ENZIM (MATA KULIAH BIOKIMIA TANAMAN) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu reaksi kimia khususnya antara senyawa organik yang dilakukan dalam laboraturium memerlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan, waktu dan lain-lain. Apabila salah satu kondisi tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dibutuhkan, maka reaksi tidak dapat berlangsung dengan baik. Tubuh makhluk hidup khususnya pada manusia, hewan dan tumbuhan merupakan laboraturium yang sangat rumit, sebab di dalamnya terjadi reaksi kimia yang beraneka ragam. Penguraian zat-zat yang terdapat pada makanan kita penggunaan hasil uraian untuk memperoleh energi, penggabungan kembali hasil uraian untuk membentuk persediaan makanan dalam tubuh seta banyak macam reaksi lain yang apabila dilakukan di laboraturium atau in vitro membentuk keahlian khusus serta waktu yang lama, dapat berlangsung dengan baik di dalam tubuh atau in vivo tanpa memerlukan suhu tinggi dan dapat terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Reaksi atau proses kimia yang berlangsung dengan baik tersebut dimungkinkan karena adanya katalis yang disebut enzim. Pengetahuan tentang katalis telah dirintis oleh Berzelius pada tahun 1837. Ia mengusulkan nama “katalis” untuk zat-zat yang dapat mempercepat reaksi, tetapi zat itu sendiri tidak ikut bereaksi. Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari “kara pedang” (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, dan kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein. Sejak tahun 1926 pengetahuan tentang enzim atau enzimologi berkembang dengan cepat. Dari hasil penelitian para ahli biokimia, ternyata bahwa banyak enzim mempunyai gugus bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase terdiri atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri atas protein dan logam. Misalnya askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga. Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang berikat kuat pada protein, ada pula yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada bagian protein, artinya yang sukar terurai dalam larutan disebut gugus prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya, jadi yang mudah dipisahkan secara dialysis disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan bagian enzim yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Tata Nama dan Kekhasan Enzim Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu. Untuk membedakannya maka tiap enzim diberi nama. Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama sucstratnya, dengan penambahan ‘ase’ di belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat) dinamakan urease. Kelompok enzim mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut fungsinya, misalnya hidrolase adalah kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalisdalam reaksi hidrolisis. Karena itu di samping nama trivial (biasa) maka oleh Commision on Enzymes of the International Union of Biochemistry telah ditetapkan pula tata nama yang sistematik, disesuaikan dengan pembagian atau penggolongan enzim yang didasarkan pada fungsinya. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah cirri suatu enzim.ini sangat berbeda dengan katalislain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim yang bekerja terhadap lebih dari satu substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu. Misalnya enzim esterase dapat menghidrolisir beberapa ester asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang bukan ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim arginase bekerja terhadap L-arginin dan tidak terhadap D-arginin. Suatu enzim dikatakan mempunyai kekhasan nisbi apabila ia dapat bekerja terhadap beberapa substrat misalnya esterase dan D-asam amino oksidase yang dapat bekerja D-asam amino dan L-asam amino tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya kekhasan ini maka suatu enzim dapat digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu campuran rasemik. Kekhasan terhadap suatu reaksi disebut kekhasan reaksi. Suatu asam amino tertentu sebagai substrat dapat mengalami berbagai reaksi ddngan berbagai enzim. Enzim oksidase bekerja sebagai katalis dalam reaksi oksidasi asam amino. Untuk reaksi lain dekarboksilase bekerja sebgai katalis, sedangkan transaminase dapat pula bekerja terhadap asam amino untuk memindahkan gugus NH2 kepada senyawa lain. Jadi, walaupun ketiga reaksi tersebut berjalan namun tiap enzim hanya bekerja pada satu reaksi. Enim dekarboksilase dan transaminase mempunyai koenzim yang sama yaitu piridoksalfosfat. Jadi, kekhasan reaksi bukan disebabkan oleh koenzim tetapi oleh apoenzim. 2.2 Fungsi dan Cara Kerja Enzim Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada pula yang menghasilkan energi atau mengeluarkan energi (eksergonik). Misalkan pembentukan ikatan antara senyawa A dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan energi sebesar p, yaitu selisih energi antara A dan B mengeluarkan energi sebesar P pula. Terurainya senyawa AB tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk terlebih dahulu senyawa AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini dibutuhkan energi sebesar a, yang disebut energi aktivasi. Makin besar harga a, makin sukar terjadinya suatu reaksi. Dengan adanya katalis atau enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau diturunkan. Dengan demikian akan dapat memudahkan atau mempercepat terjadinya suatu reaksi. Kompleks Enzim-Substrat Telah dijelaskan bahwa suatu enzim mempunyai kekhasan yaitu hanya bekerja pada satu reaksi saja. Untuk dapat bekerja terhadap suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat. Oleh karena itu tidak seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara substratdengan enzim hanya terjadi pada bagian atau tempat tertentu saja. Tempat atau bagian enzim yang mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif (active site). Hubungan hanya mungkin terjadi apabila bagian aktif mempunyai ruang yang tepat dapat menampung substrat. Apabila substrat mempunyai bentuk atau konformasi lain, maka tidak dapat ditampung pada bagian aktif suatu enzim. Dalam hal ini enzim itu tidak dapat berfungsi terhadap substrat. Ini adalah penjelasan mengapa tiap enzim mempunyai kekhasan terhadap substrat tertentu. Hubungan atau kontak antara enzim dengan substrat menyebabkan terjadinya kompleks enzim-substrat. Kompleks ini merupakan kompleks yang aktif, yang bersifat sementara dan akan terurai lagi apabila reaksi yang diinginkan telah terjadi. Persamaan Michelis-Menten Pada suatu percobaan hidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa oleh enzim, ternyata bahwa pada konsentrasi sukrosa rendah, kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi sukrosa. Namun pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksinya tidak lagi tergantung pada konsentrasi sukrosa. Jadi pada konsentrasi tinggi, kecepatan reaksi tidak dipengaruhi lagi oleh pertambahan konsentrasi. Ini menunjukkan bahwa enzim seolah-olah telah jenuh dengan substrat artinya tidak dapat lagi menampung substrat untuk menerangkan keadaan ini Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan suatu hipotesis bahwa dalam reaksi enzim terjadi lebih dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan hasil reaksi dan enzim kembali. Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada konsentrasi kompleks enzim-substrat [ES], sebab apabila tergantung pada konsentrasi substrat [S], maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi yang apabila digambarkan akan merupakan garis lurus. Kecepatan reaksi pembentukan kompleks ES ialah: V1 = k1 [E] [S] V1 = k1 ([E0] – [ES]) [S] [E0] = konsentrasi enzim total [E0] – [ES] menyatakan konsentrasi enzim yang masih bebas dan [S] ialah konsentrasi substrat. Kecepatan penguraian kompleks ES menjadi E dan S kembali adalah: V2 = k2 [ES] Sedangkan kecepatan penguraian ES menjadi E dan P ialah: V3 = k3 [ES] Jadi kecepatan penguraian ES ialah: V2 + V3 = k2 [ES] + k3 [ES] Dalam keadaan keseimbangan maka kecepatan pembentukan ES sama dengan kecepatan penguraian ES. 2.3 Penggolongan enzim Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya,sedangkan masing-masing enzim diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase,dll. Dismping itu ada pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lama, misalnya pepsin, tripsin, dll. Oleh commision on enzymes of the International union of biochemistry, enzim dibagi dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang peran. Enam golongan enzim tersebut adalah : Golongan I : oksidoreduktase Enzim-enzim yang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu dehidrogenase dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksireaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan atom hidrogen dari suatu senyawa ( donor ). Hifrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain ( akseptor ). Reaksi pembentukan aldehida dari alkohol adalah contoh reaksi dehidrogenase. Enzimyang bekerja pada reaksi ini ialah alkohol dehidrogenase. Disini alkohol adalah donor hidrogen, sedangkan senyawa yang menerima hidrogen adalah suatu koenzim nikotinadenindinukleotida. Gugus aldehida maupun keton dapat juga bertindak sebagai donor hidrogen, misalnya pada reaksi pebentukan asam gliserat-3-fosfat ( asam 3-fosfogliserat ) dari gliseraldehida-3-fosfat ( 3-fosfogliseraldehida ). Glutamat dehidrogenase adalah contah enzim dehidrogenase yang bekerja terhadap asm glutamatsebagai substrat. Enzim ini banyak terdapat pada mitokondria dalam semua sel jaringan. Dalam reaksi ini asam glutamat di ubah menjadi asam ketoglutarat. Reaksi ini khusus untuk L-asam glutamat sedangkan amonia yang terjadi pada reaksi ini dapat diubah menjadi urea dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui urine. Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi pengambilan hidrogen dari suatu substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak selaku akseptor hidrogen ialah oksigen. Sebagai contoh enzim glukosa oksidase bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi glukosa menjadi asam glukonat. Xantin oksidase ialah enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi xantin menjadi asam urat. Contoh lain enzim oksidase adalah asam amino oksidase,yang bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi asam-asam amino. Glisin oksidase adalah enzim pada reaksi oksidase glisin menjadi asam glioksilat. Enzim ini adalah suatu flavoprotein , yaitu suatu senyawa yang terdiri atas flavin yang berikatan dengan protein. Enzim asam amino oksidase terdapata jaringan hati dan ginjal. Golongan II. Transferase Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk dalam golongan hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, ini, ialah asiltransferase, metiltransferase, dan amino transferase atau disebut juga transaminase. Enzim metiltransferase bekerja pada reaksi pembentukan kreatin dari asam guanidino asetat. Pembentukan glisin dari serin merupakan reaksi pemindahan gugus hidroksil metil. Gugus ini dilepaskan dari molekul serin dengan dibantu oleh enzim hidroksimetil transferase . Dalam reaksi ini asam tetrahidrofolat ( THFA ) bekerja sebagai akseptor gugus beratom C satu. Enzim transaminase bekerja pada reaksi pemindahan gugus amino dari satu asam amino kepada senyawa lain. Golongan III. Hidrolase Enzim yang termasuk dalam kelompok ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan peptida. Beberapa enzim sebagai contoh adalah esterase, lipase, fosfatase, amilase, amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin. Estease ialah enzim yang memecah ikatan ester dengan cara hidrolisis. Esterase yang terdapat pada hati dapat memecah ester sederhana, misalnya etil butirat menjadi etanol dan asam butirat. Lipase ialah enzim yang memecah ikatan ester pada lemak, sehingga terjadi asam lemak dan gliserol. Fosfatase adalah enzim yang dapat memecah ikatan fosfat pada suatu senyawa, misalnya glukosa-6-fosfat dapat dipecah menjadi glukosa dan asam fosfat. Bisa ular mengandung enzim ini. Enzim amilae dapat memecah ikatan-ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam amilase, yaitu α amilase, β amilase, dan ˠ amilase. α amilase terdapat saliva ( ludah ) dan pankreas. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum. β amilase terutama terdapat pada tumbuhan dan dinamakan eksoamilasesebab memecah 2 unit glukosa yang terdapat pada ujung molekul amilum secara berurutan sehingga akhirnya terbentuk maltosa. ˠ amilase telah diketahui terdapat dalam hati. Enzim ini dapat memecah ikatan 1-4 dan 1-6 pada glikogen dan menghasilkan glukosa. Enzim yang bekerja sebagai katalis dalam reaksi pemecahan molekul protein dengan cara hidrolisis disebut enzim proteolitik atau protease.oleh karena yang dipecah adalah ikatan pada rantai peptida, maka enzim tersebut juga dinamakan peptidase. Ada dua macam peptidase, yaitu endopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase memecah protein pada tempat-tempat tertentu dalam molekul protein dan biasanya tidak mempengaruhi gugus yang terletak diujung molekul. Sebagai contoh endopeptidase ialah enzim pepsin yang terdapat dalam usus halus dan papain, suatu enzim yang terdapat dalam pepaya. Eksopeptidase bekerja terhadap kedua ujung molekul protein. Karboksipeptidase dapat melepaskan asam amino yang memiliki gugus –COOH bebas pada ujung molekul protein, sedangkan amino peptidase dapat melepaskan asam amino pada ujung lain yang memiliki gugus _NH2 bebas. Dengan demikian eksopeptida melepas asam amino secara berurutan dimulai dari asam amino ujung pada molekul protein hingga seluruh molekul protein terpecah menjadi asam amino. Golongan IV Liase Enzim yang termasuk golongan inimempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain dekarboksilase, aldolase, hidratase. Pirufat dekarboksilase adalah enzim yang bekerja pada reaksi dekarboksilasi asam pirufat dan menghasilkan aldehida. Enzim aldolase bekerja pada reaksi pemecahan molekul fruktosa 1,6-difosfat menjadi dua molekul triosa yaitu dihidroksi aseton fosfat dan kliseraldehida-3fosfat. Adapun enzim fumarat hedratase berperan dalam reaksi penggabungan satu molekul H2O kepada molekul asam fumarat dan membentuk asam malat. Golongan V Esomerase Enzim yang termasuk goongan ini bekerja pada reaksi perubahan intra molekuler, misalnya reaksi [perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa cis menjadi senyawa trans dll. Contoh enzim yang termasuk golongan esomerase antara lain ialah ribolosafosfat epimeras dan glukosa fosfat esomerase. enzim ribulosa epimerase merupakan katalis bagi reaksi epimerisasi ribulosa. Dalam reaksi ini ribulosa-5fosfat diubah menjadi xilulosa-5 trifosfat. Di samping itu reaksi isomerisasi glukosa6-fosfat menjadi fruktosa-6-fosfat dapat berlangsung dengan enzim glukosa fosfat isomerisase. Golongan VI Ligase Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintenase. Ikatan yang terbentuk dari penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim golongan ini antara lain ialah glutamine sintesase dan piruvat karboksilase. Enzim glutamine sintesase yang terdapat dalam otak dan hati merupakan katalis dalam reaksi pembentukan glutamine dari asam glutamat. Di samping itu enzim karboksilase bekerja dalam reaksi pembentukan asam oksaloasetat dari asam piruvat. Reaksi ini merupakan sebagian dari reaksi metabolism karbohidrat. 2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim Konsentrasi Enzim Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersbut. Pada usatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim. Gambar berikut ini menunjukkan pengaruh konsentrasi enzim terhadpa kecepatan reaksi (V) atau aktivitas enzim. Dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk pada waktu yang ditentukan, dengan menggunakan enzim amylase pada berbagai konsentrasi dan konsentrasi substrat yang sama pada pH optimum. Dalam hal ini substrat yang digunakan dalam jumlah yang berlebih. Konsentrasi Substrat Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar. Keadaan ini telah diterangkan oleh Michelis-Menten dengan hipotesis mereka tentang terjadinya kompleks enzim substrat. Persamaan Michelis-Menten yang membuktikan hipotesis mereka telah dijelaskan di muka. Untuk dapat terjadi kompleks enzim substrat sebagaimana telah dijelaskan tadi, diperlukan adanya kontak antara enzim dengan substrat. Kontak ini terjadi pada suatu tempat atau bagian enzim yang disebut bagian aktif. Pada konsentrasi substrat rendah, bagian aktif enzim ini hanya menampung substrat sedikit. Bila konsentrasi substrat diperbesar, makin banyak substrat yang dapat berhubungan dengan enzim pada bagian aktif tersebut. Dengan demikian konsentrasi kompleks enzim substrat makin besar dan hal ini menyebabkan makin besarnya kecepatan reaksi. Pada suatu batas konsentrasi subsrtrat tertentu, semua bagian aktif telah dipenuhi oleh substrata atau telah dengan substrat. Dalam keadaan ini, bertambah besarnya konsentrasi substrat tidak menyebabkan bertambah besarnya konsentrasi kompleks enzim substrat, sehingga jumlah hasil reaksinya pun tidak bertambah besar. Diagram berikut ini menggambarkan pengaruh konsentrasi substrat pada bagian aktif. Tampak bahwa pada konsentrasi jenuh dan konsentrasi substrat berlebihan jumlah hasil reaksinya sama dan ini berarti bahwa kecepatan reaksinya sama. Persamaan Michelis-Menten: Menunjukkan hubungan antara kecepatan reaksi V dengan konsentrasi substrat (S). Bila (S) sangat besar, maka harga K yang kecil dapat diabaikan sehingga, Atau Suhu Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung dengan cepat. Di samping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurangdan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikan kecepatan reaksi. Koefisien suhu suatu reaksi diartikan 10°C. Koefisien suhu ini diberi symbol Q10. Untuk reaksi yang menggunakan enzim, Q10 ini berkisar antara 1,1 hingga 3,0 artinya setiap kenaikan 10°C, kecepatan reaksi mengalami kenaikan 1,1 hingga 3,0 kali. Namun kenaikan suhu pada saat mulai terjadinya proses denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi. Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu suhu yang paling tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan enzim tertentu. Titik 0 menunjukkan suhu optimum, yaitu suhu yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia dengan kecepatan yang paling besar. Tiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu: pada umumnya enzim yang terdapat pada tumbuhan antara 50°C sampai 60°C. sebagian besar enzim ter-denaturasi pada suhu di atas 60°C. Pengaruh pH Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Di samping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Gambar ini menunjukkan antara aktivitas enzim dengan pH. Dengan bentuk kurva pada gambar tersebut, tampak bahwa ada suatu pH tertentu atau daerah pH yang dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. pH tersebut dinamakan pH optimum. pH optimum dari enzim amylase misalnya, dapat diperoleh dengan menentukan jumlah milligram gula yang terbentuk dari beberapa reaksi yang menggunakan enzim amilase pada berbagai harga pH dan amilum sebagai substrat. Pengaruh Inhibitor Hambatan Reversibel Telah dijelaskan bahwa mekanisme enzim dalam suatu reaksi ialah melalui pembentukan kompleks enzim substrat (TS). Oleh karena hambatan atau inhibisi pada suatu reaksi yang menggunakan enzim sebagai katalis dapat terjadi apabila penggabungan substrat pada bagian aktif enzim mengalami hambatan. Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi tersebut dinamakan inhibitor. Hambatan terhadap aktivitas enzim dalam reaksi kimia ini memiliki arti yang penting, karena hambatan tersebut juga merupakan mekanisme pengaturan reaksi-reaksi yang terjadi dalam tubuh kita. Disamping itu hambatan dapat memberikan gambaran lebih jelas tentang mekanisme kerja enzim. Hambatan yang dilakukan oleh inhibitor dapat berupa hambatan tidak refersible atau refersible. Hambatan tidak refersible pada umumnya disebabkan oleh terjadinya proses destruksi atau modifikasi sebuah gugus fungsi atau lebih yang terdapat pada molekul enzim. Hambatan refersible dapat berupa hambatab bersaing atau hambatan tidak bersaing. Hambatan bersaing. Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul yang mirip dengan substrat, yang dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim inhibitor (EI). Pembentukan kompleks (EI) ini sama dengan pembentukan kompleks (ES), yaitu melalui penggabungan inhibitor dengan enzim pada bagian aktif enzim. Inhibitor yang menyebabkan habatan bersaing disebot inhibitor bersaing. Inhibitor bersaing menghalangi terbentuknya kompleks (ES) dengan cara membentuk kompleks (EI). Berbeda dengan kompleks (ES), kompleks (EI) tidak membentuk hasil reaksi P. dengan demikian adanya inhibitor bersaing dapat mengurangi peluang bagi terbentuknya kopleks (ES) dan hal ini menyebabkan berkurangnya kecepatan reaksi. Hambatan tidak bersaing. Hambatan tidak bersaing ini (non-copotitif inhition) tidak dipengaruhi besarnya konsentrasi substrat dan inhibitor yang melakukannya disebut inhibitor tidak bersaing dalam hal ini inhibitor dapat bergabung dengan enzim pada suatu bagian enzim diluar bagian aktif. Penggabungan antara inhibitor dengan enzim ini terjadi pada enzim bebas, atau pada enzim yang telah mengikat substrat yaitu kompleks enzim substrat Penggabungan inhibitor dengan enzim bebas menghasilkan kompleks EI, sedangkan penggabungan dengan kompleks ES menghasilkan kompleks ESI. Baik kompleks EI maupun ESI bersifat inaktif. Ini berarti bahwa kedua kompleks tersebut tidak dapat menghasilkan hasil reaksi yang diharapkan. Hambatan Tidak Reversibel Dijelaskan bahwa baik hambatan bersaing maupun hambatan tidak bersaing adalah hambatan yang bersifat reversible. Kedua macam hambatan tersebut dapat dirumuskan secara kualitatif oleh Michelis-Menten atau Lineweaver-Burk dengan asumsi bahwa penggabungan antar enzim inhibitor bersifat reversibel. Apabila penggabungan tidak bersifat reversible, maka pendekatan Michelis-Menten tidak dapaat dilakukan. Hambatan tidak reversible ini dapat terjadi karena inhibitor bereaksi tidak reversibel dengan bagian tertentu pada enzim, sehingga mengakibatkan berubahnya bentuk enzim. Dengan demikian mengurangi aktivitas katalik enzim tersebut. Reaksi ini berlangsung tidak reversibel sehingga menghasilkan produk reaksi dengan sempurna. Inhibitor lain ialah diisopropil fosfofluoridat. Inhibitor ini termasuk senyawa fosfor organik yang bersifat racun karena dapat berkaitan dengan asetilkolin esterase yang terdapat dan berfungsi pada sistem syaraf pusat. Dengan terbentuknya ester ini maka enzim tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat mengganggu sel syaraf pusat. Ester yang terbentuk bersifat stabil dan tidak mudah terhidrolisis. Dengan demikian hambatan yang diakibatkan oleh diisopropil fosforfluoridat ini merupakan hambatan tidak reversibel. Hambatan Alosterik Model Michelis-Menten dapat digunakan untuk menerangkan terjadinya hambatan bersaing maupun hambatan tidak bersaing. Namun, ada beberapa enzim yang sifat kinetiknya tidak dapat diterangkan dengan model Michelis-Menten. Kelompok enzim yang mempunyai sifat yang demikian ini disebut alosterik. Hambatan yang terjadi pada enzim alosterik dinamakan hambatan alosterik. Sedangkan inhibitor yang menghambat dinamakan hambatan alosterik. Bentuk molekul inhibitor alosterik ini berbeda dengan molekul substrat. Inhibitor alosterik berikatan dengan enzim pada tempat di luar bagian aktif enzim. Dengan demikian hambatan ini tidak dapat diatasi dengan penambahan sejumlah besar substrat. Terbentuknya ikatan antara enzim dengan inhibitor mempengaruhi konformasi enzim sehingga bagian aktif mengalami perubahan bentuk. Akibatnya ialah penggabungan substrat pada bagian enzim terlambat. Kofaktor Beberapa enzim tidak memerlukan komponen tambahan untuk mencapai aktivitas penuhnya. Namun beberapa memerlukan pula molekul non-protein yang disebut kofaktor untuk berikatan dengan enzim dan menjadi aktif. [38] Kofaktor dapat berupa zat anorganik (contohnya ion logam) ataupun zat organik (contohnya flavin dan heme). Kofaktor dapat berupa gugus prostetik yang mengikat dengan kuat, ataupun koenzim, yang akan melepaskan diri dari tapak aktif enzim semasa reaksi. Enzim yang memerlukan kofaktor namun tidak terdapat kofaktor yang terikat dengannya disebut sebagai apoenzim ataupun apoprotein. Apoenzim beserta dengan kofaktornya disebut holoenzim (bentuk aktif). Kebanyakan kofaktor tidak terikat secara kovalen dengan enzim, tetapi terikat dengan kuat. Namun, gugus prostetik organik dapat pula terikat secara kovalen (contohnya tiamina pirofosfat pada enzim piruvat dehidrogenase). Istilah holoenzim juga dapat digunakan untuk merujuk pada enzim yang mengandung subunit protein berganda, seperti DNA polimerase. Pada kasus ini, holoenzim adalah kompleks lengkap yang mengandung seluruh subunit yang diperlukan agar menjadi aktif. Contoh enzim yang mengandung kofaktor adalah karbonat anhidrase, dengan kofaktor seng terikat sebagai bagian dari tapak aktifnya. 2.5 Koenzim Model pengisian ruang koenzim NADH Koenzim adalah kofaktor berupa molekul organik kecil yang mentranspor gugus kimia atau elektron dari satu enzim ke enzim lainnya. Contoh koenzim mencakup NADH, NADPH dan adenosina trifosfat. Gugus kimiawi yang dibawa mencakup ion hidrida (H–) yang dibawa oleh NAD atau NADP+, gugus asetil yang dibawa oleh koenzim A, formil, metenil, ataupun gugus metil yang dibawa oleh asam folat, dan gugus metil yang dibawa oleh S-adenosilmetionina. Beberapa koenzim seperti riboflavin, tiamina, dan asam folat adalah vitamin. Oleh karena koenzim secara kimiawi berubah oleh aksi enzim, adalah dapat dikatakan koenzim merupakan substrat yang khusus, ataupun substrat sekunder. Sebagai contoh, sekitar 700 enzim diketahui menggunakan koenzim NADH. Regenerasi serta pemeliharaan konsentrasi koenzim terjadi dalam sel. Contohnya, NADPH diregenerasi melalui lintasan pentosa fosfat, dan S- adenosilmetionina melalui metionina adenosiltransferase. 2.6 Termodinamika Tahapan-tahapan reaksi kimia. energi Substrat pada memerlukan energi yang banyak untuk mencapai keadaan transisi, yang akan kemudian berubah menjadi menstabilisasi produk. keadaan menurunkan energi Enzim transisi, yang diperlukan untuk menjadi produk. Sebagai katalis, enzim tidak mengubah posisi kesetimbangan reaksi kimia. Biasanya reaksi akan berjalan ke arah yang sama dengan reaksi tanpa katalis. Perbedaannya adalah, reaksi enzimatik berjalan lebih cepat. Namun, tanpa keberadaan enzim, reaksi samping yang memungkinkan dapat terjadi dan menghasilkan produk yang berbeda. Lebih lanjut, enzim dapat menggabungkan dua atau lebih reaksi, sehingga reaksi yang difavoritkan secara termodinamik dapat digunakan untuk mendorong reaksi yang tidak difavoritkan secara termodinamik. Sebagai contoh, hidrolsis ATP sering kali menggunakan reaksi kimia lainnya untuk mendorong reaksi. Enzim mengatalisasi reaksi maju dan balik secara seimbang. Enzim tidak mengubah kesetimbangan reaksi itu sendiri, namun hanya mempercepat reaksi saja. Sebagai contoh, karbonat anhidrase mengatalisasi reaksinya ke dua arah bergantung pada konsentrasi reaktan. (dalam jaringan tubuh; konsentrasi CO2 yang tinggi) (pada paru-paru; konsentrasi CO2 yang rendah) Walaupun demikian, jika kesetimbangan tersebut sangat memfavoritkan satu arah reaksi, yakni reaksi yang sangat eksergonik, reaksi itu akan menjadi ireversible. Pada kondisi demikian, enzim akan hanya mengatalisasi reaksi yang diijinkan secara termodinamik. BAB III PENUTUP 2.1 Kesimpulan Dalam tubuh manusia terjadi bermacam-macam proses biokimia dan tiap proses menggunakan katalis enzim tertentu. Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah cirri suatu enzim.ini sangat berbeda dengan katalislain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, di samping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Penggolongan enzim ada 5, yaitu oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, esomerase. Hambatan bersaing disebabkan karena ada molekul yang mirip dengan substrat, yang dapat pula membentuk kompleks, yaitu kompleks enzim inhibitor (EI).