BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada umumnya sebuah perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan atau laba (Profit Oriented). Laba atau keuntungan menurut Rahardja
dan Manurung (2008:133) adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi
biaya total yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan secara teoritis laba adalah
kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba
yang diperoleh harus semakin besar pula. Artinya laba yang didapatkan
perusahaan harus menunjukkan angka yang positif dari waktu ke waktu. Hal ini
dilakukan
untuk
menjaga
kelangsungan
hidup
dan kesinambungan operasi
perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan
tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam mendapatkan laba hanya bisa dicapai
dengan pengelolaan yang baik, salah satunya adalah pengelolaan manajemen
keuangan.
Menurut
Husnan
dan
Pudjiastuti
(2006:4)
fungsi dari manajemen
keuangan yaitu melakukan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan
keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan tersebut perlu dipahami
tentang teori keuangan. Teori keuangan ini menjelaskan mengapa suatu fenomena
di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan perlu diambil
dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu.
Memang pada dasarnya fungsi keuangan itu sendiri terbagi dalam dua
kelompok kegiatan yaitu kegiatan mencari dana dan menggunakan dana. Indikator
2
pengambilan keputusan keuangan tersebut biasanya selalu memperhatikan tingkat
return investasi, jangka waktu pengembalian, nilai waktu uang, prospek investasi
yang digeluti, risiko yang dihadapi dan sebagainya. Dengan kata lain, teori
keuangan
mencoba
menjelaskan
alasan
pengambilan
keuangan.
Struktur
pengambilan
keputusan
yang
keputusan
logis
akan
di bidang
menghasilkan
jawaban yang lebih baik terhadap berbagai pertanyaan normatif seperti bagaimana
seharusnya kebijakan diambil, apabila pengambil keputusan mempunyai sejumlah
teori positif yang mampu menjelaskan konsekuensi pilihan yang akan diambil
seperti dampak yang akan ditanggung apabila perusahaan merubah keputusan
termasuk
mengenai pengelolaan modal yang dimiliki perusahaan agar bisa
berfungsi sebagaimana mestinya (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:4).
Untuk menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti membutuhkan dana
sebagai modal awal. Dana diperoleh berasal dari internal perusahaan dan eksternal
perusahaan. Dana yang berasal dari internal perusahaan didapat dari modal yang
disetor oleh pemilik perusahaan, laba ditahan, dan cadangan perusahaan. Dana ini
disimpan sebagai modal perusahaan sedangkan dana eksternal didapat dari
investor, bank, perusahaan pembiayaan maupun pihak lain berupa hutang. Dana
tersebut kemudian digunakan untuk membeli aktiva lancar maupun aktiva tetap
seperti memproduksi barang dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan
produksi dan penjualan, mengadakan persediaan kas dan lain sebagainya. Dengan
demikian untuk melakukan bisnis setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil
baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Riyanto, 2008:3).
3
Salah satu modal perusahaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya
yaitu aktiva lancar yang terdiri dari Kas, Piutang, dan Persediaan. Ketiga aktiva
ini sangat penting terhadap kinerja perusahaan karena erat kaitannya terhadap
tingkat
profitabilitas.
Apabila
tidak
dikelola
dengan
baik
maka
akan
mendatangkan kerugian, sebaliknya bila dikelola dengan baik akan mendatangkan
keuntungan. Di dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang Kas dan
Persediaan, mengingat bahwa kedua akun tersebut sangat penting dan menunjang
dalam operasi sebuah perusahaan manufaktur.
Menurut
Riyanto
(2008:94)
setiap
perusahaan
dalam
menjalankan
usahanya selalu membutuhkan Kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva
tetap. Pemasukan Kas dan pengeluaran Kas suatu perusahaan dapat bersifat terus
menerus atau kontinyu. Hal ini didasarkan pada kebutuhan, situasi, dan kondisi
perusahaan seperti penjualan tunai, penjualan aktiva tetap yang tidak berlaku,
penyertaan pemilik perusahaan, penerimaan kredit dari bank, pembelian bahan
mentah, pembayaran gaji, pembayaran bunga, pajak, dividen, dan sebagainya.
Untuk itu penerimaan dan pengeluaran Kas dalam perusahaan akan
berlangsung terus selama hidup perusahaan. Dengan demikian, aliran Kas itu
bagaikan darah yang terus menerus mengalir dalam tubuh perusahaan yang
memungkinkan perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya. Kelebihan dari
aliran Kas masuk terhadap aliran keluar merupakan saldo Kas yang akan tertahan
di dalam perusahaan. Besarnya saldo Kas ini akan mengalami perubahan dari
waktu ke waktu karena berbagai faktor. Jumlah saldo Kas yang ada dalam
4
perusahaan akan meningkat apabila aliran kas masuk yang terkumpul lebih besar
daripada aliran kas keluar seperti perubahan dalam tingkat harga, perubahan
politik marketing, keputusan di bidang produksi dan lain sebagainya. Adapun
indikator tingkat keefisienan sebuah kas bukan dilihat dari segi kuantitas saldo
kas, melainkan pada tingkat perputarannya. Perputaran Kas mempunyai pengaruh
positif terhadap rasio profitabilitas, karena dengan Perputaran Kas yang tinggi
akan diperoleh keuntungan yang tinggi pula (Riyanto, 2008:94).
Seperti halnya Kas, menurut Sutrisno (2012:84) Persediaan juga tidak
kalah penting dalam kontribusinya terhadap perusahaan. Persediaan merupakan
bagian utama dari modal, khususnya modal kerja. Sebab dilihat dari jumlahnya
biasanya Persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat
dipahami karena
Persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan
kelancaran operasi perusahaan.
perusahaan tidak
Tanpa ada Persediaan kemungkinan besar
bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan
proses produksi akan terganggu.
Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan,
maupun jasa mempunyai Persediaan. Perbedaan Persediaan untuk masing-masing
perusahaan tersebut adalah jenis Persediaan. Pada perusahaan dagang, sesuai
dengan kegiatannya
perusahaan ini melakukan pembelian barang untuk dijual
lagi, maka Persediaan berupa
bahan barang dagangan dan bahan penolong atau
substitusi serta Persediaan perlengkapan kantor. Perusahaan jasa mempunyai
Persediaan dalam bentuk bahan pembantu atau persediaan yang habis pakai.
Sedangkan untuk perusahaan manufaktur memiliki Persediaan seperti bahan baku,
5
bahan setengah jadi, dan barang jadi. Persediaan yang tinggi memungkinkan
perusahaan
memenuhi
permintaan
yang
mendadak.
Meskipun
demikian
Persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja
yang semakin besar pula. Sebenarnya kunci persoalannya adalah pada kata
mendadak. Apabila perusahaan mampu memprediksi
dengan tepat kebutuhan
akan bahan baku atau barang jadi, perusahaan bisa menyediakan persediaan tepat
pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Pada saat tidak diperlukan,
jumlah Persediaan bisa saja sangat kecil atau bahkan nol. Teknik ini dikenal
sebagai just in time atau zero inventory (Sutrisno, 2012:84).
Adapun alat yang menunjukkan tingkat keefisienan Persediaan dapat
diukur
dengan
menggunakan
perhitungan
Perputaran
Persediaan.
Menurut
Munawir (2007:119) tingkat Perputaran Persediaan menunjukan berapa kali
Persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tinggi
tingkat Perputaran Persediaan tersebut maka modal kerja yang dibutuhkan
(terutama yang harus diinvestasikan dalam Persediaan) semakin rendah. Semakin
tinggi tingkat Perputaran Persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian
yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen,
di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap
Persediaan
tersebut.
Dengan kata lain,
semakin tinggi tingkat Perputaran
Persediaan, akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.
Tidak cukup dengan hanya melihat dari sisi aktivitas perusahaan saja,
untuk mendapatkan laba yang maksimal perusahaan juga harus memperhatikan
kemampuannya dalam mengelola harta yang dimilikinya, salah satu caranya
6
adalah dengan melakukan perhitungan rasio profitabilitas yang terdiri dari Return
On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Total Assets (ROTA),
Basic Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) dan Contribution Margin
(CM). ROA Menurut Harahap (2010:305) menggambarkan perputaran aktiva
diukur dengan volume penjualan. Apabila perhitungan ROA menunjukkan angka
positif berarti total aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu
memberikan laba, sebaliknya apabila ROA negatif menunjukkan bahwa total
aktiva yang digunakan tidak mampu memberikan laba.
Sehingga dapat disimpulkan perusahaan yang mempunyai ROA yang
tinggi maka perusahaan tersebut berhasil dalam mengelola aset-asetnya dan
perusahaan yang mempunyai ROA yang rendah maka perusahaan tersebut tidak
berhasil dalam mengelola aset-asetnya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tidak
menjelaskan secara lebih rinci jenis-jenis rasio profitabilitas lainnya dikarenakan
tidak mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap variabel yang penulis teliti.
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan terkemuka di
Indonesia yang bergerak di bidang industri makanan. Setelah penulis melakukan
penelitian ternyata perusahaan ini membutuhkan pengelolaan yang baik terhadap
aktiva lancarnya seperti Kas dan Persediaan untuk menjaga kelancaran operasi
perusahaan, karena perusahaan manufaktur membutuhkan kas yang harus selalu
ada serta memiliki persediaan yang lebih kompleks daripada perusahaan jasa dan
perusahaan dagang.
Sesuai dengan teori yang telah diuraikan sebelumnya, untuk mengetahui
tingkat keefisienan aktiva sebuah perusahaan dapat dilihat dengan menghitung
7
tingkat perputaran masing-masing aktiva. Semakin tinggi perputarannya semakin
tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh. Namun setelah penulis melakukan
pengujian terhadap teori tersebut, didapatkan informasi bahwa Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan tidak selalu berpengaruh positif terhadap keuntungan
perusahaan. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai Perputaran Kas, Perputaran
Persediaan dan Return On Assets (ROA) pada perusahaan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011.
Tabel 1.1
Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Return On Assets (ROA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
TAHUN
PERPUTARAN
KAS
PERSEDIAAN
ROA
2000
8
8
5,15
2001
13
7
5,75
2002
15
7
5,26
2003
12
7
3,94
2004
12
8
2,47
2005
16
8
0,84
2006
16
8
4,06
2007
9
8
3,30
2008
9
8
2,61
2009
9
7
5,14
2010
5
7
6,25
2011
4
7
9,13
Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah
8
Pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa data yang disajikan terdapat perbedaan
dengan teori yang ada yaitu pada tahun 2001-2002 Perputaran Kas mengalami
kenaikan sebesar 2 kali yaitu dari 13 kali menjadi 15 kali putaran, namun hal ini
tidak terjadi pada ROA yang justru menurun dari 5,75% menjadi 5,26% dan tahun
2004-2005 Perputaran Kas naik dari 12 kali menjadi 16 kali sedangkan ROA
turun dari 2,47% menjadi 0,84%.
Selanjutnya pada Perputaran Kas terjadi penurunan tetapi ROA mengalami
kenaikan yaitu pada tahun 2009-2010 Perputaran Kas turun dari 9 menjadi 5
sedangkan ROA naik dari 5,14% menjadi 6,25% dan tahun 2010-2011 kas juga
mengalami penurunan yaitu 5 kali menjadi 4 kali putaran dan ROA naik dari
6,25% menjadi 9,13%. Serta pada saat Perputaran Kas mengalami statis yaitu nilai
tahun yang diteliti sama dengan tahun sebelumnya, ROA mengalami kenaikan
dan penurunan yaitu tahun 2003-2004 pada Perputaran Kas statis pada angka 12
kali namun ROA turun dari 3,94% menjadi 2,47%, tahun 2005-2006 Perputaran
Kas ada pada angka 16 kali putaran ROA turun dari 0,84% menjadi 4,06%.
Selanjutnya tahun 2007-2008 angka Perputaran Kas berada pada posisi 9 kali
ROA turun dari 3,30% menjadi 2,61% kemudian meningkat lagi menjadi 5,14%
pada tahun 2008-2009.
Begitupun dengan Perputaran Persediaan, pada tahun 2003-2004 pada
Perputaran Persediaan terjadi kenaikan dari 7 menjadi 8 kali putaran, sedangkan
ROA mengalami penurunan dari 3,94% menjadi 2,47%. Selanjutnya tahun 20002001 pada Perputaran Persediaan terjadi penurunan dari 8 menjadi 7 kali putaran,
tetapi ROA mengalami kenaikan yaitu 5,15% menjadi 5,75% serta tahun 2008-
9
2009 pada Perputaran Persediaan turun dari 8 menjadi 7 putaran, sedangkan ROA
naik menjadi 5,14% dari sebelumnya 2,61%.
Kemudian pada Perputaran Persediaan tidak terjadi kenaikan atau pun
penurunan, ROA mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan, seperti
tahun 2001-2003 Perputaran Persediaan mencapai 7 kali putaran secara berturutturut, tapi tidak pada ROA yang mengalami kenaikan dan penurunan masingmasing sebesar 5,75% turun menjadi 5,26% kemudian turun lagi menjadi 3,94%.
Selanjutnya tahun 2004-2008 pada Perputaran Persediaan berada pada 8 kali
putaran, namun ROA berada pada posisi 2,47% kemudian turun menjadi 0,84%,
pada tahun 2006 naik menjadi 4,06% dan turun lagi menjadi 3,30% pada tahun
2007 yang selanjutnya diikuti tahun 2008 menjadi 2,61%. Tetapi beda hal nya
dengan tahun 2009-2011 disaat Perputaran Persediaan berada pada level 7 kali
putaran secara berurutan, namun ROA mengalami kenaikan dari 5,14% menjadi
6,25% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 6,95% pada tahun 2011. Untuk
lebih memperjelas kondisi yang terjadi, berikut disajikan grafik sebagai berikut:
10
Gambar 1.1
Pertumbuhan Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, ROA
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
18
16
14
Perputaran Kas
12
10
Perputaran
Persediaan
8
6
Return On
Assets (ROA)
4
2
0
200020012002200320042005200620072008200920102011
Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah
Dari data yang telah disajikan, penulis tertarik untuk meneliti kejadian ini
dengan judul penelitian Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
periode 1999 – 2011.
1.2
Identifikasi Masalah
Terdapat ketimpangan di dalam data yang penulis telah sajikan, yaitu
adanya perbedaan antara kenyataan dengan teori yang ada. Kas dan Persediaan
merupakan unsur penting dalam mengelola aktiva lancar. Salah satu indikator
untuk menilai keefisienan pengelolaan aktiva lancar tersebut adalah dengan
11
melihat perputaran baik Kas maupun Persediaan. Semakin tinggi perputaran
kedua aktiva ini akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat
perusahaan. Pada tabel 1.1 terlihat Perputaran Kas terjadi kenaikan yang
signifikan walaupun pada akhirnya terjadi penurunan, hal ini tidak diikuti dan
cenderung berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA). Itu artinya Kas
berputar semakin tinggi tapi tidak diikuti dengan pengembalian keuntungan yang
tinggi pula. Begitu pun dengan Perputaran Persediaan yang harusnya berbanding
lurus
dengan
tingkat
pengembalian
keuntungan
pada
kenyataannya
malah
berbanding terbalik.
Berdasarkan
latar
belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa
senyatanya dalam usaha memaksimalkan keuntungan yaitu dengan menggunakan
Return On Assets (ROA) terdapat beberapa permasalahan, yaitu:
1.
Perputaran Kas menunjukan dana yang tertanam di dalam Kas dapat
digunakan sebagaimana mestinya yang bertujuan untuk memproduktifkan
dana yang ada dan menghindari adanya dana yang terendap (idle fund),
namun disisi lain perusahaan juga harus menyediakan dana kas untuk dana
cadangan dan membayar hutang jangka pendeknya sehingga semakin
tinggi tingkat liquid akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan.
2.
Begitupun
dengan
Persediaan
jika
perputarannya
tinggi
akan
menghindarkan dari kerugian seperti biaya simpan barang, biaya angkut,
selera konsumen yang cepat berubah sehingga menjadi faktor tinggi
rendahnya penjualan dan sebagainya, tetapi dengan perputarannya yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan cadangan perusahaan menjadi berkurang
12
atau bahkan nol sehingga perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan
secara mendadak dalam jumlah besar dan hal ini akan menghilangkan
kesempatan dalam mendapatkan keuntungan yang besar pula.
3.
Hal ini jelas sangat bertentangan dengan teori
yang telah dikemukakan
oleh Munawir (2007) dan Riyanto (2008). Begitu pun dengan peneliti yang
lainnya seperti Penelitian Rahma (2011) yang meneliti tentang analisis
pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada studi
perusahaan manufaktur Perusahaan Modal Asing (PMA) & Perusahaan
Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terdaftar di BEI periode 2004-2008,
di mana dalam variabel penelitiannya terdapat Perputaran Kas dan status
perusahaan. Setelah melakukan pengujian secara parsial (uji t) yang
menyatakan bahwa Perputaran Kas dan status perusahaan ada hubungan
positif dan signifikan terhadap ROI.
Lisda Octaviani (2010) juga meneliti tentang pengaruh Perputaran
Piutang, Perputaran Persediaan, dan Perputaran Aktiva tetap terhadap
profitabilitas pada PT Ultrajaya milik industri dan trading company Tbk
periode 2000-2008, hasil penelitiannya adalah secara parsial Perputaran
Persedian berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Kemudian Miftah (2006) melakukan penelitian tentang analisis
penggunaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap rentabilitas ekonomi
yang diukur dengan ROA pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Hasil dari
penelitian ini adalah semua akun modal kerja yaitu Perputaran Kas,
13
Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ROA.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah Furdani
(2009) yang meneliti tentang Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap
rentabilitas usaha pada PT HM Sampoerna Tbk periode 1998-2007,
dengan hasil penelitian adalah Perputaran Persediaan berpengaruh positif
terhadap rentabilitas usaha. Riza Anggraeni (2009) dengan judul penelitian
pengaruh Perputaran Persediaan barang jadi terhadap profitabilitas (ROI)
pada CV Armico periode 1998-2007. Hasil penelitiannya yaitu terdapat
hubungan positif antara Perputaran Persediaan barang jadi dengan ROI.
Namun beda hal-nya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Siswantini (2006)
yang
meneliti tentang analisis modal kerja dan
pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEJ,
dimana
hasil
penelitian
ini
menunjukan
bahwa
Perputaran
Kas
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas sedangkan akun lainnya yaitu
Perputaran
Piutang
dan
Perputaran
Persediaan
berpengaruh
positif
terhadap profitabilitas.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ellys
Delfrina Sipangkar (2009) dengan judul penelitian pengaruh Perputaran
Persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada perusahaan
otomotif yang terdaftar di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa Perputaran Persediaan tidak
terhadap Return On Assets (ROA).
berpengaruh positif
14
Dengan
adanya
perbedaan
hasil penelitian
yang
dilakukan
peneliti
terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini yaitu Pengaruh
Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) dan
mencoba menguji kembali variabel yang sebelumnya pernah diteliti.
1.3
Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang
telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas terhadap Tingkat Return On
Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses makmur Tbk periode 1999-2011?
2.
Seberapa besar pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
(ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011?
3.
Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara
simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses
Makmur Tbk periode 1999-2011?
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dimaksudkan
sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On
Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.
15
2.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Persediaan terhadap
Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode
1999-2011.
3.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.
1.5
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian yang diperoleh baik dari perusahaan sebagai objek
penelitian di lapangan dalam bentuk praktek maupun dari penelitian pustaka
dalam bentuk teori, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif baik
dalam bidang akademis maupun praktis.
1.
Kegunaan Akademis
a. Memberikan sumbangan pemahaman tentang pengaruh Perputaran Kas
dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA).
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
ekonomi khususnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan.
c. Sebagai bahan acuan bahwa hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan
bahan untuk penelitian lebih lanjut.
2.
Kegunaan Praktis
a. Penulis
Sebagai tambahan ilmu dalam membandingkan antara teori dan
praktek yang diperoleh selama perkuliahan dengan kenyataan yang
16
terjadi di lapangan terutama yang berkaitan dengan
Perputaran Kas,
Perputaran Persediaan dan Return On Asset (ROA) pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk periode 1999 - 2011 Sehingga diharapkan penulis
mampu menerapkan apa yang telah diterima sebagai teori dalam
kegiatan kuliah dengan apa yang penulis teliti sebagai praktek.
b. Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk
melakukan koreksi bagi perusahan untuk mencapai arah yang lebih baik
lagi dengan tujuan untuk kemajuan dan dijadikan alat untuk mengetahui
sejauhmana perkembangan dalam pengelolaan Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan yang dilakukan oleh perusahaan
dan sebagai
bahan pertimbangan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui
analisis Return On Assets (ROA). Memberikan sumbangan pemikiran
bagi perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan, serta membantu
perusahaan
dalam mengidentifikasi masalah khususnya yang telah
dilakukan peneliti dan mengetahui pemecahan masalahnya secara lebih
lanjut. Serta diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi pihakpihak yang berkaitan terutama bagi pihak manajemen perusahaan
maupun investor.
c. Masyarakat/Pembaca
Diharapkan dapat dijadikan pusat informasi dan bahan referensi
bagi para pelaku manajemen keuangan yaitu manajemen perusahaan,
investor dan analogi keuangan, khususnya untuk pengkajian topik-topik
17
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam tulisan ini. Serta
dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan judul yang diteliti oleh penulis.
1.6
Kerangka Pemikiran
Sekaran dalam Sugiyono (2011:65) mengemukakan bahwa kerangka
berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.
Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar
variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar
variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya
dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap
penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir.
Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah:
Gambar 1.2
Kerangka Pemikiran
ROA
KAS
AKTIVA
LANCAR
PIUTANG
PERSEDIAAN
PENJUALAN
18
Perputaran Kas merupakan perbandingan antara penjualan dengan kas
rata-rata. Perputaran Kas menunjukan kemampuan kas dalam menghasilkan
pendapatan yang diukur dengan tingkat ROA sehingga dapat dilihat berapa kali
uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi Perputaran Kas ini
akan semakin baik. Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2008:95). Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011) dan Miftah (2006) yang
menyatakan
bahwa
Perputaran
Kas
berpengaruh
positif terhadap
tingkat
profitabilitas (ROI/ROA) perusahaan.
Begitu pun dengan persediaan, untuk mengukur efisiensi persediaan maka
perlu diketahui Perputaran Persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan
membandingkan antara penjualan dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki
(Munawir,2007:119). Perputaran Persediaan menunjukkan berapa kali dana yang
tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat
Perputaran
Persediaan
akan
memperkecil
risiko
terhadap
kerugian
yang
disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di
samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap
persediaan tersebut. Ini berarti bahwa semakin tinggi Perputaran Persediaan maka
semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Lisda (2010), Miftah (2006), Firmansyah (2009) dan Riza (2009) yang
menunjukkan
bahwa
profitabilitas (ROA).
Perputaran
Persediaan
berpengaruh
positif
terhadap
19
Berdasarkan uraian diatas, maka variabel di dalam penelitian ini adalah
Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebagai variabel independen dan
Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependen. Untuk memudahkan dalam
melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka teoritis yang akan menjadi arahan
dalam
melakukan
pengumpulan
data
serta
analisisnya.
Secara
sistematis
paradigma pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut
ini:
Gambar 1.3
Paradigma Pemikiran
PERPUTARAN
KAS
( X1 )
RETURN
ON ASSETS
(ROA)
(Y)
PERPUTARAN
PERSEDIAAN
( X2 )
1.7
HIPOTESIS
Hipotesis
menurut Sugiyono (2011:70) merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
20
Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan
masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.
Berdasarkan pengertian diatas, latar belakang, serta kerangka pemikiran
yang telah dibuat maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :
I. HIPOTESIS I
Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets
(ROA)
Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
II. HIPOTESIS II
Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On
Assets (ROA)
Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
(ROA)
III. HIPOTESIS III
Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
secara simultan terhadap Return On Assets (ROA)
Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara
simultan terhadap Return On Assets (ROA)
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Aktiva
Aktiva menurut Sadeli (2009:7) adalah harta yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2007:14) aktiva tidak terbatas pada
kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaranpengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih
harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak
berwujud
lainnya (intangible assets) misalnya
goodwill,
hak
paten,
hak
menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian utama yaitu:
1.
Aktiva Lancar, menurut Munawir (2007:14) yaitu uang kas atau aktiva
lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi
uang tunai, dijual, atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama
satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal).
Adapun kelompok aktiva lancar yaitu:
a) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahaan.
Uang tunai yang dimiliki perusahaan tetapi sudah
ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk
tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap, atau
tujuan lain) tidak dapat dimasukan dalam pos kas, termasuk dalam
pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan
22
simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand
defosit.
b) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable
securities), adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka
pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk
sementara belum dibutuhkan dalam operasi.
c) Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang
dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam
undang-undang.
d) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur
atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan
secara kredit.
e) Persediaan, untuk perusahaan dagang persediaan adalah semua
barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca
masih digudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur
persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, bahan
dalam proses, maupun barang jadi.
f)
Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima
adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena
perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima
pembayarannya, sehingga merupakan tagihan.
g) Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu
23
belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak
lain itu belum
dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode
berikutnya.
2.
Aktiva Tidak Lancar, menurut Munawir (2007:15) adalah aktiva yang
mempunyai
umur
kegunaan
relatif
permanen
atau
jangka
panjang
(mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis
dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Adapun yang termasuk
aktiva tidak lancar yaitu:
a) Investasi jangka panjang, bagi perusahaan yang cukup besar dalam
arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering
melebihi
dari
yang
dibutuhkan
maka
perusahaan
menanamkan modalnya pada investasi ini misalnya berupa
ini
dapat
obligasi,
aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan
atau dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu.
b) Aktiva tetap
adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang
fisiknya nampak (konkret). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan
sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus
digunakan dalam operasi yang bersifat permanen.
c) Aktiva tetap tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang
secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang
mempunyai
nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan
24
dalam kegiatan perusahaan. Contohnya hak cipta, merek dagang,
biaya pendirian, lisensi, goodwill, dan sebagainya.
2.2
Kas
2.2.1. Pengertian Kas
Ada beberapa pengertian tentang kas, yaitu:
Menurut Sawir (2001:182) kas adalah seluruh uang tunai yang ada di
tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk
seperti deposito dan rekening koran.
Menurut Harahap (2010:258) kas adalah uang dan surat berharga lainnya
yang dapat diuangkan setiap saat serta surat lainnya yang sangat lancar yang
memenuhi syarat yaitu setiap saat dapat ditukar menjadi kas, tanggal jatuh
temponya sangat dekat dan kecil risiko perubahan nilai yang disebabkan
perubahan tingkat bunga.
Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan uang
tunai yang ada ditangan dan yang ada di bank yang merupakan aktiva paling
liquid yang sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan,
oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi
penerimaan dan pengeluarannya.
2.2.2. Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas
Adapun Sumber penerimaan kas menurut Munawir (2007:159) pada
dasarnya berasal dari: (a) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva
25
tetap, atau adanya penurunan aktiva tidak tidak lancar yang diimbangi dengan
penambahan kas. (b) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek
maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan
adanya penerimaan kas. (c) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya
penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. (d) Adanya
penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan
adanya penerimaan kas. (e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau
deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian
kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi
sebagai berikut: (a) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka
pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (b)
Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas
perusahaan oleh pemilik perusahaan. (c) Pelunasan atau pembayaran angsuran
hutang jangka pendek atau jangka panjang. (d) Pembelian barang dagangan secara
tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian
perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot
biaya maupun persekot pembelian. (e) Pengeluaran kas untuk membayar deviden,
pembayaran pajak, denda-denda lainnya. Berikut ini akan disajikan peta mengenai
aliran kas yaitu:
26
Gambar 2.2
Aliran Kas dalam Perusahaan
Depresiasi
Upah buruh
A
K
T
I
V
A
T
E
T
A
P
BARANG
DALAM
PROSES
BARANG
JADI
Biaya-biaya Adm.
UPAH,
BIAYA
ADMINIS
TRASI
+
PEN
B
A
H
A
N
Penjualan Kredit
Penjualan
P
e
n
j
u
a
l
a
n
JUALAN
PIUTANG
M
E
N
T
A
H
T
u
n
a
i
Pembelian Aktiva Tetap
Pengumpulan Kredit
Penjualan Aktiva Teta
Pembelian
Pinjaman
Investasi
UTANG
KAS
Pembayaran Utang
PEMILIK
Dividen
Sumber: Riyanto (2008:95)
2.2.3. Motif Memiliki Kas
Sebagaimana
diungkapkan
oleh
Keynes
dalam Sutrisno
(2012:68),
masyarakat cenderung untuk menguasai uang berbentuk tunai. Dengan tiga motif
dibelakang pemikirannya yaitu:
27
1. Motif transaksi (transaction motive)
Motif transaksi berarti seseorang atau perusahaan memegang uang
tunai untuk keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik
transaksi yang rutin (reguler) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayarn
upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan pembayaran-pembayaran
tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai mupun dengan cek.
2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive)
Motif berjaga-jaga berarti seseorang atau perusahaan memegang
uang tunai yang dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhankebutuhan yang bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga
ini bisa dilihat dari saldo kas minimun yang ditetapkan. Besarnya saldo
kas minimum yang ditetapkan sebagai indikator penyimpangan aliran kas
yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran di perusahaan biasanya
diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila antara
penerimaan dan pengeluaran bisa diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan
kas yang sifatnya mendadak bisa ditentukan sekecil mungkin berarti saldo
kas minimum kecil, tetapi bila prediksi penerimaan dan pengeluaran kas
tidak bisa diprediksi dengan akurat, maka membutuhkan saldo kas
minimum yang besar karena kemungkinan kebutuhan kas mendadak
sangat besar.
3. Motif spekulasi (speculative motive)
Motif spekulatif adalah
motivasi seseorang
atau
perusahaan
memegang uang dalam bentuk tunai karena adanya keinginan memperoleh
28
keuntungan yang besar dari suatu kesempatan investasi, biasanya investasi
yang bersifat liquid. Misalnya pada saat kondisi ekonomi yang kurang
baik dimana harga surat berharga seperti saham mengalami penurunan
yang drastis, maka perusahaan bisa menggunakan uangnya untuk membeli
sekuritas tersebut dengan harapan pada saat
kondisi ekonomi membaik
sekuritas tersebut harganya juga akan ikut naik.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kas
Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah
aktiva lancar ataupun hutang lancar.
Guthmann dalam Riyanto (2008:96)
menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak
kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Hal tersebut dilakukan
untuk
mengatur
tingkat
likuiditas
perusahaan.
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persediaan kas adalah:
1.
Perimbangan antara aliran kas masuk dan kas keluar.
Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun timing
antara cash inflow dan cash outhflow dalam suatu perusahaan berarti
bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai
waktunya
akan
dapat
dipenuhi
dari
penerimaan
kasnya
sehingga
perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar.
Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya
kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti
bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal
29
dari pengumpulan
piutang.
Pembayaran-pembayaran untuk
pembelian
bahan mentah, pembayaran upah buruh, dan lain-lain. Diharapkan dapat
dipenuhi dengan kas yang berasal hasil penjualan produknya.
2.
Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan.
Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan
atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Apabila aliran
kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusahaan
tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi perusahaan ini tidak
perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas yang besar. Sebaliknya
perusahaan yang aliran kas-nya sering mengalami penyimpangan yang
merugikan dari yang diestimasikan, perlulah estimasi ini mempertahankan
adanya persediaan minimal kas yang agak besar. Penyimpangan yang
merugikan dalam aliran kas keluar misalnya karena adanya pemogokan,
banjir, angin puyuh, dan bencana lainnya, adanya perubahan peraturan
pemerintah
mengenai pengupahan buruh,
sehingga perusahaan harus
sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan
pada aliran kas masuk misalnya karena kegagalan langganan untuk
memenuhi
kewajiban
finansialnya.
Bagi
perusahaan
yang
sering
mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan
perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar
dibandingkan
dengan
perusahaan lain yang tidak
peristiwa seperti tersebut di atas.
sering mengalami
30
3.
Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank.
Apabila pimpinan suatu perusahaan telah berhasil dapat membina
hubungan yang baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk
mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran finansialnya. Baik yang
disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak terduga maupun yang
dapat diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai
persediaan besi kas yang besar.
2.2.5. Model Manajemen Kas
Dalam rangka pengelolaan kas, menurut Sutrisno (2012:73) akan disajikan
dua model manajemen kas yang dikembangkan oleh Baumol, Miller, dan Orr.
Model-model ini selalu mengaitkan antara kas dan surat berharga, yakni dengan
mengadakan trade-off
antara tingkat bunga yang hilang karena menyimpan uang
dengan biaya transaksi. Apabila perusahaan mempunyai kas terlalu banyak harus
segera dibelikan surat berharga dan tentu
harus mengeluarkan biaya untuk
transaksi. Sedangkan bila saldo kas mendekati nol harus segera menjual surat
berharganya
menjadi
kas,
sehingga
akan
kehilangan
kesempatan
untuk
mendapatkan bunga (opportunity cost). Sesuai dengan firman Allah SWT yang
berbunyi;
‫َما اَفَا َءاللّٰوُِ عَلٰى َر ُس ْولِِوِ ِم ِْن اَ ْى ِِل الْ ُق ٰرى فَلِلِّٰوِ َولِ َّلر ُس ْو ِِل َولِ ِذى الْ ُق ْربٰى َوالْيَتٰ ٰمى‬
ُِ‫الر ُس ْول‬
َّ ‫ َوَما اٰتٰ ُك ُِم‬،‫ َو ْاب ِن َك ِْي ََليَ ُك ْو َِن ُد ْولَةًبَ ْي َِن اْلالَغْنِيَا ِء ِمنْ ُك ْم‬،‫السبِْي ِل‬
َّ ‫َول َْم ٰسكِ ْي ِن‬
(٧:‫اب )الحسر‬
ِِ ‫ َواتَّ ُِق اللَِّٰو اِ َِّن اللَِّٰو َش ِدْي ُِد الْعِ َق‬،‫فَ ُخ ُّذ ْوُِه َِوَما نَ ٰه ُك ِْم َع ْن ُِو فَ ْان تَ ُه ْوا‬
31
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja
di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa
yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS.Al-Hasyr:7).
Dari ayat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa islam melarang
adanya pengendapan uang. Hal ini bertujuan selain untuk keuntungan pemilik
uang itu sendiri, juga berfungsi dalam menyehatkan perekonomian sebuah negara.
Ketika uang dialirkan ke dalam sektor produktif, maka pemilik uang mendapat
keuntungan berupa dividen, bonus dan sebagainya. Sedangkan bagi penerima
uang baik itu lembaga perbankan atau perusahaan yang listing di bursa efek
mendapatkan tambahan modal untuk ekspansi perusahaan, ekspansi produk,
tambahan kredit untuk bank dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kesehatan perekonomian sebuah negara. Berikut disajikan model manajemen kas
yaitu:
1. Model Baumol
Model manajemen kas yang diajukan oeh Baumol ini sering disebut
dengan model persediaan.
Baumol mengakui ada kesamaan antara
manajemen persediaan dengan manajemen kas bila dilihat dari aspek
keuangan. Dalam manajemen persediaan ada biaya pesan yang dibayarkan
setiap melakukan pemesanan dan biaya simpan untuk menyimpan bahan
yang dibeli. Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya komisi
pedagang efek yang dikeluarkan untuk merubah sekuritas menjadi uang
kas. Dan biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan
32
menyimpan uang tunai yang besar. Oleh karena itu perlu ditentukan
berapa surat berharga yang harus dijadikan uang tunai pada setiap saldo
kas mendekati nol. Model Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas
selalu konstan setiap waktu.
2. Model Miller dan Orr
Pada model Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu
pemakaian kas setiap waktunya sama, oleh karena itu tidak cocok untuk
kondisi ketidakpastian pemakaian kas. Model yang dikenalkan oleh Miller
dan Orr tentunya lebih cocok untuk kondisi dimana pengeluaran kas
berfluktuasi dari waktu ke waktu secara random. Model ini pada dasarnya
menentukan batas atas dan batas bawah saldo kas, serta menentukan saldo
kas yang optimal yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Apabila saldo kas
mengalami penurunan hingga mencapai nol, maka perusahaan harus
segera mengubah sekuritasnya menjadi kas senilai saldo kas optimal.
Demikian pula bila saldo kas yang dimiliki oleh perusahaan semakin
membesar, maka pada batas atas kas harus diubah menjadi sekuritas.
2.2.6
Perputaran Kas
Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah
aktiva lancar ataupun hutang lancar. Sesuai dengan pembahasan di atas
Guthmann dalam Riyanto (2008: 95) menyatakan bahwa jumlah kas yang ada
dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah
33
aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualannya.
Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan
tingkat perputaran kas (cash turnover). dengan demikian formulasi untuk
perputaran kas adalah:
Asumsi dalam rumus ini adalah semakin tinggi perputaran kas akan
semakin baik. Karena hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat efisiensi dalam
penggunaan kas-nya. Adapun untuk mencari rata-rata kas yaitu:
2.3
Persediaan
2.3.1
Pengertian Persediaan
Ada beberapa pengertian tentang persediaan (inventory), yaitu:
Menurut Sutrisno (2012:84) adalah sejumlah barang atau bahan yang
dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali.
Menurut Munawir (2007:14) persediaan adalah semua barang-barang yang
diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku dijual.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah semua barang-barang
cadangan yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah
kembali untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan.
34
2.3.2
Jenis-jenis Persediaan
Persediaan yang penulis kutip pada website yang beralamat di www.ilmu-
ekonomi.com yang diposting pada 7 mei 2012 adalah meliputi semua barang atau
bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menuggu untuk
diproses lebih lanjut atau dijual. Jenis-jenis persediaan setiap perusahaan berbedabeda tergantung jenis usahanya. Bagi perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis
persediaan, yaitu: (a) Persediaan bahan mentah atau baku, yaitu barang yang
digunakan dalam proses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dimana
persediaan ini belum mengalami perubahan dan masih sesuai dengan sifat aslinya,
sehingga memerlukan proses untuk dapat digunakan selanjutnya. (b) Persediaan
bahan setengah jadi, yaitu barang yang masih memerlukan proses lanjutan untuk
menjadi barang jadi. (c) Persediaan bahan barang jadi, yaitu barang yang
dihasilkan perusahaan sampai siap dijual atau dikonsumsi.
2.3.3
Faktor-faktor Penentu Persediaan
Untuk
melangsungkan
usahanya
dengan
lancar
maka
kebanyakan
perusahaan merasakan perlunya mempunyai persediaan bahan mentah. Menurut
Riyanto (2008:74) Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh
perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: (a) Volume yang
dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan
persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya proses produksi.
(b)
Volume
produksi yang
direncanakan,
dimana volume produksi yang
direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang
35
direncanakan. (c) Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk
mendapatkan biaya pembelian minimal. (d) Estimasi tentang fluktuasi harga
bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan datang. (e)
Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. (f) Harga
pembelian bahan mentah. (g) Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di
gudang. (h) Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya.
2.3.4
Perputaran Persediaan
Menurut Munawir (2007:77) prosedur untuk mengevaluasi persediaan
adalah dengan menghitung turn over atau perputaran dari persediaan itu sendiri.
Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah penjualan barang yang akan
dijual dengan nilai rata-rata persediaan yag dimiliki oleh perusahaan. Hal ini
menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual
kembali. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus
diadakan perencanaan dan pengawasan secara teratur dan efisien. Teratur dan
efisien di sini berkaitan dengan modal yang
yang tidak
ditanam dalam persediaan. Dana
berlebihan dan tidak pula kekurangan menunjukan keefektifan
persediaan, karena dengan dana yang cukup akan menghindarkan perusahaan dari
dana yang terbuang percuma, seperti dana yang terlalu besar dalam persediaan
akan
memperbesar
beban
bunga,
memperbesar
biaya
penyimpanan
dan
pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan,
turunnya kualitas dan sebagainya sehingga semuanya ini akan memperkecil
keuntungan perusahaan. Begitupun dengan dana persediaan yang terlalu kecil
36
akan menghambat kelancaran operasi perusahaan. Untuk itu, semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil risiko terhadap kerugian
yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, dan
akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaaan
tersebut.
Dengan
kata
lain,
semakin
tinggi
perputaran
persediaan
akan
menyebabkan keuntungan perusahaan semakin tinggi pula. Adapun perhitungan
tingkat perputaran persediaan, yaitu:
Asumsi dari rasio ini adalah semakin tinggi semakin baik karena dianggap
kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat. Rata-rata persediaan dapat
dihitung dengan cara:
2.4
Profitabilitas
Menurut
Febriani
(2013:29)
Pengembalian
atas
investasi
modal
merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang.
Masalah
profitabilitas
perusahaan
menjadi penting
sebagai dasar penilaian
terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan atau dengan kata lain suatu
perusahaan harus selalu berada pada keadaan yang menguntungkan, salah satu alat
untuk menilai tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan yaitu dengan
menggunakan rasio keuangan.
37
Rasio keuangan menurut Harahap (2010:297) adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini
menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu
dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini bertujuan untuk menilai secara
cepat hubungan antar pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain
sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Adapun jenisjenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis terdiri dari rasio solvabilitas,
profitabilitas, leverage, aktivitas, pertumbuhan, penilaian pasar (market based)
dan produktivitas. Namun dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah rasio
profitabilitas. Menurut beberapa ahli pengertian rasio profitabilitas, antara lain:
Harahap
(2010:304)
rasio
profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.
Sawir (2001:17) profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai
kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini memberikan jawaban akhir
tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang
tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan.
Rusdin (2008:144) profitabilitas adalah kemampuan emiten (perusahaan)
untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisien operasional dan
efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya.
38
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
rasio
profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan harta yang dimilikinya. Menurut Harahap (2010:304) Terdapat beberapa
cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu:
1. Profit margin, yaitu menunjukan berapa besar presentase pendapatan
bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
2. Return On Investment (ROI)/Return On Equity (ROE), menunjukan berapa
persen diperoleh laba bersih bila diukur dengan moda pemilik.
3. Return On Total Assets (ROTA), menunjukan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.
4. Basic
Earning
Power
(BEP),
menunjukan kemampuan perusahaan
memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan
pajak dibandingkan dengan total aktiva.
5. Earning Per Share (EPS), menunjukan berapa besar kemampuan per
lembar saham menghasilkan laba.
6. Contribution Margin, menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan
laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
7. Aset Turnover/Return On Assets (ROA), menunjukan perputaran aktiva
dukur dengan volume penjualan.
2.4.1
Return On Assets (ROA)
Dalam ukuran profitabilitas perusahaan, rasio yang dapat digunakan dalam
menunjukan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
39
aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba adalah rasio keuntungan
bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset
yang dimiliki oleh perusahaan atau disebut dengan Return On Assets (ROA).
Retun On Assets (ROA) menurut Munawir (2007:89) adalah analisis yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan.
Return on Assets (ROA) menurut Rusdin (2008:144) adalah menunjukan
tingkat pengembalian yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh
pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor.
Return On Assets (ROA) menurut Harahap (2010:305) menunjukan tingkat
pengembalian keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva
untuk menjalankan operasi perusahaan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset
(ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui harta
yang dimilikinya untuk menjalankan operasi perusahaan. ROA menunjukkan
tingkat
keefisienan
perusahaan
dalam
mengelola
seluruh
aktivanya
untuk
memperoleh pendapatan. Sesuai dengan firman Allah SWT:
ِ َّ‫وال‬
ِ
ِ
َّ
ِ
(٣: ‫ضونَ )املؤمنون‬
‫ر‬
‫ع‬
‫م‬
َ
‫و‬
‫غ‬
‫ل‬
‫ال‬
َ
‫ن‬
‫ع‬
َ
‫م‬
‫ه‬
‫ين‬
َ
‫ذ‬
ْ
ُ ُْ
ُْ
Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak
berguna. (QS. Al-Muminun :3).
Sesuai dengan ayat diatas, Allah menganjurkan kepada manusia untuk
selalu berbuat efisien dan efektif dengan menggunakan perencanaan, analisis, dan
40
control di setiap kegiatan. Termasuk mengenai pengelolaan aktiva perusahaan
dalam mendapatkan laba. Adapun formulasi untuk menghitung Return On Assets
(ROA) menurut Rusdin (2008:144) sebagai berikut:
Asumsi pada rasio ini adalah semakin tinggi tingkat ROA, maka akan
semakin baik. Hal ini menunjukan tingkat keefisienan aktiva yang digunakan
dalam operasi perusahaan mampu mendatangkan keuntungan.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan baik
faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni Return On Assets (ROA)
maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas (cash turnover) dan
Perputaran Persediaan (inventory turnover) sebagaimana yang tercantum pada
laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan
2011 yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3.2
Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2003:54) bahwa metode deskriptif adalah
suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa
sekarang. Tujuan dari penelitian deskriftif ini adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode ini tidak
terbatas hanya pada pengumpulan data saja, tapi juga meliputi analisis dari
variabel yang ada dan interpretasi tentang arti data yang telah diperoleh dari
penelitian tersebut.
Sedangkan
metode
kuantitatif
menurut
Sugiyono
(2008:23)
adalah
penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang
42
menggunakan uji statistik.
sampel tertentu,
Peneitian ini digunakan untuk meneliti populasi atau
pengumpulan
data
menggunakan instrumen penelitian dan
analisis data bersifat kuantitatif.
3.3
Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder. Sumber data
dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah terpublikasi
dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dari website resmi
perusahaan, studi kepustakaan dari beberapa buku dan literatur lain yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan dalam peneitian ini data
sekunder yang meliputi data mengenai objek penelitian dan data yang diperlukan
untuk
mengukur
Perputaran
Kas (cash
turnover),
Perputaran Persediaan
(inventory turnover) dan Return On Assets (ROA) yang didapat dari laporan
keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 31 desember 1999 hingga 31
desember 2011.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penellitian ini adalah data sekunder sehingga
metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara
non participant observation. Non participant observation menurut Sugiyono
(2010:204) adalah teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan proses
pengumpulan
independen.
datanya
peneliti tidak
terlibat dan hanya sebagai pengamat
Data diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dalam
43
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website resmi yang beralamat
di www.indofood.com.
3.5
Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011:39) variabel penelitian dirumuskan sebagai suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik
kesimpulannya. Dengan kata lain adanya penetapan tersebut untuk
memudahkan dalam mengidentifikasi variabel yang akan diteliti. Variabel dapat
diartikan
sebagai konsep
yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir,
2011:123). Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dua
variabel merupakan variabel independen atau bebas dan yang lainnya merupakan
variable independen atau terikat.
1. Variabel Independen
Variabel independen atau sering juga disebut variabel bebas merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya
variabel
dependen/terikat
(Sugiyono,
2010:59).
Dalam
penelitian yang menjadi variabel independen adalah Perputaran Kas (X1 )
dan Perputaran Persediaan (X2 ).
2. Variabel Dependen
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah profitabilitas (Y).
44
Menurut
Harahap
(2010:305)
menunjukan
tingkat
pengembalian
keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva untuk
menjalankan operasi perusahaan. Dalam penelitian ini alat ukur untuk
menilai kemampuan untuk mendapatkan laba perusahaan yang mencakup
investasi dan total aset itu sendiri adalah Return On Assets (ROA).
Tabel 3.1
VARIABEL
Perputaran
Kas
( X1 )
Perputaran
Persediaan
( X2 )
Operasionalisasi Variabel
KONSEP VARIABEL
RUMUS
Menurut
Riyanto
(2008:95)
Perputaran
Kas (cash turnover)
adalah
Perbandingan
antara penjualan dengan
jumlah rata-rata kas
Menurut
Munawir
(2007:119)
tingkat
Perputaran
Persediaan
menunjukan berapa kali
persediaan
tersebut
diganti dalam arti dibeli
dan dijual kembali.
Return On
Return on Assets (ROA)
menurut
Rusdin
Assets (ROA) (2008:144)
adalah
menunjukan
tingkat
(Y)
pengembalian
yang
dihasilkan
manajemen
atas modal yang ditanam
oleh pemegang saham,
sesudah
dipotong
kewajiban
kepada
kreditor.
Sumber : Penulis, data diolah
INDIKATOR
SKALA
- Jumlah
Rasio
persediaan
Kas
- Penjualan
- Penjualan
Rasio
- Jumlah
Persediaan
- Harga Pokok
penjualan
- Penjualan
Rasio
- Total aktiva
45
3.6
Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan
penelitian, data yang diolah tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel.
Berikut data yang diperoleh dari perusahaan dilakukan dengan tahapan berikut:
1. Menyusun kembali secara ringkas laporan keuangan yang dibutuhkan
yaitu neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan pos-pos yang
berkaitan dengan pengukuran penelitian.
2. Mengolah data dengan cara mengukur rasio per variabel penelitian dapat
dibantu dengan program Ms. Excel.
3. Menghitung dengan mengolah data yang telah didapat selanjutnya untuk
mengetahui pengaruh dan hubungan masing-masing variabel dengan alat
bantu program SPSS Versi 20.
3.6.1
Rancangan Analisis Data
3.6.1.2 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Analisis kinerja keuangan untuk
mendapatkan
laba
dapat
dilakukan
mengukur kemampuan perusahaan
dengan
menghitung
rasio
keuangan
profitabilitas yang dapat dikaitkan dengan modal yang diinvestasikan dalam
keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba, yaitu Return On
Assets (ROA).
46
Selanjutnya untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan kas dalam
menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran Kas
dengan rumus;
Untuk menghitung rata-rata kas, dihitung dengan rumus;
Sedangkan untuk
mengukur efisiensi dalam penggunaan Persediaan
dalam menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran
Persediaan dengan rumus;
Untuk menghitung rata-rata Persediaan, dihitung dengan rumus;
Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Indofood Sukses
Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011. Selanjutnya data-data tersebut
dihitung menggunakan program Ms. Excel.
47
3.6.1.3 Analisis Statistika
Disajikan data statistik secara keseluruhan mengenai pengolahan data ini
yang meliputi angka maksimal, minimal, rata-rata, dan tingkat penyimpangan
(Standard
Deviation).
Standar deviation
menurut Somantri dan Muhidin
(2006:145) suatu ukuran relatif yang menyatakan penyimpangan data dari nilai
rata-ratanya yang diukur berdasarkan nilai standar deviasinya.
Penelitian
ini terdiri dari dua
variabel independen
yakni variabel
Perputaran Kas (X1) dan variabel Perputaran Persediaan (X2) serta satu variabel
dependen yakni variabel Return On Assets/ROA (Y). Untuk mengetahui pengaruh
dan hubungan dari masing-masing variabel maka dilakukan perhitungan korelasi
sehingga dapat diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi, sedangkan
untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi, perhitungan
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar variabel baik secara
parsial maupun simultan yang dapat dibantu dengan program SPSS Versi 20.
3.6.1.3.1 Analisis Regresi Linier (Linier Regression)
3.6.1.3.1.1 Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi
yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen
(Nazir, 2011:459). Analisis regresi digunakan untuk mempelajari bagaimana
variabel-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematik yang disebut dengan persamaan regresi. Analisis
regresi sederhana dilakukan dengan persamaan berikut (Sudjana, 2005:312):
48
Dimana:
Y
=
Variabel dependen
a
=
Konstanta (Intercept)
X1 =
Variabel independen
b
Koefisien regresi (slope)
=
Dimana untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
(∑ )(∑ )
(∑ ) (
∑
(∑ )
∑
∑
)
(∑ ) (∑ )
(∑ )
3.6.1.3.1.2 Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi
sederhana. Dimana analisis regresi berganda itu sendiri adalah alat untuk
meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel
terikat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau
hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat,
persamaan regresi untuk
dua variabel independen adalah sebagai berikut
(Somantri & Muhidin, 2006:250):
49
Dimana:
Y =
Nilai Variabel dependen (Return On Assets /ROA)
X1 =
Nilai Variabel Independen (Perputaran Kas)
X2 =
Nilai Variabel Independen (Perputaran Persediaan)
a =
Nilai Y taksiran pada saat X = 0
b1 =
Nilai kenaikan Y bila X1 naik satu satuan sedangkan X2 tetap
b2 =
Nilai kenaikan Y bila X2 naik satu satuan sedangkan X1 tetap
Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel
harus tersedia. Kemudian berdasarkan data tersebut peneliti akan mendapat
persamaan melalui perhitungannya. Untuk menghitung nilai a, b 1 dan
b2 dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut (Somantri & Muhidin, 2006:250):
(∑
)(∑
) (∑
(∑ )(∑ ) (∑
)(∑
)
)
(∑
)(∑
) (∑
(∑ )(∑ ) (∑
)(∑
)
)
∑
∑
(
)
∑
(
)
3.6.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation)
3.6.1.3.2.1 Analisis Korelasi secara parsial
Menurut Somantri dan Muhidin (2006:206) kata korelasi berasal dari
bahasa inggris yaitu correlation artinya saling hubungan atau hubungan timbal
balik. Jadi korelasi menurut ilmu statisitik adalah hubungan antara dua variabel
atau lebih. Tujuan dilakukannya analisis korelasi untuk mencari bukti terdapat
tidaknya hubungan antar variabel, melihat besar kecilnya hubungan antar variabel
dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti
50
(meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan). Tinggi rendah,
kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat
besar kecilnya suatu angka atau koefisien yang disebut dengan angka indeks
korelasi. Angka indeks korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan
petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi diantara variabel
yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:276) korelasi dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut;
∑
√* ∑
(∑
∑
+ * ∑
) (∑ )
(∑
) +
Besaran koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Nilai r = -1 disebut
korelasi linear negatif (berlawanan arah) artinya terdapat hubungan negatif yang
sempurna antara variabel X dan Y. Nilai r = 1 disebut korelasi linear positif
(searah) artinya terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X
dengan variabel Y, sedangkan nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan antara dua
variabel tersebut. Untuk menginterprestasikan angka kuat tidaknya hubungan (r)
antara variabel independen dengan variabel dependen dapat digunakan tabel
berikut:
Tabel 3.2
Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,400 – 0,599
0,600 – 0,799
0,800 – 1,000
Sumber: (Sugiyono, 2010:250)
Sedang
Kuat
Sangat kuat
51
3.6.1.3.2.2 Analisis Korelasi ganda
Analisis korelasi ganda menurut Somantri dan Muhidin (2006:233) adalah
suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel bebas X
secara bersama-sama dengan variabel tak bebas Y. Untuk mengetahui derajat
keeratan dua variabel yang memiliki skala pengukuran minimal interval maka
dapat digunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai
berikut:
∑
√* ∑
(∑
∑
) (∑ )
+ * ∑
(∑
) +
3.6.1.3.3 Koefisien Determinasi (R 2 )
3.6.1.3.3.1 Koefisien Determinasi secara parsial
Menurut Kripsianti (2013:46) Koefisien determinasi merupakan kuadrat
dari koefisien korelasi parsial untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel
bebas dapat menjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien
determinasi atau penentuan r2 , yang berguna untuk mengukur besarnya proporsi
atau persentase jumlah variasi dari variabel terikat, atau untuk mengukur
sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai koefisien
determinasi sebesar 1 (100%), menunjukkan adanya hubungan yang sempurna,
sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara variabel independen dengan variabel yang diprediksi. Koefisien
determinasi dapat dicari dengan rumus;
52
Dimana ;
Kd = koefisien determinasi
r
= koefisien korelasi
Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil
berarti kemampuan
variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
3.6.1.3.3.2 Koefisien Determinasi secara simultan
Menurut Kripsianti (2013:52) Analisis determinasi dalam regresi linear
berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel
independen yakni X1 dan X2 secara serentak terhadap variabel dependen (Y).
Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen
yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen, r
2
sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi
variabel dependen. Sebaliknya r2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan
pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah
sempurna,
atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model
53
menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari
dengan rumus: (Sulaiman, 2002:111)
Dimana ;
Kd = koefisien determinasi
r
= koefisien korelasi
3.6.1.3.4 Pengujian Hipotesis
3.6.1.3.4.1 Pengujian Hipotesis secara farsial
Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen
secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Analisa
secara parsial ini digunakan untuk menentukkan variabel bebas yang memiliki
hubungan
paling
dominan
terhadap
variabel
terikat.
Pengujian
dilakukan
menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dengan variabel bebas yakni
Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap ROA yang merupakan
variabel terikat atau dependen. Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dapat
dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut (Priyatno, 2012:126):
a) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam bentuk
kalimat:
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau
tidaknya pengaruh yang signifikan anatar variabel independen terhadap
variabel dependen,
54
1. Ho1 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA
Ha1 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA
2. Ho2 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan
ROA
Ha2 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA
b) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam model
statistika. Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis
statistika sebagai berikut:
1. Ho1 : µ
=0
Ha1 : µ
≠0
2. Ho2 : µ
=0
Ha2: µ
≠0
c) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar
5% atau besarnya α adalah 0,05. Kemudian dicari t tabelnya dengan
ketentuan derajat kepercayaan (dk) atau derajat kebebasan (degree of
freedom) df= dk = n-k-1.
d) Mencari t hitung menggunakan program SPSS.
e) Membandingkan thitung dengan ttabel dengan kaidah keputusan;
1. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Ha diterima jika
nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho.
2. Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima, dan Ha diterima. Artinya Ho
diterima jika nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah
penerimaan Ho.
55
Gambar 3.1
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji -t)
Daerah penolakan hipotesis
Daerah penolakan hipotesis
Daerah penerimaan hipotesis
-t tabel (α/2,df)
0
t tabel (α/2,df)
3.6.1.3.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan
Uji-F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen atau variabel bebas atau variabel X1 dan variabel X2 yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
atau Y secara signifikan. Dengan demikian F-test dapat
membuktikan apakah
variabel-variabel independen yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu ROA.
Menurut Priyatno
(2012:138) pengujian dilakukan dengan langkah sebagai
berikut:
a) Merumuskan Hipotesis
Ho
: Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan terhadap ROA
Ha
: Terdapat pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan terhadap ROA
56
b) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar
5% atau besarnya α adalah 0,05.
c) Kemudian dicari F tabelnya pada derajat derajat kebebasan (degree of
freedom) 1 (db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k1). Sehingga untuk F
tabel dapat ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel
bebas dan n adalah banyaknya sampel.
d) Menentukan nilai Fhitung dan Ftabel.
e) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kaidah:
Jika Fhitung≥Ftabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang
signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan
terhadap ROA. Jika Fhitung≤Ftabel, maka Ho diterima artinya tidak terdapat
pengaruh yang signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
secara simultan terhadap ROA.
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah Penerimaan
Daerah Penolakan Ho
Ho
F table
F hitung
57
3.7 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3
Jadwal Penelitian
No
1
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
Pendahuluan
2
Penyusunan
Laporan
3
Pendaftaran
Seminar Proposal
4 Seminar Proposal
5 Pengumpulan Data
6 Pengolahan Data
7 Penulisan Skripsi
8 Sidang Skripsi
Sumber : Penulis, 2013
Ket : laporan penelitian ini berakhir sampai bulan juni, sehingga bulan juli sampai
agustus masa tunggu untuk melaksanakan sidang skripsi.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Data penelitian yang digunakan adalah data-data yang dapat memenuhi
keperluan penelitian baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni
Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas
dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan
baik neraca (balance sheet) maupun laporan laba rugi (income statment) selama
periode tahun 1999 sampai dengan 2011 yang dapat diunduh di alamat website:
www.indofood.co.id. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah PT
Indofood Sukses Makmur Tbk.
4.1.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah perusahaan penulis kutip pada website yang beralamat di
www.gudangalamat.com yang diposting pada tanggal 25 februari 2013. PT
Indofood Sukses Makmur Tbk yang bertempat di jalan Jenderal Sudirman,
Kavling 76-78 Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman terbesar di
Indonesia yang cikal bakalnya berasal dari PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984
yang kemudian bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing tahun 1984,
PT Supermi Indonesia pada tahun 1986 dan berhasil mengakuisisi PT Sari Pangan
59
Nusantara pada tahun 1989 yang kemudian berganti nama menjadi PT Pangan
Jaya Intikusuma pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Sudono Salim. Hingga
kemudian pada tahun 1994 PT Pangan Jaya Intikusuma berganti nama menjadi PT
Indofood Sukses Makmur Tbk sekaligus terdaftar di bursa efek indonesia (Initial
Public Offering) dari 763 juta lembar saham di Rp1, 000 nilai nominal per saham.
Satu tahun kemudian PT Indofood
Sukses Makmur Tbk berhasil
mengakuisisi sebuah perusahaan tepung skala nasional bernama Bogasari yang
dikenal dengan berbagai produk-produk unggulan diantaranya adalah tepung
beras Rosebrand, tepung terigu Kunci Biru, Segitiga Biru, Cakra Kembar,
Lencana Emas dan masih banyak lagi produk-produk unggulan dari Bogasari
lainnya.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk sendiri pada saat ini memiliki lebih dari
40 produk yang terbagi menjadi beberapa segmentasi dan divisi, diantaranya
yaitu:
1. Divisi Makanan Ringan (snack) dengan produk Chitato, Chiki, JetZ, Qtela,
Cheetos, Lays dan Trenz.
2. Divisi Mie Instan (noodles) dengan produk
Indomie, Supermi, Sarimi,
Sakura, Pop Mie, Pop Bihun.
3. Divisi Susu (dairy) dengan produk Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi,
Kremer, Crima, Nice Yogurt, Orchid Butter, Indoeskrim.
4. Divisi Penyedap Makanan (seasoning) dengan produk Bumbu Racik, Freiss,
Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Piring Lombok, Bumbu Instant
Indofood.
60
5. Divisi Nutrisi dan Susu Formula (nutrition) dengan produk Promina dan
SUN.
6. Divisi Kemasan (packing)
Pada tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk membentuk perusahaan
kerjasama bersama dengan PT Nestle Indonesia dengan mengakuisisi sebuah
perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di wilayah Kalimantan Barat yang
kemudian diikuti oleh kepemilikan saham perusahaan Pacsari Pte yang bergerak
di bidang perkapalan sebesar 55% pada tahun 2006. Hingga tahun 2012 semester
pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah tercatat memiliki penghasilan
yang mencapai sebesar Rp 24,58 Trilyun atau naik sebesar 12,5% pada tahun
sebelumnya yang berkisar antara Rp 21 Trilyun. Dengan visi dan misi menjadi
salah satu perusahaan penghasil pangan terbesar, PT Indofood Sukses Makmur
Tbk kini telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan pangan dengan
penghasilan terbesar di Indonesia.
4.1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari perusahaan ini yaitu Menjadi Total Food Solutions Company.
Sedangkan misi dari perusahaan ini yaitu (1) Untuk terus meningkatkan karyawan
kami, proses kami dan teknologi kami, (2) Untuk menghasilkan kualitas tinggi,
inovatif dan terjangkau produk
yang disukai oleh pelanggan,
(3) Untuk
memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan
internasional, (4) Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup
61
masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi, (5) Untuk terus meningkatkan
stakeholders ‘value.
4.1.1.3 Strategi Perusahaan
1. Distribusi
Indofood’s Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling
luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut nusantara. Selain
produk-produk Indofood sendiri, indofood juga mendistribusikan produkproduk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif
sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam
efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di
daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional,
memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis
dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin.
2. CSR (Corporate Social Responsibility)
Indofood Corporate Social Responsibility (CSR) program andalan dari
komitmen untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk
membuat kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Selama tahun 2007
Indofood
secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan
berdasarkan lima pilar dasar jangka panjang kami CSR filosofi yaitu (1)
Membangun Human Capital, (2) Mempertahankan Kohesi Sosial, (3)
Memperkuat Nilai Ekonomi,
Melindungi Lingkungan.
(4) Mendorong Good
Governance, (5)
62
3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa
karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan
unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa setiap
karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi
bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood
akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan
baik di semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan.
Program pelatihan juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
efisiensi dalam rangka untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan
pangsa pasar dan keuntungan di pasar yang semakin kompetitif. Berbagai
program pelatihan
akan
disajikan
dalam setahun,
sementara Program
Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam divisi-divisi lain dari
perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak Minyak & Lemak
dan Makanan Bumbu Divisi.
4.1.1.4 Strategi Marketing Perusahaan
Adapun strategi manajemen pada elemen marketing mix adalah:
1. Produk (Product)
Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus
Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5
bumbu-bumbuan yang disertakan,
minyak
tersedia
palm,
bubuk
dalam
perasa
versi
yaitu kecap
dan
jumbo
manis, saus sambal,
bawang
goreng.
Indomie
juga
dengan
massa
120
gram
63
Anonim,2008).
Indomie
orang Indonesia.
konsumen
memiliki
rasa
yang
sesuai dengan
selera
Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan
yang
semakin
banyak,
terbukti
dengan
semakin
bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie
soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan
tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo.
2. Harga (Price)
Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan
paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie.
Harga
Indomie
kalangan
juga
sangat
masyarakat,
di
murah
Indonesia,
dan
terjangkau
perbungkus
bagi
semua
indomie
dihargai
hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008).
3. Tempat (Place)
Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di
Indonesia,
menembus
sampai
hampir
ke
setiap
sudut
kepualuan.
Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak
tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas
melalui
rantai suplai dan
penghantaran.
Gudang
stok
ditempatkan
pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk
pasar
masing
tradisional,
area
sehingga
geografis
setiap
dalam
(www.indofood.com).
Di
bekerjasama
menyediakan
dalam
gudang
waktu
Yogyakarta
dapat
yang
melayani masingsesingkat
agen-agen
Indomie
dengan
mungkin
Indofood
juga
warung-warung
64
seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie
instan/mie goreng sebagai menu utama).
4. Promosi (Promotion)
Promosi yang dilakukan seperti (a) Tagline : Indomie Seleraku, (b) Iklan :
billboard, iklan TV, sponsor acara, (c) Event : Indomie menggelar ajang
membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul
Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008, (d) Pembuatan Shop
Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di
Yogyakarta) Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada
pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat
sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada
tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih
tetap
bahwa
harus
mengadakan
Indomie
masih
promosi
exsist,
untuk
dan
me-remind
selalu
customer
berinovasi
untuk
produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pasarnya
oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie
menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak
saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup
kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai
gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti
3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie
semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di
Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk
65
para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya.
Hal ini dimaksudkan
lebih
meningkatkan
produk
Indomie.
Indomie
melihat
remaja/pelajar sebagai customer masa depan,
jadi sejak
sekarang
mengenai
Indomie.
remaja/pelajar
Indomie
Future.
Strategi
dan speed.
cost
semacam
menghadapi
strategi
memanfaatkan
para
memberikan
strategi
menerapkan
and
mengenai
mulai
Tentang
untuk
ini
Mastering
antara
competitive
lain
edukasi
brand
persaingan,
The
Present,
fokus
advantage
kepada
Indofood
konsumennya
Di
samping
dengan
itu
organic
melalui scale,
tetap
the
growth,
scope,
melanjutkan
memperkenalkan
akan
Pre-empting
Selain itu akan menjalankan program cost
cutting.
awareness
span,
efficiency
segmentasi
produk-produk
dengan higher price and higher margin. Dikutip dari website yang
beralamat di uwiiii.wordpress.com pada tanggal posting 22 maret 2010.
4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi
keperluan pengukuran baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni
Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas
dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk selama periode 1999 sampai dengan 2011.
66
4.1.2.1 Deskripsi Perputaran Kas
Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, Kas
merupakan elemen penting dalam sebuah perusahaan. Apabila kas didalam
perusahaan terlalu banyak
(over liquid),
maka akan menyebabkan dana
menganggur (idle fund) dan hal ini merugikan perusahaan karena harta yang
dimilikinya tidak memberikan keuntungan. Sedangkan apabila Kas yang dimiliki
terlalu sedikit maka akan menghambat operasi perusahaan, dan hal ini pun tidak
memberikan keuntungan perusahaan bahkan akan mendatangkan kerugian. Agar
keberadaan Kas memberikan keuntungan bagi perusahaan perlu dilakukan
pengaturan, salah satu caranya dengan menilai kesehatan Kas itu sendiri, dengan
cara melakukan perhitungan rasio Perputaran Kas yaitu penjualan dibagi rata-rata
kas. Penggunaan Perputaran Kas ini juga merupakan cara yang efektif untuk
menilai tingkat keefisienan kas perusahaan.
4.1.2.1.1 Pertumbuhan Kas
Pertumbuhan Kas merupakan nilai Kas perusahaan dari tahun ke tahun.
Dimana nilai Kas itu sendiri telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan kas PT Indofood
Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.
67
Tabel 4.1
Pertumbuhan Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Kas
Pertumbuhan Kas (%)
1999
Rp.1.775.873,-
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Rp.1.428.083,Rp.834.386,Rp.1.368.446,Rp.1.529.698,Rp.1.394.075,Rp.970.911,Rp.1.794.451,Rp.4.538.051,Rp.4.271.208,Rp.4.474.830,Rp.10.439.353,-
-19,58
-14,57
64,01
11,78
-8,87
-30,35
84,82
152,89
-5,88
4,77
133,29
2011
Rp.13.049.048,-
25,00
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Berdasarkan tabel diatas, terlihat pertumbuhan kas PT Indofood Sukses
Makmur Tbk mengalami fluktuatif. Pada tahun 1999-2000 dan 2000-2001
pertumbuhan di tahun tersebut mengalami penurunan yaitu sebesar -19,58%
menjadi -41,57%, dengan total kas dari Rp.1.775.873,- menjadi Rp.1.428.083,kemudian turun kembali secara tajam menjadi Rp.834.386,-. Selanjutnya tahun
2001-2002 dan 2002-2003
mengalami kenaikan lagi sebesar 64,01% menjadi
Rp.1.368.446,- dan Rp.1.529.698,- tetapi pada tahun 2003-2004 dan 2004-2005
mengalami penurunan kembali sebesar -8,87%
menjadi -30,35% dalam kisaran
kas sebesar Rp.1.394.075,- menjadi Rp.970.911,- dimana dalam tahun tersebut
merupakan penurunan yang paling rendah. Kemudian tahun 2005-2006 dan 2006-
68
2007 terjadi kenaikan yang sangat signifikan sebesar 84,82% dan 152,89% dalam
kisaran Rp.1.794.451,- menjadi Rp.4.538.051,-. pada tahun 2008 kembali
mengalami penurunan sebesar -5,88% menjadi Rp.4.271.208,- namu pada tahun
2009 sampai tahun 2011 terus mengalami kenaikan masing-masing besarannya
yaitu 4,77% menjadi 133,29% dan 25% dalam kisaran Rp.4.474.830,- menjadi
Rp.10.439.535,- dan kembali menguat menjadi Rp.13.049.048,- untuk melihat
pertumbuhan kas secara lebih jelas setiap tahunnya berikut disajikan grafik
pertumbuhan kas sebagai berikut;
Gambar 4.1
Pertumbuhan Kas
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
Pertumbuhan Kas
14,000,000
12,000,000
10,000,000
8,000,000
6,000,000
4,000,000
2,000,000
-
1998
2000
2002
2004
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
2006
2008
2010
2012
69
Berdasarkan grafik tersebut, terlihat adanya kenaikan yang signifikan
walaupun dari tahun 1999 sampai dengan 2005 cenderung lebih berfluktuatif.
Investasi perusahaan pada kas ini yang paling rendah terjadi pada tahun 2001
sebesar
Rp.834.386,-
sedangkan paling tinggi pada tahun 2011
sebesar
Rp.13.049.048,-.
4.1.2.1.2 Perputaran Kas
Perputaran Kas merupakan alat atau rasio untuk mengukur tingkat
keefisienan
penggunaan kas dalam peusahaan. Semakin tinggi perputarannya,
semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat perusahaan. Menurut Menurut
Riyanto (2008:95) Perputaran Kas (cash turnover) adalah Perbandingan antara
penjualan dengan jumlah rata-rata kas.
Tabel 4.2
Perputaran Kas (Cash Turnover)
PT Indofood Sukses MakmurTbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Kas
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rp.1.775.873,Rp.1.428.083,Rp.834.386,Rp.1.368.446,Rp.1.529.698,Rp.1.394.075,Rp.970.911,Rp.1.794.451,Rp.4.538.051,Rp.4.271.208.Rp.4.474.830,Rp.10.439.353,Rp.13.049.048,-
Kas Rata-rata
Rp.1.601.978
Rp.1.131.235
Rp.1.101.416
Rp.1.449.072
Rp. 1.461.887
Rp.1.182.493
Rp.1.382.681
Rp.3.166.251
Rp.4.404.630
Rp.4.373.019
Rp.7.457.092
Rp.11.744.201
Penjualan
Perputaran Kas
Rp.12.702.239,Rp.14.644.598,Rp.16.466.285,Rp.17.871.425,Rp.17.918.528,Rp.18.764.650,Rp.21.941.558,Rp.27.858.304,Rp.38.799.279,Rp.37.397.319,Rp.38.403.360,Rp.45.332.256,-
8
13
15
12
12
16
16
9
9
9
5
4
Sumber : ICMD 1999 - 2011, data diolah
70
Berdasarkan pada tabel diatas, terlihat perputaran kas mengalami kenaikan
secara cepat, walaupun akhirnya mengalami penurunan. Pada tahun 2000 tingkat
perputaran kas mencapai 8 kali putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada
kas menggunakan rasio perputaran kas sebanyak 8 kali putaran dalam setahun
atau dalam Rp.1 dana yang diinvestasikan pada perputaran kas dalam satu tahun
mengasilkan pendapatan sebesar Rp.8 dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,dan kas rata-rata Rp.1.601.978,- keadaan ini terus mengalami kenaikan sampai
pada puncaknya tahun 2006 yaitu berada pada 16 kali putaran dengan penjualan
sebesar Rp.21.941.558,- dan kas rata-rata Rp.1.382.681,- Akan tetapi pada tahun
2007 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan sampai pada level 4 kali
putaran dalam setahun dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan kas ratarata sebesar Rp.11.744.201,- Berikut grafik mengenai perputaran kas;
Gambar 4.2
Perputaran Kas (Cash Turnover)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
Perputaran Kas
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
1998
2000
2002
2004
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
2006
2008
2010
2012
71
Terlihat pada gambar 4.2 pertumbuhan perputaran kas dari tahun 2000
sampai tahun 2006 megalami kenaikan yang signifikan, walaupun tahun 2003
terjadi penurunan hingga akhirnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada
tahun 2011. Angka perputaran kas tertinggi berada di tahun 2005 dan 2006
sebanyak 16 kali putaran dan terendah pada tahun 2011 sebanyak 4 kali putaran.
4.1.2.2
Deskripsi Perputaran Persediaan
Persediaan
adalah
semua
barang-barang
cadangan
yang
dimiliki
perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah kembali untuk menjaga
kelancaran operasi perusahaan. Sesuai dengan pengertian diatas persediaan
berfungsi menjaga kelancaran operasi perusahaan, dalam arti dengan adanya
persediaan yang cukup, diharapkan dapat memaksimumkan penjualan perusahaan
tanpa adanya barang-barang yang menganggur karena kelebihan persediaan dan
operasi perusahaan terhambat karena kekurangan persediaan. Untuk itu agar
persediaan dapat digunakan secara efisien dan efektif diperlukan adanya
pengelolaan yang baik.
4.1.2.2.1 Pertumbuhan Persediaan
Pertumbuhan persediaan merupakan nilai persediaan perusahaan dari
tahun ke tahun. Dimana nilai persediaan itu sendiri telah tercantum pada laporan
keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan
persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011.
72
Tabel 4.3
Pertumbuhan Persediaan
PT Indofood Sukses MakmurTbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Persediaan
Pertumbuhan
Rp.1.348.653,Rp.1.970.598,Rp.2.137.103,Rp.2.743.304,Rp.2.218.210,Rp.2.284.332,Rp.2.691.672,Rp.2.980.805,Rp.4.172.388,Rp.6.061.219,Rp.5.117.484,Rp.5.644.141,Rp.6.536.343,-
0,46
0,08
0,28
(0,19)
0,03
0,18
0,11
0,40
0,45
(0,16)
0,10
0,16
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Pada tabel 4.3 terlihat pertumbuhan persediaan yang signifikan, walaupun
masing-masing tahun mengalami pertumbuhan persentase yang berbeda-beda
kecuali pada tahun 2003 dan 2009 yang mengalami penurunan. Tahun 2000
sampai 2002 pertumbuhan sebesar 0,46 atau 46%, 0,08 atau 8% dan 0,28 atau
28% pada tahun 2002 dengan pertumbuhan kas mencapai Rp.2.743.304,- namun
pada tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau 19% menjadi Rp.2.218.210,kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 terjadi kenaikan lagi secara signifikan
dengan
persentase
yang berbeda-beda pula,
hingga tahun 2008
menjadi
puncaknya sebesar 0,45 atau 45% dengan kas Rp.6.061.219,- tahun 2009 turun
kembali sebesar 0,16 atau 16% dalam posisi Rp.5.117.484,- dan naik lagi sampai
73
tahun 2011 sebesar 0,16 atau 16% dengan kas mencapai Rp.6.536.343,- Berikut
disajikan grafik mengenai pertumbuhan persediaan;
Gambar 4.3
Pertumbuhan Persediaan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
Pertumbuhan Persediaan
7,000,000
6,000,000
5,000,000
4,000,000
3,000,000
2,000,000
1,000,000
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Terlihat pada gambar 4.3 pertumbuhan persediaan terjadi kenaikan yang
signifikan, walaupun di tahun 2003 dan 2009 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau
19% dan 0,16 atau 16%. Akan tetapi penurunan tersebut tidak mempengaruhi
karena pertumbuhan persediaan perusahaan yang semakin meningkat yaitu tahun
2008 sebagai tahun tertinggi pertumbuhan persediaan sebesar 0,45 atau 45%
dengan kas sebesar Rp.6.061.219,-.
74
4.1.2.2.2 Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut
diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Berdasarkan teori yang dikemukakan
sebelumnya bahwa semakin tinggi perputaran persediaan, maka keuntungan yang
didapat perusahaan juga akan semakin tinggi. Adapun formulasi perputaran
persediaan yaitu penjualan dibagi rata-rata persediaan.
Tabel 4.4
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
PT Indofood Sukses MakmurTbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Persediaan
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rp.1.348.653,Rp.1.970.598,Rp.2.137.103,Rp.2.743.304,Rp.2.218.210,Rp.2.284.332,Rp.2.691.672,Rp.2.980.805,Rp.4.172.388,Rp.6.061.219,Rp.5.117.484,Rp.5.644.141,Rp.6.536.343,-
Persediaan
Rata-rata
Rp.1.659.626,Rp.2.053.851,Rp.2.440.204,Rp.2.480.757,Rp.2.251.271,Rp.2.488.002,Rp.2.836.239,Rp.3.576.597,Rp.5.116.804,Rp.5.589.352,Rp.5.380.813,Rp.6.090.242,-
Penjualan
Rp.11.548.599,Rp.12.702.239,Rp.14.644.598,Rp.16.466.285,Rp.17.871.425,Rp.17.918.528,Rp.18.764.650,Rp.21.941.558,Rp.27.858.304,Rp.38.799.279,Rp.37.397.319,Rp.38.403.360,Rp.45.332.256,-
Perputaran
Persediaan
8
7
7
7
8
8
8
8
8
7
7
7
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat pertumbuhan Perputaran Persediaan pada
perusahaan ini tidak terlalu signifikan baik kenaikan maupun penurunan bahkan
cenderung statis. Pada tahun 2000 tingkat Perputaran Persediaan mencapai 8 kali
putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada persediaan menggunakan rasio
Perputaran Persediaan sebanyak 8 kali dalam setahun atau dalam Rp.1,- dana
75
yang diinvestasikan pada perputaran persediaan dalam satu tahun mengasilkan
pendapatan sebesar Rp.8,- dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,- dan
persediaan rata-rata sebesar Rp.1.659.626,- kemudian turun 2001 sampai 2003
menjadi 7 kali putaran per tahun dengan penjualan pada tahun 2003 sebesar
Rp.17.871.425,- dan persediaan rata-rata Rp.2.480.757,- kemudian kembali
mengalami kenaikan lagi pada tahun 2004 sampai 2008 pada posisi 8 kali putaran,
dengan
penjualan
Rp.5.116.804,-
sebesar
Rp.38.799.279,-
dan
persediaan
rata-rata
kemudian turun kembali berturut-turut pada posisi semula yaitu 7
kali putaran dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan persediaan rata-rata
Rp.6.090.242,- pada tahun 2011. Berikut disajikan grafik mengenai Perputaran
Persediaan.
Gambar 4.4
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
Perputaran Persediaan
8.2
8
7.8
7.6
7.4
7.2
7
6.8
1998
2000
2002
2004
2006
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
2008
2010
2012
76
Berdasarkan Gambar 4.4
tidak terlihat adanya kenaikan dan penurunan
yang signifikan, dalam grafik tersebut cenderung statis. Artinya dari tahun ke
tahun persediaan tidak mengalami perubahan yakni berada pada 7 dan 8 kali
perputaran persediaan dalam setiap tahunnya.
4.1.2.3. Deskripsi Profitabilitas
Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
laba. kemampuan disini yaitu dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan
seperti aktiva, penjualan, strategi, produk dan sebagainya yang digunakan dalam
operasi
perusahaan
bertujuan
untuk
Profitabilitas
biasanya
dijadikan
perusahaan.
Semakin
tinggi
kemampulabaan
perusahaan
salah
angka
menghasilkan
satu
tolak
profitabilitas
menunjukan
hasil
laba
secara
ukur
kesehatan sebuah
yang
yang
diraih,
positif.
maksimal.
berarti
Hal
ini
mencerminkan tingkat keefektifan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam
menjalankan operasinya berjalan dengan baik.
4.1.2.3.1 Deskripsi Return On Assets (ROA)
Return On Assets (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba melalui harta yang dimilikinya untuk menjalankan operasi
perusahaan.
Return On Assets (ROA) menunjukan tingkat keefisienan perusahaan
dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan, semakin
tinggi tingkat ROA maka akan semakin baik. Formulasi untuk menghitung ROA
yaitu laba bersih (Net Income) dibagi total aktiva (Total Assets). Berikut
pertumbuhan Return On Assets (ROA).
77
Tabel 4.5
Return On Assets (ROA)
PT Indofood Sukses MakmurTbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Total Aktiva
Laba Bersih
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
Rp.10.637.680,Rp.12.554.630,Rp.12.979.102,Rp.15.251.516,Rp.15.308.854,Rp.15.673.356,Rp.14.786.084,Rp.16.267.483,Rp.29.706.895,Rp.39.591.309,Rp.40.382.953,Rp.47.275.955,Rp.53.585.933,-
Rp.1.395.399,Rp.646.172,Rp.746.330,Rp.802.633,Rp.603.481,Rp.386.919,Rp.124.018,Rp.661.210,Rp.980.357,Rp.1.034.389,Rp.2.075.861,Rp.2.952.858,Rp.4.891.716,-
ROA
0,051
0,058
0,053
0,039
0,025
0,008
0,041
0,033
0,026
0,051
0,062
0,091
(%)
5,15
5,75
5,26
3,94
2,47
0,84
4,06
3,30
2,61
5,14
6,25
9,13
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Berdasarkan tabel 4.5 terlihat pertumbuhan Return On Assets (ROA)
menunjukan pertumbuhan yang fluktuatif, artinya masih sering terjadi kenaikan
dan penurunan secara berkala. Pada tahun 2000 ROA yang didapat oleh
perusahaan sebesar 0,0515 atau 5,15%. Artinya dari seluruh aset yang dimiliki
perusahaan menghasilkan laba sebesar 5,15%. Diikuti dengan tahun berikutnya
yaitu tahun 2001 yang mengalami peningkatan menjadi 0,058 atau 5,8% hal ini
terjadi karena ada peningkatan pada laba setelah pajak sebesar Rp.746.330,- dan
total aktiva sebesar Rp.12.979.102,- namun dari tahun 2002 terjadi penurunan
yang sangat signifikan sampai pada tahun 2005. Yaitu tahun 2002 angka ROA
yang didapat perusahaan sebesar 0,053 atau 5,3% hal ini dikarenakan total aktiva
mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih
perusahaan. Akibatnya banyak aset yang menganggur sehingga kemampulabaan
78
perusahaan menjadi melemah. Selanjutnya tahun 2003 yang semakin menurun
menjadi 0,039 atau hanya 3,9% yang dicapai perusahaan. Selanjutnya kondisi
serupa masih terjadi pada tahun 2004 sebesar 0,025 atau 2,5% yakni turun sebesar
1,4% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 yang menjadi puncak titik
terendah berada pada angka 0,008 atau 0,8% pencapai ROA pada saat itu. Hal ini
terjadi karena semakin rendahnya tingkat penjualan yang berakibat pada penjualan
menurun yaitu sebesar Rp.124.018,- dan nilai total aktiva pun menurun yaitu
menjadi Rp.14.786.084,- namun pada tahun 2006 perusahaan
mengalami
peningkatan yang cukup tinggi hingga mencapai 0,041 atau 4,1% kemudian turun
kembali pada tahun 2007 menjadi 0,033 atau 3,3% . Hal ini terjadi karena terjadi
kenaikan pada aktiva yang melebihi kenaikan laba bersih sehingga aset yang
menganggur
berpotensi
memberikan
pengaruh
terhadap
tingkat
keuntungan
perusahaan. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008 tidak jauh beda dengan
kondisi tahun 2007 yaitu sebesar 0,026 atau 2,6% yang masing dipengaruhi oleh
kenaikan aktiva. Namun pada tahun 2009 terjadi kenaikan pada penjualan sebesar
2 kali lipat dari sebelumnya hingga berpengaruh terhadap total aktiva yang
semakin meningkat pula dan tentunya berdampak pada ROA menjadi naik pada
level 0,051 atau 5,1%. Selanjutnya kenaikan tersebut diikuti pula pada tahun 2010
dan 2011, dimana masing-masing tahun mencapai tingkat ROA sebesar 0,062 atau
6,2% dan tahun 2011 sebesar 0,091 atau 9,1% dengan kisaran laba bersih sebesar
Rp.2.952.858,Rp.47.275.955,-
dan
Rp.4.891.716,-
dan Rp.
dan
total aktiva berada pada level
53.585.933,-. Berikut disajikan grafik mengenai
pertumbuhan Return On Assets (ROA).
79
Gambar 4.5
Pertumbuhan Return On Assets (ROA)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011
Pertumbuhan Return On Assets (ROA)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah
Berdasarkan pada gambar 4.5 terlihat pertumbuhan menunjukan kenaikan
yang signifikan meskipun ada penurunan yang sangat tajam. Titik pertumbuhan
tertinggi Return On Assets (ROA) berada pada tahun 2011 dengan angka rasio
sebesar 0,091 atau 9,1% dan titik terendah pertumbuhan Return On Assets (ROA)
sebesar 0,008 atau 0,8% yang terjadi pada tahun 2005.
4.1.3 Analisis Data
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian diolah dengan
menghitung setiap nilai dari variabel dalam penelitian ini yaitu Perputaran Kas
(Cash Turnover), Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dan Return On
Assets (ROA), maka dapat diketahui deskriptif statisttik yang meliputi nilai
80
maksimum, nilai minimum, mean dan standard deviation dari masing-masing
variabel penlitian pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CashTurnover
12
4.00
16.00
10.6667
4.00757
InventoryTurnover
12
7.00
8.00
7.5000
.52223
ROA
12
.01
.09
.0442
.02109
Valid N (listwise)
12
Berdasarkan tabel diatas, terdapat 12 sampel data Perputaran Kas,
Perputaran Persediaan dan Return On Assets (ROA) yaitu dari tahun 1999 sampai
2011. Dari perhitungan diatas didapatkan hasil rata-rata Perputaran Kas sebesar
10,6667 dengan standard deviation 4,00757. Sedangkan nilai minimum sebesar
4,00 dan nilai maksimum 16,00. Selanjutnya pada rata-rata variabel Perputaran
Persediaan 10,6667 dengan nilai minimum 7,00 dan nilai maksimum 8,00
sedangkan pada standard deviation sebesar 0,52223. Hasil perhitungan dari kedua
variabel indenden ini mengindikasikan nilai yang akurat dan dapat dipercaya
karena angka yang didapat lebih tinggi dari standard deviation. Standard
deviation mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut lebih rendah
dari nilai rata-ratanya.
Untuk hasil perhitungan pada variabel dependen yaitu Return On Assets
(ROA), didapat nilai rata-rata sebesar 0,0442 dengan aset terendah sebesar 0,01
dan aset tertinggi sebesar 0,09. Hal ini menunjukan tidak terjadi penyimpangan
data, dikarenakan nilai mean lebih besar dari nilai standard deviation.
81
4.1.3.1 Analisis Regresi Linier
4.1.3.1.1 Analisis Regresi Linier Sederhana
Dalam pengujian hipotesis, uji parsial (uji-t) dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh satu variabel independen terhadap variabel
dependen.
Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y).
4.1.3.1.1.1 Pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On
Assets (ROA)
Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi
yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen yaitu
untuk mengetahui pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On
Assets (ROA) maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana.
Tabel 4.7
a
Coefficients Regresi Linier Sederhana
Standardize
Model
1
Unstandardized
d
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
B
(Constant)
CashTurnov
er
Std. Error
.078
.015
-.003
.001
Beta
-.595
t
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
5.118
.000
.044
.111
-2.342
.041
-.006
.000
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.7, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana
untuk Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) yaitu:
82
Y = α + β1 Χ1
Y = 0,078 – 0,003X1
Keterangan:
Y
= Return On Assets (ROA)
α
= Konstanta
X1
= Perputaran
Kas (cash turnover)
Dari persamaan diatas,
dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada
peningkatan Perputaran Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA)
sebesar 0,078. Adapun nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar
-0,003 dan bertanda negatif.
Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas
mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA)
yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka
terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%.
4.1.3.1.1.2 Pengaruh Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap
Return On Assets (ROA)
Sesuai dengan pemaparan sebelumnya mengenai pengujian pengaruh
Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA), uji parsial pun
dilakukan dalam menguji pengaruh Perputaran Persediaan (inventory turnover)
terhadap Return On Assets (ROA) sehingga dapat diketahui pengaruh variabel
masing- masing.
83
Tabel 4.8
Coefficients a Regresi Linier Sederhana
Standardiz
Unstandardized
ed
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
Model
1
B
(Constant)
InventoryTurn
over
Std. Error
.257
.068
-.028
.009
Beta
-.702
t
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
3.753
.004
.104
.409
-3.114
.011
-.049
-.008
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.8, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana
untuk Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets
(ROA) yaitu:
Y = α + β2 Χ2
Y = 0,257 – 0,028X2
Keterangan:
Y
= Return On Assets (ROA)
α
= Konstanta
X2
= Perputaran
Dari persamaan
Persediaan (inventory turnover)
diatas,
dapat
disimpulkan bahwa jika tidak
peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover)
ada
maka nilai Return On
Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan
sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif.
Hal ini menunjukan
bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik
dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan
Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets
(ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%.
84
4.1.3.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda
atau simultan (uji-F) ini, dimana uji secara simultan (uji-F) dilakukan untuk
mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji
simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (X)
terhadap variabel dependen (Y).
Tabel 4.9
Coefficients a Regresi Linier Berganda
Standardiz
Model
1
Unstandardized
ed
95% Confidence
Coefficients
Coefficients
Interval for B
B
(Constant)
CashTurnover
InventoryTurn
over
Std. Error
.247
.058
-.002
.001
-.024
.008
Beta
t
Sig.
Lower
Upper
Bound
Bound
4.261
.002
.116
.377
-.442
-2.247
.051
-.005
.000
-.586
-2.978
.016
-.042
-.006
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 Χ2
Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2
Keterangan:
Y
= Return On Assets (ROA)
α
= Konstanta
X1
= Perputaran Kas (cash turnover)
X2
=
Perputaran Persediaan (inventory turnover)
85
Dari tabel 4.9 mengenai pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On
Assets (ROA) dimana data tersebut dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak
signifikan, karena batas tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas
sebesar 0,051 (0,051>0,05) nilai variabel Perputaran Kas (X1 ) lebih besar dari
tingkat signifikan, sehingga Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
berhubungan tidak signifikan.
Begitupun dengan Perputaran Persediaan,
sesuai dengan tabel 4.8 dan
persamaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan
Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On Assets (ROA)
sebesar 0,247. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2
sebesar -0,024 dan bertanda negatif.
Hal ini menunjukan bahwa Perputaran
Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On
Assets
(ROA) yang mengandung arti bahwa setiap
kenaikan Perputaran
Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA)
sebesar 0,024 atau 2,4%.
4.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation)
Analisis korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel
atau lebih yang sifatnya kuantitatif, dan untuk menentukan derajat kekuatan atau
hubungan variabel independen terhadap variabel dependen
tersebut dinamakan
koefisien korelasi. Adapun cara untuk memberi interpretasi kuatnya hubungan
setiap angka kolerasi digunakan pedoman sebagai berikut:
86
Tabel 4.10
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
0,00 - 0,199
0,20 - 0,399
Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
0,40 - 0,599
0,60 - 0,799
0,80 - 1,000
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Interval Koefisien
4.1.3.2.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X1 yaitu
Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets
(ROA) sebagai berikut:
Tabel 4.11
Correlations
CashTurnover
CashTurnover
Pearson Correlation
ROA
1
Sig. (2-tailed)
N
ROA
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
-.595 *
.041
12
12
-.595 *
1
.041
12
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas
(cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti
antara Perputaran Kas dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang
artinya peningkatan Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595
menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover)
87
dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada
dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah
sedang. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih
kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran
Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA)
adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang.
4.1.3.2.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X2 yaitu
Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On
Assets (ROA) sebagai berikut:
Tabel 4.12
Correlations
InventoryTurnov
er
InventoryTurnover
ROA
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
.011
N
ROA
-.702 *
Pearson Correlation
12
12
*
1
-.702
Sig. (2-tailed)
.011
N
12
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan
tabel,
diketahui
koefisien
korelasi
antara
Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai
negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan
88
berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti
oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara
Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA)
adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 –
0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan
(2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05
menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah
signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah
signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat.
4.1.3.2.2 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan
terhadap Return On Assets (ROA)
Dalam analisis ini yaitu Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara
simultan terhadap Return On Assets (ROA) untuk mencari hubungan antara dua
variabel tersebut digunakan matriks korelasi. Dimana matriks korelasi digunakan
untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara
bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya. Sehingga dapat diketahui
besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek penelitian
terhadap variabel terikatnya. Jika nilai koefisien korelasi suatu variabel diketahui
bertanda positif maka memiliki hubungan cenderung berbanding lurus sedangkan
jika nilai koefisien korelasi negatif maka memiliki hubungan berbanding terbalik.
Adapun datanya sebagai berikut:
89
Tabel 4.13
Correlations
InventoryTurnov
CashTurnover
CashTurnover
er
.261
-.595 *
.413
.041
12
12
12
Pearson Correlation
.261
1
-.702 *
Sig. (2-tailed)
.413
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
InventoryTurnover
N
ROA
ROA
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
.011
12
12
12
-.595 *
-.702 *
1
.041
.011
12
12
N
12
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.13, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas
dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif
berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada
Perputaran
Kas
akan
diikuti dengan
peningkatan
Perputaran
Persediaan,
begitupun sebaliknya jika Perputaran Kas mengalami penurunan maka Perputaran
Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat
dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka
hubungan
kedua
variabel signifikan,
sebaliknya
tidak
signifikan
jika
nilai
Signifikansi > 0,05.
Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar daripada
besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan
90
Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan
tidak signifikan.
Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan
Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas
dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan
Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa
hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On
Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval
koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.
Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil
daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas
terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah
signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang.
Begitupun
dengan
koefisien
korelasi
antara
Perputaran
Persediaan
(inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif,
berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding
terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA.
Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat,
karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang
berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed)
91
sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05
menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah
signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah
signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat.
4.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2 )
R Square (R2 ) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk
mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 atau 100%, menunjukkan
adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen.
4.1.3.3.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh
variabel X1 yaitu Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return
On Assets (ROA) sebagai berikut:
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
b
Model Summary
Model
1
R
.595
R Square
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.354
a. Predictors: (Constant), CashTurnover
b. Dependent Variable: ROA
.290
.01777
92
Berdasarkan tabel 4.14 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan
oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,354 atau 35,4%
artinya Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya
sebesar 64,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran
Kas terhadap Return On Assets (ROA) adalah lemah, dikarenakan besarnya R
Square yang mendekati 1 atau 100% maka hubungan tersebut dikatakan sempurna
atau kuat.
4.1.3.3.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh
variabel X2 yaitu Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y
yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut:
Tabel 4.15
Koefisien Determinasi Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
(ROA)
b
Model Summary
Model
1
R
R Square
.702 a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.492
.442
.01576
a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.15 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang
ditunjukan oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,492
93
atau 49,2% artinya Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar
49,2% dan sisanya sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi
hubungan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah
sedang, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka
hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat.
4.1.3.3.3 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan
terhadap Return On Assets (ROA)
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya koefisien determinasi berfungsi
untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel bebas yaitu Perputaran
Kas dan Perputaran Persediaan terhadap variabel terikat yaitu Return On Assets
(ROA), juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kedua
variabel bebas
tersebut
terhadap
variabel terikat.
Berikut data koefisien
determinasi secara simultan yaitu;
Tabel 4.16
Koefisien Determinasi secara simultan
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.821 a
.675
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.602
.01330
a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel 4.16 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara
Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover)
secara simultan dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan oleh R Square,
94
besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh
kedua variabel bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan
sisanya sebesar 32,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan
Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
adalah kuat, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka
hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat.
4.1.3.4
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen atau terikat baik secara parsial maupun simultan.
4.1.3.4.1 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return
On Assets (ROA)
Pengujian secara parsial (Uji-t) digunakan untuk membuktikan apakah
variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen
secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini digunakan untuk menentukan variabel
independen yang memiliki hubungan paling dominan terhadap variabel terikat.
Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA
Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA
2.
Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.
95
3.
Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1–1 = 10.
4.
Berdasarkan angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah
2,22814.
5.
Mencari t hitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan
dengan t tabel untuk dibuat keputusan.
Tabel 4.17
Pengujian Hipotesis (Uji-t)
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
CashTurnover
Std. Error
Coefficients
Beta
t
Sig.
.078
.015
5.118
.000
-.003
.001
-.595 -2.342
.041
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel, t hitung adalah negatif 2,342. Sedangkan t tabel adalah
2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding
terbalik, sedangkan 2,342 artinya thitung > t
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran Kas
terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
96
Gambar 4.6
Hasil Uji t Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA)
Daerah penolakan
Daerah penerimaan
t hitung (-2,342) -t tabel (-2,22814)
Daerah penolakan
t tabel (2,22814)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah
penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan Kas
terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar 0,041 atau
lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan hubungan antara
Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan Return On Assets
(ROA).
4.1.3.4.2 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap
Return On Assets (ROA)
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pengujian secara parsial (Uji-t)
digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini
digunakan
untuk
menentukan variabel independen yang memiliki hubungan
97
paling
dominan
terhadap
variabel
terikat.
Adapun
langkah-langkah
yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1.
Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan
ROA
Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA
2.
Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.
3.
Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1– 1 = 10.
4.
Berdasaran angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah
2,22814.
5.
Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan
dengan ttabel untuk dibuat keputusan.
Tabel 4.18
Pengujian Hipotesis (Uji-t)
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
InventoryTurnover
Std. Error
.257
.068
-.028
.009
Coefficients
Beta
t
-.702
Sig.
3.753
.004
-3.114
.011
a. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel, thitung adalah negatif 3,114. Sedangkan ttabel adalah
2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding
98
terbalik, sedangkan 3,114 artinya thitung > t
tabel
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran
Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4.7
Hasil Uji t Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
Daerah penolakan
Daerah penerimaan
t hitung (-3,114) -t tabel (-2,22814)
Daerah penolakan
t tabel (2,22814)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah
penolakan Ho
yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan
Persediaan terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar
0,011 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan
hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran
Persediaan dan Return On Assets (ROA).
99
4.1.3.4.3
Uji secara
simultan (Uji-F) Pengaruh Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
Penggunaan
menunjukkan
analisis
apakah
secara
semua
simultan
(Uji-F)
bertujuan
untuk
variabel independen yang dimasukkan dalam
penelitian ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat
dengan batasan taraf siginifikansi yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk
menguji hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha)
Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan secara simultan dengan ROA
Ha ;
µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan secara simultan dengan ROA
2.
Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata
(level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05.
3.
Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n–k–1 = 12 – 2– 1 = 9.
4.
Mencari Ftabel pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom) 1
(db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k-1). Sehingga untuk F
tabel
dapat
ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel bebas dan n
adalah banyaknya sampel. Sehingga db1= 2, db2= 12-2-1=9, maka F
(0,05; 2; 9) adalah 4,2565
5.
Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan
dengan ttabel untuk dibuat keputusan.
100
Tabel 4,19
Pengujian Hipotesis (Uji-F)
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.003
2
.002
Residual
.002
9
.000
Total
.005
11
F
9.336
Sig.
.006
a
a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel tersebut Fhitung adalah 9,336 sedangkan Ftabel adalah
4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti,
terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Perputaran Kas (cash
turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On
Assets (ROA). Berikut gambar dari perhitungan diatas:
Gambar 4.8
Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F)
Daerah penerimaan Ho
F tabel (4,2565)
Daerah penolakan Ho
F hitung (9,336)
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa F hitung berada pada daerah
penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh secara positif antara Perputaran Kas
dan Perputaraan Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA),
101
dan pada tingkat signifikan sebesar 0,006 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar
0,05 sehingga menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan secara simultan terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA).
4.2
Pembahasan
4.2.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) pada PT
Indofood Sukses Makmur Tbk
Perputaran Kas merupakan alat analisis untuk menilai tingkat keefektifan
dana yang tertanam di dalam kas, Perputaran Kas itu sendiri mempunyai arti
perputaran dana kas yang diinvestasikan hingga menjadi kas kembali, sehingga
dengan
adanya
perputaran
tersebut
dapat
memberikan
keuntungan
bagi
perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan yaitu analisis regresi sederhana Perputaran
Kas terhadap ROA menunjukan persamaan yaitu Y = 0,078 – 0,003X1. Dari
persaman tersebut mempunyai arti bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran
Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,078. Adapun
nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar -0,003 dan bertanda
negatif.
Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas mempunyai hubungan yang
berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti
bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka terjadi penurunan pada
Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%.
102
Berdasarkan analisis korelasi juga didapatkan data yaitu memiliki nilai
negatif dengan posisi berada pada angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan
yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets
(ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien
0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai
Signifikan sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05
menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash
turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan
interpretasi koefisien korelasi sedang. Sedangkan besarnya koefisien determinasi
yang didapat adalah sebesar 0,354 atau 35,4% artinya Perputaran Kas
berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya sebesar 64,6% dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas terhadap Return On
Assets (ROA) adalah lemah.
Sedangkan berdasarkan uji-t yang didapat yaitu berdasarkan tabel, thitung
adalah negatif 2,342 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228,
maka thitung > t
tabel
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti
bahwa terdapat Pengaruh antara Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return
On Assets (ROA).
Dengan adanya hasil penelitian ini, jelas berbanding lurus dengan teori
yang sudah ada. Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA mengandung arti
bahwa setiap perputarannya memberikan keuntungan sekaligus mengindikasikan
bahwa dana yang ditanam di kas berproduktif dan terhindar dari dana mengendap
103
(idle fund), namun nilainya negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi
Perputaran Kas akan semakin baik, tapi apabila perputarannya terlalu tinggi maka
nilai dana yang berputar dalam kas tersebut terlalu kecil sehingga tidak
berdampak pada keuntungan perusahaan sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Bambang Riyanto.
4.2.2 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA)
pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Perputaran Persediaan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai
tingkat
kemampuan
perusahaan
dalam mendapatkan
laba,
karena dengan
Perputaran Persediaan menunjukan tingkat keefisienan dana yang ditanamkan
pada persediaan, semakin cepat perputarannya akan semakin baik karena selain
akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan juga terhindar dari risiko yang
terjadi seperti pembengkakan biaya penyimpanan, kerusakan produk, hingga tak
laku dijual karena selera konsumen yang berubah.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis regresi
sederhana diperoleh persamaan Y = 0,257 – 0,028X2, sehingga dapat disimpulkan
bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover)
maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien
Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif.
Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang
berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti
104
bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan
pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%.
Pada
analisis
korelasi diketahui koefisien korelasi antara Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai
negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan
berbanding terbalik, yang artinya peningkatan perputaran persediaan tidak diikuti
oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara
Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA)
adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 –
0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan
(2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05
menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah
signifikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran
Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah
signifikan
dengan
kekuatan
interpretasi koefisien korelasi kuat,
sedangkan
besarnya koefisien determinasi yang didapat adalah 0,492 atau 49,2% artinya
Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar 49,2% dan sisanya
sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran
Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah sedang.
Sedangkan pada pengujian t yang telah dilakukan, didapat data yaitu thitung
adalah negatif 3,114 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228,
maka thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti
105
bahwa
terdapat pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets
(ROA).
Penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan teori yang sudah ada, hanya
saja nilainya negatif. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya harga
bahan baku persediaan naik pada tahun 2010 sehingga biaya pembelian menjadi
tinggi namun pada saat penjualan produk perusahaan harga barang sudah normal
kembali sehingga hal ini merugikan perusahaan dikarenakan biaya pembelian
lebih besar daripada biaya penjualan.
4.2.3 Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan
terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur
Tbk
Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, keuntungan
itu sendiri dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Dimana rasio profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas itu sendiri dapat diukur dengan kemampuannya menggunakan aktiva
secara produktif. Dalam pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini digunakan
alat ukur Return On Asset (ROA) karena rasio ini menunjukan kemampuan atas
modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan
untuk menghasilkan laba. semakin tinggi angka rasio ini berarti semakin baik, hal
ini menunjukan bahwa tingkat keefisienan aktiva yang digunakan baik sehingga
mendatangkan keuntungan.
106
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan analisis regresi
berganda, didapatkan hasil persamaan yaitu Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2, yang
mempunyai arti dimana pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets
(ROA) dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak signifikan, karena batas
tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas sebesar 0,051 (0,051>0,05)
nilai variabel perputaran kas (X1 ) lebih besar dari tingkat signifikan, sehingga
Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) berhubungan tidak signifikan.
Namun pada Perputaran Persediaan, sesuai dengan persamaan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory
turnover)
maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,247. Adapun nilai
koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,024 dan bertanda
negatif.
Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan
yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti
bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan
pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,024 atau 2,4%.
Adapun pada analisis korelasi, tingkat koefisien korelasi antara Perputaran
Kas dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif
berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada
Perputaran
Kas
akan
diikuti dengan
peningkatan
Perputaran
Persediaan,
begitupun sebaliknya jika perputaran kas mengalami penurunan maka Perputaran
Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat
dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka
hubungan
kedua
variabel signifikan,
sebaliknya
tidak
signifikan
jika
nilai
107
Signifikansi >0,05. Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran
Persediaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar
daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan
tidak signifikan.
Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan
Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas
dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan
Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa
hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On
Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval
koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang.
Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil
daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas
terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah
signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. Begitupun
dengan koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover)
dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran
Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya
peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702
menunjukan
bahwa
hubungan
yang
terjadi
antara
Perputaran
Persediaan
108
(inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai
tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat
hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,011
yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan
antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover)
dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi
koefisien korelasi kuat.
Selanjutnya
pada
analisis
koefisien
determinasi
besarnya
koefisien
determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh kedua variabel
bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan sisanya sebesar 32,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas dan
Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah kuat.
Pada pengujian secara farsial didapat data yaitu F hitung adalah 9,336
sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang berarti, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover)
terhadap Return On Assets (ROA).
Dengan adanya hasil penelitian ini, yang menunjukan bahwa Perputaran
Kas dan Perputaran Persediaan secara bersamaan/simultan berpengaruh signifikan
terhadap Return On Assets (ROA) sehingga penelitian ini mendukung teori yang
menjelaskan bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan
maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.
109
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis telah lakukan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Perputaran Kas (Cash Turnover) terhadap Return On Assets (ROA)
Hubungan Perputaran Kas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
memberikan pengaruh signifikan terhadap ROA, hal tersebut ditujukan
dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,595 dengan tingkat hubungan
sedang,
kemudian
memiliki
koefisien
determinasi
sebesar
35,4%.
selanjutnya berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) yang
didapat yaitu thitung adalah negatif 2,342 sedangkan ttabel adalah 2,228, maka
thitung > t
tabel
berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak berarti terdapat
pengaruh antara Perputaran Kas terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Perputaran Kas berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On
Assets (ROA).
2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap ROA
Hubungan Perputaran Persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk
memberikan pengaruh signifikan kepada ROA, hal tersebut ditujukan
dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,702 dengan tingkat hubungan
adalah kuat, memiliki koefisien determinasi sebesar 49,2%. Kemudian pada
pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) adalah thitung negatif 3,114
sedangkan t
tabel
adalah 2,228, maka t
hitung
> t tabel berarti Ho ditolak dan Ha
110
diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat Pengaruh Perputaran
Persediaan terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran
Persediaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Assets
(ROA).
3. Perputaran Kas (Cash Turnover) dan Perputaran Persediaan (Inventory
Turnover) secara simultan terhadap Return On Assets (ROA)
Hubungan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan pada
PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan pengaruh yang signifikan
kepada ROA, hal tersebut ditujukan dengan besarnya koefisien korelasi
negatif sebesar 0,596 dan 0,702 dengan tingkat hubungan masing-masing
adalah sedang dan kuat. Kemudian memiliki koefisien determinasi sebesar
67,5%. Selanjutnya pada pengujian hipotesis yang didapat yaitu F hitung adalah
9,336 sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho
ditolak dan Ha diterima. yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara
Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA.
Dengan adanya hasil penelitian ini, mendukung teori yang menjelaskan
bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan maka
semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat.
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis memberikan
saran baik untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai berikut:
111
1.
Bagi perusahaan yaitu dalam meningkatkan kemampuannya mendapatkan
keuntungan yang maksimal sebaiknya perusahaaan menggunakan asetnya
seefektif mungkin, berdasarkan hasil penelitian pada PT Indofood Sukses
Makmur Tbk periode 1999-2011, investasi pada kas dan persediaan yang
dilihat dari perputaran sebagai alat keefektifannya tidak memberikan
keuntungan
yang
tinggi.
Hal
tersebut
dikarenakan
semakin
tinggi
perputarannya justru laba yang didapat perusahaan semakin rendah.
2.
Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak
dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor industri dan
memperpanjang periode penelitian. Serta menambah variabel independen
yang
turut
mempengaruhi profitabilitas
perusahaan.
Hal ini karena
profitabilitas perusahaan tidak hanya ditentukan oleh pengaruh Perputaran
Kas dan Perputaran Persediaan saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lainnya.
Download