6 TINJAUAN PUSTAKA Bumbu Sate Padang Sate padang dibuat dengan cara merebus daging terlebih dahulu dengan bumbu seperti kunyit, bawang putih, bawang merah, jahe dan lengkuas. Daging yang akan dijadikan sate direbus sampai empuk dan setelah itu dibakar di atas bara api. Proses perebusan dan pemberian bumbu ini dapat mengurangi kadar lemak pada daging dan bumbu yang digunakan merupakan bahan-bahan yang mengandung antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas (Chalid, 2009). Daging yang umumnya digunakan dalam pengolahan sate padang yaitu daging sapi atau daging kerbau. Selain dagingnya, bahan lain yang dapat diolah menjadi sate yaitu jeroan seperti lidah, usus, paru, atau jantung sapi (Sarihusada, 2015). Bumbu sate padang diolah dari beberapa jenis rempah-rempah seperti bawang putih, bawang merah, kunyit, cabe merah, jahe, ketumbar, serai, jinten, adas yang dihaluskan terlebih dahulu kemudian dimasak hingga beraroma harum (Masakandapurku, 2015). Bumbu yang sudah dihaluskan kemudian dimasak. Kemudian kuah bumbu dikentalkan dengan menggunakan tepung beras (Lamurionline, 2015). Bumbu Instan Bumbu instan merupakan campuran dari beberapa rempah-rempah dengan komposisi yang telah ditentukan dan dapat langsung digunakan sebagai bumbu masak untuk masakan pada makanan tertentu. Bumbu instan terdapat dalam dua bentuk yaitu bumbu instan berbentuk pasta dan bumbu instan berbentuk kering 5 Universitas Sumatera Utara 6 atau bubuk (powder). Pengolahan bumbu instan selain untuk tujuan pengawetan juga lebih praktis dalam penggunaannya (Hambali, dkk., 2005). Syarat mutu bubuk rempah-rempah dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Standar mutu bubuk rempah-rempah Kriteria Uji Satuan Keadaan: Bau Rasa Air %b/b Abu %b/b Abu tak larut dalam asam %b/b Kehalusan %b/b Lolos ayakan No 40 (No 425 u) Cemaran logam Timbal (Pb) mg/kg Tembaga (Cu) mg/kg Cemaran arsen (As) mg/kg Cemaran mikroba Angka lempeng total Koloni/g Eschercia coli APM/g Kapang mg/kg Aflatoxin mg/kg Sumber : SNI 01-3709-1995. Persyaratan Normal Normal Maks 12,0 Maks 7,0 Maks 1,0 Maks 90,0 Maks 10,0 Maks 30,0 Maks 0,1 Maks 106 Maks 103 Maks 104 Maks 20,0 Rempah-rempah merupakan bahan tambahan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia dan banyak digunakan sebagai bumbu dalam makanan tradisional. Bumbu merupakan hal yang penting dalam setiap masakan, karena dapat berfungsi untuk meningkatkan cita rasa makanan dan dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan. Cita rasa yang diberikan dapat berupa bau harum dan sedap atau rasa tajam yang menyenangkan sehingga dapat memberikan karakteristik pada bahan pangan tersebut (Sianipar, dkk., 2008). 5 Universitas Sumatera Utara 7 Bahan Cabai merah Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang berasal dari benua Amerika. Tanaman cabai ini berbentuk semak dengan buah yang beraneka ragam bentuk, ukuran, warna, maupun rasa pedasnya. Terdapat 12 jenis cabai yang sudah dikenal Indonesia, tetapi hanya beberapa jenis saja yang dimanfaatkan sebagai sayuran yaitu cabai rawit, cabai besar, dan paprika. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis cabai yang terdiri atas cabai merah keriting, cabai merah besar atau cabai bulat yang memiliki beberapa varietas seperti cabai merah tit dan tit super, cabai merah besar semarangan, cabe merah besar paris, cabai merah besar jatilaba, cabai merah besar hot beauty, cabai merah besar long chilli (Novary, 1999). Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Tanaman cabai diperkirakan memiliki sekitar 20 spesies yang sebagian besar tumbuh di tempat asalnya di Amerika. Cabai merah (C. annuum var. longum) merupakan cabai yang buahnya besar dan berwarna merah. Cabai keriting merupakan salah satu jenis cabai merah yang ukurannya lebih kecil dari cabai merah biasanya, tetapi rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam, bentuknya yang agak berkelok-kelok dengan permukaan yang tidak rata memberi kesan keriting (Setiadi, 2004). Komposisi kimia dari cabai merah bervariasi tergantung varietas, kondisi pertumbuhan, derajat kematangan, dan penanganan. Secara umum komposisi kimia cabai merah adalah seperti pada Tabel 2. 1 Universitas Sumatera Utara 8 Tabel 2. Komposisi kimia cabai merah segar per 100 g Komposisi Jumlah Kalori (kal) 31,00 Protein (g) 1,00 Lemak (g) 0,30 Karbohidrat (g) 7,30 Kalsium (mg) 29,00 Posfor (mg) 24,00 Besi (mg) 0,50 Vitamin A (SI) 470,00 Vitamin B1 (mg) 0,05 Vitamin C (mg) 18,00 Air (g) 90,00 Bdd (%) 85,00 Sumber: Departemen Kesehatan R.I. (1992). Kepedasan merupakan salah satu indikator mutu cabai merah yang dicerminkan oleh kandungan capsaicin. Capsaicin adalah senyawa utama capsaicinoid yang terdapat dalam buah cabai dari tanaman genus Capsicum. Cabai mengandung 0,1 sampai 1,5 % capsaicin tergantung dari jenis cabai dan varietasnya serta kondisi lingkungan tempat tumbuhnya (Edmond, dkk., 1983). Cabai mengandung senyawa aktif capsaicin yang tersimpan di dalam daging buah, biji, atau di dalam tempat melekatnya biji. Capsaicin dapat berperan sebagai bakterisida dan fungisida. Capsaicin merupakan zat pedas yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan, bersifat larut lemak, mudah teroksidasi selama penyimpanan, dan termasuk dalam golongan capsaicinoid (Dyastuti, dkk., 2013). Bawang merah Bawang merah (Allium cepa) merupakan salah satu sayuran umbi multiguna dan digunakan sebagai bahan bumbu dapur. Selain sebagai bumbu dapur bawang merah dapat juga digunakan sebagai obat tradisonal, khasiat bawang merah sebagai obat diduga karena mempunyai efek antiseptik dari senyawa allin atau allisin 5 (Wibowo, 1995). Universitas Sumatera Utara 9 Bawang merah umumnya dimanfaatkan sebagai bumbu penyedap rasa makanan. Bawang merah menghasilkan aroma khas dan cita rasa gurih, karena adanya kandungan minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Selain memberikan cita rasa, kandungan minyak atsiri juga berfungsi sebagai pengawet karena bersifat bakterisida dan fungisida untuk bakteri dan cendawan tertentu. Umbi bawang merah juga berkhasiat untuk mengobati luka dan penyakit panas atau demam (Rahayu dan Berlian, 2004). Kandungan gizi pada bawang merah per 100 g dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan gizi bawang merah per 100 g No Kandungan Gizi 1 Kalori (kal) 2 Protein (g) 3 Lemak (g) 4 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 6 Besi (mg) 7 Vitamin A 8 Vitamin B1 (mg) 9 Vitamin B2 10 Vitamin C (mg) 11 Air (g) 12 Serat Sumber : Direktorat Gizi (1979). Jumlah 39,00 1,5 0,3 36,00 40,00 0,80 0,03 2,00 88,00 - Bawang putih Bawang putih mengandung mineral-mineral penting dan beberapa vitamin dalam jumlah tidak besar. Komponen-komponen oleoresin yang terdapat dalam bawang putih ialah dialil disulfida, dialil trisulfida, alil propil disulfida dan sejumlah kecil dietil disulfida, dialil polisulfida, allinin dan allisin (Farrel, 1990). Terdapat beberapa komponen gizi yang terdapat pada bawang putih yaitu air, protein, lemak, dan karbohidrat. Bawang putih juga mengandung vitamin 1 Universitas Sumatera Utara 10 B-kompleks dan vitamin C. Bawang putih juga mengandung beberapa mineral seperti kalsium, fosfor, magnesium, kalium, belerang, selenium, dan besi (Palungkun dan Budiarti, 1997). Bawang putih mengandung allisin yang merupakan salah satu senyawa aktif yang memiliki beragam aktivitas antimikrobia. Dalam bentuk murni allisin memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif, antifungal, dan antiparasit (Ankri dan Mirelman, 1999). Kandungan gizi bawang putih selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan gizi bawang putih per 100 g No Kandungan Gizi 1 Kalori (kal) 2 Protein (g) 3 Lemak (g) 4 Kalsium (mg) 5 Fosfor (mg) 6 Besi (mg) 7 Vitamin A 8 Vitamin B1 (g) 10 Vitamin C (g) 11 Air (g) Sumber: Direktorat Gizi Dep Kes R1 (1992). Jumlah 95,00 4,50 0,20 42,00 134,00 1,00 0,22 15,00 71,00 Lengkuas Beberapa komponen gizi yang terdapat di dalam rimpang lengkuas yaitu karbohidrat, lemak, sedikit protein, mineral (K, P, Na), komponen minyak atsiri, dan berbagai komponen lain yang susunannya belum diketahui. Rimpang lengkuas segar mengandung air sebesar 75 %, dalam bentuk kering mengandung 22,44 % karbohidrat, 3,07 % protein, dan sekitar 0,07 % senyawa kamfreid (Darwis, dkk., 1991). Lengkuas mengandung komponen bioaktif yang dapat menyebabkan aroma pedas menyengat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis 5 Universitas Sumatera Utara 11 jamur. Komponen bioaktif tersebut adalah linalool, geranyl acetate, dan 1,8- cineole, yang dapat menghambat water molds, seperti jenis Carassius auratus dan Xiphoporus maculates (Chukanhom, dkk., 2005). Kunyit Kunyit (Curcuma domestica VAL.) termasuk ke dalam famili Zingiberaceae. Tanaman ini memiliki tinggi hampir mencapai 70 cm dan termasuk tanaman menahun. Kunyit memiliki rimpang yang bercabang-cabang, kulit bersisik, dan berwarna kuning. Bagian dari tanaman kunyit yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun dan rimpangnya (Mangan, 2003). Kunyit digunakan sebagai penyedap, penetral bau anyir pada masakan, dan juga sering dimanfaatkan sebagai ramuan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Kunyit merupakan tanaman suku temu-temuan (Zingiberaceae) yang banyak ditanam di pekarangan. Saat ini kunyit sudah dimanfaatkan secara luas oleh industri makanan, minuman, obat-obatan, kosmetik, dan tekstil (Winarto, 2003). Kunyit dapat digunakan dalam bentuk yang berbeda yaitu bumbu, gelendongan, belahan, irisan, dan bubuk atau tepung. Kualitas dari masing-masing bentuk olahan kunyit dipengaruhi oleh komponen kandungan kurkumin, bentuk, dan ukuran rimpang. Aroma dan kandungan minyak atsiri merupakan hal penting yang perlu diperhatikan ketika kunyit digunakan sebagai bumbu pada makanan (Purseglove, dkk., 1981). 1 Universitas Sumatera Utara 12 Jahe Jahe merupakan tanaman yang tumbuh di Indonesia dan merupakan salah satu rempah-rempah yang penting. Rimpang jahe dapat digunakan sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti roti, kue, biskuit, dan berbagai minuman. Selain itu jahe juga dapat digunakan dalam industri obat, minyak wangi, dan jamu tradisional (Koswara, 1995). Jahe memiliki banyak sekali kegunaan dalam kehidupan sehari-hari seperti sebagai bumbu dapur, campuran bahan industri makanan dan minuman. Jahe juga dapat dimanfaatkan di bidang farmasi sebagai salah satu komposisi obat yang dapat mengurangi gangguan kolik, sakit perut, juga sebagai antioksidan, dan penghambat kanker (Prasetyo dan Cantawinata, 2010). Serai Serai adalah tanaman yang masuk ke dalam famili rumput-tumputan. Serai juga dikenal dengan istilah lemongrass, karena aromanya yang kuat seperti lemon dan sering ditemukan tumbuh alami di negara-negara beriklim tropis. Serai dalam bahas Indonesia juga dikenal dengan nama sereh dalam bahasa Sunda (Wijayakusuma, 2005). Serai memiliki batang dengan panjang lebih dari 30 cm dan dapat digunakan sebagai peluruh keringat, peluruh dahak atau obat batuk, penghangat badan, gangguan pencernaan, sakit perut, masuk angin, anti demam, pencegah muntah, dan lain-lain. Kandungan lemongrass yang terdapat pada serai membuatnya pedas memiliki (Oyen aroma khas dan 1 dengan rasa Dung, yang agak 1999). Universitas Sumatera Utara 13 Adas Adas merupakan salah satu tanaman yang terdapat di Indonesia yang dibudidayakan sebagai tanaman bumbu dan tanaman obat. Kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam biji adas merupakan salah satu senyawa aktif bahan dasar pembuatan obat. Aroma wangi yang dihasilkan digunakan sebagai bahan yang memperbaiki rasa, mengharumkan ramuan obat dan makanan (Kridati, dkk., 2012). Ketumbar Biji ketumbar biasanya digunakan sebagai bumbu penyedap aroma masakan Indonesia. Biji ketumbar menghasilkan rasa seperti jeruk sitrun ketika dihancurkan. Ketumbar memiliki rasa hangat, gurih, pedas, dan manis asam. Ketumbar memiliki kandungan vitamin C, fosfor, kalium, seng, tembaga, dan selenium yang baik (Kurniawati, 2010). Ketumbar (Coriandrum sativum L.) biasanya banyak digunakan sebagai bumbu masak dengan cara digerus terlebih dahulu. Penggunaan bahan ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa pedas yang gurih (Sutejo, 1990). Jintan putih Jintan putih adalah tanaman tahunan yang memiliki bentuk ramping dengan tinggi satu kaki atau kurang dan berdaun halus. Buah jintan putih matang kering memiliki bentuk oval memanjang dengan ukuran 5-6 mm, dan berwarna sawo muda serta berbau aromatik. Tanaman ini memiliki bau yang sangat khas dan bila dikonsumsi memiliki rasa 1 hangat (Guenther, 1990). Universitas Sumatera Utara 14 Biji jintan putih adalah salah satu rempah yang banyak digunakan sebagai bumbu masakan juga campuran obat tradisional. Jintan putih mengandung 2,5 % minyak atsiri yang dapat disolasi dengan cara penyulingan (Heyne, 1987). Lada Lada dapat berfungsi sebagai sumber rasa pedas juga sebagai penyedap rasa dan aroma. Terdapat beberapa kandungan zat kimia pada lada seperti alkaloid (piperin), eteris, dan resin. Eteris merupakan sejenis minyak yang dapat memberi aroma sedap dan rasa enak pada masakan, sedangkan resin adalah zat yang dapat memberikan aroma harum dan khas bila dipakai sebagai bumbu (Sarpian, 2003). Gula Gula merupakan salah satu bahan yang dapat menyempurnakan rasa asam dan cita rasa lainnya dan juga memberikan kekentalan, daya larut yang tinggi, kemampuan mengurangi kelembaban relatif dan daya mengikat air adalah sifatsifat yang menyebabkan gula digunakan dalam pengawetan pangan (Buckle, dkk., 1987). Selain berfungsi sebagai pengawet, gula juga memiliki fungsi untuk memberikan tekstur, penampakan, dan flavor yang baik. Pengawetan dengan menggunakan gula juga dapat dikombinasikan dengan menggunakan teknik pengawetan lain seperti pemanasan, pengasaman, penyimpanan suhu rendah (Muchtadi, 1989). Garam Garam mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme dengan suatu metoda yang bebas dari pengaruh racunnya, beberapa organisme seperti bakteri halofilik dapat tumbuh dalam larutan garam yang hampir jenuh, akan tetapi 1 Universitas Sumatera Utara 15 mikroorganisme ini membutuhkan waktu penyimpanan yang lama untuk tumbuh (Buckle, dkk., 1987). Garam dapat berperan sebagai penghambat selektif pada mikroorganisme pencemar tertentu. Mikroorganisme pembusuk atau proteolitik dan juga pembentuk spora merupakan mikroorganisme yang paling mudah terpengaruh walau dengan kadar garam yang rendah. Selain itu garam juga mempengaruhi aktivitas air (Aw) dari bahan (Buckle, dkk., 1985). Garam konsumsi merupakan garam NaCl (Natrium chlorida) yang diperoleh dengan proses penguapan air laut dan aman digunakan sebagai bahan makanan. Garam merupakan salah satu bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari (Hasan, 2011). Garam dapat berfungsi sebagai bahan pengawet juga penambah cita rasa suatu produk bahan pangan (Evanuraini, 2010). Tepung beras Tepung beras mengandung karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin. Tepung beras merupakan produk setengah jadi untuk bahan baku industri. Proses pembuatan tepung beras memerlukan waktu selama 12 jam, dengan cara beras direndam di dalam air bersih, ditiriskan, dijemur, dihaluskan, dan diayak menggunakan ayakan 80 mesh (Hasnelly dan Sumartini, 2011). Tepung beras memiliki karakteristik yang berbeda dengan terigu. Jumlah air bebas tepung beras lebih tinggi di dalam adonan, karena ukuran granula pati air. kecil Kemampuan dibandingkan (3-8 mikron) sehingga menahan air pada lebih sedikit mengabsorbsi tepung beras lebih rendah terigu, karena tepung beras tidak membentuk jaringan 1 Universitas Sumatera Utara 16 gluten (Widjajaseputra,dkk., 2011). Komposisi kimia tepung beras dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia tepung beras per 100 g Komposisi Jumlah Energi (kkal) 364,00 Protein (g) 7,00 Lemak (g) 0,50 Karbohidrat (g) 80,00 Kalsium (mg) 5,00 Fosfor (mg) 140,00 Besi (mg) 0,80 Vit.A (RE) 0,00 Vit.C (mg) 0,00 Vit.B (mg) 0,12 Air (g) 12,00 Sumber: Departemen Kesehatan RI (2004) Tepung sagu Tepung sagu merupakan pati yang diekstrak dari batang sagu dan biasanya digunakan untuk pengolahan makanan, pakan, kosmetika, industri kimia, dan juga untuk pengolahan kayu. Tepung sagu yang memiliki kadar amilosa tinggi maka pati sagu akan bersifat kering, cenderung higroskopis lebih kuat, dan kurang lengket, karena amilosa bersifat mengikat (Habib, 2008). Komposisi tepung sagu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Komposisi kimia tepung sagu dalam 100 g Komponen Satuan Protein g g Lemak g Karbohidrat g Air Fosfor mg Kalsium mg Besi mg Kalori Kal Bdd % Sumber: Departemen Kesehatan R.I (1996) 1 Jumlah 0,70 0,20 84,70 14,00 13,00 11,00 1,50 353,00 100,00 Universitas Sumatera Utara 17 Tahap Pembuatan Bubuk Bumbu Sortasi dan pencucian Sortasi merupakan salah satu tahapan yang dilakukan dengan tujuan untuk menggolongkan bahan pangan sesuai dengan ukuran, bobot, warna, kebersihan, kemasakan, kebebasan dari bahan-bahan asing, juga kebebasan dari luka dan cacat. Bahan yang memiliki kecacatan dapat berupa cacat fisik, mekanik, mikrobiologis, dan cacat yang disebabkan oleh serangga (Satuhu, 1996). Sortasi dilakukan dengan tujuan untuk memilih bahan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dan buah yang digunakan adalah buah yang sudah masak. Pencucian merupakan proses yang dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang menempel dan menggunakan air mengalir (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2006). Blansing Umumnya blansing dilakukan dengan tujuan untuk menonaktifkan enzim. Selain itu blansing juga dapat menaikkan temperatur jaringan untuk membersihkan bahan, melayukan bahan sehingga mempermudah perlakuan selanjutnya, dan mengurangi jumlah mikroba (Purba dan Rusmarilin, 1985). Blansing adalah perlakuan pendahuluan untuk beberapa jenis sayur dan buah. Proses ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan mutu produk yang dikeringkan, dikalengkan, dan dibekukan dengan kualitas baik. Blansing termasuk ke dalam proses termal dimana suhu yang digunakan pada proses ini umumnya berkisar 75-95 o C selama 1-10 menit (Estiasih dan Ahmadi, 2009). 1 Universitas Sumatera Utara 18 Penghalusan Proses penghalusan bumbu saat ini lebih sering dilakukan dengan blender dibandingkan dengan menggunakan cobek. Hal ini dikarenakan proses penghalusan bumbu dengan blender lebih cepat, praktis, dan menghasilkan tekstur yang lebih halus dibandingkan dengan menggunakan cobek. Proses penghalusan bumbu dengan blender juga bisa dalam jumlah besar (Sajiansedap, 2016). Pemasakan Pemasakan adalah proses pengolahan panas yang sederhana. Pemasakan dilakukan dengan media air panas dengan perebusan, dengan uap panas, atau juga yang disebut dengan pengukusan. Proses pemasakan dengan menggunakan air dan uap panas pada suhu 100 oC dapat mengakibatkan terlarutnya vitamin C dan A, karena vitamin A dan vitamin C merupakan vitamin yang rentan terhadap pemanasan (Susangka, dkk., 2006). Proses pemasakan berlangsung selama panas mengenai bahan makanan. Pengolahan pangan merupakan proses yang dilakukan untuk membuat bahan makanan mentah menjadi matang melalui proses pemanasan. Proses pengolahan makanan merupakan proses pemanasan hingga makanan menjadi lebih enak dan mengubah bentuk penampilan dari bahan makanan dan juga mematikan bakteri yang merugikan kesehatan (Pratiwi, 2014). Pengeringan Pengeringan merupakan suatu metode yang dilakukan untuk menghilangkan sebagian air dari bahan dengan menggunakan energi panas. Kandungan air pada bahan dikurangi sampai batas agar mikroba tidak dapat 1 Universitas Sumatera Utara 19 tumbuh lagi di dalamnya. Proses pengeringan akan berlangsung dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan dan uap air dikeluarkan dari seluruh permukaan bahan (Winarno, dkk., 1980). Suhu merupakan salah satu faktor yang memegang peranan sangat penting pada proses pengeringan. Suhu pengeringan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan nilai gizi dan perubahan warna produk yang dikeringkan, sedangkan jika suhu pengeringan yang digunakan terlalu rendah, maka produk yang dihasilkan basah dan lengket atau berbau busuk, sehingga memerlukan waktu pengeringan yang terlalu lama (Histifarina, dkk., 2004). Penghancuran dan pengayakan Proses penghancuran dan pemotongan dilakukan untuk mengurangi ukuran bahan padat dengan kerja mekanis dengan membaginya menjadi partikelpartikel lebih kecil. Proses pemotongan dilakukan untuk memecahkan potongan besar bahan pangan menjadi potongan-potongan kecil yang sesuai untuk pengolahan lebih lanjut (Earle, 1969). Proses pembentukan serbuk campuran dilakukan dengan penghalusan menggunakan blender. Penghalusan merupakan proses pengecilan ukuran menjadi granula-granula yang kecil untuk mengubah tekstur dari produk sehingga dapat dikonsumsi sesuai dengan tujuannya. Produk kemudian dihaluskan lagi dengan pengayakan untuk mendapatkan butiran-butiran yang lebih halus (Bernasconi, dkk., 1995). 1 Universitas Sumatera Utara 20 Pengemasan Proses pengemasan dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh mikroba, fisik, kimia, biokimia, perpindahan uap air dan gas, sinar UV dan perubahan suhu. Kemasan yang dipilih untuk produk harus dipertimbangkan berdasarkan nilai ekonomis, mampu menekan ongkos produksi, mudah dikerjakan secara manual, tidak mudah bocor, mudah pada penyimpanan, pengangkatan, dan distribusi (Syarief dan Irawati, 1988). Terdapat beberapa keunggulan sifat dari plastik yaitu kuat tetapi ringan, tidak berkarat, bersifat termoplastis yaitu dapat direkat dengan menggunakan panas, serta dapat diberi label dengan berbagai kreasi. Polietilen (PE) merupakan plastik yang memiliki sifat mudah dikelim, transmisi gas cukup tinggi (untuk makanan beraroma), dan kedap air juga uap air (Ebookpangan, 2007). Aluminium foil adalah bahan kemasan dari lembaran aluminium yang padat dan tipis dengan ketebalan <0,15 mm dan memiliki tingkat kekerasan yang berbeda. Kemasan jenis ini bersifat hermetis, tidak tembus cahaya, fleksibel, dan dapat digunakan sebagai bahan pelapis atau penguat yang dilapisi dengan plastik atau kertas (Ebookpangan, 2007). 1 Universitas Sumatera Utara