BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antar Budaya 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Antar Budaya
2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya (intercurltural communication) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya, kelompok ras, atau
komunikasi
bahasa,
komunikasi
tersebut
disebut
komunikasi
antarbudaya.
Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh
terhadap aktivitas komunikasi apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut
budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak dikomunikasikan, bagaimana cara
mengkomunikasikannya (verbal nonverbal), kapan mengkomunikasikannya. Untuk
melengkapi pemahaman mengenai pengertian komunikasi antarbudaya ini, dibawah
ini ada beberapa definisi yang dapat dijadikan rujukan, yaitu :
1. Komunikasi antar budaya adalah pernyataan diri antar pribadi yang paling
efektif antara dua orang yang saling berbeda latar belakang budaya.
2. Komunikasi
antarbudaya
merupakan
pertukaran
pesan-pesan
yang
disampaikan secara lisan, tertulis bahkan secara imajiner antara dua orang
yang berbeda latar belakang budaya
7
8
3. Komunikasi antarbudaya merupakan pembagian pesan yang berbentuk
infomarsi atau hiburan yang disampaikan secara lisan atau tertulis atau model
lainnya yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda latar belakang
budayannya.
4. Komunikasi antarbudaya adalah pengalihan informasi dari seseorang yang
berkebudayaan tertentu kepada orang yang berkebudayaan lain
5. Komunikasi antarbudaya adalah pertukaran makna yang berbentuk simbol
yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
6. Komunikasi antarbudaya adalah proses pengalihan pesan yang dilakukan
seorang melalui saluran tertentu kepada orang lain yang keduannya berasal
dari latar belakang budaya yang berbeda dan meng hasilkan efek tertentu
7. Komunikasi antarbudayaadalah setiap proses pembagian informasi, gagasan
atau perasaan diantara mereka yang berbeda latar belakangnya budayanya.
Proses pembagiannya informasi itu dilakukan secara lisan dan tertulis, juga
melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi,atau bantuan hal lain
sekitarnya yang memperjelas pesan.1
1
Anugrah, Dadan Dan Winny Kresnowiati, Komunikasi Antarbudaya, Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT). 2006, 89
9
Komunikasi antarbudaya merupakan istilah yang mencakuparti umum dan
menunjukan pada komunikasi antara orang-orangyang mempunyai latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Dalam perkembangannya, komunikasi lintas budaya
(cross cultural communication).2
2.1.2 Fungsi Komunikasi Antarbudaya
Secara khusus, fungsi komunikasi antarbudaya adalah untuk mengurangi
ketidakpastian. Ketika kita memasuki wilayah (daerah) orang lain kita dihadapkan
dengan orang-orangyang sedikit atau banyak berbeda dengan kita dari berbagai
(social, budaya, ekonomi, status, dan lain-lain). Pada waktu itu pula kita dihadapkan
dengan ketidakpastian seseorang melakukan prediksi sehingga kemunikasi bisa
berjalan efektif.
Secara umum fungsi komunikasi antarbudaya tidak dapat dipisahkan dari
fungsi komunikasi secara umum. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1. Identitas social
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi
individu yang digunakan untuk menyatakan identitas diri maupun identitas
social. Perilaku itu teraktualisasi dalam bahasa itulah dapat diketahui
identitas seseorang. Misalnya, jika berbahasa Sunda dan berkebaya berarti
2
Ibid. 90
10
orang Sunda, jika berbahasa Jawa dan menggunakan blangkon berarti
mencirikan orang Jawa.
2. Intergrasi social
Estensi dari intergrasi social adalah menerima kesatuan dan persatuan
antarpribadi,
antarkelompok,
namum
tetap
mengakui
perbedaan-
perbedaan yang dim iliki oleh setiap unsur.
3. Kognitif
Tidak dapat dibantahkan bahwa komunikasi antarbudaya dapat menambah
dan memperkaya pengetahuan bersama, yaitu dengan cara saling
mempelayari kebudayaan.
4. Melepaskan diri
Terkadang kita berkomunikasi dengan orang lain sekedar untuk
melepaskan diri dari berbagai masalah yang sedang menghampiri kita.
5. Pengawasan
Praktek komunikasi antarbudaya diantara komunikator dan komunikan
yang berbeda kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap
proses
komunikasi
antarbudaya
fungsi
ini
bermanfaat
untuk
11
menginformasikan “perkembangan” tentang lingkungan meskipun pada
realitasnya fungsi ini lebih banyak diterapkan oleh media massa.3
2.1.3 Asumsi-Asumsi dalam Komunikasi Antarbudaya
Sitaram dan Cogdell menyampaikan bahwa komunikasi yang efektif dengan
orang lian akan berhasil apabila kita mampu memilih dan menjalankan teknik-tehnik
berkomunikasi, serta menggunakan bahasa yang sesuai dengan latar belakang
mereka.
Atas dasar uraian diatas, beberapa asumsi komunikasi antarbudaya didasarkan
atas hal-hal berikut:
A. Komunikasi antarbudaya dimulai dengan anggapan dasar bahwa ada
perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.
B. Dalam komunikasi antarbudaya terkandung isi dan relasi antarpribadi.
C. Gaya personal mempengaruhi komunikasi antarpribadi.
D. Komunikasi antarbudaya bertujuan mengurangi tingkat ketidakpastian
E. Komunikasi berpusat pada kebudayaan.
F. Efektifitas antarbudaya merupakan tujuan komunikasi antarbudaya.4
3
4
Ibid . 91
Ibid. 92
12
2.1.4 Ruang Lingkup komunikasi Antarbudaya
Pada dasarnya, ruang lingkup komunikasi antarbudaya tidak jauh berbeda
dengan komunikasi secara umum, namum yang menjadi penekanannya yaitu pada
perbedaan budaya diantara para perserta komunikasinya. Berdasarkan analisis
sederhana, ruang lingkup komunikasi antarbudayadapat dirinci ke dalam empat
wilayah yaitu:
1. Memperlajari komunikasi antarbudaya dengan pokok bahasa proses
komunikasi
antarpribadi
dan
komunikasi
antarbudaya
termasuk
didalamnya.
2. Komunikasi lintas budaya dengan pokok bahasaan perbandingan polapola komunikasi antarpribadi lintas budaya
3. Komunikasi melalui media diantara komunikatordan komunikan yang
berbeda kebudayaan namun menggunakan media, seperti komunikasi
internasional
4. Mempelajari perbandingan system media massa antarbudaya.5
15
Ibid .93
13
2.2 Kebudayaan
2.2.1 Pengertian Budaya
Ada beberapa pengertian Budaya, diantaranya :
a. Pengertian budaya mencakup segla ciptaan dan tatanan perilaku
manusia, baik yang indah (menurut anggapan kita) maupun yang
tidak, baik serba adab (menurut penilaian kita) maupun yang tidak.
b. Pewarisan budaya berlangsung melalui suatu transmisi sosial yang
disebut
“proses
mengajar
belajar”,
sedangkan
perwatannya
berlangsung melalui proses penciptaan (termasuk: improvisasi dan
revisi–revisi). Proses mengajar – belajar adalah suatu proses
“exterogestation”( penjadian/ penumbuhan anak diluar kandunga),
sedangkan proses pewaisan pola perilaku instingtif adalah suatu proses
“uterogestation”.
c. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan itu mempunyai;
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide – ide, gagasan,
nilai – nilai, norma, peraturan dan sebaginya. Sebagian besar dri
wujud kebudayaan ini lalu bersifat “ mengharusan” atau “ melarang”.
Budaya lalu menjadi budaya normatif yang menghendaki agar sesuatu
pola perilaku tertentu dipatuhi dan dilaksanakan ( baik sebagai
“universe” maupun sekedar terbatas sebagai “speciality” atau
“alternative”), atau dijauhi dan tak dilaksanakan.
14
d. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitet kelakuan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
Wujud kebudayaan sebagai benda –benda hasil karya manusia.6
2.2.2 Wujud Kebudayaan
Bila diambil hanya dari definisi kebudayan menurut Koentjaraningrat, maka
kebudayaan wujudnya ada tiga. Pertama, sebagai suatu kompleks dari ide-ide,
gagasan, nilai-nilai norma-norma, peraturan dan sebagainya. Kedua, sebagai suatu
kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Ketiga wujud kebudayaan tersebut secara singkat disebut sebagai rasa, karsa,
karya. Perumusan tersebut sudah mengikuti pemikiran baru yang tidak menempatkan
kebudayaan sebagai kebudayann yang luhur dan bersifat rohani saja, melainkan sudah
sebagai kegiatan kerja yang dinamis, sehingga hasilnya pun dapat dinikmati manusia
sekarang maupun yang akan datang.
Wujud pertama sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan (rasa). Wujud budaya kedua sebagai komplek aktivitas serta
tindakan yang berpola dari manusia dan masyarakat merupakan karsa,sebagai
perilaku (acting) dalam merealisasi. Paham lama mengatakan, bahwa perilaku
seseorang, jadi sifatnya rohaniah dari dalam. Sedangkan paham baru terutama
6
L. Dyson, Thomas Santoso. Ilmu Budaya Dasar. Citra Media. Surabaya . 1997, 23-24
15
behaviourism berpendapat, bahwa perilaku justru sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor luar yang sebagian besar sifatnya bendaniah.
Wujud budaya ketiga merupakan benda-benda hasil karya manusia yang secra
ringkas dikenal sebagai karya. Karena benda hasil karya manusia nampak jelas, maka
budaya karangan seorang penulis tentang sesuatu masa.7
2.2.4 Unsur-unsur Kebudayaan
Kebudayaan
memiliki
unsur-unsur
yang
benbentuknya.
Unsur-unsur
kebudayaan universal, menyebutkan adanya tujuh dan didapatkan pada semua bangsa
di dunia.
A. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
B. Mata pencarian hidup dan system-sistem ekomoni
C. Sistem kemasyarakatan
D. Bahasa
E. Kesenian
F. Sistem pengetahuan
G. Religi. 8
7
8
Ibid L. Dyson, Thomas Santoso, 25
Suparto Widyosiswoyo. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Universitas Trisakti, 2000, 25
16
2.3 Pesan Verbal
2.3.1 Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan verbal yang
diucapkan menggunakan bahasa dan simbol. Simbol atau pesan verbal adalah semua
jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahas dapat juga dianggap
sebagai system kode verbal.
Bahasa
terdiri
dari
simbol-simbol
(kata-kata)
dan
aturan-aturan
penggunaannya, bahasa terucapkan terdiri dari simbol-simbol dan suara yang dapat
diwakili benda, perasaan, dan gagasan. Dalam pengertian yang mendasar, bahasa
adalah suatu system simbol yang telah diatur, disepakati bersama dan dipelajari, yang
digunakan untuk mewakili pengalaman-pengalaman dalam komunikasi geografik
atau cultural tertentu.9
Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang merepsentasikan berbagai aspek
relitas individu kita. Kosenkuesinya, kata-kata adalah abstraksi relitas kita yang tidak
mampu meninbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang
diwakili kata-kata itu.10
9
Daryanto. Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. 2010, 101-102
10
Deddy Mulyan. Ilmu Komunkasi, PT Remaja Rosdakarya . 2005, 260-262
17
2.3.2 Keterbatasan Bahasa
Dalam kehidupan sehari-hari mesyarakat tidak terlepas dari komunikasi. Alat
komunikasi adalah bahasa.11 Meskipun bahasa memiliki keterbatasan dan tidak
semua realitas dapat diwakili oleh bahasa. Keterbatasan bahasa ini meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek.
b. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
c. Kata-kata mengandung bias budaya.
d. Pencampuran fakta, penafsiran dan penilaian.12
2.3.3 Fungsi Bahasa
Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain bergantung tidak pada hanya
bahasa yang sama dan makna yang sama kita berikan kepada kata-kata. Bahasa
memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi
informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi, objek,
tindakan atau orang dengan menyebuktan namanya sehingga dapat dirujuk dalam
komunikasi.13
11
12
13
Marhaeni Fajar. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktik. Yogyakarta: Graha ilmu, 2009 ,11.
Dadan Anugrah dan Winny Kresnowati. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Jala Permata, 2008, 69-70.
Deddy Mulyana.. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2008 , 263-266.
18
Menurut Arnold dan Hirsch ada empat fugsi utama bahasa dalam kehidupan
manusia yaitu:
A. Bahasa sebagai pengenal (Identitas). Dengan cara mengenali bahasa yang
digunakan oleh masing-masing daerah, dapat mengetahui dari manakan orang
tersebut berasal.
B. Bahas sebagai wahana interaksi sosial. Manusia sebagai mahluk sosial,
memerlukan interaksi sosial dengan sesamanya. Bahasa adalah kunci utama
dalam pergaulan atau dalam interaksi sosial. Bahasa digunakan untuk
memperkenalkan diri ketika memasuki wilayah/tempat baru.
C. Bahasa sebagai wahana katarsis. Katarsis merupakan satu konsep dalam
psikologi yang menjelaskan proses pembebasan manusia dari setiap tekanan.
D. Bahasa sebagai alat manipulatif. Bahasa sebagai alat manipulatif terlihat
dalam fungsinya untuk mencegah agar suatu tindakan tidak disalahgunakan.14
14
Ibid .71
19
Pesan Nonverbal
2.4.1 Pengertian Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari
penggunaan kata–kata) yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk bertukar
makna, yang selalu dikirimkan dan di terima secara sadar oleh dan untuk mencapai
umpan balik atau tujuan tertentu.15 Komunikasi nonverbal meliputi ekspresi wajah,
nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata,rancangan ruang, pola–pola
perabaan, gerakan ekspresif, perbedaan budaya, dan tindakan– tindakan nonverbal
lain yang tak menggunakan kata–kata.
Terrence A. Doyle mengatakan bahwa studi komunikasi nonverbal adalah
studi untuk menggambarkan bagaimana orang berkomunikasi melalui perilaku fisik,
tanda–tanda vokal, dan relasi ruang/jarak. Akibatnya penelitan tentang komunikasi
nonverbal acapkali menekankan pada dimensi beberapa aspek tertentu dari bahasa16.
Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, sikap dan
sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa menggunakan
kata–kata. Proses encoding (penyandian) dilakukan dengan menggunkana isyarat
15
16
Alo Liliwer, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. , Jakarta:PT LkiS Pelangi Aksara, 2007, 175.
Ibid, 176.
20
yang memungkinkan dipahami oleh orang lain melalui proses decoding. Unsur –
unsur seperti ruang pengetahuan (frame of refrence) dan pengalaman (filed of
experience) memegang peranan penting untuk terciptanya proses komunikasi yang
efektif17.
2.4.2
Ciri – ciri Pesan Non verbal
Seperti bahasa verbal yang tampil sistematik dengn ciri–ciri tertentu, pesan
nonverbal juga mempunyai ciri–ciri tertentu;
1. Tanda–tanda Komunikasi Nonverbal itu Ambigu
Tidak ada kamus yang dapat mengklasifikasikan semua tanda – tanda
nonverbal. Salah satu sebab utamanya karena semua tanda nonverbal itu tidak
mempunyai makna denotatif yang ada hanyaah makna konotatif yang hanya
ditentukan oleh faktor kebudayaan pemakainya.
2. Pesan Nonverbal itu Berkelanjutan
Jika kita berkomunikasi secara verbal maka setiap saat kata- kata yang
diucapkan dapat kita hentikan jika kita mau, tetapi kalau berkomunikasi
secara nonverbal maka kita tidak bisa mengontrol pengiriman pesan tersebut.
3. Tanda Nonverbal Menggunakan banyak saluran
Ketika anda menatap mata seseorang, pada saat yang sama anda
mungkin akan menggerakan telunjuk ke arah dia. Waktu orang menggerakan
17
Anugrah Dadan dan Winny Kresnowati, Komunikasi Antar Budaya konsep dan aplikasinya.,Jakarta;Jala Permata,2008, 57.
21
mata untuk menyatakan kekhawatiran maka dia juga menampilkan isyarat
wajah ketakutan, badannya dingin, napasnya terengah – engah, dan orang itu
gugup. Kadang – kadang dia menyatakan suaranya dengan desah nafas
panjang pendek dan mengeluh sebuah kekhawatiran dinyatakan dalam banyak
saluran, tidak hanya melalui mata tetapi raut muka, gerakan tangan, keringat,
bahkan seluruh badan dibungkukan. Dalam teori psikologi dikatakan bahwa
setiap manusia selalu ‘menangkap’ sesuatu yang bersifat realitas dengan otak
kanan, dan otak kanan itu cenderung digunakan untuk ‘menangkap’ sesuatu
yang sangat holistik, umum sekali, oleh karena itu kita tidak bisa merinci apa
yang kita tangkap.
4. Pesan Nonverbal Menunjukan Batas Budaya
Pesan – pesan verbal dan nonverbal digunakan oleh setiap orang atau
kelompok orang dalam masyarakat berbudaya, oleh karena itu kalau kita
ingin memahaminya mkaa kita harus terlibat dalam suatu pergaulan yang
lama supaya kita dapat memahami pesan – pesan itu dalam konteks
budaya.18
18
Alo Liliweri, Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta: LkiS Yogyakarta,2007, 183.
22
2.4.3
Jenis – Jenis Pesan Nonverbal
Pesan nonverbal terdiri dari tiga jenis, yaitu;
A. Tentang Bahasa dan Isyarat
Pembicaraan tentang pesan nonverbal selalu dikaitkan dengan pengiriman dan
penerimaan, penyandian, dan pesan–pesan yang tidak berbentuk kata–kata,
tetapi berbentuk gerakan–gerakan isyarat anggota tubuh. Pada awalnya, para
ahli syaraf dan psikologi memandang bahwa isyarat–isyarat itu hanya
digerakan oleh perintah otak yang kadang–kadang gerakan itu hanya
merupakan refleks semata.
B. Teori Fungsional: Tentang pesan nonverbal dari Ekman dan Frisen membagi
pesan nonverbal.
C. Emblem : emblem digunakan secara intensif untuk mengirimkan sebuah
pesan tertentu (khusus) kepada seseorang penerima.
D. Ilustator : anda dapat memberikan informasi ( terutama informasi yang sedang
anda ucapkan dengan kata – kata verbal) kepada orang lain dengan pesan
nonverbal melalui gerakan tangan. Gerakan tangan untuk membuat ilustrasi
itulah yang disebut sebgai ilustator.
E. Regulator : adalah gerakan untuk mendukung interaksi dan komunikasi antara
pengirim dan penerima. Fungsi regulator yang dilakukan dengan gerakan
anggota tubuh ditunjukan untuk memberikan keyakinan kepada orang lain
bahwa apa yang disampaikan, baik secara keseluruhan maupun sebagian
23
adalah hal yang sangat penting. Contoh, gerakan kepala, mata dan isyarat
tangan.
F. Affect Display :affect display merefleksikan persaan yang sedang anda alami.
Bentuk pesan nonverbal ini menunjukan sejauh mana perasaan anda, tekanan
batin yang dialami melalui kombinasi ekspresi wajah dan gerakan tubuh.
Affect display lebih mengutamakan pernyataan pesan yang menegaskan emosi
kita.
G. Adaptor : merupakan pesan nonverbal untuk mengungkapkan perasaan
seseorang yang sedang cemas. Gerakan adaptor kerap kali berbentuk gerakan
tangan yang memetik sesuatu, memungut, menggaruk–garuk anggota tubuh
lain dengan tangan.
2.4.4 Klasifikasi Pesan Nonverbal
Perilaku nonverbal dapat diterima sebagai satu paket siap pakai dari
lingkungan sosial kita, khususnya orang tua. Kita tidak pernah mempersoalkan
mengapa kita harus memberi isyarat begini untuk mengatakan sesuatu hal atau
isyarat begitu untuk mengatakan hal lain. Jurgen Ruesch mengklasifikasikan
isyarat nonverbal menjadi tiga bagian yakni;
A. Bahasa tanda ( sign language )
Acungan jempol untuk menumpang mobil secara gratis ; bahasa isyarat tuna
runggu.
24
B. Bahasa tindakan ( action language )
Semua gerakan tubuh yang tidak digunakan secara eksklusif untuk
memberikan signal misalnya berjalan.
C. Bahasa objek ( object language )
Pertunjukan benda, pakaian, dan lambang nonverbal bersifat publicseperti
ukuran ruangan, bendera, gambar19.
2.5
Pola Komunikasi
2.5.1 Pengertian Pola Komunikasi
Pola komunikasi adalah suatu bentuk arus penyampaian pesan yang biasanya
telah menjadi sistem dalam sebuah kelompok atau organisasi yang dapat berkembang
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kelompok atau organisasi tersebut.
Karl Weick seorang ahli yang memiliki pemikiran Sibernetika, yaitu
pemikiran
yang
menempatkan
komunikasi
sebagai
proses
penting
dalam
pembentukan sebuah sistem dalam organisasi, teori tenteng pola arus infaormasi yang
dimiliki Weick adalah teori sistem dan teori sosiokultural.
a. Teori sistem
19
Deddy Mulyana.Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007.352
25
Teori sistem adalah teori yang melihat pola-pola interaksi yang kompleks
diantara bagian-bagian dalam sistm, dan memahami berbagai interaksi yang ada di
dalamnya.
Komponen penting dalam teori sistem untuk memahami informasi
dalam organisasi adalah umpan balik (feedback), yaitu informasi yang
diterima organisasi. Informasi yang positif ataupun negati. Organisasi dan
anggotanya dapat memilih perubahan yang sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai pada sistem yang bersangkutan. Melalui umpan balik, bagian-bagian
organisasi dapat menentukan jika informasi yang diterima bersifat jelas dan
mencukupi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.20
b. Teori Sosiokultural
teori yang melihat organisasi sama seperti makhluk hidup, yang selalu
memiliki naluri untuk bertahan dan memiliki kemua dan kemampuan untuk
beradaptasi sesuai dengan lingkungannya.
Karl Weick mengadopsi teori evolusi sosiokultural untuk menjelaskan
proses yang harus dijalani organisasi untuk adapat menyesuaikan diri terhadap
tekanan dari berbagai informasi yang diterima organisasi. Tekanan yang
muncul adalah hasil dari kelebihan informasi atau adanya melalui teori evolusi
20
Morissan, M.A, Teori Komunikasi Organisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009, 34.
26
sosiokultural beermanfaat dalam menjelaskan adaptasi yang diperlukan untuk
mengolah informasi, teori mengenai sistem juga memainkan peran penting
dalam pola komunikasi karena menyoroti adanya saling keterkaitan antar tim,
departement dan karyawan dalam mengolah informasi.21
Pada dasarnya organisasi memliki dua tugas utama agar dapat mengola
berbagai sumber informasi dengan tepat. Yang pertama organisasi harus mampu
menafsirkan informasi yang ada di lingkungan eksternal organisasinya, kedua
organisasi harus bisa mengoordinasikan atau menerjemahkan kedalam bahasa yang
sesuai agar di mergerti dan memiliki manfaat untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya.
Pada sebuah kelompok yang memiliki pola kmunikasi yang tetap dan
terstruktur, umumnya ada dua struktur yang menjadi dasar acuan untuk melihat pola
komunikasi yang ada dalam sebuah kelompok yaitu:
a. Struktur permukaan (Surface structure)
Struktur permukaan organisasi adalah aktivitas sehari-hari anggota
organisasi. Aktifitas tersebut bukanlah interaksi yang tidak saling
berhubungan atau kebetulan saja. Berbagai kegiatan tersebut digerakan
dari ‘struktr dalam’ (Deep structure) organisasi bersangkutan.
b. Struktur dalam (Deep structure)
21
Ibid. 35.
27
Struktur dalam organisasi adalah seperti tata bahasa atau pengaturan
struktural yang memberikan karakter pada organisasi dan memadu
tindakannya. Struktur dalam adalah sutau jaringan aturan yang rumit
mengenai pola-pola interaksi yang diperolah dalam organisasi, kewajban
anggota serta tanggung jawab yang diharapkan. Struktur adalah aturan
moral atau suatu rasa mengenai bagaimana sesuatu harus dikerjakan.22
Organisasi harus menciptakan jaringan komunikasi yang beragam. Yang
dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang digunakan untuk
menuruskan pesan dari satu orang ke orang lain.
Jaringan ini dapat diliht dari dua persepktif. Pertama, kelompok kecil
sesuai dengan sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan Pola
Komunikasi yang menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi.
Jaringan komunikasi ini merupakan sistem komunikasi umum yang akan
digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari satu orang keorang
lainnya. Keduanya, jaringan komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur
yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai komuniksi
organisasi.23
22
23
Ibid . 49
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Profesional Books, 2009 ,344.
28
2.5.2 Arus Komunikasi
Dalam sebuah pola komunikasi Arus Komunikasi adalah bagian dari Pola
Komunikasi yang merupakan bagian dari arah penyampaian pesan dalam
menyampaikan informasi dalam sebuah kelompok, berupa arus komunikasi
diantaranya:
a. Komunikasi ke atas memungkinkan bahawan untuk menyampaikan ide
seputar tentang perkerjaan sangat baik untuk semangat bahan karena
mereka merasa bagian yang penting dalam sebuah struktur walaupun
berada pada posisi bawah dan dapat meningkatkan rasa meiliki pagawai
kepada organisasinya.
b. Komunikasi ke bawah, merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hirarki
yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Sebagai contoh, pesan
yang dikirim oleh menager kepada karyawannya atau dari dekan fakultas
kepada para dosennya adalah komunikasi bawah. Perintah seringkali
merupakan contoh jelas untuk komunikasi ke bawah.
c. Komunikasi Lateral adalah pesan memperlancar pertukaran pengetahuan,
pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu organisasi
menghindarkan beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya.
29
Komunikasi lateral juga membangun semangat kerja dan kepuasan
karyawan.24
2.5.3 Macam-macam struktur Jaringan Pola Komunikasi
Dalam kelompok formal maupun informal pola komunikasi sangat dibutuhkan
untuk terciptanya keselarasan penyaluran pesan dalam setiap individu yang menjadi
bagian dari sebuah kelompok, agar dapat memaksimalkan hasil dan meminimalisir
hal yang tidak diinginkan/ hambatan untuk mencapau tujuan. Struktur jaringan pola
komunikasi terdapat lima struktur yaitu:
1. Struktur lingkaran, tidak memiliki pemimpin. Semua anggota posisinya sama.
Mereka memiliki wewenang atau bisa berkomunikasi dengan dua anggota
lain di sisinya.
2. Struktur roda, meliliki pemimpin yang jelas yaitu yang posisinya di pusat. Ini
meruakan satu-satunya yang dapat mengirim dan menerima pesan dari semua
anggota. Oleh karena itu, jika seorang anggota ingin berkomunikasi dengan
anggota lain, maka pesannya harus disampaikan melalui pemimpinnya.
3. Struktur Y relative kurang tersentralisasi dibandingkan dengan struktur roda,
tetapi lebih tersentralisasi dibandingkan dengan pola lainya. Struktur ini juga
terdapat pemimpin yang jelas, tetapi satu anggota lain berperan sebagai
24
Op.cit . 346.
30
pemimpin kedua. Anggota ini dapat mengirim dan menerima pesan dari dua
orang lainnya.
4. Struktur rantai sama dengan struktur lingkaran kecuali para anggota yang
paling ujung hanya dapat berkomunikasi denga satu orang saja. Keadaan
terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada diposisi tengah lebih
berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada diposisi lain.
5. Struktur semua saluran (Pola Bintang) semua anggota memiliki kekuatan
yang sama untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur
ini , setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya.
Pola anggota ini memungkinkan adanya partisipasi secara optimum.25
25
Joseph A. DeVito, Komunikasi Antarmanusia, Jakarta: Profesional Books, 2009 , 345 .
31
2.6 Sosialisasi
2.6.1
Pengertian sosialisasi
Peter berger mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan
makhluk lain. Berbeda dengan mahkluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan
oleh naruli yang diperoleh sejak awal hidupnya. Oleh sebab itu manusia kemudian
mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri.
Kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam tiap kelompok tersebut kemudian
menghasilkan bermacam-macan sistem
yang berbeda satu dengan yang lain.
Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia tersebut dibidang ekomoni,
kekeluargaan, pendidikan, agama, politik dan sebagainya. Harus dipelajari oleh setiap
anggota
baru
suatu
masyarakat
melalui
suatu
proses
yang
dinamakan
sosialisasi(socialization).26
Salah satu teori peran sosialisasi ialah George Herbert Mead. Mead
menguraikan tahap pengembangan diri (self) manusia. Menurut Mead setiap anggota
baru masyarakat harus mempelajari peran-peran yang ada dalam masyarakat, suatu
proses yang dinamakannya pengambilan peran (role taking). Dalam proses ini
seseorang belajar untuk mengetahui peran yang harus dijalankannya serta peran yang
harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peran yang ada dalam masyarakat
ini seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain melalui beberapa tahap yaitu:
26
Kamanto sunarto. Pengantar sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004 , 21.
32
A. Tahap Play Stage. Seorang anak kecil mulai belajar mengamati peran
orang yang berada disekitarnya. Ia mulai menirukan peran yang
dijalankan oleh orang tuanya.
B. Tahap Game Stage. Tahap ini seorang anak tidak hanya mengetahui
peran yang harus dijalankannya tetapi telah pula mengetahui peran
yang harus dijalankan orang lain degan siapa ia berinteraksi.
C. Tahap Generalized Others. Tahap ini seseorang dianggap telah
mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam
masyarakat.27
2.6.2
Agen Sosialisasi
Fuller dan jacobs mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu: keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
Pesan-pesan yang disampaikan oleh agen sosialisasi yang berlainan tidak
selamanya sepadan satu dengan yang lain. Apabila pesan-pesan yng disampaikan oleh
agen-agen sosialiasi dalam masyarakat
sepadan dan tidak saling bertentangan
melainkan daling mendukung maka proses sosialisasi diharapkan dapat berjalan
relatif lancar. Namum apabila pesan berbagai agen sosialisasi saling bertentangan
27
Ibid .22
33
maka warga masyarakat yang menjalani proses sosialisasi sering mengalami konflik
pribadi.28
2.6.3
Sosialisasi Primer dan Sekunder
Sosialisasi primer adalah seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak
(socialization after childhood), pendidikan sepanjang hidup (lifelong education), atau
pendidikan berkesinambungan (continuing education). Berger dan luckmann
mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu
semasa kecil.
Sosialisasi sekunder adalah sebagai proses berikutnya yang memperkenalkan
individu yang telah disosialisasi ke dalan sektor baru dari dunia objektif
masyarakatnya.
Salah satu bentuk sosialisasi sekunder yang sering dijumpai dalam masyarakat
ialah apa yang dinamakan proses resosialisasi yang didahului desosialisasi. Kedua
proses ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung dalam institusi total.29
Suatu bentu desosialisasi dan resosialisasi yang banyak dibahas dikalangan ilmuwan
sosial ialah praktik yang dikenal dengan nama cuci otak (brainwashing).30
28
29
30
Ibid. 32
Op.cit. 29
Ibid. 30
34
2.6.4
Pola Sosialisasi
Pola sosialisasi yang dikemukakan oleh Jaeger ialah sosialisasi represif
(repressive socialization). Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan
hukuman terhadap kesalahan. Menurut Jaeger sosialisasi repretif pun mempunyai ciri
lain seperti penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan
penekanan pada kepatuhan anak pada orang tua, penekanan pada komunikasi yang
bersifat dua arah, nonverbal dan berisi perintah, penekanan titik berat sosialisasi pada
orang tua dan pada keinginan orang tua, dan peran keluarga sebagai signficant other.
Pola kedua ialah sosialisasi partisipatoris (participatory socialization).
Merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakal berperilaku baik,
hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakan
pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi dan keluarga
menjadi generalized other.31
31
Ibid. 31
35
2.6 Ritual Ruwatan
2.6.1 Pengertian Ritual
Ritual adalah teknik (cara, metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi
suci (sanctify the custom). Ritual menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial
dan agama. Ritual bisa pribadi atau berkelompok. Wujudnya bisa berupa doa, tarian,
drama, kata-kata dan sebagainya.
Ritual adalah cara, tanda, simbol, lambang tentang ketuhanan yang dapat
membangkitkan kekuatan kepercayaan. Spiritual lebih merujuk pada batin, mental
dan kejiwaan seorang umat tuhan dan ritual lebih mengacu pada kegiatan fisik demi
kepentingan ketuhanan.
Kegiatan ritual merupakan salah satu adat istiadat dalam kebudayaan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh suatu kelompok
masyarakat atau kominitas tertentu sebagai upaya perawatan atau pemeliharaan
(maintenance) atas apa yang sudah mereka dapatkan atau permintaan agar
mendapatkan keselamatan, kelancaran, kemudahan dalam segala hal dan lain
sebagainya. Akan tetapi dalam prakteknya ritual sering disalah artikan sebagai
36
pemujaan kepada penguasa gelap (hal-hal gaib) meskipun demikian itulah bentuk
komunikasi yang mereka bangun .32
Ritual adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan terutama untuk tujuan
simbolis. Ritual dilaksanakan berdasarkan suatu agama atau bisa juga berdasarkan
tradisi dari suatu komunitas tertentu. Kegiatan-kegiatan dalam ritual biasanya sudah
diatur dan ditentukan, dan tidak dapat dilaksanakan secara sembarangan.
Couldry memahami ritual sebagai sutu habitual action (aksi turun-temurun),
aksi formal dan juga mengandung nilai-nilai transendental. Mencermati pandanganpandangan tersebut, dipahami bahwa ritual berkaitan dengan pertunjukan secara
sukarela yang dilakukan masyarakat secara turun-temurun (berdasarkan kebiasaan)
menyangkut perilaku yang terpola. Pertunjukan tersebut bertujuan mensimbolisasi
suatu pengaruh dalam kehidupan kemasyarakatan.33
2.6.2 Pengertian Ruwatan
Menurut koentjaraningrat, upacara Nguruwat merupakan suatu upacara yang
khas agami jawi, dan dimaksudkan untuk melindungi anak-anak terhadap bahayabahaya gaib yang dilambangkan leh tokoh Bathara Kala yakni Dewa kehancuran.
Berbagai jenis kombinasi dalam suatu keluarga yang dianggap berbahaya (jenis
manusia Sukerta) jatah makanan Bathara Kala, pen), menyebabkan bahwa anak-anak
32
33
Hadi, Y. Sumandiyo. Seni dalam Ritual Agama. Yogyakarta: Pustaka.2006, 232.
Wahyana Giri MC. Sajen & Ritual Orang Jawa., Yogyajarta: Narasi, 2010, 16.
37
tersebut mudah terkena bahaya, peyakit dan kematian karena mereka menjadi mangsa
Bathara Kala. Selanjutnya Koentjaraningrat memberi catatan bahwa Kala “waktu”.
Dalam mitologi Jawa dan dalam kesusastraan Wayang, syiwa atau Bathara Kala Guru
tokoh yang berbeda sama sekali.34
Upacara ngruwat merupakan suatu upacara yang khas Agama-Jawi, dan
dimaksudkan untuk melindungi anak-anak terhadap bahaya-bahaya gaib yang
diambangkan oleh tokoh Bathara Kala, yakni Dewa Kehancuran. Berbagai jenis
kombinasi dalam satu keluarga yang dianggap berbahaya, menyebabkan bahwa anakanak tersebut mudah terkena bahaya, penyakit dan kematian, karena mereka menjadi
mangsa dari Bathara Kala itu. Berikut berbagai jenis anak tersebut adalah:
1. Anak tunggal (ontang-anting).
2. Anak pria dengang berbagai adik wanita (pancuran piniring
sendhang).
3. Anak wanita dengan berbagai adik pria (sendhang pniring pancuran).
4. Dua bersaudara: seorang pria dan seorang wanita (kedhana-kedhini).
5. Empat bersaudara: dua pria dan dua wanita (sekar sepasang)
6. Anak kembar (putra kembar).
7. Anak pria dengan seorang kakak dan seorang adik wanita (pacuran
sendang kapit).
34
Thoyib, mas’od: Upacara Ruwatan Gagrak Surakarta Hadiningrat: Padepokan Jawa Tengah .Taman Mini Indonesia Indah:
1989, 18.
38
8. Anak wanita dengan seorang kakak pria dan adik pria (sendhang kapit
pancuran).
9. Anak pria diantara tiga saudara pria (uger-uger lawang).
10. Anak wanita dianatara tiga saudara pria (upit-upit).
11. Empat anak yang semuanya pria (putra sarombe).
12. Empat anak wanita yang semuanya wanita (putra serimpi).
13. Lima anak yang semuanya pria (putra pandhawa).
14. Lima anak yang semuanya wanita (putra pandhawa padangan).35
2.6.3 Jenis-Jenis Ruwatan
Asal-usul Ruwatan tidak lepas dari mitos masyarakat Jawa mengenai hal-hal
yang bersifat spiritual. Ruwatan adalah salah satunya, yakni dihubungkan dengan
keberadaan Dewa dan Dewi. Bathara Kala namanya, merupakan adik dari Bathara
Guru yang memiliki pekerjaan mengganggu manusia. Orang yang dimangsa oleh
Bhatara Kala akan mengalami Sukerta atau nasib sial sepanjang hidupnya di dunia.
Menurut mitos, Bathara Kala menyukai anak-anak yang berjumlah tertentu dalam
sebuah keluarga.
35
Koentjaraningrat. Kebudayaan Jawa, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984 , 376-377.
39
Sedangkan jenis-jenis ruwatan itu sendiri adalah :
1.
Ruwatan Sukerta
Adalah pangruwatan bagi anak yang terlahir sebagai anak tunggal (ontanganting), dua bersaudara lelaki semua (uger-uger lawang), dua bersaudara perempuan
semua (kembang sepasang), tiga bersaudara satu perempuan ditengah (sendang kapit
pancuran) dan lain sebagainya,yang pada dasarnya ruwatan ini bersifat permohonan
agar anak tersebut selanjutnya mendapat keselamatan dan kebahagian di masa
depannya.
2.
Ruwatan Sengkala
Ruwatan bagi orang yang dalam perjalanan hidupnya mendapat hambatan
dalam rejeki, karier, jodoh, serta kesehatannya.Termasuk didalamnya adalah bagi
pasangan suami istri yang mendapat gangguan dalam kehidupan pernikahannya oleh
kehadiran orang ketiga atau godaan-godaan lainnya.
3.
Ruwatan Lembaga
Adalah pangruwatan untuk kesuksesan suatu lembaga atau organisasi
usaha,maupun ruwatan nagari.36
36
Ibid . 382.
40
2.6.4 Mantra ruwatan
Mantra adalah magi Sastra yang jika diucapkan memancarkan perbawa gaib.
Apalagi diucapkan, bagi yang tidak membaca tetapi menyimpan tulisan yang berisi
mantra bagi yang mempercainya, akan dapat “selamat” jauh dari mala petaka.
Mantra dalam pengertian awam sering dimaknai sebagai kebalikan dari doa,
yaitu rumusan kata-kata dengan system tertentu yang disusun berdasarkan produser
tertentu untuk tujuan negative tertentu yang sering dikaitkan dengan alam atau
makhluk supernatural. Pengertian tersebut tersurat dalam kosakata bahasa Indonesia
maupun bahasa Jawa.
“ mantraadalah: 1. perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya
gaib (msl. dapat menyembuhkan, mendatangkan celaka, dsb) 2. susunan kata
berunsur puisi (spt. rima, irama,) yang dianggap mengandung kekuatan gaib,
biasanya diucapkan oleh dukun atau pawing untuk menandingi kekuatan gaib
yang lain,”
Sedangkan menurut Kamus Jawa-Indonesia
“mantra adalah : doa, mentera, jampi, pesona.” Sedangkan doa yang secara
leksikal berarti permohonan adalah kata-kata yang ditunjukan untuk
memohon sesuatu yang baik kepada Tuhan Yang Maha Esa tanpa terikat oleh
jumlah suku kata, prosedur, dan system tertentu.
41
Menurut Baoesastra Djawa mantra berarti “donga, tetembungungan dianggo
njapani isp.”
Kata mantra sendiri berasal dari bahasa kuno india, taitu bahasa Sanskerta.
System-sistem membacakan mantra, termasuk pula yang ada dalam kebudayaan Jawa
terpengaruh oleh system Hindu zaman dahulu. 37
Dalam buku sejarah dan perkembangan Ceritera Murwakala Dan Ruwatan
Darisumber-Sumber Sastra Jawa, menggolongkan mantra Ruwatan dalam 5 bagian
yaitu:
1) Mantra yang berisi cerita atau keterangan yang perlu diikuti atau didengar
oleh perserta upacara. Dalam pedalangan disebut Janturan atau kalimat
ceritera (berlagu). Misalnya :
Wa Kala Mur Sampurnaning Puja Kidung Durma.
2) Mantra yang dimaksudkan untuk penyucian atau ruwatan bagi yang diruwat
maupun yang meruwat; misalnya :
a. Santi Purwa.
b. Santi Kukus.
c. Santi Banyak Dalang.
d. Padusan Kala.
e. Padusan Jatusmati.
37
Budya pradipta.Seminar Nasional Naskah Kuno Nusantar, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2003, 1.
42
f. Padusan Dalang Dan Panjak.
g. Semburan Banyu.
h. Prasondhoning Dalang .
3) Mantra yang merupakan jawab terhadap makhluk-makhluk atau pujian dalang
kepada Bathara Kala dan dalang kepada Bathara Kala bersifat lunak dan
lembut hati, misalnya:
a. Kundanganing Kala.
b. Wisi Kaning Ka.la.
c. Kundangan.
d. Caraka Balik.
e. Sastra Telak.
f. Sastra Pinodhati.
g. Sastra Gigir.
h. Kidung Tundungan.
4) Mantra yang merupakan jawab atau permintaan Dalang makhluk-makhluk
yang tinggal dilingkungan rumah, perkarangan dan desa orang yang diruwat,
dan mantra ini berfungsi sebagai uji-pujian, harapan atau permintaan,
misalnya
5) Mantra untuk menggumpulkan kekuatan gaib bagi Dalang uang sering disebut
Matek Aji, misalnya:
a. Kumbala Geni
43
b. Sumbar
c. Sebet
d. Kidung Sari Punggung
e. Dan Lain Lain.38
2.6.5 Sajen ( Sajian pada Upacara Ruwatan)
Dalam setiap upacara, selalu merupakan doa yang di expresikan melalui
tindakan dan selalu diikuti dengan wujud-wujud simbolis dari ungkapan doa tersebut.
Dalam upacara ruwatan bentuk-bentuk simbolis dari ungkapan doa dan harapan
diwujudkan dalam bentuk sajen (saji-sajian).39
38
Thoyib, mas’od: Upacara Ruwatan Gagrak Surakarta Hadiningrat: Padepokan Jawa Tengah Taman Mini Indonesia Indah:
1989, 144
39
Op.Cit. 86
Download