BAB II KAJIAN PUSTAKA

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Lingkar perut
2.1.1 Definisi
Lingkar perut menggambarkan lemak tubuh dan diantaranya tidak
termasuk sebagian besar berat tulang (kecuali tulang belakang) atau massa
otot yang besar yang mungkin akan bervariasi dan mempengaruhi hasil
penelitian. Ukuran lingkar perut ini berkorelasi baik dengan rasio lingkar
perut dan pinggul (Waist Hip Ratio) baik pada laki-laki maupun perempuan
serta dapat memperkirakan luasnya obesitas abdominal bagian visceral
(WHO,2000).
Lemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan lemak intraabdominal. Jaringan lemak intra-abdominal terdiri dari lemak visceral dan
intraperioteneal yang terutama terdiri dari lemak omental dan mesenterial
serta massa lemak retroperitoneal (sepanjang perbatasan dorsa usus dan
bagian permukaan ventral ginjal).
Pada tahun 1995 penelitian di Belanda mendapatkan bahwa lingkar
perut untuk pria >102 cm dan untuk wanita >88 cm, berhubungan dengan
peningkatan substansial risiko obesitas dan komplikasi metabolik. Sedangkan
pada orang Asia memakai ukuran lingkar perut >90 cm untuk pria dan >80
cm untuk wanita.
9
10
Lingkar perut dapat dinilai dengan berbagai cara. Cara yang paling baik
adalah dengan memakai Computed Tomography (CT) atau Magnetic
Resonance Imaging (MRI), tetapi kedua cara ini jarang digunakan untuk
memeriksa lingkar perut karena dianggap mahal (Siswanto, 2009).
2.1.2 Faktor – Faktor Penyebab Perubahan Lingkar Perut
Lingkar perut yang berlebihan merupakan tanda adanya bahaya yang
mengancam kesehatan. Meskipun tidak ada keluhan yang disebabkan oleh
besarnya ukuran lingkar perut, tetapi sudah terjadi gangguan metabolisme
dalam tubuh, sehingga meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit.
Lemak adalah salah satu faktor yang mempengaruhi ukuran lingkar
perut. Timbunan lemak terutama pada bagian perut akan menambah besar
ukuran lingkar perut seseorang. Penyebab terjadinya timbunan lemak pada
bagian perut antara lain adalah faktor genetik dan lingkungan, namun
sekarang pola makan dan pola hidup modern juga dapat menjadi sebab utama
terjadinya ukuran lingkar perut yang melebihi normal. Lingkar perut
mempunyai korelasi yang tinggi dengan jumlah lemak intra-abdominal
(Siswanto, 2009).
Faktor lain yang mempengaruhi lingkar perut seseorang adalah
a. Umur
Umur merupakan faktor risiko obesitas sentral yang tidak dapat
diubah. Seiring dengan bertambahnya umur, prevalensi obesitas
11
sentral mengalami peningkatan (Martins & Marinho 2003; Erem et
al, 2004).
Peningkatan lingkar perut dapat dilihat pada usia 45 tahun ke atas.
Pada umur tersebut terjadi pengurangan massa otot dan memicu
terjadi penumpukan lemak pada bagian perut. Peningkatan umur
akan meningkatkan kandungan lemak tubuh total, terutama distribusi
lemak pusat (Chang et al, 2000; Demerath et al, 2007).
b. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik merupakan upaya pencegahan peningkatan berat
badan dan secara signifikan berkontribusi untuk menurunkan berat
badan dalam jangka panjang dan mengurangi risiko kesehatan yang
berhubungan dengan penyakit kronis (Jakicic & Otto, 2005).
Mustelin et al. (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan kuat
antara aktivitas fisik dan lingkar perut. Rendahnya aktivitas fisik
berhubungan positif dengan obesitas pada perempuan tetapi tidak
pada laki-laki (Janghorbani et al, 2007).
c. Jenis kelamin
Pada
perempuan
mengontrol
kelebihan
energi
dengan
menjadikannya sebagai cadangan lemak, sedangkan pada laki-laki
menggunakan cadangan lemaknya untuk mensintensis protein
(WHO, 2000).
12
d. Gaya hidup
Gaya hidup jaman sekarang yang menyebabkan meningkatnya
obesitas sentral atau meningkatnya ukuran lingkar perut, gaya hidup
yang dimaksud adalah kebiasaan merokok, makan makanan fast
food, makan makanan manis, minum minuman yang beralkohol,
manis-manis dan softdrink, stres dan tidur atau kurang istirahat
(WHO, 2000 ; Drapeu et al, 2005).
2.2 Anatomi Abdominal
Abdomen merupakan bagian tubuh yang terletak di antara thorax dan pelvis.
Rongga abdomen yang sebenarnya dipisahkan dari rongga thorax di sebelah atas
oleh diaphragma dan dari rongga pelvis di sebelah bawah oleh suatu bidang
miring yang disebut pintu atas panggul. Di sebelah anterior dibentuk oleh
musculus rectus abdominis, musculus pyramidalis dan aponeurosis tiga otot yang
terletak di lateralnya yaitu musculus obliquus externus abdominis, musculus
obliquus internus abdominis dan musculus transversus abdominis. Sisi lateral
abdomen dibentuk oleh yang disebutkan terakhir, bersama dengan musculus
iliacus dan os coxae. Bagian posterior abdomen dibentuk oleh vertebrae lumbales,
crus dextrum dan crus sinistrum dari diaphragma, musculus psoas, dan musculus
quadratus lumborum. Karena batas antara dinding anterior dan lateral tidak jelas
maka istilah dinding anterolateral abdomen lebih sering dipakai (Wibowo, et al.,
2007).
13
Dinding
anterolateral
abdomen
dapat
menyesuaikan
diri
terhadap
pembesaran yang disebabkan oleh kehamilan, penimbunan lemak dan dapat
menjadi besar sekali bila ada tumor dalam abdomen yang tumbuh secara lambat.
Dalam hal ini, otot dinding abdomen menjadi tipis meskipun kulit tetap tumbuh,
sedangkan pembuluh darah dan saraf dapat memanjang. Bentuk dinding
anterolateral abdomen biasanya agak datar tetapi dapat bervariasi pada setiap
orang (Wibowo, et al., 2007).
Abdomen dapat dibagi menjadi empat kompartemen anatomis, yaitu
(Williams et al., 2013):
a. Regio thoraks. Regio ini berada antara inframammary creases dan batas iga. Di
dalamnya terdapat organ berupa diafragma, hati, limfa, dan lambung. Saat
menghembuskan nafas, diafragma dapat naik sampai setinggi torakal tiga.
b. Regio peritoneum (true abdomen). Pada regio ini dapat dijumpai lambung,
usus halus, dan usus besar, omentum, rahim, dan terkadang puncak dari vesika
urinaria. Pada akhir inhalasi, ketika hati dan limfa turun, kedua organ ini
menjadi bagian dari regio peritoneum.
c. Regio retroperitoneum. Regio ini mencakup pembuluh-pembuluh darah besar,
ginjal, kolon transversum, kolon desenden, uterus, pankreas, dan duodenum.
d. Regio pelvis. Abdomen bagian pelvis dibentuk oleh sambungan tulang-tulang
pelvis.
14
2.2.1 Musculus Obliquus Externus Abdominis
Otot ini terletak anterolateral dan merupakan otot terbesar serta paling
superficial dari otot lateral dinding abdomen. Jaringan otot terdapat di
sebelah atas dan lateral, sedangkan bagian lain merupakan aponeurosis.
Origonya pada permukaan luar iga 5-12 terbentuk jari-jari yang saling
mengisi dengan m serratus anterior dan m latissimus dorsi. Insertionya pada
processus xiphoideus, linea alba, crista pubica, tuberculum pubica dan
setengah bagian anterior dari crista illiaca. Sebagian besar serabut otot
berinsertio melalui aponeurosis (tendon otot yang melebar) sedang bagian
paling belakang arahnya hampir vertikal melekat pada setengah bagian depan
dari crista illiaca (Wibowo et al., 2007).
2.2.2 Musculus Obliquus Internus Abdominis
Musculus obliquus internus abdominis merupakan otot yang lebar dan
tipis yang terdapat di sebelah dalam musculus obliquus externus abdominis
dan di sebelah luar musculus tranversus abdominis dengan arah serabut yang
berlawanan dengan serabut musculus obliquus externus abdominis yaitu dari
bawah
lateralis
ke
medialis
atas.
Origonya
berasal
dari
fascia
thoracolumbalis, dua pertiga bagian anterior dari crista illiaca, dan dua
pertiga bagian lateralis ligamentum inguinale. Serabut – serabut otot ini
menyebar ke depan medialis atas. Yang paling atas dan belakang berinsertio
pada rawan iga 10-12, beserta rawan iganya dan processus xyphoideus.
15
Serabut otot lainnya beralih menjadi aponeurosis menuju ke linea alba dan
symphysis pubis (Wibowo et al., 2007).
2.2.3 Musculus Transversus Abdominis
Musculus transversus abdominis letaknya paling dalam di antara otot
serong perut, arah serabutnya kurang lebih horizontal ke depan. Berorigo dari
permukaan bagian dalam dari rawan iga 7-12, fascia thoracolumbalis, dua
pertiga bagian depan dari crista illiaca, sepertiga bagian lateralis ligamentum
inguinale, dan ascia yang meliputi m illiacus. Serabut – serabutnya ke arah
medialis beralih menjadi aponeurosis untuk berinsertio pada processus
xiphoideus, linea alba dan sympysis pubica. Otot ini mendapat persyarafan
dari rami ventralis n thoracalis 7-12 dan n ilioingunalis dan n hypogastricus
(Wibowo et al., 2007).
2.2.4 Musculus Rectus Abdominis
Musculus rectus abdominis merupakan sepasang otot vertikal pada
bagian depan abdomen, yang terpisah di tengah oleh linea alba. Origonya
berasal dari permukaan depan symphysis pubica dan crista pubica. Dia atas
otot ini melekat pada rawan iga 5, 6, 7 dan processus xiphoideus. Pinggir
lateralis otot ini melengkung cembung ke laeteralis membentuk lengkungan
dari ujung rawan iga 9 sampai tuberculum pubicum yang disebut linea
semiulnarisspigeli. M rectus abdominis sebagian besar dibungkus oleh vagina
musculi recti yang bersatu di tengah pada linea alba dan melekat erat pada
16
beberapa tempat di permukaan depan otot yaitu pada tendineosus
intersection. Persyarafan otot ini oleh rami ventralis dari enam nervi
thoracalis terbawah (Wibowo et al., 2007).
2.3 Lemak
2.3.1 Definisi
Lemak adalah salah satu komponen makanan multifungsi yang sangat
penting untuk kehidupan. Selain memiliki sisi positif, lemak juga mempunyai
sisi negatif terhadap kesehatan.
Lemak adalah substansi yang tampak seperti lilin dan tidak larut dalam
air. Lemak yang terdapat dalam zat makanan kita umumnya terdiri dari
gabungan tiga gugus asam lemak dan gliserol dan dikenal sebagai trigliserid
(Soeharto, 2002).
Kebutuhan lemak belum direkomendasikan sebelumnya. Hanya saja
pesan dalam pedoman gizi seimbang menganjurkan bahwa kebutuhan lemak
sebaiknya seperempat dari kebutuhan energi. Saat ini kebutuhan lemak
ditentukan sebesar 20% dari kebutuhan energi (Soekiman, 2006).
Lemak (lipid) merupakan komponen struktural dari semua sel – sel
tubuh, yang dibutuhkan oleh ratusan bahkan ribuan fungsi fisiologis tubuh
(Mc. Guire and Beerman, 2011). Lemak terdiri dari trigliserida, fosfolipid
dan sterol yang masing – masing mempunyai fungsi khusus bagi kesehatan
manusia. Sebagian besar (99%) lemak tubuh adalah trigliserida. Trigliserida
terdiri dari gliserol dan asam – asam lemak (Hardinsyah & Tambunan, 2004).
17
2.3.2 Fungsi Lemak Dalam Tubuh
Fungsi lemak dalam tubuh antara lain sebagai sumber energi, bagian
dari membran sel, mediator aktivitas biologis antar sel, isolator dalam
menjaga keseimbangan suhu tubuh, pelindung organ organ tubuh serta pelarut
vitamin A, D, E, dan K.
Penambahan lemak dalam makanan memberikan efek rasa lezat dan
tekstur makanan menjadi lembut serta gurih. Di dalam tubuh, lemak
menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan
karbohidrat, yaitu 9 Kkal/gram lemak yang dikonsumsi.
2.3.3 Lemak Yang Diperlukan Oleh Tubuh
1. Trigleserida / Triasilgliserol
Trigliserida adalah ester alkohol gliserol dan asam lemak (Murray et
al, 2003). Trigliserida terdiri dari tiga molekul asam lemak teresterifikasi
menjadi gliserol; zat ini adalah lemak netral yang disintesis dari
karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak (Dorland, 2002). Asam lemak
yang muncul secara alamiah mengandung jumlah atom karbon yang
genap. Ia bisa dijenuhkan (tanpa ikatan ganda) atau tak jenuh
(dehidrogenasi dengan jumlah ikatan ganda bervariasi) (Ganong, 1992).
2. Kolesterol
Kolesterol ditemukan oleh ahli kimia Prancis bernama Pouletier,
yang pertama memisahkan kolesterol murni berwarna putih, bersifat
18
seperti lilin, yang kemudian oleh ahli kimia yang lain, M. Chevereul,
dinamai kolesterol. Kata ini berasal dari kata chole yang berarti empedu
dan steros yang berarti keras (solid) (Soeharto, 2002).
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh di dalam hati (Heslet, 1997). Kolesterol adalah
sterol yang paling dikenal oleh masyarakat. Kolesterol di dalam tubuh
mempunyai fungsi ganda, yaitu di satu sisi diperlukan dan di sisi lain dapat
membahayakan bergantung berapa banyak terdapat di dalam tubuh
(Almatsier, 2003).
Kolesterol yang masuk ke dalam tubuh setelah diserap oleh usus
tidak dapat larut di dalam darah. Supaya dapat diangkut oleh darah,
kolesterol ini harus menumpang pada suatu zat yang merupakan gabungan
dari lemak (lipid) dan protein yang disebut lipoprotein. Lipoprotein
terdapat empat jenis, yaitu:
a.
Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein darah yang densitasnya paling rendah.
Kilomikron juga merupakan liproprotein yang mengangkut lipida dari
saluran pencernaan ke dalam tubuh dan butiran terhalus lemak dalam
pembuluh darah atau pembuluh limfa.
b. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL adalah partikel lipoprotein dengan diameter 40-80 nm dan
mempunyai densitas 0,95 – 1,006 g/ml. VLDL mengandung 50-65 %
trigliserid, 8-14 % phospholipid dan 5-10% protein (Bishop et al, 2004).
19
VLDL merupakan lipoprotein yang bertugas membawa kolesterol dari hati
ke jaringan perifer.
c.
Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL adalah lipoprotein pada manusia yang berguna sebagai
pengangkut kolesterol ke jaringan perifer dan berguna untuk sintesis
membran dan hormon steroid. Pada LDL terkandung 10% trigliserida serta
50% kolesterol dan dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kadar
kolesterol dalam makanan, kandungan lemak jenuh, dan tingkat kecepatan
sintesis dan pembuangan LDL dan VLDL dalam tubuh.
d. High Density Lipoprotein (HDL)
High Density Lipoprotein (HDL) adalah lipoprotein berdensitas tinggi,
terutama mengandung protein. HDL diproduksi di hati dan usus halus.
HDL mengambil kolesterol dan fosfolipid yang ada di dalam darah dan
menyerahkannya ke lipoprotein lain untuk diangkut kembali atau
dikeluarkan dari tubuh (Murray et al., 2009). Guna menilai tinggi
rendahnya HDL, digunakan angka standar dari NCEP ATP III yaitu kadar
HDL rendah, < 40 mg/dl dan kadar HDL tinggi, ≥ 60 mg/dl.
HDL kolesterol adalah lipoprotein yang mengandung banyak protein
dan sedikit lemak. HDL bertindak seperti vacum cleaner yang menghisap
sebanyak mungkin kolesterol berlebih. HDL memungut kolesterol ekstra
dari sel-sel dan jaringan-jaringan untuk kemudian dibawa ke hati, dan
menggunakannya untuk membuat cairan empedu atau mendaur ulangnya
(Freeman et al, 2008).
20
2.4 Latihan Untuk Abdominal (Andraeni, 2014)
2.4.1 Latihan Crunch
a) Latihan 1
Posisi awal terlentang dengan tangan disilang di depan badan,
kemudian angkat bahu dan kepala ke depan secara bersamaan,
kontraksikan otot perut bagian depan (m. rectus abdominis, m.
transversus abdominis). ketika posisi seperti ini pada cervical terjadi
gerakan fleksi, shoulder terjadi gerakan protraksi, lumbal gerakan
protaksi, lumbal gerakan semi fleksi, m. erector spine dan m.
paracervival terstretch sehingga terjadi kontraksi pada m. rectus
abdominis, m. transverses abdominis, m. pectoralis mayor et minor, dan
m. scratus anterior.
b) Latihan 2
Posisi awal latihan terlentang, kedua tungkai dan lengan diangkat
ke atas, kemudian angkat bahu dan kepala ke depan secara bersamaan
lalu buat gerakkan seolah olah ingin meraih ujung pergelangan kaki.
Ulangi 15 hitungan dan 3 set.
21
Gambar 2.1 Contoh Gerakan Latihan Crunch Latihan 2
(Sumber : Amie, 2012)
c) Latihan 3
Posisi awal latihan terlentang, dengan kedua lutut semi fleksi,
kemudian kedua tangan berada di belakang kepala. Dengan posisi seperti
tersebut angkat kedua bahu setinggi 30 derajat bersamaan dengan
mengangkat kepala tahan selama 5 detik sambil mengkontraksikan perut
lalu kembali ke posisi semula. Ketika posisi seperti ini pada cervical
terjadi gerakan fleksi, shoulder gerakan protraksi, lumbal gerakan semi
fleksi, m. Erector spine terstrech sehingga m. Rectus abdominis, m.
Transverses abdominis berkontraksi. Lakukan dengan cara 15 kali
hitungan, ulangi sampai 3 set (15 hitungan x 3 set)
22
Gambar 2.2 Contoh Gerakan Latihan Crunch Latihan 3
(Sumber : Pratiwi, 2014)
d) Latihan 4
Posisi awal latihan terlentang, dengan kedua lutut semi fleksi,
kemudian kedua tangan berada di belakang kepala. Dengan posisi
tersebut angkat kedua bahu bersamaan dengan mengangkat kepala lalu
gerakkan badan ke kiri dengan tetap mempertahankan punggung lurus.
Tungkai kiri dibawa jatuh ke lantai dengan tetap mempertahankan lutut
kanan semi fleksi. Kemudian lakukan kembali pada sisi kanan.
23
Gambar 2.3 Contoh Gerakan Latihan Crunch Latihan 4 (Menoleh Ke Kiri)
(Sumber : Sinaga, 2012)
Gambar 2.4 Contoh Gerakan Latihan Crunch Latihan 4 (Menoleh Ke Kanan)
(Sumber : Sinaga, 2012)
24
2.4.2 Latihan Crossover Sit-Up (Andraeni, 2014)
a) Latihan 1
Posisi awal latihan ini adalah terlentang dengan kedua lutut semi
fleksi, kedua lengan berada di samping kiri dan kanan kepala. Kemudian
angkat kepala dan bahu rotasi ke kiri dengan perut dikontraksikan.
Lakukan dengan 15 hitungan x 3 set.
Gambar 2.5 Cara Melakukan Latihan Crossover Sit-Up Latihan 1 (Menoleh
Ke Kiri)
(Sumber : Lie, 2013)
b) Latihan 2
Posisi awal latihan ini adalah terlentang dengan kedua lutut semi
fleksi, kedua lengan berada di samping kiri dan kanan badan dengan
posisi fleksi elbow. Kemudian angkat kepala dan bahu rotasi ke kanan
dengan perut dikontraksikan. Lakukan dengan 15 hitungan x 3 set.
25
c) Latihan 3
Posisi awal pada latihan ini adalah terlentang dengan kedua lutut
semi fleksi, kedua lengan berada di samping kiri dan kanan badan dengan
posisi fleksi elbow. Kemudian angkat kepala dan bahu rotasi ke kiri
kemudian bergantian ke kanan. Lakukan dengan 15 hitungan x 3 set.
d) Latihan 4
Posisi awal pada latihan ini adalah terlentang dengan kedua lutut
semi fleksi, kedua lengan berada di samping kiri dan kanan kepala.
Kemudian
angkat
kepala
dan
bahu
rotasi
ke
kiri
dengan
mengkontaksikan perut kemudian bergantian ke kanan dengan diikuti
gerakan seperti mengayuh sepeda. Lakukan dengan 15 hitungan selama 3
set.
Gambar 2.6 Cara Melakukan Latihan Crossover Sit-Up Latihan 4
(Sumber : Lie, 2013)
26
2.4.3 Dosis Latihan
Dosis latihan yang tepat sangat perlu diberikan agar seseorang yang
melakukan latihan tidak mengalami over training yang bisa berakibat
terjadinya cidera. Dosis untuk latihan berupa frekuensi, intensitas, waktu, dan
tipe.
a) Frekuensi
Frekuensi yang disarankan untuk digunakan pada kombinasi
latihan crunch dan latihan crossover sit-up adalah 3 kali seminggu. Pada
latihan 1 kali per minggu tidak akan meningkatkan kualitas fisik,
sedangkan latihan 2 kali per minggu hanya akan menghasilkan
peningkatan yang kecil. Sebaliknya latihan 5-6 kali perminggu tidak
disarankan karena akan menyebabkan kerusakan fungsi organ-organ
tubuh (Gilang, 2007).
b) Intensitas
Ukuran yang menunjukkan kualitas suatu rangsang yang diberikan
selama latihan berlangsung (stimulus berupa aktivitas gerak) disebut
sebagai intensitas latihan. Intensitas latihan yang menunjukan kualitas
yang baik berada dalam rentan 85% dari denyut nadi maksimal (DNM).
Rentan daerah ini lazim disebut sebagai Training Zone atau zona latihan.
c) Waktu
Ukuran yang menunjukkan lamanya waktu latihan. Waktu yang
dianjurkan untuk melakukan latihan crunch adalah 30 menit dan 15
menit kemudian untuk latihan crossover sit-up.
27
d) Tipe
Tipe yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tipe latihan. Tipe
yang diberikan untuk latihan ini adalah latihan beban.
2.5 Mekanisme Kombinasi Latihan Crunch Dan Latihan Crossover Sit-Up
Dalam Menurunkan Lingkar Perut
Pada proses metabolisme lemak, glikogen yang tersimpan di dalam otot
mengalami pembakaran sehingga terjadi peningkatan massa otot, dengan
demikian muskular endurance menjadi meningkat. Dengan latihan yang
kontinuitas dan gerakan kontraksi otot maka lemak akan terbakar pada daerah
perut, lalu akan terjadi kekuatan otot m. transversus abnominis, m. rectus
abdominis, m. obliqus internus, m. obliqus eksternus, m. quadratus lumborum
meningkat sehingga lingkar perut menurun (Andraeni, 2014).
Download