Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli - e

advertisement
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
STUDI TENTANG KONSEP PENDIDIKAN IDEAL
(Berkaca Pada Pola Pendidikan Islam Masa Rasulullah saw)
Oleh : Muhlison, M.Ag
Abstract
Near to say that nothing party doubting of, and surely to deny that education is
represent the very required case by human being. Education cause represent one
of factor which very strategic position and very role of signifikan in the effort
develop;building civilization of human being to the prosperity live, either
through individually and also by kolektiv. strive in order to finding ideal format
of education, efficient and effective, ever non-stoped to be onducted by various
party which have competence. But in the middle of effort of various the party, is
not rarely happened the polemic which often have implication to project unload
the tide and patchwork model the itself education. Islam Education that executed
at Rasulullah saw era, representing ideal Islam education format, because have
been practiced direct by the byword guided by Allah swt, have to be non-stoped
learned the, guidance and developed by Islam people during the time to avoid
the polemic of Islam education non-stoped endless
Key Word: Konsep, Pendidikan, Ideal, Rasulullah
A. Pendahuluan
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga diakui
sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai kemegahan dan
kemajuan peradaban, tidak ada suatu prestasi pun tanpa peranan pendidikan.
Kejayaan Islam di masa klasik telah meninggalkan jejak kebesaran Islam di bidang
ekonomi, politik, intelektualisme, tradisi-tradisi, keagamaan, seni, dan sebagainya,
tidak terlepas dari dunia pendidikan, begitu pula dengan kemunduran pendidikan
Islam, telah membawa Islam berkubang dalam kemundurannya.
Kajian tentang pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw amatlah penting
untuk ditelaah kembali sebagai rujukan dan pijakan dalam melaksnakan pendidikan
di masa kini dan masa yang akan datang, agar norma-norma dan nilai-nilai ajaran
Islam tetap utuh selamanya. Profil Rasulullah saw baik sebagai peserta didik atau
murid maupun sebagai pendidik atau guru, potret Rosulullah ini merupakan
motivasi dan panduan bagi umat Islam dalam melajutkan pendidikan. Proses
pendidikan tidak terlepas dari dua komponen dari pendidik dan peserta didik, dalam
74
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
hal pendidikan Islam Rasulullah saw adalah pendidik pertama dan utama dalam
dunia pendidikan Islam. Proses transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilainilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukannya dapat dikatakan
sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia apapun dan dimanapun tidak dapat
melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah saw terlihat dari kemampuan
murid-muridnya (para shabat) yang luar biasa. Misalnya, Umar bin Khatthab
sebagai ahli hukum dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadis, Salman Al-Farisi
ahli perbandingan agama, dan Ali bin Abi Thalib ahli hukum dan tafsir, dan
kesinambungan pendidikan Islam yang dirintis Rasulullah saw berlanjut sampai
pada periode tabi’in, dan terbukti ahli ilmuan bertambah banyak bermunculan.
Gambaran dan pola pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw, yang
terdiri dari fase Mekah dan fase Madinah merupakan sejarah masa lalu yang perlu
diungkapkan kembali, sebagai bahan pertimbangan, sumber gagasan, gambaran
strategi dalam menyukseskan pelaksanaan pendidikan Islam.
B. Pola Pendidikan Islam
Pemikiran pendidikan pada masa Rasulullah terdapat dalam ayat-ayat AlQur’an dan Sunnah Rasul yang mengajak manusia kedalam ajaran Islam secara
utuh dan terpadu meliputi aspek aqidah syariah, dan akhlak. Pembentukan aqidah,
syariah dan akhlak itu di sajikan Rasulullah sebagai mahaguru pendidik yang agung
secara berangsur-angsur bersama dengan berangsurnya Al-qur’an diturunkan
kepada beliau.1
Pelaksanaan pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad Saw
berdasarkan petunjuk dan bimbingan langsung dari Allah. Nabi Muhammad saw
menerima petunjuk wahyu dari Allah, dan menyampaikan kepada ummatnya. agar
kumpulan dan wahyu-wahyu tersebut (yang kemudian disebutkan namanya AlQur’an), diterima dan dijadikan sebagai kehidupan yang takterpisahkan dari
1
Fakhur Rozy Dalumunthe, Sejarah Pendidikan Islam, (Medan: Rimbow, 1986), hlm 26
75
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
ummatnya. Kemudian muhammad memberikan penjelasan-penjelasan seperlunya
tentang wahyu-wahyu yang disampaikan tersebut, seterusnya beliau menberikan
petunjuk dan teladan bagaimana pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian
Nabi
Muhammad
memerintahkan
kepada
ummatnya
agar
memperhatikan dan meneladani pelaksanaan peraktek dan wahyu-wahyu tersebut,
sehinga menjadi landasan bagi sistem kehidupan ummatnya. Inilah yang
terkandung dalam Firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
          
       
       
          
  
 
             
 
Artinya: (Masa Yang Diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan Yang padanya
diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi
keterangan-keterangan Yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan
antara Yang benar Dengan Yang salah. oleh itu, sesiapa dari antara kamu Yang
menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia
berpuasa bulan itu; dan sesiapa Yang sakit atau Dalam musafir maka (bolehlah ia
berbuka, kemudian wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari Yang ditinggalkan itu pada
hari-hari Yang lain. (dengan ketetapan Yang demikian itu) Allah menghendaki
kamu beroleh kemudahan, dan ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran.
dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan), dan supaya
kamu membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya, dan supaya kamu
bersyukur.2
Dari ayat tersebut diatas dapat difahamai bahwa pendidikan Islam itu dimulai
pada bulan Ramadhan dimana Al-Qur’an dan petunjuk-petunjuk pelaksanaannya
2
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, ( Semarang:
Toha Putra, 1989 ), hlm. 45
76
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
diturunkan oleh Allah, dan mulai dibudayakan dalam kehidupan manusia, dan ini pula
yang dipesankan oleh Nabi Muhammad saw agar ini dijadikan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan pendidikan Islam.3
Pola pendidikan Islam pada masa Rasulullah saw tidak terlepas dari metode,
evaluasi, materi, kurikulum, pendidik, peserta didik, lembaga, dasar, tujuan dan
sebagainya yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan Islam, baik secara teoritis
maupun praktis.
1. Pelaksanaan Pendidikan Islam pada fase Mekah
Nabi Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasul, lebih mengutamakan
hidup mengasingkan diri. Ia terbiasa lebih memprioritaskan waktunya
bersemedi dan merenungkan kebesaran dan keagungan Tuhan di gua Hira’. Ia
terus melakukan hal itu sampai akhirnya turun wahyu kepadanya. 4 Nabi
Muhammad saw menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada
tahun 610 M. Wahyu tersebutu termaktub dalam ayat al-Qur’an surat al-‘Alaq
ayat 1-5:
  
              
   
          
Artinya:
1. Bacalah (Wahai Muhammad) Dengan nama Tuhanmu, 2. Yang
menciptakan (sekalian makhluk), 3. Ia menciptakan manusia dari
segumpal darah, 4. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, 5.
Yang mengajar manusia melalui pena dan tulisan, 6. Ia mengajarkan
manusia apa Yang tidak diketahuinya. 5
3
Suminto dan Fauzan, Sejarah Social Pendidika Islam, (Jakarta: Prenada Medan, 2004), hlm
4
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm
258-259
144
5
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Semarang:
Toha Putra, 1989 ), hlm. 1067
77
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
Kemudian disusul oleh wahyu kedua yang termaktub dalamt al-Qur’an
surat al-Muddatstsir ayat 1-7 yaitu:
              
   
      
  
Artinya: 1. Hai orang yang berkemul (berselimut), 2. bangunlah, lalu berilah
peringatan! 3. dan Tuhanmu agungkanlah! 4. dan pakaianmu bersihkanlah, 5.
dan perbuatan dosa tinggalkanlah, 6. dan janganlah kamu memberi (dengan
maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. 7. dan untuk (memenuhi
perintah) Tuhanmu, bersabarlah. 6
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad saw telah diberi tugas
oleh Allah swt, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan
lengan baju untuk memberi peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat
manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan Islam. kemudian
kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain.
Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada
karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi. Setelah
banyak orang memeluk Islam, lalu Nabi menyediakan rumah al- Arqam bin Abi
al-Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya.
Ditempat inilah pendidikan Islam pertama kali dilaksanakn dalam sejarah
pendidian Islam. Disanalah Nabi saw mengajarkan dasar-dasar atau pokokpokok agama Islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu
(ayat-ayat) al-Qur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan
orang-orang yang hendak memeluk agama Islam atau menanyakan hal-hal yang
berhubungan dengan agama Islam,
bahkan disanalah Nabi saw beribadah
(sholat) bersama sahabat-sahabatnya.7
6
Departemen Agama Rebublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: CV.
Aisyiah, 1998), hlm.992
7
Zuhairini dan Kasiram, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Depertemen Agama, 1986), hlm
19-20
78
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
Sebelum Nabi Muhammad saw memulai tugasnya sebagai Rasul, yaitu
melaksanakan pendidikan Islam terhadap umatnya, Allah telah mendidiknya
dengan perantaraan Malaikat Jibril dan mempersiapkannya untuk melaksanakan
tugas tersebut secara sempurna, melalui pengalaman, pengenalan serta peran
sertanya dalam kehidupan masyarakat lingkungannya.
Pada posisi ini Nabi Muhammad sebagai murid yang diajari oleh
malaikat Jibril yang diutus oleh Allah swt. Dengan potensi fitrahnya yang luar
biasa, beliau mampu secara sadar mengadakan penyesuaian diri dengan
masyarakat lingkungannya, tetapi beliau tidak larut sama sekali kedalamnya.
Nabi Muhammmad saw memulai proses pendidikan sebagai murid, atau beliau
menerima materi pelajaran dari Allah swt lewat malaikat Jibril, yaitu sejak
beliau menerima wahyu yang pertama di Gua Hira.
Perintah dan petunjuk tersebut pertama-tama tertuju kepada Nabi
Muhammad saw tentang apa yang harus beliau lakukan, baik terhadap dirinya
maupun terhadap umatnya. Itulah petunjuk awal kepada Nabi Muhammad saw
agar beliau memberikan peringatan kepada umatnya. Kemudian bahan atau
materi pendidikan selanjutnya diturunkan berangsur-angsur, sedikit-demi
sedikit. Setiap kali menerima wahyu, segera beliau sampaikan kepada umatnya,
diiringi penjelasan-penjelasan dan contoh-contoh bagaimana pelaksanaannya. 8
Sejak itu peran Rasulullah saw mulai bertambah, disampimg beliau
sebagai murid yang sekali waktu beliau juga tetap belajar kepada malaikat
Jibril, selain itu beliau juga berperan sebagai guru atau pendidik yang harus
mengajar para sahabat.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi saw selama di
Makkah ialah pendidikan keagamaan (Tauhid) dan akhlak serta menganjurkan
kepada
8
manusia,
supaya
mempergunakan
akal
pikirannya
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jilid 1, (Jakarta: Tintamas, 1972),
hlm 30-32
79
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam
semesta sebagai pendidikan ‘aqliyah dan ilmiyah.9
2. Pelaksanaan pendidikan Islam pada fase Madinah
Berbeda dengan pendidikan Islam pada periode Makkah, maka pada
periode Madinah ummat Islam mengalami perubahan besar. Mereka telah
mempunyai kedudukan yang baik dan segera menjadi ummat yang kuat dan
mandiri. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad saw juga mempunyai kedudukan bukan
saja sebagai pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala Negara. Terdapat
sejumlah perkara yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw dalam rangka
melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan Islam di kota Madinah, yaitu:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial
dan politik. Nabi Muhammad saw mulai meletakkan dasar-dasar
terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern, dan ke luar diakui
dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik). Dasardasar tersebut adalah: Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa
permusuhan dan pertentangan anatar suku, dengan cara mengikat tali
persaudaraan diantara mereka. Nabi saw mempersaudarakan antara sesama
Muhajirin, kemudian diantara Muhajirin dan Anshar. Dengan lahirnya
persaudaraan tersebut bertambah kokohlah persatuan kaum muslimin.10
b. Untuk
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari,
Nabi
Muhammad
saw
menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c. Untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk
tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syari’at zakat
dan puasa, yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam
mengemban tanggung jawab sosial, baik secara materil maupun moral.
9
Zuhairini dan Kasiram, Op, Cit., hlm 25-26
Harun Nasution, Teologi Islam, (Jakarta: UI-Press, 1986), hlm 2
10
80
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
d. Suatu
kebijaksanaan
yang
sangat
efektif
dalam
2014
pembinaan
dan
pengembangan masyarakat baru di Madinah, adalah disyari’atkannya media
komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu shalat juma’t yang dilaksanakan
secara berjama’ah dan adzan. Dengan sholat jum’at tersebut hampir seluruh
warga masyarakat berkumpul untuk secara langsung mendengar khutbah
dari Nabi Muhammad saw dan shalat jama’ah jum’at. Rasa harga diri dan
kebanggaan sosial tersebut lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad
saw menapat wahyu dari Allah untuk memindahkan kiblat dalam shalat dari
Baitul Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan demikian mereka
merasa sebagai umat yangmemiliki identitas. 11
Kalau pembinaan pendidikan Islam di Mekah titik beratnya adalah
menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar dari
jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah
laku dalam kehidupan sehari-hari, maka pembinaan pendidikan Islam di
Madinah pada hakekatnya adalah merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid
di Mekah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai
oleh ajaran tauhid, sehingga akhirnya tingkah laku sosial politiknya merupakan
cerminan dan pantulan sinar tauhid tersebut.
C. Lembaga dan Sistem Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga Pendidikan Islam yang terdapat pada fase Mekah adalah
sebagai berikut:
1. Darul Arqam/rumah Arqam ibn Arqam
pada era awal Islam, rumah ini berfungsi sebagailembaga pendidikan
Islam. Dalam rumah tersebut dilaksanakan pendidikan yang langsung
dibina oleh Rasulullah saw, para sahabat belajar tentang dasar-dasar
11
Zuhairini dan Kasiram, Op., Cit, hlm, 34-37
81
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
agama Islam, membaca ayat-ayat al-Qur’an, serta mendengarkan
dakwah Rasulullah.12
2. Kuttab
Ahmad Syalaby mengatakan bahwa sebagai lembaga pendidikan kuttab
ini terbagi dua, yaitu ;
Pertama, berfungsi sebagai tempat pengajaran baca tulis dengan teks
dasar, puisi-puisi Arab, dan sebagian besar gurunya adalah non muslim.
Kuttab jenis pertama ini merupakan lembaga pendidikan dasar yang
hanya mengajarkan baca tulis. Pada mulanya pendidikan Kuttab
berlangsung di rumah-rumah para guru atau di pekarangan sekitar
Masjid. Materi yang diajarkan dalam pelajaran baca tulis ini adalah puisi
atau pepatah-pepatah Arab yang mengandung nilai-nilai tradisi yang
baik.
Kedua, sebagai pengajaran al-Qur’an dan dasar-dasar agama Islam.
Pengajaran teks al-Qur’an pada jenis Kuttab yang kedua ini
dilaksanakan setelah jumlah qurra’ dan huffadh (ahli bacaan dan
penghafal
al-Qur’an)
semakin
bertambah
banyak.
Guru
yang
mengajarkannya adalah dari umat Islam sendiri. Jenis institusi kedua ini
merupakan lanjutan dari Kuttab tingkat pertama, setelah siswa memiliki
kemampuan baca tulis. Pada jenis yang kedua ini siswa diajari
pemahaman al-Qur’an, dasar-dasar agama Islam, juga diajarkan ilmu
gramatika bahasa Arab, dan Aritmetika. Sementara Kuttab yang dimiliki
oleh orang-orang yang lebihmapan kehidupannya, materi tambahannya
adalah menunggang kuda dan berenang.13
12
Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011),
13
Ibid., hlm 35
hlm 23
82
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
Ketika Rasulullah saw dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu
program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah
masjid. Meskipun demikian, eksistensi Kuttab sebagai lembaga
pendidikan di Madinah, tetap dimanfaatkan setelah hijrah ke Madinah.
Bahkan materi dan penyajiannya lebih dikembangkan seiring dengan
semakin banyaknya wahyu yang diterima Rasulullah saw, misalnya
materi
jual
beli,
materi
keluarga,
materi
sosiopolitik,
tanpa
meninggalkan materi yang sudah biasa dipakai di Mekah seperti materi
tauhid dan akidah.14
3. Mesjid.
Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam, masjid memiliki peran
yang sangat strategis dalam menyebarkan ilmu pengetahuan. Sebab
masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah, melainkan juga sebagai
tempat untuk menyelesaikan berbagai macam persoalan dan masalahmasalah yang ada di tengah-tengah masyarakat baik secara kolektif
maupun individual serta tempat untuk menerima para duta asing dan
pertemuan pemimpin-pemimpin Islam.
Al-Suffah,
Rasulullah saw juga membangun satu tempat pelaksanaan pendidikan
Islam yang disebut As-Suffah, yaitu merupakan ruang atau bangunan
surau yang bersambung dengan masjid Nabawi untuk tempat tinggal
orang-orang fakir miskin yang tekun menuntut ilmu. Mereka dikenal
dengan “ Ahli Suffah. Suffah dapat dilihat sebagai sebuah sekolah,
karena kegiatan pengajaran dan pembelajaran dilakukan secara teratur
dan sistematik, suffah juga menjadi tempat tinggal bagi para sahabat
Rasulullah saw. Bentuk suffah adalah sebuah panggung luas beratapkan
jerami mereka yang tinggal disini di sebut as-habul Suffah. Menurut
14
Ibid., hlm 33
83
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
riwayat Abu Hurairah ra, “Ahli Suffah adalah para tetamu Islam yang
tidak mempunyai harta benda. Jika ada suatu hadiah yang datang
kepada Rasulullah saw, maka sebagian dimakan oleh para ahli suffah,
dan apabila sesuatu datang kepada beliau sebagai sedekah, maka
beliau tidak memakannya melainkan memberikan semuanya kepada ahli
suffah,”15
D. Materi Pendidikan Islam
Mahmud Yunus mengklasifikasikan materi pendidikan kepada dua macam,
yaitu materi pendidikan yang diberikan di Mekah dan materi pendidikan yang
diberikan di Madinah. Pada fase Mekah terdapat tiga macam intisari materi yang
diberikan di Mekah, yaitu ; keimanan, ibadah dan akhlak. Intisari pendidikan agama
yang diterapkan Nabi di Madinah dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Pendidikan keimanan
2.
Pendidikan ibadah
3.
Pendidikan akhlak
4.
Pendidikan kesehatan(jasmani).
5.
Pendidikan kemasyarakatan (sosial) ).16
Zuhairini membagi materi pendidikan pada fase Mekah kepada dua bagian,
yaitu : (1) Pendidikan tauhid (2) Pendidikan Al-Qur’an. Sedangkan fase Madinah
materi yang diberikan cakupannya lebih kompleks dibandingkan dengan materi
pendidikan pada fase Mekah, seperti :
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatuan sosial dan
politik.
b. Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan, yang terdiri dari pendidikan
ukhuwah antara kaum muslimin, pendidikan kesejahteraan.
15
16
84
Ibid., hlm 33
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Hadi Karya Agung, 1990) 5-6
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
c. Materi pendidikan khusus anak-anak, yang meliputi ; pendidikan tauhid,
pendidikan shalat, penndidikan sopan santun dalam keluarga, sopan santun
dalam masyarakat, dan pendidikan kepribadian.
d. Materi pendidikan pertahanan dan ketahanan dakwah Islam. 17
E. Kesimpulan
1. Pendidikan pada masa Rasulullah saw meliputi :
a.
Pola Pendidikan
b. Lembaga dan Sistem Pendidikan
c.
Materi dan Kurikulum Pendidikan
d. Metode Pengajaran
e.
Evaluasi Pendidikan
2. Pola Pendidikan Rasulullah saw dilaksanakan pada 2 fase :
a.
Pendidikan pada fase Mekah
b. Pendidikan pade fase Madinah
3. Lembaga dan Sistem Pendidikan pada masa Rasulullah saw :
a. Darul Arqam/rumah Arqam ; sebagai sarana / tempat melaksanakan
pendidikan.
b. Kuttab ; sebagai sistem juga sebagai sarana lain yang dalam pelaksanaannya
bertempat di rumah-rumah gurunya.
c. Masjid ; sebagai sarana / tempat pelaksanaan pendidikan.
d. Al-Suffah yaitu merupakan ruang atau bangunan surau yang bersambung
dengan masjid Nabawi yang dipakai untuk tempat tinggal orang-orang fakir
miskin yang tekun menuntut ilmu
4. Materi dan Kurikulum Pendidikan pada masa Rasulullah saw :
a.
Materi Pendidikan pada masa Rasulullah saw meliputu ;
-
Pendidikan Keimanan
-
Pendidikan Ibadah
17
Zuhairini Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan dan Sarana Perguruan
Tinggi Agama/ IAIn, 1986), hlm 22-27
85
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
-
Pendidikan Akhlak
-
Pendidikan Kesehatan (jasmani)
-
Pendidikan Kemasyarakatan (sosial)
2014
b. Kurikulum Pendidikan yang digunakan oleh Rasulullah adalah al-Qur’an
5. Metode Pengajaran Rasulullah saw :
a.
Metode Ceramah
b. Metode Dialog
c.
Metode Diskusi
d. Metode metode Demonstrasi
e.
Metode Eksprimen, Sosio Drama, bermain peran
6. Evaluasi Pendidikan pada masa Rasulullah saw :
a.
Praktek membaca
b. Menghafal
c.
Tanya jawab
d.
Menguji dan menilai Kemampuan dan penguasan terhadap suatu materi
Pelaksanaan Ibadah, Hukum, Etika, dan Sosial
86
Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 01, No. 02 Juli
2014
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama Rebublik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: CV.
Aisyiah, 1998
Fakhur Rozy Dalumunthe, Sejarah Pendidikan Islam, Medan: Rimbow, 1986
Harun Nasution, Teologi Islam, Jakarta: UI-Press, 1986
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Jakarta: Kalam Mulia, 2002
M. Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hadi Karya Agung, 1990
Muhammad Husein Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, Jilid 1, Jakarta: Tintamas,
1972
Samsul Nizar dan Zainal Efendi Hasibuan, Hadis Tarbawi, Jakarta: Kalam Mulia,
2011
Suminto dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidika Islam, Jakarta: Prenada Medan, 2004
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
Semarang: Toha Putra, 1989
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2001.
Zuhairini dan Kasiram, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Depertemen Agama, 1986
Zuhairini Dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, 1986
87
Download