BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial (Stanton, 2005). Beberapa ahli memberikan bermacam-macam definisi tentang pemasaran antara lain: a) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2007). b) Pemasaran adalah sistem kelas keseluruhan dari kegiatan bisnis atau yang ditujukan mempromosikan untuk dan merencanakan, mendistribusikan menentukan barang dan jasa harga, yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swastha et. al., 2000). Dari definisi diatas, dapat diterangkan bahwa arti pemasaran jauh lebih luas daripada arti penjualan. Pemasaran mencakup usaha perusahaan yang dimulai dengan mengidentifisikasi kebutuhan pelanggan yang perlu dipuaskan, Universitas Sumatera Utara menentukan produk yang hendak diproduksi, menentukan harga produk yang sesuai, menentukan cara-cara promosi dan penyaluran atau penjualan produk tersebut. 2.2 Pemasaran Jasa Didalam proses menjual atau menyalurkan suatu produk baik barang maupun jasa kepada pelanggan, perusahaan perlu melakukan kegiatan pemasaran. Namun, kegiatan pemasaran yang dilakukan perusahaan terhadap produk berupa barang, tentunya akan berbeda dengan produk berupa jasa karena jasa tidak berwujud fisik seperti halnya barang. Menurut Kotler (2007), jasa didefinisikan sebagai setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Jasa memiliki empat karakteristik yaitu: 1. Tidak berwujud (intangibility): tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli. 2. Tidak terpisahkan (inseparability): umumnya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dengan pelanggan adalah ciri khusus dari pemasaran jasa dan sangat mempengaruhi hasil jasa. 3. Beranekaragam (variability): jasa itu sangat bervariasi karena tergantung pada siapa yang menyediakan dan dimana jasa itu dilakukan. Universitas Sumatera Utara 4. Mudah lenyap (perishability): jasa tidak bisa disimpan. Mudah lenyapnya jasa tidak jadi masalah bila permintaan tetap karena mudah untuk terlebih dahulu mengatur staf untuk melakukan jasa itu. Bila permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit. Contohnya perusahaan transportasi seperti perusahaan penerbangan harus menyiapkan extra flight dan perusahaan transportasi bus antar kota dan provinsi yang harus menyediakan armada tambahan untuk mengangkut penumpang pada saat peak season (hari- hari puncak seperti musim liburan dan lebaran). Kotler (2007) membagi jasa menjadi beberapa kategori sebagai berikut: 1. Barang berwujud murni. Merupakan barang berwujud, dimana tidak ada jasa yang menyertainya. Seperti sabun, pasta gigi, atau garam. 2. Barang berwujud yang disertai jasa. Terdiri atas barang berwujud yang disertai oleh satu atau beberapa jenis jasa. Misalnya: ruang pameran, pemeliharaan dan perbaikan produk melalui garansi. 3. Campuran barang dan jasa berada dalam porposi yang sama. Contohnya, makan di restoran lengkap dengan pelayanannya. 4. Jasa utama yang disertai barang dan jasa tambahan. Tawaran tersebut terdiri atas jasa utama bersama dengan jasa tambahan atau barang pendukung. Contohnya, penumpang pesawat membeli jasa utama yaitu jasa penerbangan sedangkan membeli makanan dan Universitas Sumatera Utara minuman di pesawat sebagai barang pendukung. 5. Jasa murni Kategori ini hanya murni terdiri dari jasa. Contohnya, perusahaan bus antar kota dan provinsi yang tidak menyediakan makanan atau minuman bagi penumpang diperjalanan. Bauran pemasaran jasa merupakan pengembangan dari bauran pemasaran tradisional yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. Dalam perkembangannya, bauran pemasaran jasa bertambah tiga elemen terakhir yaitu physical evidence, process dan people yang merupakan elemen-elemen yang khusus diperuntukan untuk bidang jasa. Menurut Tijptono (2006) elemen-elemen bauran pemasaran untuk jasa dapat diartikan sebagai berikut: 1. Product Produk merupakan bentuk penawaran penyedia jasa yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuas kebutuhan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini, produk bisa berupa apa saja (baik yang berwujud fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. 2. Price Keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai kelompok pelanggan. 3. Place Keputusan distribusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para Universitas Sumatera Utara pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik. Misalnya keputusan mengenai dimana lokasi strategis loket bus berada untuk dapat dijangkau penumpang. 4. Promotion Bauran promosi tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa kepada pelanggan aktual dan potensial. Metode-metode tersebut terdiri atas periklanan, promosi penjualan, direct marketing, personal selling dan public relation. 5. Physical Evidence (Tampilan Fisik) Tampilan fisik jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak dapat menilai suatu jasa sebelum memakainya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan pelanggan dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya untuk mengurangi resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. 6. Process Proses produksi atau operasi merupakan faktor penting bagi pelanggan highcontact services, yang juga sering berperan sebagai co-producer jasa yang bersangkutan. Misalnya pengaruh pelanggan restoran terhadap karyawan dalam melayani mereka dan lamanya mereka menunggu selama proses produksi. 7. People Orang merupakan unsur vital dalam pemasaran. Setiap organisasi jasa harus jelas menentukan apa yang diharapkan dari setiap karyawan dalam interaksinya dengan pelanggan. Universitas Sumatera Utara Strategi pemasaran jasa yang harus diperhatikan dan diterapkan oleh perusahaan jasa mencakup tiga unsur pokok yaitu pemasaran eksternal, pemasaran internal dan pemasaran interaktif (Groonroos dalam Kotler, 2007), yaitu: 1. Pemasaran eksternal Merupakan pemasaran tradisional yang biasa diterapkan pada strategi pemasaran tradisional yaitu menyiapkan jasa, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa itu ke pelanggan. Bila hal ini bisa dilakukan dengan baik, maka pelanggan akan ’terikat’ dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang bisa terjamin. 2. Pemasaran Internal Menggambarkan pekerjaan yang dilakukan perusahaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya agar melayani pelanggannya dengan baik. Yang tak kalah pentingnya adalah pemberian penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi. Aspek ini akan membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas, dan rasa ’memiliki’ setiap orang dalam organisasi, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi besar bagi perusahaan dan bagi pelanggan yang dilayani. 3. Pemasaran interaktif Menggambarkan interaksi antara pelanggan dan karyawan. Diharapkan setiap karyawan yang loyal, bermotivasi tinggi, dan diberdayakan (empowered) dapat memberikan total quality service kepada setiap pelanggan dan calon pelanggan. Bila ini terealisasi, maka pelanggan yang puas akan menjalin hubungan berkesinambungan dengan perusahaan yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Segitiga Strategi Pemasaran Jasa Perusahaan Pemasaran Internal Pemasaran Eksternal Pelanggan Pemasaran Interaktif Karyawan Sumber: Groonroos dalam Kotler, 2007 2.3 Relationship Marketing Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin mudah diakses, pelanggan juga semakin kritis dalam memilih dan menggunakan berbagai produk yang membawa manfaat terbaik untuk mereka. Maka dari itu, perlu diperhatikan bagi perusahaan agar mampu membina hubungan (relationship) yang baik dengan pelanggannya melalui proses pemasaran yang handal dalam hal meyakinkan bahwa produk yang ditawarkan adalah yang paling memberikan kepuasan bagi pelanggannya daripada pesaing. Salah satu cara yang perusahaan dapat lakukan untuk menjalin hubungan dan komunikasi yang harmonis dengan pelanggan yaitu dengan menerapkan strategi relationship marketing. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian relationship marketing yaitu: a) Relationship marketing merupakan fokus pada hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya berdasarkan kerjasama dan kolaborasi. Proses yang berkesinambungan dalam melaksanakan aktivitas yang koperatif dan kolaboratif dengan pelanggan untuk menciptakan dan meningkatkan nilai ekonomis bersama dengan biaya yang paling rendah (Amin W. Tunggal, 2008). b) Relationship marketing sebagai upaya menarik, memelihara dan keseluruhan pelayanan organisasi dalam menjaga hubungan dengan pelanggan. Penjualan dan pelayanan kepada pelanggan yang ada dipandang sama pentingnya dalam menyukseskan pemasaran jangka panjang (Berry dalam Wibowo S, 2006). c) Relationship marketing adalah pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan (Chan, 2003). d) Relationship marketing merupakan proses dimana suatu perusahaan membangun aliansi jangka panjang dengan pelanggan dan calon pelanggan, bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang ditentukan. Tujuan tersebut dipenuhi dengan memahami kebutuhan pelanggan, memperlakukan pelanggan sebagai mitra, menjamin bahwa para Universitas Sumatera Utara pegawai memenuhi kepuasan pelanggan dan memberikan kualitas yang baik kepada pelanggan (Evans, Laskin dalam Wibowo S, 2006). e) Relationship marketing adalah proses menciptakan, mempertahankan dan mempertinggi suatu hubungan yang kuat dan bernilai dengan pelanggan serta semua pihak dalam usaha tersebut (Kotler, Amstrong, 2001). Relationship marketing merupakan proses berkelanjutan yang mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin hubungan dan komunikasi jangka panjang dengan pelanggan serta memadukan proses relationship marketing kedalam rencana strategik sehingga memungkinkan perusahaan mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik agar dapat mendefinisikan kebutuhan pelanggan, memberikan kepuasan bagi pelanggannya serta mencapai tujuan perusahaan di masa mendatang. Relationship marketing merupakan suatu hubungan yang harus didasari oleh prinsip ketulusan dan saling mendukung, bukan sekedar hubungan transaksional yang semata-mata karena perintah kerja atau hanya untuk mencapai keuntungan semata. Bila perusahaan mampu memposisikan dirinya sebagai pihak pelanggan dan memandang masalah yang dihadapi pelanggan juga sebagai masalahnya lalu berusaha memecahkannya secara bersama-sama, maka hubungan jangka panjang ini akan dirasakan oleh kedua belah pihak. Menurut Chan (2003), tujuan utama relationship marketing adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan. Customer lifetime value adalah keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan jika pelanggan terus membeli atau Universitas Sumatera Utara menggunakan produk dalam kurun waktu tertentu. Ketika perusahaan telah berhasil mendapatkan dan mengembangkan lifetime value pelanggannya maka kemungkinan besar perusahaan akan mampu mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif lebih murah. Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus-menerus dari dua kelompok pelanggan: pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru. Semakin lama seseorang menjadi pelanggan, maka semakin besar nilai pelanggan tersebut bagi perusahaan. Oleh karena itu, kebijakan pemasaran yang diterapkan dalam kerangka relationship marketing ini harus selalu mempunyai implikasi untuk menjalin ikatan dan mempertahankan pelanggan secara konsisten dan kontinue. 2.3.1 Metode Pendekatan Relationship Marketing Menurut Kotler dan Armstrong (2006) dalam membentuk ikatan atau membina hubungan yang kuat dengan pelanggan, relationship marketing dilakukan melalui 3 metode pendekatan yaitu: 1. Financial benefit (manfaat keuangan atau ekonomis). Pendekatan yang pertama untuk membangun suatu hubungan nilai dengan pelanggan adalah dengan memberikan manfaat keuangan atau ekonomi. Manfaat ekonomis ini dapat berupa penghematan biaya yang di keluarkan oleh pelanggan, pemberian discount-discount khusus pada saat-saat tertentu, pemberian voucher, promo, serta manfaat ekonomis lainnya. Penghematan atas uang yang dikeluarkan merupakan alasan dasar dalam mengadakan hubungan antara pelanggan dengan penyedia layanan. Financial benefits merupakan relational benefit tingkat Universitas Sumatera Utara pertama dimana penyedia layanan menggunakan insentif harga untuk mendorong pelanggan melakukan bisnis terus-menerus dengan penyedia layanan. Financial benefits dapat disebut juga economic benefits. 2. Social benefit (manfaat sosial) Manfaat ekonomis diatas memang sangat perlu tetapi tidak cukup sampai disini saja karena akan mudah ditiru oleh badan usaha lain, sehingga perlu pendekatan yang lain yaitu manfaat sosial. Manfaat sosial membantu badan usaha untuk meningkatkan hubungan dengan mempelajari kebutuhan dan keinginan pelanggan, bahkan memberikan sesuatu yang sifatnya pribadi atau perindividu. Mengetahui secara lebih detail apa yang sekarang ini dibutuhkan oleh para pelanggan tersebut. Social benefit adalah relational benefit tingkat dua dimana penyedia layanan tidak hanya menggunakan insentif harga, tetapi mencari suatu usaha untuk membangun ikatan sosial antara penyedia layanan dengan pelanggan. Persahabatan yang dibina melalui ikatan antara pelanggan dengan penyedia layanan akan menghasilkan manfaat sosial, seperti mengingat nama pelanggan, berinterksi dengan pelanggan, dan sikap karyawan terhadap pelanggan. Manfaat sosial yang di peroleh pelanggan, biasanya dijadikan ukuran untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diterima pelanggan. Social benefit mencakup perasaan kekeluargaan, pengakuan secara individual, dan dukungan sosial. Universitas Sumatera Utara Ukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar manfaat sosial yang diperoleh pelanggan adalah: a) Friendship, adalah hubungan yang erat antara penyedia layanan dengan pelanggan, dimana penyedia layanan mengenal pelanggan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa persahabatan sering terjadi dalam hubungan antara penyedia layanan dengan pelanggan dalam badan usaha jasa, yang merupakan bonus yang tidak nampak (intangible) sebagai layanan tambahan dari layanan inti, seperti mengingat nama konsumen. b) Fraternization, adalah perasaan kekeluargaan yang erat sebagai bagian dari hubungan yang dibangun dalam jangka panjang, seperti keramahan karyawan kepada pelanggan. c) Personal recognition, adalah menerima apa adanya semua pola perilaku, emosi, dan motivasi yang unik dari pelanggan, seperti keluhan-keluhan pelanggan. 3. Structural ties (ikatan struktural) Pendekatan yang ketiga ini bertujuan untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan melalui ikatan struktural. Dalam ikatan struktural, badan usaha berusaha untuk membantu pelanggan dan selalu memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang diperlukan, sehingga pelanggan yang dibantu dan diperhatikan akan merasa sangat dihargai dan lebih puas pada badan usaha, seperti memberikan Universitas Sumatera Utara informasi mengenai produk terbaru. Sructural ties dibagi menjadi dua yakni: 1) Psychological benefit Perasaan aman atau perasaan nyaman pelanggan terhadap penyedia layanan merupalan hal yang perlu diperhatikan. Jika pelanggan merasa tidak nyaman dalam berhubungan dengan penyedia layanan, maka pelanggan bisa meninggalkan penyedia layanan dan akan beralih ke pesaing. Salah satu manfaat yang diterima pelanggan dalam hubungannya dengan penyedia layanan adalah psychological benefit atau manfaat secara psikologis yang diperoleh dari hubungan erat antara penyedia layanan dengan pelanggan adalah perasaan aman atau perasaaan nyaman. Semakin aman atau nyaman seorang pelanggan berinteraksi dengan penyedia layanan, maka pelanggan tersebut semakin setia kepada penyedia layanan. Maka dari itu, psychological benefit diartikan sebagai perasaan untuk mengurangi ketidakpastian, peningkatan kepercayaan, dan merasa nyaman yang ditunjukkan dengan membangun terus-menerus komunikasi antara pelanggan dengan organisasi atau badan usaha penyedia layanan. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar manfaat secara psikologis yang diterima oleh pelanggan adalah : a. Reduced anxiety adalah mengurangi ketidakpastian pelanggan yang mengacu pada suatu keadaan. Universitas Sumatera Utara b. Trust adalah kemauan pelanggan untuk berhubungan dengan penyedia layanan, dimana pelanggan merasa perkataan dari penyedia layanan dapat dipercaya atau dapat dipegang dan dapat dilaksanakan. 2) Customization Benefit Manfaat kedua yang diterima pelanggan didalam structural ties selain psychological benefit adalah customization benefit. Customization benefit adalah cara penyedia layanan memberikan perlakuan khusus kepada pelanggan atas kesetiaaan pelanggan. Customization benefit yang diterima pelanggan bisa termasuk persepsi pelanggan dari perlakuan secara preferential, perhatian khusus atau penghargaan yang bersifat individual dan layanan secara khusus yang tidak diberikan kepada pelanggan yang lain. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui seberapa besar manfaat customization yang diterima oleh pelanggan adalah: a) Preferential treatment adalah perlakuan secara khusus yang diberikan oleh penyedia layanan kepada pelanggan yang disebabkan oleh hubungan baik antara keduanya. Perlakuan secara preferensial diterima oleh pelanggan bila penyedia layanan berusaha memenuhi permintaan layanan secara mendetail dari pelanggan. b) Special service adalah layanan tambahan yang tidak nampak secara fisik yang diberikan kepada pelanggan. Universitas Sumatera Utara c) Extra attention adalah perhatian yang lebih terhadap pelanggan yang diberikan oleh penyedia layanan. 2.3.2 Konsep Inti Relationship Marketing Ada beberapa konsep inti dari relationship marketing, diantaranya menurut Little dan Marandi (2003) adalah sebagai berikut: 1. Orientasi jangka panjang Orientasi jangka panjang merupakan ciri utama relationship marketing. Keberhasilan relationship marketing diukur dari seberapa lama pelanggan terjaga dalam hubungan dengan perusahaan. Dengan demikian relationship marketing juga menyangkut nilai esimasi mengenai nilai sepanjang hidup pelanggan. 2. Komitmen dan pemenuhan janji Untuk dapat menjalin hubungan jangka panjang, relationship marketing menekankan upaya pemeliharaan sikap percaya atau kepercayaan, komitmen dengan menjaga integritas masing-masing melalui pemenuhan janji atau timbal balik, empati diantara kedua belah pihak. 3. Nilai Sepanjang Hidup Pelanggan Perlunya mengidentifikasi pelanggan baru yang berpotensi menjalin hubungan jangka panjang dan kemudian menghitung nilai hidup pelanggan (costumer lifetime value-CLV) agar menguntungkan perusahaan. 4. Pangsa Pelanggan bukan Pangsa Pasar Universitas Sumatera Utara Relationship marketing tidak lagi pada konsentrasi pada pencapaian pangsa pasar melainkan pada upaya untuk mempertahankan pelanggan. 5. Dialog Dua Arah Untuk mencapai hubungan yang diinginkan, maka diperlukan komunikasi dua arah. Relationship marketing memberikan pemahaman yang lebih baik akan tuntutan dan keinginan pelanggan, sehingga memungkinkan penyediaan produk yang sesuai dengan spesifikasi pelanggan. 2.3.3 Karakteristik Relationship Marketing Ada beberapa karakteristik relationship marketing menurut Kotler (2003) adalah sebagai berikut: a. Memfokuskan diri pada para partner dan pelanggan bukan pada produk-produk yang dihasilkan perusahaan. b. Memberikan penekanan terhadap bertahannya dan pertumbuhan pelanggan dari pada perolehan pelanggan baru. c. Menggandalkan lebih banyak mendengarkan dan belajar dibandingkan berbicara. 2.3.4 Faktor Kesuksesan Implementasi Relationship Marketing Menurut Zeithaml dan Bitner (2003) dalam Fandy Tjiptono (2007:420) terdapat tiga faktor kunci sukses implementasi relatinship marketing yaitu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Kualitas jasa inti Basis utama kesuksesan relasi jangka panjang adalah kepuasan dan loyalitas yang terbentuk karena kualitas jasa inti perusahaan yang kompetitif. Jika kualitas jasa inti tidak memenuhi standar, maka akan sulit bagi organisasi jasa untuk menjalin relasi yang baik dengan pelanggannya. 2. Segmentasi pasar Perusahaan wajib mempelajari dan menentukan tipe atau segmen pelanggan yang ingin dijadikan mitra relasi jangka panjang. Melalui proses segmentasi yaitu berdasarkan demografis, geografis, dan behavioral sesuai dengan kriteria measurability, accessibility, substantiality dan actionability, perusahaan memilih pasar sasaran yang dijadikan target. Evaluasi pasar sasaran dilakukan melalui beberapa evaluasi yaitu daya tarik struktural, pertumbuhan masingmasing segmen, tujuan dan sumber daya manusia. 3. Evaluasi relationship Pemantauan relasi yang dibina bisa dilakukan melalui beberapa cara seperti melakukan survey regular untuk memahami persepsi pelanggan terhadap nilai dan kualitas yang diterima, kepuasan terhadap layanan perusahaan dan kepuasan terhadap pelanggan menyangkut identitas diri, frekuensi pembelian, biaya dan pendapatan, seta kontak pelanggan melalui komunikasi dengan pelanggan. Universitas Sumatera Utara 2.3.5 Manfaat Relationship Marketing Menurut Hennig-Thurau dkk (2002), manfaat relationship marketing sebagai keuntungan-keuntungan yang diperoleh pelanggan dari hubungan jangka panjang diatas dan diluar pelayanan jasa yang utama. Manfaat relationship marketing sebagai jumlah total keuntungan yang diterima karena memilih dan tetap menggunakan jasa dari penyedia jasa itu dikurangi dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan (baik secara finansial maupun tidak). Manfaat-manfaat tersebut merupakan hasil dari keterlibatan jangka panjang dengan perusahaan jasa. Zeithaml, dkk. (2006) mengemukakan bahwa manfaat relationship marketing baru akan dirasakan oleh pelanggan ketika menerima layanan yang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan apa yang mereka harapkan atau dapatkan dari perusahaan lainnya. Pelanggan lebih menyukai untuk menjalin hubungan dengan suatu perusahaan yang mampu memberikan layanan berkualitas, kepuasan, dan keuntungan spesifik yang lebih besar dibandingkan pengorbanan yang dikeluarkannya. Ketika perusahaan mampu dengan konsisten menyampaikan nilai dari sudut pandang pelanggan, maka satu manfaat akan dirasakan pelanggan dengan lebih jelas yang akan mendorong mereka untuk mempertahankan hubungan. Pelanggan juga merasakan adanya manfaat dengan cara yang berbeda yaitu melalui asosiasi atau hubungan jangka panjang dengan perusahaan. Terkadang manfaat dari hubungan ini lebih mampu menjaga Universitas Sumatera Utara pelanggan untuk loyal terhadap perusahaan daripada atribut pada jasa inti yang ditawarkan. 2.4 Kepuasan Pelanggan Band (dalam Nasution, 2005) mengatakan bahwa kepuasan tercapai ketika kualitas memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggan. Sebaliknya, bila kualitas tidak memenuhi dan melebihi harapan, keinginan dan kebutuhan pelanggan maka kepuasan tidak tercapai. Pelanggan yang tidak puas terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya akan mencari perusahaan lain yang mampu menyediakan kebutuhannya. Kotler dan Keller (2008) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai tingkat perasaan seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara kenyataan dan harapan yang diterima dari sebuah produk, baik barang dan jasa. Jika jasa yang dipersepsikan kinerjanya lebih rendah dari yang diharapkan, maka pelanggan akan merasa kecewa. Jika persepsi jasa memenuhi atau melebihi harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa puas dan ada kecenderungan pelanggan akan mempergunakan penyedia jasa tersebut kembali. Menurut Tse dan Wilton (Tjiptono, 2009), kepuasan ialah respon pelanggan terhadap evaluasi persepsi atas perbedaan antara harapan awal sebelum pembelian (atau standar kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk sebagaimana dipersepsikan setelah memakai atau mengkonsumsi produk bersangkutan. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan secara sederhana bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja produk yang dirasakan dengan harapannya. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Bagan Konsep Kepuasan Pelanggan Tujuan Kebutuhan dan Perusahaan Keinginan pelanggan Produk Harapan pelanggan terhadap produk Nilai produk Bagi pelanggan Tingkat Kepuasan Pelanggan Sumber: Fandi Tjiptono, 2006 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan pelanggan menurut Gaspersz dalam (Nasution, 2005 : 50) adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan dan keinginan yang berkaitan dengan hal-hal yang dirasakan pelanggan ketika ia sedang mencoba melakukan transaksi dengan produsen/pemasok produk (perusahaan). Jika pada saat itu kebutuhan dan keinginannya besar, harapan atau ekspektasi pelanggan akan tinggi, demikian pula sebaliknya. 2. Pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi produk dari perusahaan maupun pesaing-pesaingnya. Universitas Sumatera Utara 3. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan kualitas produk yang akan dibeli oleh pelanggan itu. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi pelanggan terutama pada produk-produk yang dirasakan berisiko tinggi. 4. Komunikasi melalui iklan dan pemasaran juga mempengaruhi persepsi pelanggan. Bagian pemasaran seharusnya tidak mempublikasikan iklan yang berlebihan dan melewati tingkat ekspetasi pelanggan. 2.4.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan Lupiyoadi (2001) menyebutkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, antara lain: a. Kualitas Produk Pelanggan akan puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Produk dikatakan berkualitas bagi seseorang, jika produk itu dapat memenuhi kebutuhanya (Montgomery dalam Lupiyoadi, 2001). b. Kualitas Pelayanan Pelanggan akan merasa puas bila mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan harapan. c. Emosional Pelanggan merasa bangga ketika orang lain memujinya karena menggunakan merek tertentu. Kepuasan yang diperoleh tidak hanya karena faktor kualitas produk, tetapi nilai sosial atau self-esteem yang membuat pelanggan menjadi bangga. Universitas Sumatera Utara d. Harga Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi. e. Biaya Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu dan tenaga untuk mendapatkan suatu produk cenderung puas terhadap produk tersebut. 2.4.2 Ciri-ciri Kepuasan Pelanggan Kotler (2000) menyatakan ciri-ciri pelanggan yang merasa puas sebagai berikut: a) Loyal terhadap produk Pelanggan yang puas cenderung loyal dimana mereka akan membeli ulang dari produsen yang sama. b) Adanya komunikasi dari mulut ke mulut yang bersifat positif. Komunikasi dari mulut ke mulut (word of mouth communication) yang bersifat positif yaitu rekomendasi kepada calon pelanggan lain dan mengatakan hal-hal yang baik mengenai produk dan perusahaan. c) Perusahaan menjadi pertimbangan utama ketika membeli merek lain. Ketika pelanggan ingin membeli produk yang lain, maka perusahaan yang telah memberikan kepuasan kepadanya akan menjadi pertimbangan yang utama. Universitas Sumatera Utara 2.4.3 Model Pembentukan Kepuasan Dan Ketidakpuasan Pelanggan Mowen dan Minor (dalam Sumarwan, 2003:323) menerangkan teori kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan terbentuk dari model diskonfirmasi ekspektasi (the expectancy disconfirmation model), yaitu menjelaskan bahwa kepuasan atau ketidakpuasaan pelanggan merupakan dampak dari perbandingan antara harapan pelanggan sebelum pembelian dengan kenyataan sesungguhnya yang diperoleh pelanggan dari produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut seharusnya berfungsi (performance expectations). Harapan tersebut adalah standar kualitas yang akan dibandingkan dengan fungsi kualitas atau kualitas yang sesungguhnya dirasakan pelanggan. Fungsi produk yang sesungguhnya dirasakan pelanggan (actual performance) adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas produk tersebut. Setiap produk yang dicoba pelanggan selalu dievaluasi performanya agar sesuai dengan harapannya. Terdapat tiga akibat yang mungkin dihasilkan dari hasil evaluasi produk tersebut, yakni: a. Produk dapat berfungsi seperti yang diharapkan, disebut konfirmasi sederhana (simple confirmation). Produk tersebut tidak memberi rasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan sehingga pelanggan akan memiliki perasaan netral. Universitas Sumatera Utara b. Produk dapat berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, disebut diskonfirmasi positif (positive disconfirmation). Hal ini akan membuat pelanggan merasa puas. c. Produk dapat berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, disebut diskonfimasi negatif (negatif disconfirmation). Bila hal ini terjadi maka akan menyebabkan kekecewaan, sehingga pelanggan merasa tidak puas. Komponen penting dalam evaluasi setelah pembelian yaitu pengurangan ketidakpastian atau keraguan yang mungkin dialami oleh pelanggan mengenai pilihannya. Setelah melakukan pembelian, biasanya pelanggan mencoba meyakinkan dirinya bahwa pilihan yang telah diambilnya tepat, dalam arti tidak jauh berbeda dengan harapannya. Evaluasi setelah pembelian akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Kepuasan akan menyebabkan pembelian atau pemakaian ulang menjadi tinggi. Sebaliknya, ketidakpuasan mengakibatkan penghentian pembelian atau penggunaan produk tersebut. Evaluasi setelah pembelian merupakan umpan balik (feed back) sebagai pengalaman terhadap faktor psikologis pelanggan dan merupakan bahan pertimbangan untuk kepuasan di masa yang akan datang. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Model Diskonfirmasi Ekspektasi Pengalaman produk dan merek Harapan tentang merek seharusnya berfungsi Evaluasi tentang fungsi merek yang sesungguhnya Evaluasi gap antara harapan dengan kenyataan Ketidaksiapan emosional: Merek tidak memenuhi harapan Kepuasan emosional: Fungsi merek melebihi harapan Konfirmasi harapan: Fungsi merek tidak berbeda dengan harapan Sumber: Mowen dan Minor (dalam Sumarwan, 2003:323) 2.4.4 Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan Ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan pelanggannya dan pelanggan pesaing. Kotler dan Keller (2008) mengidentifikasi empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu: 1. Sistem keluhan dan saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang ditempatkan di Universitas Sumatera Utara lokasi-lokasi strategis, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, website, dan sebagainya. 2. Ghost shopping Salah satu cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berpura-pura atau berperan sebagai pelanggan potensial produk perusahaan dan pesaing. Mereka diminta berinteraksi dengan staf penyedia jasa dan menggunakan produk perusahaan. 3. Lost customer analysis Perusahaan harus sebisa mungkin menghubungi para pelanggan yang telah berhenti atau yang telah berpindah ke perusahaan pesaing untuk dapat mengetahui mengapa hal itu terjadi dan sedapat mungkin mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. 4. Survey kepuasan pelanggan Sebagian besar riset kepuasan pelanggan dilakukan dengan metode survey, baik melalui telepon, pos, e-mail, website, maupun wawancara langsung. Melalui survey, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan secara langsung dari pelanggan serta memberikan kesan positif bahwa perusahaan memberi perhatian pada pelanggannya. Gerson (2001), mengemukakan beberapa manfaat dari melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1) Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan prima kepada pelanggan. 2) Pengukuran memberitahukan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan serta bagaimana harus melakukannya. 3) Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada perusahaan, terutama bila pelanggan sendiri yang langsung mengukur kinerja perusahaan dalam memberikan pelayanan. 4) Pengukuran bisa dijadikan dasar penentuan standar kinerja dan prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan menuju peningkatan mutu dan kepuasan pelanggan. 5) Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. 2.4.5 Elemen Program Kepuasan Pelanggan Menurut Tjiptono (2006) terdapat tujuh elemen utama dalam program kepuasan pelanggan yaitu: 1. Barang dan Jasa Berkualitas Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak standarnya harus menyamai para pesaing utama dalam industri yang sama. Universitas Sumatera Utara 2. Relationship Marketing Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia jasa dengan pelanggan dapat membangun bisnis ulangan (report business). 3. Program Promosi Loyalitas Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi antara perusahaan dan pelanggan. Biasanya, program ini memberikan semacam penghargaan khusus seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian barang atau jasa perusahaan. 4. Fokus Kepada Pelanggan Terbaik Sekalipun program promosi loyalitas beraneka ragam bentuknya, namun semuanya memiliki kesamaan pokok dalam hal fokus kepada pelanggan yang paling berharga. 5. Sistem Penanganan Komplain Secara Efektif Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk. Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkan benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Jika ada masalah, perusahaan segera berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain. Universitas Sumatera Utara 6. Unconditional Guarantees Unconditional guarantees dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapkan akan mereka terima. Garansi sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko pembelian oleh pelanggan. 7. Program Pay-For-Performance Program kepuasan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya dukungan sumber daya manusia organisasi. Disamping memuaskan kebutuhan pelanggan, karyawan juga harus dipuaskan juga kebutuhannya. Dengan kata lain total customer statisfaction harus didukung pula dengan total quality reward yang mengaitkan sistem penilaian kinerja dan kompensasi dengan kontribusi setiap karyawan dalam penyempurnaan kualitas dan peningkatan kepuasan pelanggan. Universitas Sumatera Utara