si arus dari luar ini
(kampanye negatif dari tim kampanye calon presiden Jokowi, yang terlalu kuat,
menyerang ke Prabowo dan Tim medianya tuh (Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto) tidak mampu mengatasinya..karena kalau pengamatan saya
Prabowonya yang personally (secara Pribadi) dia (Prabowo Subianto) nggak
mau menjawab (pada media) pertanyaan-pertanyaan soal HAM ini..”
100
Selama Prabowo mempertahankan Personal Brandingnya yang elit,
berjarak dengan rakyat, anak orang kaya, dan memang Prabowo Subianto seperti
itu dan tidak bisa dirubah, ditambah lagi dengan HAM, bagaimana arah atau
maksud Prabowo Subianto sendiri sebenarnya terkait dengan Strategi Komunikasi
Pemasaran Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto sendiri. Berikut
jawaban Informan Elizabeth :
“Memang Branding-nya dia (Prabowo Subianto) tuh nggak seperti itu..
Brandingnya Prabowo itu tegas, dan Indonesia Mandiri.. Dia (Prabowo
Subianto) tidak menginginkan dirinya membrandingkan sebagai anak orang
kaya.. Itu kan penangkapan kita..ya kan..jadi brandingnya Prabowo itu buakn
yang tadi (elit,kaya,anak orang kaya,berjarak dengan rakyat), itu kan bias yang
di luar kekuasaan mereka (Prabowo Subianto) yang kita peroleh kan.. Refleksi
branding yang kita dapatkan.. Tapi kalau ditanya bagaimana personal brandingnya dia (Prabowo Subianto), setahu saya dia (Prabowo Subianto) brandingnya
itu..pengen di personal brandingkan dia tuh (Prabowo Subianto) tegas, jujur,
bersih, dan (Prabowo Subianto) pengen Indonesia ini hebat..”.
Jokowi sebagai calon presiden 2014 saat Pemilihan Umum Presiden 2014
kemarin telah menjadi media darling semenjak Jokowi menjadi Gubernur DKI
Jakarta. Terkait dengan keberpihakan media saat pemilihan umum presiden 2014,
apakah Prabowo Subianto dan Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
dapat menghadapi keberpihakan media tersebut. Berikut jawaban Informan
Elizabeth :
“Kalau menurut saya Prabowo sih nggak peduli (terhadap Personal
Branding Prabowo Subianto sendiri terkait dengan keberpihakan media).. Dia
(Prabowo Subianto) bukan sekedar ingin bertarung (dalam pemilihan umum
presiden 2014) untuk menang.. ), orang (masyarakat) tuh salah mengira ketika
dia (Prabowo Subianto) menggugat hasil pilpres ke MK (Mahkamah Konstitusi)
dirinya (Prabowo Subianto) itu..enggak rela kalah gitu ya.. (bukan itu tujuan
Prabowo Subianto).. Dia (Prabowo Subianto) sudah siap kalah.. Prabowo sudah
siap kalah..gitu..dan apa sih namanya dia (Prabowo Subianto) nggak ngitung..ya
emua orang (termasuk Prabowo Subianto) pasti ingin menang ya..orang
101
bertarung ya pasti ingin menang..tapi dia (Prabowo Subianto itu kalau saya
amati..dia (Prabowo Subianto tuh pingin memberi warna (pada proses
pendewasaan kehidupan demokrasi di Indonesia)..”
“Misalnya gini..misalnya tuh soal ee..apa soal Indonesia yang andiri
misalnya..Yang tentang kebocoran (Potensi Sumber Daya Alam yang banyak
diselewengkan oleh oknum-oknum menurut Prabowo Subianto) kan dulu orang
suka bercanda bocor-bocor-bocor gitu kan..itu kan Isu pertama diungkapkan oleh
Pihak Prabowo kan..nah kemudian sama orang-orang dijadiin bahan
bercandaan..gitu.. Tapi kalau kita lihat sekarang kan (Pemerintaha Presiden
Jokowi) itu kan Jokowi menyatakan hal yang sama tentang penenggelaman kapal
asing pencuri ikan itu.. Bahwa negara kita karena pencurian ikan Indonesia
kehilangan kekayaan sekitar tiga ratus triliun atau berapa itu per tahun.. Jadi si
Prabowo itu kalau menurut saya dia (Prabowo Subianto tidak melihat bahwa
tujuan satu-satunya dia (Prabowo Subianto) itu untuk jadi presiden..tapi dia
(Prabowo Subianto) tuh pengen ada isu-isu (terkait Potensi Indonesia) yang
selama ini itu diperhatikan oleh pemerintah Indonesia sebelumnya, yang berhasil
dia (Prabowo Subianto) goal-in (berhasil dicapai).. Itu kalau pengamatan saya
ya.. Ya pastinya sih dia (Prabowo Subianto pengen jadi presiden ya..maksud saya
karena hal itu hal tertingginya atau keingginannya (Prabowo Subianto untuk jadi
Presiden).. Tapi kalaupun nggak (Prabowo Subianto gagal menjadi presiden) dia
(Prabowo Subianto nggak akan mengorbankan dirinya untuk mengubah
brandingnya (Prabowo Subianto) tiba-tiba menjadi kerakyatan..nggak dia
(Prabowo subianto) nggak seperti itu..kalau saya yang lihat orangnya ya (
Prabowo Subianto), dia (Prabowo Subianto) nggak akan atau menunjukkan ya ini
gue (Prabowo Subianto yang sebenarnya dan nggak dibuat-buat)..kalau rakyat
nggak mau ya nggak papa..”
“Dia (Prabowo Subianto) siap menanggung resiko itu..udah banyak yang
ngomong ama dia (Prabowo Subianto)..termasuk oleh tim media dan komunikasi
Prabowo Subianto..termasuk soal isu HAM-nya (Pelanggaran HAM Prabowo
Subianto) pasti pernah dibicarakan (antara tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto dengan Prabowo Subianto sendiri).. Tapi memang Prabowo tidak ingin
membahasnya (Terkait Pelanggaran HAM Prabowo Subianto).. Nggak tahu dia
(Prabowo Subianto) kenapa nggak mau mengklarifikasi itu (Terkait dengan
Pelanggaran HAM Prabowo Subianto) saya nggak tahu kenapa..”
“Bisa jadi memang dia (Prabowo Subianto salah, atau kalau Versi
(Pelanggaran HAM Prabowo Subianto) yang saya dapat di orang-orang
terdekatnya Prabowo, ini bukan tim humasnya (Prabowo Subianto) ya ..tapi
orang-orang ring satu (lingkar satu Prabowo Subianto) itu memang Prabowo
tidak mau membuka kasus tahun 1998 (terkait dengan pelanggaran HAM), bukan
karena dia (Prabowo Subianto) itu salah..tetapi karena dirinya (Prabowo
Subianto) tidak ingin membuka informasi itu (terkait dengan pelanggaran HAM
1998) karena informasi tersebut merupakan informasi militer dan misalnya nanti
dibuka (oleh Prabowo Subianto), yang kena adalah TNI (tentara Nasional
102
Indonesia)..dan dia (Prabowo Subianto) nggak mau nama TNI tercemar..tapi dia
(Prabowo Subianto) siap menanggung resiko itu, dia (Prabowo Subianto) siap
menanggung resiko bahwa nama dia (Prabowo Subianto) yang tercemar, asal
bukan (nama)TNI yang tercemar.. Aneh ya (sikap dan pendirian Prabowo
Subianto)..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, terdapat upaya Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
untuk mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan terkait dengan
pemasaran. Mengumpulkan informasi dan memindai lingkungan dalam konteks
komunikasi pemasaran politik memiliki makna bahwa Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto harus mampu memetakan dimana daerah kekuatan
perolehan suara terbesar bagi Prabowo Subianto.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengumpulkan informasi dan
memindai lingkungan terkait dengan pemasaran adalah sebagai berikut :
103
pengembangan dan pengimplementasian rencana pemasaran memerlukan sejulan
keputusan. Pengambilan keputusan tersebut merupakan seni sekaligus ilmu.
Untuk memberikan pengetahuan dan inspirasi bagi pengambilan keputusan
pemasaran, perusahaan harus memiliki informasi terbaru yang komprehensif
tentang tren makro, juga tentang efek makro tertentu bagi bisnis mereka. Pemasar
holistic menyadari bahwa lingkungan pemasaran senantiasa menampilkan peluang
dan ancaman baru dan mereka memahami arti penting pengamatan dan
penyesuaian berkelanjutan terhadap lingkungan tersebut. (Kotler,2013:71).
4.3.1.2. Branding Melalui Komunikasi Pemasaran Politik
Jika Prabowo Subianto hanya ingin mewarnai proses pendewasaan
kehidupan berdemokrasi di Indonesia, dengan Personal Branding Prabowo
Subianto saat ini bertolak belakang dengan pandangan di sebagian masyarakat
yang memandang bahwa seorang pemimpin khusunya presiden ya itu ya
merakyat. Seperti yang dilakukan oleh calon presiden Jokowi yaitu blusukan,
makan di warung, turun ke rakyat. Mengapa justru Prabowo subianto melakukan
strategi komunikasi pemasaran polik yang berlawanan dengan keinginan rakyat.
Sebenarnya strategi komunikasi pemasaran politik yang seperti apa yang
seharusnya dilakukan oleh Prabowo Subianto jika dirinya ingin menang. Berikut
jawaban Elizabeth :
“Susah ya..karena pertama saya nggak tahu ya apakah Prabowo subianto
mau atau nggak (diubah personal brandingnya menjadi kerakyatan)..itu.. Saya
sih nggak tahu ya..dia (Prabowo Subianto) itu di balik sikapnya yang galak,
militeristik itu, sama wartawan, dia (Prabowo Subianto) tuh sebenernya bisa
ditanya apa aja, apa aja yang ditanya sama dia (Prabowo Subianto) tuh dia
(Prabowo Subianto) bisa jawab, dengan terstruktur, dengan jujur ya, yang saya
suka dia (Prabowo Subianto) selalu menjawab dengan jujur..even (meskipun)
104
kalau dia (Prabowo Subianto) itu marahpun, itu karena dia (Prabowo Subianto)
terlalu jujur.. Tapi ada satu hal yang nggak bisa ditanyakan ke dia (Prabowo
Subianto)..HAM (Hak Asasi Manusia)..itu (jika ada media yang menanyakan
tentang pelanggaran HAM) dia Prabowo Subianto) nggak akan jawab,.dia
(Prabowo Subianto) akan selalu menghindar..dan dia (Prabowo Subianto) tuh
akan..akan apa ya..eemm..malah menurut saya dia (Prabowo Subianto) akan
curiga..kenapa lu (wartawan atau media) tanya tentang HAM..nah gitu..”
“Karena saya pernah kena (marah) Prabowo sekali..namya soal HAM
(pada Prabowo Subianto)..waktu itu.. sebenernya saya pernah menanyakan dua
kali sama Prabowo soal HAM, ya dijawab panjang lebar (oleh Prabowo
Subianto) Prabowo juga cerita tentang Peristiwa 1998..walaupun tidak
menceritakannya secara detail.. Dia (Prabowo Subianto) hanya menceritakan
suasana yang terjadi (saat peristiwa 1998).. Nah pertanyaan saya kedua (yang
ditujukan
pada
Prabowo
Subianto)
itu
saya
tanyakan
dalam
doorstop..eemm..waktu karena tugas kantor kan..dan saya nanya soal HAM (pada
Prabowo Subianto)..waktu yang saya tanya semua kandidat (presiden)..bukan
hanya Prabowo..tapi juga Jokowi.. Saya tanya sama Prabowo bagaimana
dengan soal penegakan HAM ke depan..gitu..misalnya dia (Prabowo subianto)
jadi presiden.. Itu tuh Prabowo kaget saat saya tanya soal itu..dia (Prabowo
Subianto) nggak maun jawab..dia (Prabowo Subianto) waktu itu apa sih
namanya, doorstop kan jadi dia (Prabowo Subianto), menjawab..eemm,,HAM
ya..ya pasti kita akan menegakkan HAM (jawaban Prabowo Subianto) gitu.. Dia
(Prabowo Subianto) nggak marah..tapi itu kan (jawaban Prabowo Subianto)
jawaban yang normatif kan..”
“Terus
saya
desak
lagi
(Prabowo
Subianto)
dengan
menanyakan..maksudnya apa dengan penegakan HAM..konkritnya itu seperti
apa..?,apa (Prabowo Subianto) mau bikin Pengadilan HAM..?,saya tanyakan
seperti itu sama Prabowo..kemudian (Prabowo Subianto) menjawab..ya nantilah
kita bicarakan hal itu (soal Pertanyaan HAM) itu.. saat disitu tuh kondisinya
biasa aja..eh nggak tahunya nggak lama kemudian saya ditelpon..dapet telpon
dari siapa ya..lupa saya..pokoknya salah satu orang humasnya Gerindra.. Saya
ditanya oleh mereka (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto), eh..tadi
kamu tanya soal HAM ya..gitu.. Saya jawab..iya kenapa.., Nggak Bapak
(Prabowo subianto) kaget katanya..(ucapan tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto)..udah gitu doang..udah habis itu tai sudah biasa aja..nggak ada..nggak
ada masalah..Cuman kita kan (wartawan dan media) tanya apapun (pada nara
sumber) bebas kan.. Cuma sekali itu aja saya ditanya (oleh tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto)..lu bener tanya soal HAM..(mereka tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto) kayaknya surprised (terkejut)..kenapa (Prabowo
Subianto) ditanya soal HAM.. Ya iyalah..itu aja..”.
105
Tapi untuk memenuhi apa yang diingikan rakyat Prabowo Subianto
bukankah harus mengalahkan ego-nya sendiri, demi mewujudkan Indonesia yang
lebih baik jika Prabowo Subianto sungguh-sungguh ingin menjadi presiden.
Berikut jawaban Informan Elizabeth :
:
“Nah itu dia (Prabowo Subianto) nggak nyampek..(tidak sampai
pemikirannya)..maksudnya ya dia (Prabowo Subianto nggak mampu ya,
mengatasi hal itu, belum selesai (Prabowo Subianto) dengan dirinya, dengan
emosi-nya, dan emosinya (Prabowo Subianto) belakangan lebih nyantai saat ini..
Jadi Prabowo itu kira-kira emosinya itu seperti ini..kalau kita emosinya kan datar
ya..Prabowo itu kalau nggak marah ya ketawa..hehehe..bercandanya sih
gitu..emosinya dia (Prabowo Subianto) tuh gini nyata..gitu loh dia (Prabowo
Subianto) nggak menahannya.. Nah kalau buat saya sih (Prabowo Subianto) itu
oarngnya sah-sah aja dia (Prabowo Subianto) bersikap demikian, saya bisa
menerima itu (sikap dan pendirian Prabowo Subianto)..karena saya juga cepet
marah orangnya..dan cepet juga turun..jadi mengenallah karakter orang yang
kayak gitu (Prabowo Subianto)..cepet marah..cepet turun..tapi nngak nyimpen
(dendam).. Prabowo itu nggak nyimpen (tidak pernah dendem dengan orang)..itu
kalau Prabowo marah ya marah tapi besoknya dia (Prabowo Subianto) ketawaketawa lagi..”
“Habis saya nanya HAM sama Prabowo besoknya saya ketemu Prabowo
kan..udah becanda-becanda lagi (dengan Prabowo Subianto)..gitu ya..udah
nggak ada bekasnya (tidak ada dendam)..dia (Prabowo Subianto kayaknya sudah
lupa.. Tapi bahwa dia (Prabowo Subianto) tuh trauma dengankata
HAM..sepertinya iya.. Dan dia (Prabowo Subianto) itu belum selesai dengan itu
(Pelanggaran HAM).. Itu (sikap dan pendirian Prabowo Subianto terkait dengan
Pelanggaran HAM), mungkin adalah salah satu titik lemah Prabowo
ya..maksudnya bukan masalah HAM-nya..ya..tapi masa lalu dia (Prabowo
Subianto) yang di satu sisi ada sisi positifnya..misalnya dia (Prabowo Subianto)
kan bagaimanapun dia (Prabowo Subianto) memperjuangkan kedaulatan
Indonesia (Negara Kesatuan Republik Indonesia) di Timor Timur kan..terlepas
apakah kita merasa ada pelanggaran HAM..”
“Tapi kan itu (yang dilakukan oleh Prabowo Subianto) adalah tugas
sebagai
TNI..tusa
negara
loh
dan
Prabowo
meresikokan
nyawanya..meninggalkan keluarganya waktu itu Prabowo baru saja
menikah..terus Prabowo diincar (oleh musuh-musuhnya) ya kan.. Itu
(Pengorbanan Prabowo Subianto) adalah nilai plus yang disatu sisi Jokowi
pernah apa untuk negaranya..?, kan enggak.. Prabowo pernah mempertaruhkan
nyawanya..itu pada tahun 1970-an.. Tapi Prabowo juga punya masa lalu
yang..yang apa namanya gelap..yang kita nggak tahu..yang kemudian,
106
membebani dia (Prabowo Subianto)..kemarin.. Dan beban tersebut (beban yang
diemban oleh Prabowo Subianto) itu yang tidak dimiliki oleh Jokowi..”
“Dia-nya (Prabowo Subianto) yang belum selesai dengan masa lalunya..jadi kan dia (Prabowo Subianto) nggak mau buka (terkait dengan
Pelanggaran HAM), dengan alasan segala macam..tetapi ketika (Prabowo
Subianto) ditanya (oleh media dan wartawan), Prabowo juga belum bisa
jawab..dia (Prabowo Subianto) masih kebebanan juga sepertinya sih.. Harus
diingat juga bahwa, media yang mendukung Prabowo itu tidak segencar dengan
media yang mendukung Jokowi..jadi walaupun core-nya ( Inti Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto) ini tidak melakukan personal branding Prabowo
secara masive (pada masyarakat sebagai calon pemilih pada pemilihan umum
presiden 2014).. Yang saya lihat begini..tetapi hal ini terjadi di dua kubu
sih..(Kubu Pendukung Capres Prabowo Subianto dan Kubu Pendukung Capres
Jokowi)..”
“Pendukung Prabowo itu militan loh..sampai hari ini..jangan salah
loh..itu gila..mereka mungkin pendukungnya Jokowi lebih outspoken ya..lebih
kelihatan dan terbuka.. Tapi pendukungnya Prabowo tuh..kan saya juga masuk
untuk meliput pendukungnya Prabowo juga kan supaya tahu suasana kebatinan
mereka (Pendukung Prabowo Subianto), militan sampai sekarang.. Kalau disuruh
Prabowo untuk revolusi sekarang turun mereka..dan nggak dibayar loh
(Pendukung Prabowo subianto) itu..ini (Pendkung Prabowo Subianto) yang kelas
menengah atas juga banyak..dengan melihat kekuatan (Pendukung Prabowo
Subianto dan Pendukung Jokowi) kelihatannya fifty-fifty ya..nah sekarang
(popularitas Jokowi sebagai presiden) kan menurun nih..karena ya namanya
presiden mungkin (Jokowi) harus menerapkan kebijakan yang nggak populis
ya..yang nggak populer..ya nggak..?, “
“Segala macem soal kenaikan BBM, dollar semakin naik..yang udah tiga
belas ribu..wah ini pendukungnya Prabowo (yang militan) hingga kini.. Saat
Prabowo bertemu dengan Jokowi pasca putusan Mahkamah Konstitusi itu yang
perlu ditenangkan adalah pendukungnya Prabowo..Prabowo ngomong pada
pendukungnya di Facebook..Prabowo bilang..jangan mengira saya (Prabowo
subianto) itu melemah..pokoknya jangan kecewa..para pendukung saya saya
harap jangan kecewa..tentang pertemuan saya dengan Jokowi..karena ini saya
(Prabowo Subianto) lakukan demi persatuan bangsa..”.
Kenapa Prabowo Subianto selalu mengorbankan dirinya daripada
mementingkan Personal Brandingnya demi keberhasilan-nya menjadi presiden.
Berikut jawaban Elizabeth :
107
“Prabowo memang begitu orangnya..Prabowo itu sebenernya lebih cocok
disebut dengan warrior (ksatria, pendekar)..lebih cocok sebagai pejuang dia
(Prabowo Subianto) dibandingkan Prabowo sebagai seorang Politician
(politisi)..menurut saya dia (Prabowo Subianto) itu nggak cocok jadi politisi..dia
(Prabowo Subianto) itu gamang..di dunia politik itu dia (Prabowo Subianto) itu
bingung..apa ibarat-nya nggak gue banget (Prabowo subianto yang sejatinya
cocok sebagai Pejuang) gitu.. Dia (Prabowo Subianto kalau jadi panglima
perang..nah..cakep..(cocok).. Tapi kalau Prabowo jadi politisidia (Prabowo
Subianto) sendiri seperti tidak siap.. Cuman karena Prabowo bukan tentara lagi
ya itu (Prabowo Subianto mencalonkan diri sebagai presiden) adalah satusatunya cara untuk mengabdikan dirinya pana Negara Indonesia yang dia
(Prabowo Subianto) cintai kan..ya..”
“Itu jalan yang terpaksa dia (Prabowo Subianto) ambil.. Saya kan nanya
ke Prabowo..Pak kenapa sih Bapak capek-capek (mencalonkan diri sebagai
presiden)..?,Bapak kan sudah kaya, sudah enak (kehidupannya) ngapain capekcapek (mencalonkan diri sebagai presiden).. Saya bilang ke Bapak (Prabowo
Subianto)..jadi presiden kan didiejek-ejek orang..segala kekurangan diungkitungkit.. Tapi Prabowo merasa biasa saja..Prabowo merasa ini adalah cara
Prabowo berkontribusi pada Negara Indonesia yang dia (Prabowo Subianto)
cintai..ya dia (Prabowo Subianto)memang cinta sama Indonesia,,apapun akan dia
(Prabowo subianto) lakukan..aneh ya (pendirian dan sikap Prabowo Subianto)..”
Artinya sebenarnya Prabowo Subianto sendiri menyadari bahwa kekalahan
dirinya pada Pemilihan Umum presiden 2014 adalah karena sikap dan
pendiriannya sendiri. Berikut jawaban Informan Elizabeth :
“Ya bisa jadi..tapi saya nggak tahu.. Kan jelas di jargon Partai Gerindra
yang sering diucapkan oleh Prabowo.bahwa Prabowo menegaskan pada
simpatisan, kader maupun barisan di Partai Gerindra bahwa kita bukan
politisi..selalu Prabowo ngomong seperti itu..kita tuh..kita Partai Gerindra, kita
tuh bukan Politisi..kita adalah Pejuang Politik.. Inget deh..cari deh kata-kata itu
selalu muncul (dari Prabowo Subianto)..kita itu bukan politisi..kita adalah
pejuang politik..gitu..
Tapi kan seharusnya Prabowo Subianto sebagai pejuang politik harus
membuka seluas-luasnya keingintahuan publik dan media terkait dengan
Pelanggaran HAM. Berikut jawaban Informan Elizabeth :
108
“Berarti dia (Prabowo Subiano) punya alasan yang lebih besar..untuk
menutupi itu (Terkait dengan keterlibatan Prabowo Subianto dalam Peristiwa
1998 dan Pelanggaran HAM).. Jadi kalau saya nangkep implisit loh ya..implisit
dia (Prabowo Subianto meras itu, kalau dia (Prabowo subianto) buka, itu kan
alasan dia (Prabowo Subianto) yang sama.. Misalnya gini ya..itu yang (Prabowo
Subianto) dipecat dari dinas militer itu..sebenernya pada saat itu dia (Prabowo
Subianto) sudah bisa ngomong kan..misalnya dia (Prabowo Subianto) bener loh
ya..tapi kita nggak tahu yang sebenernya sampai sekarang kan.. Kalau misalnya
dia (Prabowo Subianto) itu nggak salah, yang salah adalah misalnya Wiranto,
TNI, atau Soeharto ya kan..kalau dia (Prabowo Subianto) mau kan Prabowo bisa
buka (apa yang sebenarnya terjadi) saat itu juga kan..tapi kan dia (Prabowo
Subianto) nggak mau..Cuma mungkin dia (Prabowo Subianto) berpikir lebih baik
gua (Prabowo Subianto) yang dikorbankan..toh dia (Prabowo Subianto)
kaya..dan banyak temennyalah dia (Prabowo Subianto)..lebih baik gue (Prabowo
Subianto) yang dikorbankan..itu kelihatan tuh di Peristiwa 1998 dia (Prabowo
Subianto) dipecat..terus dia (Prabowo Subianto) selama pilpres di kuyo-kuyo gitu
ya..”
“Kenapa Prabowo nggak mau buka (Pelanggaran HAM) di Tahun 2014,
itu dengan alasan yang sama kenapa dia (Prabowo Subianto) nggak mau buka
(Terkait Pelanggaran HAM) tahun 1998..dan alasannya itu apa..saya nggak
tahu..yang tahu hanya dia (Prabowo Subianto).. Apakah kemungkinan kan satu,
dia (Prabowo Subianto) memang bersalah sehingga Prabowo nggak mau buka
(Soal Pelanggaran HAM gitu).. Yang kedua ada sesuatu yang besar yang dia
(Prabowo Subianto) lindungi..lebih besar jika dibandingkan jika dirinya
(Prabowo Subianto) jadi presiden.. Nah sepanjang saya kenal Prabowo
ya..alasannya lebih kepada yang kedua..karena secara psikologis aja deh..
misalnya dia (Prabowo Subianto) bersalah..ya kan..misalnya Prabowo bersalah
bikin kerusuhan Mei 1998..atau Prabowo bunuh-bunuhin aktifis (mahasiswa)
yang hilang itu..”
“Masak Prabowo dengan nekad atau serta merta sih secara berani
memasang bendera sebagai capres..?,kan ngeri (dampaknya)..hati nurani
Prabowo pasti kan menolak kan..ada perasaan seperti gua (Prabowo subianto)
nggak layak nih jadi calon presiden.. Itu satu..yang kedua kan ngeri (Kasus
Pelanngaran HAM dikuliti habis-habisan (pada ajang pemilihan umum presiden
2014).. Tapi Prabowo kan faktanya nggak takut dia (Prabowo
Subianto)..kemungkinan dia (Prabowo Subianto) nggak bersalah..yang saya
khawatirkan orang ini (Prabowo Subianto) memang nggak bersalah..cuman kita
(media dan wartawan) aja yang nggak bisa ngulik (mengungkap) dan salah dia
(Prabowo Subianto) yang nggak terbuka..gitu.. Sehingga kita nggak tahu..kalau
misalnya dia (Prabowo Subianto memang bersalah..misalnya dia (Prabowo
Subianto otak kerusuhan Mei 1998), atau misalnya dia (Prabowo Subianto
adalah pembunuh tiga belas aktifis mahasiswa yang hilang itu..ya udah..ya udah
kehendak Tuhanlah dia (Prabowo Subianto nggak jadi presiden..ya
109
nggak..harusnya emang nggak boleh kan (Prabowo subianto mencalonkan diri
sebagai presiden)..”
“Tapi yang lucu Prabowo tuh tidak pernah membantah bahwa dia
(Prabowo Subianto) menculik para aktifis mahasiswa tahun 1998..dia (Prabowo
Subianto) ngaku..Iya saya menculik (kata Prabowo Subianto)..itu Prabowo
ngaku..dalam berbagai kesempatanlah..dia (Prabowo Subianto) ngaku.. Kalau
fadli Zon kan istilahnya selalu “menangkap” aktifis mahasiswa kan (makna
menculik diperhalus menjadi menangkap..aktifis-aktifis tuh ditangkap karena
untuk kepentingan negara (kata Fadli Zon).. Tapi Prabowo mengaku..Iya saya
(Prabowo Subianto) menculik..gitu kata Prabowo..tapi saya tidak
membunuh..(kata Prabowo Subianto).. Terus siapa yang membunuh (pertanyaan
wartawan dan media)..nah dia (Prabowo Subianto) nggak menjawab itu..padahal
Prabowo tahu siapa yang membunuh..gitu..”.
Bagaimana dengan Personal Branding klarifikasi Prabowo Subianto
melalui buku atau dokumenter, soal kebaikan-kebaikan dan pengorbanan Prabowo
Subianto, terlepas soal apakah diri Prabowo subianto terlibat dalam kasus
pelanggaran HAM atau tidak. Berikut jawaban Informan Elizabeth :
“Loh Prabowo kan ketemu keluarga korban kerusuhan Mei 1998..Si Ibu
Sumarsih..kan ada beritanya di Kompas..yang disayangkan itu oleh tim media
dan komunikasi Prabowo Subianto itu dibuat tertutup..yang nulis cuman Kompas
doang..aku doang yang nulis..baru besokannya detik.com ngikutin.. Karena
emang Prabowo yang nggak mau (diliput oleh media).. Prabowo itu ini ni..lu
boleh percaya boleh nggak ya..gini..ini emang unbeliveble (nggak bisa dipercaya,
luar biasa), karena menurut gue ya dia (Prabowo Subianto) orang jaman dulu
sih..dia (Prabowo Subianto) orang orde baru..dia (Prabowo Subianto) nggak
ngerti personal branding itu kayaknya dia (Prabowo Subianto itu nggak
ngerti..jadi emang dia (Prabowo Subianto) emang nggak mau (di personal
brandingkan)..”
“Jadi Prabowo tuh gini..Prabowo tanpa diketahui oleh orang itu sering
nyumbang..banyak banget orang yang dibantu sama dia (Prabowo Subianto)..
Banyak banget (orang yang dibantu oleh Prabowo Subianto)..Papua itu termasuk
daerah yang dibantu Prabowo..banyak banget bantuannya.. Dan yang ngomong
(tentang kebaikan kepribadian Prabowo Subianto) ke gue itu nggak pernah dari
Prabowo sendiri..atau dari orang-orang disekitar Prabowo.. Gue selalu tahu dari
orang lain..dan ornga-orang lain ini orang-orang hebat..misalnya mantan
direktur BNI, Mantan Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia), Mantan Gubernur
Akademi Militer, jadi orang-orang yang bener-bener ngerti (kepribadian
Prabowo Subianto), orang-orang yang hebat, orang-orang yang apa sih, punya
110
posisi tinggilah.. Itu mantan Gunernur Akademi Militer cerita sama gue, bahwa
Prabowo udah belasan tahun itu nyumbang ke akademi Militer..supaya tarunataruna nih..kan mereka (taruna-taruna yang menempu pendidikan di akademi
militer) kan dapat jatah makan dari negara..tapi nggak cukup kan..yah yang ada
(yang disediakan oleh akademi militer) hanya sekedarnyalah..”
“Nah Prabowo itu nyumbang selama belasan tahun kepada akedemi
militer berbentuk dukungan gizi protein seperti susu, telur, bertahun-tahun, dan
tidak pernah di expose (oleh media dan wartawan)..itu satu.. yang kedua (terkait
dengan kepribadian Prabowo Subianto), yang cerita ke gue tuh mantan gubernur
yang sekaligus mantan direktur BNI ya..,itu kayak gitu juga ceritanya menyangkut
Prabowo..apa namanya Prabowo itu nyumbang dan ini sudah bertahun-tahun
yang lalu..mungkin sejak tahun 2005 kali..udah lama..nggak ada hubungan sama
sekali dengan pemilihan umum presiden 2014)..”
“Habis itu Papua (juga dibantu oleh Prabowo)..banyak dokter-dokter di
papua itu, Prabowo yang biayain..hal ini pernah disampaikan oleh Kartono
Muhammad mantan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI).. ada lagi misalnya
(terkait dengan kepribadian Prabowo Subianto) ee..apa ini deh..ee..si Prabowo
itu kan tinggal di apa sih BojongKoneng..itu seluruh masyarakat
BojongKoneng..ini yang cerita rakyat-nya lohya ke gue..gua wawancara
bukannya didampingi humas (Prabowo Subianto) nggak..nggak didampingi..
Waktu gue lagi nongkrong ngobrol aja sama masyarakatnya..dan tentang itu
nggak saya tulis..karena nggak ada tempat aja (berita terkait Prabowo Subianto
di Media Surat Kabar Kompas) saat itu..nggak ada tempat buat berita gue..”
“Tapi gua ngobrol tuh gini..mereka (Masyarakat BojongKoneng) cerita,
bahwa Prabowo itu sudah sepuluh tahun itu ngasih beasiswa ke anak-anak SD di
Wilayah BojongKoneng..Jadi anak-anak SD yang diBojongKoneng ini sekolahnya
dibayari oleh Prabowo..nanti setelah SMP, dia (Prabowo Subianto) sediain Bis
dong supaya anak-anak (BojongKoneng) yang sudah SMP ini, karena di8
BojongKoneng nggak ada SMP.. Supaya bisa sekolah di bawah..di SMP
terdekat..disediain Bis..disediain beasiswa..dan itu telah berlangsung selama
sepuluh tahun..dan tentang kebaikan Prabowo ini nggak pernah diexpose (oleh
wartawan dan media).. Dia (Prabowo Subianto) emang nggak mau..dia (Prabowo
Subianto) entah nggak mau entah nggak kepikir apa entah (Prabowo Subianto)
nggak perduli (dengan personal branding dirinya untuk lebih dikenal oleh
masyarakat sebagai sosok pribadi yang dermawan).. Tapi emang
bener..(Kebaikan Prabowo Subianto ) itu..makanya kalau lu lihat orang-orang
yang disekitar Prabowo itu kan super loyal.. Contoh nih salah satu contoh lagi
(Kebaikan Prabowo Subianto), yang diceritakan oleh salah satu ajudan Prabowo
ke gue..ajudannya tuh cerita sama gue..jadi pertama gue tanya kenapa sih lu
sayang banget sama Prabowo..?, “
“Jadi dia (Ajudan Prabowo Subianto) cerita..Mbak aku itu loh..kan aku
pernah tanya ke dia (Ajudan Prabowo Subianto), pernah digaplok (dipukul)
111
nggak lu (sama Prabowo Subianto) selama jadi Ajudan Prabowo..?, Dia (Ajudan
Prabowo subianto) bilang nggak..tapi kalau dibentak-bentak ya sering..setiap
hari.. Karena Prabowo subianto itu kan tentara..tentara itu kan gaya
ngomongnya..heh..keras-keras gitu.. Kita nggak biasa aja..tapi emang samalah
kayak misalnya seperti orang jawa timur, ngomongnya lebih nyablak atau lebih
keras dibandingkan dengan orang jawa tengah kan..?, Kalau orang jawa tengah
memnganggap orang jawa timur itu kan kasar banget gitu kan..tapi kan nggak
kasar (sebenernya orang jawa timur itu)..jadi ya seperti itu.. Sama seperti
kita..kita itu sipil..ngelihat Prabowo kok kasar banget sih..nggak sabaran
banget..nggak emang seperti itu (Pribadi Prabowo Subianto sebagai mantan
militer).. Ibarat sukunya..sukunya militer itu ya begitu semua..cara ngomongnya..
Kalau mereka sama kita baik-baik itu cuma karena apa sih dipoles-poles aja..tapi
kalau aslinya ya kayak Prabowo..heh heh..Kasar gitu..padahal nggak.. Tapi
kembali ke yang tadi yang aku mau ceritakan tentang Ajudan Prabowo itu ya, gue
tanya lu kok sayang baget sih sama Prabowo..sering dimarahin nggak..?, Ya
sering kata Ajudan Prabowo itu.. Tapi dia (Ajudan Prabowo subianto) bilang ada
suatu peristiwa yang dia (Ajudan Prabowo Subianto) bilang nggak akan lupa..itu
yang bikin gua (Ajudan Prabowo Subianto) loyal sama Prabowo habis-habisan..”
“Jadi waktu bapaknya (Ajudan Prabowo Subianto) itu sakit, di jawa,
purbalingg atau purwokerto pokoknya di jawa tengahlah..gitu kan.. Itu si siapa
dia (Ajudan Prabowo Subianto) nggak cerita tentang Prabowo.. tapi si Prabowo
ngelihat kok sepertinya ni anak ee..apa namanya..murung gitu ya..terus Prabowo
tahu dari ajudan yang lain..kenapa si itu murung (tanya Prabowo Subianto)..
(Ajudan Prabowo Subianto) menjawab..oo bapaknya sedang sakit..pokoknya sakit
gula-lah yang berat apa segala macem.. Terus tahu nggak apa yang dilakukan
oleh Prabowo..dipanggil ajudan yang bapaknya sakit itu.. Kata Prabowo,
sini..bapak lu sakit..?, Iya Pak..(Kata ajudan Prabowo Subianto)..terus Prabowo
bilang sakit apa..?, kenapa nngak cerita, kamu tunggu dini ya (kata Prabowo
Subianto).. Langsung Prabowo saat itu juga ambil telpon..Prabowo langsung
teipon kepala rumah sakit RSPP Rumah Sakit Pusat Pertamina kalau nggak
salah..Prabowo bilang eh tolongin dong..ini ada temen gue (Prabowo Subianto)
yang baoaknya sakit..tolong siapkan dokter terbaik, kamar terbaik..nanti semua
gua (Prabowo Subianto) tanggung.. Terus nangis dong ajudan Prabowo digituin
(dibantu oleh Prabowo Subianto)..terharu..ajudan Prabowo itu terus bilang siapa
sih gue ini..ya nggak..?, Gua itu cuma ajudan..tapi dia (Prabowo Subianto) bilang
ke ajudannya..udah lu nggak usah kerja dulu..bawa orang tua lu kalau perlu lu
pakai heli gue (Prabowo Subianto) pakai.. pakai heli gue bawa bapak lu, naikkan
heli bawa ke jakarta..kata Prabowo Subianto..”
“Itu gue (Ajudan Prabowo Subianto) ngak akan lupa..bukan soal
duitnya..penyakit gula paling berapa sih..tapi bahwa dia (Prabowo subianto)
begitu perhatiannya samppai nelpon sendiri (Prabowo Subianto) ke direktur
RSPP..gitu.. Jadi itu yang menyebabkan orang-orang tuh ini..apa sih memilih
loyal (pada Prabowo Subianto) karena dibalik sikapnya (Prabowo Subianto)
yang keras, kasar, dan nggak perduli sama personal branding dan pencitraan itu,
112
itu ya sebenarnya orangnya (prabowo subianto) itu kayak gitu.. cepet, cepet
terharu..jeleknya dia (Prabowo Subianto) itu cepet terharu..”
“Si Mas Budi..Mas Ari Seno..(Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) pasti juga pingin..memperkenalkan atau mempersonal brandingkan
bahwa Prabowo Subianto memang baik kepribadiannya.. Tapi kalau Prabowonya yang nggak mau..mau apa (tim media dan komuniaksi Prabowo Subianto)..
Prabowonya yang nggak mau..terus kalau Prabowo nggak jadi presiden ya
udah..(menurut prabowo Subianto)..Soalnya kan dia (Prabowo Subianto) itu
memang pinter.. Statement (Prabowo Subianto) itu selalu gini..kalau rakyat
Indonesia mau memilih gue (Prabowo Subianto) pilihlah..Pilihlah gue (Prabowo
Subianto) yang asli.. Gue (Prabowo Subianto nggak mau bohong-bohong,
(tampak seperti bukan diri Prabowo Subianto) yang sebenarnya)..berpura-pura
atau pencitraan atau dipersonal brandingkan diperlihatkan baus (Pribadi
Prabowo Subianto) atau dipoles-poles (Kepribadian Prabowo Subianto)..dia
(Prabowo Subianto) nggak ingin memilih Prabowo subianto yang polesan..tapi
Prabowo mengharapkan rakyat Indonesia memilih sosok Prabowo subianto yang
asli..”
“Ya dia (Prabowo Subianto) percaya diri..Prabowo percaya sama Tuhan
bahwa kalau dia (Prabowo Subianto) jujur..dia (Prabowo Subianto) bisa jadi
presiden.. Dan dia (Prabowo Subianto) tahu bahwa dia (Prabowo Subianto) tidak
mengambil jalan yang mudah.. Maksudnya..dia (Prabowo Subianto) tahu bahwa
dia tidak mengambil jalan yang dianjurkan (oleh tim media dan komunikasi
Prabowo Subianto, demi keberhasilan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik
terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto).. Dia (Prabowo subianto)
sadar bahwa ada resikonya..(Prabowo Subianto memilih jalan yang tidak
dianjurkan oleh tim media dan komunikasinya sendiri).. Resikonya (Prabowo
Subianto dengan tidak memperlihatkan personal brandingnya) misalnya Prabowo
tidak populer (di beberapa kalangan masyarakat)..dan dia (Prabowo Subianto),
memilih itu.. Mungkin orangnya (Prabowo Subianto) terlalu percaya diri ya..tapi
buktinya dia (Prabowo subianto dapet 47 persen suara kan (pada pemilihan
umum presiden 2014)..dia (Prabowo Subianto) juga sebenarnya cukup banyak
juga kan (perolehan suaranya)..”
“Karena juga dia (Prabowo subianto sudah merasa gimana ya..memang
ay itu di sisi dia (Prabowo Subianto).. Tapi disisi lain kan memang media itu
dalam tanda kutip tidak fair ya..coba kalau media fair..kan sebenernya tugas,
tugas wartawan kan mencari kebenaran kan..ya nggak.. Seharusnya kita,
seharusnya tugas media itu..terlepas dengan ada atau tidaknya branding, dari
pihak humasnya (kedua calon presiden, Prabowo dan Jokowi)kan kita (media)
mencari kebenaran.. Prabowo orangnya seperti apa sih..misalnya.. Nah tapui
personal branding Prabowo subianto kan oleh beberapa media yang memihak
kubu calon presiden Jokowi, personal branding Prabowo itu tidak diperkenalkan
pada publik sebagai mana mestinya.. karena fungsi media tidak lagi sebagai
pencari kebenaran tetapi media sudah jadi partisan.. Bertemulah dua kondisi ini
113
(media sebagai pencari kebenaran dan media sebagai partisan) pada satu
saat..tamat langsung riwayat-nya Prabowo (Personal Branding Prabowo
Subianto tidak diberitakan sebagaimana mestinya)..gitu kalau menurut gua sih..”.
Masyarakat kita rata-rata pendidikannya rendah dan berpenghasilan rendah
pula.. Media memanfaatkan itu juga. Apakah kekalahan Prabowo Subianto di
pemilihan umum 2014 kemarin adalah karena diri Prabowo Subianto sendiri.
Berikut jawaban Informan Elizabeth :
“Untuk penyebab kekalahan Prabowo kemarin (saat pemilihan umum
presiden 2014) nggak bisa single faktor ya..karena kita belum membicarakan
tentang mesin politik-nya KMP (Koalisi merah Putih)..Politiknya KMP..itu kan
terlepas dari segala macem branding (Prabowo Subianto)..Mesin politik itu juga
penting..Mesin Politik itukan juga..menggunakan duit juga..segala macem.. Timnya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo) juga harus dilihat kinerjanya.. Seperti
di Papua..kenapa Jokowi bisa menang telak (saat pemilihan umum presiden
2014)..ya kan..kan mereka (Masyarakat Papua) nggak semuanya mengenal
Jokowi kan..sekarang aja mereka (masyarakat Papua) ditanya kenal Jokowi
nggak..?, belum tentu..”
“ Nggak maksudnya jadi nggak bisa untuk langsung menjawab kenapa
Prabowo kalah (dalam pemilihan umum presiden 2014) dengan satu sebab..
Sebabnya banyak..tapi kalau lu tanya emm..kenapa kemudian persepsi publik
tentang Prabowo itu eemm..apa Sebaga Pelanggar HAM (Prabowo Subianto),
terus Prabowo elit, ya menurut gua sih bisa jadi karena mungkin tim brandingnya
Prabowo itu udah berusaha ya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto)..tapi menurut gua sih, Prabowonya yang kagak mau di ubranding.. Dia
(Prabowo Subianto) nggak mau dibranding.. Dia (Prabowo subianto) mau apa
ya..dia (Prabowo Subianto) mau masyarakat melihat tingkat kewajaran Prabowo
Subianto yang personal ya..kalau yang aku tahu Prabowo itu lebih nyaman dan
lebi..Prabowo kan tadinya takut kalau sama wartawan..kalau ada wartawan
(Prabowo Subianto) jadi keras kan.. Karena sebenernya Prabowo takut sama
wartawan..makanya Prabowo jadi sensitif jadi cepet marah kalo ditanya oleh
wartawan..Prabowo jadi galak gitu kan..karena Prabowo takut sama wartawan..
Lama-lama ada beberapa wajah wartawan dia (Prabowo Subianto) kenal..jadi
Prabowo nyaman kan..terus Prabowo lebih nyaman lagi ketika Ical dengan TV
One..masuk dalam Kubu Prabowo Subianto untuk pilpres 2014..koalisi..karena
Ical punya TV One..Ical yang selalu memperkenalkan wartawan kepada Prabowo
Subianto..gitu..Ical yang sadar..gitu..”
“Prabowo tadinya nggak pernah..Prabowo itu pernah coba makan di kaki
lima..maksudku gini Prabowo itu suka makan di mana aja..jadi di satu sisi
114
memang Prabowo subianto itu elit..tapi di sisi lain dia itu kan bekas
tentara..(Prabowo Subianto) makan nasi bungkuspun udah biasa sebenernye die
(Prabowo Subianto)..cuman ya itu karena dia (Prabowo Subianto) kemana-mana
naik heli ya, kapan dia (Prabowo Subianto) ketemu masyarakat..?. Itu dia..tapi
kalau terpaksa (tampil apa adanya Prabowo Subianto) juga tidak jengah.. Biasa
aje..biar nongkrong di Warung itu Prabowo biasa aja..Wong kemarin itu waktu
Perayaan Hari Ulang tahunnya Prabowo, itu nggak ada wartawan waktu
itu..Cuma gua doang yang ada disana..itu dia (Prabowo subianto merayakan
ulang tahunnya dimana coba, di food court..hehehehehe..jadi nggak yang,
wah..biasa aja..dia (Prabowo subianto) menurut gue..itu udah nggak
peduli..bukan nggak peduli..(Prabowo Subianto) memandang materi itu bukan
faktor yang penting..karena dia (Prabowo Subianto) sudah punya kan..”
“Sehingga buat dia (Prabowo Subianto)..makan di hotel darmawangsa
atau mungkin Prabowo makan di Paris, sama Prabowo makan di food court
diSarinah itu kemarin waktu dia (Prabowo Subianto) merayakan ulang tahun..itu
bagi Prabowo sudah sama aja rasanya..buat dia (Prabowo subianto nggak yang
wahh..gua (Prabowo Subianto) makan di food court nih..nggak seperti itu..biasa
aja Prabowo..”
“Rasanya lebih prestige kalau aku (Prabowo Subianto) kalau makan di
hotel darmawangsa..nggak..ya buat dia kayaknya hal tersebut bagi Prabowo
Subianto nggak berpengaruh.. Prabowo nyantai-nyantai aja..ini ulang tahun
saya..Prabowo makan lahap..terus Prabowo enjoy pas dia (Prabowo Subianto)
ulang tahun kemarin tuh..Banyak orang bilang ke Prabowo kok makan di food
court sih..tapi Prabowo bilang enak nin enak..gitu..nah.. Kemarin (saat pemilihan
umum prseiden 2014) Prabowo Subianto sudah selamat karena da dukungan dari
Ical..karena dengan adanya Ical, kan ada TV One..nah (dukungan Ical) tersebut
sangat membantu Prabowo banget, karena dapat mengimbangi metro tv lah
ya..gitu..”
“Tapi memang media itu tidak adil..maksudnya ee..media..berpihak..lebih
banyak ke Kubu calon presiden Jokowi..daripada kubu Prabowo, akibatnya ya itu
tadi yang gua bilang.. Prabowonya tidak merasa butuh eh nggak merasa ingin
dibrandingkan, dan mediapun nggak suka sama dia (Prabowo Subianto).. ya
udah..mungkin si tim humasnya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
tim brandingnya Prabowo sudah punya konsep dan segala macem..tapi kalau
Prabowonya nggak mau (dipersonal brandingkan), atau kalau misalnya nggak
ada media yang bisa menyalurkan atau memberitakan terkait dengan personal
branding Prabowo Subianto gimana..?, Iya kan tetep harus ada alat kan..”
“Kalau dipetakan kemarin jawa pos ke Jokowi, Kompas Gramedia ke
kubu Jokowi, detik com dan transcorp di kubu Jokowi, jadi yang ke (media) yang
ke Prabowo cuman TV One sama Sindo..ya kan.. karena RCTI kan bukan
news..jadi ya eemm, apa sih namanya sosial media juga kalah banyak..sangat
sedikit sosial media yang mendukung Prabowo Subianto..jadi memang dari segi
115
jumlah media yang mendukung Prabowo, Prabowo kalah..gua nggak tahu kalau
misalnya dalam kondisi mana kalau kita ngomomngin pilpres kemarin perang
atau pertempuran, pasukan lawan misalnya tiga kali lipatnya kita, terus kita
punya strategi..nggak tahu ya kita menang dalam pertempuran ini.. Soalnya
Prabowonya juga biasa aja, nggak merasa.. tapi (Prabowo Subianto) sadar sih
bahwa dia (Prabowo Subianto) sadar bahwa media nggak berpihak ke dia
(Prabowo Subianto) dia (Prabowo Subianto) sadar..”.
Jika Prabowo Subianto ingin menang pada pemilihan umum presiden
2019, strategi komunikasi pemasaran politik apa yang diterapkan oleh tim media
dan komunikasi Prabowo subianto, terkait dengan Personal Branding Prabowo
subianto. Berikut jawaban Informan Elizabeth ;
“Sebaiknya sih eemm..kalau menurut saya ya..sebaiknya sih (tim media
dan komunikasi Prabowo subianto) mulai menyadarkan Prabowo..bahwa dia
(Prabowo Subianto)butuh personal branding..dimulai dari itu (strategi
komunikasi pemasaran politik terkait dengan personal branding Prabowo
subianto dalam menghadapi pemilihan umum presiden tahun 2019)..kalau
menurut saya ya.. Soalnya kalau itu Prabowonya sendiri nggak sadar-sadar atau
nggak mau (Prabowo subianto) ya percuma..mau mempersonal branding
Prabowo kayak apa juga (yang dilakukan oleh tim media dan komunikasi
Prabowo Subianto)..ya sama saja nggak berhasil kalau Prabowonya sendiri
nggak mau.. Nah kondisi sekarang (Pemerintahan Jokowi) kan gambling
nih..(banyak spekulasi).. Ngelihat Jokowi (Pemerintahan Jokowi) selama lima
tahun..apakah kalau segi branding kan..apakah brandingnya Jokowi lima tahun
ke depan menguat atau melemah..kita nggak tahu kan..kalau branding Jokowi
melemah ya Prabowo diuntungkan (jika Prabowo subianto mencalonkan dirinya
kembali presiden pada tahun 2019)..”
“Ya tergantung Prabowonya..kalau Prabowonya mau, mau apa sih
namanya personal branding masih mungkin Prabowo menang dalam pilpres
2019.. Tapi kalau nggak (Prabowo Subianto tidak mau dipersonal brandingkan
oleh tim media dan komunikasi Prabowo Subianto)mungkin nanti ya hasilnya
sama seprti pemilu presiden 2014 (Prabowo Subianto kalah lagi).. Karena itu
juga (faktor) pilpres 2019 bakalan lebih susah bagi Prabowo..karena Jokowi
memegang alat-alat negara kan ada di Jokowi sekarang..karena Jokowi
presidennya..nggak tahu dah kedepannya.. Tapi kalau terkait dengan strategi
komunikasi pemasaran politik terkait dengan personal branding ya kalau menurut
saya sih harus mulai dari apakah Prabowo mau dipersonal branding..gitu..”.
116
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014 Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah melakukan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik berupa
melakukan pendekatan
komplementer untuk mengukur produktivitas pemasaran.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam melaksanakan riset pemasaran dan
meramalkan permintaan pasar adalah sebagai berikut : Pemasar yang baik
menginginkan pemahaman yang membantu mereka menerjemahkan kinerja masa
lalu dan juga merencanakan kegiatan masa depan. Mereka memerlukan informasi
yang tepat waktu, akurat dan dapat ditindaklanjuti tentang konsumen, persaingan
dan merek mereka. Mereka juga harus sebaik mungkin membuat keputusan taktis
dalam jangka pendek dan keputusan strategi dalam jangka panjang. Usaha untuk
menemukan pandangan konsumen dan memahami aplikasi pemasarannya sering
117
menghasilkan peluncuran produk yang berhasil atau mendorong pertumbuhan
suatu merek. (Kotler,2013:100).
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto, apa saja yang dilakukan, dan strategi apa yang diterapkan.
Berikut jawaban Informan Taufan :
“Kan sebenernya begini..Pak Prabowo itu kan jarang muncul di media,
ya, di dulu-dulu (saat pemilihan umum presiden tahun 2004 dan tahun 2009), dan
sebelum-sebelumnya, itu udah, Nah saya (sebagai koordinator tim media dan
komunikasi) melakukan strategi komunikasi yang normatif aja, ya kan, jadi
bagaimana berhubungan dengan media, kemudian kalau ada event-event penting
ya Pak Prabowo, mempersiapkan jawaban-jawaban kalau ditanya wartawan, ya
kan, kemudian juga bagaimana menghandle (menangani) pemberitaan negatif
(terkait personal branding Prabowo Subianto), ya kan, bagaimana cara
menjawabnya, kemudian ya kira-kira begitulah, nggak ada hal yang luar biasa,”
“Karena Pak Prabowo itu orangnya dia bukan yang artis (suka diliput
oleh media) gitu, maksudnya yang gampang diatur, oh Bapak (Prabowo
Subianto) harus begini, Bapak (Prabowo Subianto) harus begitu, itu nggak bisa
dia (Prabowo Subianto), Misalnya lu harus, dia (Prabowo Subianto) bukan orang
yang suka bersandiwara, jadi dia (Prabowo Subianto) nggak mau, saya ya
Prabowo Subianto, (Prabowo Subianto) nggak suka yang gini-gitu yang begitu
loh (berlebihan dihadapan media), toh kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) bergerak dimana ya kan kegiatan capres kan juga banyak, koordinator
(tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) kan mengatur peliputan,
wawancara, apa sebenernya banyak banget..”.
Sisi kepribadian yang seperti apa yang hendak dimunculkan oleh Tim
Media dan komunikasi Prabowo Subianto, dalam menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik. Berikut jawaban Informan Taufan :
“ee..sebenernya kita (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto),
nggak memunculkan apa yang nggak ada, Brandingnya (Prabowo Subianto) aja
yang kita perkuat, dia (Prabowo Subianto) tegas ya kan, merakyat, baik hati, itu
aja (Personal Branding) tersebut yang kita perkuat aja..gitu jadi (Personal
Branding Prabowo Subianto) yang tegas, baik hati, dan merakyat, kan gitu..(yang
diterapkan dalam melakukan Strategi Komunikasi pemasaran Politik).. (Personal
Branding Prabowo Subianto) yang merakyat itu maksudnya dengan rakyat dia
(Prabowo Subianto) itu nggak ada masalah..gitu..”.
118
Personal Branding Prabowo subianto yang dekat dengan rakyat
diwujudkan dalam bentuk apa dalam menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik, oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto. Berikut jawaban
Informan Taufan :
“Kan dia (Prabowo Subianto) roadshow ke semua wilayah kan..memang
kan ada kesan oh Pak Prabowo ee..naik helikopter masak deket dengan rakyat
gitu kan..tapi dengan waktu yang pendek kan harus dilakukan..(naik helikopter)..
(Prabowo Subianto) mengunjungi pesantren-pesantren, nah gitu laoh..itu kan
yang kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) lakukan.. Kemudian,
dia (Prabowo Subianto) sebagai Penasehat Asosiasi Desa, ya kan..atau apa ya,
itu kan dia (Prabowo Subianto) roadshow ke berbagai desa, dan dia (Prabowo
Subianto) kemah juga..kemah di desa..ya kan..biar memperkuat branding itu
(Personal Branding Prabowo Subianto yang dekat dengan rakyat)..dan
memperkuat branding kerakyatan itu..ya kan..”.
Terkait dengan Pemilihan Umum Presisden 2014 kemarin, tinggal dua
calon presiden, Prabowo Subianto dan Jokowi. Bagaimana Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto terkait dengan
Personal Branding Prabowo Subianto, dengan melihat sebagian Masyarakat
Indonesia yang berpendidikan rendah dan kehidupan rakyat yang tidak sejahtera,
apa kendala yang dihadapi oleh tim media dan komunikasi Prabowo Subianto.
Berikut jawaban Informan Taufan :
“Dalam waktu yang pendek pasti agak susah (tim media dan komunikasi
Prabowo Subianto melakukan strategi komunikasi pemasaran politik terkait
dengan personal branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum Presiden
2014)..ya kan karena kita kan mengedukasi (masyarakat Indonesia yang
berpendidikan rendah dan berpenghasilan rendah) ya kan..dengan, mengedukasi
masyarakat kan nggak gampang, misalnya pilihlah orang yang tepat, semua
orang bilang pilihlah orang yang tepat kan, jadi bingung kan (mengedukasi
masyarakat).. Tapi sebenernya dari penampilan (Prabowo Subianto) atau dari
debat capres, Bapak (Prabowo Subianto) kan sebenernya harusnya orang bisa
menilai (Prabowo Subianto) kan, tapi ya kalau menurut teori kan kalau misalnya
119
rakyat ingin presidennya seperti apa atau ingin pemimpinnya seperti apa, kita
akan tahu rakyatnya kira-kira seperti apa, kan gitu..ya kan..”.
Konkritnya bagaimana Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
dalam menerapkan Strategi Komunikasi Politik terkait dengan Personal Branding
Prabowo Subianto, untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat dan
mengedukasi masyarakat bahwa Prabowo Subianto adalah presiden yang pantas
untuk memimpin Indonesia. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya itu kan kita kan punya tools (alat) dua..satu relawan ya kan, yang
kedua partai (Gerindra) kan, itu kan mereka (relawan Prabowo Subianto dan
Partai Gerindra)
bergerak, kampanye sendiri-sendiri kan, untuk
memproklamirkan atau mengedukasi rakyat bahwa Pak Prabowo adalah presiden
yang tepat untuk memimpin rakyat Indonesia misalnya..ya kan itu aja begitu
(relawan Prabowo Subianto dan Partai Gerindra bergerak melalui kampanye
masing-masing). Kemudian ee..kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) ada layar tancap keliling juga, ya kan untuk mendekatkan Prabowo
Subianto dengan rakyat, bersama rakyat kita (Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto) juga mendirikan layar tancep bersama, hampir dii seluruh
daerah..terutama di jawa lah yang lebih (dapat menerima Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik Prabowo Subianto melalui Layar Tancap dan mempersonal
brandingkan Prabowo subianto yang dekat dengan rakyat)..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah melakukan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik dengan menciptakan nilai, kepuasan dan
loyalitas pelanggan. Pelanggan dalam hal ini masyarakat sebagai calon pemilih
dan pendulang suara bagai Calon Presiden Prabowo Subianto.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
120
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menciptakan nilai, kepuasan dan
loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut : Dewasa ini, perusahaan menghadapi
era persaingan yang paling hebat. Meskipun demikian, dengan beralih dari filosofi
produk dan penjualan ke filosofi pemasaran holistic, perusahaan akan
mendapatkan peluang yang baik untuk memenangkan persaingan. Dasar dari
orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik adalah hubungan dengan
pelanggan yang kuat. Pemasar harus berhubungan dengan pelanggan –
menginformasikan, melibatkan diri dan mungkin bahkan mendorong mereka
proses tersebut. John Chambers, CEO Cisco Systems, mengungkapkannya dengan
baik ketika ia menyarankan untuk “Membuat pelanggan anda menjadi pusat
budaya anda”. Perusahaan yang berpusat pada pelanggan mempunyai keahlian
dalam membangun hubungan pelanggan, bukan hanya produk, mereka ahli dalam
rekayasa pasar, bukan hanya dalam rekayasa produk. (Kotler,2013:133).
121
Apakah goals atau tujuan Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum
Presiden 2014 hanya untuk menang dan menjadi Presiden Indonesia. Berikut
jawaban Informan Taufan :
“Dia (Prabowo Subianto) itu, ada beberapa hal pada dirinya (Prabowo
Subianto) yang saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) tidak
setuju.. Kan ibarat perang itu kan tujuannya atau goalnya kan untuk meraih
kemenangan..ya kan..sementara Pak Prabowo itu lebih kepada ya udah nanti
terserah rakyat bagaimana ya kan memilih (Prabowo Subianto).. Ya kan, padahal
rakyat kan belum sempat kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
kita edukasi semuanya..waktunya pendek kan (pemilihan umum presiden
2014)..gitu..”
“Nah saya menilai, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan, yang
bisa membuat, apa sounding (menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto) lebih besar pada
masyarakat.. Tapi kan Pak Prabowo orangnya ya udahlah ee..kita (Prabowo
Subianto) coba perbaiki bangsa lewat edukasi, jadi lebih, lebih banyak apa
edukasi (Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto, terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto pada
Pemilihan Umum Presiden 2014.. Kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) itu mengedukasi..jadi agak ilmiah (menerapkan Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto)..gitu..”.
Dengan kepribadian Prabowo Subianto yang Negarawan dan cita terhadap
Negara Indonesia, apakah Prabowo Subianto ingin mewarnai proses demokrasi ini
melalui pendewasaan berdemokrasi melalui cara mengedukasi masyarakat
tersebut. Berikut jawaban Informan Taufan ;
“Oh iya Pak Prabowo sudah punya blueprint bagaimana membawa
bangsa ini kemana itu loh..dan itu disiapkan oleh ahli-ahli (Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto) gitu loh..ya kan..melalui pemikiran profesorprofesor..pakar-pakar..jadi itu (Konsep Edukasi bagaimana membawa Bangsa
Indonesia di masa depan) itu sudah disiapkan secara rinci dan detail oleh
Prabowo Subianto gitu..bagaimana membawa Indonesia itu mau ke mana gitu
loh..nggak bingung (Prabowo Subianto sudah siap dengan Konsep Edukasi) itu..”
122
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah melakukan
empat proses psikologi utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu
motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menganalisis pasar konsumen adalah
sebagai berikut : Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pelanggan sasaran dengan cara yang lebih baik daripada para
pesaing. Pemasar selalu mencari kemunculan tren pelanggan yang menunjukkan
peluang pemasaran baru. Misalnya, membuat pemasar memikirkan kembali
praktik mereka. (Kotler,2013:165).
Sejarah Prabowo Subianto dalam menuju cita-citanya untuk menjadi
presiden amat panjang. Tahun 2004 Prabowo Subianto gagal dalam Konvensi
123
Partai Golkar, kemudian pada Tahun 2009 Prabowo Subianto menjadi calon wakil
presiden Megawati Soekarnoputri dan kalah, Prabowo Subianto sudah dua kali
kalaha, pada pemilihan umum presiden 2014 mengapa Prabowo Subianto masih
ingin mengedukasi masyarakat, sedangkan yang dibutuhkan adalah penerapan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding
Prabowo Subianto, agar lebih dikenal oleh rakyat. Berikut jawaban Informan
Taufan :
“Pak Prabowo bilang tahun ini (2014) permintaan (pada Pak Prabowo
Subianto untuk menjadi presiden) begitu banyak..ya kan..dan menurut beliau
(Prabowo Subianto), ini pertarungan saya (Prabowo Subianto) yang
terakhir..gitu aja..ya kan..permintaan (pada Pak Prabowo Subianto untuk
menjadi presiden) dari Partai Gerindra dan Partai non Gerindra juga banyak,
teman-teman Pak Prabowo juga banyak yang meminta Pak Prabowo
mencalonkan diri sebagai presiden, sehingga ya gimana gitu (Prabowo Subianto
melaksanakan permintaan untuk menjadi calon prseiden tersebut) begitu..
Dengan bismillah Pak Prabowo bilang okelah dia (Prabowo Subianto) maju
(dalam pemilihan umum presiden 2014)..”.
Pada pemilihan umum legislatif 2014 Partai Gerindra naik tiga kali lipat
dibandingkan perolehan suara Partai Gerindra pada Pemilihan Umum Legislatif
2009. Momentum ini bahwa Personal Branding Prabowo Subianto sama Gerindra
dan Gerindra sama dengan Prabowo Subianto. Bagaimana Prabowo Subianto
mempersiapkan dirinya dalam pemilihan umum presiden 2014. Kesempatan
terakhir Prabowo Subianto untuk mencalonkan diri sebagai presiden seharusnya
adalah menang, goals-nya adalah menang. Mengapa masih mengedukasi
masyarakat dan tidak secara all out menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto. Berikut jawaban
Informan Taufan :
124
“Ya memang semua orang juga (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) pasti menang kan..termasuk Pak Prabowo pasti goalsnya juga menang
kan.. Tapi kan Pak Prabowo kan nggak sendirian kan..itu tadi Pak Prabowo itu
didukung oleh timnya sendiri..ya mungkin termasuk saya kan ( Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto)..kemudian ee..partai.. Partai Gerindra..ya
kan..Partai Non Gerindra..ya kan kemudian mungkin ada lagi Relawan juga ya
kan..itu..kan semua faktor ini (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto,
partai gerindra, Partai Non Gerindra) juga menentukan..ya kan..kemudian Media
kan (yang berperan dalam pencalonan Prabowo Subianto sebagai presiden)..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah
melaksanakan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik yaitu melalui Tahap Fase
Pembelian. Tahap fase pembelian dalam konteks komunikasi pemasaran politik
bermakna bahwa calon pemilih memberikan apresiasi terhadap usaha Prabowo
Subianto dalam memperkenalkan program-programnya jika kelak Prabowo
Subianto menjadi presiden.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
125
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menganalisis pasar bisnis sebagai
berikut : Organisasi bisnis tidak hanya menjual, mereka juga membeli banyak
bahan mentah, komponen manufaktur, pabrik dan peralatan, pasokan, dan layanan
bisnis. Di AS sendiri saja ada lebih dari 6 juta bisnis dengan karyawan yang
digaji. Untuk menciptakan dan menangkap nila, penjual harus memahami
kebutuhan, sumber daya, kebijakan dan prosedur pembelian organisasi ini.
(Kotler,2013:199).
4.3.1.3. Perencanaan Strategis Komunikasi Pemasaran Politik
Apakah Prabowo Subianto pernah meminta kepada Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto untuk mempersonal brandingkan dirinya. Berikut
jawaban Informan Taufan :
“Secara oral..Beliau (Prabowo Subianto) ngomong langsung ke saya (Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)..tetapi saya sebagai media center
tahu diri..ya kan..untuk ngasih tahu begini begitu – begini begitu (Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding pada Prabowo
Subianto).. Permintaan dari Pak Prabowo ada yang ditampung (oleh tim media
dan komunikasi Prabowo subianto, ada yang nggak juga (dilaksanakan oleh Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)..gitu..karena Pak Prabowo kan nggak
pengen, diprsonal brandingkan dan Pak Prabowo nggak pengen pencitraan juga
itu masalahnya.. Jadi personal branding (Prabowo Subianto) yang dalam tanda
kutip dibuat-buat, misalnya harus begini begitu- harus begini begitu, (yang
dibuat-buat), dia (Prabowo Subianto) ya begitu nggak suka sesuatu yang dibuatbuat..begitu..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah
melaksanakan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik yaitu
Segmen Pasar.
Mengidentifikasi
126
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengidentifikasi segmen dan target
pasar adalah sebagai berikut : Perusahaan tidak dapat berhubungan dengan semua
pelanggan di pasar yang besar, luas atau beragam. Tetapi mereka dapat membagi
pasar seperti itu menjadi kelompok konsumen atau segmen dengan kebutuhan dan
keinginan berbeda. Kemudian perusahaan harus mengidentifikasi segmen pasar
mana yang dapat dilayaninya dengan efektif. Keputusan ini memerlukan
pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen dan pemikiran strategi yang
seksama. Untuk mengembangkan rencana pemasaran terbaik, manajer harus
memahami
apa
yang
membuat
setiap
segmen
unik
dan
berbeda.
(Kotler,2013:227).
Bukankah Personal Branding melalui Komunikasi Pemasaran Politik itu
untuk menang. Berikut jawaban Informan Taufan.
127
“Ya bener memang harusnya begitu, tapi Pak Prabowo nggak mau lebay
gitu loh..ya nggak mau lebay (Prabowo Subianto).. Jadi dia (Prabowo Subianto)
nggak mau menampilkkan yang bukan dan yang tidak biasa dilakukannya
(Prabowo Subianto)..misalnya (Prabowo Subianto) makan di Warteg nih..ya dia
(Prabowo Subianto) kalau thau itu dishoot TV (diliput) TV artinya pencitraan
kan, jadi dia (Prabowo Subianto) nggak mau., Kan dia (Prabowo Subianto)
nggak pernah makan diWarteg, karena memang Pak Prabowo nggak pernah
makan di Warteg..kecuali ada kepentingan (Prabowo Subianto) untuk menyapa
rakyat misalnya.. Tapi kalau (Prabowo Subianto) dishoot atau diliput oleh media
Pak Prabowo nggak mau.. Saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
pernah kok mau menolong seorang anak dibawah umur, yang disiksa oleh pacar
ibunya.. di daerah Pluit.. Dia (Prabowo Subianto) mau nolong..dalam hati Pak
Prabowo ingin nolong cuma Pak Prabowo nggak mau ada pemberitaan (oleh
media)..”
“Kan padahal (personal branding) menurut saya kan penting..ya
kan..apa yang dilakukan (oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
saya kirim wartawan juga..tapi dia (Prabowo Subianto) kemudian marah-marah
cariin saya (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto)..ya kan..itu karena dia
(Prabowo Subianto) hanya mau menolong aja gitu loh..la itu bedanya itu loh
(Penerapan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik oleh Tim media dan
Komunikasi Prabowo Subianto terkait dengan Personal Branding Prabowo
Subianto dengan Keinginan Prabowo sendiri yang tidak ingin diliput oleh
wartawan).. ya itu bedanya kan(dibandingkan dengan calon presiden lain yaitu
Jokowi yang selalu senang jika diliput media).. Sekarang kan kalau (Prabowo
Subianto) nolong saat Kampanye, kan perlu dipublikasi sebenarnya..ya
kan..hehehe..kan itu (Prabowo Subianto menolong orang lain) juga alamiah..gitu
loh..tapi Pak Prabowo nggak mau diliput sama media..”
“Pernah lagi misalnya yang saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) alami..ada Seniman susah..ya kan..kakinya (Seniman) luka dan dia
(Seniman) harus ditolong..cara nolongnya gimana ya dengan cara membeli
lukisannya..karena Seniman itu sudah datang ke Jokowi (untuk menawarkan
lukisan)..datang juga ke Pak Dahlan..ke Pak Ahok juga..nggak ada yang mau beli
lukisan Seniman tadi.. Akhirnya apa yang dilakukan oleh Seniman tadi..ke Pak
Prabowo..ya terus Pak Prabowo beli kan..tapi dia (Prabowo subianto) juga
nggak mau dipublikasi..(bantuan Prabowo Subianto untuk Seniman
tersebut)..akhirnya apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo..saya (tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto) yang disuruh ini ngasih (bantuan ke
Seniman)..bukan Pak Prabowo sendiri yang ngasih (bantuan ke Seniman).. Itu
yang pertama..terus yang kedua, ini Pak Raden nih..ini Pak Raden..cerita tentang
Pak Raden, yang barusan.. Kemudian yang kedua..ini ada teater anak-anak yang
akan pergi ke India..untuk mengikuti festival..ini pimpinannya Jose Rizal yang di
TIM (Taman Ismail Marzuki) itu loh..”
128
“Itu pas dia (teater anak-anak) lagi ada acara apa gitu Pak Prabowo ada
disana..kemudian Pak Prabowo denger kok ada aktifitas..pas Pak Prabowo lihat
oh ada anak-anak yang mau itu berangkat ke India.. Dia (Prabowo subianto) ikut
menyumbang juga..tapi Pak Prabowo nggak mau juga dipublikasi..saya (tim
media dan komunikasi Prabowo Subianto) juga yang ngasih..angkanya
(sumbangan untuk teater anak-anak) signifikan sekali..besar sumbangannya..
Saya (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) yang ngasih.. Bantuan Pak
Prabowo untuk Pak Raden itu sekitar lima puluh juta..sedangkan bantuan untuk
teater anak-anak itu bantuan Pak Prabowo dua ratus juta..ya saya (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) juga yang inikan (memberikan pada orangorang yang membutuhkan bantuan Prabowo Subianto) gitu loh.. Padahal itu
(Tindakan Prabowo subianto yang memberikan bantuan pada orang-orang yang
membutuhkan bantuannya dengan nominal yang besar) menurut saya (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) kalau diblow up luar biasa (diliput oleh
media dan disiarkan atau ditayangkan di TV ketika Prabowo Subianto sendiri
yang memberikan sumbangan ) kan cantik gitu loh (Personal Branding Prabowo
Subianto)..tapi Pak Prabowo nggak mau diliput..Pak Prabowo enggan
tindakannya tadi dipublikasi oleh media..”
“Jadi begitulah..Pak Prabowo ya kan..tapi bukan berarti kita (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) kemudian nggak ada berita kan..terkait
bantuan Pak Prabowo tadi.. Ya udah..saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) yang jadi selebritis..ya kan..jadi diberitakan..gitu loh.. Tapi kan
judulnya tetep (pemberitaan di media) Prabowo Kasih Sumbangan Ini (judul di
Media yang memberitakan)..cuman nggak ada gambar Pak Prabowo saat
memberikan sumbangan..kadang yang dibertiakan di media ada foto Pak
Prabowo tapi statement dari saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto)..ya kan..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah menerapkan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik yaitu dengan Menciptakan Ekuitas Merek
atau Brand. Brand dalam konteks komunikasi pemasaran politik ini yaitu adalah
Personal Branding Prabowo Subianto.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
129
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menciptakan ekuitas merek adalah
sebagai berikut, bahwa Inti merek yang berhasil adalah produk atau jasa yang
hebat, didukung oleh perencanaan yang seksama, sejumlah besar komitmen
jangka panjang dan pemasaran yang dirancang dan dijalankan secara kreatif.
Merek
yang
kuat
menghasilkan
loyalitas
konsumen
yang
tinggi.
(Kotler,2013:257).
Terkait dengan media darling kalau dibandingkan dengan Jokowi yang
selalu ada gambarnya saat diliput media dan dirinya sendiri yang memberikan
statement kepada media, secara langsung masyarakat langsung mengenal calon
presidennya. Sedangkan kalau Prabowo Subianto seringkali tidak mau dipulikasi
atas tindakannya yang baik padahal hal tersebut mendukung Personal Branding
Prabowo Subianto sendiri, bagaimana sebenarnya keinginan Pak Prabowo dan
bahagaimaan tim media dan komunikasi Prabowo Subianto mengakomodir
maksud Prabowo Subianto tersebut. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Kalau Pak Jokowi itu saya atur itu gampang banget..(saat Taufan
menjadi tim media dan komunikasi Jokowi pada pemilihan gubernur DKI
Jakarta)..kan saya mantan koordinatornya (tim Jokowi), Pak Jokowi saya suruh
nyemplung, nyemplung, saya suruh apa juga nurut, Pak Jokowi saya arahkan
130
untuk jawab ke media, Pak Jokowi dia ngikut (arahan tim media Jokowi ditaati
dan dilakukan oleh Jokowi), makan dimana aja Jokowi ikut, makan dimana aja
Pak Jokowi ikut, sama wartawan padahal Pak Jokowi makannya (satu meja
dengan wartawan), kayak gitu..karena memang Pak Jokowi memang begitu gitu
loh..maksudnya memang nggak masalah..memang Pak Jokowi dia biasa begitu
juga kan..”
“Nah sementara yang paling gampang dari sisi Komunikasi menurut saya
tentang Vox Populis atau Media Darling itu ya bikin yang seperti itu kan (Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding yang dekat
dengan masyarakat dan media).. Nah masalahnya dalam persepsi itu (Personal
Branding yang memperkenalkan siapa dirinya sebenarnya) kalau menurut Pak
Prabowo nggak alamiah..terlalu pencitraan..lebaylah..(menurut Prabowo
Subianto)..menurut Pak Prabowo terlalu di buat-buat..itu..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah menerapkan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik dengan Membentuk Positioning Merek
atau Brand. Positioning Merek atau Brand dalam konteks komunikasi pemasaran
politik ini adalah Personal Branding Prabowo Subianto.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
131
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut Kotler (2013) bahwa untuk membentuk positioning merk tidak
ada perusahaan yang dapat menang jika produk dan jasanya tampak seperti semua
produk dan penawaran lain. Sebagai bagian proses manajemen merek strategi,
setiap penawaran harus mempresentasikan ide besar yang menarik dan
meyakinkan di dalam pikiran pasar sasaran. (Kotler,2013:291).
Apakah pernah Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
mempersuasi Prabowo Subianto untuk bersedia lebih terbuka pada media terkait
dengan Personal Branding Prabowo Subianto sendiri agar lebih dikenal oleh calon
pemilihnya. Bahwa caranya supaya dicintai oleh media, untukmenjadi media
darling itu caranya begini, karena dengan personal branding yang kuat akan
membuat Prabowo Subianto sendiri menjadi media darling. Berikut jawaban
Informan Taufan :
“Oh bukan hanya itu (usaha tim media dan komunikasi Prabowo Subianto
untuk mempersuasi Prabowo Subianto agar bersedia memperkenalkan dan
mempublikasikan personal barndingnya pada publik dan media).. Chief editor
meeting aja pernah saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
lakukan..pertemuan semua pemimpin redaksi media pernah saya lakukan..mereka
(para pemimpin redaksi) tersebut ngobrol dengan Pak Prabowo..ya kan..kasih
masukan (Pemimpin redaksi media) pada Pak Prabowo.. Jadi kan bukan saya
(Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) lagi yang kasih masukan ke Pak
Prabowo..artinya bukan hanya saya (tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto) saja yang kasih masukan..tapi para pemimpin redaksi selurh media
memberikan masukan pada pak Prabowo..”
“ Dan di depan mereka (para pemimpin redaksi media) juga apa
adanya..bilang kepada mereka begitu (tentang apa yang diinginkan media
terhadap sosok Prabowo Subianto)..saya (tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto) ya bilang gitu..ke para pemimpin redaksi media tersebut kalau Pak
Prabowo nggak suka dengan yang dibuat-buat (Pencitraan semata dan Personal
Branding tentang Prabowo Subianto sendiri).. Tapi Pak Prabowo bilang kan saya
132
ya saya..kalau memang Tuhan sudah berkehendak (Prabowo Subianto jadi
Presiden Indonesia) nggak ada masalah gitu loh.. Jadi dia (Prabowo Subianto)
nggak mau pencitraan yang lebaylah..intinya begitu..ya ketika itu saat pertemuan
denganpemimpin redaksi Pak Prabowo nggak mau yang seperti itu (Pencitraan
dan Personal Branding dirinya dipublikasi oleh media)..”.
Jika Prabowo Subianto pernah mengatakan kalau bukan sekarang kapan
lagi kalau bukan kita siapa lagi. Artinya seharusnya Prabowo Subianto mematuhi
dan melaksanakan apa yang yang telah dirancang dan direncanakan oleh Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto terkait dengan Personal Brandingnya
sendiri, Berikut jawaban Informan Taufan :
“Iya kan kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) tetap
membuat apa ee..publikasi Pak Prabowo..semaksimal mungkin ya kan..dengan
kondisi yang ada (Keengganan Prabowo Subianto untuk mempublikasikan
Personal Branding Prabowo Subianto sendiri)..ya kan..dan itu (Strategi
Komunikasi Prabowo Subianto terkait dengan Personal Branding Prabowo
Subianto) sebenernya nggak begitu susah (kinerja tim media dan komunikasi
Prabowo subianto), karena setuiap hari juga kan juga ada kegiatan (publikasi
Prabowo Subianto) ya kan..ada kemudian yang ada di TV (Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik oleh tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) liputan
seperti itu (yang memperkenalkan Prabowo Subianto), kita juga ada kan
wawancara setiap hari..nggak setiap hari maksud saya tetap ada wawancara
terhadap saya (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) yang menjelaskan
tentang aktifitas Pak Prabowo..”
“Ya itulah yang bisa dimaksimalkan..(Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto).. (Personal
Branding Prabowo Subianto) melalui Media Sosial kita (tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto) maksimalkan juga..ya kan untuk mengimbangi itu
kan (Keengganan Prabowo Subianto untuk mempublikasikan Personal Branding
Prabowo Subianto sendiri)..gitu kan..”
“Kita (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) sudah maksimal
terus third parties opinion leader 9strategi komunikasi pemasaran politik tim
media dan komunikasi Prabowo Subianto) juga mengcover kekurangankekurangan seperti itu (Personal Branding Prabowo Subianto yang kurang
dikenal oleh masyarakat).. Third parties opinion leader misalnya ada
pengamat..ya kan terus sayap-sayap organisasi kita (Partai Gerindra) yang kita
(Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto), kita push (dorong) terus untuk
ngomong (memperkenalkan Personal Branding Prabowo Subianto)..gitu..ya kan
133
untuk kampanye (pemilihan umum presiden 2014)..supaya mendukung personal
brandingnya Pak Prabowo..begitu..”
“Ini (Strategi Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal
Branding Prabowo Subianto) kan kerja tim ya..padahal waktu saya masuk
(sebagai koordinator tim media dan komunikasi Prabowo Subianto, itu kan mas
tahu sendiri kondisinya (Personal Branding Prabowo Subianto yang kurang
dikenal oleh masyarakat), hampir minus, bukan hampir tapi sudah minus..ya kan
ketika saya (sebagai koordinator tim media dan komunikasi Prabowo Subianto),
minus elektabilitas Pak Prabowo berdasarkan survei berbagai lembaga survei..
Ya kan begitu ada serangan negatif ke Pak Prabowo nggak ada counter (dari Tim
Sukses Prabowo Subianto).. Gitu ya dan memang Pak Prabowo dengan media,
dia (Prabowo Subianto) udah kurang tertarik (dengan media) karena mungkin
Pak Prabowo mempunyai pengalaman buruk terkait dengan pihak media dan
pemberitaan media..”
“Ya kan sebelum saya masuk (sebagai koordinator tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto), elektabilitas Pak Prabowo minus kan.. Ya kalau
dari sisi kita (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) ya optimal dan
hasilnya luar biasa (dalam menerapkan strategi komunikasi pemasaran politik
terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto).. Yang semula Pak
Prabowo dalam berbagai lembaga survei elektabilitasnya sebagai calon presiden
itu minus, menjadi naik elektabilitasnya Pak Prabowo..dari sisi elektabilitas Pak
Prabowo dan dari sisi Publikasi kami (tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto) merasa sangat berhasil.. Tapi itu saja (dengan berbekal elektabilitas
Prabowo subianto yang naik) nggak cukup kan..itu kerja tim antara Partai
(Gerindra), ya kan, Relawan (Prabowo Subianto), Partai Gerindra dan Partai
Non Gerindra..ya kan..dan itu sudah kerja tim semua (Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto), ya
kan..begitu..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah melakukan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik yaitu pemahaman yang mendalam tentang
pesaing.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
134
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Menurut
Kotler
(2013) bahwa
untuk
menghadapi persaingan
:
Pembangunan merek yang kuat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
pesaing dan persaingan tumbuh kian keras setiap tahun. Persaingan baru datang
dari semua arah-dari pesaing global yang ingin menumbuhkan penjualan di pasar
baru: dari pesaing online yang mencari cara yang efisien biaya untuk memperluas
distribusi; dari label pribadi dan merek toko yang dirancang untuk memberikan
alternative harga murah; dan dari perluasan merek yang dilakukan merek-merek
besar dan kuat yang meningkatkan kekuatan mereka untuk bergerak ke kategori
baru. Salah satu cara yang baik untuk memulai menghadapi persaingan adalah
melalui program pemasaran yang dirancang secara kreatif dan dilaksanakan
dengan baik. (Kotler,2013:319).
4.3.2. Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014
Untuk menjawab pertanyaan dalam penelitian ini tentang bagaimana
Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014, penulis
menggunakan hasil wawancara, observasi dan menganalisanya dengan teori.
135
Berikut adalah beberapa kutipan wawancara yang didapat oleh penulis dari
Informan. Penulis telah mengelompokkan beberapa kutipan wawancara dari
beberapa Informan dimana jawaban Informan tersebut saling berkaitan antara
yang satu dengan yang lain sehingga mendukung jawaban dari pertanyaan yang
diajukan oleh penulis pada Informan.
4.3.2.1. Menanggulangi Rintangan Personal Branding
Berikut pendapat dari Informan Dewi, Pakar Komunikasi Politik, tentang
bagaimana Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014.
“Sudah bagus-sudah bagus..,personal brandingnya sudah bagus.. Itu
terbukti dari dukungan suara yang tidak jauh berbeda dari keterpilihan jokowi
kan..,cuman apapun yang terjadi di politik kan harus ada yang menang dan kalah
kan, dan nyatanya dia kalah..” .
Selama penulis melakukan tugas liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, dalam memperkenalkan Personal Branding Prabowo Subianto,
Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah menanggulangi rintangan
aksesibilitas.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
136
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014.
Dalam komunikasi pemasaran menurut Kotler, yang menegaskan bahwa
langkah mengubah inti produk yang berwujud konsep ke dalam wujud fisik .
Perhatian utama pada tahap ini diarahkan pada ciri-ciri produk seperti mutu, ciri
khas, corak atau gaya, merek serta kemasan. Banyak yang harus diperhatikan
tentang mutu produk politik, mulai dari mutu pembicaraan para tokoh politik,
sampai pada hal teknis seperti mutu cetakan logo partai. Ciri khas, gaya, merek,
serta kemasan produk merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Para pemilih
akan mudah mencoblos tanda gambar partai yang memiliki ciri, gaya, dan merek
yang khas, di bilik suara, dibandingkan dengan memilih partai yang identitasnya
tidak tegas dan memiliki kemiripan dengan partai-partai lain. Ciri khas ini tidak
saja menyangkut identitas partai seperti pada logo, namun juga lebih abstrak
seperti pada ciri khas yang dimiliki oleh tokoh-tokoh utama partai.
Langkah berikutnya yang perlu ditangani berkaitan dengan konsep produk
adalah politik sebagai produk yang disempurnakan. Terdapat keterangan yang
sangat relevan untuk menjadi perhatian para tokoh dan pemasar politik tentang
konsep pelayanan purna jual serta jaminan. Konsep ini tidak asing dalam dunia
bisnis, tetapi masih jarang diperhatikan oleh para pemimpin partai. Para pemilih
sebenarnya sama dengan konsumen, mereka menginginkan kepastian apa yang
akan mereka dapat di masa yang akan datang setelah mereka mendukung partai
tertentu. Apakah partai serta tokoh-tokohnya akan benar-benar menjalankan
kebijakan sesuai dengan yang dijanjikan dalam kampanye, jika mereka kelak
137
berkuasa, karena pada kenyataannya banyak tokoh yang segera lupa atau
melupakan apa saja yeng telah mereka janjikan saat kampanye pemilu
berlangsung. Inkonsistensi ini dapat menimbulkan kekecewaan mendalam bagi
para pendukungnya.
Promosi sebagai salah satu elemen bauran pemasaran memiliki bauran
tersendiri, yang terdiri atas periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), penjualan pribadi (personal selling), serta publisitas (publicity).
Komunikasi pemasaran seringkali disamakan dengan rangkaian kegiatan promosi
dalam kegiatan pemasaran, oleh karena itu komunikasi pemasaran wujud
utamanya adalah aktivitas periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, serta
publisitas.
Berikut kutipan wawancara dengan Wartawan dari Media TV, Informan
Mulya, tentang Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum
2014 :
“Ya itu pertama dari nasionalisme itu ya, kan rakyat tahunya kan
nasionalismenya tinggi, tegas ya kan itu rakyat lihatnya dari situ ya kan dari
media center-nya itu nggak-nggak nggangkat prabowo-nya, jadinya
gitu..,kuranglah-kurang dari segi media-nya.. Yang harusnya tim media dan
komunikasi
lakukan
adalah
keterbukaan..keterbukaan..pendekatan..pada
wartawan sebenernye.. Kalau wawancara langsung sama dia (Prabowo) susah
kan dia itu..Wawancara tentang..dia nggak menjawab soal pelanggaran HAMnya dia secara langsung itu nggak.. Kita dapat jawaban ya dari orang-orang
dekat-nya dia yang kita tahu..bukan secara langsung dari dia..itu pertama, itu kan
yang paling banyak diomongin kan soal pelanggaran HAM kan sebener-nya..
yang pertama itu dari dia, dari situ (persoalannya)..”
“Yang paling nggak mau (membahas tentang Pelanggaran HAM) ya
Prabowonya sendiri sih, sebener-nye soalnya nggak terbuka dia menjelaskan
tentang pelanggaran HAM itu nggak ngomong langsung.. Sebenernya yang
dituntut (oleh masyarakat) kan itu kan..dia bertanggung jawab atau nggak..dia
nyulik apa nggak gitu kan.. nggak ada..nggak ada dia ngomong langsung
itu..mungkin dia udah bosen..udah bosen.. itu kan cerita lama menurut dia nggak
138
usah dibukak-bukak..tapi kan masyareakat kepengen tahu..dari omongannya dia
sendiri..gitu sih..”.
Saat muncul pertanyaan dari peneliti apakah Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto telah melakukan persuasi kepada Prabowo Subianto untuk
lebih terbuka kepada media dan menjelaskan langsung pada media, berikut
jawaban Informan Mulya :
“Nah itu dia kalo kita mau mengajukan pertanyaan itu ya dibatasin
gitu..mungkin sangat hati-hati ya..nggak mau ya dari Tim Media-nya itu dibatasin
soal ngomong itu.. Soal ngomong pelanggaran HAM itu salah satunya kan itu..
Ya itu dibatasin.. ya mungkin karena akan ngurangin suara-nya dia (Prabowo
Subianto)..nggak tahulah..pokoknya dibatasin.. Khawatir-nya ngurangin
perolehan suara kalau ngomongin soal itu..”.
Saat muncul pertanyaan dari peneliti jika yang dibutuhkan oleh
masyarakat calon pemilih adalah keterbukaan, maka jika Prabowo Subianto
sendiri secara langsung menceritakaan kepada publik soal keterlibatannya dalam
peristiwa Mei 1998 yang merupakan pelanggaran HAM, apakah hal ini akan
menunjang perolehan suara Prabowo Subianto dan bahkan dapat memenangkan
Praboweo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia, berikut jawaban
Informan Mulya:
“Oh sangat, sangat berpengaruh..soalnya langsung dari omongannya
sendiri (Prabowo Subianto), yang dibutuhkan itu kan keterbukaan gitu kan..siapa
yang bertanggung jawab siapa yang nggak..yang bukan..sebenernya sih itu..”.
Artinya salah satu penyebab bahwa selisih perolehan suara yang tipis
antara Prabowo Subianto dengan Jokowi tersebut tidak hanya karena soal black
campaign atau negative campaign, tapi juga karena dari pribadi Prabowo Subianto
139
sendiri yang tidak ingin dipersonal brandingkan oleh Tim Media dan Komunikasi
sendiri, berikut jawaban Informan Mulya :
“Salah satunya ya itu mungkin itu ya.. Sebenernya nggak di branding-pun
Prabowonya udah jadi sebenernya..orang udah tahu Prabowo itu
gimana..nasionalisme..tegas ya kan.. Ya itu dia sebenernya maka-nya tipis kan
perolehan suaranya..perolehan suaranya tipis daripada Jokowi.. Jokowi itu lebih
terbuka lebih dekat gitu.. Kalau Prabowo nggak ya.. Semenjak kampanye
presiden aja dia lebih mau, mau deket gitu..waktu kampanye presiden
aja..sebelumnya enggak.. nggak ada yang tahu soal dia..bener nggak sih..bener
nggak..semenjak pilpres aja kan..ya kan..”.
Kenapa Prabowo sebenar-nya tidak perlu dipersonal brandingkan,
masyarakat tetap tahu siapa Prabowo Subianto, berikut jawaban Informan Mulya :
“Ya udah tahu gitu loh (masyarakat) sosok Prabowo itu..emang udah jadi
gitu..nggak perlu dibranding-in.. Saking ya itu dia balik lagi ke nasionalisme,
mantan tentara, tegas, misalnya itu..udah tahu gitu..masyarakat tahunya disitu..”.
Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto seharusnya mempersuasi
Prabowo Subianto untuk lebih terbuka dan lebih dekat kepada media sebab
sebenarnya Personal Branding Prabowo Subianto sejatinya telah dikenal oleh
masyarakat calon pemilih, berikut jawaban Informan Mulya :
“Harusnya itu..saking hati-hatinya (tim media dan komunikasi Prabowo)..
Padahal sih sebenernya harus lebih terbuka..pendekatan kepada media itu
harusnya lebih deket..selama ini nggak.. Itu lebih bagus..lebih baik
(keterbukaan)..dari gue-nya sih gitu.. maksud gue itu sikap ksatria.. Sebenernya
itu kan (masalah pelanggaran HAM) itu kan diungkit-ungkit lagi ya, kalau dulu
jaman-nya dia (Prabowo Subianto) jadi wakil-nya Megawati juga nggak diungkitungkit gitu loh..pas dia (Prabowo Subianto) mau jadi capres kan diungkit lagi
kan.. Sebenernya masyarakat udah tahu sebenernya.. Sebenernya udah tahu kan
dia (Prabowo Subianto) itu mantan Kopassus, jenderal kopassus, yang nyulik
mahasiswa itu tahu kan sebenernya..tapi ya itu dia..butuh kejujuran lagi gitu..
Kalau dia (Prabowo Subianto) senbenernya mau ngomong soal itu..salah
satunya..mungkin ya bisa lebih banyak lagi suaranya..”.
140
Maka dengan adanya keterbukaan dari pribadi Prabowo Subianto sendiri
dan kedekatannya dengan media, tidak ada jarak maka akan dengan sendirinya
memperkuat Personal Branding Prabowo Subianto, artinya untuk mengcounter
negative campaign, black campaign harusnya Prabowo Subianto lebih terbuka dan
dekat dengan media.
Jika Tim Media dan Komunikasi telah melaksanakan tugas-nya untuk
melakukan startegi komunikasi pemasaran politik melalui personal branding
Prabowo Subianto, mengapa Prabowo kalah, mengapa konsep keterbukaan tidak
diusahakan oleh Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto, berikut jawaban
Informan Mulya :
“Ya itu dia yang gua maksud tadi..kurang terbuka sebenernye, nggak
kayak Jokowi kan, Jokowi disodorin (pertanyaan wartawan) apa aja juga jawab,
dekat gitu loh..jadi dekat.. Kalau Prabowo ya kurang..kurang pendekatannya
kurang..kurang terbuka.. Yang gua alamin sih gitu..dan dari gua ikut kampanye
itu dari setiap pertanyaan (wartawan) nggak ada yang ngomongin tentang
ee..tentang pelanggaran HAM-nya dia (Prabowo Subianto) itu..soalnya dibatasin
gitu..dari tim media-nya..kalau ngomongin soal itu mendingan nggak usah
(bertanya)..”.
Masyarakat calon pemilih melihat bahwa sikap seperti itu adalah sikap
priyayi yang otoriter, sehingga keterbukaan yang diharapkan masyarakat tidak
terpenuhi. Yang berhadapan dengan media justru orang dekat Prabowo Dsubianto
dan bukan dari Prabowo Subianto sendiri, sehingga pasti ada distorsi komunikasi.
Padahal Prabowo Subianto mengklaim bahwa dirinya nasionalis, negarawan,
ksatria. Anggapan Tim Media bahwa itu adalah cerita lama adalah kurang tepat,
sebab cerita lama itu yang justru menjadi bahan black campaign. Hal tersebut
141
black campaign tersebut yang perlu dicounter oleh Pribadi Prabowo Subianto
sendiri. Berikut jawaban dari Informan Mulya :
“Ya kegagalan strategi pemasaran branding-nya Prabowo ya salah
satunya ya kurang keterbukaannya Prabowonya sendiri, soal pelanggaran HAMnya dia..,salah satunya itu sih..yang gua tahu.. Iye..coba dia jujur, terbuka
gitu..siapa yang bertanggung jawab sebenarnya.. Kalau memang dia (Prabowo
Subianto) yang bertanggung jawab, ya dia dong (Prabowo Subianto) yang
bertanggung jawab..tapi ada yang lebih bertanggung jawab lagi..atasannya kan..
Dia (Prabowo Subianto) kan punya atasan kan..dan tahu gitu loh..tahu
semuanya..gitu sih..intinya sih begitu..”.
Namun dalam aturan pemilihan umum jika Prabowo Subianto mengakui
hal tersebut soal pelanggaran HAM, maka, secara otomatis Prabowo Subianto
dapat gagal menjadi calon presiden karena mengakui pernah terlibat dalam kasus
pidana militer, kejahatan perang. Apakah hal ini justru dapat mengurangi
masyarakat pendukungnya, berikut jawaban Informan Mulya :
“Kan udah selesai..kan udh selesai..kan nggak ada tuntutan lagi (secara
hukum militer). Ya kan.. Masyarakat Indonesia ya sekarang itu ya, modelnya kan
(harapannya) ngomong jujur kan sebenarnya..ya itu dia salah satunya..”.
Jika Prabowo Subianto saat itu menceritakan apa yang terjadi
sesungguhnya saat Peristiwa 1998 pada mayarakat, mengakui bahwa dia bersalah
namun telah melalui masa persidangan, bisa jadi secara branding Prabowo
Subianto telah melepaskan sebagian besar permasalahannya terkait dengan
pelanggaran HAM. Mantan atasan Prabowo Subianto yang berada di Kubu
Jokowi dapat terkena dampak black campaign juga, dan masyarakat akan beralih
menyoroti mantan atasan-atasan Prabowo Subianto yang ada dalam Kubu Jokowi.
Berikut jawaban Mulya :
142
“Iya bisa jadi..bisa jadi..mereka (mantan atasan Prabowo Subianto) kan
tahu sebenernya.. Ya karena kehati-hatian (Tim Media dan Komunikasi Prabowo)
itu.. Ya itu..mungkin kalau di buka semua (Kasus Mei 1998) ya..brandingnya
(Prabowo Subianto) lebih bagus.. Terus ada kejujuran dari seorang Prabowo,
dan keluarga yang jadi korban ya..mungkin lega mungkin ya..mungkin ada
reawrdnyalah..apalah..punishmenta apalah.. Ya begitu deh.. Karena kasus-nya
udah lama..udah di pengadilan (pengadilan militer), udah ada
tersangkanya..diadilin..dan Prabowo-nya di pecat..sebenernya sih itu.. (tapi) dari
Prabowo-nya bilang, itu cerita lama..nggak usah diotak-atik.. Tapi kan yang
black campaign, negative campaign kan disitu.. Dan itu butuh ee..kejujuran dari
seorang Prabowo-nya gitu.. Jawabannya..jawaban sendiri..kan dari dulu kan
nggak pernah jawab Prabowo soal itu..itu sebenernya.. Soalnya Jokowi itu kan
nggak punya apa-apa sebenernya..Cuma punya “Blusukan” sama “Kepolosan”
dia “Pencitraan” dia..itu yang dimenangkan Jokowi kan itu..itu doang..”
“Misal-nya Prabowo saat itu membuka diri, meminta ma’af atas
terjadinya kasus tersebut, Tim Media dan Komunikasi Prabowo mengemas itu
dalam bentuk komunikasi pemasaran politik, kemudian publik melihat, bisa jadi
Personal Branding Prabowo semakin naik..,bisa jadi.. Dirinya (Prabowo
Subianto) akan nampak sebagai Ksatria dan jika Prabowo melakukan itu dirinya
telah mendukung dirinya sendiri dan mendukung tim media dan komunikasinya
untuk memperkenalkan branding-nya itu.. Problemnya ada di diri Prabowo
Subianto sendiri karena tidak terbuka, yang dibutuhin Cuma jawaban itu doang
(terkait Pelanggaran HAM dalam Peristiwa Mei 1998), karena black campaign,
negative campaign kan soal itu (Pelanggaran HAM dalam Peristiwa Mei 1998)
doang kan..”
“Yang masyarakat, orang-orang tahu kan seorang..apa..seorang penjahat
perang nggak bisa jadi pemimpin disini (di Indonesia) gitu.. Tapi kalau kita butuh
kejujuran, kalau Prabowonya sendiri jujur gitu, terbuka ya mungkin bisa jadi
menang dia (Prabowo Subianto), karena sejatinya orang yang jujur bukan
penjahat perang lagi kan.. Emang George Bush (Mantan Presiden Amerika
Serikat) bukan penjahat perang..?, George Bush, orang bekas pilot juga kan dia
(George Bush)..,pilot tempur kan dulu..,bunuh orang juga..,buktinya menang jadi
presiden (Amerika Serikat) dua kali.. Karena tahu histori-nya (George Bush)
orang sana (Masyarakat Amerika Serikat)..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah memperluas
pembagian pemilih, dalam memeprkenalkan Personal Branding Prabowo
Subianto.
143
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
American Marketing Association (AMA) dalam sebuah artikel yang
berjudul "What is Branding and How Important is it to Your Marketing Strategy",
mendefinisikan brand atau merek dengan nama, istilah, tanda, simbol atau desain,
atau kombinasi dari semua itu yang tujuannya untuk mengidentinkasi barang dan
jasa dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan dan untuk membedakan
mereka dari perusahaan lain.
Senada dengan definisi tersebut, Kotler (2002) menyimpulkan bahwa
merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan, dengan maksud
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu. Brand adalah sesuatu yang tidak terlihat (intangible), tetapi
efeknya sangat nyata.Merek memberi tanda pada konsumen mengenai sumber
144
merek, dan melindungi konsumen maupun produsen dari para competitor yang
berusaha memberikan produk yang tampak identik.
4.3.2.2. Memperluas Personal Branding
Terkait Personal Branding Prabowo Subianto, satu hal yang menjadi
stigma Prabowo Subianto dan selalu dirinya bawa sampai kapanpun juga adalah
sebagai Pelanggar HAM. Prabowo Subianto hingga kini masih dalam tanda kutip
masih kalah dengan masa lalunya sendiri. Stigma itu masih melekat terus,
bagaimana menghilangkan stigma tersebut, berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya dia (Prabowo Subianto) harus buka-bukaan..secara inilah..berani
buka-bukaan..dan berani ee..seterang-terang mungkin..gitu..ya mungkin dia
(Prabowo Subianto) melalui media, atau melalui..ya melalui medialah
seharusnya.. Atau mungkin dia (Prabowo Subianto) bikin dokumenternya kan
bisa..dia bisa bikin dokumenternya..ya dia (Prabowo Subianto) ceritakan
semuanya di dokumenternya itu..kejadian sebenarnya itu kayak gini loh..gitu..kan
bisa.. Iyalah..dia (Prabowo Subianto) mampulah (Prabowo Subianto membuat
dokumenter) masa nggak mampu sih..kan dia (Prabowo Subianto) sudah
berusaha kan..sama yang dia (Prabowo Subianto) dulu yang menjadi korban
seperti Pius, Fadli Zon, sudah ada di barisannya (Prabowo Subianto) kan..gitu..
Bisa jadi barisan-nya Prabowo Subianto itu diajak untuk membuat dokumenter
terkait dengan apa yang sebenarnya terjadi..”.
Perolehan suara Prabowo Subianto dengan pesaingnya hanya berbeda
tipis. Meskipun stigma Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM masih ada di
dalam masyarakat, apa kaitan hal tersebut, misalnya stigma itu sudah diantisipasi
oleh tim media dan komunikasi Prabowo Subianto, apakah Prabowo Subianto
dapat memenangkan Pemilihan Umum Presiden kemarin, berikut jawaban
Informan Nurcahyo :
“Ya fifty-fifty sih..fifty-fifty..tapi paling enggak bisa mengurangi stigma
(Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM) kan.. Salah satu contohnya aja
145
(terkait dengan Personal Branding), kalau Jokowi ini kan sebenarnya sudah..dia
(Jokowi) sudah punya keuntungan kan..dia (Jokowi) nggak perlu pakai strategi
komunikasi dia (Jokowi) apa..(nggak perlu) ngiklan..apa.. Tapi dia (Jokowi) ada
keuntungan..dia (Jokowi) menggunakan..media-media itu udah tertuju sama dia
(Jokowi) kan..ketika dia (Jokowi) jadi gubernur..blusukan..dia (Jokowi) sudah
populer di hampir dua tahun ya dia (Jokowi) berarti..dari tahun 2012 sampai
tahun 2014 ya..”
“Dia (Jokowi) hampir dua tahun itu sudah..eee...seperti ngiklan sendiri
kan jadinya..dia (Jokowi) sudah punya keuntungan itu karena dia (Jokowi)
pejabat negara saat sebelum pilpres.. Kalau Prabowo ini kan sebelumnya udah
nggak jadi pejabat lagi..istilahnya udah nggak punya jabatan apa-apa gitu
kan..dan dia (Prabowo Subianto) strategi komunikasi-nya ya itu..berusaha
mengingatkan kembali orang kepada dia (Prabowo Subianto) kan..dengan dia
(Prabowo Subianto) ngiklan-ngiklan itu..dia muncul..dia muncul-muncul di
itu..apa..kayak di HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia)..kayak gitu..”.
Kemudian dalam Pemilihan Umum Presiden 2014 kemarin, Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto itu mempersonal brandingkan Prabowo
Subianto sebagai sosok yang nasionalis, tegas, mantan militer, tidak mudah disetir
oleh pihak asing, dan lain-lain. Dengan Personal Branding Prabowo Subianto
yang disajikan pada rakyat sedemikian rupa, apakah rakyat menangkap hal
tersebut, berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya kayaknya bukan masyarakat yang menengah ke bawahlah yang
menangkap hal itu..,kalau mungkin yang udah mengerti.. udah tingkat..tingkat..ee
tingkat pemahaman masyarakat menengah ke atas.. Kalau Jokowi itu kan ee..dia
(Jokowi) rakyat tahunya dia (Jokowi) merakyat kan..pokoknya yang diingkan
pasar ya begitu.. Ya..ternyata yang lebih laku itu yang beraroma pro rakyat
(strategi komunikasi pemasaran politiknya) kelihatan kan..mungkin yang lebih
pro rakyat..mungkin yang di (rakyat) pelosok-pelosok mungkin juga begitu
(menginginkan hal yang sama)..wah dia (Jokowi) merakyat..dia (Jokowi)
merakyat..apa yang kurang informasi (rakyat) atau kurang apaan..rakyat tahunya
kan kalau Jokowi itu ya udeh..orang yang merakyat..padahal kalau itu
(Jokowi)..mungkin bisa jadi Prabowo juga seperti itu (merakyat) samasama..merakyat kan..”
“Udah kuat sebenernya Prabowo itu..sudah kuat sebenernya..cuman
kalah populer kalau saya bilang..kalah populer.. Jadi..jadi lawan dia (Prabowo
Subianto) itu adalah orang (Jokowi) yang lagi populer-populernya..jadi begitu
146
bertarung (dalam Pemilihan Umum Presiden 2014) dia (Prabowo Subianto)
harus ngalahin Jokowi yang lagi populer-populernya ya..Jokowi yang jargonnya
merakyat gitu..”.
Sebenarnya bagaimana Personal Branding Prabowo Subianto, menghadapi
lawan yang lebih populer, Personal Branding yang seperti apa yang paling tepat
diterapkan oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dalam Pemilihan
Umum Presiden 2014 kemarin, yang paling tepat, berikut jawaban Informan
Nurcahyo :
“Karena pasar atau rakyat itu lebih banyak yang menengah ke
bawah..begitu..jadi tingkat pendidikannya masih..ee..apa ya..pemahaman tentang
seseorang figur pemimpin itu..dia (rakyat) informasinya juga kurang..karena
yang tahu (rakyat) itu kan mungkin..kalau Jokowi seperti gimana..atau orangnya
(Jokowi) gimana..kan orang-orang (rakyat) yang tahu Jokowi asalnya dari
mana..Prabowo itu gimana..dan apa visi dan misinya.. Ya kalau rakyat kita itu
cenderung kalau aku lihat dia (rakyat) cenderung yang hanya terlihat di mata aja
istilahnya..bagaimana nantinya ya mereka (rakyat) juga nngak tahu..toh mungkin
sekarang ada (rakyat) yang nyesel (pilih Jokowi jadi presiden) atau gimana
kan..gitu”.
Di beberapa media beredar kabar bahwa Prabowo Subianto akan
mencalonkan diri kembali menjadi Presiden RI pada Tahun 2019 nanti.
Sedangkan Personal Branding Prabowo, masih di Stigmakan oleh sebagian
kalangan masyarakat sebagai Pelanggar HAM. Berikut pendapat Informan
Nurcahyo :
“Ya aku bilang bener kalau selama ini Prabowo Subianto lebih
mengandalkan orang-orang dekat di barisannya untuk menjelaskan Peristiwa Mei
1998 terkait dengan Pelanggararn HAM dia (Prabowo Subianto). Padahal
Prabowo Subianto sendiri harusnya yang menjelaskannya secara langsung dan
terbuka sama rakyat.. Tapi kan kalau dia (Prabowo Subianto) kalau ditanya kan
misalnya waktu debat capres di TV..waktu itu dia (Prabowo Subianto) pas debat
(saat ditanya soal Pelanggaran HAM) dia (Prabowo Subianto) bilang...tanya
atasan saya..tanya atasan saya..kan jawabannya (Prabowo Subianto) nggak jelas
kan..(pemirsa TV,rakyat) juga menebak-nebak kan..ada apa..kan nggak
147
bisa..nggak bisa nanyak juga kan (rakyat) ke atasannya..atasannya juga nggak
bisa njelasin kan dalam hal ini..dia (Prabowo Subianto) atasannya kan udah
berseberangan kan sama dia (Prabowo Subianto)..berseberangan secara politik
kan..”.
Kira-kira apa penyebab Prabowo Subianto tidak segera mengungkap
Kasus Pelanggaran HAM
tersebut, sedangkan hanya dengan melalui
pengungkapan itu justru akan memperbaiki Personal Branding Prabowo Subianto
itu sendiri, berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya mungkin dia (Prabowo Subianto) nggak mau mungkin mikul dhuwur
mendhem njero mungkin ya..mungkin gitu..dia (Prabowo Subianto) seperti
nutupin gitu..nggak mau..bukak secara selebar-lebarnya..kan..istilahnya dia
(Prabowo Subianto) nggak mau menjelekkan orang, tapi dia (Prabowo Subianto)
juga (nggak mau merugikan dirinya sendiri). Jadi seperti ragu-ragu dia
membongkar masalah (Pelanggaran HAM) itu kan.. Iya sih..itu perlu harus egera
diselesaikan dan diungkap oleh Prabowo Subianto sendiri.. Kalau untuk
masyarakat menengah ke atas masalah itu (Pelanggaran HAM) mungkin tidak
terlalu penting ya..tapi bagi kalangan masyarakat bawah masalah (Pelanngaran
HAM) itu penting untuk diselesaikan..”
“Karena mayarakat menegah ke atas telah mengetahui sikap Prabowo
Subianto yang telah merangkul kembali dan mengajak orang-orang yang pernah
berseberangan dengan dia (Prabowo Subianto) dulu tahun 1998.. Karena dia
(Prabowo Subianto) itu dulu melakukan kan..cuman perintah atasan kan..nggak
mungkin dia berinisiatif sendiri..apalagi itu militer kan.. Ya itu dia..Peristiwa
1998 itu juga X File juga..kan misalnya tentang ada Kopassus di rumah disekitar
Rumah Habibie..untuk perintah mengamankan atau katanya malah mau
couped..kudeta..”.
Terkait Personal Branding menjelang Pemilihan Umum 2019 stigma
bahwa Prabowo adalah “HAM” dan Jokowi adalah “Rakyat” akan muncul
kembali. Bagaimana Prabowo Subianto sebaiknya mempersonal brandingkan
dirinya. Berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya itulah..dia (Prabowo Subianto) harus buka suara..kalau perlu ya itu,
Prabowo Subianto bikin film dokumenter, memoar tentang apa yang sebenarnya
terjadi saat Peristiwa Mei 1998..kalau perlu Prabowo subianto bikin film layar
148
lebar terkait Klarifikasi soal Peristiwa 1998.. Dia (Prabowo Subianto) harus
berani..tapi mungkin nggak..(Prabowo Subianto bersedia untuk membuat
dokumenter) itu..soalnya sekarang penguasanya (Jokowi) kan bukan di pihak dia
(Prabowo Subianto)..bisa jadi saat Prabowo akan membuat film dokumenter itu
langsung dijegal kan (oleh pemerintahan Jokowi)..gitu..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses kampanye Pemilihan
Umum Presiden 2014, Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto telah
meraih kelompok sasaran baru, dalam memperkenalkan Personal Branding
Prabowo Subianto pada masyarakat calon pemilih.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Gunter Schweiger and Michaela Adami (Bruce 1. Newman:1999)
berkesimpulan bahwa marketing politik ini antara lain bertujuan untuk:
(Haroen,2014:47).

Menanggulangi rintangan aksesibilitas

Memperluas pembagian pemilih
149

Meraih kelornpok sasaran baru

Memperluas tingkat pengetahuan publik

Memperluas preferensi program partai atau kandidat

Mendorong kemauan untuk memilih
Marketing politik adalah penerapan konsep dan metode marketing ke dalam
dunia politik.Dunia politik butuh marketing dengan alasan seperti yang telah saya
gambarkan, yaitu adanya persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan
pasar (market), yang dalam hal ini adalah rakyat pemilih.
Hanya terdapat perbedaan mendasar antara marketing dalam bisnis dan
marketing dalam politik. O'Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008),
mengatakan bahwa marketing politik bukanlah konsep untuk "menjual" partai
politik (parpol) atau kandidat, namun sebuah konsep yang menawarkan
bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang
berhubungan dengan permasalahan aktual.
Perbedaan lagi, dalam marketing politik, rakyat bukanlah objek, seperti
barang, tetapi subjek sehingga permasalahan yang dihadapinya harus dijadikan
langkah awal dalam penyusunan program kerja. Perbedaan yang mendasar lagi
adalah marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan
tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga terbangun kepercayaan
dan dukungan. (Haroen,2014:48). Jika diamati, sebetulnya antara marketing
barang dan marketing politik bisa dikatakan serupa tapi tak sama. Dalam
marketing bisnis, yang dipromosikan adalah barangnya atau jasanya, Ini agak
150
beda dengan marketing politik. Marketing politik lebih mempromosikan orangnya
dan programnya.
Sebagian kalangan masyarakat berpendapat bahwa Personal Branding
Prabowo Subianto itu terlihat eksklusif dihadapan rakyat, ditambah dengan stigma
bahwa dia adalah pelanggar HAM makin mempersulit Prabowo Subianto sendiri
dalam perjalanan panjang proses Pemilihan Umum Presiden 2014 lalu, berikut
jawaban Informan Haris :
“Gua gini memang..ketika di Tahun 2009 ketika Prabowo bergandengan
dengan Megawati, untuk menjadi calon wakil presiden, dan SBY berpasangan
dengan Boediono, isu tersebut tidak muncul ke ranah publik pilpres (Tahun
2009)..karena pihak SBY tidak terlalu menyerang dalam hal pelanggaran HAM
yang mungkin dulu pernah dilakukan oleh Prabowo..tapi hal itu teryata
berbeda..berbanding terbalik di pilpres tahun 2014 kemarin.. Dimana ketika
ee..Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa dan Jokowi berpasangan dengan
Jusuf Kalla yang notabene Jokowi adalah anak buah Megawati..Isu itu
(Pelanggaran HAM) muncul lagi.. Padahal klo mau fair ketika dulu Prabowo
berpasangan dengan Megawati ya seharusnya isu tersebut harus tetap
ada..cuman kan itu tidak diungkit karena mungkin untuk strategi pemenangan
pilpres (Pasangan Megawati dan Prabowo 2009) mungkin..”
“Yang menurut saya harus dilakukan Prabowo sudah bener entah dia
(Prabowo Subianto) dipecat atau mengundurkan diri..ee.terus persidangan
(militer) sudah dilakukan dan segala macem.. Pernah saya dengar cerita dari
teman saya dari salah satu televisi swasta..dirinya pernah mewawancarai
Prabowo secara live (siaran langsung), kemudian si presenternya menayakan hal
yang sama (Pelanggaran HAM) seperti yang anda tanyakan ke saya..terkait
Pelanggaran HAM Tahun 1998..ketika live (siaran langsung) tersebut Prabowo
bisa menjawab dengan wise (bijaksana)..tapi saat sedang off air (saat
iklan)..muncullah sosok Prabowo yang sebenarnya..Prabowo memarah-marahi
presenternya dan mengancam produsernya..udah bosen hidup luh..(Kata
Prabowo) itu yang saya denger dari teman saya yang kerja di televisi swasta
tersebut..”
“Seharusnya..Prabowo tidak melakukan hal itu.. Dia (Prabowo Subianto)
cukup mengklarifikasi aja..menjawab isu pelanggarann tersebut apa adanya
sesuai dengan peristiwa yang dialaminya (Prabowo Subianto).. Memang ketika
pengadilan (militer) dan segala macemnya memutuskan Prabowo tidak bersalah
ya kita harusnya beranganggapan bahwa Prabowo nggak bersalah..dan
Prabowo tidak melakukan pelanggaran HAM berat..toh dia (Prabowo Subianto
151
juga ee..militer non aktif kan.. Jadi isu tentang pelanggaran HAM berat di 2009
ketika Prabowo berpasangan dengan siapapun yang bukan dari ee..misalnya dari
PDI-P atau dari Golkar, mungkin akan tetap ada (Isu Pelanggaran HAM)..”
“Sekarang bagaimana caranya Prabowo menyikapi isu itu (Pelanggaran
HAM) dengan lebih..menurut saya tidak usah ditutup-tutupi lagi..dia (Prabowo
Subianto) harus seperti yang tadi saya bilang..pertanyaan itu (Terkait
Pelanggaran HAM) bisa dijawab dengan gamblang diceritakan..bahwa saya
(Prabowo Subianto) sudah melakukan apapun dan telah di proses di pengadilan
atau segala macem..dan membuktikan bahwa saya (Prabowo Subianto) tidak
bersalah..jelaskan aja ke pemirsa..selesai sudah..jangan membuat (Prabowo
Subianto) opini-opini yang baru..tentang apalah-apalah..(yang menyudutkan diri
Prabowo Subianto sendiri)..itu yang menurut saya Prabowo harus lakukan di
Tahun 2019 untuk strategi pemenangan tim pemenangan (Prabowo Subianto)
nanti jika Prabowo ingin mencalonkan diri lagi sebagai Presiden pada pemilihan
umum tahun 2019.. Isu ini akan tetap ada tapi bagaiman mengatasi pertanyaan
itu agar Prabowo bisa lebih pintar dan lincah dalam menjawab pertanyaan
wartawan terkait dengan isu pelanggaran HAM tersebut..”.
Dengan adanya pemikiran tersebut kemudian muncul pertanyaan apakah
justru masalah personal branding ini berada pada diri Prabowo Subianto sendiri.
Berikut jawaban Informan Haris :
“Menurut gua dari Prabowo-nya sendiri sih..(Masalah Persoanal
Branding)..dari Prabowo itu sendiri..kalau misalnya Prabowo lebih terbuka dan
lebih wise (bijaksana) kalau memang dia (Prabowo Subianto) tidak bersalah gua
yakin juga media juga nggak akan memberitakan yang apa yang tidak dikatan
oleh Prabowo kan..gitu.. Jadi..ya Personal brandingnya ada di dalam diri
Prabowo.. Kalau Prabowo bisa mengklarifikasi..ya saya (Prabowo Subianto)
sudah melakukan..saya sudah melakukan..kasus (Pelanggaran HAM 1998) itu
sudah melalui proses persidangan (militer)..saya (Prabowo Subianto) sudah
melalui proses sesuai dengan kode etik militer..saya (Prabowo Subianto) sudah
diberhentikan dari militer.. Apalagi..whatelse (masalahnya)..setelah dia
(Prabowo Subianto) bisa mengklarifikasi bahwa dirinya tidak bersalah ya media
pasti akan memberitakan sesuai dengan apa yang dia katakan..”
“Setelah itu sisi positif ya muncul dari diri Prabowo sendiri..dan isu-isu
pelanggaran HAM mungkin lambat laun akan luntur sudah.. Jika Prabowo
melakukan Personal Branding ketika pemilu presiden 2014 kemarin.. dengan
mengklarifikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi saat Peristiwa Mei
1998..tentang apa yang sesungguhnya terjadi..apa benar Prabowo melakukan
pelanggaran HAM..,maka bisa jadi suara rakyat saat pilpres kemarin dapat
berpihak padanya (Prabowo Subianto).. Kita lihat ajalah..gini aja deh..lihat hasil
152
akhir (Pemilihan Umum Presiden 2014) kemarin..tidak terlalu jauh (perolehan
suara capres nomer urut 1 dan perolehan suara suara capres nomer urut
2)..hanya sekitar lima persenan-lah selisihnya..Jokowi yang menang ini kan..
(Perolehan suara) Prabowo (perolehan suaranya) 48 persen.. dan (perolehan
suaranya (Jokowi) 51 persen atau 52 persen gitu ya..”
“Nggak jauh beda dengan perolehan suara Prabowo.. Itu aja Prabowo
(saat Pemilihan Umum Presiden 2014) sudah dihajar dengan isu-isu HAM
berat..dan segala macem..yang membuktikan bahwa masyarakat sudah tidak
termakan isu bahwa Prabowo bersalah dan terlibat dalam pelanggaran HAM
berat..jadi menurut saya ketika..dengan sikap Prabowo..dengan dia (Prabowo
Subianto) dihajar kanan kiri dengan isu keterlibatan dalam pelanggaran HAM
berat, saat pilpres kemarin,itu saja Prabowo masih dipilih oleh lebih dari
setengah dari jumlah masyarakat Indonesia..,apalagi saat pilpres di tahun 2019
nanti dia (Prabowo Subianto) bisa merubah taktik itu dengan menjawab
pertanyaan para wartawan bahwa dia tidak bersalah..dan memperlakukan
wartwan sebagai sahabat..jelasin udah..kalau kejadian itu kronologisnya beginibegini-begini..(oleh Prabowo Subianto sendiri) saya sudah jelasin di
persidangan..gua yakin kok masyarakat
Indonesia akan terbuka
pikirannya..masyarakat Indonesia udah pinter kok...sudah tidak gampang
dikibulin lagi..”
“Saran gua ya..saran gua..2019 kemungkinan Prabowo maju (sebagai
calon presiden) masih besar..karena masih banyak orang-orang yang percaya
sama kredibilitas dia untuk menjadi seorang pemimpin..di Indonesia.. Jujur ya
saya bukan pendukung Jokowi..gua pendukung Prabowo..kalau gua jadi tim
pemenangnya Prabowo sebagai calon presiden 2019, itu yang saya sarankan
pada Prabowo untuk melakukan hal itu (Klarifikasi soal Pelanggaran HAM oleh
Prabowo Subianto sendiri)..dan (Prabowo Subianto) tidak mengulangi lagi
komunikasi pemasaran politiknya yang pernah dilakukannya pada pilpres 2014..
Memang harus Prabowo langsung yang jelasin..”.
Lalu mengapa hal tersebut (kesan menutup-nutupi) tetap dilakukan
Prabowo Subianto terkait dengan Pelanggaran HAM. Padahal justru klarifikasi
dan penjelasan langsung oleh Prabowo sdubianto sendiri bukankah hal itu
menguntungkan Prabowo Subianto. Jika hal tersebut dijelaskan langsung oleh
Prabowo Subianto, tentu dampak positif akan makin bermunculan di masyarakat
maupun dalam hal pemberitaan. Sebab Prabowo Subianto sebagai saksi yang
mengalami langsung dan merasakan langsung bagaimana Peristiwa Tragedi 1998
153
itu terjadi, tetu saja Klarifikasi oleh Prabowo Subianto itu akan amat bermakna
bagi keluarga korban Tragedi 1998, untuk mengetahu dimana keluarganya,anaknya,atau saudaranya tersebut misalnya ada dimana letak jenazah mereka
dikuburkan, tentu hal ini akan mendukung sekali, tidak hanya mendukung
Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada pemilihan umum presiden 2014
lalu, bahkan klarifikasi Prabowo Subianto tersebut dapt membuka kembali Kasus
Pelanggaran HAM berat yang justru aktor-aktor intlektualnya merupakan mantan
Atasan Prabowo Subianto yang saat ajang pemilihan umum presiden 2014
menjadi tim sukses calon presiden Jokowi. Klarifikasi tersebut bisa jadi membuka
kembali Kasus 1998 dan mempermudah serta membantu Komnas HAM untuk
menyelesaikan Kaus Pelanggaran HAM tersebut hingga tuntas. Lantas apa yang
menghambat Prabowo Subianto untuk memeperbaiki Personal Branding-nya
sendiri tersebut, padahal justru Klarifikasi oleh diri Prabowo Subianto itu sendiri
amat sangat menguntungkan Prabowo Subianto. Berikut jawaban Informan Haris :
“Ya..waktu kejadian itu (Peristiwa 1998) dia (Prabowo Subianto) danjen
Kopassus kan..ya dia (Prabowo Subianto) pemimpin tertiggi (di Kopassus)..agak
susah memang.. SBY waktu itu juga terindikasi terlibat (dalam Peristiwa 1998)..
Salah satu indikasi kenapa Prabowo Subianto tidak membongkar itu (Peristiwa
1998)..karena ketika dia (Prabowo Subianto) mungkin ya..karena ketika dia
(Prabowo Subianto) membongkar kasus itu (Peistiwa Mei 1998)..mungkin akan
menyeret beberapa petinggi di negara ini.. Entah yang waktu itu (1998) yang
berkuasa adalah Wiranto, Sutiyoso, Agum Gumelar, atau mungkin SBY..ikut
terseret gitu..jadi ada semacam rahasia bahwa dia (Prabowo Subianto) sebaiknya
meng-keep (menyimpan) itu (Peristiwa 1998 yang sebenarnya) sendiri, yang
pentingi yang lain (Mantan Atasan Prabowo Subianto) tidak ikut terseret..tapi
dia (Prabowo Subianto) tetap ikut terseret atau terkena imbasnya..”
“Dan orang-orang akan tetap men-stigma Prabowo Subianto sebagai
seorang pelaku pelanggaran HAM.. Tapi ketika dia (Prabowo Subianto) berani
berkata jujur..dan berani mengambil resiko akan mnyeret nama-nama lain yang
terlibat dalam Peristiwa 1998 termasuk mantan atasan Prabowo, maka stigma
tersebut (Prabowo Subianto) sebagai pelanggar HAM akan luntur..walaupun
154
mungkin hal tersebut (Klarifikasi Prabowo Subianto) akan menimbulkan konflik
internal di Lingkungan TNI.. Nah mungkin keinginan Prabowo adalah yang
sudah berlalu ya biarlah berlalu..ketika pengadilan (militer) sudah memutuskan
bahwa dia (Prabowo Subianto) tidak bersalah..ya sudah..dia 9Prabowo Subianto)
berharapnya sih mungkin tanpa ada klarifikasi..stigma tentang dia (Prabowo
Subianto) adalah pelaku pelanggaran HAM berat..orang akan melupakan itu..
Jadi yang seharusnya dilakukan oleh Prabowo ya dilema juga ya..antara dia
(Prabowo Subianto) mau membuka itu (Peristiwa 1998) atau tetap meng-keep
(menutup Peristiwa 1998)..dengan resiko stigma dia (Prabowo Subianto),
pelabelan bahwa dia (Prabowo Subianto) sebagai pelaku pelanggaran HAM
berat akan tetap ada..sampai dia (Prabowo Subianto) mengklarifikasi hal itu
(Pelanggaran HAM Peristiwa Mei 1998) itu sendiri..”.
Menjelang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden di Tahun 2019
nanti..artinya lima tahun sejak sekarang tahun 2014, terkait dengan Personal
Branding Prabowo Subianto, jika Stigma Prabowo Subianto sebagai Pelanggar
HAM masih tetap ada dan belum diklarifikasi oleh Prabowo Subianto sendiri
sedangkan lima tahun ke depan Branding Jokowi justru makin melekat makin
kuat di benak rakyat dengan posisi Jokowi sebagai Presiden, dan kemungkinan
besar calon presiden kuat yang akan berhadapan dengan Prabowo Subianto
kembali adalah Jokowi. Bagaimana kemungkinannya. Berikut jawaban Informan
Haris :
“Nah itu dia..yang sempat saya pikirkan juga.. Prabowo..lima tahun ke
depan tidak memegang posisi sebagai pejabat negara seperti menteri, gubernur,
atau jabatan publik lainnya yang menyangkut pemerintahan..yang otomatis tidak
membuat dia (Prabowo Subianto) terlalu di expose oleh media.. Beda misalnya
dengan
Jokowi
pada
pilpres
2019
nanti
dia
(Jokowi)
kan
incumbent..kemungkinan dia (Jokowi) maju lagi (dalam pemilihan umum presiden
2019) adalah besar..Dia (Jokowi) otomatis dapat privilage (keistimewaan) dari
pertama dirinya (Jokowi) dilantik sampai dengan pemilihan presiden nanti di
Tahun 2019 dia (Jokowi) akan di expose terus oleh media..itu salah satu
kelebihannya (Jokowi)..”
“Cuman ada jeleknya juga adalah ketika Jokowi tidak melakukan
penjelasan pada media..ee..terkait dengan kebijakan-kebijakan yang ee..membuat
nama dia (Jokowi) jadi jelek..seperti (Pemerintahan Presiden (Jokowi) yang
155
menaikkan harga BBM..menaikkan harga listrik..atau apa segala macem..itu bisa
jadi batu sandungan sendiri bagi Jokowi..program-program Jokowi saat menjadi
calon presiden 2014.. Saat Jokowi menjadi presiden namun justru nggak
menepati-nya maka bisa jadi (program-program yang tidak ditepati Jokowi)
digunakan oleh lawan politik-nya (Jokowi) pada pemilihan umum 2019..
“Susah memang posisi-nya Prabowo..memang susah posisi-nya
(Prabowo).. membongkar (Isu Pelanggaran HAM) juga dia (Soeharto) mantan
mertua-nya.. Nggak nge-bongkar dia (Prabowo) masih terkungkung dengan isu
(Pelanggaran HAM) itu.. ya memang butuh keberanian dari Prabowo sih..untuk
bisa lanjut (mencalonkan diri sebagai presiden tahun 2019).. Kalau misalnya
(Prabowo Subianto) memang mau ya silakan bisa (berpotensi untuk menjadi
calon presiden tahun 2019)..”
“Kalau itu (Isu Pelanggaran HAM) menjadi dilema..ya sudah (Prabowo
Subianto) jalani apa adanya.. Prabowo berkampanye dengan cara yang sedikit
berbeda dibandingkan saat Prabowo kampanye pada Tahun 2014 ini..misalnya
pendekatan secara sistem lebih merakyat misalnya..tapi jangan meninggalkan
kesan bahwa dia (Prabowo Subianto) adalah seorang nasionalis..tegas..terus
sosok wibawa dia (Prabowo Subianto) sebagai militer jangan dilepasin..tapi tetep
dia harus mengkombined antara sisi ketegasan dan wibawa dia (Prabowo
Subianto) dengan sisi humanisnya..gitu..itu yang gua bilang..misalnya dia
(Prabowo Subianto tetep nggebongkar masalah yang itu (Pelanggaran HAM)
ya..itu (strategi komunikasi pemasaran Prabowo Subianto yang lebih
merakyat..untuk bisa mendapat simpati rakyat) (Prabowo Subianto)..kalau
(Prabowo Subianto) nggak melakukan seperti itu (strategi komunikasi pemasaran
Prabowo Subianto yang lebih merakyat..untuk bisa mendapat simpati rakyat)
seperti yang sudah pernah dilakukan oleh Jokowi (strategi komunikasi pemasaran
Prabowo Subianto yang lebih merakyat..untuk bisa mendapat simpati rakyat) ya
susah..”.
Personal Branding Prabowo Subianto sebagai pelanggar HAM akan terus
muncul hingga pemilihan umum 2019. Berikut jawaban Informan Haris :
“Pasti..pasti..Prabowo pernah hidup di masa itu (Peristiwa 1998)..dan dia
(Prabowo Subianto) ikut dalam peristiwa tersebut..maksudnya dalam arti dia
(Prabowo Subianto) bersalah saya tidak tahu.. Dia (Prabowo Subianto)
memegang jabatan penting ketika peristiwa pelanggaran HAM itu
terjadi..begitu..”.
156
Misalnya tentang Pelanggaran HAM tersebut diungkap oleh Prabowo
Subianto saat Pemilihan Umum Presiden Tahun 2014 kemarin, akan diklarifikasi
oleh Prabowo Subianto, melalui apa. Berikut jawaban Informan Haris :
“Ya itu lewat buku bisa..lewat cara-cara yang lain juga bisa..tapi gua
nggak tahu sih cara pastinya gimana..yang jelas Prabowo harus merubah cara
berkampanye dia (Prabowo Subianto) di tahun 2019 jika dia (Prabowo Suianto)
akan mencalonkan diri sebagai presiden.. Kalau dia (Prabowo Subianto masih
menjalankan cara kampanye yang kayak kemarin ya..susah..dan (Prabowo
Subianto) jangan memusuhi wartawan..itu doang..”.
Artinya problem Personal Branding Prabowo Subianto terkait dengan
kekalahan dirinya pada Pemilihan Umum Presiden 2014 kemarin adalah akibat
dari dirinya sendiri. Berikut jawaban Informan Haris :
“Branding dia (Prabowo Subianto) ya..intinya media sudah..intinya
media.. ditambah kampanye Prabowo yang salah..makanya dia (Prabowo
Subianto) kalah.. tapi Prabowo bisa mengimbangi (dengan hasil perolehan suara
yang tipis dibandingkan dengan Jokowi) karena apa ya itu orang-orang
(masyarakat) yang tidak terhasut oleh media..gitu..”.
Bagaimana dengan kesan yang ditampilkan oleh Prabowo Subianto
melalui kampanye yang terkesan eksklusif, misalnya naik helikopter, berkuda, dll,
berikut jawaban Informan Haris :
“Ya itu..maksudnya ketika orang lihat (Prabowo Subianto) dengan
peralatan militer, berkuda, dan segala macem.. Coba (cara kampanye)
bandingkan dengan Jokowi yang tampil sederhana, apa adanya gitu ya
kan..Orang Indonesia masih butuh dengan pencitraan..itu.. Tampilannya dia
(Prabowo Subianto) itu emang harus diubah.. Dia (Prabowo Subianto) jangan
kampanye naik helikopter..(Prabowo Subianto jangan naik kuda yang gede
banget..biasa aja udah..membaur dengan masyarakat..gitu..kalau (Prabowo
Subianto) sudah membaur dengan masyarakat orang kan lihat..(Prabowo
Subianto) jadi bagus..gitu..”.
157
Bukankah helikopter dan kuda itu adalah salah satu strategi komunikasi
pemasaran politik untuk menjadi media darling. Berikut jawaban Informan Haris :
“Itu (Prabowo Subianto menggunakan helikopter, berkuda) itu kan untuk
kaum jetset..gitu kan..orang melihat itu (masyarakat memiliki anggapan)
Wah..(Prabowo Subianto) belum jadi persiden aja kayak gitu..(Prabowo Subianto
dengan gaya hidup mewah)..apalagi saat Prabowo Subianto) jadi presiden.. Ya
yang lihat (Prabowo Subianto) kan yang mayoritas menengah ke bawah
kan..bukan yang menengah ke atas..sebelum jadi presiden (Prabowo Subianto)
aja kayak gitu apalagi kalau (Prabowo Subianto) jadi presiden.. Dia (Prabowo
Subianto) harus tampil dengan sederhana dan membaur dengan rakyat
kecil..that’s it.. Jika Prabowo bisa meng-grab (menarik hati) masyarakat kecil,
masyarakat menengah yang lebih educate (berpendidikan) maksudnya
(masyarakat yang lebih teredukasi misalnya (masyarakat yang dapat pendidikan
bagus..mesti kan (berpikiran) ni orang (Prabowo Subianto) bisa merangkul kaum
bawah, kaum menengah dan kaum atas..pasti suara banyak ke dia (Prabowo
Subianto)..itu..begitu.. (Prabowo Subianto) Lebih humanis-lah..ada saatnya dia
(Prabowo Subianto) tegas..ada saatnya (Prabowo Subianto) lebih humanis..ada
saat-nya (Prabowo Subianto) dekat dengan masyarakat..ada saat-nya dia
(Prabowo Subianto) tegas ala militer..begitu..”.
Misalnya Prabowo Subianto tetap tampil eksklusif, tetap nggak dekat
dengan rakyat, dan lain sebagainya sama seperti dengan apa yang diterapkan oleh
Prabowo Subianto pada Pemilihan Umum Presiden 2014 kemarin, apakah
Prabowo Subianto bisa menang pada Pemilihan Umum Presiden Tahun 2019, jika
Prabowo Subianto mencalonkan dirinya kembali. Berikut jawaban Informan Haris
“Susah Pak..ketika nanti dirinya (Prabowo Subianto) melakukan hal yang
sama di Tahun 2019..peluang itu (untuk memenangkan pemilihan umum presiden
2019 bagi Prabowo Subianto) itu kecil..karena masyarakat banyak yang
menengah ke bawah..daripada masyarakat menengah ke atas..seperti piramida ya
kan..semakin ke atas ya semakin sedikit..ketika masyarakat melihat..(anggapan
tehadap Prabowo Subianto) wah..(Prabowo Subianto) naik kuda..(Prabowo
Subianto) naik helikopter..terus satu lagi pakai mobil yang mewah.. sedangkan
Jokowi misalnya pakai Innova..Jokowi tampil apa adanya.. Ya susahlah
(Prabowo Subianto) untuk merebut hati rakyat..gitu..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Personal Branding Prabowo Subianto telah diperkenalkan pada
158
masyarakat oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dengan
memperluas tingkat pengetahuan publik.
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Terkait dengan bagaimana supaya personal branding yang kandidat atau
sang calon lakukan dapat mencapai top of the mind para pemilih maka dalam hal
ini berlaku prinsip usaha, pengorbanan, dan doa. Usaha pun bukan sembarang asal
melakukan aktivitas, namun usaha tersebut harus kreatif dan inovatif. Kalau hanya
biasa-biasa saja maka jadinya juga biasa dan biasa. (Haroen,2014:64).
8 konsep pembentukan personal branding
(The Eight Laws of Personal Branding) (Peter Montoya, 2002)
1. Spesialisasi (The Law of Specialization)
2. Kepemimpinan (The Law of Leadership)
3. Kepribadian (The Law of Personality)
159
4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness)
5. The Law of Visibility
6.
Kesatuan (The Law of Unity)
7.
Keteguhan (Law of Persistence)
8.
Nama baik (The Law of Goodwill)
(Haroen,2014:69)
Personal branding bukan semata mengiklankan diri, bukan semata
mempromosikan diri, bukan semata upaya merekayasa label diri. Personal
branding sebetulnya lebih terkait dengan self-leadership, self-management, selfresponsibility, atau juga self-committment. (Haroen,2014:183).
Hanya branding yang didasarkan pada basis-basis karakter dan
kompetensilah yang umurnya panjang, bahkan ada yang lebih panjang dari umur
seseorang. Ini bisa dibuktikan dari orang-orang yang telah berjasa pada negeri ini.
Meskipun jasadnya telah tiada, jasanya tetap diabadikan oleh masyarakat sampai
pada batas waktu yang tak diketahui.
Dengan personal brand yang benar, berarti sang calon atau kandidat secara
langsung atau tidak langsung, telah mencurahkan potensi, energi, komitmen, dan
kompetensi kandidat di bidang yang telah kandidat pilih. Seseorang yang
membranding dirinya sebagai agen perubahan, tidak cukup hanya mengiklankan
perubahan pada masyarakat, namun harus juga membuktikan dedikasi dan
keseriusannya di berbagai perubahan yang ingin dilihat oleh masyarakat.
(Haroen,2014:184).
160
4.3.2.3. Sasaran Personal Branding
Bagaimana dengan Personal Branding Prabowo pada Pemilihan Umum
presiden 2014 terkait dengan stigma Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM.
Berikut jawaban Informan Taufan :
“Eee..ya kan begini, ee..yang namanya stigma, ya kan itu memang udah
cap (Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM) kan..itu cap..katakan..dia
(Prabowo Subianto tidak melakukanpun (misalnya) ya kan..kan tetep aja berita
(Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM) sudah tersiar (di media dan
masyarakat) ya kan..kita (Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto)..tidakn
bisa mengcounter (menghalangi).. Tapi yang jelas kan permasalahannya sama
posisinya namanya sedang perang (bersaing dalam pemilihan umum presiden
2014 antara 2 calon presiden, Prabowo dan Jokowi) gimana..?,ya kan lagi
perang kan kalau kapitalisasi berita negatifnya (Prabowo Subianto sebagai
Pelanggar HAM) lebih besar daripada positifnya atau positifnya juga sama tapi
gaungnya kan tetep..”
“Katakan ini positifnya, ini negatifnya, ini bantahan negatifnya..
Bantahan negatif kan memperbesar berita negatif..ya kan..gitu loh itu
masalahnya..tapi yang penting maksud saya, secara ee..faktual dijelaskan, ya
kan.. Ya..ya kan itu, itu saya masuk udah lagi, lagi berita-berita itu beredar..lagi
besar-besarnya berita itu gitu loh..makanya elektabilitasnya minus..waktu masuk
ya kan, kan kalau kita nggak ada jalan lain ya kita jelaskan aja..yang
menjelaskan siapa, ya Pak Prabowo sendiri, third parties yakan..third parties itu
siapa ya jenderal-jenderal itu aja suruh ngomong..ya kan.. Pak Prabowo dalam
berbagai kesempatan juga ngomong bahkan yang di culik juga dipaksa
ngomong..yan kan..suruh ngomong juga..kan ada banyak yang diculik juga..yang
menjadi kader Gerindra..ya kan..gitu..”.
Saat debat calon presiden di salah satu televisi swasta, pertanyaan Jusuf
Kalla
pada Prabowo Subianto cenderung tendensius mengarah pada
permasalahan keterlibatan Prabowo Subianto dalam Pelanggaran HAM yang
terjadi pada tahun 1998. Namun jawaban Prabowo Subianto justru, menegaskan
pada Jusuf Kalla supaya Jusuf Kalla bertanya langsung pada Atasan Prabowo
Subianto. Bagaimana hal ini dalam mempengaruhi personal branding Prabowo
Subianto, berikut jawaban Informan Taufan :
161
“Kan sebenarnya begini, Pak Prabowo juga udah tau itu akan jadi
masalah..tapi Pak Prabowo itu pantangan, dia terlalu cinta ABRI itu loh, pantang
menyebut nama itu..tapi kalau kita itu sebenernya di search aja di Google semua
orang juga tahu tapi Pak Prabowo itu nggak pernah sekalipun ngomomg jelek
sama orang..apalagi atasannya..di cek aja nggak pernah, di Google aja..Pak
Prabowo misalnya Wiranto..nggak pernah..dia ngomong Wiranto gitu nggak
pernah.. Ya itu kan sudah menyangkut masing-masing kan itu.. Pak Prabowo
tidak pernah ngomong negatif..menyebut nama orang..nggak pernah..beda sama
orang-orang..”.
Tapi Klarifikasi apakah Prabowo Subianto benar terlibat sebagai
Pelanggar HAM di Tahun 1998 bukankah menguntungkan untuk Personal
Branding Prabowo subianto sendiri. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Menguntungkan Prabowo, tapi merugikan TNI menurut versi Pak
Prabowo, udahlah nggak papa..itu..itu aja..lo kan kalaun itu institusional secara
keseluruhan kan hancur TNI..melakukan kejahatan kriminal..bisa diuber-uber
semua..mungkin.mungkin alasannya seoerti itu saya nggak tahu tapi menurut
saya pasti ada kepentingan yang lebih besar kemudian dia nggak ngomong.. Kan
dia ngalah terus dimana-mana..mana pernah dia membantah atau apa nggak
pernah karena kalau dia membantah atau begitu dia menunjuk siapa atau begitu
dia ngomong apa itu buat dia dia bisa ditarik juga kok..ditarik mahkamah sipil
atau apa ya Bapak ngomong begini ini bagaimana bikin repot ya kan..kalau dia
menunjuk nih oh Pak Wiranto misalnya nih,nanti dia itu kan..”
“Jadi gini dalam strategi perang itu kan kita harus perhitungkan apapun
juga..ya kan begitu Pak Prabowo itu Budi Purnomo terlibat yang diuber bukan
cuma Budi Purnomo..Pak Prabowo juga harus bisa membuktikan kalau Budi
Purnomo terlibat ya kan..itu kan ngebuang waktu kalau gitu nanti diuber-uber..
Lagi perang-perangnya begini..lagi mau capres ini dia nanti diubek-ubek soal itu
gitu loh..”
“Jangan dikirain ooh, ini saya nggak terlibat ya, yang terlibat si A,
urusan jangan dianggap selesai, kita pikirkan..jangan-jangan begitu ngomong
gini, kita malah bakal sibuk urusan ini gitu loh..jadi lebih baik kita
menghindar..gitu aja dari sisi komunikasi, Faktualnya lain lagi mungkin saya
nggak tahu, tapi kalau dari sisi komunikasi begitu saya ngomong ooh si A saya
disuruh si A atau ooh yang terlibat bukan hanya saya saja..tapi juga ada si
A..emang nggak bakal sibuk kita..diuber oleh katakan mahkamah militer, atau
aktifis HAM..kan saya kalau dari sisi komunikasi saya bisa anjurkan.. Panggil
Pak Prabowo..karena gini-gini.. Panggil Wiranto karena gini-gini..apa nggak
hiruk pikuk kita.. Gaduh..gaduh dari statement seorang Prabowo Subianto.. Jadi
162
lebih baik dia kayak giu lah kira-kira..saya kan berhitung plus minusnya
melakukan statement yang baik atau nggak gitu loh..itu Mas..kira-kira begitu..”.
Kenapa Prabowo Subianto selalu mengalah padahal Klarifikasi tersebut
akan menguntungkan Personal Branding Prabowo Subianto meskipun akan
memakan banyak waktu. Namun masalah terkait stigma Pelanggar HAM bisa
tuntas. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Nggak tapi begini, meskipun ngalah tapi saya selalu ngasih argumentasi
tuh..katakan kita nggak ngalah gitu ya kan..tapi kan hasilnya belum tentu juga
jadi baik..saya kan tadi sisi negatifnya saya bilang..jangan-jangan kalau saya
ngomomg begitu saya akan kita sibuk urusan itu kan..ya kan..dan udah pasti
karena digorengnya jadi lebih gampang gitu loh Mas..ini kan masalah strategi
komunikasi juga ya kan..jadi kita berhitung apakah Pak Prabowo kalau ngomong
itu produktif, ya kan ataukah kontraproduktif, nah Pak Prabowo punya gambaran
seniri, saya juga punya gambaran sendiri..”
“Kalau saya kalau ngomong jujur nanti juga malah kita sibuk ini ya
udahlah, kita jadi runtuh sebelum perang..ya kan..kita bisa langsung runtuh
sebelum perang.. kan pasti di uber terus tuh..sementara di Pak Jokowi Tim HAM
aktifis HAM-nya banyak banget, ya kan, kita juga ada tapi kan nantinya kita
bagian yang diserang, kalau perang kalau diserang itu ya udah kita pasti kalah,
siapa duluan nyerang kan..nah sementara Pak Prabowo itu kita nggak boleh
kampanye negatif..atau bicara negatif gitu nggak boleh..”.
Prabowo Subianto telah menerima semua hukuman terhadap dirinya
karena selalu mengalah, padahal Klarifikasi akan memperbaiki Personal
Brandingnya, apa dampak-nya jika Prabowo Subianto dihadapan media dan
publik secara langsung mengklarifikasi terkait dengan peristiwa yang sebenarnya
terjadi pada tahun 1998. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Jadi gini..Pak Prabowo itu cinta TNI..pointnya itu..saya pernah tanya,
Pak kenapa, saya cinta TNI saya nggak mau ngomong soal itu, gitu aja, berarti
apa, berarti ada ada hal yang luar biasa kalau dia ngomong kurang baikm ya kan
bagi bangsa ini, gitu..jadi ya itu udah prinsip kan..nah kalau dari sisi komunikasi
saya, kalau, jangan-jangan kalau dia ngomong juga akan digoreng, ya kan udah
langsung punah..sebelum perang kan bergulir terus pasti, beritanya bukan
163
kampanye dimana-dimana, kalau berita HAM terus, dan kalau berita HAM
memang sebenarnya kalau mau sih saya ingin menghindari kalau bisa, tapi kan
nggak bisa orang terus digoreng kok..gitu loh Mas..”
”Jadi gini digoreng itu ada dua, satu dari pihak yang bukan
bersangkutan, kedua dari pihak yang bersangkutan juga bisa..ngomong
apapun..ya kan kan terserah yang nggoreng, ya kan..ngomong apapun bisa kita
goreng..ya kan kita orang dikomunikasilah.. Mas mau ngomong bener apa nggak
kan bisa kita mainkan..ya kan.. Kalau dari saya dari medianya media center saya
berusaha meminimalisasi aja..dampak negatif yang ditimbulkan dari suatu
statement ataupun bukan statement, itu aja..makanya kadang-kadang saya kalau
ada wawancara saya pesen kalau bisa transaksilah jangan hanya soal ini, atau
jangan soal itu ya kan.. Tapi..tapi saya berhitung kalau ngomong itu udah ada tim
di belakang saya kan mantan Tim Sukses Jokowi..saya paham betul..ya kan, kan
saya juga melakukan gitu loh kalau saya itu dampak negatifnya jauh lebih besar
bisa pingsan sebelum perang..itu aja.. Kalau begini kan kita bisa nahannahan..ya kan..gitu..itu pertimbangannya..”
Apakah menahan klarifikasi itu terkait dengan adanya keberpihakan
media, bahwa media tidak lagi sebagai pencari kebenaran, tapi justru menjadi
partisan, berikut jawaban Informan Taufan :
Karena memang ada media itu yang tidak bersahabat ya kan.. Ini kan
sebenarnya dalam konteks transaksional saya bilang boleh nanya apa aja boleh,
tapi ada yang off the record, ada yang on the record..ya kan kalaun mau
menanyakan boleh cuman kan saya supaya bisa memuluskan apa wawancara
saya transaksi dong kan akalu dibiarin kan saya juga gagal.. Saya dimasukkan
supaya memuluskan program nanti malah penanya berantem sama Prabowo saya
kan, dimana peran saya, iya kan, kan nggak bisa begitu.. Harapan media dengan
harapan Pak Prabowo kan saya berusaha kawinkan ya kan tapi kalau salah satu
pihak kegagalan saya..ya kan tujuannya baik tapi malah nggak baik ya kan..”
“Kan ada cara dua ya kan bisa dirinya sendiri mengatakan begitu, bisa
lewat endorsement.. Pak Prabowo bukan termasuk orang yang saya hebat gitu
loh saya hebat, sebab itu kita cari cara lain, ya kan..itu.. Ya third parties aja
ngomong kalo Pak Prabowo hebat yakan.. Kan bikinnya bisa pakai mulut orang
lain kalau Pak Prabowo hebat..nggak usah Pak Prabowo bilang saya hebat..ya
kan.. Kan saya bisa bilang oh Pak Prabowo hebat, orangnya baik..nggak usah
Pak Prabowo bilang saya hebat.. Kan nggak bisa begitu Pak Prabowo bilang
bahwa dirinya hebat.. Serangan gencar iya betul..ya kan..betul itu..kita juga
siapkan serangan ya kan..kayak gitu..”.
164
Apakah Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto pernah mencoba
strategi Personal Branding Prabowo Subianto melalui buku, film dokumenter, dll..
Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ada..ada..Fadli Zon yang bikin.. ada dari third parties tapi Cuma nggak
disponsori oleh ketahuan dari Fadli Zon atau dari intinya ada dari pihak
ketigalah yang bikin..ada.. Ada kok dipublikasi ada coba film apa ya merah putih
atau apa ada-ada.. Nah kita memnag berusaha itu kita apapun yang dilakukan
kalaunitu ke situ udah pasti itu itu pemikiran kita..oleh sebeb itu kiota hindari gitu
loh karena semua mengejarnya ke situ Mas (jika terkait dokumenter atau buku
atau publikasi terkait dengan Prabowo Subianto dan Pelanggaran HAM)..kalau
kita main ikut permainan kan langsung runtuh udah pasti runtuh..orang semua
pihak mengejar itu..saya ditelpon seseorang, dia menunjukkan statement Pak
Prabowo menunjuk siapa itu yang akan di blow up..atau Pak Prabowo nggak
menunjuk gitu loh..jadi kita saya kenapa lari dari situ..ya kan..”
“Kan sebenarnya urusannya (Prabowo Subianto sebagai Pelanggar
HAM) udah selesai..apapun yang terjadi, sebenarnya Pak Prabowo udah
dihukum, apapun iya kan.. Kan sebagian yang diculik sudah ditarik ikut Pak
Prabowo, ya kan..gitu loh malah orang yang diperkirakan terlibat tidak diapaapain dan smua rakyat sudah tahu..gitu.. Nah kemudian buat apa, karena begitu
Pak Prabowo ngomong soal itu udah pasti..pasti..bola bergulir..itu itu kita nggak
mau terjebak gitu loh..”
“Cuma itu aja yang kita mau hindarin.. Tidak mau terjebak dalam
permainan HAM, ya kan..kan akalu sekarang dianggap masih salah kan
gampang..tinggal secara hukum aja diseret atau apapun.. Apa susahnya Pak
Prabowo kan sudah jadi rakyat biasa..ya kan, nggak-nggak susah.. Artinya kan
kalau soal HAM itu Pak Prabowo sudah selesai kan karena udah dihukum, ya
kan, udah diberi sanksi, hukum sosial jauh lebih besar dan pada waktu itu dia
juga tidak pernah mengklarifikasi yang menurut saya sebagai orang komunikasi
kesalahan terbesar ya kan.. Tapi kan bukan persoalan itu.. Dia bukan kenapa dia
nggak mau mengklarifikasi katakan begitu pada waktu itu (Tahun 1998), dia
punya alasannya sendiri apa nggak bisa geger itu dunia persilatan..ya kan..”
“Orang kan ngak ngerti Pak Prabowo mau dibunuh atau apa kan kita
nggak tahu, ya kan, itu, sementara kita kepengen keterbukaan kenapa sih oh dia
disuruh pak Wiranto misalnya orang dibilang dia terlibat, katakan kemudian
Wiranto di bilang terlibat, kalau Wiranto balik bertanya apa buktinya kalau saya
yang nyuruh, gimana coba, ya kan..akan menimbulkan perdebatan..ya kan,
katakan bener ya katakan bener Pak Wiranto yang nyuruh kalau ditanya bukti
gimana apa buktinya oh Bapak waktu itu pernah ngomong, nggak nggak saya
nggak ngomong waktu itu, gimana kalau dia ngomong begitu, jadi makanya tidak
produktif kalau kita bicara itu.. Bicara hal klarifikasi seperti itu gitu loh.. Dari
165
sisi komunikasi saya menghindar, nggak usah ikut anggap aja itu ranjau jadi kita
mlipir..dipaksa juga mlipir..karena kalau terjebak udah selesai udah..sebelum
berkembang..ini kan dengan begitu aja selisihnyan hampir ya selisihnya
sedikitlah malah mungkin menang mungkin ya , kta nggak tahu kan menang
nggak menangnya, gitu loh Mas..gitu aja..nggak semua bisa diklarifikasi oleh
orang biasa atau pejabat biasa, bisa diklarifikasi oleh Pak Prabowo..Pak
Prabowo orangnya punya prinsip..ya kan..itu..”.
Apakah kekalahan Prabowo Subianto pada Pemilihan Umum Presiden
2014 adalah karena Prabowo Subianto sendiri, berikut jawaban informan Taufan :
“Kan saya bilang banyak faktor..ya kan banyak faktor itu ada dari Bapak,
ya kan sebagai Produk, ya kan, kemudian Media ya kan, kemudia relawan,
kemudian Partai Gerindra dan Non Partai Gerindra.. Ini akhirnya, gabungan ini
menjadi elektabilitas kan gitu loh satu gabungan ini iyalah ini terkait efektifitas
khususnya media kan besar sekali kan karena kampanye kan gitu itu jadi ya
faktor semuanya itu kan.. Faktor komponen semua kemudian pemilih jugalah..ya
kan gitu kemudian ya kondisi makro Indonesia ya kan, mungkin lebis suka Pak
Jokowi ya kan, meskipun sebenernya belum tentu juga kan selisihnya sedikit..ya
kan kita menganggap ada curang ya kan gitu itu..”.
Prabowo Subianto nggak mau diexpose, padahal Prabowo menemui
keluarga korban. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya itu juga sama saya, Trisakti itu maksudnya itu juga Trisakti itu lain
lagi tuh..itu kan bukan permasalahan Pak Prabowo juga meskipun diarahkan itu
kan sejak kapan Pak Prabowo ya kan waktunya juga timingnya itu loh tapi ya
gimana ya kan itu..ketemu Keluarga Korban mendukung Pak Prabowo semua
Keluarga korban Trisakti.. Karena menurut Keluarga Korban Trisakti, akhirnya
mereka tahu memang ada yang ngarah-ngarahkan ke Bapak, tapi ini kan
timingnya udah beda, gitu loh.. Ada itu dimuat di Kompas..nah itu loh kenapa
pertemuan itu nggak diexposeoleh banyak media karena Pak Prabowo itu ee..
yang kayak gitu ya nggak papa sebenernya diexpose tapi nggak usahlah..masak
yang saya yang kayak gini (ketemu keluarga korban) di expose gitu..itulah..tapi
akhirnya diexpose juga lewat Pak Hasyim, saya presscon juga sama Pak
hasyim..”.
166
Padahal rakyat ingin melihat gambar, visual Prabowo Subianto, Personal
Branding Prabowo Subianto, kenapa Prabowo enggan diexpose. Berikut jawaban
Informan Taufan :
“Itu Pak Prabowo nggak mau..nggak mau itu..dramatis kayak gitu..itu-itu
dia nggak ngga apa kurang berkenanlah..ya sama itu kan seperti sumbangan
seperti apa gitu kan, bentuknya seperti apa.. Ya ini memang kalau bisa terjadi aja
udah dahsyat ya kan mungkin mempengaruhilah..ya kan, memang saya selalu
cari substitusi..yang mungkin dilakukan kalau Pak Prabowo nggak mau diexpose,
saya tetep endorse tapi dengan cara lain..kalau medianya nggak kreatif mungkin
juga nggak ini nggak bisa, ya kan, nggak bisa cari alternatif..”.
Prabowo Subianto itu belum selesai dengan dirinya sendiri, itu salah satu
faktor kurang maksimalnya peran Tim Komunikasi dan Media Prabowo Subianto
dalam mepersonalbrandingkan Prabowo. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya kalau dari sisi brand ya itu coba cek digoogle juga sebelum saya
masuk ya kan sampai menjelang inilah yang betapa lonjakan elektabilitas Pak
Prabowo sangat luar biasa..ya kan, gitu itu kan bisa dilihat dari itu kan
prestasinya ya kan soal kemenangan itu kan banyak faktor, ya kan jangan-jangan
tim relawan-nya nggak bekerja, atau jangan-jangan yang bekerja cuma partai
Gerindra saja atau jangan-jangan kan itu banyak faktor..dan bisa diukur kan.. Itu
kan sebenarnya semuanya bisa diukur..misalnya oh kalahnya dimana coba aja
digoogling nanti kan banyak yang nyalah-nyalahin tuh ya kan misalnya jawa
barat menang kalau jawa timur kalah nanti kan kelihatan ooh ini nggak bekerja
partai ternyata yang bekerja..ini ini ini..bisa di cek..ya kan.. Tapi kalau media
center kan diukurnya lewat elektabilitas..ya kan..gitu..”.
Apa keengganan Prabowo sendiri berpengaruh, saya jangan dibrandingkan
begini, atau lainnya, berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya mungkin adalah ada pengaruhnya ya kan tapi sebenarnya itu
terkomunikasikan juga sih..cuman bukan oleh dirinya sendiri, ya kan, kan goals
itu gimana ya misalnya nih oh Pak Prabowo bertemu bertemu dengan Trisakti
gitu kan, kan berita itu tetep ada cuman bukan menurut Prabowo, ya kan Foto
juga ada..ya kan gitu..cuman enggak Pak Prabowo ngasih press conference
setelah pertemuan..gitu enggak..ya kan..gitu loh..kemudian berikutnya kan Pak
Hasyim saya endorse..ya kan udah melakukan pertemuan Prabowo dengan
keluarga korban trisakti..tapi juga Pak Hasyim sebagai keluarga relevanlah
karena Prabowo dituduh kan..”.
167
Misalnya Prabowo menjalankan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik
Yang disarankan oleh Tim Media dan Komunikasinya, sama seperti apa yang
dilakukan Jokowi saat pilgub, menjalankan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik Tim Media dan Komunikasinya, apakah hasilnya bisa lain bagi Personal
Branding Prabowo Subianto. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya tapi mungkin lucu juga hehehe..jadi lebay kan kalau Prabowo niru
blusukan seperti Jokowi..Kalau Pak Prabowo niru ya lucu.. Pak Prabowo kan
orangnya gitu..kan akalau misalnya Pak Prabowo blusukan ke gorong-gorong
kan lucu juga..yan kan, maksudnya memang menurut saya juga ya udah seperti
itu nanti tinggal yang nggak maksimal pada waktu itu publikasinya ya saya genjot
disitu..gitu.. Saya nggak begitu yakin juga kalau misalnya Prabowo menerapkan
apa yang dilakukan Jokowi..mungkin kalau Pak Prabowo terjun ditempat itu bisa
aja dia dianggap lebay kan misalnya dia makan di Warteg, nih tiba-tiba,..bawa
wartawan banyak ya kan..kalau tidak ada kontennya kan susah ya kan Pak
Prabowo
lebih
suka
ooh
kepala
desa
ngumpul
dia
bicara
disana..mengembangkan desa, di masa depan gitu..”.
Menjelang 2019, Prabowo lawan incumbent, Jokowi semakin media
darling. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Nggak ada masalah sebenernya stigma pelanggar HAM itu pada waktu
Pak Prabowo sama Bu Mega juga yang maju sebenarnya juga sudah pupus ya
kan..ya kan sebenarnya, Cuma ini kan penggorengan-penggorengan, memang
rakyat harus diedukasi, ya kan sekarang juga oo Pak Joko udah udah populis
banget, nanti mungkin lebih populis lagi di tahun 2019 ya kan, tapi ya belum
tentu juga Jokowi populis lagi, toh ini sekarang juga udah banyak kekecewaankekecewaan apa yang dijanjikan tidak tidak tereksekusi dengan baik ya kan jadi
belum tentu juga nah, kemudian soal Pak Prabowo nanti maju lagi saya juga
nggak belum tahu waktu itu ngomong ke saya ini peperangan terakhir gitu..kan
dia ngapain lagi sih ini dia sebenarnya kalau mencalonkan diri sebagai calon
presiden, maksudnya dengan yang ada aja sebenernya dia sudah luar biasa gitu..
Cuman kan dia merasa dia bisa mensejahterakan rakyat lebih cepat..ya
kan..gitu..”.
168
Sikap Prabowo saat ini terkait dengan kekalahan dan kemungkinan strategi
branding akan diterapkan kembali saat Prabowo mencalonkan diri lagi di Tahun
2019. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Loyalis Prabowo aja kecewa ya kan loyalis kan pengen kita oposisi kan
nggak usah presiden itu ditemuin, Pak Prabowo nggak usah nemuin tapi Pak
Prabowo tetep nemuin..ya kan tapi Pak Prabowo punya sikap sendiri..”.
Apa yang bisa dilakukan oleh Tim Media di Tahun 2019 saat misalnya
Prabowo maju kembali. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ooh banyak..banyak.. Dengan track record Pak Jokowi di DKI maupun
presiden saat ini ya kan nanti kita lihat ya kan kita lihat nanti seperti apa..kalau
dia Jokowi berprestasi Pak Jokowi mungkin berat ya kan tapi kalau nggak
berprestasi kemudian Cuma pencitraan doang kan rakyat udah lihat kalau
pencitraan doang seperti apa, dan media sekarang sudah mulai dibully ya
kan..media kan sekarang udah mulai dibully tuh..baik dalam hal dollar atau
dalam hal apa.. Kan pernah ada berita dulu kalau Prabowo presiden dollar
langsung naik tapi kalau Jokowi presiden rupiah akan mengauat ya kan..dan ini
sekarang jadi dan banyak berita-berita yang dulu begitu itu, udah mulai
dikumpul-kumpulin..gitu loh..media-media pencitraan..”.
Bagaimana dengan keberpihakan media sebagai penghambat personal
branding Prabowo Subianto. Bahwa media bukan sebagai pencari kebenaran
namun justru menjadi partisan. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Ya itulah yang terjadi kan kalau pemiliknya begitu kan anak buahnya
juga susah..kan kalau pemilik mendukung calon presiden tertentu kan anak buah
juga harus mendukung kalau nggak mendukung mungkin kan berhenti kerjanya,
diberhentiin..dimanapun..ya kan.. Oh iya keberpihakan itu terus ada, makanya
sekarang udah mulai berpikir masa depan media itu penting ya kan, ya kan.. Bisa
jadi pwerbedaan tipisnya hasil pilpres karena media berpihak, bisa jadi, bisa kan
itu masalah elektabilitas kan elektabilitas..popularitas..kemudian perananmedia,
ya kan, “.
Kenapa kalah kalo strategi tim komunikasi baik, berikut jawaban Informan
Taufan :
169
“Ya kan ini gabungan semua kan..kalau dari saya tugasnya kan
meningkatkan elektabilitas media center..ya kan kemudian kan ada tugas-tugas
lain yang harus dihandle oleh partai oleh relawan ya kan untuk meyakinkan
kepada rakyat pilihlah Prabowo kan..ya kan, nah itu perlu di cek mengapa
begitu..ke tim yang lain, ya kan, kalau dari sisi saya kan bagaimana
meningkatkan elektabilitas..setinggi-tingginya, ya kan, gitu..dengan persoalan
tadi yang Mas bilang itu saya dianggap sukses sama orang-orang ya kan gitu loh
dengan adanya berbagai persoalan..apalagi kalau nggak ada persoalan..bisa
juara kan..itu loh tapi kan itu bukan faktor utama..ada faktor lain nih..di
endingnya itu bagaimanaorang memilih Pak Prabowo kan.. ya itu kan tim
gerakan ini kan harus itu berjalan atau nggak kan saya nggak tahu..nggak
monitor sampai sanalah..udah ada tugasnya masing-masing saya udah
melaksanakan tugas saya sudah berat kan gitu Mas..”.
Apakah faktor grassroot lebih kuat menjadi faktor kekalhan dibandingkan
dengan personal branding Prabowo Subianto. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Saya nggak berani sebut kegagalan tapi pastinya itu harus di cek, kan
kalau di lapangan berarti tolok ukurnya perolehan..ini di cek di semua propinsi
kan atau di cek di Kabupaten mana yang kalah kenapa..kan kita harus
evaluasi..saya belum ikut evaluasinya..ya kan..itu. Tapi menurut saya gampang
ditelusuruinya atau misalnya kita kan punya bupati-bupati atau apa panggil aja
bupati kita semuanya yang partai koalisi merah putih misalnya siapa yang kalah
dimana kenapa gitu loh ya kan betul nggak kan itu gampang ininya
menelusurinya itu sebenernya nggak susah..kalau menurut saya..”.
Saat Prabowo kalah, apa yang disampaikan Prabowo pada tim pemasaran,
berikut jawaban Informan Taufan :
“Nggak bilang apa-apa Pak Prabowo, begitu hari pertama itu semenjak
kalah saya dateng ke rumah ya kan tapi saya nggak ngobrol tentang kegagalan
atau segala macem..ya menghibur aja..nggak ngobrol politik dengan Pak
Prabowo..kan masih kayak gitu ngomong politik kan entar ini ya udah saya lihat
peta kekuatan itu mereka itu udah apa kuat ya kemudian pemerintah kayaknya
berpihak kayaknya ya udah inibagaimana ya kemudian itu upaya terakhir kan
siapa yang mau ngelawan itu ya kan.. Nggak ada saya nggak ada pembicaraan
dengan Pak Prabowo pasca pengumuan pilpres 2014.. Nggak bilang ikhlas juga
kalau kalah..iya an..ya kayak nggak ada apa-apa kan kita kepengen maksudnya
bukan hanya saya ya maksudnya dari relawan atau mungkin juga udah kita
oposisi aja beneran, Oh Pak Jokowi mau dateng ya kita nggak usah terima, kan
nggak bisa..Pak Prabowo dateng , Jokowi dateng ya gimana..ya kan..kayak gitu
loh..banyak yang menyarankan tapi Pak Prabowo kan orangnya punya prinsip
170
sendiri kan..kayak gitu..ya kan..kemudian Mas kan tahu juga dia sama ahok
baagimana juga iya kan kalau lihat itu ya begitulah dia juga berbeda, ya udah
gimana,..”.
Keberpihakan media : Gerindra dapat penghargaan, berikut jawaban
Informan Taufan :
“Ya kan dapet tekanan juga dikantor..media cetak lebih mudah di watch
atau diawasi oleh pimrednya.. Transparansi itu kan ada dua transparansi
keuangan partai gerindra kalau semua ya integrasi kalau sebelumnya ya
keseluruhan dari MTI Masyarakat Transparansi Internasional yang Todung kan
dapat penghargaan juga itu transparansi anggaran itu..jadi prestasi orang
keunagan Partai gerindra ya kan..kalau transparansi informasi publik komitmen
tim informasi publik pasti informasi semua ya kan ya dalah peran media
centerlah..ya kan..ya sebenarnya kalau dari sisi prestasi media center kan ya
gimana ya udah hebat ya kan.. saya belum tahu itu..sepertinya enggak kalau dia
bilang gitu sepertinya enngak..saya belum tahu Prabowo maju lagi atau nggak di
2019 kan sudah tua kan..”.
Kalau Gerindra sama dengan Prabowo, Prabowo sama dengan Gerindra,
berikut jawaban Informan Taufan :
“Belum tahu juga kan Pak Prabowo tnggak harus mendukung dari Partai
Gerindra..dari pengalaman yang ada..dari pengalaman ya..nggak harus dari
Gerindra..kadang orang mana juga tapi dicalonkan oleh Gerindra
gitu..daripilkada-pilkada ya begitu, dan dia dibohongin banyak..misalnya Pak iniini tahunya menang dia pindah ke partai lain, hanya memanfaatkan partai
Gerindra, banyak juga..tapi dia ya udah nggak papalah yang penting Indonesia
lebih baik gitu..karena orangnya begitu..ya kan.. Jadi bahasa Pak Prabowo
begini ini kasihan Indonesia..ya kan kalau dikelola tidak baik ya kan.. saya akan
berusaha untuk merubah masalah ini ya kan..atau menjadi solusi untuk persoalan
tersebut..tetapi semuanya diserahkan ke rakyat..ya kan..kalau rakyatnya nggak
mau ya mau gimana..kira-kira begitu bahasa Prabowo bukan bahasa saya..Jadi
semuanya untuk Indonesia..”.
Selama penulis melakukan liputan dalam proses Pemilihan Umum
Presiden 2014, Personal Branding Prabowo Subianto telah diperkenalkan pada
masyarakat oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto dengan
memperluas preferensi program kandidat.
171
Hasil temuan penulis ini sesuai dengan teori yang penulis gunakan. Philip
Kotler (2002) dalam Teori Strategi Branding diantaranya menyebutkan bahwa
“strong brand is a valuable asset”, bahwa brand atau merk yang kuat adalah aset
atau modal yang berharga”. Jika diterapkan dalam komunikasi pemasaran politik
Teori Philip Kotler ini dapat memposisikan Prabowo Subianto sebagai Figur yang
kuat di Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Dengan adanya figur Prabowo
Subianto yang kuat ini maka baik relawan, simpatisan termasuk Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto dapat dengan mudah memperkenalkan Personal
Branding Prabowo Subianto di masyarakat dalam Pemilihan Umum 2014. Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto juga dapat menerapkan Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik pada masyarakat.
Komunikasi yang efektif akan memberikan pesan yang tepat kepada target
pemilih. Ini akan mengokohkan branding Anda sebagai seorang figur yang layak
dipilih. Anda punya peluangbesar menjadi top of mind di benak mereka.
Komunikasi yang efektif dapat memperkuat jaringan (network), terutama
di titik-titik basis komunitas dan tokoh-tokoh masyarakat, sebagai tombak utama
untuk memengaruhi keputusan pemilih dalam memilih calon wakil mereka.
Sebuah komunikasi yang efektif akan memunculkan persepsi masyarakat bahwa
sang calon berbeda dengan pesaing sangh calon. (Haroen,2014:188).
Dengan komunikasi yang intensif dan efektif, masyarakat juga akan semakin
percaya. Lebih-lebih jika sudah mulai ada bukti nyata yang bisa sang calon
tunjukkan kepada publik.Trust mereka akan semakin besar. Trust menjadi modal
yang sangat tinggi nilainya bagi kemenangan politik. (Haroen,2014:189).
172
4.4. Pembahasan
4.4.1. Strategi Komunikasi Pemasaran Politik oleh Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto pada Pemilihan Umum 2014
4.4.1.1. Membangun Komunikasi Pemasaran Politik
Menurut Kotler (1992:89), produk adalah apa saja yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi, sehingga dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen, baik berupa obyek fisik, jasa,
orang, tempat, organisasi, maupun gagasan.
Terdapat tiga tingkat pengertian mengenai produk, yaitu inti produk,
wujud produk, dan produk yang disempurnakan. Inti produk adalah konsep yang
fitawarkan untuk menjawab kebutuhan konsumen. Dalam kerangka ini, seorang
pemasar bertugas menjual bukan barang, melainkan manfaat yang diambil dari
barang tersebut. Tingkatan berikutnya adalah wujud produk. Konsep sebagai
jawaban atas kebutuhan konsumen harus diwujudkan secara fisik. Wujud fisik
produk memiliki lima karakteristik yaitu mutu, ciri khas, corak, gaya, model,
merek,
serta
kemasan.
Tingkatan
yang
terakhir
adalah
produk
yang
disempurnakan. Produk yang disempurnakan tidak lain adalah wujud produk yang
diberi manfaat tambahan. Hal yang ditambahkan ke dalamnya adalah wujud
produk yang diberi manfaat tambahan. Hal yang ditambahkan ke dalamnya adalah
pemasangan atau instalasi, pengiriman, kredit, pelayanan purna jual, serta
jaminan.
Jika pandangan-pandangan Kotler diterapkan dalam fenomena politik,
artinya politik diperlakukan sebagai produk, pertama-tama partai atau tokoh
politik harus memiliki inti produk, yaitu seperangkat konsep politik sebagai
173
jawaban
atas
keinginan
dan
kebutuhan
calon
pemilih.
Langkah
ini
mengasumsikan partai atau tokoh politik sebelumnya telah melakukan riset untuk
menemukan kebutuhan dan keinginan seperti apa sesungguhnya yang dimiliki dan
dirasakan oleh para pemilih. Meskipun langkah mengidentifikasi kebutuhan
pemilih merupakan satu prasyarat penting untuk dapat merumuskan konsep
pemecahan masalah yang akan ditawarkan kepada pemilih (sebagai inti produk),
akan tetapi banyak partai yang mengabaikannya. Mereka lebih memilih menguji
keyakinan-keyakinan mereka sendiri dengan peluang yang sangat kecil untuk
sampai kepada perumusan konsep yang tepat.
Berikut pendapat dari Dewi, Pakar Komunikasi Politik, tentang bagaimana
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto dalam Pemilihan Umum 2014
:“Ya bagus tim-nya itu bisa menggunakan semua media, itu aja intinya
kan, rasa-rasanya dia bisa menarik dukungan para facebooker militan, para
pengguna media sosial itu sehingga bahkan ada yang berani terang-terangan
mencaci-maki pendukung lain.. Tapi mungkin ke depan, jika ada persaingan
serupa ke depan, hendaknya tim media di sebuah partai politik atau calon
tertentu itu harus juga menyisipkan pesan-pesan moral dan kesantunan politik
menurut saya.. Iya pesan moral apa aja, pesan moral yang berkaitan, supaya
tidak saling menyerang antar pendukung, kemarin kan kelihatan sekali..”
“Intinya mereka sudah bekerja, itu nampak dari dukungan para pengguna
media sosial, tapi banyak terlihat memang blok-blok itu, jadi pendukung fanatik
itu ada di dua kelompok sebenarnya sih.. Tapi kalau diamati memang dua-duanya
tidak menyajikan pesan-pesan kesantunan politiknya.. Sehingga ada postingpostingan yang keras, kasar, menghina, mencaci maki itu, nampaknya bagian
dari media sosial yang dimunculkan intinya.. Kan semua kata-kata dikeluarkan
disana..,kebun binatang ada isu ras-lah, isu multiculture, primordialisme, isu
HAM, semuanya bermunculan kan..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa definisi pemasaran untuk abad ke 21
sebagai berikut, bahwa pemasaran terdapat di mana-mana. Secara formal atau
174
informal, orang dan organisasi terlibat dalam sejumlah besar aktivitas yang dapat
kita sebut pemasaran. Pemasaran yang baik telah menjadi elemen yang semakin
vital untuk kesuksesan bisnis. Pemasaran sangat mempengaruhi kehidupan kita
setiap hari. Pemasaran melekat dalam setiap hal yang kita lakukan-dari pakaian
yang kita pakai, situs internet yang kita klik, hingga iklan yang kita lihat.
(Kotler,2013:3).
1.
Dari sudut pandang managerial, pemasaran adalah fungsi organisasi dan
serangkaian
proses
untuk
menciptakan,
mengomunikasikan,
dan
menghantarkan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan
pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemegang
kepentingannya. Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar
sasaran serta meraih, mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan melalui
penciptaan, penghantaran, dan pengomunikasian nilai pelanggan yang
unggul.
2.
Pemasar
terampil
dalam
mengelola
permintaan:
mereka
berusaha
mempengaruhi tingkat, waktu, dan komposisi permintaan. Pemasar terlibat
dalam memasarkan berbagai jenis entitas: barang, jasa, acara, pengalaman,
orang, tempat, hak kepemilikan/properti, organisasi, informasi, dan ide.
Mereka juga beroperasi di empat pasar yang berbeda: konsumen, bisnis,
global, dan nirlaba.
3.
Pemasaran tidak hanya dilakukan oleh departemen pemasaran. Pemasaran
perlu mempengaruhi setiap aspek dari pengalaman pelanggan. Untuk
menciptakan suatu organisasi pemasaran yang kuat, pemasar harus berpikir
175
seperti para eksekutif di departemen lain, dan eksekutif di departemen lain
harus berpikir seperti pemasar.
4.
Pasar masa kini berbeda secara fundamental karena pengaruh kekuatankekuatan
kemasyarakatan
utama
yang
menghasilkan
kemampuan-
kemampuan baru konsumen dan perusahaan. Kekuatan-kekuatan ini
menciptakan peluang dan tantangan, dan manajemen pemasaran telah
berubah secara signifikan akhir-akhir ini karena perusahaan mencari cara-cara
baru untuk mencapai kesuksesan pemasaran.
5.
Ada lima konsep yang dapat dipilih perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, konsep
pemasaran, dan konsep pemasaran holistik. Tiga konsep pertama digunakan
secara terbatas saat ini.
6.
Konsep pemasaran holistik didasarkan atas pe-ngembangan, desain, dan
pengimplementasian dari program, proses, dan aktivitas pemasaran yang
menyadari sifat pemasaran yang luas dan saling bergantung. Pemasaran
holistik menyadari bahwa "segalanya berarti" dalam pemasaran dan bahwa
suatu perspektif yang luas dan terintegrasi diperlukan. Empat komponen dari
pemasaran holistik adalah pemasaran hubungan, pemasaran terintegrasi,
pemasaran internal, dan pemasaran yang memiliki tanggung jawab sosial.
7.
Rangkaian tugas yang diperlukan untuk manajemen pemasaran yang sukses
antara lain adaiah mengembangkan strategi dan rencana pemasaran,
menangkap pemahaman pemasaran, berhubungan dengan pelanggan,
membangun merek yang kuat, membentuk penawaran pasar, menghantarkan
176
dan mengomunikasikan nilai, serta menciptakan pertumbuhan jangka
panjang. (Kotler,2013:32).
Pemasaran politik bukan sebatas pengiklanan politik, penyiaran dan
pidato-pidato
politik
baik
langsung
maupun
melalui
media
penyiaran
(Harrop,1990 dalam Solatun, 2014 : 11). Harrop dalam hal ini sejalan dengan
pandangan bahwa pemasaran politik mencakup seluruh segi dari setiap usaha
untuk menjadikan seorang kandidat atau partai politik yang dipasarkannya terpilih
dalam suatu pemilihan umum (Kavanagh,1995-1996 dalam Solatun,2014:11).
Pemasaran politik dapat meliputi pengalokasian sejumlah perangkat dan
serangkaian strategi di dalam kerangka menjajal, menguji, dan mengukur opini
publik sebelum dan semasa “kampanye pemilihan umum”. Tujuan dari pemasaran
politik itu sendiri adalah untuk memperoleh pijakan bagi langkah-langkah
pemilihan strategi dan pengembangan teknik komunikasi kampanye pemilihan
umum serta pengukuran dampak dari komunikasi kampanye pemilihan umum
tersebut dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai melalui kampanye
yaitu memenangi pemilihan umum (Scammell,1995 dalam Solatun,2014:11).
Program untuk menjajal, menguji, dan mengukur opini publik dengan cara
pengalokasian sejumlah perangkat dan serangkaian strategi dilakukan oleh hampir
semua kontestan politik, baik untuk dan atas nama perorangan tokoh calon
kontestan pemilu maupun organisasi poltik terutama partai politik calon peserta
pemilu. (Solatun,2014:12). Dalam hal ini Prabowo Subianto telah lih dahulu
secara sangat terstruktur dan berkesinambungan melalui moda yang sama
menawarkan diri sebagai pelopor perubahan Indonesia Raya.
177
Komunikasi pemasaran politik dilakukan untuk menguji popularitas dan
meraba elektabilitas calon kontestan pemilihan umum. Aktifitas pengiklanan yang
mereka lakukan akan menghasilkan respons yang menggambarkan marketabilitas
gagasan politik masing-masing calon kontestan, yang pada akhirnya akan
dilekatkan sebagai spesifikasi produk untuk dipasarkan dan dijual di dalam arena
pemasaran politik untuk merebut suara calon pemilih dalam pemilihan umum.
Siapapun calon yang memperagakannya, gagasan politik yang mereka
sampaikanlah produk poltik yang sesungguhnya dan akan mereka pasarkan
kemudian mereka jual pada khalayak calon pemilih dengan harga mencoblos.
(Solatun,2014:12)
Pemasaran politik pada level konseptual adalah suatu proses yang rumit,
tetapi juga merupakan suatu hasil dari suatu usaha yang lebih bersifat global dan
berimplikasi terhadap seluruh faktor dari komunikasi politik yang dilakukan oleh
para politisi. Pemasaran politik juga merupakan suatu metode umum sekaligus
sebagai salah satu dari cara-cara berkomunikasi di dalam arena politik. Pemasaran
politik merupakan kelanjutan dari elaborasi atas suatu kebijakan komunikasi
politik yang dapat mencakup strategi yang lebih global dari rancangan,
rasionalisasi, dan penyaluran komunikasi politik modern. (Maarek:1995 dalam
Solatun:2014,13).
Sementara itu mewakili pandangan di sebagian masyarakat bahwa Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik Oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto, di rasa masih belum dapat diterima oleh masyarakat. Artinya Tim
Media dan Komunikasi oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
178
belum berhasil menerapkan strateginya dan tidak faham kebutuhan dan keinginan
pasar atau kebutuhan dan keinginan calon pemilih. Berikut pendapat Informan
Nurcahyo :
“Prabowo secara start bagus..karena sebelum Pemilu Legislatif 2014
dirinya beserta tim media melalui iklan HKTI (Himpunan Kerukunan Tani
Indonesia) di Televisi Nasional misalnya telah memperkenalkan dirinya..
Kemudian menjelang Pemilu Legislatif justru Prabowo tidak dekat sma rakyat..
Menurutku tim media gagal menangkap kebutuhan pasar..yang dimaui sama
rakyat itu nggak Cuma figur tegas sama berani..tapi juga jujur.. Udah kelihatan
lebih populer calon yang satunya lagi kan (Jokowi).. Terus stigma dirinya
(Prabowo Subianto) sebagai Pelanggar HAM itu masih melekat..maksud-nya
stigma itu lebih dominan ada dan berkembang di masyarakat daripada yang
bagus-bagusnya dari dia (Prabowo Subianto) itu..”.
Pemasaran politik sebagaimana pemasaran produk barang dan atau jasa
pada umumnya memiliki kekhasan produknya yang ditawarkan pada “pasar
politik”. Bentuk-bentuk produk politik yang ditawarkan melalui pemasaran politik
meliputi :
a.Platform ideologis partai politik atau calon (kandidat) berikut sejumlah proposal
kebijakan yang diusungnya.
b.Pemimpin dan para petinggi partai politik yang dicalonkan ke dalam pemilihan
umum baik pemilihan umum presiden maupun kepala daerah.
c.Anggota partai politik secara umum, terutama dalam pemasaran politik
menjelang kampanye politik pemilu legislatif (Butler and Collins, 1994 and 1999
dalam Solatun,2014:14).
Metafora platform perjuangan politik yang mereka tawarkan tentu saja
hanya dapat , dipahami dengan pasti oleh mereka sendiri. Pilihan metaforametafora tersebut sekurang-kurangnya telah menjadikan publik atau khalayak
calon pemilih untuk pemilihan umum legislatif dan kepresidenan, memperoleh
179
sketsa citra dari produk politik yamg mulai masuk ke dalam arena pemasaran
politik dari para calon kontestan pemilihan umum terhadap produk politik yang
menonjolkan aspek kehidupan beragama, kehidupan kebangsaan yang bebas dari
korupsi, dan kehidupan kebangsaan yang berpembaruan (Solatun:2014,15).
Persoalan penting selanjutnya dalam konteks pertarungan para kontestan
di dalam membujuk, meraih dan memenangkan hati khalayak calon pemilih tentu
saja adalah bagaimana strategi dan teknik memahamkan pentingnya kandungan
poroduk yang tercermin dalam metafor-metafor tersebut bagi memenuhi
pengharapan politis mereka sebagai warga bangsa pasca pelaksanaan pemilihan
umum. Semakin dekat kesenjangan antara pemahaman pemahaman khalayak
calon pemilih dengan pemahaman yang sebenarnya ada dalam internal partai
politik masing-masing kontestan, semakin tinggi peluang mereka untuk meraih
dan memenangkan hati calon pemilih dan kemudian meyakinkan mereka untuk
memilih (vote) dan sebaliknya. Hal yang tidak kalah penting juga tentu adalah
seberapa terpercaya (credible) kandidat yang akan menjadi representasi personal
atas metafora tersebut (Solatun:2014,15)
Pemasaran politik merupakan suatu komponen yang sangat penting yang
tidak dapat dipisahkan apalagi ditiadakan dari dalam sebuah komunikasi politik.
Hal ini karena komunikasi pemasaran politik itu sendiri akan mencakup
keseluruhan proses pemasaran politik dari sejak tahapan kajian pasar politik
tingkat pendahuluan yang biasanya dilakukan di dalam kerangka untuk menguji
prakiraan-prakiraan politis dan menetapkan target perolehan dukungan konstituen
politik. (Solatun:2014,16).
180
Wilayah utama pemasaran politik, berkisar di sekitar kampanye pencitraan
dan kampanye pemilihan umum. Pemasaran politik dalam hal ini berurusan
dengan “kegiatan berkomunikasi dengan anggota partai politik, media, dan
sumber-sumber pendanaan yang berprospek, dan juga dengan para calon pemilih
(Lock & Harris,1996; Wring,1997 ; dalam Solatun:2014,16).
Pemasaran politik kemudian dapat didefinisikan sebagai sebuah program
yang berisi tindakan-tindakan pemanfaatan riset opini publik dan analisis terhadap
lingkungan politik yang sebelum dan semasa kampanye oleh partai politik dan
para
kandidat
peserta
suatu
pemilihan
umum
yang
ditujukan
untuk
mempromosikan “tawaran-tawaran politis yang kompetitif” dengan harapan akan
membantu
pencapaian
sasaran
organisasional
dan
memuaskan
selera
keberpihakan politis para calon pemilih sehingga para calon pemilih tersebut
membayarnya dengan “suara” yang mereka berikan melalui “pencoblosan” di hari
pemilihan umum (Solatun:2014,17).
Pemanfaatan program pemasaran politik akan memberikan kepada partaipartai politik suatu kemampuan menempatkan kebutuhan, kepentingan, dan
harapan dari para calon pemilih yang berbeda-beda ke dalam analisis,
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemasaran politik dan kampanye
pemilihan umum. Kegunaan atau fungsi pemasaran politik oleh karenanya adalah
untuk memungkinkan partai-partai politik dan para calon pemilih dapat membuat
keputusan yang paling tepat dan paling memuaskan.
Transaksi komunikatif menjadikan terlaksananya relasi pertukaran antara
kontestan yang menawarkan gagasan politik dan spesifikasi calon pemimpin
181
politik dengan para calon pemilih yang menawarkan suaranya untuk diberikan
kepada kontestan dengan cara mencoblos dalam pemilihan umum. Transaksi
pertukaran sosial politik ini dapat terlaksana setelah terjadinya pengerahan
seperangkat strategi dan teknik serta alokasi berbagai sumber daya politik secara
timbal balik antara pihak-pihak. Transaksi dalam konteks yang demikian oleh
karenanya menjadi relevan untuk disebut sebagai sebuah mnodel transaksi
pertukaran sosial politik. Dengan mempergunakan model pertukaran seperti ini,
ketika pemilih menyalurkan pilihan mereka, maka terjadilah suatu transaksi (
O’Cass, 1996 dalam Solatun,2014:19).
Setelah terjadinya transaksi yang demikian, maka selanjutnya partai-partai
politik dan para kandidat memberikan bayarannya berupa kebijakan pemerintahan
yang lebih baik, lebih sesuai harapan, keinginan dan kepentingan pemilih yang
diwujudkan setelah pemilihan umum. Dalam konteks inilah maka pemasaran
dapat diterapkan ke dalam proses-proses politik sebagaimana proses politik pada
umum-nya. Proses-proses tersebut secara khas mencakup bagaimana transaksitransaksi tersebut diciptakan, di stimulasi, dan kemudian di nilai dengan
parameter-parameter tertentu. Dalam pengertian seperti tercermin dalam model
pertukaran inilah kita mengkontruksi definisi pemasaran politik (Harris,1996:28
dalam Solatun,2014:19).
Lingkup kajian pemasaran politik dengan merujuk pada definisi
pemasaran politik model pertukaran ini menjadi begitu luas. Definisi ini
mencakup segala yang secara konvensional berkenaan dengan komunikasi politik.
Perluasan yang begitu cepat dan keragaman dari bidang kajian politik tersebut
182
ternyata masih belum mampu menggiring para ilmuwan ke dalam suatu konsensus
mengenai pemasaran politik. Polarisasi pemikiran tentang pemasaran politik
misalnya masih mengerucut ke dalam kubu-kubu pemikiran yang lebih fokus pada
anggapan bahwa kajian tentang pemasaran politik itu lebih dekat dengan
ketertkaitan antara pemasaran politik dengan hasrat untuk menjelaskan mengenai
perilaku para pemimpin politik. Kutub pemikiran lainnya lebih fokus pada kajian
mengenai hubungan pemasaran politik dalam kaitan dengan hasarat untuk
memahami proses-proses politik sebagai bagian dari komunikasi poltik, terutama
hasrat
para
pengkaji
terhadap
seni
persuasi
(Scammell:1999,
dalam
Solatun:2014,19). Seni dan teknik persuasi berbasis media massa di era awal abad
ke-21 telah menjadi perangkat yang sangat menonjol dalam kebanyakan
komunikasi pemasaran politik (Defleur & Rokeach,1989:272-274 dalam
Solatun:2014,20).
Para peminat kajian pemasaran di dunia, terutama di Amerika Serikat,
mengadopsi konsep pemasaran politik dengan memasukkan satu kata penting
“gagasan” ke dalam definisi mereka, sehingga definisi komunikasi pemasran
politik diarahkan untuk merujuk pada suatu proses merencanakan dan
mengeksekusi konsep-konsep, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasangagasan, barang-barang dan layanan jasa untuk menciptakan suatu pertukaran
yang dapat memuaskan atau memenuhi sasaran baik sasaran orang perorangan
atau organisasi/ instansi/ perusahaan (Wring,1997:652 dalam Solatun,2014:20).
Kita menemukan adanya kemiripan antara pemasaran politik dan pemasaran jasa
(Harrop,1990; Scammell,1995 dalam Solatun,2014:20).
183
Pemasaran politik juga merupakan hasil perkawinan antara pemasaran dan
politik yangh secara empirik merupakan penambahan ke dalam arena politik oleh
pemasaran. Kombinasi atau percampuran ini menghasilkan sebuah gambaran yang
lebih lengkap dari perilaku partai-partai politik. Tentu saja terdapat berbagai
perbedaan antara pemasaran dengan pemasaran politik. Kita dapat mengenali
sekurang-kurangnya terdapat tujuh perbedaan utama antara pemasaran dalam
pengertian umum dan pemasaran politik yang berturut-turut sebagai berikut :
1.Seluruh pemilih atau pencoblos (pembeli kebijakan politik) melakukan
pembeliannya secara serempak serentak pada hari yang sama. Kerangka waktu ini
sngat berbeda dari yang biasa terjadi pada pembelian barang atau jasa yang bukan
kebijakan politik. Meskipun terdapat kesamaan antara pool pendapat publik dan
metode tracking dalam popularisasi merk dagang, tetap saja popularisasi merk
dagang ini benar-benar berbasiskan pada keputusan membeli yang sesungguhnya
(benar-benar membeli), sedangkan pembelian kebijakan politik semata didasarkan
pada pertanyaan-pertanyaan hipotetik.
2.Pilihan dalam pemungutan suara atau voting, sama sekali tidak berdasarkan
suatu ketetapan harga yang dilabelkan secara terbuka dengan label harga satuan
yang lazim dilekatkan pada barang atau jasa sehingga pihak-pihak yang
bertransaksi masing-masing membuat keputusan pembelian menurut harga yang
terlabel tersebut.
3.Para pemilih harus menyatukan pilihannya dengan pilihan kolektif meskipun
boleh jadi sebagian diantara mereka tidak benar-benar memiliki kesukaan yang
sama.
184
4.Pemenang Pemilihan Umum berhak memperoleh secara mutlak atau
keseluruhan atas hak pengaturan kebijakan seperti yang berlaku di Inggris dan
Malaysia.
5.Produk yang dipasarkan di dalam pemasaran politik adalah partai politik dan
para kandidat yang bersifat intangible (tidak benar-benar dapat dilihat) sehingga
para pemilih tidak dapat memeriksa dengan seksama dalam arti sesungguhnya
terlebih dahulu, lalu membuat penilaian tentang keseluruhan isi paket, baru
kemudian memutuskan untuk membeli.
6.Di berbagai negara yang memberlakukan praksis politik seperti ini, termasuk di
Inggris, berakibat pada sangat sulitnya untuk membentuk atau mendirikan sebuah
partai baru yang benar-benar sukses.
7.Di dalam kebanyakan situasi pemasaran produk non politik, merk-merk dagang
terkemuka cenderung tetap berada di posisi terdepan (Solatun,2014:22).
Persoalan mendasar yang membedakan pemasaran politik dan bukan
politik juga adalah karena arena pemasaran politik sangat berbeda dengan dunia
perdagangan barang dan jasa konvensional. Arena pemasaran politik penuh
dengan gagasan-gagasan, emosi, konflik dan kemitraan (Kotler & Keller, 1999).
Dalam dunia perdagangan tidak dikenal kampanye atau iklan negatif yang sangat
lazim terjadi di dalam arena komunikasi dan pemasaran politik, terutama dalam
kampanye politik (O’Shaughnessy,1999).
Pemasaran politik kemudian, dapat dipahami sebagai sebuah arena yang di
dalamnya terjadi transfer berbagai kerangka berpikir, teori dan teknik pemasaran
produk dan terutama jasa (pemasaran dalam arti mainstream) ke dalam arena
185
untuk memasarkan atau menawarkan produk intangible, yaitu janji kebijakan
politik. Transfer secara langsung kerangka berpikir (paradigma) dan teori-teori
pemasaran mainstream ke dalam praktik pemasaran politik hingga saat ini
memang masih dianggap sebagai sesuatu yang patut dipertanyakan (Lock and
Harris,1996 dalam Solatun.2014:24). Para peminat kajian dan praktisi pemasaran
politik oleh karena itu kemudian berusaha untuk mengembangkan kerangka
berpikirnya yang tersendiri dengan cara menyesuaikan terhadap literature induk
mengenai pemasaran kemudian mengembangkan model-model prediksi dan
preskripsi yang tersendiri.
Kesungguhan usaha pemasaran politik yang demikian ini, diyakini akan
dapat memaksimalkan potensi pemenangan partai politik dan para kandidat.
Pemaksimalan tersebut akan dapat menjadi sebuah keniscayaan misalnya karena
hal tersebut secara akademik maupun berdasarkan fakta empirik terbukti
dimungkinkan, misalnya melalui usaha-usaha penerapan teknik-teknik pemasaran
yang baku ke dalam pemasaran dan kampanye politik yang pada gilirannya akan
dpat memastikan atau menjamin bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian seluruh tahapan kampanye politik akan berjalan secara sistematik.
Efisien dan terarah pada memperoleh sasarannya yaitu keputusn pemilih untuk
menjadikan partai politik dan para kandidat sebagai pilihan mereka (Kotler and
Kotler,1999).
Keefektifan dan keefisienan yang dimaksud dalam konteks pemasaran
politik yang seperti ini, dimaksudkan untuk menyatakan bahwa dalam komunikasi
dan pemasaran atau kampanye politik yang terencana, serta dilaksanakan dan
186
dikendalikan secara sistematik niscaya akan dapat mempromosikan secara efektif
platform dan janji-janji kebijakan partai-partai politik dan para kandidat-nya
(Solatun,2014:24).
Keunikan dan pentingnya sumbangan komunikasi pemasaran politik ini
terletak pada bahwa kedudukan startegi di dalam kampanye pemilihan umum
mempengaruhi tujuan, prioritas-prioritas , kebijakan-kebijakan dan perilaku partai
politik. Elemen strategi ini juga pada saat bersamaan merupakan ancaman yang
sangat serius terhadap proses-proses demokrasi. Pemasaran politik oleh karena
ancaman ini, semestinya dipisahkan dari berurusan pada propaganda politik
tersebut paling tidak menjadi sangat penting karena dalam propaganda politik
syahwat politik menjadi faktor yang mengendalikan segala tahapan komuniaksi
yang diperlukannya.
Logika-logika yang dibangun, dikembangkan, dan dioperasionalisasikan di
dalam program-program propaganda politik cenderung bersifat spesialistik dan
interest driven. Logika ilmiah dan logika alamiah nyaris tidak mendapat tempat di
dalam lingkungan praksis propaganda politik. Hal ini disebabkan oleh pijakan
dasar, tujuan dan sasaran propaganda politik yang tidak mungkin dikongsikan
(shared) secara terbuka dan timbal balik antara pihak-pihak yang terlibat, terutama
antara
superordinat
propaganda
dengan
subordinat
propaganda.
Istilah
superordiant yang dihadapkan secara vis a vis terhadap subordinat dalam
perbincangan propaganda politik di sini merujuk pada kesepihakan sikap dari
pengendali program propaganda yang cenderung mengambil posisi sepihak dan
berhadapan secara diametral dengan khalayak yang secara konseptual dapat
187
didefinisikan sebagai objek propaganda mereka. Istilah objek propaganda itu
sendiri tentu tidak akan pernah dipergunakan secara eksplisit oleh pihak-pihak
pengendali propaganda. Namun, perilaku mengobjektifikasi khalayak yang
dipraktikkan oleh pihak pengendalai propaganda politik, dapat ditunjuk sebagai
rujukan konstruksi objek propaganda politik (Solatun,2014:52).
Komunikasi pemasaran politik sebagai sebuah institusi organisasional
yang mengintegrasikan komunikasi politik dan pemasaran politik, kemudian
dengan tetap memiliki bobot fokus perhatian yang signifikan pada proses-proses
komunikasi, tetapi juga pada saat bersamaan mengintegrasikan ke dalamnya fokus
yang sama pentingnya terhadap aspek-aspek penting pemasaran politik (produk,
harga, tempat, dan promosi politik) dengan bauran komunikasi politik (partai /
tokoh politik, isu politik, khalayak politik, media komunikasi politik dan dampak
komuniksi politik). Produk dalam komunikasi pemasaran politik dapat berupa
tokoh orang perorangan, partai politik, atau ideologi politik. Ciri-ciri analitik
produk sebagai elemen subjektif dalam bauran komunikasi pemasaran politik
dapat berupa kredibilitas moral-intelektual dan sosiokultural kandidat, yang
dengannya platform politik kontestan dan gagasan-gagasan politik pembangunan
dan juga pembangunan politik dapat dikemas sedemikian rupa, disjikan dan
ditawarkan kepada khalayak di arena pasar politik. Komunikator dalam sebuah
program komunikasi pemasaran politik dengan demikian akan dituntut tampil
untuk merepresentasikan dan atau mengatasnamakan kandidat dan atau partai
politik kontestan pemilu yang mengusung gagasan-gagasan politik subjektif untuk
diamanatkan kepada kandidat atau partai politik agar dapat diimplementasikan
188
dalam kancah kekuasaan pemerintah jika berhasil memenangi pemilihan umum.
Gagasan-gagasan politik pembangunan dan pembangunan politik dapat dicirikan
dan
dikenali
kualitasnya
berdasarkan
ciri
basis
ideologisnya,
arah
keberpihakannya, serta kompatibilitas, operasionalitas, dan rasionalitas tujuan dan
sasaran yang hendak dicapainya. Baku mutu yang layak dipergunakan untuk
mengukur nilai intrinsik dari suatu gagasan politik sebagai sebuah wujud nyata
produk politik adalah tingkat atau derajat kesepadanannya dengan hasrat,
kebutuhan, dan selera khalayak terhadap tujuan dan sasaran daripada gagasan
politik pembangunan tersebut. Derajat kesepadanan (kompatibilitas) dalam
konteks seperti ini tidak sama sekali bermakna bahwa kualitas produk tidak perlu
memenuhi baku mutu ilmiah dan alamiah, tetapi sebaliknya bahwa hasrat,
kebutuhan dan selera khalayak yang sesungguhnya adalah baku mutu ilmiah dan
alamiah itu sendiri (Solatun,2014:55).
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengembangkan strategi dan rencana
pemasaran adalah sebagai berikut : unsur utama proses manajemen pemasaran
adalah strategi dan rencana pemasaran yang mendalam dan kreatif yang dapat
memandu kegiatan pemasaran.
Dalam Pemilihan Umum 2014 tampak terdapat beberapa media yang
menunjukkan keberpihakannya terhadap calon presiden tertentu. Tentu saja hal ini
menjadi tantangan bagi tim media dan komunikasi Prabowo Subianto dalam
melaksanakan dan menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik untuk
membentuk Personal Branding Prabowo Subianto supaya lebih dikenal oleh
189
masyarakat. Bagaimana Tim media dan komunikasi menghadapi keberpihakan
itu. Berikut jawaban Informan Haris :
“Menurut gua,ee..Prabowo kurang berhasil meng-grab (menangkap hati)
media, dalam arti gini..ada istilah bahwa Jokowi adalah media darling..ada
istilah juga kalau anda ingin menjadi seorang presiden hubungi media..anda
ingin menjadi seorang kapolri hubungi media..anda ingin menjadi ee..jabatan
tertinggi atau apa hubungi media..itu dalam arti bahwa media memegang
peranan penting..ee..dalam suatu ranah politik.. Nah ketika pilpres itu..menurut
gua Prabowo dalam posisi yang tidak menguntungkan..karena apa..karena
Jokowi..sudah menjadi media darling terlebih dahulu..hampir semua media
televisi nasional itu selalu menayangkan Jokowi..berita apapun juga..ketika
beliau (Jokowi) menjadi gubernur.. Sedangkan Prabowo hanya beberapa aja
(pemberitaan oleh media). Dia (Prabowo Subianto) mulai ee..banyak
bermunculan berita tentang Prabowo itu ketika menjelang pilpres.. jadi
wargapun lebih ee...mengenal sosok Jokowi yang sederhana..suka segala
macem..walaupun ada beberapa orang yang berpendapat bahwa itu hanya
sekedar pencitraan (Jokowi) semata.. Nah sayangnya adalah eee...media-media
yang mendukung Prabowo menurut gua kurang bagus dalam mengemas suatu
pemberitaan..dibanding dengan media yang mendukung Jokowi..”.
“Mereka (Media yang mendukung Jokowi) pintar dalam mengambil hati
pemirsa.. (Media yang mendukung) Jokowi pinter dalam ee..meng-grab (meraihmenarik) artinya apa ya..bisa mengambil hati pemirsalah.. Jadi dia (Jokowi) tahu
kapan dia harus mengeluarkan statement yang ee..apa adanya..menjadi diri
pribadi (Jokowi) yang apa adanya..kesederhanaan..itu kan yang sebenernya
dicari oleh Orang Indonesia.. Dan Prabowo dengan sikap..ya dia (Prabowo
Subianto) berlatar belakang militer ya..yang kalau bilang A- ya A..B ya
B..memang sih agak sedikit kaku kalau Prabowo..dibanding dengan Jokowi.. Jadi
keleluasaan mediapun akhirnya beda..kalau ke Jokowi mungkin agak sedikit lebih
luwes daripada ke Prabowo..karena Prabowo..latar belakang background mereka
yang berbeda.. Dan keberpihakan beberapa pemilik media dalam mendukung
ee..salah satu calon, yang membuat ya calon itu sukses menang menuju Istana..
Surya Paloh..terang-terangan dirinya (Surya Paloh) dan TV-nya mendukung
Jokowi.. Dan ingat..pemilik media lain yang secara tidak tersirat mendukung
Jokowi tapi dari pemberitaan media tersebut terlihat jelas bahwa media tersebut
mendukung salah satu calon..”.
Pengembangan
strategi
pemasaran
yang
benar
sepanjang
waktu
memerlukan bauran disiplin dan fleksibel. Perusahaan harus tetap berpegang pada
strategi, tetapi juga menemukan cara baru untuk terus mengembangkannya.
Pemasaran juga harus selalu meningkatkan strategi untuk sejumlah produk dan
190
jasa di dalam organisasinya. Sebagai pemasaran bisnis ke bisnis yang sangat
sukses. Misalnya, harus senantiasa merancang dan mengimplementasikan
kegiatan pemasaran pada berbagai tingkat dan untuk banyak unit organisasi.
(Kotler,2013:35).
1. Proses penghantaran nilai melibatkan pemilihan (atau pengidentifikasian),
penyediaan (atau pengantaran), dan pengkomunikasian nilai yang unggul.
Rantai nilai adalah sarana untuk mengidentifikasi aktivitas kunci yang
menciptakan nilai dan biaya untuk bisnis yang spesifik.
2. Perusahaan yang kuat mengembangkan kapabilitas yang unggul dalam
mengatur proses bisnis inti seperti realisasi produk baru, manajemen
persediaan, dan akuisisi serta retensi pelanggan. Mengatur proses inti ini
secara efektif berarti menciptakan jaringan pemasaran di mana perusahaan
bekerja secara dekat dengan semua pihak dalam rantai produksi dan
distribusi, dari pemasok bahan baku hingga ke distribusi eceran. Perusahaan
tidak lagi bersaing—jaringan pemasaran yang melakukannya.
3. Menurut satu pandangan, pemasaran holistik memaksimalkan ekplorasi nilai
dengan memahami hubungan antara ruang kognitif pelanggan, ruang
kompetensi perusahaan, dan ruang sumber daya kolaborator; memaksimalkan
penciptaan nilai dengan mengidentifikasi manfaat baru pelanggan dari ruang
kognitif pelanggan, mengutilisasi kompetensi inti dari wilayah bisnisnya,
serta memilih dan mengatur rekan bisnis dari jaringan kolaboratifnya; dan
memaksimalkan penghantaran nilai dengan menjadi ahli dalam manajemen
191
hubungan pelanggan, manajemen sumber daya internal, dan manajemen
kemitraan bisnis.
4. Perencanaan strategis berorientasi pasar adalah proses managerial dalam
mengembangkan serta mempertahankan hubungan yang baik antara tujuan,
kemampuan dan sumber daya organisasi serta peluang dari perubahan pasar.
Tujuan dari perencanaan strategis adalah membentuk bisnis dan produk
perusahaan sehingga dapat mencapai sasaran keuntungan dan pertumbuhan.
Perencanaan strategis diperlukan pada empat tingkatan: korporasi, divisi, unit
bisnis, dan produk.
5. Strategi korporasi mendirikan kerangka dari dalam di mana divisi dan unit
bisnis menyiapkan rencana strategis mereka. Penetapan strategi korporasi
membutuhkan empat aktivitas: mendefinisikan misi korporat, mendirikan unit
bisnis strategis (SBU), menetapkan sumber daya pada masing-masing SBU
berdasarkan daya tarik pasar dan kekuatan bisnisnya, serta merencanakan
bisnis baru dan memperkecil ukuran bisnis lama.
6. Perencanaan strategis bagi bisnis individu membutuhkan aktivitas berikut:
mendefinisikan misi bisnis, menganalisis kesempatan dan ancaman eksternal,
menganalisis kekuatan dan kelemahan internal, menformulasikan tujuan,
menformulasikan
strategi,
menformulasikan
program
dukungan,
mengimplementasikan program, dan mengumpulkan umpan balik dan
menjalankan pengawasan.
192
7.
Masing-masing tingkat produk dalam unit bisnis harus mengembangkan
rencana pemasaran untuk mencapai tujuannya. Rencana pemasaran adalah
salah satu output paling penting dari proses pemasaran. (Kotler,2013:68).
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengumpulkan informasi dan
memindai lingkungan terkait dengan pemasaran adalah sebagai berikut :
pengembangan dan pengimplementasian rencana pemasaran memerlukan sejulan
keputusan.
Bagaimana Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto ketika Pemilihan Umum 2014. Berikut jawaban
Informan Elizabeth :
“Strategi-nya tuh ini lewat apa menurut aku standard aja sih..jadi dia
(Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) itu ada beberapa bagian (Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) yang mengerjakan kampanye..mulai
dari pileg sampai pilpres..jadi kayak misalnya mas Budi Purnomo dia itu humasnya Prabowo.. Jadi dia segalah hal yang terkait dengan Prabowo, jadwal
(kampanye Prabowo Subianto) atau segala macem itu (tugas) Budi Purnomo..
Terus Mas Ari Seno..nah Mas Ari Seno itu eee..kayak semacam PR-nya (Public
Relations) Gerindra.. Itu kalau penangkapan saya ya.. Terus ada lagi Bakom
(Badan Komunikasi) itu ketuanya Fadli Zon..jadi eee..apa ada beberapa cabang
di pada saat pileg dan pilpres.. Misalnya kayak Ari Seno itu dia kan bikin
Gerindra Media Center..Nah Gerindra Media Center itu letaknya di kantor DPP
Gerindra yang kerjanya tuh secara rutin sebelum pileg-lah, kira-kira pokoknya
mulai kapan ya, tanggal-nya sih saya lupa persis ya, pokonya pileg itu kan april
2014, nah mereka (Gerindra Media Center) tuh udah mulai kerja sekitar januari
februari 2014..itu udah ee..membina hubungan dengan wartawan..terus bikin
misalnya..ee..diresmikan tuh..Gerindra Media Center itu diresmikan..jadi selalu
kayak ada semacam event-event..terus begitu nama caleg Partai Gerindra) udah
resmi (diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum / KPU), mereka (Gerindra
Media Center) tuh intens mengirimkan misalnya caleg-caleg yang dianggap
ee..punya kekhasan..misalnya caleg-nya ahli di bidang lingkungan, dia (caleg
Gerindra) ngomong soal lingkungan..”
“Itu (caleg Gerindra) dikirimkan secara rutin ke hadapan Pers di
(Gerindra Media Center)..misalnya (pemikiran caleg Gerindra tersebut
disampaikan) lewat e-mail, atau saat ditengah-tengah acara tuh mereka (caleg
Partai Gerindra) membuat konferensi pers..atau misalnya launching album
193
(kampanye), launching ikon..itu tempatnya di Gerindra Media Center.. Nah terus
eemm..disisi lain Budi Purnomo megang Prabowo, jadi misalnya ada ee..kan
kampanye caleg itu kan sama kayak kampanye partai kan..jadi Prabowo yangt
suka kemana-mana waktu itu..gitu.. Nah itu schedule-nya (Prabowo Subianto)
Mas Budi yang mengatur.. Nah sementara kalau Fadli Zon sih lebih kepada isuisu strategis partai (Gerindra) ya misalnya koalisi (Partai Gerindra) sama
siapa..gitu..”.
Pengambilan keputusan tersebut merupakan seni sekaligus ilmu. Untuk
memberikan pengetahuan dan inspirasi bagi pengambilan keputusan pemasaran,
perusahaan harus memiliki informasi terbaru yang komprehensif tentang tren
makro, juga tentang efek makro tertentu bagi bisnis mereka. Pemasar holistic
menyadari bahwa lingkungan pemasaran senantiasa menampilkan peluang dan
ancaman baru dan mereka memahami arti penting pengamatan dan penyesuaian
berkelanjutan terhadap lingkungan tersebut. (Kotler,2013:71).
1.
Untuk melaksanakan tanggung jawab analisis, pe-rencanaan, implementasi,
dan pengendalian mereka, manajer pemasaran memerlukan sistem informasi
pemasaran (MIS). Peran MIS adalah menilai kebutuhan informasi manajer,
mengembangkan informasi yang dibutuhkan, dan mendistribusikan informasi
tersebut secara tepat waktu.
2.
MIS mempunyai tiga komponen: (a) sistem pencatatan internal, yang meliputi
informasi tentang siklus pesanan sampai pembayaran dan sistem informasi
penjualan; (b) sistem intelijen pemasaran, kumpulan prosedur dan sumber
daya yang digunakan oleh manajer untuk mendapatkan informasi setiap hari
tentang perkembangan penting dalam lingkungan pemasaran; dan (c) sistem
riset pemasaran yang memungkinkan desain sistematis, pengumpulan,
194
analisis dan pelaporan data dan temuan yang relevan terhadap situasi
pemasaran tertentu.
3.
Pemasar menemukan banyak peluang dengan meng-identifikasi tren (arah
atau urutan kejadian yang mempunyai momentum dan bertahan cukup lama)
dan megatren (perubahan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi utama yang
mempunyai pengaruh bertahan sangat lama).
4.
Dalam gambaran global yang cepat berubah, pemasar harus mengamati enam
kekuatan lingkungan yang utama: demografis, ekonomi, sosial-budaya, alam,
teknologi, dan politik-hukum.
5.
Dalam lingkungan demografis, pemasar harus me-nyadari pertuiribuhan
populasi di seluruh dunia; perubahan bauran usia, komposisi etnis, dan
tingkat pendidikan; munculnya keluarga nontradisional; dan perubahan
geografis yang besar dalam populasi.
6.
Di bidang ekonomi, pemasar harus berfokus pada distribusi pendapatan dan
tingkat tabungan, utang, dan ketersediaart kredit.
7.
Di bidang sosial-budaya, pemasar harus memahami pandangan orang tentang
diri mereka sendiri, orang lain, organisasi, masyarakat, alam, dan alam
semesta. Mereka harus memasarkan produk yang berhubungan dengan nilai
inti dan nilai sekunder masyarakat dan menghantarkan kebutuhan berbagai
subbudaya dalam masyarakat.
8.
Di lingkungan alam, pemasar harus menyadari peningkatan kekhawatiran
masyarakat tentang ke-sehatan lingkungan. Kini banyak pemasar yang
195
menerapkan program pemasaran pelestarian dan hijau yang memberikan
solusi lingkungan yang lebih baik sebagai hasilnya.
9.
Di bidang teknologi, pemasar harus memperhitungkan tingkat perubahan
teknologi yang semakin pesat, peluang inovasi, anggaran R&D yang
beragam, dan semakin banyaknya peraturan pemerintah yang dibawa oleh
perubahan teknologi.
10. Dalam lingkungan politik-hukum, pemasar harus bekerja dalam banyak
hukum yang mengatur praktik bisnis dan bekerja sama dengan berbagai
kelompok kepentingan khusus. (Kotler,2013:95).
4.4.1.2. Branding Melalui Komunikasi Pemasaran Politik
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam melaksanakan riset pemasaran dan
meramalkan permintaan pasar adalah sebagai berikut : Pemasar yang baik
menginginkan pemahaman yang membantu mereka menerjemahkan kinerja masa
lalu dan juga merencanakan kegiatan masa depan.
Jika Prabowo Subianto hanya ingin mewarnai proses pendewasaan
kehidupan berdemokrasi di Indonesia, dengan Personal Branding Prabowo
Subianto saat ini bertolak belakang dengan pandangan di sebagian masyarakat
yang memandang bahwa seorang pemimpin khusunya presiden ya itu ya
merakyat. Seperti yang dilakukan oleh calon presiden Jokowi yaitu blusukan,
makan di warung, turun ke rakyat. Mengapa justru Prabowo subianto melakukan
strategi komunikasi pemasaran polik yang berlawanan dengan keinginan rakyat.
Sebenarnya strategi komunikasi pemasaran politik yang seperti apa yang
196
seharusnya dilakukan oleh Prabowo Subianto jika dirinya ingin menang. Berikut
jawaban Elizabeth :
“Susah ya..karena pertama saya nggak tahu ya apakah Prabowo subianto
mau atau nggak (diubah personal brandingnya menjadi kerakyatan)..itu.. Saya
sih nggak tahu ya..dia (Prabowo Subianto) itu di balik sikapnya yang galak,
militeristik itu, sama wartawan, dia (Prabowo Subianto) tuh sebenernya bisa
ditanya apa aja, apa aja yang ditanya sama dia (Prabowo Subianto) tuh dia
(Prabowo Subianto) bisa jawab, dengan terstruktur, dengan jujur ya, yang saya
suka dia (Prabowo Subianto) selalu menjawab dengan jujur..even (meskipun)
kalau dia (Prabowo Subianto) itu marahpun, itu karena dia (Prabowo Subianto)
terlalu jujur.. Tapi ada satu hal yang nggak bisa ditanyakan ke dia (Prabowo
Subianto)..HAM (Hak Asasi Manusia)..itu (jika ada media yang menanyakan
tentang pelanggaran HAM) dia Prabowo Subianto) nggak akan jawab,.dia
(Prabowo Subianto) akan selalu menghindar..dan dia (Prabowo Subianto) tuh
akan..akan apa ya..eemm..malah menurut saya dia (Prabowo Subianto) akan
curiga..kenapa lu (wartawan atau media) tanya tentang HAM..nah gitu..”
“Karena saya pernah kena (marah) Prabowo sekali..namya soal HAM
(pada Prabowo Subianto)..waktu itu.. sebenernya saya pernah menanyakan dua
kali sama Prabowo soal HAM, ya dijawab panjang lebar (oleh Prabowo
Subianto) Prabowo juga cerita tentang Peristiwa 1998..walaupun tidak
menceritakannya secara detail.. Dia (Prabowo Subianto) hanya menceritakan
suasana yang terjadi (saat peristiwa 1998).. Nah pertanyaan saya kedua (yang
ditujukan
pada
Prabowo
Subianto)
itu
saya
tanyakan
dalam
doorstop..eemm..waktu karena tugas kantor kan..dan saya nanya soal HAM (pada
Prabowo Subianto)..waktu yang saya tanya semua kandidat (presiden)..bukan
hanya Prabowo..tapi juga Jokowi.. Saya tanya sama Prabowo bagaimana
dengan soal penegakan HAM ke depan..gitu..misalnya dia (Prabowo subianto)
jadi presiden.. Itu tuh Prabowo kaget saat saya tanya soal itu..dia (Prabowo
Subianto) nggak maun jawab..dia (Prabowo Subianto) waktu itu apa sih
namanya, doorstop kan jadi dia (Prabowo Subianto), menjawab..eemm,,HAM
ya..ya pasti kita akan menegakkan HAM (jawaban Prabowo Subianto) gitu.. Dia
(Prabowo Subianto) nggak marah..tapi itu kan (jawaban Prabowo Subianto)
jawaban yang normatif kan..”
“Terus
saya
desak
lagi
(Prabowo
Subianto)
dengan
menanyakan..maksudnya apa dengan penegakan HAM..konkritnya itu seperti
apa..?,apa (Prabowo Subianto) mau bikin Pengadilan HAM..?,saya tanyakan
seperti itu sama Prabowo..kemudian (Prabowo Subianto) menjawab..ya nantilah
kita bicarakan hal itu (soal Pertanyaan HAM) itu.. saat disitu tuh kondisinya
biasa aja..eh nggak tahunya nggak lama kemudian saya ditelpon..dapet telpon
dari siapa ya..lupa saya..pokoknya salah satu orang humasnya Gerindra.. Saya
ditanya oleh mereka (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto), eh..tadi
kamu tanya soal HAM ya..gitu.. Saya jawab..iya kenapa.., Nggak Bapak
197
(Prabowo subianto) kaget katanya..(ucapan tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto)..udah gitu doang..udah habis itu tai sudah biasa aja..nggak ada..nggak
ada masalah..Cuman kita kan (wartawan dan media) tanya apapun (pada nara
sumber) bebas kan.. Cuma sekali itu aja saya ditanya (oleh tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto)..lu bener tanya soal HAM..(mereka tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto) kayaknya surprised (terkejut)..kenapa (Prabowo
Subianto) ditanya soal HAM.. Ya iyalah..itu aja..”.
Mereka memerlukan informasi yang tepat waktu, akurat dan dapat
ditindaklanjuti tentang konsumen, persaingan dan merek mereka. Mereka juga
harus sebaik mungkin membuat keputusan taktis dalam jangka pendek dan
keputusan strategi dalam jangka panjang. Usaha untuk menemukan pandangan
konsumen dan memahami aplikasi pemasarannya sering menghasilkan peluncuran
produk
yang
berhasil
atau
mendorong
pertumbuhan
suatu
merek.
(Kotler,2013:100).
1. Perusahaan dapat mengadakan riset pemasaran sendirian atau mempekerjakan
perusahaan lain untuk melakukannya bagi mereka. Riset pemasaran yang baik
dicirikan oleh metode ilmiah, kreativitas, berbagai metode riset, pembuatan
model yang akurat, analisis biaya-manfaat, skeptisisme yang sehat, dan fokus
pada etika.
2. Proses riset pemasaran terdiri dari mendefinisikan masalah, alternatif
keputusan, dan tujuan riset; mengembangkan rencana riset; mengumpulkafi
informasi; menganalisis informasi; mempresentasikan temuan kepada
manajemen; dan mengambil keputusan.
3. Dalam mengadakan riset, perusahaan harus memutuskan apakah mereka akan
mengumpulkan data mereka sendiri atau menggunakan data yang sudah ada.
Mereka juga harus memutuskan pendekatan riset mana (observasi, kelompok
198
fokus, survei, data perilaku, atau eksperimen) dan instrumen riset mana
(kuesioner, ukuran kualitatif, atau alat teknologi) yang digunakan. Selain itu,
mereka harus memutuskan rencana pengambilan sampel dan metode kontak
(melalui surat, telepon, secara pribadi, atau online).
4. Dua pendekatan komplementer untuk mengukur produktivitas pemasaran
adalah: (1) ukuran pemasaran untuk menilai pengaruh pemasaran dan (2)
pemodelan bauran pemasaran untuk memperkirakan hubungan kausal dan
mengukur bagaimana kegiatan pemasaran mempengaruhi hasil. Papan
kendali
(dashboard)
pemasaran
adalah
cara
terstruktur
untuk
mendiseminasikan pandangan yang dikumpulkan dari dua pendekatan ini
dalam organisasi.
5.
Terdapat dua jenis permintaan: permintaan pasar dan permintaan perusahaan.
Untuk memperkirakan permintaan saat ini, perusahaan berusaha menentukan
total potensi pasar, potensi pasar suatu wilayah, penjualan industri, dan
pangsa pasar. Untuk memperkirakan permintaan masa depan, perusahaan
mensurvei
maksud
pembeli,
meminta
masukan
tenaga
penjualan,
mengumpulkan pendapat ahli, menganalisis penjualan masa lalu, atau terlibat
dalam uji pasar. Model matematika, teknik statistik yang canggih, dan
prosedur pengumpulan data terkomputerisasi sangatlah penting bagi semua
jenis peramalan permintaan dan penjualan. (Kotler,2013:130).
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto, apa saja yang dilakukan, dan strategi apa yang diterapkan.
Berikut jawaban Informan Taufan :
199
“Kan sebenernya begini..Pak Prabowo itu kan jarang muncul di media,
ya, di dulu-dulu (saat pemilihan umum presiden tahun 2004 dan tahun 2009), dan
sebelum-sebelumnya, itu udah, Nah saya (sebagai koordinator tim media dan
komunikasi) melakukan strategi komunikasi yang normatif aja, ya kan, jadi
bagaimana berhubungan dengan media, kemudian kalau ada event-event penting
ya Pak Prabowo, mempersiapkan jawaban-jawaban kalau ditanya wartawan, ya
kan, kemudian juga bagaimana menghandle (menangani) pemberitaan negatif
(terkait personal branding Prabowo Subianto), ya kan, bagaimana cara
menjawabnya, kemudian ya kira-kira begitulah, nggak ada hal yang luar biasa,”
“Karena Pak Prabowo itu orangnya dia bukan yang artis (suka diliput
oleh media) gitu, maksudnya yang gampang diatur, oh Bapak (Prabowo
Subianto) harus begini, Bapak (Prabowo Subianto) harus begitu, itu nggak bisa
dia (Prabowo Subianto), Misalnya lu harus, dia (Prabowo Subianto) bukan orang
yang suka bersandiwara, jadi dia (Prabowo Subianto) nggak mau, saya ya
Prabowo Subianto, (Prabowo Subianto) nggak suka yang gini-gitu yang begitu
loh (berlebihan dihadapan media), toh kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) bergerak dimana ya kan kegiatan capres kan juga banyak, koordinator
(tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) kan mengatur peliputan,
wawancara, apa sebenernya banyak banget..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menciptakan nilai, kepuasan dan
loyalitas pelanggan adalah sebagai berikut : Dewasa ini, perusahaan menghadapi
era persaingan yang paling hebat. Meskipun demikian, dengan beralih dari filosofi
produk dan penjualan ke filosofi pemasaran holistic, perusahaan akan
mendapatkan peluang yang baik untuk memenangkan persaingan. Dasar dari
orientasi pemasaran yang dibentuk dengan baik adalah hubungan dengan
pelanggan yang kuat. Pemasar harus berhubungan dengan pelanggan –
menginformasikan, melibatkan diri dan mungkin bahkan mendorong mereka
proses tersebut. John Chambers, CEO Cisco Systems, mengungkapkannya dengan
baik ketika ia menyarankan untuk “Membuat pelanggan anda menjadi pusat
budaya anda”. Perusahaan yang berpusat pada pelanggan mempunyai keahlian
200
dalam membangun hubungan pelanggan, bukan hanya produk, mereka ahli dalam
rekayasa pasar, bukan hanya dalam rekayasa produk. (Kotler,2013:133).
1.
Pelanggan adalah pemaksimal nilai. Mereka membentuk ekspektasi nilai dan
bertindak berdasarkan nilai tersebut. Pembeli akan membeli dari perusahaan
yang mereka anggap menawarkan nilai tertinggi yang dapat dihantarkan
kepada pelanggan, yang didefinisikan sebagai selisih antara total manfaat
pelanggan dan total biaya pelanggan.
2.
Kepuasan pembeli merupakan fungsi kinerja yang dipersepsikan produk dan
ekspektasi pembeli. Dengan mengenali bahwa kepuasan yang tinggi
menimbulkan loyalitas pelanggan yang tinggi, kini banyak perusahaan
membidik TCS (Total Customer Satisfaction)—kepuasan total pelanggan.
Untuk perusahaan-perusahaan semacam itu, kepuasan pelanggan menjadi
tujuan sekaligus sarana pemasaran.
3.
Kehilangan pelanggan yang menguntungkan dapat sangat mempengaruhi laba
perusahaan. Biaya menarik pelanggan baru diperkirakan lima kali lipat biaya
mempertahankan pelanggan lama agar tetap gembira. Kunci untuk
mempertahankan pelanggan adalah pemasaran hubungan.
4.
Kualitas adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa berdasarkan
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
Pemasar memainkan peran kunci dalam mencapai tingkat total kualitas yang
tinggi sehingga perusahaan tetap berjalan dan menguntungkan. Manajer
pemasaran harus menghitung nilai seumur hidup pelanggan dari basis
201
pelanggan mereka untuk memahami implikasi laba mereka. Mereka juga
harus menentukan cara untuk meningkatkan nilai basis pelanggan.
5.
Perusahaan juga menjadi ahli dalam manajemen hubungan pelanggan (CRM),
yang berfokus pada pengembangan program untuk menarik dan mempertahankan pelanggan yang tepat dan memenuhi kebutuhan individual
pelanggan bernilai tersebut. Manajemen hubungan pelanggan sering
memerlukan pembentukan database pelanggan dan penggalian data untuk
mendeteksi tren, segmen, dan kebutuhan individual.(Kotler,2013:163).
202
Apakah goals atau tujuan Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum
Presiden 2014 hanya untuk menang dan menjadi Presiden Indonesia. Berikut
jawaban Informan Taufan :
“Dia (Prabowo Subianto) itu, ada beberapa hal pada dirinya (Prabowo
Subianto) yang saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) tidak
setuju.. Kan ibarat perang itu kan tujuannya atau goalnya kan untuk meraih
kemenangan..ya kan..sementara Pak Prabowo itu lebih kepada ya udah nanti
terserah rakyat bagaimana ya kan memilih (Prabowo Subianto).. Ya kan, padahal
rakyat kan belum sempat kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
kita edukasi semuanya..waktunya pendek kan (pemilihan umum presiden
2014)..gitu..”
“Nah saya menilai, ada beberapa langkah yang harus kita lakukan, yang
bisa membuat, apa sounding (menerapkan Strategi Komunikasi Pemasaran
Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto) lebih besar pada
masyarakat.. Tapi kan Pak Prabowo orangnya ya udahlah ee..kita (Prabowo
Subianto) coba perbaiki bangsa lewat edukasi, jadi lebih, lebih banyak apa
edukasi (Strategi Komunikasi Pemasaran Politik Tim Media dan Komunikasi
Prabowo Subianto, terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto pada
Pemilihan Umum Presiden 2014.. Kita (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) itu mengedukasi..jadi agak ilmiah (menerapkan Strategi Komunikasi
Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding Prabowo Subianto)..gitu..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menganalisis pasar konsumen adalah
sebagai berikut : Tujuan pemasaran adalah memenuhi dan memuaskan kebutuhan
dan keinginan pelanggan sasaran dengan cara yang lebih baik daripada para
pesaing. Pemasar selalu mencari kemunculan tren pelanggan yang menunjukkan
peluang pemasaran baru. Misalnya, membuat pemasar memikirkan kembali
praktik mereka. (Kotler,2013:165).
1.
Perilaku konsumen dipengaruhi oleh tiga faktor: budaya (budaya, subbudaya,
dan kelas sosial); sosial (kelompok referensi, keluarga, serta peran dan status
203
sosial); dan pribadi (usia, tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan
ekonomi, gaya hidup, kepribadian, dan konsep diri), Penelitian atas semua
faktor ini dapat memberikan petunjuk bagi pemasar untuk menjangkau dan
melayani konsumen secara lebih efektif.
2.
Empat proses psikologi utama yang mempengaruhi perilaku konsumen:
motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori.
3.
Untuk memahami bagaimana konsumen benar-benar membuat keputusan
pembelian, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang mengambil keputusan
dan mempunyai masukan dalam keputusan pembelian; orang bisa menjadi
pemicu, pihak yang mempengaruhi, pengambil keputusan, pembeli, atau
pengguna. Kampanye pemasaran yang berbeda dapat ditargetkan kepada
masing-masing jenis orang. Proses pembelian umum terdiri dari unitan
kejadian berikut: pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian,
dan perilaku pasca pembelian. Tugas
pemasar adalah memahami perilaku pada setiap tahap. Sikap orang lain,
faktor situasional yang tidak diantisipasi, dan risiko anggapan, semuanya
mempengaruhi keputusan untnk membeli, dan juga tingkat kepuasan produk
pasca pembelian konsumen, pemakaian dan penyingkiran, dan tindakan dari
pihak perusahaan.
4.Konsumen adalah pengambil keputusan konstruktif dan terpapar banyak
pengaruh kontekstual. Konsumen sering mengalami keterlibatan rendah dalam
keputusan
mereka,
(Kotler,2013:196).
menggunakan
banyak
heuristik
sebagai
akibatnya.
204
Sejarah Prabowo Subianto dalam menuju cita-citanya untuk menjadi
presiden amat panjang. Tahun 2004 Prabowo Subianto gagal dalam Konvensi
Partai Golkar, kemudian pada Tahun 2009 Prabowo Subianto menjadi calon wakil
presiden Megawati Soekarnoputri dan kalah, Prabowo Subianto sudah dua kali
kalaha, pada pemilihan umum presiden 2014 mengapa Prabowo Subianto masih
ingin mengedukasi masyarakat, sedangkan yang dibutuhkan adalah penerapan
Strategi Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding
Prabowo Subianto, agar lebih dikenal oleh rakyat. Berikut jawaban Informan
Taufan :
“Pak Prabowo bilang tahun ini (2014) permintaan (pada Pak Prabowo
Subianto untuk menjadi presiden) begitu banyak..ya kan..dan menurut beliau
(Prabowo Subianto), ini pertarungan saya (Prabowo Subianto) yang
terakhir..gitu aja..ya kan..permintaan (pada Pak Prabowo Subianto untuk
menjadi presiden) dari Partai Gerindra dan Partai non Gerindra juga banyak,
teman-teman Pak Prabowo juga banyak yang meminta Pak Prabowo
mencalonkan diri sebagai presiden, sehingga ya gimana gitu (Prabowo Subianto
melaksanakan permintaan untuk menjadi calon prseiden tersebut) begitu..
Dengan bismillah Pak Prabowo bilang okelah dia (Prabowo Subianto) maju
(dalam pemilihan umum presiden 2014)..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menganalisis pasar bisnis sebagai
berikut : Organisasi bisnis tidak hanya menjual, mereka juga membeli banyak
bahan mentah, komponen manufaktur, pabrik dan peralatan, pasokan, dan layanan
bisnis. Di AS sendiri saja ada lebih dari 6 juta bisnis dengan karyawan yang
digaji. Untuk menciptakan dan menangkap nila, penjual harus memahami
kebutuhan, sumber daya, kebijakan dan prosedur pembelian organisasi ini.
(Kotler,2013:199).
205
1.
Pembelian organisasi merupakan proses pengambilan keputusan di mana
melalui ini organisasi formal menetapkan perlunya membeli produk dan jasa,
laiu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih di antara rnerek dan
pemasok alternatif. Pasar bisnis terdiri dari semua organisasi yang
mendapatkan barang dan jasa yang digunakan untuk membuat produk atau
jasa lain yang kemudian dijual, disewakan, atau dipasok ke organisasi lain,
2.
Dibandingkan pasar konsumen, pasar bisnis biasanya mempunyai pembeli
yang lebih sedikit namun lebih besar. Hubungan pelanggan-pemasok yang
lebih dekat, dan pembeli yang lebih terkonsentrasi secara geografis.
Permintaan dalam pasar bisnis diturunkan dari permintaan di pasar konsumen
dan berfluktuasi tergantung siklus bisnis. Meskipun demikian, total
permintaan untuk banyak barang dan jasa bisnis dapat dikatakan tidak elastis
terhadap harga. Pemasar bisnis harus menyadari peran pembeli profesional
dan pihak yang mempengaruhi mereka, perlu dilakukannya telepon
penjualan, dan arti penting pembelian langsung, keuntungan bagi kedua belah
pihak, dan penyewaan jangka panjang (leasing).
3.
Pusat pembelian adalah unit pengambilan keputusan dari organisasi yang
membeli. Pusat pembelian terdiri dari pencetus, pengguna, influencer,
pengambil keputusan, pemberi persetujuan, pembeli, dan penjaga gerbang,
Untuk mempengaruhi pihak-pihak ini, pemasar harus menyadari faktor
lingkungan, organisasional, antar-pribadi, dan individual.
4.
Proses pembelian terdiri dari delapan tahap yang di sebut fase pembelian: (1)
pengenalan masalah, (2) deskripsi kebutuhan umum, (3) spesifikasi produk,
206
(4) pencarian pemasok, (5) pengumpulan proposal (6) pemilihan pemasok, (7)
spesifikasi pesanan rutin, dan (8) tinjauan ulang kinerja.
5.
Pemasar bisnis harus membentuk ikatan dan hubungan yang kuat dengan
pelanggan mereka, dan memberikan nilai tambah kepada mereka. Meskipun
demikian,
beberapa
pelanggan
mungkin
lebih
menyukai
hubungan
transaksional.
6.Pasar lembaga terdiri dari sekolah, rumah sakit, rumah perawatan, penjara, dan
lembaga lain yang menyediakan barang dan jasa bagi orang-orang yang berada
dalam penanganan mereka. Pembeli untuk organisasi pemerintah cenderung
mengharuskan dilakukannya banyak pekerjaan administrasi dari vendor mereka
dan lebih menyukai penawaran terbuka serta perusahaan domestik. Pemasok harus
siap menyesuaikan penawaran mereka dengan kebutuhan dan prosedur khusus
yang ditemukan di pasar lembaga dan pemerintah. (Kotler,2013:225).
4.4.1.3. Perencanaan Strategis Komunikasi Pemasaran Politik
Apakah Prabowo Subianto pernah meminta kepada Tim Media dan
Komunikasi Prabowo Subianto untuk mempersonal brandingkan dirinya. Berikut
jawaban Informan Taufan :
“Secara oral..Beliau (Prabowo Subianto) ngomong langsung ke saya (Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)..tetapi saya sebagai media center
tahu diri..ya kan..untuk ngasih tahu begini begitu – begini begitu (Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding pada Prabowo
Subianto).. Permintaan dari Pak Prabowo ada yang ditampung (oleh tim media
dan komunikasi Prabowo subianto, ada yang nggak juga (dilaksanakan oleh Tim
Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)..gitu..karena Pak Prabowo kan nggak
pengen, diprsonal brandingkan dan Pak Prabowo nggak pengen pencitraan juga
itu masalahnya.. Jadi personal branding (Prabowo Subianto) yang dalam tanda
kutip dibuat-buat, misalnya harus begini begitu- harus begini begitu, (yang
207
dibuat-buat), dia (Prabowo Subianto) ya begitu nggak suka sesuatu yang dibuatbuat..begitu..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam mengidentifikasi segmen dan target
pasar adalah sebagai berikut : Perusahaan tidak dapat berhubungan dengan semua
pelanggan di pasar yang besar, luas atau beragam. Tetapi mereka dapat membagi
pasar seperti itu menjadi kelompok konsumen atau segmen dengan kebutuhan dan
keinginan berbeda. Kemudian perusahaan harus mengidentifikasi segmen pasar
mana yang dapat dilayaninya dengan efektif. Keputusan ini memerlukan
pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen dan pemikiran strategi yang
seksama. Untuk mengembangkan rencana pemasaran terbaik, manajer harus
memahami
apa
yang
membuat
setiap
segmen
unik
dan
berbeda.
(Kotler,2013:227).
1. Pemasaran sasaran meliputi tiga aktivitas: segmentasi pasar, penentuan target
pasar, dan positioning pasar.
2. Kita dapat membidik pasar pada empat tingkatan: segmen, ceruk, wilayah
lokal, dan individual. Segmen pasar adalah kelompok besar yang dapat
diidentifikasi di dalam sebuah pasar. Ceruk adalah kelompok yang
didefinisikan secara lebih sempit. Globalisasi dan Internet membuat
pemasaran ceruk lebih praktis bagi banyak pihak. Pemasar memenangkan
pasar lokal melalui pemasaran akar rumput untuk wilayah per-dagangan,
lingkungan tempat tinggal, dan bahkan toko individual,
3. Kini semakin banyak perusahaan yang mempraktikkan penyesuaian
(customization) perorangan dan massal. Mungkin di masa depan kita akan
208
melihat lebih banyak pemasaran mandiri, bentuk pemasaran di mana
konsumen per-orangan mengambil inisiatif dalam merancang produk dan
merek.
4. Ada dua dasar untuk mensegmentasi pasar konsumen: karakteristik konsumen
dan respons konsumen. Variabel segmentasi utama untuk pasar konsumen
adalah geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
Pemasar menggunakan variabel-variabel itu satu-satu atau dalam kombinasi.
5. Pemasar bisnis menggunakan semua variabel ini beserta variabel operasi,
pendekatan pembelian, dan faktor situasional.
6. Agar bermanfaat, segmen pasar harus dapat diukur, substansial, dapat
diakses, dapat didiferensiasikan, dan dapat ditindaklanjuti.
7. Perusahaan harus mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa
banyak dan mana segmen yang dibidik: segmen tunggal, beberapa segmen,
produk khusus, pasar khusus, atau pasar penuh. Jika perusahaan melayani
pasar penuh, perusahaan harus memilih antara pemasaran terdiferensiasi dan
pemasaran tanpa diferensiasi. Perusahaan juga harus mengamati hubungan
segmen dan mencari ekonomi cakupan dan potensi pemasaran bagi segmen
super.
8.
Pemasar harus mengembangkan rencana invasi segmen-per-segmen dan
memilih pasar sasaran dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial
setiap saat. (Kotler,2013:254).
Bukankah Personal Branding melalui Komunikasi Pemasaran Politik itu
untuk menang. Berikut jawaban Informan Taufan.
209
“Ya bener memang harusnya begitu, tapi Pak Prabowo nggak mau lebay
gitu loh..ya nggak mau lebay (Prabowo Subianto).. Jadi dia (Prabowo Subianto)
nggak mau menampilkkan yang bukan dan yang tidak biasa dilakukannya
(Prabowo Subianto)..misalnya (Prabowo Subianto) makan di Warteg nih..ya dia
(Prabowo Subianto) kalau thau itu dishoot TV (diliput) TV artinya pencitraan
kan, jadi dia (Prabowo Subianto) nggak mau., Kan dia (Prabowo Subianto)
nggak pernah makan diWarteg, karena memang Pak Prabowo nggak pernah
makan di Warteg..kecuali ada kepentingan (Prabowo Subianto) untuk menyapa
rakyat misalnya.. Tapi kalau (Prabowo Subianto) dishoot atau diliput oleh media
Pak Prabowo nggak mau.. Saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
pernah kok mau menolong seorang anak dibawah umur, yang disiksa oleh pacar
ibunya.. di daerah Pluit.. Dia (Prabowo Subianto) mau nolong..dalam hati Pak
Prabowo ingin nolong cuma Pak Prabowo nggak mau ada pemberitaan (oleh
media)..”
“Kan padahal (personal branding) menurut saya kan penting..ya
kan..apa yang dilakukan (oleh Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
saya kirim wartawan juga..tapi dia (Prabowo Subianto) kemudian marah-marah
cariin saya (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto)..ya kan..itu karena dia
(Prabowo Subianto) hanya mau menolong aja gitu loh..la itu bedanya itu loh
(Penerapan Strategi Komunikasi Pemasaran Politik oleh Tim media dan
Komunikasi Prabowo Subianto terkait dengan Personal Branding Prabowo
Subianto dengan Keinginan Prabowo sendiri yang tidak ingin diliput oleh
wartawan).. ya itu bedanya kan(dibandingkan dengan calon presiden lain yaitu
Jokowi yang selalu senang jika diliput media).. Sekarang kan kalau (Prabowo
Subianto) nolong saat Kampanye, kan perlu dipublikasi sebenarnya..ya
kan..hehehe..kan itu (Prabowo Subianto menolong orang lain) juga alamiah..gitu
loh..tapi Pak Prabowo nggak mau diliput sama media..”
“Pernah lagi misalnya yang saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) alami..ada Seniman susah..ya kan..kakinya (Seniman) luka dan dia
(Seniman) harus ditolong..cara nolongnya gimana ya dengan cara membeli
lukisannya..karena Seniman itu sudah datang ke Jokowi (untuk menawarkan
lukisan)..datang juga ke Pak Dahlan..ke Pak Ahok juga..nggak ada yang mau beli
lukisan Seniman tadi.. Akhirnya apa yang dilakukan oleh Seniman tadi..ke Pak
Prabowo..ya terus Pak Prabowo beli kan..tapi dia (Prabowo subianto) juga
nggak mau dipublikasi..(bantuan Prabowo Subianto untuk Seniman
tersebut)..akhirnya apa yang dilakukan oleh Pak Prabowo..saya (tim media dan
komunikasi Prabowo Subianto) yang disuruh ini ngasih (bantuan ke
Seniman)..bukan Pak Prabowo sendiri yang ngasih (bantuan ke Seniman).. Itu
yang pertama..terus yang kedua, ini Pak Raden nih..ini Pak Raden..cerita tentang
Pak Raden, yang barusan.. Kemudian yang kedua..ini ada teater anak-anak yang
akan pergi ke India..untuk mengikuti festival..ini pimpinannya Jose Rizal yang di
TIM (Taman Ismail Marzuki) itu loh..”
210
“Itu pas dia (teater anak-anak) lagi ada acara apa gitu Pak Prabowo ada
disana..kemudian Pak Prabowo denger kok ada aktifitas..pas Pak Prabowo lihat
oh ada anak-anak yang mau itu berangkat ke India.. Dia (Prabowo subianto) ikut
menyumbang juga..tapi Pak Prabowo nggak mau juga dipublikasi..saya (tim
media dan komunikasi Prabowo Subianto) juga yang ngasih..angkanya
(sumbangan untuk teater anak-anak) signifikan sekali..besar sumbangannya..
Saya (tim media dan komunikasi Prabowo Subianto) yang ngasih.. Bantuan Pak
Prabowo untuk Pak Raden itu sekitar lima puluh juta..sedangkan bantuan untuk
teater anak-anak itu bantuan Pak Prabowo dua ratus juta..ya saya (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) juga yang inikan (memberikan pada orangorang yang membutuhkan bantuan Prabowo Subianto) gitu loh.. Padahal itu
(Tindakan Prabowo subianto yang memberikan bantuan pada orang-orang yang
membutuhkan bantuannya dengan nominal yang besar) menurut saya (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) kalau diblow up luar biasa (diliput oleh
media dan disiarkan atau ditayangkan di TV ketika Prabowo Subianto sendiri
yang memberikan sumbangan ) kan cantik gitu loh (Personal Branding Prabowo
Subianto)..tapi Pak Prabowo nggak mau diliput..Pak Prabowo enggan
tindakannya tadi dipublikasi oleh media..”
“Jadi begitulah..Pak Prabowo ya kan..tapi bukan berarti kita (Tim Media
dan Komunikasi Prabowo Subianto) kemudian nggak ada berita kan..terkait
bantuan Pak Prabowo tadi.. Ya udah..saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto) yang jadi selebritis..ya kan..jadi diberitakan..gitu loh.. Tapi kan
judulnya tetep (pemberitaan di media) Prabowo Kasih Sumbangan Ini (judul di
Media yang memberitakan)..cuman nggak ada gambar Pak Prabowo saat
memberikan sumbangan..kadang yang dibertiakan di media ada foto Pak
Prabowo tapi statement dari saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo
Subianto)..ya kan..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa dalam menciptakan ekuitas merek adalah
sebagai berikut, bahwa Inti merek yang berhasil adalah produk atau jasa yang
hebat, didukung oleh perencanaan yang seksama, sejumlah besar komitmen
jangka panjang dan pemasaran yang dirancang dan dijalankan secara kreatif.
Merek
yang
kuat
menghasilkan
loyalitas
konsumen
yang
tinggi.
(Kotler,2013:257).
1. Sebuah merek adalah sebuah nama, tanda, simbol, desain atau kombinasi dari
beberapa elemen ini, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang
dan jasa dari satu atau sekumpulan penjual dan untuk mendiferensiasikan
211
mereka dari para pesaingnya. Komponen yang berbeda dari merek—nama
merek, logo, simbol, desain kemasan dan lainnya—disebut sebagai elemen
merek.
2. Merek menawarkan sejumlah manfaat bagi pelanggan dan perusahaan. Merek
merupakan aset tak berwujud yang berharga yang perlu dikelola dengan
seksama. Kunci dari penetapan merek adalah membuat pelanggan me-nyadari
perbedaan di antara merek-merek dalam sebuah kategori produk.
3. Ekuitas merek harus didefinisikan berdasarkan efek pemasaran yang secara
unik dapat diatributkan ke sebuah merek. Artinya, ekuitas merek terkait
dengan fakta bahwa akan diperoleh hasil yang berbeda dari pemasaran suatu
produk atau jasa karena mereknya, dibandingkan dengan hasil bila produk
atau jasa yang sama tidak teridentifikasi oleh merek tersebut.
4. Pembangunan ekuitas merek bergantung pada tiga faktor utama (1) pilihan
awal untuk elemen atau identitas merek yang membentuk merek; (2) cara
merek diintegrasikan ke dalam dukungan program pemasaran; dan (3)
asosiasi yang dipindahkan secara tidak langsung ke merek dengan
menghubungkan merek dengan entitas lainnya (misalnya perusahaan, negara
asal, saluran distribusi, atau merek lain.)
5. Ekuitas merek perlu diukur agar dapat dikelola dengan baik. Audit merek
mengukur "di mana merek selama ini berada" dan studi penelusuran
mengukur "di mana merek berada sekarang" dan apakah program pemasaran
mencapai efek yang diinginkan.
212
6. Strategi penetapan merek untuk sebuah perusahaan mengidentifikasi elemen
mana yang dipilih perusahaan untuk diterapkan ke berbagai produk yang
mereka jual. Dalam perluasan merek, perusahaan menggunakan merek yang
sudah mapan untuk memperkenalkan produk baru. Perluasan potensial harus
dinilai dari seberapa efektif perluasan nantinya mampu mengangkat ekuitas
merek yang sudah ada ke produk baru, dan juga seberapa efektif perluasan,
pada gilirannya, berkontribusi pada ekuitas dari merek induknya.
7. Merek dapat memainkan peran yang berbeda dalam portofolio merek. Merek
dapat memperluas cakupan, memberikan proteksi, memperiuas citra, atau
memenuhi beragam peran lain bagi perusahaan. Masing-masing produk nama
merek harus rnemiliki positioning yang didefmisikan dengan baik. Dengan
demikian, merek dapat memaksimalkan cakupan dan meminimalkan tumpang
tindih dan ujungnya meng-optimalkan portofolio.
8.
Ekuitas pelanggan merupakan konsep pelengkap untuk ekuitas merek yang
merefleksikan jumlah dari nilai-nilai seumur hidup dari seluruh pelanggan
untuk sebuah merek. (Kotler,2013:288).
Terkait dengan media darling kalau dibandingkan dengan Jokowi yang
selalu ada gambarnya saat diliput media dan dirinya sendiri yang memberikan
statement kepada media, secara langsung masyarakat langsung mengenal calon
presidennya. Sedangkan kalau Prabowo Subianto seringkali tidak mau dipulikasi
atas tindakannya yang baik padahal hal tersebut mendukung Personal Branding
Prabowo Subianto sendiri, bagaimana sebenarnya keinginan Pak Prabowo dan
213
bahagaimaan tim media dan komunikasi Prabowo Subianto mengakomodir
maksud Prabowo Subianto tersebut. Berikut jawaban Informan Taufan :
“Kalau Pak Jokowi itu saya atur itu gampang banget..(saat Taufan
menjadi tim media dan komunikasi Jokowi pada pemilihan gubernur DKI
Jakarta)..kan saya mantan koordinatornya (tim Jokowi), Pak Jokowi saya suruh
nyemplung, nyemplung, saya suruh apa juga nurut, Pak Jokowi saya arahkan
untuk jawab ke media, Pak Jokowi dia ngikut (arahan tim media Jokowi ditaati
dan dilakukan oleh Jokowi), makan dimana aja Jokowi ikut, makan dimana aja
Pak Jokowi ikut, sama wartawan padahal Pak Jokowi makannya (satu meja
dengan wartawan), kayak gitu..karena memang Pak Jokowi memang begitu gitu
loh..maksudnya memang nggak masalah..memang Pak Jokowi dia biasa begitu
juga kan..”
“Nah sementara yang paling gampang dari sisi Komunikasi menurut saya
tentang Vox Populis atau Media Darling itu ya bikin yang seperti itu kan (Strategi
Komunikasi Pemasaran Politik terkait dengan Personal Branding yang dekat
dengan masyarakat dan media).. Nah masalahnya dalam persepsi itu (Personal
Branding yang memperkenalkan siapa dirinya sebenarnya) kalau menurut Pak
Prabowo nggak alamiah..terlalu pencitraan..lebaylah..(menurut Prabowo
Subianto)..menurut Pak Prabowo terlalu di buat-buat..itu..”.
Menurut Kotler (2013) bahwa untuk membentuk positioning merk tidak
ada perusahaan yang dapat menang jika produk dan jasanya tampak seperti semua
produk dan penawaran lain. Sebagai bagian proses manajemen merek strategi,
setiap penawaran harus mempresentasikan ide besar yang menarik dan
meyakinkan di dalam pikiran pasar sasaran. (Kotler,2013:291).
1.
Keputusan positioning (pemosisian) memerlukan penentuan kerangka
referensi dengan meng-identifikasi pasar sasaran dan sifat persaingan—serta
asosiasi merek titik paritas dan titik perbedaan yang ideal. Untuk menentukan
kerangka referensi kompetitif yang tepat, seseorang harus memahami perilaku
konsumen dan pertimbangan yang digunakan konsumen dalam membuat
pilihan merek.
214
2.
Titik perbedaan (POD) adalah asosiasi unik dengan merek yang juga
dipegang kuat dan sering dievaluasi o!eh konsumen. Titik paritas (POP)
adalah asosiasi yang tidak mesti unik terhadap merek tetapi mungkin dibagi
dengan merek lain. Asosiasi titik paritas kategori adalah asosiasi yang
dipandang perlu oleh konsumen terhadap penawaran produk yang sah dan
kredibel dalam kategori tertentu. Asosiasi titik paritas kompetitif adalah
asosiasi yang dirancang untuk menghilangkan titik perbedaan pesaing.
3.
Kunci keunggulan kompetitif adalah diferensiasi merek yang relevan—
konsumen harus menemukan sesuatu yang unik dan berarti tentang
penawaran pasar. Perbedaan ini dapat didasarkan secara iangsung pada
produk atau jasa itu sendiri atau pada pertimbangan lain yang berhubungan
dengan faktor-faktor seperti personal, saluran, atau citra.
4.
Karena kondisi ekonomi berubah dan kegiatan kompetitif bervariasi,
perusahaan biasanya menganggap perlu untuk merumuskan strategi
pemasaran mereka beberapa kali sepanjang siklus hidup produk. Teknologi,
bentuk produk, dan merek juga mengalami siklus hidup dengan tahapan yang
berbeda. Urutan umum tahap-tahap dalam siklus hidup itu adalah pengenalan,
pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan. Mayoritas produk saat ini berada
dalam tahap kedewasaan,
5.
Setiap tahap dalani siklus hidup produk memerlukan strategi pemasaran yang
berbeda. Tahap pengenalan ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan
laba minimal. Jika berhasil, produk memasuki tahap pertumbuhan yang
ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang cepat dan laba yang meningkat.
215
Lalu diikuti tahap kedewasaan di mana pertumbuhan penjualan melambat dan
laba stabil. Terakhir, produk memasuki tahap penurunan. Tugas perusahaan
adalah mengidentifikasi produk yang benar-benar lemah: mengembangkan
strategi bagi setiap produk; dan membuang produk yang lemah dengan cara
yang meminimalkan sumbangsih bagi laba, karyawan, dan pelanggan
perusahaan.
6.
Seperti produk, pasar berevolusi melalui empat tahap: kemunculan,
pertumbuhan, kedewasaan, dan penurunan.
Apakah pernah Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto
mempersuasi Prabowo Subianto untuk bersedia lebih terbuka pada media terkait
dengan Personal Branding Prabowo Subianto sendiri agar lebih dikenal oleh calon
pemilihnya. Bahwa caranya supaya dicintai oleh media, untuk menjadi media
darling itu caranya begini, karena dengan personal branding yang kuat akan
membuat Prabowo Subianto sendiri menjadi media darling. Berikut jawaban
Informan Taufan :
“Oh bukan hanya itu (usaha tim media dan komunikasi Prabowo Subianto
untuk mempersuasi Prabowo Subianto agar bersedia memperkenalkan dan
mempublikasikan personal barndingnya pada publik dan media).. Chief editor
meeting aja pernah saya (Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto)
lakukan..pertemuan semua pemimpin redaksi media pernah saya lakukan..mereka
(para pemimpin redaksi) tersebut ngobrol dengan Pak Prabowo..ya kan..kasih
masukan (Pemimpin redaksi media) pada Pak Prabowo.. Jadi kan bukan saya
(Tim Media dan Komunikasi Prabowo Subianto) lagi yang kasih masukan ke Pak
Prabowo..artinya bukan hanya saya (tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto) saja yang kasih masukan..tapi para pemimpin redaksi selurh media
memberikan masukan pada pak Prabowo..”
“ Dan di depan mereka (para pemimpin redaksi media) juga apa
adanya..bilang kepada mereka begitu (tentang apa yang diinginkan media
terhadap sosok Prabowo Subianto)..saya (tim media dan komunikasi Prabowo
Subianto) ya bilang gitu..ke para pemimpin redaksi media tersebut kalau Pak
216
Prabowo nggak suka dengan yang dibuat-buat (Pencitraan semata dan Personal
Branding tentang Prabowo Subianto sendiri).. Tapi Pak Prabowo bilang kan saya
ya saya..kalau memang Tuhan sudah berkehendak (Prabowo Subianto jadi
Presiden Indonesia) nggak ada masalah gitu loh.. Jadi dia (Prabowo Subianto)
nggak mau pencitraan yang lebaylah..intinya begitu..ya ketika itu saat pertemuan
denganpemimpin redaksi Pak Prabowo nggak mau yang seperti itu (Pencitraan
dan Personal Branding dirinya dipublikasi oleh media)..”.
Menurut
Kotler
(2013) bahwa
untuk
menghadapi persaingan
:
Pembangunan merek yang kuat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang
pesaing dan persaingan tumbuh kian keras setiap tahun. Persaingan baru datang
dari semua arah-dari pesaing global yang ingin menumbuhkan penjualan di pasar
baru: dari pesaing online yang mencari cara yang efisien biaya untuk memperluas
distribusi; dari label pribadi dan merek toko yang dirancang untuk memberikan
alternative harga murah; dan dari perluasan merek yang dilakukan merek-merek
besar dan kuat yang meningkatkan kekuatan mereka untuk bergerak ke kategori
baru. Salah satu cara yang baik untuk memulai menghadapi persaingan adalah
melalui program pemasaran yang dirancang secara kreatif dan dilaksanakan
dengan baik. (Kotler,2013:319).
1.
Untuk menyiapkan strategi pemasaran yang efektif, sebuah perusahaan harus
mempelajari pesaing dan juga pelanggan aktual dan potensial. Pemasar harus
mengidentifikasi strategi, tujuan, kekuatan, dan kelemahan pesaing.
2.
Pesaing terdekat perusahaan adalah mereka yang berusaha memuaskan
pelanggan dan kebutuhan yang sarna dan memberikan penawaran yang
serupa. Perusahaan juga harus memberikan perhatian kepada pesaing laten,
yang mungkin menawarkan cara baru atau cara lain untuk memenuhi
217
kebutuhan yang sama. Perusahaan harus mengenali pesaing dengan
menggunakan analisis berbasis industri dan pasar sekaiigus.
3.
Pemimpin pasar mempunyai pangsa pasar terbesar di pasar produk yang
relevan. Agar tetap dominan, pemimpin mencari cara untuk memperluas total
per-mintaan pasar, berusaha melindungi pangsa pasasnya saat ini, dan
mungkin berusaha meningkatkan pangsa pasarnya.
4.
Penantang pasar menyerang pemimpin pasar dan pesaing lain dengan
penawaran yang agresif untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih banyak.
Penantang dapat mernilih dari lima jenis serangan umum; penantang juga
harus memilih strategi serangan yang spesifik.
5.
Pengikut pasar adalah perusahaan nomor-dua yang bersedia mempertahankan
pangsa pasarnya dan tidak mengguncang perahu. Pengikut dapat memainkan
peran pemalsu, pengklon, peniru, atau pengadopsi.
6.
Penceruk pasar melayani segmen pasar kecil yang tidak dilayani oleh
perusahaan yang lebih besar. Kunci pencerukan adalah spesialisasi. Penceruk
mengembangkan penawaran untuk benar-benar memenuhi kebutuhan
kelompok pelanggan tertentu, mengenakan harga mahal dalam prosesnya.
7. Sama pentingnya dengan orientasi persaingan dalam pasar global saat ini,
perusahaan tidak boleh memberikan penekanan pada pesaing. Mereka
harus
menjaga keseimbangan
antara pengamatan konsumen dan
pengamatan pesaing. (Kotler,2013:343).
218
4.4.2.Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014
4.4.2.1. Menanggulangi Rintangan Personal Branding
Berikut pendapat dari Informan Dewi, Pakar Komunikasi Politik, tentang
bagaimana Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum 2014.
“Sudah bagus-sudah bagus..,personal brandingnya sudah bagus.. Itu
terbukti dari dukungan suara yang tidak jauh berbeda dari keterpilihan jokowi
kan..,cuman apapun yang terjadi di politik kan harus ada yang menang dan kalah
kan, dan nyatanya dia kalah..” .
Dalam komunikasi pemasaran menurut Kotler, yang menegaskan bahwa
langkah mengubah inti produk yang berwujud konsep ke dalam wujud fisik .
Perhatian utama pada tahap ini diarahkan pada ciri-ciri produk seperti mutu, ciri
khas, corak atau gaya, merek serta kemasan. Banyak yang harus diperhatikan
tentang mutu produk politik, mulai dari mutu pembicaraan para tokoh politik,
sampai pada hal teknis seperti mutu cetakan logo partai. Ciri khas, gaya, merek,
serta kemasan produk merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya. Para pemilih
akan mudah mencoblos tanda gambar partai yang memiliki ciri, gaya, dan merek
yang khas, di bilik suara, dibandingkan dengan memilih partai yang identitasnya
tidak tegas dan memiliki kemiripan dengan partai-partai lain. Ciri khas ini tidak
saja menyangkut identitas partai seperti pada logo, namun juga lebih abstrak
seperti pada ciri khas yang dimiliki oleh tokoh-tokoh utama partai.
Langkah berikutnya yang perlu ditangani berkaitan dengan konsep produk
adalah politik sebagai produk yang disempurnakan. Terdapat keterangan yang
sangat relevan untuk menjadi perhatian para tokoh dan pemasar politik tentang
konsep pelayanan purna jual serta jaminan. Konsep ini tidak asing dalam dunia
219
bisnis, tetapi masih jarang diperhatikan oleh para pemimpin partai. Para pemilih
sebenarnya sama dengan konsumen, mereka menginginkan kepastian apa yang
akan mereka dapat di masa yang akan datang setelah mereka mendukung partai
tertentu. Apakah partai serta tokoh-tokohnya akan benar-benar menjalankan
kebijakan sesuai dengan yang dijanjikan dalam kampanye, jika mereka kelak
berkuasa, karena pada kenyataannya banyak tokoh yang segera lupa atau
melupakan apa saja yeng telah mereka janjikan saat kampanye pemilu
berlangsung. Inkonsistensi ini dapat menimbulkan kekecewaan mendalam bagi
para pendukungnya.
Promosi sebagai salah satu elemen bauran pemasaran memiliki bauran
tersendiri, yang terdiri atas periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), penjualan pribadi (personal selling), serta publisitas (publicity).
Komunikasi pemasaran seringkali disamakan dengan rangkaian kegiatan promosi
dalam kegiatan pemasaran, oleh karena itu komunikasi pemasaran wujud
utamanya adalah aktivitas periklanan, promosi penjualan, penjualan pribadi, serta
publisitas.
Penyelenggaraan komunikasi oleh perusahaan sangat penting, karena
perusahaan tidak cukup hanya menyediakan produk yang bermutu, harga yang
menarik, barang yang mudah terjangkau konsumen, melainkan juga harus
menyelenggarakan komunikasi yang baik dengan konsumen. Perusahaanperusahaan membayar biro iklan untuk merancang iklan yang efektif, ahli promosi
penjualan, untuk merencanakan program penjualan yang menarik, biro public
relations untuk membangun citra perusahaan yang positif, mendidik wiraniaga
220
supaya dapat bersikap ramah kepada konsumen dan memberi informasi yang
jelas.
Terkait dengan penerapan konsep bauran promosi untuk aktivitas politik
yang perlu mendapat penjelasan lebih luas adalah konsep sales promotion,
personal selling, serta publicity. Sales promotion atau promosi penjualan adalah
kegiatan peningkatan penjualan melalui berbagai upaya seperti memberi sampel
produk, pengurangan harga, dan sebagainya dalam rangka mendapatkan respons
pembelian yang lebih cepat. Promosi penjualan dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu promosi konsumen seperti pengurangan harga, promosi dagang (yang
ditujukan kepada pedagang seperti hadiah barang), dan promosi wiraniaga (seperti
kontes penjualan). Pemberian sampel produk dilakukan untuk merangsang
pembelian. Terkait dengan hal tersebut, pembeli dikelompokkan ke dalam
pembeli merek lain dan pembeli yang berganti-ganti merek. Promosi penjualan
dipandang efektif untuk mempengaruhi pembeli yang berganti-ganti merek,
sedangkan pembeli merek lain sulit dipengaruhi karena memiliki loyalitas merek.
Promosi penjualan biasanya dilakukan dengan memanfaatkan saluran distribusi
atau outlet-outlet yang tersedia.
Jika hal ini diterapakan dalam aktifitas politik, maka promosi dagang akan
berubah menjadi promosi politik. Promosi politik dapat ditujukan kepada audiens
internal namun terutama kepada audiens eksternal, yaitu para pemilih. Seperti
halnya dalam pembelian produk, dalam politik pemilih juga dapat dibagi dua,
dalam pemilih partai lain dan pemilih mengambang yang selalu berganti-ganti
221
partai. Promosi politik akan lebih efektif apabila ditujukan kepada pemilih yang
mengambang dan yang selalu bersedia meninjau ulang pilihannya.
Publicity atau publisitas menurut Kotler, adalah mendapatkan ruang
editorial yang berbeda dari ruang yang dibayar iklan, di semua media yang di
baca, di lihat atau di dengar oleh konsumen perusahaan atau calon-calon
konsumen dengan maksud khusus untuk membantu tujuan-tujuan penjualan.
Sekalipun publisitas dilakukan tanpa membayar, namun hasilnya dapat
sedemikian efektif. Publisitas dapat digunakan untuk mempromosikan merek,
produk, ide, dan lain-lain. Karena publisitas tidak membayar maka dalam memilih
tema dan membuat bahan publisitas harus berdasarkan pada kriteria-kriteria yang
layak untuk dimuat media.
Ditinjau dari sisi media, menyiapkan publisitas untuk produk politik
sesungguhnya lebih mudah dibandingkan untuk produk fisik, karena setiap saat
wartawan bidang politik secara antusias mencari bahan berita berupa peristiwaperistiwa dan pandangan-pandangan tokoh politik. Yang harus menjadi perhatian
para tokoh politik adalah bagaimana mereka dapat secara jeli memilih peristiwaperistiwa politik yang layakmereka komentari serta bagaimana cara mereka
memberikan komentar. Dalam praktek politik di tanah air, terkesan para tokoh
politik berlomba-lomba mendapatkan sebanyak-banyaknya liputan media tanpa
menghiraukan kualitas pernyataan-pernyataannya.
Karena publisitas dilakukan dilakukan tanpa membayar, maka publisitas
dapat menjadi alternatif kampanye komunikasi yang baik untuk partai-partai kecil
yang persediaan dana kampanyenya terbatas. Dengan mendayagunakan publisitas,
222
partai-partai kecil secara relatif dapat mengimbangi kampanye periklanan yang
deras, dan dilakukan oleh partai-partai besar.
Berbeda dari iklan dan publisitas yang banyak menggunakan media massa,
personal selling, atau penjualan pribadi lebih bnayak mengandalkan keterampilan
kewiraniagaan (salesmanship) serta saluran hubungan antarpribadi. Langkahlangkah dalam penjualan pribadi terdiri dari mendapatkan dan menyeleksi
pelanggan baru, melakukan pendekatan pendahuluan, pendekatan, presentasi,
mengatasi keberatan, serta penutupan.
Teknik penjualan antarpribadi dapat dibedakan dari iklan dan dari dampak
yang ditimbulkannya. Kampanye periklanan yang menggunakan saluran media
massa cenderung efektif untuk tahap pengenalan dan penyadaran mengenai
keberadaan produk, sedangkan penjualan pribadi sangat berguna untuk
mempengaruhi konsumen pada saat memutuskan untuk memilih atau membeli
suatu produk. Dalam rangkaian kampanye komunikasi, penjualan pribadi
merupakan tindak lanjut dari kampanye periklanan dan publisitas yang
menggunakan media massa.
Teknik penjualan pribadi penting untuk aktifitas politik, karena betapapun
tingginya persentase yang diraih partai politik dalam polling, tidak sepenuhnya
menjamin akan memenangkan pertarungan. Di saat-saat akhir seorang pemilih
dapat saja mengubah pilihannya karena didatangi oleh tamu yang menjelaskan
pandangan politik yang dapat dipahaminya.
223
Berikut kutipan wawancara dengan Wartawan dari Media TV, Informan
Mulya, tentang Personal Branding Prabowo Subianto dalam Pemilihan Umum
2014 :
“Ya itu pertama dari nasionalisme itu ya, kan rakyat tahunya kan
nasionalismenya tinggi, tegas ya kan itu rakyat lihatnya dari situ ya kan dari
media center-nya itu nggak-nggak nggangkat prabowo-nya, jadinya
gitu..,kuranglah-kurang dari segi media-nya.. Yang harusnya tim media dan
komunikasi
lakukan
adalah
keterbukaan..keterbukaan..pendekatan..pada
wartawan sebenernye.. Kalau wawancara langsung sama dia (Prabowo) susah
kan dia itu..Wawancara tentang..dia nggak menjawab soal pelanggaran HAMnya dia secara langsung itu nggak.. Kita dapat jawaban ya dari orang-orang
dekat-nya dia yang kita tahu..bukan secara langsung dari dia..itu pertama, itu kan
yang paling banyak diomongin kan soal pelanggaran HAM kan sebener-nya..
yang pertama itu dari dia, dari situ (persoalannya)..”
“Yang paling nggak mau (membahas tentang Pelanggaran HAM) ya
Prabowonya sendiri sih, sebener-nye soalnya nggak terbuka dia menjelaskan
tentang pelanggaran HAM itu nggak ngomong langsung.. Sebenernya yang
dituntut (oleh masyarakat) kan itu kan..dia bertanggung jawab atau nggak..dia
nyulik apa nggak gitu kan.. nggak ada..nggak ada dia ngomong langsung
itu..mungkin dia udah bosen..udah bosen.. itu kan cerita lama menurut dia nggak
usah dibukak-bukak..tapi kan masyareakat kepengen tahu..dari omongannya dia
sendiri..gitu sih..”.
American Marketing Association (AMA) dalam sebuah artikel yang
berjudul "What is Branding and How Important is it to Your Marketing Strategy",
mendefinisikan brand atau merek dengan nama, istilah, tanda, simbol atau desain,
atau kombinasi dari semua itu yang tujuannya untuk mengidentinkasi barang dan
jasa dari satu perusahaan atau kelompok perusahaan dan untuk membedakan
mereka dari perusahaan lain.
Senada dengan definisi tersebut, Kotler (2002) menyimpulkan bahwa
merek merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan, dengan maksud
mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok
penjual tertentu. Brand adalah sesuatu yang tidak terlihat (intangible), tetapi
224
efeknya sangat nyata.Merek memberi tanda pada konsumen mengenai sumber
merek, dan melindungi konsumen maupun produsen dari para competitor yang
berusaha memberikan produk yang tampak identik.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal sejumlah merek yang begitu
membedakan dan mampu menjelaskan identitas dirinya dari sekian produk yang
ada sehingga begitu kuat menancap di hati masyarakat. Secara marketing, Kotler
dan Gary Amstrong (2007) menjelaskan bahwa sebuah merek yang benar
biasanya didesain untuk mengkomunikasikan empat macam arti atau makna, yaitu
: (Haroen,2014:6-7) .
-Atribut. Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu, misalnya
keawetan, sehingga hal ini memberikan suatu landasan pemosisian bagi atribut
lain dari produk tersebut.
-Manfaat. Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli manfaat
dari produk tersebut. Oleh karena itu, atribut harus diterjemahkan menjadi
manfaat fungsional dan emosional. Berbagai produk akan langsung dicari
konsumen yang memerlukan manfaat dari produk itu. Nilai. Merek juga
mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Misalnya, menilai prestasi,
keamanan, dan prestise tinggi suatu produk.
-Kepribadian. Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan menarik
orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok dengan citra merek.
Agar brand suatu produk itu meresap-kuat dalam hati khayalak sesuai
dengan harapan yang punya produk maka dibutuhkan upaya dengan proses yang
225
terus menerus untuk menancapkan brand itu ke hati publik dengan berbagai cara.
Upaya dan proses inilah yang biasa disebut branding.
Branding sebagai sebuah upaya memperkenalkan produk hingga produk
itu dikenal, diakui, dan digunakan oleh khalayak. Branding seringkali dilakukan
guna memberi konteks yang jelas akan "sesuatu". Branding dilakukan dengan
maksud untuk menciptakan pencitraan yang sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh pemilik produk.
Branding adalah keseluruhan aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul
(brand equity), yang mengacu pada nilai suatu brand berdasarkan loyalitas,
kesadaran, persepsi kualitas dan asosiasi dari suatu brand. Branding pada
dasarnya bukan hanya untuk menampilkan keunggulan suatu produk semata,
namun (Haroen,2014:8).
Itulah gambaran mengenai personal brand pada sosok-sosok yang sudah
dikenal publik. Timothy P. O'Brien, penulis buku The Power of Branding (2007),
mengatakan bahwa personal brand adalah identitas pribadi yang mampu
menciptakan sebuah respon emosional terhadap orang lain mengenai kualitas dan
nilai yang dimiliki orang tersebut. Penjelasan yang mirip pernah ditulis oleh
Montoya (2009). Menurutnya, personal brand adalah image yang kuat dan jelas
yang ada di benak klien. Sebagaimana sebuah produk, baik barang atau jasa, agar
brand itu terus menancap di hati masyarakat dengan segala atribut dan
diferensiasinya maka dibutuhkan upaya yang kita sebut branding. Personal
branding dengan kata lain adalah proses rnembentuk persepsi masyarakat
terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, di antaranya adalah
226
kepribadian, kemampuan, atau nilai-nilai, dan bagaimana semua itu menimbulkan
persepsi positif dari masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat
pemasaran. (Haroen,2014:13).
Ketentuan one man one vote untuk pemilihan kepala daerah dan presiden
serta sistem proporsional terbuka untuk calon legislatif, persaingan antar kandidat
menjadi semakin ketat. Kondisi demikian mau tak mau membuat masing-masing
kandidat harus menyusun strategi untuk bias meraih suara sebanyak-banyaknya.
Strategi yang sangat efektif dan merupakan keharusan adalah personal branding.
Ini tidak saja harus dilakukan oleh kandidat yang baru terjun di dunia politik dan
terdaftar menjadi calon legislatif, tapi juga oleh merekaatau calon kepala daerah
atau calon presiden yang ingin dipilih kembali dalam pemilu/pilkada/pilpres.
(Haroen,2014:16).
Bukti kedahsayatan personal branding dapat dilihat dari kesuksesan SBY
dalam memenangkan pemilihan presiden secara langsung dua kali berturut-turut
tahun 2004 dan 2009. Padahal, saat pemilu 2009, berbagai iklan politik
menyerangnya (attacking advertising) secara bertubi-tubi dan menohok
kebijakannya. Namun ternyata, dalam Pemilu 2009, rakyat tetap memilih SBY
sebagai presiden.Citra yangtelah terbangun dan melekat pada sosok SBY ternyata
tidak mudah dijatuhkan dengan iklan politik (Junaedi, 2013).
Baik secara teori dan praktik, sejumlah orang di dunia ini dapat
disimpulkan bahwa personal branding sangat positif bagi kesuksesan seseorang di
panggung politik. Ada sejumlah alasan (Haroen,2014:17). Kenapa Personal
Branding itu dikatakan sangat positif, antara lain :
227

Membangun diferensiasi. Dengan jumlah calon yang ada, menciptakan
diferensiasi adalah hal penting untuk keberhasilan.

Membangun positioning. Dalan persaingan apa pun, positioning sangat
menentukan kemenangan. Brand yang di bangun melalui proses branding
akan menentukan posisi dari sekian pesaing yang di hadapi.

Memperkuat persepsi yang tertanam pada orang lain tentang sang calon.
Brand itu bukan saja soal realita. Realita adalah tahap kedua. Tahap pertama
yang harus sang calon bangun adalah membangun persepsi.

Menjadi jembatan lahirnya trust (kepercayaan). Jika orang suka pada sang
calon, orang itu hanya mendekat pada sang calon, tapi jika mereka sudah
percaya dengan sang calon, pasti mereka akan memilih sang calon. Inilah
kunci utamanya.

Menjadi pesan yang akan menyampaikan pada khalayak bahwa kehadiran sng
calon adalah solusi atas masalah mereka,sehingga sang calon akan mampu
menggiring
mereka
pada
tindakan
mendukung
dan
memilih.
(Haroen,2014:18).
Mengenai personal brand dan personal branding, dapat dismpulkan bahwa
dalam praktiknya keduanya lebih banyak terkait dengan persepsi orang lain
terhadap kita. Ini persis sama dengan brand yang melekat pada barang atau jasa.
Jadi, jika brand terkait dengan persepsi maka branding pada dasarnya
adalah proses untuk membangun persepsi itu. Personal branding adalah
menempuh proses membangun persepsi orang lain tentang sang calon. Dalam
228
komunikasi publik, apa yang ditulis Al Ries lebih banyak benarnya bahwa
persepsi itu lebih penting dari realitas dan seringkali persepsi itulah realitas juga.
Atau bisa jadi ada orang lain yang sebetulnya tidak memiliki realitas yang
bagus sehari-harinya, namun karena ada proses branding yang bagus dari timnya
maka orang itu dipersepsikan bagus oleh khalayak. Ketika pada hari "H"
pemilihan, sangat mungkin orang yang sudah dipersepsikan bagus inilah yang
terpilih. Oleh karena itu, tugas sang calon adalah untuk menjalin komunikasi
melalui branding agar terbangun sebuah persepsi yang benar tentang diri Anda.
Persepsi akan menjadi motivasi. Persepsi dan motivasi adalah penggerak aksi.
Orang yang salah mempersepsikan sang calon, sangat mungkin tidak
memilih sang calon atau bahkan tidak menyukai sang calon. Sebaliknya juga
begitu. Dengan persepsi yang bagus, orang akan menyukai dan memilih.
(Haroen,2014:23).
PERSEPSI
AKSI
MOTIVASI
Gambar 3. Bagan Persepsi. Haroen,2014
Persepsi adalah konsep yang sangat penting dalam psikologi. Dalam
pengertian yang sederhana, persepsi adalah bagaimana seseorang melihatsesuatu.
Persepsi seseorang terhadap suatu objek akan berbeda atau bisa jadi sama. Calon
si A yang menurut kelompok masyarakat pemilih tertentu dipersepsikan sangat
layak namun belum tentu bagi kelompok masyarakat lain. (Haroen,2014:27).
229
Kotler (2002) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana individu
menyeleksi, mengatur, dan mengintepretasikan masukan-masukan informasi
untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Sementara, Leavitt (1978)
menyebutkan persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara
seseorang melihat sesuatu. Sementara, dalam arti luas adalah pandangan atau
pemaknaan, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Jadi, persepsi adalah pandangan yang dimiliki seseorang mengenai lingkungan
sekitarnya dan bagaimana ia menyikapinya. Persepsi berangkat dari stimulus
visual yang diterima seseorang. (Haroen,2014:29).
Menurut Prof. Sarlito Wiraman Sarwono (1982), persepsi merupakan
kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokan, memfokuskan dan
sebagainya. Jalaludin Rakhmat (2002), menulis bahwa persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Terbentuknya sebuah
persepsi dari seseorang terhadap sebuah objek memang tidak terjadi secara
langsung. Terdapat proses yang bekerja. Menurut Walgito (Maulana & Cumelar,
2013), proses terjadinya persepsi merupakan sesuatu yang terjadi dalam tahapantahapan berikut.

Tahap
pertama
merupakan
tahap
yang
dikenal
dengan
nama
proses kealaman atau proses fisik yang terjadi ketika suatu stimulus ditangkap
oleh alat indra manusia.

Tahap kedua merupakan tahap yang dikenal dengan proses fisiologis, yaitu
proses diteruskannya stimuli yang diterima oleh reseptor (alat indra) melalui
230
saraf-saraf sensoris. (Haroen,2014:30).

Tahap ketiga merupakan tahap yang dikenal dengan nama proses psikologis,
yaitu proses timbulnya kesadaran individu tentang stimulus yang diterima
reseptor.

Tahap keempat merupakan hasil yang diperoleh dari proses persepsi yaitu
yang berupa tanggapan atau perilaku.
Selain terdapat proses bagaimana sebuah persepsi bisa muncul dari
seseorang tentang sebuah objek, terdapat juga yang disebut faktor yang
membentuk dan yang mempengaruhi persepsi seseorang sehingga sangat
mungkin terjadi pemutar-balikan persepsi. Menurut Robbins (1996), hal yang
membentuk persepsi seseorang adalah sebagai berikut. Pertama, pelaku persepsi
(perceiver). Bila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran itu sarat dipengaruhi oleh
karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual tersebut.
Karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah
sikap, motif,kepentingan, minat, pengalaman masa lalu, suasana hati, emosi dan
pengharapan. Kedua, target (objek persepsi).Karakteristik dalam target (objek)
yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Orang yang
keras suaranya lebih mungkin diperhatikan dalam suatu kelompok daripada
mereka yang pendiam. Demikian pula individu yang luar biasa menarik atau luar
biasa tidak menarik. Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target
membentuk cara kita memandangnya. Apa yang kita lihat bergantung pada
231
bagaimana kita memisahkan suatu bentuk dari latar belakangnya mempengaruhi
persepsi.
Ketiga,
situasi
(konteks).Waktu,
lokasi,
atau
konteks
lain
dapat
mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar Bagan 4,Faktor Persepsi,Haroen,2014
Faktor Target :
- Hal Baru
- Gerakan
- Atraksi
- Ukuran
- Latar Belakang Kedekatan
PERSEPSI
Faktor Situasi
- Waktu
- Keadaan tempat kerja
- Keadaan sosial
Faktor Pemersepsi
- Sikap
- Kepentingan
- Pengalaman
- Pengharapan
- Emosi
Kembali pada faktor pelaku persepsi, yaitu masyarakat pemilih. Perlu
diketahui bahwa faktor-faktor psikologis seperti harapan, kebutuhan, pengaiaman
masa lalu, suasana. hati dan emosi yang ada pada diri masing-masing individu
dalam masyarakat tersebut seringkali lebih dominan untuk mempengaruhi
persepsi mereka terhadap kandidat.(Haroen,2014:32).
Sejatinya orang yang punya harapan tinggi akan berbeda persepsi dengan
mereka yang harapannya rendah. Orang yang pesimis terhadap perubahan akan
punya persepsi yang berbeda dengan kelompok yang optimis. Sehingga, sebagai
seorang calon, kita harus peka membaca harapan dan kebutuhan masyarakat untuk
kita rumuskan ke dalam visi dan program kerja yang tepat dan mampu
232
memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.Dengan modal tersebut
tentunya dapat membangun persepsi positif dari masyarakat terhadap diri kita.
(hati dan emosi yang ada pada diri masing-masing individu dalam masyarakat
tersebut seringkali lebih dominan untuk mempengaruhi persepsi mereka terhadap
kandidat. Hati dan emosi yang ada pada diri masing-masing individu dalam
masyarakat tersebut seringkali lebih dominan untuk mempengaruhi persepsi
mereka terhadap kandidat. (Haroen,2014:33).
Emosi masyarakat juga ikut membentuk persepsi. Emosi biasanya
dipengaruhi oleh kejadian atau peristiwa yang mereka hadapi. Sebagai calon yang
bertarung di pemilu, sang calon harus dapat menangkap emosi tersebut sehingga
memunculkan aksi yang sesuai dengan kebutuhan mereka dan ini akan menjadi
modal munculnya persepsi positif.
Selanjutnya, faktor lain yang harus
diperhatikan adalah faktor situasi (konteks). Sebagai calon yang akan bertarung
dalam pemilu, kita harus benar-benar bisa memilih strategibranding agar jangan
sampai muncul persepsi yang tidak kita "inginkan hanya karena kita
mengabaikannya. Konteks ini sifatnya dinamis, sedinamis masyarakat pemilih.
Apa yang dulu menjadi sumber persepsi positif bagi sang calon, kini belum tentu.
Di
sinilah
pentingnya
menjaiin
komunikasi
secara
terus-menerus.
(Haroen,2014:37).
Namun, dari penelitian yang dilakukan oleh Efran dan Patterson (dalam
Rahmat, 2011) ditemukan bahwa calon yang menarik secara fisik memperoleh
tiga kali suara lebih banyak daripada calon yang tidak menarik. (Haroen,2014:38).
Sang calon yang berwajah tampan dan cantik atau berpenampilan menarik pada
233
gilirannya sangat mudah memperoleh simpati dan perhatian orang. Tampilan fisik
yang menarik (physical attractiveness) memberikan kesan pertama (first
impression) yang akan mempengaruhi persepsi orang terhadap mereka.
Kesan pertama ini biasanya berpengaruh cukup kuat dan menjadi primary
effect. Artinya, apabila seorang pemilih terkesan dan menyukai penampilan
kandidat tersebut bisa dipastikan persepsi yang selanjutnya akan positif karena
mereka cenderung akan mempersepsikan sifat dan hai-hal baik dari kandidat
tersebut. Mengapa persepsi pemilih cenderung terpengaruh oleh penampilan fisik,
karena kemampuan manusia untuk menyerap stimulus sangat terbatas sehingga
tidak mungkin mengumpulkan seluruh informasi tentang karakteristik objek
persepsi (kandidat) secara lengkap. (Haroen,2014:39).
Stimulus dari persepsi visual itu disaring oleh dua filter, yaitu filter
fisiologis dan psikologis. Filter fisiologis menunjuk pada kondisi ketika perhatian
kita hanya tertuju pada hal-hal yang menarik indra kita seperti stimulus yang
bogus dan indah-indah. Sementara, filter psikologis membatasi perhatian terhadap
stimulus yang "matching" (sama) atau memiliki kedekatan (Suranto AW, 2011).
Karakteristik manusia digambarkan sebagai gunung es yang lebih banyak
rnenyimpan misteri, karena sebagian besar indiator tidak dapat ditangkap oleh
indra. Seperti gunung es, yang tampak atau kelihatan hanya sedikit dan lebih
banyak yang
tidak terlihat karena berada di dalam laut.
Sehingga, apabila kita ingin mempersepsi orang lain, kita menghadapi
kenyataan bahwa kita hanya dapat melihat penampilan luar. Dengan keterbatasan
indrawi manusia maka hanya objek persepsi yang tampak luar (penampilan)
234
menarik, indah dan menyenangkan yang akan menjadi perhatian manusiapada
umumnya. Merujuk pada keterangan ini, kita sama sekali tidak bisa menyalahkan
masyarakat Indonesia yang lebih banyak memilih calon presiden berdasarkan
pada penampilan luarnya saja tanpa mempertimbangkan kompetensi, visi, misi
dan program kerja dari calon tersebut. Karena memang, secara naluriah penilaian
terhadap image seseorang yang pertama berdasar kepada penampilan dan tingkah
lakunya. Baru setelah itu kompetensinya (Roberts, AMR, 2008).
Berkaitan dengan branding yang sang calon lakukan, penampilan fisik
yang menarik dan menyenangkan perlumenjadiperhatian.Penampilan merupakan
faktor pendukung pembentukan personal branding politisi. Kadangkala orang
sering menyepelekan atau melalaikannya. Akibatnya, dapat menyebabkan
jatuhnya citra dan reputasi diri sang calon sendiri. Penelitian dari oleh Aronson,
Wilson dan Akert (1994)menyimpulkan bahwa orang cenderung memilih dengan
hati dibandingkan dengan pikiran mereka (Falkowski dan Wojciech,1999).
Penampilan fisik yang menarik dapat diidentikkan dengan kemasan pada produk
komersial. Kemasan yang bagus, indah, dan menarik. mencuri perhatian kita.
(Haroen,2014:41)
Mengikuti pendapat Erving Goffman, naluriahnya seorang manusia secara
sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin (self
presentation). Bertolak dari adab kesopanan, dalam kehidupan sehari-hari pun kita
selalu berusaha tampil baik bila berinteraksi dengan orang. (Haroen,2014:42).
Oleh Karena sistem berubah maka suasana juga berubah. Dunia
perpolitikan nasional telah berubah sejak reformasi 1998. Sistem politik yang
235
lebih demokratis telah menjadikan partai politik harus lebih kreatif untuk
mendapat dukungan pemilih. Partai politik harus menjadi partai massa untuk
meraih kemenangan. Massa politik atau rakyat menjadi bagaikan pasar yang harus
dipersaingkan dan diperebutkan. (Haroen,2014:45)
Bagi kandidat, dengan diberlakukannya sistem proporsional terbuka,
menyebabkan mereka bersaing bukan hanya dengan kandidat yang berasal dari
partai lain, tetapi juga dengan kandidat internal. Nomor urut tidak lagi menjadi
patokan karena yang terpilih adalah kandidat yang meraih suara terbanyak.
Sementara, bagi semua partai politik peserta pemilu, Undang-Undang
No.8 Tahun 2012, yang mematok nilai parliamentary threshold (PT) atau ambang
batas parlemen sebesar 3,5 persen, menjadikan mereka harus berjuang keras
untuk bisa lolos dan menjadi syarat untuk bisa mengikuti pemilu selanjutnya.
Itu semua telah mendorong partai politik dan kandidatnya untuk
melakukan berbagai hal dalam memasarkan dirinya melalui iklan. Menjelang
suksesi nanti, pasti kita akan menyaksikan hutan reklame di sana-sini lengkap
dengan polesan kata-kata dan atributnya, dan juga polesan slogan.
Televisi adalah media yang dianggap efektif dan efisien dalam
berkampanye. (Haroen,2014:46). Wajah perpolitikan nasional kini jika dilihat dari
geliat dinamika persaingannya.Dengan sistem yang semakin terbuka membuatnya
menjadi semakin kompetitif. Tentu, dengan kompetisi yang semakin ketat, mau
tidak mau, mengharuskanpartai politik dan kandidatnya melakukan apa saja untuk
mendapatkan dukungan politik supaya bisa lolos. Strategi yang paling jitu untuk
diterapkan di sini adalah marketing politik.
236
4.4.2.2. Memperluas Personal Branding
Terkait Personal Branding Prabowo Subianto, satu hal yang menjadi
stigma Prabowo Subianto dan selalu dirinya bawa sampai kapanpun juga adalah
sebagai Pelanggar HAM. Prabowo Subianto hingga kini masih dalam tanda kutip
masih kalah dengan masa lalunya sendiri. Stigma itu masih melekat terus,
bagaimana menghilangkan stigma tersebut, berikut jawaban Informan Nurcahyo :
“Ya dia (Prabowo Subianto) harus buka-bukaan..secara inilah..berani
buka-bukaan..dan berani ee..seterang-terang mungkin..gitu..ya mungkin dia
(Prabowo Subianto) melalui media, atau melalui..ya melalui medialah
seharusnya.. Atau mungkin dia (Prabowo Subianto) bikin dokumenternya kan
bisa..dia bisa bikin dokumenternya..ya dia (Prabowo Subianto) ceritakan
semuanya di dokumenternya itu..kejadian sebenarnya itu kayak gini loh..gitu..kan
bisa.. Iyalah..dia (Prabowo Subianto) mampulah (Prabowo Subianto membuat
dokumenter) masa nggak mampu sih..kan dia (Prabowo Subianto) sudah
berusaha kan..sama yang dia (Prabowo Subianto) dulu yang menjadi korban
seperti Pius, Fadli Zon, sudah ada di barisannya (Prabowo Subianto) kan..gitu..
Bisa jadi barisan-nya Prabowo Subianto itu diajak untuk membuat dokumenter
terkait dengan apa yang sebenarnya terjadi..”.
Gunter Schweiger and Michaela Adami (Bruce 1. Newman:1999)
berkesimpulan bahwa marketing politik ini antara lain bertujuan untuk:
(Haroen,2014:47).

Menanggulangi rintangan aksesibilitas

Memperluas pembagian pemilih

Meraih kelornpok sasaran baru

Memperluas tingkat pengetahuan publik

Memperluas preferensi program partai atau kandidat

Mendorong kemauan untuk memilih
237
Marketing politik adalah penerapan konsep dan metode marketing ke dalam
dunia politik.Dunia politik butuh marketing dengan alasan seperti yang telah saya
gambarkan, yaitu adanya persaingan yang sangat ketat untuk memperebutkan
pasar (market), yang dalam hal ini adalah rakyat pemilih.
Hanya terdapat perbedaan mendasar antara marketing dalam bisnis dan
marketing dalam politik. O'Shaughnessy, seperti dikutip Firmanzah (2008),
mengatakan bahwa marketing politik bukanlah konsep untuk "menjual" partai
politik (parpol) atau kandidat, namun sebuah konsep yang menawarkan
bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program yang
berhubungan dengan permasalahan aktual.
Perbedaan lagi, dalam marketing politik, rakyat bukanlah objek, seperti
barang, tetapi subjek sehingga permasalahan yang dihadapinya harus dijadikan
langkah awal dalam penyusunan program kerja. Perbedaan yang mendasar lagi
adalah marketing politik tidak menjamin sebuah kemenangan, tapi menyediakan
tools untuk menjaga hubungan dengan pemilih sehingga terbangun kepercayaan
dan dukungan. (Haroen,2014:48). Jika diamati, sebetulnya antara marketing
barang dan marketing politik bisa dikatakan serupa tapi tak sama. Dalam
marketing bisnis, yang dipromosikan adalah barangnya atau jasanya, Ini agak
beda dengan marketing politik. Marketing politik lebih mempromosikan orangnya
dan programnya.
Selain menjual produk atau jasa, marketing bisnis juga menjual janji dan
itu vonisnya bisa langsung dan terukur. Misalnya, jika Anda menjual produk
minuman dengan janji rasanya manis, tapi ternyata tidak, maka komplain bisa
238
langsung terjadi. Ini sepertinya berbeda dengan janji pada marketing politik yang
cenderung tidak terukur dan jangka waktunya yang tak pasti.
Selain itu, meski punyatujuan sama sepertimeningkatkan penjualanatau
mendapatkan customeratau konstituen sebanyak-banyaknya, karena situasi
dankondisi berbeda, maka adahal lain yang berbeda pula.jika pada marketing
bisnislebih diterapkan customerloyalty, customer retention, customer acquisition
dan shareholder objectives, maka pada marketing politik ada penekanan lain yang
merupakan tujuan politik itu sendiri yaitu mencapai peningkatan hidup
masyarakat.
Berpolitik pada hakikatnya bukan sebatas memenangkan pilpres dan
menjadi rulling party, namun untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat,
the good life dan the more better life. (Haroen,2014:49). Jadi, marketing politik
lebih dikaitkan pada ideologi daripada aktivitas marketing. Layaknya kegiatan
marketing, tentu dalam praktiknya ada yang mendapat sambutan dan kepercayaan
masyarakat dalam jumlah yang luar biasa dan ada yang belum termasuk
beruntung. Sebagus apa pun personal brand yang telah kita miliki, ini masih perlu
didukung dengan marketing politik yang bagus. (Haroen,2014:50). Jika tidak, ini
sama saja dengan kita memiliki barang bagus namun tidak diperkenalkan
sehingga hanya menjadi barang yang menumpuk di gudang. Sebuah produk yang
bagus memang memerlukan waktu yang tidak instan untuk bisa mendapat posisi
di pasar. Dari sisi usaha manusia itu, ada konsep usaha yang pernah digagas oleh
pakar psikologi dari Yale University,
239
Menurut Profesor Stenberg (Understanding Human Behavior: 1989),
kecerdasan yang paling dibutuhkan untuk sukses menjalankan berbagai peranan
khususnya dalam ajang pemilihan umum adalah: (Haroen,2014:51).
1. Kecerdasan Analitis (Analytical Intelligence): kemampuan menganalisis
problem dan solusi, dari aspek sebab akibat, prioritas dan non-prioritas,
jangka pendek-jangka menengah-jangka panjang.
2. Kecerdasan Kreatif (Creative Intelligence): kemampuan berpikir kreatif
dalam menciptakan kreasi atau solusi melalui berbagai macam proses kreatif.
3. Kecerdasan Kontekstual (Contextual Intelligence): kemampuan menangkap
berbagai pelajaran yang mencerdaskan dari praktik hidup sehari-hari.
(Haroen,2014:52).
Personal branding dalam marketing politik, pada kondisi pasar yang
kompetitif, preferensi dan loyalitaskonstituen adalah kunci kesuksesan. Jika
sebuah brand komersial diasumsikan untuk meningkatkan kekuatan atau daya
belikonsumen maka menurut Reeves (2006), sangat mungkindengan cara itu pula
masyarakat
membuat
pilihan
tentangkandidat
atau
partai
politik
sebagaimanamereka menentukan pilihan tentang brand komersial.
Brand dalam marketing politik adalah lambang, simbol, warna dan tokoh
partai. Dari hasil riset kemenangan pilpres, ternyata lebih dari 50% hasil
kemenangan
ditentukan
karena
faktor
tokoh
yang
diusung.
Sisanya
disebabkan oleh kualitas program yang ditawarkan, branding,pencitraan dan
kualitas mesin politik atau tim yang bagus. (Haroen,2014:56-57). Montoya dan
240
Vanhaley (2004),
menegaskan bahwa dalam pembentukan personal branding
tersebut perlu menerapkan prinsip "visibility". Artinya, personal brand harus dapat
dilihat secara konsisten terus-menerus sampai brand seseorang dikenal. Untuk
menjadi visible itu, mau tidak mau kandidat perlu mempromosikan diri,
memasarkan diri, dan menggunakan setiap kesempatan tampil yang ada agar
dikenal atau dengan kata lain populer. (Haroen,2014:58).
Visibility ini dianggap lebih penting dari kemampuan (ability), sehingga
tak heran politik pencitraan melalui media berdampak besar bagi aktor politik.
Kandidat yang tidak pandai mencitrakan diri sulit mendapat simpati masyarakat.
Sebaik apa pun kandidat partai atau aktor politik, jika tidak dibarengi dengan
pengelolaan pencitraan yang tepat maka akan kurang populer di mata publik.
Ujung-ujungnya kinerja positif dari kandidat tersebut akan tenggelamoleh
kandidat lainnya yang kinerjartya biasa-biasa saja atau bahkan kurang, tapi lihai
mengelola pencitraan.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Firmanzah sebagai pakar
marketing politik dari Universitas lndonesia. Bahwa politik membutuhkan
kemasan seperti halnya kerupuk yang membutuhkan kemasan untuk membuat
anak-anak tertarik. Rasa makanan yang enak saja tidak cukup untuk membuat
orang berbondong-bondong datang membeli. Untuk mengundang kedatangan
pembeli maka marketing sangat diperlukan.(Haroen,2014:59).
Yang penting dalam marketing politik adalah mempertegas kesadaran dan
pemahaman tentang apa tujuan sang calon atau kandidat, bahwa tujuan dari
seluruh aktivitas marketing (termasukdalam marketing politik) atau bisnis secara
241
umum adalah menciptakan market. Dalam politik, market adalah orang-orang
yang akan memilih sang calon atau kandidat. (Haroen,2014:60).
Jika menggunakan pendekatan marketing produk, seorang calon atau
kandidat dalam menjalankan sebuah proses marketing politik harus bisa sampai
pada bagaimana meraih market share yang dominan dalam bentuk raihan suara
yang dominan. Untuk meraih suara, haruslah dimulai dari bagaimana membuat
sebuah brand yang bagus, kredibel, dan layak jual sehingga menjadi brand equity
(keunggulan merek). Dari sinilah nanti akan ditentukan apakah para pemilih akan
memilih sang calon atau tidak.
Keunggulan diri sang calon (brand equity) sebagai seorang "yang pantas
dipilih" dan selalu mendapat tempat dihati pemilih dibandingkan dengan kandidat
lain tergantung loyalitas konstituen pada diri sang calon (brand loyality). Dan,
untuk mencapai brand loyality itu, langkah yang sangat penting harus sang calon
lakukan adalah bagaimana sang calon menanamkan citra yang baik pada diri sang
calon (brand image), sang calon sadar akan citra diri sang calon sehingga citra
baik itu tersampaikan dan mendapat perhatian dari konstituen sang calon itu
sendiri (brand awareness).
Setelah sang calon dikenal sebagai "yang pantas dipilih", pada gilirannya
sang calon akan dinyatakan sebagai orang yang tepat. Sang calon disukai karena
sang calon mencerminkan kualitas dan citra diri sebagaimana konstituen sang
calon bayangkan (perceived brand quality). Sang calon akan selalu dipilih selama
sang calon berada di jalur yang tepat. Sang calon adalah cerminan diri konstituen
pemilih sang calon, pun sebaliknya. Sekali memilih sang calon mereka akan
242
selalu memilih sang calon. Tergantung bagaimana sang calon mempertahankan
citra diri sang calon (brand image) dengan baik. (Haroen,2014:61).
Brand
Equity
Brand
Loyalty
MARKET
SHARE
Brand
Image
Brand
Aware
Gambar 5. Bagan Customer Based Brand Equity, Haroen,2014
Dengan menjalankan semua variabel di atas, maka yang akan tercipta
adalah apa yang disebut dengan Customer-based brand equity (keunggulan rnerek
berbasis pelanggan) yang konstituen pemilih sudah mempunyai awareness dan
kepekaan yang tinggi terhadap sang calon atau kandidat, serta mempunyai
persepsi yang unik tentang kandidat dalam ingatan mereka. Ini akan
mendatangkan berbagai keuntungan antara lain:

Kesetiaan pemilih pendukung yang lebih besar.

Bisa lebih bertahan dalam menghadapi persaingan.

Toleransi tentang apa pun kebijakan dan perubahan yang kandidat buat.

Mendapat dukungan dan kerja sama yang lebih baik.

Komunikasi dan promosi yang lebih efektif.
243
Sederhananya, para konsultan politik seringkali menggunakan istilah 3D
untuk menjelaskan secara sederhana mengenai apa yang perlu dilakukan dalam
marketing politik. Formula 3D yang dimaksud adalah D1 = Dikenal, D2=Disukai,
dan D3 = Dipilih.
Memang, dalam praktiknya, untuk dapat dikenal yang benar-benar dikenal,
membutuhkan effort yang tidak sedikit. Terdapat proses yang harus ditempuh.
Apabila mengacu pada pendapatnya David A. Aaker (1991), proses tersebut
dijelaskan dalam istilah 4 tingkat piramida kesadaran, dari yang sama sekali tidak
dikenal sampai menjadi top of the mind. (Haroen,2014:63)
Brand recall (pengingatan suatu merek) mencerminkan merek apa saja
yang diingat konsumen setelah menyebutkan merek yang pertama kali disebut.
Merek-merek ng disebutkan kedua, ketiga dan seterusnya merupakan merek yang
menempati brand recall dalam benak orang.
Brand recognition (pengenalan merek) merupakan tingkat minimal
kesadaran merek yang merupakan pengenalan merek dengan bantuan, misalnya
dengan bantuan daftar merek, daftar gambar, atau cap merek. Merek yang masuk
dalam ingatan konsumen dalam kategori ini disebut brand recognition.
Unware of brand (tidak sadar merek) merupakan tingkatan merek yang
paling rendah dalam piramida brand awareness, yaitu konsumen tidak menyadari
akan eksistensi suatu merek.
Sebagian kalangan masyarakat berpendapat bahwa Personal Branding
Prabowo itu terlihat eksklusif dihadapan rakyat, ditambah dengan stigma bahwa
dia adalah pelanggar HAM makin mempersulit Prabowo Subianto sendiri dalam
244
perjalanan panjang proses Pemilihan Umum Presiden 2014 lalu, berikut jawaban
Informan Haris :
“Gua gini memang..ketika di Tahun 2009 ketika Prabowo bergandengan
dengan Megawati, untuk menjadi calon wakil presiden, dan SBY berpasangan
dengan Boediono, isu tersebut tidak muncul ke ranah publik pilpres (Tahun
2009)..karena pihak SBY tidak terlalu menyerang dalam hal pelanggaran HAM
yang mungkin dulu pernah dilakukan oleh Prabowo..tapi hal itu teryata
berbeda..berbanding terbalik di pilpres tahun 2014 kemarin.. Dimana ketika
ee..Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa dan Jokowi berpasangan dengan
Jusuf Kalla yang notabene Jokowi adalah anak buah Megawati..Isu itu
(Pelanggaran HAM) muncul lagi.. Padahal klo mau fair ketika dulu Prabowo
berpasangan dengan Megawati ya seharusnya isu tersebut harus tetap
ada..cuman kan itu tidak diungkit karena mungkin untuk strategi pemenangan
pilpres (Pasangan Megawati dan Prabowo 2009) mungkin..”
“Yang menurut saya harus dilakukan Prabowo sudah bener entah dia
(Prabowo Subianto) dipecat atau mengundurkan diri..ee.terus persidangan
(militer) sudah dilakukan dan segala macem.. Pernah saya dengar cerita dari
teman saya dari salah satu televisi swasta..dirinya pernah mewawancarai
Prabowo secara live (siaran langsung), kemudian si presenternya menayakan hal
yang sama (Pelanggaran HAM) seperti yang anda tanyakan ke saya..terkait
Pelanggaran HAM Tahun 1998..ketika live (siaran langsung) tersebut Prabowo
bisa menjawab dengan wise (bijaksana)..tapi saat sedang off air (saat
iklan)..muncullah sosok Prabowo yang sebenarnya..Prabowo memarah-marahi
presenternya dan mengancam produsernya..udah bosen hidup luh..(Kata
Prabowo) itu yang saya denger dari teman saya yang kerja di televisi swasta
tersebut..”
“Seharusnya..Prabowo tidak melakukan hal itu.. Dia (Prabowo Subianto)
cukup mengklarifikasi aja..menjawab isu pelanggarann tersebut apa adanya
sesuai dengan peristiwa yang dialaminya (Prabowo Subianto).. Memang ketika
pengadilan (militer) dan segala macemnya memutuskan Prabowo tidak bersalah
ya kita harusnya beranganggapan bahwa Prabowo nggak bersalah..dan
Prabowo tidak melakukan pelanggaran HAM berat..toh dia (Prabowo Subianto
juga ee..militer non aktif kan.. Jadi isu tentang pelanggaran HAM berat di 2009
ketika Prabowo berpasangan dengan siapapun yang bukan dari ee..misalnya dari
PDI-P atau dari Golkar, mungkin akan tetap ada (Isu Pelanggaran HAM)..”
“Sekarang bagaimana caranya Prabowo menyikapi isu itu (Pelanggaran
HAM) dengan lebih..menurut saya tidak usah ditutup-tutupi lagi..dia (Prabowo
Subianto) harus seperti yang tadi saya bilang..pertanyaan itu (Terkait
Pelanggaran HAM) bisa dijawab dengan gamblang diceritakan..bahwa saya
(Prabowo Subianto) sudah melakukan apapun dan telah di proses di pengadilan
atau segala macem..dan membuktikan bahwa saya (Prabowo Subianto) tidak
245
bersalah..jelaskan aja ke pemirsa..selesai sudah..jangan membuat (Prabowo
Subianto) opini-opini yang baru..tentang apalah-apalah..(yang menyudutkan diri
Prabowo Subianto sendiri)..itu yang menurut saya Prabowo harus lakukan di
Tahun 2019 untuk strategi pemenangan tim pemenangan (Prabowo Subianto)
nanti jika Prabowo ingin mencalonkan diri lagi sebagai Presiden pada pemilihan
umum tahun 2019.. Isu ini akan tetap ada tapi bagaiman mengatasi pertanyaan
itu agar Prabowo bisa lebih pintar dan lincah dalam menjawab pertanyaan
wartawan terkait dengan isu pelanggaran HAM tersebut..”.
Terkait dengan bagaimana supaya personal branding yang kandidat atau
sang calon lakukan dapat mencapai top of the mind para pemilih maka dalam hal
ini berlaku prinsip usaha, pengorbanan, dan doa. Usaha pun bukan sembarang asal
melakukan aktivitas, namun usaha tersebut harus kreatif dan inovatif. Kalau hanya
biasa-biasa saja maka jadinya juga biasa dan biasa. (Haroen,2014:64).
8 konsep pembentukan personal branding
(The Eight Laws of Personal Branding) (Peter Montoya, 2002)
1. Spesialisasi (The Law of Specialization)
Ciri khas dari sebuah Personal Brand yang hebat adalah ketepatan pada
sebuah spesialisasi, terkonsentrasi hanya pada sebuahkekuatan, keahlian atau
pencapaian tertentu. Spesialisasi dapat dilakukan pada satu atau beberapa
cara, yakni:
a.
Ability -misalnya sebuah visi yang stratejik dan prinsip-prinsipawal yang
baik.
b.
Behavior - misalnya keterampilan dalam memimpin,kedermawanan, atau
kemampuan untuk mendengarkan,
c.
Lifestyle- misalnya gaya hidup sederhana,
246
d.
Mission - misalnya dengan melihat orang lain melebihi persepsi mereka
sendiri,
e.
Product - misalnya futurist yang menciptakan program yang baik,
f.
Profession - niche within niche , misalnya pelatih kepemimpinan,
g.
Service - misalnya pemimpin sekaligus menjadi figur atau cointoh.
2. Kepemimpinan (The Law of Leadership)
Masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang dapat memutuskan
sesuatu dalam suasana penuh ketidakpastian dan memberikan suatu arahan yang
jelas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebuah Personal Brand yang diiengkapi
dengan kekuasaan dan kredibiiitas sehingga mampu memposisikan seseorang
sebagai
pemimpin
yang
terbentuk
dari
kesempurnaan
seseorang.
(Haroen,2014:67).
3. Kepribadian (The Law of Personality)
Sebuah Personal Brand yang hebat harus didasarkan pada sosok kepribadian
yang apa adanya; dan hadir dengan segala ketidaksempurnaannya, Konsep ini
menghapuskan beberapa tekanan yang ada pada konsep Kepemimpinan (The Law
of Leadership), seseorang harus memiliki kepribadian yang baik, namun tidak
harus menjadi sempurna.
4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness)
Sebuah Personal Brand yang efektif perlu ditampilkan dengan cara yang
berbeda dengan yang lainnya. Banyak ahii pemasaran membangun suatu
247
merek dengan konsep yang sama dengan kebanyakan merek yang ada di
pasar, dengan tujuan untuk menghindari konflik. Namun, hal ini justru
merupakan suatu kesalahan karena merek-merek mereka akan tetap tidak
dikenal diantara sekian banyak merek yang ada di pasar.
5. The Law of Visibility
Untuk menjadi sukses, Personal Brand harus dapat dilihat secara konsisten
terus-menerus, hingga Personal Brand seseorang dikenal. Maka visibility
lebih penting dari kemampuan (ability)-nya. Untuk menjadi visible, seseorang
perlu mempromosikan dirinya, memasarkan dirinya, menggunakan setiap
kesempatan yang ditemui dan memiliki beberapa keberuntungan.
6.
Kesatuan (The Law of Unity) , Kehidupan pribadi seseorang di balik Personal
Brand harus sejalandengan etika moral dan sikap yang telah ditentukan dari
merektersebut.Kehidupan pribadi selayaknya menjadi cermin dari sebuahcitra
yang ingin ditanamkan dalam Personal Brand.
7.
Keteguhan (Law of Persistence) Personal Brand membutuhkan waktu untuk
tumbuh, dan selama proses tersebut berjalan, adalah penting untuk selalu
memperhatikan setiap tahapan dan trend. Dapat pula dimodifikasikan dengan
iklan atau public relation.Seseorang harus tetap teguh pada Personal Brand
awal yang telah dibentuk, tanparagu-ragu dan berniat mengubahnya.
8.
Nama baik (The Law of Goodwill)
Sebuah Personal Brand akan memberikan hasil yang lebih baik dan bertahan
lebih lama, jika seseorang di belakangnya dipersepsikan dengan cara yang
248
positif, Seseorang tersebut harus diasosiasikan dengan sebuah nilai atau ide
yang diakui secara umum positif dan bermanfaat. (Haroen,2014:69)
Personal branding bukan semata mengiklankan diri, bukan semata
mempromosikan diri, bukan semata upaya merekayasa label diri. Personal
branding sebetulnya lebih terkait dengan self-leadership, self-management, selfresponsibility, atau juga self-committment. (Haroen,2014:183).
Hanya branding yang didasarkan pada basis-basis karakter dan
kompetensilah yang umurnya panjang, bahkan ada yang lebih panjang dari umur
seseorang. Ini bisa dibuktikan dari orang-orang yang telah berjasa pada negeri ini.
Meskipun jasadnya telah tiada, jasanya tetap diabadikan oleh masyarakat sampai
pada batas waktu yang tak diketahui.
Dengan personal brand yang benar, berarti sang calon atau kandidat secara
langsung atau tidak langsung, telah mencurahkan potensi, energi, komitmen, dan
kompetensi kandidat di bidang yang telah kandidat pilih. Seseorang yang
membranding dirinya sebagai agen perubahan, tidak cukup hanya mengiklankan
perubahan pada masyarakat, namun harus juga membuktikan dedikasi dan
keseriusannya di berbagai perubahan yang ingin dilihat oleh masyarakat.
(Haroen,2014:184).
Namun, yang lebih penting dari kualitas adalah persepsi orang lain
terhadap kualitas itu. Yang lebih penting dari karakter adalah bagaimana persepsi
orang terhadap karakter sang calon. Yang lebih penting dari kompetensi adalah
bagaimana persepsi orang terhadap kompetensi kita. Personal branding sangat
249
terkait dengan bagaimana mengelola proses-proses untuk membangun persepsi
tentang kualitas itu.
Terkait dengan persepsi itulah maka komunikasi menjadi penting.
Komunikasi antara lain berguna sebagai alat klarifikasi ketika ada oknum-oknum
tertentu yang ingin merusak persepsi masyarakat atau orang lain terhadap sang
calon. Ketika sudah masuk ke ruang publik, tidak berarti orang yang baik akan
secara otomatis melahirkan persepsi yang baik. Di ruang publik, lebih-lebih di
politik, ada fitnah, ada persaingan tidak sehat, ada perang untuk mengalahkan
lawan, dan lain-lain.Ini semua hanya bisa diatasi dengan komunikasi.
(Haroen,2014:185)
Komunikasi juga akan menjadi jembatan menuju dipahami, disukai,
dipercaya, dan dipilih. Tanpa komunikasi yang intensif, apa mungkin masyarakat
pemilih akan memahami siapa sang calon dan apa yang sang calon perjuangkan.
Tanpa memahami, apa mungkin mereka akan menyukai. Kalau pun ada, itu
sedikit. Tanpa disukai, apa mungkin sang calon akan di pilih. Kalau pun ada, itu
jumlahnya sedikit. (Haroen,2014:186).
Dalam melakukan komunikasi dengan masyarakat calon pemilih, tidak
menutup kemungkinan sang calon akan dihadapkan pada sebuah keluhan tentang
berbagai problematika yang dihadapai masyarakat. Komunikasi yang sang calon
sampaikan dalam menjawab berbagai keluhan dan permasalahan tersebut akan
sangat berpengaruh kepada personal brand yang sang calon punya.
Jawaban atau solusi yang diberikan akan sangat menentukan dalam
membentuk persepsi masyarakat terhadap sang calon. Mereka akan tahu siapa
250
sang calon dan kualitas diri sang calon. Komunikasi yang baik akan memberikan
pemahaman kepada lawan bicara sang calon tentang siapa diri sang calon lalu
menyukai sang calon, mempercayai sang calon dan pada gilirannya mereka sangat
KOMUNIKASI
berpotensi akan menjatuhkan pilihannya kepada sang calon. Gbr 6,Komunikasi
DIPAHAMI
DISUKAI
DIPERCAYA
DIPILIH
Oleh karena itu, seorang pakar personal brand, Hubert K. Rampersad,
menyimpulkan bahwa kesuksesan sebuah branding itu tak lepas dari empat
langkah berikut ini, yang, komunikasi menjadi salah satu elemen yang penting:
• Merencanakan
• Menyebarkan
• Bertindak
• Mengembangkan
4.4.2.3. Sasaran Personal Branding
Bagaimana dengan Personal Branding Prabowo pada Pemilihan Umum
presiden 2014 terkait dengan stigma Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM.
Berikut jawaban Informan Taufan :
“Eee..ya kan begini, ee..yang namanya stigma, ya kan itu memang udah
cap (Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM) kan..itu cap..katakan..dia
(Prabowo Subianto tidak melakukanpun (misalnya) ya kan..kan tetep aja berita
(Prabowo Subianto sebagai Pelanggar HAM) sudah tersiar (di media dan
251
masyarakat) ya kan..kita (Tim media dan komunikasi Prabowo Subianto)..tidakn
bisa mengcounter (menghalangi).. Tapi yang jelas kan permasalahannya sama
posisinya namanya sedang perang (bersaing dalam pemilihan umum presiden
2014 antara 2 calon presiden, Prabowo dan Jokowi) gimana..?,ya kan lagi
perang kan kalau kapitalisasi berita negatifnya (Prabowo Subianto sebagai
Pelanggar HAM) lebih besar daripada positifnya atau positifnya juga sama tapi
gaungnya kan tetep..”
“Katakan ini positifnya, ini negatifnya, ini bantahan negatifnya..
Bantahan negatif kan memperbesar berita negatif..ya kan..gitu loh itu
masalahnya..tapi yang penting maksud saya, secara ee..faktual dijelaskan, ya
kan.. Ya..ya kan itu, itu saya masuk udah lagi, lagi berita-berita itu beredar..lagi
besar-besarnya berita itu gitu loh..makanya elektabilitasnya minus..waktu masuk
ya kan, kan kalau kita nggak ada jalan lain ya kita jelaskan aja..yang
menjelaskan siapa, ya Pak Prabowo sendiri, third parties yakan..third parties itu
siapa ya jenderal-jenderal itu aja suruh ngomong..ya kan.. Pak Prabowo dalam
berbagai kesempatan juga ngomong bahkan yang di culik juga dipaksa
ngomong..yan kan..suruh ngomong juga..kan ada banyak yang diculik juga..yang
menjadi kader Gerindra..ya kan..gitu..”.
Komunikasi yang efektif akan memberikan pesan yang tepat kepada target
pemilih. Ini akan mengokohkan branding Anda sebagai seorang figur yang layak
dipilih. Anda punya peluangbesar menjadi top of mind di benak mereka.
Komunikasi yang efektif dapat memperkuat jaringan (network), terutama
di titik-titik basis komunitas dan tokoh-tokoh masyarakat, sebagai tombak utama
untuk memengaruhi keputusan pemilih dalam memilih calon wakil mereka.
Sebuah komunikasi yang efektif akan memunculkan persepsi masyarakat bahwa
sang calon berbeda dengan pesaing sangh calon. (Haroen,2014:188).
Dengan komunikasi yang intensif dan efektif, masyarakat juga akan semakin
percaya. Lebih-lebih jika sudah mulai ada bukti nyata yang bisa sang calon
tunjukkan kepada publik.Trust mereka akan semakin besar. Trust menjadi modal
yang sangat tinggi nilainya bagi kemenangan politik. (Haroen,2014:189).
252
Pertanyaannya
adalah
bagaimana
supaya
sang
calon
dapat
mengkomunikasikan suara hati sang calon dengan sepenuh hati agar masyarakat
dapat menerimanya dengan sepenuh hati juga. Terdapat 3 hal yang perlu sang
calon lakukan untuk merealisasikan hal tersebut, yaitu:
1.
Meningkatkan kredibilitas (Credibility)
Kredibilitas adalah tingkat kepercayaan masyarakat terhadap diri sang
calon. Kredibilitas adalah seperangkat persepsi masyarakat tentang kelebihankelebihan yang sang calon miliki sehingga apa yang sang calon
komunikasikan dapat diterima oleh mereka.
Menurut Aristoteles, kredibilitas bisa diperoleh jika seorang komunikator
memiliki ethos, pathos dan logos. Ethos menunjukkan karakter kepribadian
sehingga ucapan-ucapannya dapat dipercaya.Pathos ialah kekuatan yang
dimiliki seorang komunikator dalam mengendalikan emosi pendengar,
sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki seorang komunikator melalui
argumentasinya.
James Me Croskey (dalam Cangara, 2013) lebih jauh menjelaskan bahwa
kredibilitas
seorang
komunikator
dapat
diperoleh
dari
kompetensi
(competence), sikap (attitude), tujuan (intention), kepribadian (personality)
dan dinamika (dynamism). (Haroen,2014:199).
Berlo (dalam Cangara, 1962) seorang pakar komunikasi dari Michigan
State University mengatakan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat
timbul jika komunikator tersebut memiliki keterampilan berkomunikasi
(communication skills), pengetahuan yang luas tentang materi yang
253
dibawakannya (knowledge), sikap jujur dan bersahabat (attitude) serta
mampu beradaptasi dengan sistem sosial budaya (social and cultural system)
masyarakat yang dihadapinya.
2.
Meningkatkan daya tarik (Attractive)
Dalam kampanye politik, faktor daya tarik seorang politisi sangat
berpengaruh bagi pemilih.Dari berbagai hasil kajian yang pernah dilakukan,
ternyata simpati tumbuh kajena daya tarik yang ditampilkan seseorang. Daya
tarik pada umumnya disebabkan cara bicara yang sopan, murah senyum, cara
berpakaian yang baik dan postur tubuh yang gagah.
Mill dan Anderson (Cangara, 2013) menemukan dalam penelitiannya
bahwa komunikator yang memiliki fisik menarik, lebih mudah menggugah
pendapat dan sikap seseorang.
3. Meningkatkan Kekuatan (Power)
Semua
orang
bisa
ngomong
tentang kebenaran
akan kebenaran itu. Tapi yang menjadi soal adalah
dan
sebesar
yakin
apa
keyakinanya. Semakin besar keyakinan seseorang dipastikan akan semangat
powerful komunikasinya. Semua orang bisa bicara hari esok lebih baik.Tapi
yang
menjadi
masalah
adalah
seberapa
besar
keyakinan
itu.
(Haroen,2014:201)
Keyakinan yang kuat akan melahirkan tindakan yang jelasatau tindakan yang
melawan keputusasaan dan ini sangat mempengaruhi kualitas komunikasi.
Semakin banyak yang dilakukan seseorang, maka akan semakin kuat powernya
ketika berbicara. (Haroen,2014:202)
254
Sering ada pertanyaan mengenai apa beda antara self-marketing dan selfbranding. Bukankah self-branding itu nantinya tak lain adalah bagian dari
bagaimana 'menjual' sesuatu dari diri kita. Bukankah marketing itu merupakan
tujuan dari branding.
Jawabnya adalah benar bahwa marketing adalah tujuan dari branding.
Hanya memang kalau melihat jawaban yang ditulis oleh Peter Montoya, seperti
yang Peter Montoya tulis di buku The Brand Called You (2005), terdapat
beberapa perbedaan yang perlu digarisbawahi antara marketing, selling, dan
branding. (Haroen,2014:231)
Marketing
atau
memasarkan
lebih
fokus
pada
aktivitas
untuk
mempresentasikan. Pemasaran lebih merupakan kegiatan untuk menanam benih
agar dapat melakukan penjualan, dengan cara membuat pelanggan tahu bahwa
produk itu ada.
Adapun menjual atau selling itu lebih merupakan kegiatan yang bersifat
meyakinkan. Menjual adalah menggunakan taktik bertanya, keterampiian
mendengarkan, dan keahlian meyakinkan orang lain untuk membeli.
Sementara branding, termasuk dalam hal ini adalah self-branding,
kegiatannya lebih mengarah pada upaya-upaya untuk mempengaruhi. Branding
adalah proses menciptakan sebuah identitas yang dikaitkan dengan persepsi,
emosi, dan perasaan tertentu terhadap identitas tersebut. Perbedaan lain jua
misalnya seperti yang ditulis oleh Dan Schawbel, seorang pakar personal branding
yang banyak menulis di majalah Forbes. Menurutnya, personal branding tersebut
adalah proses yang ditempuh seseorang untuk menjelaskan diferensiasinya atau
255
pendiriannya di tengah masyarakat atau massa dengan mengartikulasikan nilainilai, keunikan, atau keiebihan untuk membangun imej dan persepsi yang positif.
(Haroen,2014:232)
Dalam melakukan persiapan self-marketing, terdapat sejumlah hal yang perlu
diperhatikan, yaitu:
1.
Menemukan personal brand yang Unique Selling Proposition
Personal brand yang tepat digali atau ditemukan dari pemahaman karakter,
kompetensi dan kekuatan seseorang. Cara ini diharapkan menghasilkan
personal brand yang lebih akurat, unik dan relevan sehingga lebih
memudahkan individu untuk meiaksanakan proses branding secara konsisten.
Dengan membawa sifat yang khas, relevan dan konsisten, diharapkanpersonal
brand tersebut kuat dan bisa menjadi Unique Selling. (Haroen,2014:234).
Proposition yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan self-marketing.
Karena sebagaimana marketing komersial yang mengharuskan setiap
produk untuk memiliki Unique Selling Proposition (USP), maka USP
diperlukan pula dalam personalbranding.USP adalah hal yang membedakan
produk atau jasa yang dalam hal ini adalah diri sang calon terhadap pesaing
lainnya. Tanpa USP, sang calon atau kandidat akan tenggelam di tengahtengah lautan persaingan politik yang begitu ketat di masa kini.
(Haroen,2014:235)
2.
Mengolah Personal Brand Menjadi Pesan yang Berbentuk Visual
Dr. Albert Mehrabian dalam bukunya Silent Message mengemukakan
konsep 3V.Ia menjelaskan bahwa elemen (Haroen,2014:237) komunikasi
256
terdiri dari tiga hal yang masing-masing elemen tersebut memiliki tingkat
pengaruh terhadap komunikasi atau intepretasi pesan yang berbeda; 55%
pengaruh dimiliki oleh visual, 38% disampaikan melalui vocal (audio), dan
7% dipengaruhi oleh verbal.Gambar 7,Bagan Intepretasi Pesan
Dari tabel terlihat bahwa pesan yang berbentuk visual memiliki pengaruh
terbesar (55%) dalam proses komunikasi. Visual bermakna segala sesuatu
yang dapat dilihat dan direspon oleh indra penglihatan kita yaitu mata. Istilah
visual ini berasal dari kata Latin videre yang artinya melihat yang kemudian
dimasukkan ke dalam bahasa Inggris visual.
Pesan visual adalah pesan yang berbentuk grafts, tanda, symbol, gambar,
foto, huruf, warna dan tata letak dalam berbagai media, baik media cetak,
massa, elektronika maupun audio visual. Pesan tersebut bisa berupa infornasi
produk, jasa ataupun gagasan yang ditujukan kepada individu atau
masyarakat, baik yang bertujuan sosial maupun komersial.Oleh karena
pengaruhnya yang kuat maka pesan visual sangat efektif dalam memperjelas
informasi, membentuk persepsi atau opini serta mempengaruhi sikap hingga
mengubah perilaku masyarakat. (Haroen,2014:238).
3.
Menyajikan Personal Brand dengan Kemasan yang Menarik
257
Sebagaimana halnya produk komersial, personal brand harus disajikan
atau dikomunikasikan dengan cara atau kemasan yang menarik. Ungkapan
"Judge a book by it's cover" atau sebuah buku itu dinilai dari covernya
menekankan pentingnya kemasan yang menarik karena akan sangat
menentukan.
Personal branding adalah proses menanamkan persepsi yang kuat di
benak publik dan salah satu faktor yang paling dominan mempengaruhi
persepsi visual adalah attractiveness (daya tarik). Daya tarik ini biasanya
berupa daya tarik fisik (physical attractiveness). Jika seseorang di saat
permulaan sudah tertarik, maka untuk selanjutnya akan lebih mudah untuk
menyukai. (Haroen,2014:240)
Firmanzah (2012) mengatakan bahwa berpolitik yang mulia belaka tidak
akan membuat tertarik kalau tidak dikemas dengan lihai. Jadi, betapa pun
baiknya niat seorang manusia, mereka harus memakai pendekatan yang tepat
untuk merebut hati dan simpati orang lain.
4.
Membuat slogan (Tagline) yang efektif dan sesuai personal brand
Dalam strategi marketing politik, ada tiga perangkat komunikasi yang
sederhana, yaitu pesan, isu yang mendukung pesan dan slogan (tagline) yang
efektif. Dalam dunia marketing, slogan merupakan hal yang penting agar
pesan dapat diterima dan diingat dengan mudah. Slogan digunakan dalam
marketing untuk menyiasati keterbatasan manusia dalam menyerap informasi.
(Haroen,2014:241)
258
Kriteria umum yang dipakai untuk membuat slogan yang efektif adalah
sebagai berikut:

merupakan hal baru, tidak biasa dan unik

penekanan pada nilai inti kemanusiaan

mengikuti perubahan zaman

mudah diingat (Haroen,2014:242).
Juga, tidak semua media harus diperlakukan sama. Setiap media butuh
seni yang berbeda. Dan, yang lebih penting lagi adalah bahwa dengan
berlimpahnya media yang ada, tugas sang calon adalah bagaimana diferensiasi
sang calon dapat muncul. Diferensiasi sama dengan branding. Jika diferensiasi
tidak muncul maka branding sang calon tidak jalan. Begitu diferensiasi sudah
muncul, langsung atau tidak langsung, apa yang sang calon lakukan adalah proses
branding.
Selain perlu memikirkan diferensisasi, terdapat hal lain yang perlu sang
calon lakukan agar aktivitas pemasaran lebih powerfull dampaknya. Tentu harus
digarisbawahi di sini bahwa antara pemasaran politik dengan pemasaran bisnis
terdapat perbedaan yang mendasar. Bahwa produk yang dijual dalam pemasaran
politik jelas bukan barang atau jasa, seperti layaknya dalam bisnis.
Marketing politik menjual figur dengan seperangkat idealisme, visi, misi,
dan aksi yang akan dilakukan. Marketing politik menjual tokoh.Marketing politik
menjual kredibilitas.Marketing politik menjual harapan dan komitmen. Agar
proses marketingnya berdampak signifikan, sang calon atau kandidat perlu beraksi
dengan bauran promosi di bawah ini :
259
1.
Melakukan personal promotion
Bentuk pemasaran yang paling mula, paling jitu namun dirasa kurang praktis
karena membutuhkan waktu dan keterampilan khusus adalah personal
promotion, yaitu dengan tatap muka (face to face). Secara tradisonal, personal
branding yang sang calon lakukan adalah dengan mendatangi satu per satu
pemilih atau tokoh masyarakat yang menjadi panutan untuk menjelaskan
agenda politik sang calon supaya mendapat dukungan. Biasanya disebut
\dengan istilah "minta doa" atau "silaturrahim". (Haroen,2014:243)
Bentuk tatap muka masa kini telah begitu canggih dan powerfull berkat
dukungan Internet, khususnya media sosial seperti Facebook danTwiner,
selain dengan e-mail. Hanya berbekal seperangkat komputer saja dan berada
pada satu tempat saja maka sang calon atau kandidat telah dapat bertatap
muka dengan ribuan bahkan jutaan pemilih yang tersebar di berbagai tempat
yang berbeda.
2.
Beriklan di media
Iklan termasuk non-personal promotion. Iklan dibutuhkan jika yang ingin
sang calon atau kandidat targetkan adalah massa yang jumlahnya banyak dan
waktu yang tersedia terbatas. Sang calon atau kandidat dapat beriklan di
majalah,
surat
(Haroen,2014:244)
kabar,
televisi,
website,
atau
kendaraan
umum.
260
Iklan di media selain sebagai media infomasi tentang siapa profil sang
calon atau kandidat, juga berfungsi sebagai media yang mampu merubah
persepsi publik tentang sang calon atau kandidat. (reposition).
Sebelum beriklan, hal paling penting yang harus sang calon atau kandidat
perhatikan adalah soal biaya. Jumlah biaya yang tersedia merupakan faktor
penting yang dapat mempengaruhi bauran iklan. (Haroen,2014:245).
3. Direct promotion
Ini misalnya sang calon atau kandidat mendatangi kelompok masyarakat
yang sedang berkumpul lkemudian sang calon atau kandidat menjelaskan apa
agenda sang calon atau kandidat ketika nanti terpilih, apa alasannya, dan lainlain. Akan lebih bagus jika dalam melakukan direct promotion ini dibekali
dengan penjelasan tertulis sehingga masyarakat lebih memahami. Sang calon
atau kandidat dapat menggunakan data, informasi, dan fakta-fakta, lalu
diarahkan dan ditambahkan dengan opini yang bagus sehingga mereka punya
alasan untuk memilih sang calon atau kandidat. (Haroen,2014:248).
4.
Kampanye
Kalau dalam marketing bisnis terdapat istilah sales promotion maka
dalam marketing politik juga ada istilah kampanye (campign). Kampanye
adalah upaya yang sudah sang calon atau kandidat rencanakan untuk
mengajak masyarakat memilih apa yang sang calon atau kandidat tawarkan.
Tentu sang calon atau kandidat telah memaparkan sejumlah manfaat atau
261
janji. Ini sama seperti sales promotion ketika sang calon pembeli ditawari
sejumlah barang dengan benefit dan diskon yang menarik supaya sang calon
pembeli mau membeli.
Hal paling penting dalam melakukan kampanye politik dalam pemilu
adalah isu paling utama yang akan sang calon atau kandidat angkat, sudah
sesuaikah dengan target yang akan Anda masuki, dan apa caranya atau
metodenya, termasuk hiburannya. Tentu saja, konten-konten yang diperlukan
sebelum mela-kukan kampanye perlu Anda persiapkan dengan baik.
(Haroen,2014:250).
5.
Public Relations
Public Relations adalah sejumlah aktivitas yang sudah sang calon atau
kandidat rencanakan untuk menjalin komunikasi dengan masyarakat supaya
terdapat imej yang positif dari masyarakat terhadap sang calon atau kandidat.
Bentuk aktivitasnya sendiri sangat beragam, misalnya menjadi sponsor suatu
acara. (Haroen,2014:251)
Strategi politik yang banyak berhasil adalah strategi yang sederhana. Jurus
bisnis yang jitu adalah jurus yang sederhana. Hanya, terkadang, untuk membuat
strategi dan jurus yang sederhana tersebut tidak mudah. Sang calon atau kandidat
dapat memilih bahasa yang sederhana, memilih strategi yang sederhana, dan
memilih ajakan-ajakan yang sederhana. (Haroen,2014:255).
Leadership tetap menjadi kunci. Istilah mesin politik mungkin sudah mulai
akrab di saat ini. Mesin politik adalah sebuah satuan kekuatan yang bekerja secara
terencana untuk mengupayakan kesuksesan seorang calon atau kandidat atau
262
partai politik, baik pada saat mulai menyusun langkah-langkah branding atau
ketika telah masuk hari kampanye. Mesin politik ini sudah jamak digunakan di
seluruh dunia.
Ada berbagai mesin politik yang ada. Namun selain partai politik dan kader,
secara umum sebuah mesin politik diisi oleh kekuatan yang terdiri atas konsultan,
tim sukses, dan relawan. Biasanya, konsultan politik bekerja untuk memberikan
saran mengenai strategi politik, strategi komunikasi, dan pelatihan-pelatihan yang
terkait dengan kebutuhan politik saat itu. (Haroen,2014:257).
Seiring dengan perkembangan zaman, posisi konsultan politik ini semakin
ikut menentukan komunikasi politik seseorang dengan para pemilih. Bahkan tidak
sedikit yang berpendapat bahwa kemampuan pengurus partai untuk meraup suara
massa kini telah banyak digeser oleh kecanggihan strategi-strategi konsultan
politik. (Haroen,2014:258).
263
Namun yang paling penting adalah kualifikasi dari leadership itu sendiri.
Mesin politik membutuhkan leader yang berkarakter kuat, mesin politik
membutuhkan leader yang punya kompetensi, mesin politik membutuhkan leader
yang punya kekuatan, baik materi atau non-materi, misalnya jaringan, lobi, power,
akses, dan lain-lain.
Kunci menggerakkan mesin politik adalah sebagai berikut :
1.
Kemampuan memilih orang
2.
Kemampuan membuat tujuan bersama
3.
Kemampuan membangun kebanggaan
4.
Kemampuan merumuskan tugas dan tanggung jawab
5.
Kemampuan memimpin
6.
Kemampuan menciptakan budaya
7.
Kemampuan menjalin komunikasi.
Download