1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar

advertisement
1
BAB I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Resistensi insulin merupakan kondisi di mana tubuh
memproduksi
insulin
tetapi
sel-sel
tubuh
resisten
terhadap aksi insulin. Aksi biologis yang diharapkan
tidak dapat dicapai dengan konsentrasi insulin dalam
sirkulasi yang efektif pada individu normal (Holt et
al., 2010).
Resistensi
insulin
menyebabkan
terganggunya
supresi produksi glukosa endogen serta penurunan uptake
glukosa
perifer
pankreas
(Holt
et
meningkatkan
kompensasi,
mengatasi
namun
al.,
produksi
pankreas
kebutuhan
2010).
tubuh
beta
insulin
sebagai
tidak
berhasil
tetap
dengan
Sel-sel
memproduksi
lebih
banyak insulin (Arora, 2012).
Kebanyakan
orang
dengan
resistensi
insulin
memiliki kadar insulin dan glukosa yang tinggi dalam
sirkulasi
pembuluh
darah.
darah,
Glukosa
sehingga
berlebih
terjadilah
terkumpul
pada
kondisi
pre-
diabetes di mana kadar glukosa darah lebih tinggi dari
normal
tetapi
diagnosis
tidak
diabetes.
cukup
tinggi
untuk
Kondisi
ini
biasanya
dinyatakan
ditandai
1
2
dengan
glukosa
darah
puasa
terganggu
(GDPT)
atau
toleransi glukosa terganggu (TGT) (NIDDK, 2014).
Menurut IDF (2013), prevalensi TGT secara global
di seluruh dunia adalah sebesar 316 juta orang atau
sebesar 6,9 persen. Mayoritas penderita TGT (sekitar 70
persen) berasal dari negara dengan pendapatan rendah
dan
menengah.
Di
Indonesia,
prevalensi
TGT
adalah
sebesar 9,15 persen.
Resistensi
meningkatkan
insulin
risiko
dan
untuk
prediabetes
terkena
diabetes
sangat
mellitus
(DM) tipe 2 dan penyakit kardiovaskular (International
Diabetes
bahwa
Federation,
kebanyakan
2013).
orang
Penelitian
dengan
menunjukkan
prediabetes
kemudian
menderita diabetes tipe 2 dalam 10 tahun, kecuali jika
mereka
mengurangi
berat
badan
sebanyak
5
hingga
7
persen dengan mengubah cara makan dan level aktivitas
fisik (NIDDK, 2014).
Kebanyakan orang dengan kondisi resistensi insulin
dan prediabetes tidak mengalami gejala klinis, sehingga
mereka tidak mengetahui kondisi ini selama bertahuntahun hingga mereka menderita diabetes tipe 2 (NIDDK,
2014).
Perkembangan
menjadi
diabetes
terjadi
secara
gradual dan saat gejala diabetes sudah muncul, pasien
telah
mengalami
peningkatan
risiko
terjadinya
3
komplikasi
makrovaskular
dan
mikrovaskular
(American
Diabetes Association, 2010).
Menurut
IDF
(2013),
prevalensi
diabetes
secara
global adalah sebesar 382 juta orang atau 8,3 persen.
Indonesia
jumlah
berada
penderita
pada
urutan
diabetes
ketujuh
terbesar,
negara
yaitu
dengan
8,5
juta
orang. Prevalensi yang cukup besar di seluruh dunia ini
menyebabkan beban pengeluaran negara yang banyak, serta
angka
mortalitas
yaitu
5,1
akibat
juta
diabetes
kematian
yang
pada
cukup
tahun
tinggi
2013.
IDF
memperkirakan angka prevalensi TGT dan diabetes secara
global akan meningkat hingga tahun 2035.
Diabetes
diabetes.
obesitas,
tipe
2
Kebanyakan
atau
dialami
oleh
penderita
DM
mengalami
90-95%
tipe
peningkataan
2
penderita
mengalami
lemak
yang
terdistribusi predominan pada regio abdominal (American
Diabetes Association, 2010).
Obesitas
terkumpul
pada
abdominal,
bagian
yaitu
pinggang
lemak
dan
tubuh
perut,
yang
merupakan
salah satu faktor risiko perkembangan diabetes tipe 2.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditemukan
bahwa
volume
viseral
lemak
berhubungan
subkutaneus
dengan
dan
lemak
resistensi
abdominal
insulin
pada
pasien dengan DM tipe 2. Hal ini mungkin dikarenakan
4
adanya
kelainan
metabolisme
sel
lemak
yang
mampu
mensekresi zat-zat aktif yang mempengaruhi sensitivitas
insulin (Arora, 2012).
Risiko
diabetes
tipe
2
juga
meningkat
seiring
dengan usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.
Diabetes
dengan
tipe
2
riwayat
hipertensi
lebih
DM
atau
banyak
gestasional
dislipidemia
diderita
dan
oleh
wanita
pada
penderita
(American
Diabetes
Association, 2010).
Pada penelitian ini peneliti ingin melihat apakah
terdapat korelasi antara ukuran lingkar pinggang dengan
resistensi insulin pada populasi dengan faktor risiko
diabetes tipe 2. Lingkar pinggang adalah salah satu
metode
yang
mudah
dan
cepat
untuk
mengukur
lemak
abdominal.
Resistensi
insulin
diukur
dengan
metode
Homeostasis Model Assessment Insulin Resistant (HOMAIR).
hanya
Metode
ini
membutuhkan
menggunakan
kadar
penghitungan
insulin
serta
rumus
glukosa
yang
puasa
pasien, maka metode ini relatif sederhana dan praktis
untuk digunakan pada jumlah subjek yang besar.
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan
fakta
yang
telah
dipaparkan,
resistensi insulin walaupun tidak selalu menimbulkan
gejala dapat menjadi hal yang sangat merugikan jika
tidak terkontrol, karena dapat berkembang menjadi DM
tipe
2.
Berbagai
komplikasi
serius
sangat
mungkin
berkembang pada penderita diabetes, seperti retinopati,
nefropati,
neuropati,
dan
penyakit
kardiovaskular.
Komplikasi diabetes menyebabkan disabilitas, penurunan
kualitas hidup, dan kematian (International Diabetes
Federation, 2013).
Resistensi insulin dapat membaik dengan penurunan
berat badan dan/atau farmakoterapi untuk hiperglikemia,
tetapi jarang dapat kembali ke kondisi normal (American
Diabetes Association, 2010). Jika kondisi resistensi
insulin
dapat
dapat
dihambat
dicegah.
diketahui
dan
Dibutuhkan
sejak
dini,
komplikasi
cara
yang
perkembangannya
lebih
praktis
lanjut
dan
dapat
sederhana
untuk kemudahan melakukan screening terhadap kondisi
resistensi
insulin,
terutama
pada
populasi
yang
memiliki risiko diabetes tipe 2.
Jika pada penelitian ini ditemukan korelasi yang
cukup
kuat
resistensi
antara
insulin,
ukuran
maka
lingkar
metode
pinggang
pengukuran
dengan
lingkar
6
pinggang
kondisi
mungkin
dapat
resistensi
digunakan
insulin
dan
sebagai
dapat
prediktor
berguna
dalam
praktek klinis.
C. Pertanyaan Penelitian
Apakah terdapat korelasi antara lingkar pinggang
dengan HOMA-IR pada populasi dengan risiko tinggi?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi
antara
ukuran
lingkar
pinggang
dengan
HOMA-IR
pada
populasi risiko tinggi.
E. Keaslian Penelitian
Sudah pernah dilakukan penelitian serupa yaitu mencari
hubungan
antara
resistensi
yaitu
insulin
oleh
obesitas
penderita
Azizi
dan
oleh
Diabetes
ukuran
lingkar
pinggang
dengan setting
(2008)
dengan
pada
RS.
populasi
Gularso
(2005)
Mellitus
tipe
dengan
2.
dengan
Sardjito
penderita
populasi
Sepengetahuan
penulis belum pernah dilakukan penelitian serupa pada
populasi risiko tinggi diabetes di kota Yogyakarta.
7
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
mengenai
ada
tidaknya
pengaruh
ukuran
lingkar
pinggang terhadap resistensi insulin pada populasi
risiko tinggi.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan
lingkar
insulin
informasi
pinggang
yang
pencegahan
mengenai
dengan
mungkin
komplikasi
hubungan
terbentuknya
dapat
lebih
resistensi
digunakan
lanjut
ukuran
yang
untuk
dapat
berupa penyakit kardiovaskular dan diabetes tipe 2.
3. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Bagi peneliti lain dapat dijadikan data awal untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
Download