BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut merupakan salah satu
gangguan yang dapat menyebabkan gangguan mobilitas dan fungsional,
sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase
gangguan ini akibat cedera olahraga mencapai 80.000 kejadian pertahun,
dimana 75% termasuk cedera ringan, 20% termasuk cedera sedang, dan 5%
cedera berat. Kejadian ini belum termasuk cedera pada aktivitas yang lain
misalnya: naik turun tangga, berkendaraan, dan kecelakaan yang dapat
menimbulkan cedera pada ligamen kolateral medial pada sendi lutut.
Jenis cedera yang terbesar adalah contusion, sprain, strain dan dislokasi
78%, kedua adalah fraktur, perobekan ligamen dan meniskus 15%. Penyebab
cedera tersebut 70% terutama karena kurangnya persiapan, kedua akibat beban
berlebihan dan kelelahan atau sudah menderita sakit 17%, dan ketiga akibat
kurangnya disiplin atlet 13% (Sugianto, 2005). Kondisi ini paling banyak
menyebabkan disabilitas (ketidak mampuan) bagi seorang atlet dari suatu tim
olahraga, keluhan nyeri pada lutut sangat menganggu aktivitasnya. Banyak
atlet yang berhenti berlatih karena mengeluh nyeri pada lutut. Cedera lutut
merupakan kondisi sangat kompleks karena dapat disebabkan berbagai
penyebab seperti trauma, kejadian non-traumatik yang tidak diketahui
penyebabnya (degenerasi, tumor, infeksi, dll), dan gangguan stabilitas lutut
juga dapat menimbulkan nyeri pada lutut. Namun demikian penyebab paling
banyak adalah akibat faktor trauma.
1
2
Secara Biomekanis, sendi lutut merupakan daerah yang menerima
beban dari seluruh tubuh baik pada saat berdiri maupun berjalan atau berlari
maka beban tubuh diterima oleh kedua sendi lutut secara bergantian. Oleh
karena itu maka daerah tersebut cenderung mengalami cedera trauma mekanik
(Ganong, 2003).
Pada umumnya trauma mekanik terjadi pada daerah sendi lutut adalah
cedera ligamen kolateral medial dikenal orang awam dengan keseleo lutut,
merupakan trauma yang terjadi pada ligamen-ligamen sisi lateral sendi lutut.
Trauma tersebut menyebabkan penarikan yang tiba-tiba (overstretch) pada
ligamen kolateral medial sendi lutut atau valgus strain, sehingga menimbulkan
nyeri hebat, spasme otot quadrisep dan sekitarnya, sehingga menghambat gerak
dan fungsi lutut dalam aktivitas sehari-hari. Pada umumnya penderita tidak bisa
meluruskan ataupun membengkokkan lututnya dalam berbagai aktivitas dan
kesulitan untuk berjalan normal. Masalah nyeri merupakan penyebab utama
dari pasien yang mengalami gangguan berjalan yang ditandai dengan adanya
perdarahan serta diikuti timbulnya oedema pada sendi dan ligamen. Nyeri
timbul bila ada gerakan dan tekanan. Selanjutnya sendi tidak stabil tergantung
pada derajat keparahan (Kisner and Colby, 2007).
Pada fase-fase awal dapat menimbulkan gejala-gejala akut berupa nyeri
ditandai dengan panas, merah, bengkak dan terganggunya fungsi pada daerah
tersebut. Sedangkan fase-fase sub akut nyeri yang dapat timbul saat adanya
aktivitas pembebanan pada jaringan seperti pada ekstensi lutut atau pada
penguluran ligamen kolateral medial. Berikutnya penderita akan mengurangi
3
segala aktivitas yang dimilikinya akibat rasa nyeri yang tak tertahankan,
sehingga timbul kelemahan otot-otot quadricep (Kisner and Colby, 2007).
Pendekatan terhadap nyeri akibat cedera ligamen kolateral medial sendi
lutut membutuhkan pengkajian yang sistematis mulai dari proses pengkajian,
penegakan diagnosis, perencanaan tindakan, implimentasi tindakan fisioterapi
yang tepat serta reevaluasi terhadap hasil tindakan fisioterapi. Pemilihan alat
ukur dan metode tindakan fisioterapi yang tepat dapat memberikan hasil yang
adekuat dan terukur (Sugijanto, 2007).
Cedera ligamen kolateral medial sendi lutut dapat diobati dengan
berbagai pemberi pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat dan fisioterapi.
Fisioterapi berusaha untuk mengobati pasien-pasien cedera ligamen kolateral
sendi lututdengan berbagai intervensi termasuk latihan stabilisasi, penerapan
kinesiotapping, Bandage elastic. Berbagai modalitas elektroterapi dapat
digunakan untuk menurunkan nyeri dan spasme seperti shot wave diatermi atau
micro wavediatermi, dan tens. Akan tetapi pengobatan yang umum dilakukan
pada kondisi ini adalah Bandage elastic dan terapi latihan (Higgins, 2011).
Penerapan bandage elastic untuk mencegah terjadinya cedera dan juga
untuk menjaga stabilitas sendi lutut, karena dengan pemakaian bandage elastic
tersebut maka lutut akan tersangga dengan baik sehingga gerakan-gerakan yang
diinginkan atau gerakan yang ekstrim dapat dihindari. Keluhan nyeri yang
terjadi pada kondisi cedera ligamen kolateral medial sendi lutut tipe I, pada
fase akut atau kronis dapat dikurangi dengan pemakaian bandage elastic, hal
ini disebabkan karena bandage elastic akan menjaga stabilitas sendi lutut dan
keadaan ini dapat memblokade impuls nyeri di kornu posterior medulla
4
spinalis (Omdarft, 2004). Dengan menurunnya rasa nyeri akan meningkatkan
aktivitas fungsional.
Nyeri dan ketidakmampuan akan bertambah dengan munculnya
kelemahan dan atropi otot-otot yang perperan sebagai stabilisator dinamis
yaitu otot bagian anterior otot Quadricep femoris yang terdiri dari : rectus
femoris, vastus intermedius, vastus lateralis, vastus medialis, dan tensor fascia
lata pada bagian lateral, bagian posterior otot hamstring yang terdiri dari biceps
femoris, dan semitendinosus, dan otot bagian medial pes anserinus terdiri dari
Sartorius, gracilis dan semimembranosus (Sugijanto, 2014). Sedangkan otototot ini adalah merupakan komponen yang penting dalam membantu
menstabilisasi persendian, sementara kelemahan otot-otot seperti pes anserinus
dapat mengakibatkan semakin parahnya cedera. Latihan stabilisasi akan terjadi
penguatan otot-otot sehingga dapat mengurangi atropi otot dan membantu
melindungi serta perbaiki problem yg muncul akibat instabilitas atau nyeri yang
diakibatkan oleh kelemahan.
Sasaran umum latihan stabilisasi yang diberikan adalah untuk
memperbaiki kinerja dan meningkatkan fungsi otot. Latihan stabilisasi dapat
meningkatkan kinerja otot yang diperlukan untuk mencegah cedera, memecah
siklus penyebab cedera. Latihan dapat mempertahankan stabilitas dinamis,
meliputi
reedukasi
sistem
neuromuskular
dan
latihan
menciptakan
keseimbangan antara agonis dan antagonis (Kisner and Colby, 2013).
Latihan stabilisasi digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot yaitu
dengan memberikan latihan strengthening, dan akan terjadi penambahan jumlah
sarkomer dan serabut otot (filamen aktin dan miosin yang diperlukan dalam
5
kontraksi otot), sehingga
terbentuknya serabut-serabut otot yang baru maka
kekuatan otot dapat meningkat (Higgins, 2011).
Penerapan kinesio taping merupakan salah satu teknik alternatif untuk
kondisi cedera pada sendi lutut yang didasarkan pada proses alami
penyembuhan tubuh secara sendiri, proses dari teknik ini memfasilitasi sistem
saraf dan peredaran darah. Metode ini pada dasarnya berasal dari ilmu
“Kinesiologi”, maka dari itu dinamakan “kinesio”. Otot tidak hanya sebagai
penyokong dan penggerak tubuh, tetapi juga mengontrol peredaran darah vena
dan aliran getah bening, suhu tubuh, dan lain-lain. Oleh karena itu, kegagalan
sistem fungsi muskuloskeletal dapat menyebabkan berbagai macam gejala
(Kase, 2003).
Kinesiotaping diciptakan oleh kenzo Kase pada tahun (1996), kinesio
taping adalah pita khusus yang tipis, elastik, dan dapat ditarik hingga 120% 140% dari panjang aslinya sehingga cukup dikatakan elastis, Kinesiotaping
hanya terulur dan recoil pada tarikan sampai 75% pada posisi longitudinal
(Kase, 2003).
Hal ini memungkinkan untuk penerapan Kinesio Taping pada cedera
ligamen kolateral medial sendi lutut guna mempercepat mobilisasi sendi dan
otot secara maksimal untuk menghilangkan propokasi nyeri saat intervensi
latihan stabilisasi berlangsung, selain itu untuk membantu meningkatkan
sirkulasi dan drainase limfatik, akibat dari proses tersebut dapat mengurangi
nyeri, mengurangi oedema, dan mengurangi spasme otot (Graham, 2011)
Intervensi lainnya berupa positioning, immobilisasi dan elevasi, perban
elastis, terapi dingin cold bath atau kompres es dengan es packs atau kompres
6
dengan handuk dingin bertujuan untuk menstimulasi aliran darah balik pada
vena dan limphatik, Kompresi (penekanan) dengan perban elastis ditambah
dengan pemberian obat-obatan berupa voltaren salep didalamnya, obat ini
dapat digunakan pada saat awal dan selanjutnya dapat diberikan kompresi
dengan Bandage elastic, mencegah cedera berlanjut, mencegah terjadi oedema,
mengurangi nyeri dan membantu proses penyembuhan pada kondisi-kondisi
cedera akut. Untuk kondisi sub akut cedera ligamen tipe I sejauh mana
efektifitas penerapan kinesiotaping terhadap cedera ligamen kolateral medial
sendi lutut belum diketahui. Begitupula Bandage elastic dan terapi latihan
stabilisasi yang merupakan bagian dari intervensi fisioterapi (Higgins, 2011).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka
peneliti merumuskan suatu permasalahan guna dijadikan bahan kajian
penelitian sebagai berikut :
1) Apakah penerapan KinesioTaping pada intervensi latihan
stabilisasi dapat memberikan manfaat terhadap penurunan nyeri
akibat cedera ligamen kolateral medial sendi lutut ?
2) Apakah penerapan Bandage elastic pada intervensi latihan
stabilisasi dapat memberikan manfaat terhadap penurunan nyeri
akibat cedera ligamen kolateral medial sendi lutut ?
3) Apakah penerapan KinesioTaping pada intervensi latihan
stabilisasi lebih efektif daripada penerapan Bandage elastic
7
terhadap pengurangan nyeri akibat cedera ligamen kolateral medial
sendi lutut ?
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk membuktikan penerapan Kinesio Taping pada intervensi latihan
stabilisasi terhadap penurunan nyeri akibat cedera ligamen kolateral
medial sendi lutut.
2) Untuk membuktikan penerapan Bandage elastic pada intervensi latihan
stabilisasi terhadap penurunan nyeri akibat cedera ligamen kolateral
medial sendi lutut.
3) Untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara penerapan Kinesio Taping
dan Bandage elastic pada intervensi latihan stabilisasi terhadap penurunan
nyeri akibat cedera ligamen kolateral medial sendi lutut.
1.4 Manfaat Penelitian
1.
Manfaat bagi fisioterapi.
Dalam kegiatan klinik sehari-hari para fisioterapis dihadapkan
pada berbagai masalah gangguan nyeri gerak dan fungsi, salah satunya
gangguan nyeri akibat cedera ligamen kolateral medial sendi lutut.
Dengan penelitian ini diharapkan para fisioterapis dapat
menerapkan penerapan Kinesio Taping dan intervensi latihan stabilisasi
terhadap penurunan nyeri akibat cedera ligamen kolateral medial sendi
lutut, sehingga mengembalikan gerak dan fungsional penderita optimal.
8
2.
Manfaat bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat mengaplikasikan
kaidah-kaidah penelitian ilmiah secara baik dan benar. Dan agar dapat
menerapkan teknik dan prosedur terhadap penerapan kinesiotaping dan
intervensi latihan stabilisasi terhadap penurunan nyeri akibat cedera
ligamen kolateral medial sendi lutut.
3.
Manfaat bagi pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu
fisioterapi dan menjadi sumbangan pemikiran khususnya bagi
mahasiswa dan fisioterapis pada lingkungan institusi.
Download