BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 State of the art Di

advertisement
9
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of the art
Di dalam State of the art penulis menggunakan beberapa jurnal nasional dan juga
intenasional mengenai brand identity dan new media sebagai acuan untuk menjadi bahan
penopang dari penelitian pembentukan brand identity Indoestri Makerspace.
No
Judul dan Nama
Tahun dan
Metode
Penulis
Tempat
Penelitian
Objek Penelitian
1
An exploration of the Texas,
brand identity-brand
image
linkage:
A
2006
Kualitatif
Meneliti lebih mendalam mengenai
konsep dari brand identity dan
brand
image
communications
komunikasi.
perspective
penelitian,
Nandan, Shiva
dari
perspektif
Berdasarkan
muncul
kesimpulan
bahwa sebagus dan seunik apapun
performa sebuah brand, jika brand
tersebut
gagal
dalam
menyampaikan core benefits-nya
kepada target pasarnya maka misi
sebuah brand akan gagal. Disinilah
peneliti
telah
mengungkapkan
perbedaan antara brand identity dan
brand image. Identitas dan citra
adalah hal yang terpisah dan dalam
praktiknya di dunia nyata brand
10
identity memiliki peranan yang
sangat krusial dalam pembangunan
brand image.
Perbandingan
penelitian
:Penelitian ini tidak membahas
mengenai
elemen
desain
dari
sebuah brand identity, melainkan
menjelaskan mengenai perbedaan
dari brand identity dan juga brand
image dan bagaimana keduanya
saling bersangkutan satu sama lain.
2
Generation Y values
and
lifestyle
segments
Dawn Valentine
Thomas Powers
Penelitian ini berfokus menggali
Alabama,
2013
Kualitatif
lebih dalam mengenai generasi Y
atau yang biasa lebih dikenal
dengan sebutan Millenial lewat
kebiasaannya mengakses informasi
melalui media, gender, dan juga
segmentasi psikografis
Peneliti
menemukan
bahwa
dengan
melakukan
eksplorasi
lebih
mendalam mengenai sub kelompok
secara umum akan dapat lebih
membantu pemasar menargetkan
segmentasi secara lebih efektif.
11
Perbandingan
penelitian
:
Penelitian ini hanya membahas
mengenai segmentasi psikografis
yang mengedepankan gaya hidup
dan perilaku generasi Y dalam
mengakses
media.
Sedangkan
penelitian yang dilakukan penulis
membahas mengenai bagaimana
sebuah
brand
harus
dapat
memproduksi konten kreatif lewat
platform media sosial.
3
Understanding
Generation Y and
their use of social
Tujuan dari penelitian ini ialah
Amerika,
2013
Kualitatif
untuk
mengetahui
media sosial di dalam kehidupan
media: a review and
anak
research agenda
penelitian
Ruth N. Bolton
A. Parasuraman
Ankie Hoefnagels
penggunaaan
muda.
menjelaskan
Pendekatan
ini
ialah
dari
untuk
faktor-faktor
yang
mempengaruhi seperti faktor sosial,
ekonomi,
budaya,
teknologi.
Penjelasan lain yang ada ialah
mengenai peran anak muda dalam
Nanne Migchels
Sertan Kabadayi
mengakses
media
sosial.
Ada
beberapa tipe yang dijelaskan yaitu
menggunakan media sosial sebagai
Throsten Gruber
Yuliya Komarova
sebuah alat untuk berkontribusi,
berbagi, mengkonsumsi, mencari,
berpartisipasi, dan bermain. Media
12
David Solnet
sosial
juga
sarana
digunakan
menyalurkan
pembentukan
sebagai
perasaan,
identitas,
dan
membantu anak muda mencapai
tujuan.
Perbandingan
penelitian
penelitian:
ini
hanya
berfokus
kepada anak muda dan media
sosial. Namun menjadi refrensi
yang
cocok
untuk
mendukung
penelitian yang dilakukan penulis.
4
Menjelaskan
Youth
and
Media:
Studying
New Amerika,
2011
Identity
Kualitatif
dari
mengenai
perubahan
era
dampak
media
tradisional menuju media baru.
Meneliti mengenai bagaimana anak
muda menggunakan media baru
and Meaning in an
sebagai
Evolving
identitas diri di internet. Penelitian
Media
Environment
ini
sarana
juga
pembentukan
membahas
mengenai
komunikasi dua arah yang terjalin
lewat platform media sosial lebih
David R Zemmels
memberikan
nilai
dibandingkan
komunikasi satu arah yang terjadi
dengan media tradisional seperti
televisi, majalah, dan radio. Penulis
juga
membahas
mengenai
perubahan yang terjadi di dalam
kehidupan generasi muda dengan
13
adanya media baru, mulai dari :
hubungan keluarga, bersosialisasi,
praktik
pembelajaran,
dan
mengakses media.
Perbandingan
penelitian:
Penelitian di atas hanya berfokus
terhadap media baru dan bagaimana
hal ini merubah kehidupan generasi
anak
muda.
penelitian
meneliti
Perbedaan
dengan
adalah
penulis
ini
lebih
identitas
lanjut
merek
mengenai
dan
cara
berkomunikasi dengan anak muda
lewat media baru.
5
CARE-ing
for
strategy India, 2007
integration
of
Kualitatif
Menjelaskan
dalam
mengenai
strategi
menggabungkan
antara
brand identity with
brand identity dan brand image.
brand image
Untuk
dapat
mengintegrasikan
brand identity dengan brand image
, kita perlu mencari titik temu
Dilip Roy
antara nilai inti, key features and
benefit,
diferensiasi, kepribadian
dan citra yang terbentuk dari gaya
hidup,
harapan,
pengalaman
,
disposisi, dan diferensiasi.
Sehingga di sini peranan brand
identity
secara
tidak
langsung
memiliki pengaruh pada munculnya
14
brand image. Brand image ini
muncul akibat adanya penafsiran
makna dan persepsi konsumen yang
muncul di benaknya.
Perbandingan
Penelitian
mengenai
ini
penelitian:
tidak
anak
membahas
muda
penggunaan media baru.
Tabel 2.1: State of the Art
2.2 Landasan Konseptual
2.2.1 Brand
Menurut Alma (Buchari Alma : 2007) Brand adalah Suatu tanda atau simbol yang
memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata,
gambar atau kombinasi keduanya. Sedangkan branding adalah menciptakan perbedaan
antar produk (Kotler &Keller : 2009). Branding dapat membantu konsumen mengatur
pengetahuan mereka tentang produk dan jasa dengan cara menjelaskan pengambilan
keputusan mereka dan dalam prosesnya, memberikan nilai bagi perusahaan. Tujuan
branding adalah:
1. Menyampaikan pesan dengan jelas
2. Memastikan kredibilitas anda
3. Mampu menghubungkan target pasar atau konsumen secara emosional
4. Mampu menggerakkan atau memotivasi konsumen
5. Memastikan terciptanya kesetiaan pelanggan
Terdapat tiga fungsi utama brand yaitu :
dan
15
1. Navigasi : brand membantu konsumen dalam mengamil keputusan pembelian dari
banyaknya pilihan yang ada
2. Meyakinkan : merek mengkomunikasikan kualitas intrinsik dari produk atau jasa dan
meyakinkan konsumen bahwa mereka telah membuat pilihan yang tepat
3. Engagement : merek menggunakan visual yang khas dan asosiasi untuk mendorong
pelanggan mempermudah proses identifikasi merek.
Branding menjadi penting, karena hubungan dan impact-nya yang ditimbulkan
bagi dunia dimana masyarakat tidak berhenti mengkonsumsi produk dan semakin
banyak produk & jasa baru bermunculan. Brand mempengaruhi hidup masyarakat
karena mereka adalah bagian dari pilihan dan mempengaruhi keputusan pembelian.
Menurut Rita Clifton, (head of Interbrand), branding adalah “the most important
single corporate assets”, yaitu dimana branding merupakan aset satuan terpenting yang
harus dimiliki oleh perusahaan. Kreasi brand dapat mempengaruhi kebijakan
pemerintahan, trend di dunia sosial dan industri, ekonomi global, dan juga stakeholder
yang memiliki rasa ketertarikan terhadap brand itu sendiri (investor, pegawai,
konsumen, media). People are passionate about brands whether they support them or
not. While some brands inevitably carry a financial status and equity that can make
them powerful, they are ultimately accountable to their audiences.
2.2.1.1 Brand Identity
Menurut Wheeler (Alina Wheeler : 2009) brand identity bersifat nyata dan dapat
diterima indera. Kita bisa melihatnya, memegangnya, mendengarnya dan melihatnya
bergerak. Brand identity membentuk pengakuan, menentukan diferensiasi, dan membuat
ide menjadi dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Brand identity mengambil
elemen berbeda dan menyatukan mereka ke dalam sistem secara keseluruhan. Brand
identity dihasilkan dari elemen yang dapat dikontrol oleh perusahaan, produk, atau jasa
seperti positioning, nama merk, tagline, logo, pesan, dan pengalaman yang ditawarkan.
16
Menurut Perry dan Wisnom (Alycia Perry & David Wisnom : 2005) Brand
Identity memiliki empat kriteria utama. Yang pertama adalah (1) Positioning, yaitu
bagaimana sebuah brand ingin memposisikan produk atau jasanya di mata publik lewat
core essence, positioning statement, key features and benefits, communication attributes,
target market. (2) Verbal, yaitu segala bentuk elemen tertulis seperti nama brand,
tagline, corporate voice. (3) Visual, yaitu proyeksi brand lewat bentuk gambar dan
grafis seperti logo, business papers, packaging graphics, website graphics,
environmental design, dan other communication graphics. (4) Experiental, yaitu
pengalaman bersifat emosional yang ditawarkan oleh sebuah brand seperti layanan
customer service, karyawan, website, dan sales person. Berikut penjelasannya :
1) Positioning :
a. Core essence: Nilai utama dan filosofi yang dipegang sebuah brand, serta cerita
dibalik brand tersebut. Core essence menjadi sangat penting bagi keberlangsungan
sebuah brand, brand dengan fondasi yang kuat tentunya akan memudahkan publik
mengidentifikasi brand tersebut dari banyak persaingan yang ada.
b. Positioning statement: Pernyataan yang dinyatakan sebuah brand sebagaimana ia
ingin dipandang oleh masyarakat. Proses membentuk pernyataan ini, biasanya brand
menonjolkan keunggulannya lewat kata-kata.
c. Target audiences: Target audiens menentukan bagaimana sebuah brand membentuk
strategi branding dan komunikasinya kepada publik. Target audiens juga bisa dikenal
dengan istilah penentuan segmentasi dalam dunia pemasaran.
2) Verbal :
a. Brand name : Menurut Neumeier (Marty Neumeier : 2007) fakta dalam dunia
pemasaran, aset paling bernilai yang dimiliki sebuah brand adalah nama brand itu
sendiri. Pemberian nama brand yang baik harus dapat membedakannya dari kata yang
bersifat terlalu umum. Adapun beberapa poin yang harus dilengkapi sebelum
menentukan nama sebuah brand adalah sebagai berikut :
17
1) berbeda dengan kompetitornya
2) singkat, terdiri dari maksimal empat syllables / ejaan
3) kelayakan
4) mudah diucapkan
5) menyenangkan untuk diucapkan
6) legally defensible
7) URL website masih tersedia
b. Tagline : Sebuah tagline harus datang dari bagaimana sebuah merek ingin dilihat oleh
konsumennya. Dalam membuat tagline syarat yang harus dipenuhi sebuah merek adalah
tidak dapat diakui oleh kompetitornya dan bersifat kredibel serta bernilai di mata
konsumen. Tagline bukan sesuatu yang diucapkan oleh sebuah merek namun apa yang
disuarakan oleh konsumen. (Marty Neumeier : 2007)
c. Corporate voice : Bahasa komunikasi seperti apa yang digunakan sebuah brand
dengan publiknya. Hal ini meliputi cara customer service berbicara di telfon, membalas
email, menuliskan newsletter, dan menyapa konsumen secara langsung.
3) Visual
a. Logo : Logo adalah komponen visual pertama yang dapat dilihat oleh konsumen.
Logo merupakan gabungan dari logotype serta signature sebuah brand yang dikemas
secara sedemikian rupa mewakili karakter serta nilai yang dianut sebuah brand dan juga
menentukan bagaimana persepsi publik terhadap brand tersebut. Komponen-komponen
dalam sebuah logo dapat terdiri dari typeface, simbol, dan juga warna.
b. Enviromental design : Mendesain lingkungan dari sebuah tempat dapat memberikan
pengalaman bersifat emosional bagi konsumen. Architects, space designers, graphic
designers, industrial designers, lighting experts, structural and mechanical engineers,
18
general contractors collaborate with client development teams to create unique
environments and compelling experiences. Warna, tesktur, skala, cahaya, suara,
pergerakan, bau, dan informasi yang dapat diakses bekerja bersama untuk membentuk
sebuah persepsi di dalam lingkungan tertentu. Tidak asing jika sebuah desain dan
suasana dari sebuah tempat makan memberikan atraksi lebih dari makanan yang
disajikan.
4) Experiential
a. Identity experience : Konsumen merasakan nilai yang ditawarkan oleh sebuah brand
melalui beberapa touchpoints. Lewat identity experience, sebuah brand harus dapat
menyampaikan pesan dan nilai yang diangkat oleh brand tersebut didukung oleh
identitas yang sudah terbentuk. Hal ini dapat berupa konten, cara berkomunikasi, dsb.
b. Website : Website yang baik mengerti konsumen dan menghargai kebutuhannya.
Sebuah website harus dapat menjawab beberapa pertanyaan ini : 1) Siapa orang-orang
dibalik brand ini? 2) Mengapa publik harus mengetahui keberadaan website ini? 3) Hal
berguna apa yang bisa saya dapatkan melalui website ini? Mengekspresikan brand
identity yang otentik melalui sebuah website membutuhkan kerjasama antara desainer,
website developer, dan copywriter yang dapat menyampaikan pesan secara baik.
c. Customer service : Cara berkomunikasi dan mutu pelayanan sebuah brand dalam
menjawab pertanyaan dan mengedukasi konsumen juga menjadi faktor penting
terbentuknya citra baik. Layanan customer service idealnya dapat diraih melalui telefon
maupun email.
Menurut Wheeler (Alina Wheeler : 2009) berikut adalah 4 fase dalam membangun
sebuah brand identity, namun dalam penelitian ini penulis akan memfokuskan kepada 3
fase yaitu Clarifying Strategy, Designing Identity, dan Creating Touch Points.
1. Fase Clarifying strategy (Strategi Klarifikasi)
a. Narrowing the focus (menentukan fokus) : Dalam fase kedua ini terdiri dari
analisis, eksplorasi, kesederhanaan, dan kejelasan. Disini sebuah merek harus
19
memiliki fokus yang jelas, menjelaskan esensi merek, bagaimana sebuah merek
ingin dilihat oleh audiens-nya (positioning), dan membentuk ide yang besar.
b. Naming (pemilihan nama) : Melakukan pemilihan nama yang dapat mewakili
keseluruhan nilai dari perusahaan. Pemilihan nama bersifat cukup kompleks dan
membutuhkan ide kreatif yang terbentuk karena proses pemikiran. Sebuah nama
akan sangat memiliki pengaruh yang besar terhadap positioning merek di mata
publik.
2. Fase Designing Identity (Mendesain Identitas)
a. Logotype + Signature : Logotype adalah sebuah kata atau sekumpulan kata
yang dibentuk melalui font, yang dapat bersifat standar, dapat dimodifikasi, atau
secara keseluruhan diubah-ubah. Logotype harus memiliki keunggulan sendiri
dan dapat bertahan untuk jangka panjang. Tipe logotype terbaik adalah yang
merupakan hasil dari eksplorasi tipografi. Dimana desainer memperharikan
secara seksama mengenai formasi huruf (letterform) yang terbentuk dan juga
hubungan antara setiap formasi huruf yang ada.
Sedangkan signature adalah hasil kombinasi dari brandmark dan logotype yang
spesifik.
b. Color (Warna) : Warna digunakan untuk menyentuh emosi dan
mengekspresikan kepribadian sebuah merek. Warna menstimulasi asosiasi merek
dan mengaklerasi diferensiasi merek. Sebagai contoh adalah saat konsumen
mengandalkan kemasan CocaCola dengan warna merah, saat kita tidak perlu
membaca tulisan di box hadiah Tiffany & Co untuk dapat mengetahui apa isi dari
kotak tersebut. Kita melihat warna dan saat itulah sebuah impresi terbentuk dan
menghampiri pikiran kita. Memilih warna untuk sebuah identitas yang cenderung
baru mengharuskan adanya pemahaman yang mendalam terhadap teori warna
dan visi yang jelas tentang bagaimana sebuah merek ingin diartikan.
20
c. Typography (Tipografi) : Tipografi merupakan inti dari keefektifan sebuah
identitas merek. Tipografi harus dapat mendukung strategi positioning dan
hirearki informasi. Memilih font mengharuskan adanya pengetahuan dasar
mengenai fungsi dari tipografi itu sendiri. Typeface nya harus bersifat
fleksibel dan mudah digunakan dan harus dapat menyajikan bentuk variasi
ekspresi yang luas.
d. Sound : Suara memiliki peranan yang sangat kuat dalam pembentukan
identitas terutama dalam memberikan pengalaman yang bersifat emosional
(emotional experiences). Suara bisa mulai dari playlist musik di suatu tempat
tertentu, juru bicara, jingle , hingga customer service.
3. Fase Creating Touchpoints (Membentuk Nilai Sentuh)
a. Trademark Process : Sebuah brand identity yang berbeda dan unggul dari
kompetitornya dapat membantu sebuah brand menjaga nilai dan aset yang
penting ini. Nama, simbol, logotypes, tagline, slogan, kemasan, desain produk,
warna, dan suara adalah aset dari sebuah brand identity dan bisa didaftarkan ke
pemerintah dan negara untuk menghindari dari munculnya legitasi.
b. Collateral Design : Cara terbaik meraih dan berkomunikasi dengan konsumen
adalah menyediakan media informasi mengenai apa produk atau jasa yang
ditawarkan melalui pembentukan desain kolateral. Bentuk dari desain kolateral
bisa berupa brosur atau buletin brand yang dapat mengedukasi konsumen dan
meningkatkan kemungkinan dilakukannya pembelian.
c. Website : Website adalah rumah dari sebuah brand dimana konsumen dapat
merasakan pengalaman emosional lewat konten, visual, suara, dan movement
yang engaging. Sebuah website dapat menjadi sebuah hal terbaik setelah realita
jika bersifat user friendly dan cepat diakses. Website yang baik mengerti
konsumen dan menghargai kebutuhannya. Sebuah website harus dapat menjawab
beberapa pertanyaan ini :
21
1) Siapa orang-orang dibalik brand ini?
2) Mengapa publik harus mengetahui keberadaan website ini?
3) Hal berguna apa yang bisa saya dapatkan melalui website ini?
Mengekspresikan brand identity yang otentik melalui sebuah website
membutuhkan kerjasama antara desainer, website developer, dan copywriter
yang dapat menyampaikan pesan secara baik.
d. Signage : Mulai dari jalan kota, museum, hingga bandara, fungsi signage
adalah sebagai alat identifikasi, informasi, hingga periklanan. Signage pada toko
retail yang efektif dapat meningkatkan penjualan. Kota-kota di seluruh dunia
secara rutin melakukan revisi terhadap signage yang ada agar dapat membentuk
sebuah lingkungan yang mendukung citra dari bagaimana sebuah komunitas
ingin dipandang dan untuk membentuk standar regulasi perlindungan keamanan
publik.
e. Environments : Mendesain lingkungan dari sebuah tempat dapat memberikan
pengalaman bersifat emosional bagi konsumen. Architects, space designers,
graphic designers, industrial designers, lighting experts, structural and
mechanical engineers, general contractors collaborate with client development
teams to create unique environments and compelling experiences. Warna,
tesktur, skala, cahaya, suara, pergerakan, bau, dan informasi yang dapat diakses
bekerja bersama untuk membentuk sebuah persepsi di dalam lingkungan tertentu.
Tidak asing jika sebuah desain dan suasana dari sebuah tempat makan
memberikan atraksi lebih dari makanan yang disajikan.
2.2.1.2 Brand Image
Brand image merupakan persepsi konsumen tentang suatu brand, yang
dicerminkan oleh asosiasi merk (brand association) yang tertanam di benak konsumen.
Setelah brand awareness terbentuk, maka pemasar bisa melakukan penekanan dalam
pembentukan brand image.
22
Menurut Kevin Lane Keller (2013 : 76) Konsumen dapat membentuk asosiasi
merek dalam berbagai cara selain kegiatan pemasaran, mulai dari pengalaman secara
langsung, online surfing, word of mouth dan asumsi yang konsumen hasilkan mengenai
sebuah brand dari nama, logo, tempat, serta acara yang diselenggarakan.
Menurut Roy (Dilip Roy : 2007) sebuah brand dapat diidentifikasi dan dibedakan
dari para kompetitornya. Hal ini dapat diraih melalui nama sebuah brand, tanda, simbol,
atau kombinasi dari semuanya. Untuk pemasar , merek adalah apa yang mereka buat
untuk konsumen . Bagi konsumen , itu adalah apa yang ingin mereka beli. Kedua kutub
yang berbeda dari pemahaman ini mengarahkan untuk memandang elemen sebuah
brand dari dua sudut utama :brand identity dan brand image .
Menurut Roy (Dilip Roy :2007) Untuk dapat mengintegrasikan brand identity
dengan brand image , kita perlu mencari titik temu antara nilai inti, key features and
benefit, diferensiasi, kepribadian dan citra yang terbentuk dari gaya hidup , harapan ,
pengalaman , disposisi , dan diferensiasi. Jika titik pertemuan dapat benar diperbaiki ,
kesenjangan antara sisi masing-masing dapat diminimalkan. Sehingga di sini peranan
brand identity secara tidak langsung memiliki pengaruh pada munculnya brand
image.Brand image ini muncul akibat adanya penafsiran makna dan persepsi konsumen
yang muncul di benaknya.
Menurut Kriyantono, citra yang terbentuk bukan hanya dilakukan seorang
public relations sendirian, tetapi perilaku seluruh unsur perusahaan (karyawan, manajer,
dan lainnya) ikut andil dalam pembentukan citra ini, baik disadari atau tidak. Dengan
kata lain citra yang terbarung adalah citra keseluruhan yang dibangun dari semua
komponen perusahaan. Citra positif merupakan langkah penting menggapai reputasi di
mata khalayak. Ada empat lapis reputasi yang perlu dikelola public relations, yakni:
reputasi personal para eksekutif dan karyawan (personal branding); reputasi produk dan
jasa yang ditawarkan (product branding); reputasi korporat (corporate branding), dan
reputasi industri (industrial branding).
23
Citra dimulai dari identitas brand atau perusahaan sebagai titik pertama yang
tercermin melalui nama perusahaan (logo) dan tampilan lainnya seperti laporan tahunan,
brosur, kemasan produk, company profile, interior kantor, seragam karyawan,
newsletter, iklan, pemeritaan media, materi tertulis maupun audiovisual. Identitas juga
berbentuk non fisik seperti nilai-nilai dan filosofis perusahaan, pelayanan, gaya kerja
dan komunikasi, baik internal maupun eksternal.
Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan bahwa citra merek
adalah kumpulan kesan dan persepsi yang ada di benak konsumen mengenai suatu
merek yang dirangkai dari informasi yang konsumen terima terhadap merek tersebut.
2.2.2 Public Relations
Publik adalah sebuah grup yang potensi sebuah perusahaan untuk mencapai
objektifnya. Public relations (PR) meliputi variasi program dan kegiatan untuk
mempromosikan serta meningkatkan citra sebuah perusahaan.Perusahaan yang bijak
melewati beberapa langkah untuk membangun hubungan yang harmonis dengan public.
Mayoritas perusahaan yang ada memiliki departemen public relations nya sendiri yang
berfungsi untuk melakukan monitoring sifat baik dari publik internal maupun eksternal
dan mendistribusikan informasi serta melakukan komunikasi untuk membangun citra
yang baik. (Ardianto : 2009)
2.2.2.1 Fungsi Public Relations
Fungsi atau peranan adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya
dilakukan oleh public relations sesuai dengan kedudukannya. Public relations dikaitkan
berfungsi apabila dia mampu melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik, berguna
atau tidak dalam menunjang tujuan perusahaan dan menjamin kepentingan publik.
Secara garis besar fungsi public relations adalah: (Kriyantono : 2008)
a. Memelihara komunikasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya
(maintain good communication).
b. Melayani kepentingan publik dengan baik (serve public’s interest).
24
c. Memelihara perilaku dan moralitas perusahaan dengan baik (maintain good
morals & manners).
2.2.2.2 Tools of Public Relations
Membangun sebuah merek baru lewat aktifitas public relations membutuhkan
lebih banyak waktu dan kreatifitas, namun jika kita dapat memaksimalkan penggunaan
alat public relations dengan baik, maka hasil akhirnya dapat menjadi lebih baik
dibandingkan periklanan. Public relations terdiri dari beberapa alat yang dapat
digunakan untuk menarik perhatian dan menciptakan word of mouthdi sekitar publik.
Alat-alat public relations ini dikenal dengan singkatan PENCILS yang terdiri dari :
(Kriyantono : 2008)
1.
Publications (publikasi)
Kebanyakan informasi dan berita yang muncul di media massa bersumber dari
praktisi PR sebuah perusahaan atau organisasi dan bersifat tidak berbayar. Disini
bentuk penyebaran informasinya dapat berupa press kit berisikan press release,
artikel, atau company newsletter serta data-data yang mendukung seperti foto
atau video yang diperlukan untuk kepentingan penulisan media (Glen M. Broom
: 2009). Corporate identity materials juga dapat membantu sebuah perusahaan
agar lebih mudah dikenali oleh publik seperti logo, seragam perusahaan,
stationery, kartu nama, dsb (Kotler &Armstrong : 2012)
2.
Events (acara)
Perusahaan dapat membangun citra dan menarik perhatian publik dengan
menyelenggarakan
berbagai
macam
bentuk
event
mulai
dari
news
conference,media gatherhing, pameran, outing, kontes, dan acara anniversary
yang juga melibatkan publik.
25
3.
News (berita)
Tugas utama seorang praktisi PR adalah untuk mencari atau membuat berita
yang dapat meningkatkan citra baik sebuah perusahaan, produk, jasa, dan orangorang yang terlibat di dalamnya. Berita ini nantinya juga harus dapat menjangkau
media lewat kehadiran media massa pada penyelenggaraan press conference
maupun penyebaran press release dan juga lewat aktivitas media relations yang
dilakukan oleh sebuah brand.
4.
Community involvement (keterlibatan komunitas)
Seorang praktisi PR dapat menggunakan berbagai macam alat untuk mengirim
dan menerima pesan serta berinteraksi dengan komunitas seperti media massa
lokal, komunikasi face 2 face, gathering, dan mengundang komunitas untuk
hadir dalam acara yang diselenggarakan perushaaan untuk membangun
hubungan baik dengan key opinion leaders. There is also the practice of what
some have called “strategic giving” whereby the good works of an organization
or business directly tie into the branding of its products, goods, or services.
Membangun hubungan dengan komunitas menjadi sangat penting seperti yang
sudah dikemukakan lewat strategi memberi, dimana pengaruh baik yang dimiliki
oleh sebuah bisnis atau organisasi mempengaruhi secara langsung citra brandnya, mulai dari produk maupun jasa (Larry F. Lamb & Kathy Brittain McKee :
2005 ).
5.
Identity Media
Membentuk sebuah idenitas brand memiliki kaitan yag cukup erat dengan peran
praktisi public relations dalam mengembangkan identity media-nya. Hal-hal ini
mencakup desain logo, implementasi: stationery, signage, dekorasi, dan layout
kantor, seragam, dan juga gaya fotografi yang digunakan sebagai material
promosi sebuah brand. (Kim Harrison : 2011)
6.
Lobbying
26
Salah satu keterampilan yang wajib dimiliki oleh seorang praktisi PR adalah
melobi.Melobi adalah dimana seorang pr melakukan aktivitas dengan tujuan
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan legislatif dan pembentukan
regulasi oleh pemerintah terkait suatu isu tertentu yang berpengaruh dalam
kelangsungan
perusahaan.
Dalam
praktiknya,
kegiatan
melobi
harus
dikoordinasikan dengan berbagai bentuk usaha (effort) kegiatan public relations
lainnya melalui masyarakat yang bukan bagian dari pemerintah.
7.
Social Responsibility
Pekerjaan public relations untuk membuat program-program yang bermanfaat
bagi kepentingan dan kesejahteraan sosial. Beberapa aspek dalam tanggung
jawab sosial ini dapat meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan
kesejahteraan sosial.
2.2.2.3
Tren Teknologi dalam public relations
Walaupun praktisi public relations memiliki kewajiban mempromosikan hal-hal
positif dan menjadi jembatan komunikasi antara klien dengan publik, beberapa dari
mereka juga mempromosikan publisitas untuk citra organisasi, produk, maupun jasa.
Metode public relations sudah berkembang dari menggunakan alat tradisional seperti
publikasi cetak menuju publisisitas hasil dari strategi komunikasi pemasaran seperti
munculnya viral website campaign untuk produk dan juga film layar lebar. Viral
campaign termasuk video klip online, permainan, pesan verbal dan penggunaan media
sosial seperti Facebook, YouTube, Instagram, dan Blog yang dapat secara mudah
disebarkan secara viral. Walaupun dengan semakin banyaknya pilihan media untuk
berbagi pesan, namun kemampuan utama yang paling penting dimiliki seorang praktisi
Public Relations adalah kemampuan menulis dan melakukan riset untuk mengerti
audiens, klien, dan proses komunikasi yang ingin dijalankan. Untuk memaksimalkan
aktivitas public relations yang ada, PENCILS menggunakan kedua tools berikut ini.
(Straubhaar, LaRose, Davenport : 2014)
27
2.2.2.3.1
Traditional Tools
News release (cetak, digital, elektronik) adalah berita yang ditulis dengan informasi
terbaru seputar produk, jasa, campaign, maupun event yang diselenggarakan oleh sebuah
perusahaan dan disebarkan kepada media massa dengan harapan cerita tersebut akan
dipublikasikan. Dari pandangan public relations, news release yang berhasil adalah
berita yang dipublikasikan tanpa adanya proses editing ulang.
Media atau press kit adalah kumpulan dari materi yang dimiliki oleh sebuah
merek atau perusahaan terdiri dari cover letter, news release, foto-foto yang layak
diterbitkan, brosur, biografi, kartu nama, dan segala bentuk informasi di dalam format
yang berbeda untuk media gunakan. Media kit dapat berbentuk CD atau link yang ada di
website perusahaan.
2.2.2.3.2
New Tools
Video News Release (VNR) adalah sebuah rilis berita yang bersifat professional
dan siap disiarkan di televisi yang dikirim melalui organisasi berita sebagai konten
potensial untuk berita penyiaran. Platform baru yang juga dipakai sebagai alat baru bagi
praktisi public relations adalah media sosial.
2.2.3 New Media
Media baru (new media) memperkenalkan cara alternatif untuk hidup, dengan
jutaan aktivitas yang dilakukan seperti berbelanja, mencari informasi kesehatan,
membaca berita, menjaga hubungan dengan teman secara online. Media baru juga
merubah gaya hidup di dalam populasi anak muda. Anak muda tidak mudah didekati
dengan media massa yang konvensional, mereka menghabiskan waktunya bermain
dengan iPod, telepon selular, permainan video, mengurus identitasnya di Facebook
sehingga memiliki hanya sedikit waktu untuk mengakses koran atau televisi.
(Straubhaar, LaRose, Davenport : 2014)
Berbeda dengan percakapan yang dilakukan di dunia nyata, lewat media baru,
konten dan percakapan yang terjalin dapat dinikmati oleh banyak orang dalam jangka
28
waktu yang cukup lama. Dengan adanya media baru maka akan semakin banyak pihakpihak yang terlibat dalam proses penyebaran pesan di lingkungan pertemanan dan
pengikut mereka di media sosial. Maka dari itu seorang praktisi pemasaran tidak dapat
mengontrol pesan yang tersebar, lewat media sosial sebuah merek dapat menjalin
engagement dengan konsumen yang tinggi dibandingkan dengan media tradisional satu
arah, dan percakapan yang terjalin juga dapat memberikan nilai lebih bagi sebuah merek
lewat observasi pasif yang dilakukan orang lain.
2.2.3.1
Media Sosial
Media sosial merupakan salah satu channel terbesar dan berpengaruh dalam
dunia media baru (new media). Media baru berbeda dengan media iklan lainnya karena
pesan yang disampaikan dapat dihasilkan oleh berbagai macam sumber, mulai dari
influencers, individuals, dan customers. Media sosial memiliki karakteristik berbeda
yaitu tidak menjalankan komunikasi satu arah antara penyampai pesan dengan publiknya
namun membentuk percakapan di antara sebuah merek dan publik (Guy R. Powell,
Steven W. Groves, dan Jerry Dimos : 2011)
Media sosial saat ini merupakan genre online yang paling populer, dikutip dari
Nielsen, 2011 bahwa seperempat dari waktu santai masyarakat dunia dipergunakan
mengakses media sosial.Situs media sosialseperti Facebook, Twitter, Instagram,
YouTube, dan Snapchat menjadi tools baru bagi praktisi Public Relations untuk
mengumpulkan hasil pencarian data dan sebagai sebuah alat menyebarkan pesan kepada
publik.
Menurut Harrison (Kim Harrison : 2011) media sosial menjadi bagian dari
budaya berkomunikasi dalam jangka waktu yang cukup lama, namun dalam faktanya
media sosial masih terkesan sangat baru. Blog sudah digunakan sejak tahun 2001,
Linkedin sejak tahun 2003, Facebook sejak tahun 2004, YouTube sejak tahun 2005, dan
Twitter sejak tahun 2006. Untuk mengikuti perkembangan aplikasi media sosial yang
ada, berikut adalah tiga dimensi dari media sosial:
1. Media sosial memberikan akses bagi setiap individu untuk mengunggah konten
29
kreatif di dunia maya; menyediakan timbal balik secara langsung melalui forum
diskusi online, komentar, dan perbaikan dari konten orisinil yang sudah ada.
2. Media sosial memaparkan contoh nyata alat online yang masyarakat gunakan
untuk berbagi konten, profil, masukan, pengalaman, perspektif. Dan media itu
sendiri memfasilitasi perbincangan dan interaksi yang terjadi di antara
sekelompok orang melalui dunia maya.
3. Media sosial adalah demokratisasi dari konten serta pemahaman akan bagaimana
manusia memproses informasi mulai dari membaca dan berbagi konten untuk
orang lain. Hal ini merupakan titik perubahan dari sistem memperoleh informasi
dan berkomunikasi.
Dalam bukunya yang berjudul Brand Famous (Linzi Boyd : 2014) memaparkan
tiga tahap awal bagi sebuah brand dalam masuk ke dalam media sosial:
1. Membuat akun di Facebook, Twitter, Instagram, dan YouTube
2. Mengunggah konten ke dalam media sosial yang dipakai setiap hari
3. Membuat perencanaan media sosial, hal ini bisa dimulai dengan
menulis konten yang ingin dipublikasikan setiap bulan bahkan untuk
jangka waktu satu tahun kedepan.
2.2.3.1.1
Platform Media Sosial
Ada beberapa platform yang paling sering digunakan oleh publik, di antaranya
adalah Facebook, Instagram, Linkedin, Twitter, YouTube, dan Tumblr. Platform
tersebut digunakan untuk dapat membentuk perbincangan dengan publik. Sebuah brand
harus mengetahui dengan siapa dia berbicara dan kenapa. Karena target audiens akan
menyebarkan konten yang diproduksi, apa yang brand katakan, dan melakukan interaksi
dengan anda secara online. Lewat penelitian ini, fokus peneliti adalah platform media
sosial Instagram yang digunakan Indoestri Makerspace dalam melakukan bentuk
komunikasi dan konten kreatif untuk membangun percakapan dengan publik terutama
anak muda (Linzi Boyd : 2014).
30
2.2.3.1.1.1 Instagram
Menurut Diamond (Stephanie Diamond : 2013) Instagram diluncurkan pada
tahun 2010 dan langsung ramai di jagat media sosial. Dan sekarang Instagram telah
digunakan oleh 80 juta pengguna juga telah diakuisisi oleh Facebook. Pada September
2012, Mark Zuckerberg melaporkan bahwa Instagram telah digunakan oleh 100 juta
orang. Seperti halnya dengan Pinterest, pertumbuhannya yang luar biasa dilengkapi
dengan kemampuan untuk berbagi foto di berbagai platform sosial. Berikut adalah
beberapa hal yang membuat Instagram menjadi alat penting dalam media sosial.
-
Profil: Anda dapat membuat profil Anda sendiri yang dilengkapi dengan foto.
Buat profil semenarik mungkin untuk menarik pengunjung baru.
-
Pengikut (followers): Orang-orang dapat mengikuti merek yang ada di
Instagram begitu pula sebaliknya.
-
Tanda pagar (hashtag): Dengan menciptakan tagar di Instagram, komunitas
yang anda tuju dapat menemukan akun Instagram anda dengan mudah.
-
Tag lokasi: Para pemasar dapat memasukkan lokasi foto saat mereka
mengunggahnya sehingga foto tersebut dapat dikenal dengan area tertentu
dan dapat dicari menggunakan lokasi tersebut. Hal ini penting untuk bisnisbisnis lokal.
-
Kontes foto: Perkembangan dari berbagi foto adalah gagasan untuk
mengadakan kontes foto. Bentuk dan fitur Instagram yang interaktif dapat
memberikan kesempatan pemilik brand untuk menjadi kreatif dan
menyelenggarakan kontes foto yang melibatkan pengikut mereka.
Instagram adalah platform yang paling tepat untuk berbagi konten dalam bentuk
visual. Entah itu foto produk maupun kegiatan sehari-hari. Salah satu platform yang
wajib dimiliki oleh brand yang menggunakan konten berupa visual dan storytelling
untuk berkomunikasi dengan publik.
31
2.2.3.2 Bercerita di Media Sosial
Menurut Byod (Linzi Byod : 2014) hadir di dalam dunia online adalah kunci
untuk dapat berkomunikasi dengan dunia. Menjadi global memang bukan hal yang
mudah : menggunakan platform online seperti media sosial untuk menjangkau publik
secara viral membuat distribusi informasi menjadi mudah untuk dicapai oleh sebuah
brand. Melakukan ekspansi juga menjadi mudah dan dapat membantu brand dalam
membuat langkah menjangkau pasar internasional. Digital PR dan media sosial adalah
era baru dalam berkomunikasi dan membangun sebuah brand yang kuat. Salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan menyatukan campaign kreatif dalam digital PR dan
media sosial dengan bagaimana sebuah brand ingin pesannya diterima oleh publik. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan hal bercerita di platform media sosial yang digunakan
oleh sebuah brand.
Salah satu alasan sulitnya membuat cerita bisnis adalah kenyataan bahwa orang
tidak mengetahui secara jelas tentang pengertian cerita bisnis itu sendiri. Jenis cerita apa
yang bisa sebuah brand ceritakan kepada para konsumennya untuk mengembangkan
hubungan brand dengan publik? Berikut beberapa kategori cerita yang dapat digunakan
untuk penyusunan konten di media sosial:
-
Cerita yang diceritakan oleh pelanggan: Sebuah brand ingin menceritakan
cerita yang mencerminkan suatu komunitas. Cerita-cerita yang diceritakan
oleh pelanggan, tentu saja merupakan tulang punggung media sosial. Sebuah
brand perlu memainkan peranan aktif dalam menerbitkan cerita-cerita
tersebut dan membuatnya menjadi bagian dari brand-nya. Dalam hal ini bisa
dilakukan dengan menampilkan kisah-kisah konsumen karena itulah yang
paling menarik.
-
Cerita tentang perusahaan: Kisah-kisah ini sedikit lebih sulit untuk
dikembangkan karena tidak menceritakan tentang kehebatan sebuah brand /
perusahaan. Jenis-jenis cerita ini adalah cerita yang beredar di situs web dan
materi promosi sebuah brand, sehingga jarang dipercaya oleh konsumen.
Cerita yang ingin disampaikan adalah cerita yang mengisahkan tentang cara
32
perusahaan melayani pelanggan.
-
Cerita tentang industrinya dan orang-orang di dalamnya: Sebagian industri
memiliki cerita-cerita tentang tren yang menarik dan gagasan-gagasan yang
menjelaskan semua yang mereka lakukan. Sehingga menjadi sangat penting
untuk terhubung dengan topik-topik saat ini dan menghubungkannya dengan
apa yang sebuah brand lakukan.
-
Cerita dari para pemimpin dan mentor yang menginspirasi: Terkadang cerita
terbaik datang dari para mentor yang menginspirasi banyak orang. Sebuah
brand perlu menarik cerita dari para pemimpin besar dalam sebuah industri
yang bersangkutan dan jika perlu mengutipnya. Seperti cerita tentang Steve
Jobs datang dengan gagasan dalam mengembangkan produknya.
Konten yang baik pada akhirnya akan melakukan beberapa hal, baik untuk
pelanggan potensial maupun para pelanggan yang ada. Dalam praktiknya, konten harus
dapat melakukan hal-hal berikut ini (Stephanie Diamond : 2013):
-
Mendidik: Mengajarkan kepada pelanggan hal-hal yang perlu dia ketahui
tentang produk tersebut dan cara menggunakannya.
-
Menghibur: Menyajikan informasi dengan cara yang menyenangkan dan
menarik.
-
Membujuk: Membantu pelanggan menghilangkan keberatan-keberatan yang
mungkin mereka miliki sehingga kemudian membeli produk atau jasa
tertentu.
-
Mengisahkan sebuah cerita: Menyajikan informasi dalam format yang dapat
disesuaikan sesuai kebutuhan setiap pelanggan. Tampilan visual lewat
Instagram melibatkan imajinasi pelanggan dan membantu mereka merasakan
emosi yang sebuah brand ingin timbulkan.
-
Berbagi: Salah satu tes akhir dari konten yang hebat adalah melihat jika
konten dapat dibagikan. Ketika orang mengirim konten sebuah brand ke
lingkaran orang-orang yang mereka percaya, berarti brand tersebut sudah
berhasil mencapai tujuan.
-
Temuan:
Pelanggan
yang
menginginkan
informasi
harus
dapat
33
menemukannya beradasarkan pada optimasi mesin pencari (SEO) seperti
Google.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan judul penelitian yaitu “Analisis Pembentukan Brand Identity
Indoestri Makerspace”, berikut adalah kerangka penelitian yang disusun oleh penulis :
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Indoestri Makerspace menjalankan fungsi public relations dalam rangka
mensosialisasikan brand-nya dengan tujuan semakin dikenal oleh masyarakat. Lewat
PENCILS, Indoestri Makerspace mengedepankan community involvement, news, event,
dan social responsibility. Seiring dengan aktifitas public relations yang dijalankan,
Indoestri Makerspace juga turut memperkenalkan brand-nya kepada publik lewat
pembentukan identitas atau brand identity.
Teori brand identity yang diterapkan dalam penelitian ini ialah adanya empat
elemen yang mendukung satu sama lain demi menyukseskan pembentukan identitas,
yaitu positioning, visual, verbal, dan experiential. Hasil dari kegiatan public relations
serta pembentukan brand identity ialah terbentuknya brand image yang baik bagi brand
Indoestri Makerspace. Citra baik yang muncul ini kemudian membuka peluang bagi
34
Indoestri Makerspace untuk berkolaborasi dan mendapatkan partner-partner yang
kredibel.
Download