INTISARI Tradisi memanjangkan telinga yang dilakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah merupakan sebuah potensi dalam dunia pariwisata di Kota Samarinda. Melalui Desa Budaya Pampang, tradisi ini dikemas sebagai atraksi wisata bagi wisatawan. Pada awalnya, mereka memanjangkan kedua daun telinga untuk membedakan masyarakat Suku Dayak Kenyah dengan monyet, karena pada saat itu mereka hidup di dalam pedalaman hutan Kalimantan. Dan kini, tradisi memanjangkan telinga bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah merupakan sebuah identitas jumlah usia, menandakan kecantikan dan untuk melatih kesabaran dalam menjalankan kehidupan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif berdasarkan data kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat Suku Dayak Kenyah yang bertelinga panjang dan pihak pengelola Desa Budaya Pampang. Metode pengambilan data melalui studi pustaka, observasi dan wawancara dengan 4 informan. Analisis dilakukan secara kualitatif. Hasil penelitian ini adalah mengetahui makna yang terkandung di dalam tradisi memanjangkan telinga bagi Suku Dayak Kenyah dan menjadikan tradisi ini tetap menjadi salah satu daya tarik wisata yang dapat menarik wisatawan untuk datang ke Desa Budaya Pampang. Dengan adanya kegiatan pariwisata di Desa Budaya Pampang, masyarakat setempat mempunyai kesempatan untuk ikut aktif dalam kegiatan pariwisata dan mendapat penghasilan tambahan dari kegiatan pariwisata ini. Ada 4 pihak yang ikut mendukung kegiatan pariwisata sebagai pihak pengelola. Tugas pihak pengelola sebagai pengurus atraksi wisata, pembimbing, pengawas serta pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata. Jika ditarik benang merah dari hasil penelitian ini adalah ada dua hal yang dihasilkan dari tradisi memanjangkan telinga bagi masyarakat Suku Dayak Kenyah dalam kegiatan pariwisata. Pertama adalah untuk melestarikan tradisi nenek moyang Suku Dayak Kenyah. Kedua adalah secara tidak langsung, kegiatan pariwisata di Desa Budaya Pampang dapat meningkatkan pendapatan baik untuk pribadi untuk desa atau pemerintah karena menjadi daerah wisata. Jika masyarakat Suku Dayak Kenyah sudah merasa bahwa tradisi memanjangkan telinga ini mempunyai daya tarik bagi wisatawan dan berbeda dari daerah lain, sudah seharusnya mereka bangga mengenalkan tradisi dari nenek moyang ini untuk dinikmati oleh orang lain. Kata kunci: Tradisi Memanjangkan Telinga, Suku Dayak Kenyah, Pariwisata xviii ABSTRACT Ear-elongation done by Dayak Kenyah tribe is a potential contribution for the tourism attraction in Samarinda, a province in Kalimantan Timur. The tradition is introduced as a part of the cultural display of ‘Desa Budaya Pampang’, or the Pampang Cultural Village as the tourism object’s attraction. The tradition began as a way of differencing the Dayak Kenyah tribe with monkeys, as at that time the tribe lived deep inside the jungle of Kalimantan. Today, for the Dayak Kenyah tribe, the tradition is their identity in term of age, a standard of beauty, and as training of patience in living their life. This research uses descriptive approach based on the qualitative data. The subject of the research is Dayak Kenyah people who have long ears, and the representatives of the management of Desa Budaya Pampang. The method of collecting the data is through the library studies and interview with four informants. The analysis method is qualitative. This research results in better understanding regarding the meaning behind the ear-elongation tradition of Dayak Kenyah people, and understanding in the importance of keeping this tradition on the list of the attractive tourism object in Desa Budaya Pampang. Withmore tourism activities, the people of the village have more chances to be actively participating in the process, as well as earning some money from it. The process is done with the help of the management team. The duty of the management team is as the manager of tourism attraction, guide, administrative and as one of the parties in the tourism activities. From the research, it can be concluded two things that relates the tradition and the tourism activity. The first is to preserve the tradition of the ancestor of Dayak Kenyah tribe. The second is that the tourism activities in Desa Budaya Pampang can be a helping hand in increasing the income for both the village and the government, as it is managed as tourism object. As the tribe realizes that their tradition is unique and interesting, it is suggested to the tribe to have more positive view in managing the process of recognition to others through tourism. Keywords: Ear-elongation tradition, Dayak Kenyah tribe, Tourism xix