BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sebuah perusahaan didirikan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau laba (Profit Oriented). Laba atau keuntungan menurut Rahardja dan Manurung (2008:133) adalah nilai penerimaan total perusahaan dikurangi biaya total yang dikeluarkan perusahaan, sedangkan secara teoritis laba adalah kompensasi atas risiko yang ditanggung oleh perusahaan. Makin besar risiko, laba yang diperoleh harus semakin besar pula. Artinya laba yang didapatkan perusahaan harus menunjukkan angka yang positif dari waktu ke waktu. Hal ini dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan kesinambungan operasi perusahaan sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam mendapatkan laba hanya bisa dicapai dengan pengelolaan yang baik, salah satunya adalah pengelolaan manajemen keuangan. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2006:4) fungsi dari manajemen keuangan yaitu melakukan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan. Untuk melaksanakan manajemen keuangan tersebut perlu dipahami tentang teori keuangan. Teori keuangan ini menjelaskan mengapa suatu fenomena di bidang keuangan terjadi dan mengapa keputusan keuangan perlu diambil dalam menghadapi persoalan keuangan tertentu. Memang pada dasarnya fungsi keuangan itu sendiri terbagi dalam dua kelompok kegiatan yaitu kegiatan mencari dana dan menggunakan dana. Indikator 2 pengambilan keputusan keuangan tersebut biasanya selalu memperhatikan tingkat return investasi, jangka waktu pengembalian, nilai waktu uang, prospek investasi yang digeluti, risiko yang dihadapi dan sebagainya. Dengan kata lain, teori keuangan mencoba menjelaskan alasan pengambilan keuangan. Struktur pengambilan keputusan yang keputusan logis akan di bidang menghasilkan jawaban yang lebih baik terhadap berbagai pertanyaan normatif seperti bagaimana seharusnya kebijakan diambil, apabila pengambil keputusan mempunyai sejumlah teori positif yang mampu menjelaskan konsekuensi pilihan yang akan diambil seperti dampak yang akan ditanggung apabila perusahaan merubah keputusan termasuk mengenai pengelolaan modal yang dimiliki perusahaan agar bisa berfungsi sebagaimana mestinya (Husnan dan Pudjiastuti, 2006:4). Untuk menjalankan usahanya, setiap perusahaan pasti membutuhkan dana sebagai modal awal. Dana diperoleh berasal dari internal perusahaan dan eksternal perusahaan. Dana yang berasal dari internal perusahaan didapat dari modal yang disetor oleh pemilik perusahaan, laba ditahan, dan cadangan perusahaan. Dana ini disimpan sebagai modal perusahaan sedangkan dana eksternal didapat dari investor, bank, perusahaan pembiayaan maupun pihak lain berupa hutang. Dana tersebut kemudian digunakan untuk membeli aktiva lancar maupun aktiva tetap seperti memproduksi barang dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, mengadakan persediaan kas dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk melakukan bisnis setiap perusahaan selalu memerlukan aktiva riil baik yang berwujud maupun tidak berwujud (Riyanto, 2008:3). 3 Salah satu modal perusahaan seperti yang telah disebutkan sebelumnya yaitu aktiva lancar yang terdiri dari Kas, Piutang, dan Persediaan. Ketiga aktiva ini sangat penting terhadap kinerja perusahaan karena erat kaitannya terhadap tingkat profitabilitas. Apabila tidak dikelola dengan baik maka akan mendatangkan kerugian, sebaliknya bila dikelola dengan baik akan mendatangkan keuntungan. Di dalam penelitian ini penulis hanya meneliti tentang Kas dan Persediaan, mengingat bahwa kedua akun tersebut sangat penting dan menunjang dalam operasi sebuah perusahaan manufaktur. Menurut Riyanto (2008:94) setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan Kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap. Pemasukan Kas dan pengeluaran Kas suatu perusahaan dapat bersifat terus menerus atau kontinyu. Hal ini didasarkan pada kebutuhan, situasi, dan kondisi perusahaan seperti penjualan tunai, penjualan aktiva tetap yang tidak berlaku, penyertaan pemilik perusahaan, penerimaan kredit dari bank, pembelian bahan mentah, pembayaran gaji, pembayaran bunga, pajak, dividen, dan sebagainya. Untuk itu penerimaan dan pengeluaran Kas dalam perusahaan akan berlangsung terus selama hidup perusahaan. Dengan demikian, aliran Kas itu bagaikan darah yang terus menerus mengalir dalam tubuh perusahaan yang memungkinkan perusahaan itu dapat melangsungkan hidupnya. Kelebihan dari aliran Kas masuk terhadap aliran keluar merupakan saldo Kas yang akan tertahan di dalam perusahaan. Besarnya saldo Kas ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor. Jumlah saldo Kas yang ada dalam 4 perusahaan akan meningkat apabila aliran kas masuk yang terkumpul lebih besar daripada aliran kas keluar seperti perubahan dalam tingkat harga, perubahan politik marketing, keputusan di bidang produksi dan lain sebagainya. Adapun indikator tingkat keefisienan sebuah kas bukan dilihat dari segi kuantitas saldo kas, melainkan pada tingkat perputarannya. Perputaran Kas mempunyai pengaruh positif terhadap rasio profitabilitas, karena dengan Perputaran Kas yang tinggi akan diperoleh keuntungan yang tinggi pula (Riyanto, 2008:94). Seperti halnya Kas, menurut Sutrisno (2012:84) Persediaan juga tidak kalah penting dalam kontribusinya terhadap perusahaan. Persediaan merupakan bagian utama dari modal, khususnya modal kerja. Sebab dilihat dari jumlahnya biasanya Persediaan inilah unsur modal kerja yang paling besar. Hal ini dapat dipahami karena Persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. perusahaan tidak Tanpa ada Persediaan kemungkinan besar bisa memperoleh keuntungan yang diinginkan disebabkan proses produksi akan terganggu. Setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang manufaktur, perdagangan, maupun jasa mempunyai Persediaan. Perbedaan Persediaan untuk masing-masing perusahaan tersebut adalah jenis Persediaan. Pada perusahaan dagang, sesuai dengan kegiatannya perusahaan ini melakukan pembelian barang untuk dijual lagi, maka Persediaan berupa bahan barang dagangan dan bahan penolong atau substitusi serta Persediaan perlengkapan kantor. Perusahaan jasa mempunyai Persediaan dalam bentuk bahan pembantu atau persediaan yang habis pakai. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur memiliki Persediaan seperti bahan baku, 5 bahan setengah jadi, dan barang jadi. Persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian Persediaan yang tinggi akan menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang semakin besar pula. Sebenarnya kunci persoalannya adalah pada kata mendadak. Apabila perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku atau barang jadi, perusahaan bisa menyediakan persediaan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Pada saat tidak diperlukan, jumlah Persediaan bisa saja sangat kecil atau bahkan nol. Teknik ini dikenal sebagai just in time atau zero inventory (Sutrisno, 2012:84). Adapun alat yang menunjukkan tingkat keefisienan Persediaan dapat diukur dengan menggunakan perhitungan Perputaran Persediaan. Menurut Munawir (2007:119) tingkat Perputaran Persediaan menunjukan berapa kali Persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli atau dijual kembali. Semakin tinggi tingkat Perputaran Persediaan tersebut maka modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam Persediaan) semakin rendah. Semakin tinggi tingkat Perputaran Persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap Persediaan tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat Perputaran Persediaan, akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat. Tidak cukup dengan hanya melihat dari sisi aktivitas perusahaan saja, untuk mendapatkan laba yang maksimal perusahaan juga harus memperhatikan kemampuannya dalam mengelola harta yang dimilikinya, salah satu caranya 6 adalah dengan melakukan perhitungan rasio profitabilitas yang terdiri dari Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Total Assets (ROTA), Basic Earning Power (BEP), Earning Per Share (EPS) dan Contribution Margin (CM). ROA Menurut Harahap (2010:305) menggambarkan perputaran aktiva diukur dengan volume penjualan. Apabila perhitungan ROA menunjukkan angka positif berarti total aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan mampu memberikan laba, sebaliknya apabila ROA negatif menunjukkan bahwa total aktiva yang digunakan tidak mampu memberikan laba. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan yang mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berhasil dalam mengelola aset-asetnya dan perusahaan yang mempunyai ROA yang rendah maka perusahaan tersebut tidak berhasil dalam mengelola aset-asetnya. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tidak menjelaskan secara lebih rinci jenis-jenis rasio profitabilitas lainnya dikarenakan tidak mempunyai pengaruh yang spesifik terhadap variabel yang penulis teliti. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang industri makanan. Setelah penulis melakukan penelitian ternyata perusahaan ini membutuhkan pengelolaan yang baik terhadap aktiva lancarnya seperti Kas dan Persediaan untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan, karena perusahaan manufaktur membutuhkan kas yang harus selalu ada serta memiliki persediaan yang lebih kompleks daripada perusahaan jasa dan perusahaan dagang. Sesuai dengan teori yang telah diuraikan sebelumnya, untuk mengetahui tingkat keefisienan aktiva sebuah perusahaan dapat dilihat dengan menghitung 7 tingkat perputaran masing-masing aktiva. Semakin tinggi perputarannya semakin tinggi pula keuntungan yang akan diperoleh. Namun setelah penulis melakukan pengujian terhadap teori tersebut, didapatkan informasi bahwa Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan tidak selalu berpengaruh positif terhadap keuntungan perusahaan. Berikut ini akan disajikan tabel mengenai Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan Return On Assets (ROA) pada perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011. Tabel 1.1 Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Return On Assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 TAHUN PERPUTARAN KAS PERSEDIAAN ROA 2000 8 8 5,15 2001 13 7 5,75 2002 15 7 5,26 2003 12 7 3,94 2004 12 8 2,47 2005 16 8 0,84 2006 16 8 4,06 2007 9 8 3,30 2008 9 8 2,61 2009 9 7 5,14 2010 5 7 6,25 2011 4 7 9,13 Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah 8 Pada tabel 1.1. dapat dilihat bahwa data yang disajikan terdapat perbedaan dengan teori yang ada yaitu pada tahun 2001-2002 Perputaran Kas mengalami kenaikan sebesar 2 kali yaitu dari 13 kali menjadi 15 kali putaran, namun hal ini tidak terjadi pada ROA yang justru menurun dari 5,75% menjadi 5,26% dan tahun 2004-2005 Perputaran Kas naik dari 12 kali menjadi 16 kali sedangkan ROA turun dari 2,47% menjadi 0,84%. Selanjutnya pada Perputaran Kas terjadi penurunan tetapi ROA mengalami kenaikan yaitu pada tahun 2009-2010 Perputaran Kas turun dari 9 menjadi 5 sedangkan ROA naik dari 5,14% menjadi 6,25% dan tahun 2010-2011 kas juga mengalami penurunan yaitu 5 kali menjadi 4 kali putaran dan ROA naik dari 6,25% menjadi 9,13%. Serta pada saat Perputaran Kas mengalami statis yaitu nilai tahun yang diteliti sama dengan tahun sebelumnya, ROA mengalami kenaikan dan penurunan yaitu tahun 2003-2004 pada Perputaran Kas statis pada angka 12 kali namun ROA turun dari 3,94% menjadi 2,47%, tahun 2005-2006 Perputaran Kas ada pada angka 16 kali putaran ROA turun dari 0,84% menjadi 4,06%. Selanjutnya tahun 2007-2008 angka Perputaran Kas berada pada posisi 9 kali ROA turun dari 3,30% menjadi 2,61% kemudian meningkat lagi menjadi 5,14% pada tahun 2008-2009. Begitupun dengan Perputaran Persediaan, pada tahun 2003-2004 pada Perputaran Persediaan terjadi kenaikan dari 7 menjadi 8 kali putaran, sedangkan ROA mengalami penurunan dari 3,94% menjadi 2,47%. Selanjutnya tahun 20002001 pada Perputaran Persediaan terjadi penurunan dari 8 menjadi 7 kali putaran, tetapi ROA mengalami kenaikan yaitu 5,15% menjadi 5,75% serta tahun 2008- 9 2009 pada Perputaran Persediaan turun dari 8 menjadi 7 putaran, sedangkan ROA naik menjadi 5,14% dari sebelumnya 2,61%. Kemudian pada Perputaran Persediaan tidak terjadi kenaikan atau pun penurunan, ROA mengalami kenaikan dan penurunan yang signifikan, seperti tahun 2001-2003 Perputaran Persediaan mencapai 7 kali putaran secara berturutturut, tapi tidak pada ROA yang mengalami kenaikan dan penurunan masingmasing sebesar 5,75% turun menjadi 5,26% kemudian turun lagi menjadi 3,94%. Selanjutnya tahun 2004-2008 pada Perputaran Persediaan berada pada 8 kali putaran, namun ROA berada pada posisi 2,47% kemudian turun menjadi 0,84%, pada tahun 2006 naik menjadi 4,06% dan turun lagi menjadi 3,30% pada tahun 2007 yang selanjutnya diikuti tahun 2008 menjadi 2,61%. Tetapi beda hal nya dengan tahun 2009-2011 disaat Perputaran Persediaan berada pada level 7 kali putaran secara berurutan, namun ROA mengalami kenaikan dari 5,14% menjadi 6,25% pada tahun 2008 dan naik lagi menjadi 6,95% pada tahun 2011. Untuk lebih memperjelas kondisi yang terjadi, berikut disajikan grafik sebagai berikut: 10 Gambar 1.1 Pertumbuhan Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, ROA PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 18 16 14 Perputaran Kas 12 10 Perputaran Persediaan 8 6 Return On Assets (ROA) 4 2 0 200020012002200320042005200620072008200920102011 Sumber : ICMD 1999 – 2011, data diolah Dari data yang telah disajikan, penulis tertarik untuk meneliti kejadian ini dengan judul penelitian Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 – 2011. 1.2 Identifikasi Masalah Terdapat ketimpangan di dalam data yang penulis telah sajikan, yaitu adanya perbedaan antara kenyataan dengan teori yang ada. Kas dan Persediaan merupakan unsur penting dalam mengelola aktiva lancar. Salah satu indikator untuk menilai keefisienan pengelolaan aktiva lancar tersebut adalah dengan 11 melihat perputaran baik Kas maupun Persediaan. Semakin tinggi perputaran kedua aktiva ini akan semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat perusahaan. Pada tabel 1.1 terlihat Perputaran Kas terjadi kenaikan yang signifikan walaupun pada akhirnya terjadi penurunan, hal ini tidak diikuti dan cenderung berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA). Itu artinya Kas berputar semakin tinggi tapi tidak diikuti dengan pengembalian keuntungan yang tinggi pula. Begitu pun dengan Perputaran Persediaan yang harusnya berbanding lurus dengan tingkat pengembalian keuntungan pada kenyataannya malah berbanding terbalik. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diketahui bahwa senyatanya dalam usaha memaksimalkan keuntungan yaitu dengan menggunakan Return On Assets (ROA) terdapat beberapa permasalahan, yaitu: 1. Perputaran Kas menunjukan dana yang tertanam di dalam Kas dapat digunakan sebagaimana mestinya yang bertujuan untuk memproduktifkan dana yang ada dan menghindari adanya dana yang terendap (idle fund), namun disisi lain perusahaan juga harus menyediakan dana kas untuk dana cadangan dan membayar hutang jangka pendeknya sehingga semakin tinggi tingkat liquid akan menurunkan tingkat keuntungan perusahaan. 2. Begitupun dengan Persediaan jika perputarannya tinggi akan menghindarkan dari kerugian seperti biaya simpan barang, biaya angkut, selera konsumen yang cepat berubah sehingga menjadi faktor tinggi rendahnya penjualan dan sebagainya, tetapi dengan perputarannya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan cadangan perusahaan menjadi berkurang 12 atau bahkan nol sehingga perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan secara mendadak dalam jumlah besar dan hal ini akan menghilangkan kesempatan dalam mendapatkan keuntungan yang besar pula. 3. Hal ini jelas sangat bertentangan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Munawir (2007) dan Riyanto (2008). Begitu pun dengan peneliti yang lainnya seperti Penelitian Rahma (2011) yang meneliti tentang analisis pengaruh manajemen modal kerja terhadap profitabilitas pada studi perusahaan manufaktur Perusahaan Modal Asing (PMA) & Perusahaan Modal Dalam Negeri (PMDN) yang terdaftar di BEI periode 2004-2008, di mana dalam variabel penelitiannya terdapat Perputaran Kas dan status perusahaan. Setelah melakukan pengujian secara parsial (uji t) yang menyatakan bahwa Perputaran Kas dan status perusahaan ada hubungan positif dan signifikan terhadap ROI. Lisda Octaviani (2010) juga meneliti tentang pengaruh Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan Perputaran Aktiva tetap terhadap profitabilitas pada PT Ultrajaya milik industri dan trading company Tbk periode 2000-2008, hasil penelitiannya adalah secara parsial Perputaran Persedian berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Kemudian Miftah (2006) melakukan penelitian tentang analisis penggunaan modal kerja dan pengaruhnya terhadap rentabilitas ekonomi yang diukur dengan ROA pada PT. Unilever Indonesia Tbk. Hasil dari penelitian ini adalah semua akun modal kerja yaitu Perputaran Kas, 13 Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah Furdani (2009) yang meneliti tentang Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap rentabilitas usaha pada PT HM Sampoerna Tbk periode 1998-2007, dengan hasil penelitian adalah Perputaran Persediaan berpengaruh positif terhadap rentabilitas usaha. Riza Anggraeni (2009) dengan judul penelitian pengaruh Perputaran Persediaan barang jadi terhadap profitabilitas (ROI) pada CV Armico periode 1998-2007. Hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan positif antara Perputaran Persediaan barang jadi dengan ROI. Namun beda hal-nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Siswantini (2006) yang meneliti tentang analisis modal kerja dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEJ, dimana hasil penelitian ini menunjukan bahwa Perputaran Kas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas sedangkan akun lainnya yaitu Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Ellys Delfrina Sipangkar (2009) dengan judul penelitian pengaruh Perputaran Persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI periode 2005-2007. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa Perputaran Persediaan tidak terhadap Return On Assets (ROA). berpengaruh positif 14 Dengan adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini yaitu Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) dan mencoba menguji kembali variabel yang sebelumnya pernah diteliti. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas terhadap Tingkat Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses makmur Tbk periode 1999-2011? 2. Seberapa besar pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011? 3. Seberapa besar pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dimaksudkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011. 15 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011. 3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang diperoleh baik dari perusahaan sebagai objek penelitian di lapangan dalam bentuk praktek maupun dari penelitian pustaka dalam bentuk teori, diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif baik dalam bidang akademis maupun praktis. 1. Kegunaan Akademis a. Memberikan sumbangan pemahaman tentang pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu ekonomi khususnya yang berhubungan dengan manajemen keuangan. c. Sebagai bahan acuan bahwa hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan untuk penelitian lebih lanjut. 2. Kegunaan Praktis a. Penulis Sebagai tambahan ilmu dalam membandingkan antara teori dan praktek yang diperoleh selama perkuliahan dengan kenyataan yang 16 terjadi di lapangan terutama yang berkaitan dengan Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan Return On Asset (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 - 2011 Sehingga diharapkan penulis mampu menerapkan apa yang telah diterima sebagai teori dalam kegiatan kuliah dengan apa yang penulis teliti sebagai praktek. b. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk melakukan koreksi bagi perusahan untuk mencapai arah yang lebih baik lagi dengan tujuan untuk kemajuan dan dijadikan alat untuk mengetahui sejauhmana perkembangan dalam pengelolaan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan yang dilakukan oleh perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui analisis Return On Assets (ROA). Memberikan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam penilaian kinerja keuangan, serta membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah khususnya yang telah dilakukan peneliti dan mengetahui pemecahan masalahnya secara lebih lanjut. Serta diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih bagi pihakpihak yang berkaitan terutama bagi pihak manajemen perusahaan maupun investor. c. Masyarakat/Pembaca Diharapkan dapat dijadikan pusat informasi dan bahan referensi bagi para pelaku manajemen keuangan yaitu manajemen perusahaan, investor dan analogi keuangan, khususnya untuk pengkajian topik-topik 17 yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam tulisan ini. Serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi tambahan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan judul yang diteliti oleh penulis. 1.6 Kerangka Pemikiran Sekaran dalam Sugiyono (2011:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berfikir. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah: Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ROA KAS AKTIVA LANCAR PIUTANG PERSEDIAAN PENJUALAN 18 Perputaran Kas merupakan perbandingan antara penjualan dengan kas rata-rata. Perputaran Kas menunjukan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan yang diukur dengan tingkat ROA sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi Perputaran Kas ini akan semakin baik. Karena ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2008:95). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahma (2011) dan Miftah (2006) yang menyatakan bahwa Perputaran Kas berpengaruh positif terhadap tingkat profitabilitas (ROI/ROA) perusahaan. Begitu pun dengan persediaan, untuk mengukur efisiensi persediaan maka perlu diketahui Perputaran Persediaan (inventory turnover) yang terjadi dengan membandingkan antara penjualan dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki (Munawir,2007:119). Perputaran Persediaan menunjukkan berapa kali dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode. Semakin tinggi tingkat Perputaran Persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. Ini berarti bahwa semakin tinggi Perputaran Persediaan maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Lisda (2010), Miftah (2006), Firmansyah (2009) dan Riza (2009) yang menunjukkan bahwa profitabilitas (ROA). Perputaran Persediaan berpengaruh positif terhadap 19 Berdasarkan uraian diatas, maka variabel di dalam penelitian ini adalah Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebagai variabel independen dan Return On Assets (ROA) sebagai variabel dependen. Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, dibuat suatu kerangka teoritis yang akan menjadi arahan dalam melakukan pengumpulan data serta analisisnya. Secara sistematis paradigma pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.3 berikut ini: Gambar 1.3 Paradigma Pemikiran PERPUTARAN KAS ( X1 ) RETURN ON ASSETS (ROA) (Y) PERPUTARAN PERSEDIAAN ( X2 ) 1.7 HIPOTESIS Hipotesis menurut Sugiyono (2011:70) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. 20 Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan pengertian diatas, latar belakang, serta kerangka pemikiran yang telah dibuat maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : I. HIPOTESIS I Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) II. HIPOTESIS II Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) III. HIPOTESIS III Ho : Tidak ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Ha : Ada pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktiva Aktiva menurut Sadeli (2009:7) adalah harta yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Sedangkan menurut Munawir (2007:14) aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaranpengeluaran yang belum dialokasikan (deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible assets) misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu: 1. Aktiva Lancar, menurut Munawir (2007:14) yaitu uang kas atau aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual, atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal). Adapun kelompok aktiva lancar yaitu: a) Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai yang dimiliki perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaannya (misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk pembelian aktiva tetap, atau tujuan lain) tidak dapat dimasukan dalam pos kas, termasuk dalam pengertian kas adalah check yang diterima dari para langganan dan 22 simpanan perusahaan di bank dalam bentuk giro atau demand defosit. b) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable securities), adalah investasi yang sifatnya sementara atau jangka pendek dengan maksud untuk memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi. c) Piutang wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang. d) Piutang dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditur atau langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit. e) Persediaan, untuk perusahaan dagang persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, bahan dalam proses, maupun barang jadi. f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus diterima adalah penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah memberikan jasa/prestasinya, tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga merupakan tagihan. g) Persekot atau biaya yang dibayar dimuka, adalah pengeluaran untuk memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu 23 belum menjadi biaya atau jasa/prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode berikutnya. 2. Aktiva Tidak Lancar, menurut Munawir (2007:15) adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Adapun yang termasuk aktiva tidak lancar yaitu: a) Investasi jangka panjang, bagi perusahaan yang cukup besar dalam arti mempunyai kekayaan atau modal yang cukup atau sering melebihi dari yang dibutuhkan maka perusahaan menanamkan modalnya pada investasi ini misalnya berupa ini dapat obligasi, aktiva tetap yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan atau dalam bentuk dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu. b) Aktiva tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkret). Syarat lain untuk dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap selain aktiva itu dimiliki perusahaan, juga harus digunakan dalam operasi yang bersifat permanen. c) Aktiva tetap tidak berwujud, adalah kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan 24 dalam kegiatan perusahaan. Contohnya hak cipta, merek dagang, biaya pendirian, lisensi, goodwill, dan sebagainya. 2.2 Kas 2.2.1. Pengertian Kas Ada beberapa pengertian tentang kas, yaitu: Menurut Sawir (2001:182) kas adalah seluruh uang tunai yang ada di tangan (cash on hand) dan dana yang disimpan di bank dalam berbagai bentuk seperti deposito dan rekening koran. Menurut Harahap (2010:258) kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat yaitu setiap saat dapat ditukar menjadi kas, tanggal jatuh temponya sangat dekat dan kecil risiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat bunga. Sehingga dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan uang tunai yang ada ditangan dan yang ada di bank yang merupakan aktiva paling liquid yang sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik dari segi penerimaan dan pengeluarannya. 2.2.2. Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas Adapun Sumber penerimaan kas menurut Munawir (2007:159) pada dasarnya berasal dari: (a) Hasil penjualan investasi jangka panjang dan aktiva 25 tetap, atau adanya penurunan aktiva tidak tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. (b) Pengeluaran surat tanda bukti hutang, baik jangka pendek maupun jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas. (c) Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. (d) Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas. (e) Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut: (a) Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva tetap lainnya. (b) Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan. (c) Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek atau jangka panjang. (d) Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji, pembelian perlengkapan kantor, pembayaran bunga dan premi asuransi serta adanya persekot biaya maupun persekot pembelian. (e) Pengeluaran kas untuk membayar deviden, pembayaran pajak, denda-denda lainnya. Berikut ini akan disajikan peta mengenai aliran kas yaitu: 26 Gambar 2.2 Aliran Kas dalam Perusahaan Depresiasi Upah buruh A K T I V A T E T A P BARANG DALAM PROSES BARANG JADI Biaya-biaya Adm. UPAH, BIAYA ADMINIS TRASI + PEN B A H A N Penjualan Kredit Penjualan P e n j u a l a n JUALAN PIUTANG M E N T A H T u n a i Pembelian Aktiva Tetap Pengumpulan Kredit Penjualan Aktiva Teta Pembelian Pinjaman Investasi UTANG KAS Pembayaran Utang PEMILIK Dividen Sumber: Riyanto (2008:95) 2.2.3. Motif Memiliki Kas Sebagaimana diungkapkan oleh Keynes dalam Sutrisno (2012:68), masyarakat cenderung untuk menguasai uang berbentuk tunai. Dengan tiga motif dibelakang pemikirannya yaitu: 27 1. Motif transaksi (transaction motive) Motif transaksi berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai untuk keperluan realisasi dari berbagai transaksi bisnisnya, baik transaksi yang rutin (reguler) maupun yang tidak rutin. Seperti pembayarn upah, pembayaran hutang, pembelian bahan, dan pembayaran-pembayaran tunai lainnya baik yang dibayar dengan uang tunai mupun dengan cek. 2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive) Motif berjaga-jaga berarti seseorang atau perusahaan memegang uang tunai yang dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya kebutuhankebutuhan yang bersifat mendadak. Pada perusahaan motif berjaga-jaga ini bisa dilihat dari saldo kas minimun yang ditetapkan. Besarnya saldo kas minimum yang ditetapkan sebagai indikator penyimpangan aliran kas yang dianggarkan. Penerimaan dan pengeluaran di perusahaan biasanya diprediksi melalui anggaran kas atau cash budget. Apabila antara penerimaan dan pengeluaran bisa diprediksi dengan tepat, maka kebutuhan kas yang sifatnya mendadak bisa ditentukan sekecil mungkin berarti saldo kas minimum kecil, tetapi bila prediksi penerimaan dan pengeluaran kas tidak bisa diprediksi dengan akurat, maka membutuhkan saldo kas minimum yang besar karena kemungkinan kebutuhan kas mendadak sangat besar. 3. Motif spekulasi (speculative motive) Motif spekulatif adalah motivasi seseorang atau perusahaan memegang uang dalam bentuk tunai karena adanya keinginan memperoleh 28 keuntungan yang besar dari suatu kesempatan investasi, biasanya investasi yang bersifat liquid. Misalnya pada saat kondisi ekonomi yang kurang baik dimana harga surat berharga seperti saham mengalami penurunan yang drastis, maka perusahaan bisa menggunakan uangnya untuk membeli sekuritas tersebut dengan harapan pada saat kondisi ekonomi membaik sekuritas tersebut harganya juga akan ikut naik. 2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kas Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun hutang lancar. Guthmann dalam Riyanto (2008:96) menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah aktiva lancar. Hal tersebut dilakukan untuk mengatur tingkat likuiditas perusahaan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan kas adalah: 1. Perimbangan antara aliran kas masuk dan kas keluar. Adanya perimbangan yang baik mengenai kuantitas maupun timing antara cash inflow dan cash outhflow dalam suatu perusahaan berarti bahwa pengeluaran kas baik mengenai jumlahnya maupun mengenai waktunya akan dapat dipenuhi dari penerimaan kasnya sehingga perusahaan tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar. Adanya perimbangan tersebut antara lain disebabkan karena adanya kesesuaian antara syarat pembelian dengan syarat penjualan. Ini berarti bahwa pembayaran utang akan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal 29 dari pengumpulan piutang. Pembayaran-pembayaran untuk pembelian bahan mentah, pembayaran upah buruh, dan lain-lain. Diharapkan dapat dipenuhi dengan kas yang berasal hasil penjualan produknya. 2. Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan. Untuk menjaga likuiditas perusahaan perlu membuat perkiraan atau estimasi mengenai aliran kas di dalam perusahaannya. Apabila aliran kas senyatanya selalu sesuai dengan estimasinya, maka perusahaan tersebut tidak menghadapi kesukaran likuiditas. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempertahankan adanya persediaan besi kas yang besar. Sebaliknya perusahaan yang aliran kas-nya sering mengalami penyimpangan yang merugikan dari yang diestimasikan, perlulah estimasi ini mempertahankan adanya persediaan minimal kas yang agak besar. Penyimpangan yang merugikan dalam aliran kas keluar misalnya karena adanya pemogokan, banjir, angin puyuh, dan bencana lainnya, adanya perubahan peraturan pemerintah mengenai pengupahan buruh, sehingga perusahaan harus sering mengadakan pengeluaran ekstra. Penyimpangan yang merugikan pada aliran kas masuk misalnya karena kegagalan langganan untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Bagi perusahaan yang sering mengalami penyimpangan yang merugikan dalam aliran kasnya dirasakan perlu untuk mempertahankan adanya persediaan besi kas yang relatif besar dibandingkan dengan perusahaan lain yang tidak peristiwa seperti tersebut di atas. sering mengalami 30 3. Adanya hubungan yang baik dengan bank-bank. Apabila pimpinan suatu perusahaan telah berhasil dapat membina hubungan yang baik dengan bank akan mempermudah baginya untuk mendapatkan kredit dalam menghadapi kesukaran finansialnya. Baik yang disebabkan karena adanya peristiwa yang tidak terduga maupun yang dapat diduga sebelumnya. Bagi perusahaan ini tidak perlu mempunyai persediaan besi kas yang besar. 2.2.5. Model Manajemen Kas Dalam rangka pengelolaan kas, menurut Sutrisno (2012:73) akan disajikan dua model manajemen kas yang dikembangkan oleh Baumol, Miller, dan Orr. Model-model ini selalu mengaitkan antara kas dan surat berharga, yakni dengan mengadakan trade-off antara tingkat bunga yang hilang karena menyimpan uang dengan biaya transaksi. Apabila perusahaan mempunyai kas terlalu banyak harus segera dibelikan surat berharga dan tentu harus mengeluarkan biaya untuk transaksi. Sedangkan bila saldo kas mendekati nol harus segera menjual surat berharganya menjadi kas, sehingga akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan bunga (opportunity cost). Sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi; َما اَفَا َءاللّٰوُِ عَلٰى َر ُس ْولِِوِ ِم ِْن اَ ْى ِِل الْ ُق ٰرى فَلِلِّٰوِ َولِ َّلر ُس ْو ِِل َولِ ِذى الْ ُق ْربٰى َوالْيَتٰ ٰمى ُِالر ُس ْول َّ َوَما اٰتٰ ُك ُِم، َو ْاب ِن َك ِْي ََليَ ُك ْو َِن ُد ْولَةًبَ ْي َِن اْلالَغْنِيَا ِء ِمنْ ُك ْم،السبِْي ِل َّ َول َْم ٰسكِ ْي ِن (٧:اب )الحسر ِِ َواتَّ ُِق اللَِّٰو اِ َِّن اللَِّٰو َش ِدْي ُِد الْعِ َق،فَ ُخ ُّذ ْوُِه َِوَما نَ ٰه ُك ِْم َع ْن ُِو فَ ْان تَ ُه ْوا 31 Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS.Al-Hasyr:7). Dari ayat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa islam melarang adanya pengendapan uang. Hal ini bertujuan selain untuk keuntungan pemilik uang itu sendiri, juga berfungsi dalam menyehatkan perekonomian sebuah negara. Ketika uang dialirkan ke dalam sektor produktif, maka pemilik uang mendapat keuntungan berupa dividen, bonus dan sebagainya. Sedangkan bagi penerima uang baik itu lembaga perbankan atau perusahaan yang listing di bursa efek mendapatkan tambahan modal untuk ekspansi perusahaan, ekspansi produk, tambahan kredit untuk bank dan sebagainya. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan perekonomian sebuah negara. Berikut disajikan model manajemen kas yaitu: 1. Model Baumol Model manajemen kas yang diajukan oeh Baumol ini sering disebut dengan model persediaan. Baumol mengakui ada kesamaan antara manajemen persediaan dengan manajemen kas bila dilihat dari aspek keuangan. Dalam manajemen persediaan ada biaya pesan yang dibayarkan setiap melakukan pemesanan dan biaya simpan untuk menyimpan bahan yang dibeli. Dalam manajemen kas biaya pesan berupa biaya komisi pedagang efek yang dikeluarkan untuk merubah sekuritas menjadi uang kas. Dan biaya simpan berupa hasil bunga yang hilang karena perusahaan 32 menyimpan uang tunai yang besar. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa surat berharga yang harus dijadikan uang tunai pada setiap saldo kas mendekati nol. Model Baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu. 2. Model Miller dan Orr Pada model Baumol ada asumsi yang sulit untuk dipenuhi yaitu pemakaian kas setiap waktunya sama, oleh karena itu tidak cocok untuk kondisi ketidakpastian pemakaian kas. Model yang dikenalkan oleh Miller dan Orr tentunya lebih cocok untuk kondisi dimana pengeluaran kas berfluktuasi dari waktu ke waktu secara random. Model ini pada dasarnya menentukan batas atas dan batas bawah saldo kas, serta menentukan saldo kas yang optimal yang perlu dimiliki oleh perusahaan. Apabila saldo kas mengalami penurunan hingga mencapai nol, maka perusahaan harus segera mengubah sekuritasnya menjadi kas senilai saldo kas optimal. Demikian pula bila saldo kas yang dimiliki oleh perusahaan semakin membesar, maka pada batas atas kas harus diubah menjadi sekuritas. 2.2.6 Perputaran Kas Jumlah kas pada suatu saat dapat dipertahankan dengan besarnya jumlah aktiva lancar ataupun hutang lancar. Sesuai dengan pembahasan di atas Guthmann dalam Riyanto (2008: 95) menyatakan bahwa jumlah kas yang ada dalam perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumlah 33 aktiva lancar. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan jumlah penjualannya. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas menggambarkan tingkat perputaran kas (cash turnover). dengan demikian formulasi untuk perputaran kas adalah: Asumsi dalam rumus ini adalah semakin tinggi perputaran kas akan semakin baik. Karena hal ini menunjukan semakin tinggi tingkat efisiensi dalam penggunaan kas-nya. Adapun untuk mencari rata-rata kas yaitu: 2.3 Persediaan 2.3.1 Pengertian Persediaan Ada beberapa pengertian tentang persediaan (inventory), yaitu: Menurut Sutrisno (2012:84) adalah sejumlah barang atau bahan yang dimiliki oleh perusahaan yang tujuannya untuk dijual dan atau diolah kembali. Menurut Munawir (2007:14) persediaan adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih digudang/belum laku dijual. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah semua barang-barang cadangan yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah kembali untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan. 34 2.3.2 Jenis-jenis Persediaan Persediaan yang penulis kutip pada website yang beralamat di www.ilmu- ekonomi.com yang diposting pada 7 mei 2012 adalah meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang menuggu untuk diproses lebih lanjut atau dijual. Jenis-jenis persediaan setiap perusahaan berbedabeda tergantung jenis usahanya. Bagi perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan, yaitu: (a) Persediaan bahan mentah atau baku, yaitu barang yang digunakan dalam proses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, dimana persediaan ini belum mengalami perubahan dan masih sesuai dengan sifat aslinya, sehingga memerlukan proses untuk dapat digunakan selanjutnya. (b) Persediaan bahan setengah jadi, yaitu barang yang masih memerlukan proses lanjutan untuk menjadi barang jadi. (c) Persediaan bahan barang jadi, yaitu barang yang dihasilkan perusahaan sampai siap dijual atau dikonsumsi. 2.3.3 Faktor-faktor Penentu Persediaan Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan perusahaan merasakan perlunya mempunyai persediaan bahan mentah. Menurut Riyanto (2008:74) Besar kecilnya persediaan bahan mentah yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain: (a) Volume yang dibutuhkan untuk melindungi jalannya perusahaan terhadap gangguan kehabisan persediaan yang akan menghambat atau mengganggu jalannya proses produksi. (b) Volume produksi yang direncanakan, dimana volume produksi yang direncanakan itu sendiri sangat tergantung kepada volume penjualan yang 35 direncanakan. (c) Besarnya pembelian bahan mentah setiap kali pembelian untuk mendapatkan biaya pembelian minimal. (d) Estimasi tentang fluktuasi harga bahan mentah yang bersangkutan di waktu-waktu yang akan datang. (e) Peraturan-peraturan pemerintah yang menyangkut persediaan material. (f) Harga pembelian bahan mentah. (g) Biaya penyimpanan dan risiko penyimpanan di gudang. (h) Tingkat kecepatan material menjadi rusak atau turun kualitasnya. 2.3.4 Perputaran Persediaan Menurut Munawir (2007:77) prosedur untuk mengevaluasi persediaan adalah dengan menghitung turn over atau perputaran dari persediaan itu sendiri. Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah penjualan barang yang akan dijual dengan nilai rata-rata persediaan yag dimiliki oleh perusahaan. Hal ini menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan secara teratur dan efisien. Teratur dan efisien di sini berkaitan dengan modal yang yang tidak ditanam dalam persediaan. Dana berlebihan dan tidak pula kekurangan menunjukan keefektifan persediaan, karena dengan dana yang cukup akan menghindarkan perusahaan dari dana yang terbuang percuma, seperti dana yang terlalu besar dalam persediaan akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang, memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan, turunnya kualitas dan sebagainya sehingga semuanya ini akan memperkecil keuntungan perusahaan. Begitupun dengan dana persediaan yang terlalu kecil 36 akan menghambat kelancaran operasi perusahaan. Untuk itu, semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau perubahan selera konsumen, dan akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaaan tersebut. Dengan kata lain, semakin tinggi perputaran persediaan akan menyebabkan keuntungan perusahaan semakin tinggi pula. Adapun perhitungan tingkat perputaran persediaan, yaitu: Asumsi dari rasio ini adalah semakin tinggi semakin baik karena dianggap kegiatan penjualan perusahaan berjalan dengan cepat. Rata-rata persediaan dapat dihitung dengan cara: 2.4 Profitabilitas Menurut Febriani (2013:29) Pengembalian atas investasi modal merupakan indikator penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang. Masalah profitabilitas perusahaan menjadi penting sebagai dasar penilaian terhadap keuntungan yang diperoleh perusahaan atau dengan kata lain suatu perusahaan harus selalu berada pada keadaan yang menguntungkan, salah satu alat untuk menilai tingkat keuntungan yang didapatkan perusahaan yaitu dengan menggunakan rasio keuangan. 37 Rasio keuangan menurut Harahap (2010:297) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini bertujuan untuk menilai secara cepat hubungan antar pos dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian. Adapun jenisjenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis terdiri dari rasio solvabilitas, profitabilitas, leverage, aktivitas, pertumbuhan, penilaian pasar (market based) dan produktivitas. Namun dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah rasio profitabilitas. Menurut beberapa ahli pengertian rasio profitabilitas, antara lain: Harahap (2010:304) rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Sawir (2001:17) profitabilitas adalah hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini memberikan jawaban akhir tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Rusdin (2008:144) profitabilitas adalah kemampuan emiten (perusahaan) untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisien operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya. 38 Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan harta yang dimilikinya. Menurut Harahap (2010:304) Terdapat beberapa cara untuk mengukur tingkat profitabilitas suatu perusahaan, yaitu: 1. Profit margin, yaitu menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. 2. Return On Investment (ROI)/Return On Equity (ROE), menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dengan moda pemilik. 3. Return On Total Assets (ROTA), menunjukan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. 4. Basic Earning Power (BEP), menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. 5. Earning Per Share (EPS), menunjukan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. 6. Contribution Margin, menunjukan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya. 7. Aset Turnover/Return On Assets (ROA), menunjukan perputaran aktiva dukur dengan volume penjualan. 2.4.1 Return On Assets (ROA) Dalam ukuran profitabilitas perusahaan, rasio yang dapat digunakan dalam menunjukan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan 39 aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari aset yang dimiliki oleh perusahaan atau disebut dengan Return On Assets (ROA). Retun On Assets (ROA) menurut Munawir (2007:89) adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Return on Assets (ROA) menurut Rusdin (2008:144) adalah menunjukan tingkat pengembalian yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor. Return On Assets (ROA) menurut Harahap (2010:305) menunjukan tingkat pengembalian keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva untuk menjalankan operasi perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui harta yang dimilikinya untuk menjalankan operasi perusahaan. ROA menunjukkan tingkat keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan. Sesuai dengan firman Allah SWT: ِ َّوال ِ ِ َّ ِ (٣: ضونَ )املؤمنون ر ع م َ و غ ل ال َ ن ع َ م ه ين َ ذ ْ ُ ُْ ُْ Dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna. (QS. Al-Muminun :3). Sesuai dengan ayat diatas, Allah menganjurkan kepada manusia untuk selalu berbuat efisien dan efektif dengan menggunakan perencanaan, analisis, dan 40 control di setiap kegiatan. Termasuk mengenai pengelolaan aktiva perusahaan dalam mendapatkan laba. Adapun formulasi untuk menghitung Return On Assets (ROA) menurut Rusdin (2008:144) sebagai berikut: Asumsi pada rasio ini adalah semakin tinggi tingkat ROA, maka akan semakin baik. Hal ini menunjukan tingkat keefisienan aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan mampu mendatangkan keuntungan. 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011 yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Menurut Nazir (2003:54) bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriftif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode ini tidak terbatas hanya pada pengumpulan data saja, tapi juga meliputi analisis dari variabel yang ada dan interpretasi tentang arti data yang telah diperoleh dari penelitian tersebut. Sedangkan metode kuantitatif menurut Sugiyono (2008:23) adalah penelitian yang menggunakan angka dalam penyajian data dan analisis yang 42 menggunakan uji statistik. sampel tertentu, Peneitian ini digunakan untuk meneliti populasi atau pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian dan analisis data bersifat kuantitatif. 3.3 Sumber dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber sekunder. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan yang telah terpublikasi dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dari website resmi perusahaan, studi kepustakaan dari beberapa buku dan literatur lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan dalam peneitian ini data sekunder yang meliputi data mengenai objek penelitian dan data yang diperlukan untuk mengukur Perputaran Kas (cash turnover), Perputaran Persediaan (inventory turnover) dan Return On Assets (ROA) yang didapat dari laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 31 desember 1999 hingga 31 desember 2011. 3.4 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penellitian ini adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara non participant observation. Non participant observation menurut Sugiyono (2010:204) adalah teknik pengumpulan data dengan cara observasi dengan proses pengumpulan independen. datanya peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat Data diperoleh dengan cara mengutip secara langsung dalam 43 Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan website resmi yang beralamat di www.indofood.com. 3.5 Variabel Penelitian Menurut Sugiyono (2011:39) variabel penelitian dirumuskan sebagai suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain adanya penetapan tersebut untuk memudahkan dalam mengidentifikasi variabel yang akan diteliti. Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai (Nazir, 2011:123). Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu dua variabel merupakan variabel independen atau bebas dan yang lainnya merupakan variable independen atau terikat. 1. Variabel Independen Variabel independen atau sering juga disebut variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2010:59). Dalam penelitian yang menjadi variabel independen adalah Perputaran Kas (X1 ) dan Perputaran Persediaan (X2 ). 2. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah profitabilitas (Y). 44 Menurut Harahap (2010:305) menunjukan tingkat pengembalian keuntungan dengan keseluruhan dana yang ditanam dalam aktiva untuk menjalankan operasi perusahaan. Dalam penelitian ini alat ukur untuk menilai kemampuan untuk mendapatkan laba perusahaan yang mencakup investasi dan total aset itu sendiri adalah Return On Assets (ROA). Tabel 3.1 VARIABEL Perputaran Kas ( X1 ) Perputaran Persediaan ( X2 ) Operasionalisasi Variabel KONSEP VARIABEL RUMUS Menurut Riyanto (2008:95) Perputaran Kas (cash turnover) adalah Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas Menurut Munawir (2007:119) tingkat Perputaran Persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Return On Return on Assets (ROA) menurut Rusdin Assets (ROA) (2008:144) adalah menunjukan tingkat (Y) pengembalian yang dihasilkan manajemen atas modal yang ditanam oleh pemegang saham, sesudah dipotong kewajiban kepada kreditor. Sumber : Penulis, data diolah INDIKATOR SKALA - Jumlah Rasio persediaan Kas - Penjualan - Penjualan Rasio - Jumlah Persediaan - Harga Pokok penjualan - Penjualan Rasio - Total aktiva 45 3.6 Teknik Pengolahan Data Data yang diperoleh akan diolah sehingga sesuai dengan kepentingan penelitian, data yang diolah tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel. Berikut data yang diperoleh dari perusahaan dilakukan dengan tahapan berikut: 1. Menyusun kembali secara ringkas laporan keuangan yang dibutuhkan yaitu neraca dan laporan laba rugi dengan menggunakan pos-pos yang berkaitan dengan pengukuran penelitian. 2. Mengolah data dengan cara mengukur rasio per variabel penelitian dapat dibantu dengan program Ms. Excel. 3. Menghitung dengan mengolah data yang telah didapat selanjutnya untuk mengetahui pengaruh dan hubungan masing-masing variabel dengan alat bantu program SPSS Versi 20. 3.6.1 Rancangan Analisis Data 3.6.1.2 Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Analisis kinerja keuangan untuk mendapatkan laba dapat dilakukan mengukur kemampuan perusahaan dengan menghitung rasio keuangan profitabilitas yang dapat dikaitkan dengan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba, yaitu Return On Assets (ROA). 46 Selanjutnya untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan kas dalam menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran Kas dengan rumus; Untuk menghitung rata-rata kas, dihitung dengan rumus; Sedangkan untuk mengukur efisiensi dalam penggunaan Persediaan dalam menunjang kegiatan perusahaan seperti penjualan, digunakan Perputaran Persediaan dengan rumus; Untuk menghitung rata-rata Persediaan, dihitung dengan rumus; Data-data tersebut diperoleh dari laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999 sampai dengan 2011. Selanjutnya data-data tersebut dihitung menggunakan program Ms. Excel. 47 3.6.1.3 Analisis Statistika Disajikan data statistik secara keseluruhan mengenai pengolahan data ini yang meliputi angka maksimal, minimal, rata-rata, dan tingkat penyimpangan (Standard Deviation). Standar deviation menurut Somantri dan Muhidin (2006:145) suatu ukuran relatif yang menyatakan penyimpangan data dari nilai rata-ratanya yang diukur berdasarkan nilai standar deviasinya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel independen yakni variabel Perputaran Kas (X1) dan variabel Perputaran Persediaan (X2) serta satu variabel dependen yakni variabel Return On Assets/ROA (Y). Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan dari masing-masing variabel maka dilakukan perhitungan korelasi sehingga dapat diketahui koefisien korelasi dan koefisien determinasi, sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan analisis regresi, perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antar variabel baik secara parsial maupun simultan yang dapat dibantu dengan program SPSS Versi 20. 3.6.1.3.1 Analisis Regresi Linier (Linier Regression) 3.6.1.3.1.1 Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen (Nazir, 2011:459). Analisis regresi digunakan untuk mempelajari bagaimana variabel-variabel itu berhubungan. Hubungan yang didapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang disebut dengan persamaan regresi. Analisis regresi sederhana dilakukan dengan persamaan berikut (Sudjana, 2005:312): 48 Dimana: Y = Variabel dependen a = Konstanta (Intercept) X1 = Variabel independen b Koefisien regresi (slope) = Dimana untuk mencari nilai a dan b dapat menggunakan rumus sebagai berikut : (∑ )(∑ ) (∑ ) ( ∑ (∑ ) ∑ ∑ ) (∑ ) (∑ ) (∑ ) 3.6.1.3.1.2 Analisis Regresi Berganda Analisis regresi ganda merupakan pengembangan dari analisis regresi sederhana. Dimana analisis regresi berganda itu sendiri adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat digunakan untuk membuktikan ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat, persamaan regresi untuk dua variabel independen adalah sebagai berikut (Somantri & Muhidin, 2006:250): 49 Dimana: Y = Nilai Variabel dependen (Return On Assets /ROA) X1 = Nilai Variabel Independen (Perputaran Kas) X2 = Nilai Variabel Independen (Perputaran Persediaan) a = Nilai Y taksiran pada saat X = 0 b1 = Nilai kenaikan Y bila X1 naik satu satuan sedangkan X2 tetap b2 = Nilai kenaikan Y bila X2 naik satu satuan sedangkan X1 tetap Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Kemudian berdasarkan data tersebut peneliti akan mendapat persamaan melalui perhitungannya. Untuk menghitung nilai a, b 1 dan b2 dapat menggunakan persamaan sebagai berikut (Somantri & Muhidin, 2006:250): (∑ )(∑ ) (∑ (∑ )(∑ ) (∑ )(∑ ) ) (∑ )(∑ ) (∑ (∑ )(∑ ) (∑ )(∑ ) ) ∑ ∑ ( ) ∑ ( ) 3.6.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation) 3.6.1.3.2.1 Analisis Korelasi secara parsial Menurut Somantri dan Muhidin (2006:206) kata korelasi berasal dari bahasa inggris yaitu correlation artinya saling hubungan atau hubungan timbal balik. Jadi korelasi menurut ilmu statisitik adalah hubungan antara dua variabel atau lebih. Tujuan dilakukannya analisis korelasi untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan antar variabel, melihat besar kecilnya hubungan antar variabel dan untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti 50 (meyakinkan/signifikan) atau tidak berarti (tidak meyakinkan). Tinggi rendah, kuat lemah atau besar kecilnya suatu korelasi dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya suatu angka atau koefisien yang disebut dengan angka indeks korelasi. Angka indeks korelasi adalah sebuah angka yang dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui seberapa besar kekuatan korelasi diantara variabel yang sedang diteliti. Menurut Sugiyono (2010:276) korelasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; ∑ √* ∑ (∑ ∑ + * ∑ ) (∑ ) (∑ ) + Besaran koefisien korelasi berkisar antara -1 hingga +1. Nilai r = -1 disebut korelasi linear negatif (berlawanan arah) artinya terdapat hubungan negatif yang sempurna antara variabel X dan Y. Nilai r = 1 disebut korelasi linear positif (searah) artinya terdapat hubungan positif yang sempurna antara variabel X dengan variabel Y, sedangkan nilai r = 0 berarti tidak ada hubungan antara dua variabel tersebut. Untuk menginterprestasikan angka kuat tidaknya hubungan (r) antara variabel independen dengan variabel dependen dapat digunakan tabel berikut: Tabel 3.2 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 0,600 – 0,799 0,800 – 1,000 Sumber: (Sugiyono, 2010:250) Sedang Kuat Sangat kuat 51 3.6.1.3.2.2 Analisis Korelasi ganda Analisis korelasi ganda menurut Somantri dan Muhidin (2006:233) adalah suatu nilai yang memberikan kuatnya hubungan dua atau lebih variabel bebas X secara bersama-sama dengan variabel tak bebas Y. Untuk mengetahui derajat keeratan dua variabel yang memiliki skala pengukuran minimal interval maka dapat digunakan teknik Korelasi Pearson Product Moment dengan rumus sebagai berikut: ∑ √* ∑ (∑ ∑ ) (∑ ) + * ∑ (∑ ) + 3.6.1.3.3 Koefisien Determinasi (R 2 ) 3.6.1.3.3.1 Koefisien Determinasi secara parsial Menurut Kripsianti (2013:46) Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat, maka perlu diketahui nilai koefisien determinasi atau penentuan r2 , yang berguna untuk mengukur besarnya proporsi atau persentase jumlah variasi dari variabel terikat, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 (100%), menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel yang diprediksi. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus; 52 Dimana ; Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi Nilai koefisien determinansi adalah antara 0 dan 1. Nilai r2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. 3.6.1.3.3.2 Koefisien Determinasi secara simultan Menurut Kripsianti (2013:52) Analisis determinasi dalam regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui prosentase sumbangan pengaruh variabel independen yakni X1 dan X2 secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar prosentase variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variasi variabel dependen, r 2 sama dengan 0, maka tidak ada sedikitpun prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi variabel dependen. Sebaliknya r2 sama dengan 1, maka prosentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model 53 menjelaskan 100% variasi variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus: (Sulaiman, 2002:111) Dimana ; Kd = koefisien determinasi r = koefisien korelasi 3.6.1.3.4 Pengujian Hipotesis 3.6.1.3.4.1 Pengujian Hipotesis secara farsial Uji t digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Analisa secara parsial ini digunakan untuk menentukkan variabel bebas yang memiliki hubungan paling dominan terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 atau 5% dengan variabel bebas yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap ROA yang merupakan variabel terikat atau dependen. Pengujian dilakukan dengan uji statistik t dapat dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut (Priyatno, 2012:126): a) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam bentuk kalimat: Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan anatar variabel independen terhadap variabel dependen, 54 1. Ho1 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA Ha1 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA 2. Ho2 ; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA Ha2 ; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA b) Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) dalam model statistika. Hipotesis penelitian tersebut dinyatakan ke dalam hipotesis statistika sebagai berikut: 1. Ho1 : µ =0 Ha1 : µ ≠0 2. Ho2 : µ =0 Ha2: µ ≠0 c) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau besarnya α adalah 0,05. Kemudian dicari t tabelnya dengan ketentuan derajat kepercayaan (dk) atau derajat kebebasan (degree of freedom) df= dk = n-k-1. d) Mencari t hitung menggunakan program SPSS. e) Membandingkan thitung dengan ttabel dengan kaidah keputusan; 1. Jika thitung ≥ ttabel maka Ho ditolak, dan Ha diterima. Ha diterima jika nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah penolakan Ho. 2. Jika thitung ≤ ttabel maka Ho diterima, dan Ha diterima. Artinya Ho diterima jika nilai hitung statistik uji (thitung) berada di daerah penerimaan Ho. 55 Gambar 3.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji -t) Daerah penolakan hipotesis Daerah penolakan hipotesis Daerah penerimaan hipotesis -t tabel (α/2,df) 0 t tabel (α/2,df) 3.6.1.3.4.2 Pengujian Hipotesis secara Simultan Uji-F pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas atau variabel X1 dan variabel X2 yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat atau Y secara signifikan. Dengan demikian F-test dapat membuktikan apakah variabel-variabel independen yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yaitu ROA. Menurut Priyatno (2012:138) pengujian dilakukan dengan langkah sebagai berikut: a) Merumuskan Hipotesis Ho : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap ROA Ha : Terdapat pengaruh secara signifikan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap ROA 56 b) Menetapkan tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau besarnya α adalah 0,05. c) Kemudian dicari F tabelnya pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom) 1 (db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k1). Sehingga untuk F tabel dapat ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel bebas dan n adalah banyaknya sampel. d) Menentukan nilai Fhitung dan Ftabel. e) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan kaidah: Jika Fhitung≥Ftabel, maka Ho ditolak artinya terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA. Jika Fhitung≤Ftabel, maka Ho diterima artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA. Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F) Daerah Penerimaan Daerah Penolakan Ho Ho F table F hitung 57 3.7 Jadwal Penelitian Tabel 3.3 Jadwal Penelitian No 1 Kegiatan Bulan Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Studi Pendahuluan 2 Penyusunan Laporan 3 Pendaftaran Seminar Proposal 4 Seminar Proposal 5 Pengumpulan Data 6 Pengolahan Data 7 Penulisan Skripsi 8 Sidang Skripsi Sumber : Penulis, 2013 Ket : laporan penelitian ini berakhir sampai bulan juni, sehingga bulan juli sampai agustus masa tunggu untuk melaksanakan sidang skripsi. 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Data penelitian yang digunakan adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan penelitian baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan baik neraca (balance sheet) maupun laporan laba rugi (income statment) selama periode tahun 1999 sampai dengan 2011 yang dapat diunduh di alamat website: www.indofood.co.id. Sedangkan yang menjadi objek penelitiannya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk. 4.1.1.1 Sejarah Perusahaan Sejarah perusahaan penulis kutip pada website yang beralamat di www.gudangalamat.com yang diposting pada tanggal 25 februari 2013. PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang bertempat di jalan Jenderal Sudirman, Kavling 76-78 Jakarta. PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman terbesar di Indonesia yang cikal bakalnya berasal dari PT Sarimi Asli Jaya pada tahun 1984 yang kemudian bergabung dengan PT Sanmaru Food Manufacturing tahun 1984, PT Supermi Indonesia pada tahun 1986 dan berhasil mengakuisisi PT Sari Pangan 59 Nusantara pada tahun 1989 yang kemudian berganti nama menjadi PT Pangan Jaya Intikusuma pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh Sudono Salim. Hingga kemudian pada tahun 1994 PT Pangan Jaya Intikusuma berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur Tbk sekaligus terdaftar di bursa efek indonesia (Initial Public Offering) dari 763 juta lembar saham di Rp1, 000 nilai nominal per saham. Satu tahun kemudian PT Indofood Sukses Makmur Tbk berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan tepung skala nasional bernama Bogasari yang dikenal dengan berbagai produk-produk unggulan diantaranya adalah tepung beras Rosebrand, tepung terigu Kunci Biru, Segitiga Biru, Cakra Kembar, Lencana Emas dan masih banyak lagi produk-produk unggulan dari Bogasari lainnya. PT Indofood Sukses Makmur Tbk sendiri pada saat ini memiliki lebih dari 40 produk yang terbagi menjadi beberapa segmentasi dan divisi, diantaranya yaitu: 1. Divisi Makanan Ringan (snack) dengan produk Chitato, Chiki, JetZ, Qtela, Cheetos, Lays dan Trenz. 2. Divisi Mie Instan (noodles) dengan produk Indomie, Supermi, Sarimi, Sakura, Pop Mie, Pop Bihun. 3. Divisi Susu (dairy) dengan produk Indomilk, Cap Enaak, Tiga Sapi, Kremer, Crima, Nice Yogurt, Orchid Butter, Indoeskrim. 4. Divisi Penyedap Makanan (seasoning) dengan produk Bumbu Racik, Freiss, Sambal Indofood, Kecap Indofood, Maggi, Piring Lombok, Bumbu Instant Indofood. 60 5. Divisi Nutrisi dan Susu Formula (nutrition) dengan produk Promina dan SUN. 6. Divisi Kemasan (packing) Pada tahun 2005 PT Indofood Sukses Makmur Tbk membentuk perusahaan kerjasama bersama dengan PT Nestle Indonesia dengan mengakuisisi sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan di wilayah Kalimantan Barat yang kemudian diikuti oleh kepemilikan saham perusahaan Pacsari Pte yang bergerak di bidang perkapalan sebesar 55% pada tahun 2006. Hingga tahun 2012 semester pertama, PT Indofood Sukses Makmur Tbk telah tercatat memiliki penghasilan yang mencapai sebesar Rp 24,58 Trilyun atau naik sebesar 12,5% pada tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp 21 Trilyun. Dengan visi dan misi menjadi salah satu perusahaan penghasil pangan terbesar, PT Indofood Sukses Makmur Tbk kini telah bertransformasi menjadi salah satu perusahaan pangan dengan penghasilan terbesar di Indonesia. 4.1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Visi dari perusahaan ini yaitu Menjadi Total Food Solutions Company. Sedangkan misi dari perusahaan ini yaitu (1) Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami dan teknologi kami, (2) Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif dan terjangkau produk yang disukai oleh pelanggan, (3) Untuk memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan internasional, (4) Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup 61 masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi, (5) Untuk terus meningkatkan stakeholders ‘value. 4.1.1.3 Strategi Perusahaan 1. Distribusi Indofood’s Distribusi Group memiliki jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia, menembus ke hampir setiap sudut nusantara. Selain produk-produk Indofood sendiri, indofood juga mendistribusikan produkproduk ke pihak ketiga. Jumlah poin saham telah diperluas secara agresif sejak tahun 2005, memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam efisien melalui rantai pasokan dan pengiriman. Stock poin berlokasi di daerah-daerah dengan kepadatan tinggi gerai ritel, termasuk pasar tradisional, memungkinkan masing-masing titik saham untuk melayani wilayah geografis dekat ditetapkan dalam waktu sesingkat mungkin. 2. CSR (Corporate Social Responsibility) Indofood Corporate Social Responsibility (CSR) program andalan dari komitmen untuk membantu anggota masyarakat yang lebih luas dan untuk membuat kontribusi yang optimal kepada masyarakat. Selama tahun 2007 Indofood secara keseluruhan program dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan lima pilar dasar jangka panjang kami CSR filosofi yaitu (1) Membangun Human Capital, (2) Mempertahankan Kohesi Sosial, (3) Memperkuat Nilai Ekonomi, Melindungi Lingkungan. (4) Mendorong Good Governance, (5) 62 3. Sumber Daya Manusia (SDM) Dengan total tenaga kerja sekitar 62 ribu, Indofood percaya bahwa karyawan adalah salah satu kelompok paling penting dari stakeholder dan unsur penting dalam keberhasilan terus. Perseroan percaya bahwa setiap karyawan memiliki kapasitas untuk berprestasi dan memberikan kontribusi bagi keberhasilan tidak hanya perusahaan, tetapi bangsa itu sendiri. Indofood akan terus berjuang sepanjang tahun untuk lebih lanjut membina hubungan baik di semua tingkat staf dan manajemen untuk saling menguntungkan. Program pelatihan juga akan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam rangka untuk membantu semua divisi dalam mempertahankan pangsa pasar dan keuntungan di pasar yang semakin kompetitif. Berbagai program pelatihan akan disajikan dalam setahun, sementara Program Pengembangan Manajerial akan diperluas ke dalam divisi-divisi lain dari perusahaan setelah peluncuran yang sukses di Memasak Minyak & Lemak dan Makanan Bumbu Divisi. 4.1.1.4 Strategi Marketing Perusahaan Adapun strategi manajemen pada elemen marketing mix adalah: 1. Produk (Product) Brand name yang digunakan adalah Indomie. Satu bungkus Indomie standard memiliki massa 85 gram, dan terdapat 2 sachet berisi 5 bumbu-bumbuan yang disertakan, minyak tersedia palm, bubuk dalam perasa versi yaitu kecap dan jumbo manis, saus sambal, bawang goreng. Indomie juga dengan massa 120 gram 63 Anonim,2008). Indomie orang Indonesia. konsumen memiliki rasa yang sesuai dengan selera Indomie pun selalu berusaha memenuhi keinginan yang semakin banyak, terbukti dengan semakin bertambahnya variasi produk Indomie, mulai dari mie goreng, mie soup, mie regional (mie dengan variasi rasa sesuai dengan masakan tradisional daerah-daerah Indonesia), mie premium, serta mie jumbo. 2. Harga (Price) Indomie selain dapat dibeli perbungkus, dapat juga dibeli dengan paket 5 bungkus atau paket 1 kardus berisi 30 atau 40 indomie. Harga Indomie kalangan juga sangat masyarakat, di murah Indonesia, dan terjangkau perbungkus bagi semua indomie dihargai hanya sekitar Rp. 900,- ( Anonim, 2008). 3. Tempat (Place) Group Distribusi Indofood memiliki jaringan distribusi terluas di Indonesia, menembus sampai hampir ke setiap sudut kepualuan. Jumlah titik stok (gudang) semakin diperbanyak secara agresif sejak tahun 2005, sehingga mampu menyediakan penetrasi yang lebih luas melalui rantai suplai dan penghantaran. Gudang stok ditempatkan pada area-area yang memiliki outlet retail yang banyak, termasuk pasar masing tradisional, area sehingga geografis setiap dalam (www.indofood.com). Di bekerjasama menyediakan dalam gudang waktu Yogyakarta dapat yang melayani masingsesingkat agen-agen Indomie dengan mungkin Indofood juga warung-warung 64 seperti Burjo (warung yang menyediakan bubur kacang hijau dan mie instan/mie goreng sebagai menu utama). 4. Promosi (Promotion) Promosi yang dilakukan seperti (a) Tagline : Indomie Seleraku, (b) Iklan : billboard, iklan TV, sponsor acara, (c) Event : Indomie menggelar ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008, (d) Pembuatan Shop Sign (Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta) Ditinjau dari aspek product life-cycle, Indomie saat ini berada pada posisi mature, sudah stabil, memiliki brand equity yang sangat kuat sehingga dapat bertahan sebagai Top of Mind merek mie instan. Pada tahap ini Indomie tidak boleh lengah, dalam artian Indomie masih tetap bahwa harus mengadakan Indomie masih promosi exsist, untuk dan me-remind selalu customer berinovasi untuk produk maupun strategi promosinya. Indomie sempat direbut pasarnya oleh Mie Sedaap (muncul tahun 2003) sehingga pangsa pasar Indomie menurun, meskipun masih tetap menguasai sebagian besar pasar. Sejak saat itu, menyadari bahwa Mie Sedaap merupakan pesaing yang cukup kuat, Indomie mulai “bangkit dari tidur panjangnya”, Indomie mulai gencar beriklan lagi. Indomie menggunakan endorser artis terkenal seperti 3 Diva, Gita Gutawa, maupun non artis seperti remaja/pelajar. Indomie semakin mengukuhkan bahwa dia masih menjadi mie instan nomor satu di Indonesia. Indomie juga mengadakan acara ”Indomie Jingle Dare” untuk 65 para pelajar SMA yang bertujuan untuk lebih memodernisasi Jingle-nya. Hal ini dimaksudkan lebih meningkatkan produk Indomie. Indomie melihat remaja/pelajar sebagai customer masa depan, jadi sejak sekarang mengenai Indomie. remaja/pelajar Indomie Future. Strategi dan speed. cost semacam menghadapi strategi memanfaatkan para memberikan strategi menerapkan and mengenai mulai Tentang untuk ini Mastering antara competitive lain edukasi brand persaingan, The Present, fokus advantage kepada Indofood konsumennya Di samping dengan itu organic melalui scale, tetap the growth, scope, melanjutkan memperkenalkan akan Pre-empting Selain itu akan menjalankan program cost cutting. awareness span, efficiency segmentasi produk-produk dengan higher price and higher margin. Dikutip dari website yang beralamat di uwiiii.wordpress.com pada tanggal posting 22 maret 2010. 4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian Data dalam penelitian ini adalah data-data yang dapat memenuhi keperluan pengukuran baik faktor yang mempengaruhi variabel dependen yakni Return On Assets (ROA) maupun dua variabel independen yakni Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebagaimana yang tercantum pada laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk selama periode 1999 sampai dengan 2011. 66 4.1.2.1 Deskripsi Perputaran Kas Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, Kas merupakan elemen penting dalam sebuah perusahaan. Apabila kas didalam perusahaan terlalu banyak (over liquid), maka akan menyebabkan dana menganggur (idle fund) dan hal ini merugikan perusahaan karena harta yang dimilikinya tidak memberikan keuntungan. Sedangkan apabila Kas yang dimiliki terlalu sedikit maka akan menghambat operasi perusahaan, dan hal ini pun tidak memberikan keuntungan perusahaan bahkan akan mendatangkan kerugian. Agar keberadaan Kas memberikan keuntungan bagi perusahaan perlu dilakukan pengaturan, salah satu caranya dengan menilai kesehatan Kas itu sendiri, dengan cara melakukan perhitungan rasio Perputaran Kas yaitu penjualan dibagi rata-rata kas. Penggunaan Perputaran Kas ini juga merupakan cara yang efektif untuk menilai tingkat keefisienan kas perusahaan. 4.1.2.1.1 Pertumbuhan Kas Pertumbuhan Kas merupakan nilai Kas perusahaan dari tahun ke tahun. Dimana nilai Kas itu sendiri telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011. 67 Tabel 4.1 Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Kas Pertumbuhan Kas (%) 1999 Rp.1.775.873,- 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Rp.1.428.083,Rp.834.386,Rp.1.368.446,Rp.1.529.698,Rp.1.394.075,Rp.970.911,Rp.1.794.451,Rp.4.538.051,Rp.4.271.208,Rp.4.474.830,Rp.10.439.353,- -19,58 -14,57 64,01 11,78 -8,87 -30,35 84,82 152,89 -5,88 4,77 133,29 2011 Rp.13.049.048,- 25,00 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Berdasarkan tabel diatas, terlihat pertumbuhan kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami fluktuatif. Pada tahun 1999-2000 dan 2000-2001 pertumbuhan di tahun tersebut mengalami penurunan yaitu sebesar -19,58% menjadi -41,57%, dengan total kas dari Rp.1.775.873,- menjadi Rp.1.428.083,kemudian turun kembali secara tajam menjadi Rp.834.386,-. Selanjutnya tahun 2001-2002 dan 2002-2003 mengalami kenaikan lagi sebesar 64,01% menjadi Rp.1.368.446,- dan Rp.1.529.698,- tetapi pada tahun 2003-2004 dan 2004-2005 mengalami penurunan kembali sebesar -8,87% menjadi -30,35% dalam kisaran kas sebesar Rp.1.394.075,- menjadi Rp.970.911,- dimana dalam tahun tersebut merupakan penurunan yang paling rendah. Kemudian tahun 2005-2006 dan 2006- 68 2007 terjadi kenaikan yang sangat signifikan sebesar 84,82% dan 152,89% dalam kisaran Rp.1.794.451,- menjadi Rp.4.538.051,-. pada tahun 2008 kembali mengalami penurunan sebesar -5,88% menjadi Rp.4.271.208,- namu pada tahun 2009 sampai tahun 2011 terus mengalami kenaikan masing-masing besarannya yaitu 4,77% menjadi 133,29% dan 25% dalam kisaran Rp.4.474.830,- menjadi Rp.10.439.535,- dan kembali menguat menjadi Rp.13.049.048,- untuk melihat pertumbuhan kas secara lebih jelas setiap tahunnya berikut disajikan grafik pertumbuhan kas sebagai berikut; Gambar 4.1 Pertumbuhan Kas PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 Pertumbuhan Kas 14,000,000 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 - 1998 2000 2002 2004 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah 2006 2008 2010 2012 69 Berdasarkan grafik tersebut, terlihat adanya kenaikan yang signifikan walaupun dari tahun 1999 sampai dengan 2005 cenderung lebih berfluktuatif. Investasi perusahaan pada kas ini yang paling rendah terjadi pada tahun 2001 sebesar Rp.834.386,- sedangkan paling tinggi pada tahun 2011 sebesar Rp.13.049.048,-. 4.1.2.1.2 Perputaran Kas Perputaran Kas merupakan alat atau rasio untuk mengukur tingkat keefisienan penggunaan kas dalam peusahaan. Semakin tinggi perputarannya, semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat perusahaan. Menurut Menurut Riyanto (2008:95) Perputaran Kas (cash turnover) adalah Perbandingan antara penjualan dengan jumlah rata-rata kas. Tabel 4.2 Perputaran Kas (Cash Turnover) PT Indofood Sukses MakmurTbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Kas 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rp.1.775.873,Rp.1.428.083,Rp.834.386,Rp.1.368.446,Rp.1.529.698,Rp.1.394.075,Rp.970.911,Rp.1.794.451,Rp.4.538.051,Rp.4.271.208.Rp.4.474.830,Rp.10.439.353,Rp.13.049.048,- Kas Rata-rata Rp.1.601.978 Rp.1.131.235 Rp.1.101.416 Rp.1.449.072 Rp. 1.461.887 Rp.1.182.493 Rp.1.382.681 Rp.3.166.251 Rp.4.404.630 Rp.4.373.019 Rp.7.457.092 Rp.11.744.201 Penjualan Perputaran Kas Rp.12.702.239,Rp.14.644.598,Rp.16.466.285,Rp.17.871.425,Rp.17.918.528,Rp.18.764.650,Rp.21.941.558,Rp.27.858.304,Rp.38.799.279,Rp.37.397.319,Rp.38.403.360,Rp.45.332.256,- 8 13 15 12 12 16 16 9 9 9 5 4 Sumber : ICMD 1999 - 2011, data diolah 70 Berdasarkan pada tabel diatas, terlihat perputaran kas mengalami kenaikan secara cepat, walaupun akhirnya mengalami penurunan. Pada tahun 2000 tingkat perputaran kas mencapai 8 kali putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada kas menggunakan rasio perputaran kas sebanyak 8 kali putaran dalam setahun atau dalam Rp.1 dana yang diinvestasikan pada perputaran kas dalam satu tahun mengasilkan pendapatan sebesar Rp.8 dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,dan kas rata-rata Rp.1.601.978,- keadaan ini terus mengalami kenaikan sampai pada puncaknya tahun 2006 yaitu berada pada 16 kali putaran dengan penjualan sebesar Rp.21.941.558,- dan kas rata-rata Rp.1.382.681,- Akan tetapi pada tahun 2007 sampai tahun 2011 terus mengalami penurunan sampai pada level 4 kali putaran dalam setahun dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan kas ratarata sebesar Rp.11.744.201,- Berikut grafik mengenai perputaran kas; Gambar 4.2 Perputaran Kas (Cash Turnover) PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 Perputaran Kas 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 1998 2000 2002 2004 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah 2006 2008 2010 2012 71 Terlihat pada gambar 4.2 pertumbuhan perputaran kas dari tahun 2000 sampai tahun 2006 megalami kenaikan yang signifikan, walaupun tahun 2003 terjadi penurunan hingga akhirnya terjadi penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2011. Angka perputaran kas tertinggi berada di tahun 2005 dan 2006 sebanyak 16 kali putaran dan terendah pada tahun 2011 sebanyak 4 kali putaran. 4.1.2.2 Deskripsi Perputaran Persediaan Persediaan adalah semua barang-barang cadangan yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual atau diolah kembali untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan. Sesuai dengan pengertian diatas persediaan berfungsi menjaga kelancaran operasi perusahaan, dalam arti dengan adanya persediaan yang cukup, diharapkan dapat memaksimumkan penjualan perusahaan tanpa adanya barang-barang yang menganggur karena kelebihan persediaan dan operasi perusahaan terhambat karena kekurangan persediaan. Untuk itu agar persediaan dapat digunakan secara efisien dan efektif diperlukan adanya pengelolaan yang baik. 4.1.2.2.1 Pertumbuhan Persediaan Pertumbuhan persediaan merupakan nilai persediaan perusahaan dari tahun ke tahun. Dimana nilai persediaan itu sendiri telah tercantum pada laporan keuangan tahunan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Berikut adalah pertumbuhan persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011. 72 Tabel 4.3 Pertumbuhan Persediaan PT Indofood Sukses MakmurTbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Persediaan Pertumbuhan Rp.1.348.653,Rp.1.970.598,Rp.2.137.103,Rp.2.743.304,Rp.2.218.210,Rp.2.284.332,Rp.2.691.672,Rp.2.980.805,Rp.4.172.388,Rp.6.061.219,Rp.5.117.484,Rp.5.644.141,Rp.6.536.343,- 0,46 0,08 0,28 (0,19) 0,03 0,18 0,11 0,40 0,45 (0,16) 0,10 0,16 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Pada tabel 4.3 terlihat pertumbuhan persediaan yang signifikan, walaupun masing-masing tahun mengalami pertumbuhan persentase yang berbeda-beda kecuali pada tahun 2003 dan 2009 yang mengalami penurunan. Tahun 2000 sampai 2002 pertumbuhan sebesar 0,46 atau 46%, 0,08 atau 8% dan 0,28 atau 28% pada tahun 2002 dengan pertumbuhan kas mencapai Rp.2.743.304,- namun pada tahun 2003 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau 19% menjadi Rp.2.218.210,kemudian pada tahun 2004 sampai 2008 terjadi kenaikan lagi secara signifikan dengan persentase yang berbeda-beda pula, hingga tahun 2008 menjadi puncaknya sebesar 0,45 atau 45% dengan kas Rp.6.061.219,- tahun 2009 turun kembali sebesar 0,16 atau 16% dalam posisi Rp.5.117.484,- dan naik lagi sampai 73 tahun 2011 sebesar 0,16 atau 16% dengan kas mencapai Rp.6.536.343,- Berikut disajikan grafik mengenai pertumbuhan persediaan; Gambar 4.3 Pertumbuhan Persediaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 Pertumbuhan Persediaan 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Terlihat pada gambar 4.3 pertumbuhan persediaan terjadi kenaikan yang signifikan, walaupun di tahun 2003 dan 2009 terjadi penurunan sebesar 0,19 atau 19% dan 0,16 atau 16%. Akan tetapi penurunan tersebut tidak mempengaruhi karena pertumbuhan persediaan perusahaan yang semakin meningkat yaitu tahun 2008 sebagai tahun tertinggi pertumbuhan persediaan sebesar 0,45 atau 45% dengan kas sebesar Rp.6.061.219,-. 74 4.1.2.2.2 Perputaran Persediaan Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Berdasarkan teori yang dikemukakan sebelumnya bahwa semakin tinggi perputaran persediaan, maka keuntungan yang didapat perusahaan juga akan semakin tinggi. Adapun formulasi perputaran persediaan yaitu penjualan dibagi rata-rata persediaan. Tabel 4.4 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) PT Indofood Sukses MakmurTbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Persediaan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rp.1.348.653,Rp.1.970.598,Rp.2.137.103,Rp.2.743.304,Rp.2.218.210,Rp.2.284.332,Rp.2.691.672,Rp.2.980.805,Rp.4.172.388,Rp.6.061.219,Rp.5.117.484,Rp.5.644.141,Rp.6.536.343,- Persediaan Rata-rata Rp.1.659.626,Rp.2.053.851,Rp.2.440.204,Rp.2.480.757,Rp.2.251.271,Rp.2.488.002,Rp.2.836.239,Rp.3.576.597,Rp.5.116.804,Rp.5.589.352,Rp.5.380.813,Rp.6.090.242,- Penjualan Rp.11.548.599,Rp.12.702.239,Rp.14.644.598,Rp.16.466.285,Rp.17.871.425,Rp.17.918.528,Rp.18.764.650,Rp.21.941.558,Rp.27.858.304,Rp.38.799.279,Rp.37.397.319,Rp.38.403.360,Rp.45.332.256,- Perputaran Persediaan 8 7 7 7 8 8 8 8 8 7 7 7 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Dari Tabel 4.4 dapat dilihat pertumbuhan Perputaran Persediaan pada perusahaan ini tidak terlalu signifikan baik kenaikan maupun penurunan bahkan cenderung statis. Pada tahun 2000 tingkat Perputaran Persediaan mencapai 8 kali putaran, itu artinya dana yang diinvestasikan pada persediaan menggunakan rasio Perputaran Persediaan sebanyak 8 kali dalam setahun atau dalam Rp.1,- dana 75 yang diinvestasikan pada perputaran persediaan dalam satu tahun mengasilkan pendapatan sebesar Rp.8,- dimana penjualan sebesar Rp.12.702.239,- dan persediaan rata-rata sebesar Rp.1.659.626,- kemudian turun 2001 sampai 2003 menjadi 7 kali putaran per tahun dengan penjualan pada tahun 2003 sebesar Rp.17.871.425,- dan persediaan rata-rata Rp.2.480.757,- kemudian kembali mengalami kenaikan lagi pada tahun 2004 sampai 2008 pada posisi 8 kali putaran, dengan penjualan Rp.5.116.804,- sebesar Rp.38.799.279,- dan persediaan rata-rata kemudian turun kembali berturut-turut pada posisi semula yaitu 7 kali putaran dengan penjualan sebesar Rp.45.332.256,- dan persediaan rata-rata Rp.6.090.242,- pada tahun 2011. Berikut disajikan grafik mengenai Perputaran Persediaan. Gambar 4.4 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 Perputaran Persediaan 8.2 8 7.8 7.6 7.4 7.2 7 6.8 1998 2000 2002 2004 2006 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah 2008 2010 2012 76 Berdasarkan Gambar 4.4 tidak terlihat adanya kenaikan dan penurunan yang signifikan, dalam grafik tersebut cenderung statis. Artinya dari tahun ke tahun persediaan tidak mengalami perubahan yakni berada pada 7 dan 8 kali perputaran persediaan dalam setiap tahunnya. 4.1.2.3. Deskripsi Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. kemampuan disini yaitu dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti aktiva, penjualan, strategi, produk dan sebagainya yang digunakan dalam operasi perusahaan bertujuan untuk Profitabilitas biasanya dijadikan perusahaan. Semakin tinggi kemampulabaan perusahaan salah angka menghasilkan satu tolak profitabilitas menunjukan hasil laba secara ukur kesehatan sebuah yang yang diraih, positif. maksimal. berarti Hal ini mencerminkan tingkat keefektifan sumberdaya yang dimiliki perusahaan dalam menjalankan operasinya berjalan dengan baik. 4.1.2.3.1 Deskripsi Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba melalui harta yang dimilikinya untuk menjalankan operasi perusahaan. Return On Assets (ROA) menunjukan tingkat keefisienan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk memperoleh pendapatan, semakin tinggi tingkat ROA maka akan semakin baik. Formulasi untuk menghitung ROA yaitu laba bersih (Net Income) dibagi total aktiva (Total Assets). Berikut pertumbuhan Return On Assets (ROA). 77 Tabel 4.5 Return On Assets (ROA) PT Indofood Sukses MakmurTbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 (dalam jutaan rupiah) Tahun Total Aktiva Laba Bersih 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rp.10.637.680,Rp.12.554.630,Rp.12.979.102,Rp.15.251.516,Rp.15.308.854,Rp.15.673.356,Rp.14.786.084,Rp.16.267.483,Rp.29.706.895,Rp.39.591.309,Rp.40.382.953,Rp.47.275.955,Rp.53.585.933,- Rp.1.395.399,Rp.646.172,Rp.746.330,Rp.802.633,Rp.603.481,Rp.386.919,Rp.124.018,Rp.661.210,Rp.980.357,Rp.1.034.389,Rp.2.075.861,Rp.2.952.858,Rp.4.891.716,- ROA 0,051 0,058 0,053 0,039 0,025 0,008 0,041 0,033 0,026 0,051 0,062 0,091 (%) 5,15 5,75 5,26 3,94 2,47 0,84 4,06 3,30 2,61 5,14 6,25 9,13 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Berdasarkan tabel 4.5 terlihat pertumbuhan Return On Assets (ROA) menunjukan pertumbuhan yang fluktuatif, artinya masih sering terjadi kenaikan dan penurunan secara berkala. Pada tahun 2000 ROA yang didapat oleh perusahaan sebesar 0,0515 atau 5,15%. Artinya dari seluruh aset yang dimiliki perusahaan menghasilkan laba sebesar 5,15%. Diikuti dengan tahun berikutnya yaitu tahun 2001 yang mengalami peningkatan menjadi 0,058 atau 5,8% hal ini terjadi karena ada peningkatan pada laba setelah pajak sebesar Rp.746.330,- dan total aktiva sebesar Rp.12.979.102,- namun dari tahun 2002 terjadi penurunan yang sangat signifikan sampai pada tahun 2005. Yaitu tahun 2002 angka ROA yang didapat perusahaan sebesar 0,053 atau 5,3% hal ini dikarenakan total aktiva mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laba bersih perusahaan. Akibatnya banyak aset yang menganggur sehingga kemampulabaan 78 perusahaan menjadi melemah. Selanjutnya tahun 2003 yang semakin menurun menjadi 0,039 atau hanya 3,9% yang dicapai perusahaan. Selanjutnya kondisi serupa masih terjadi pada tahun 2004 sebesar 0,025 atau 2,5% yakni turun sebesar 1,4% dari tahun sebelumnya dan pada tahun 2005 yang menjadi puncak titik terendah berada pada angka 0,008 atau 0,8% pencapai ROA pada saat itu. Hal ini terjadi karena semakin rendahnya tingkat penjualan yang berakibat pada penjualan menurun yaitu sebesar Rp.124.018,- dan nilai total aktiva pun menurun yaitu menjadi Rp.14.786.084,- namun pada tahun 2006 perusahaan mengalami peningkatan yang cukup tinggi hingga mencapai 0,041 atau 4,1% kemudian turun kembali pada tahun 2007 menjadi 0,033 atau 3,3% . Hal ini terjadi karena terjadi kenaikan pada aktiva yang melebihi kenaikan laba bersih sehingga aset yang menganggur berpotensi memberikan pengaruh terhadap tingkat keuntungan perusahaan. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2008 tidak jauh beda dengan kondisi tahun 2007 yaitu sebesar 0,026 atau 2,6% yang masing dipengaruhi oleh kenaikan aktiva. Namun pada tahun 2009 terjadi kenaikan pada penjualan sebesar 2 kali lipat dari sebelumnya hingga berpengaruh terhadap total aktiva yang semakin meningkat pula dan tentunya berdampak pada ROA menjadi naik pada level 0,051 atau 5,1%. Selanjutnya kenaikan tersebut diikuti pula pada tahun 2010 dan 2011, dimana masing-masing tahun mencapai tingkat ROA sebesar 0,062 atau 6,2% dan tahun 2011 sebesar 0,091 atau 9,1% dengan kisaran laba bersih sebesar Rp.2.952.858,Rp.47.275.955,- dan Rp.4.891.716,- dan Rp. dan total aktiva berada pada level 53.585.933,-. Berikut disajikan grafik mengenai pertumbuhan Return On Assets (ROA). 79 Gambar 4.5 Pertumbuhan Return On Assets (ROA) PT Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 31 Desember 1999 – 31 Desember 2011 Pertumbuhan Return On Assets (ROA) 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber : ICMD 1999-2011, data diolah Berdasarkan pada gambar 4.5 terlihat pertumbuhan menunjukan kenaikan yang signifikan meskipun ada penurunan yang sangat tajam. Titik pertumbuhan tertinggi Return On Assets (ROA) berada pada tahun 2011 dengan angka rasio sebesar 0,091 atau 9,1% dan titik terendah pertumbuhan Return On Assets (ROA) sebesar 0,008 atau 0,8% yang terjadi pada tahun 2005. 4.1.3 Analisis Data Berdasarkan data yang telah diperoleh dan kemudian diolah dengan menghitung setiap nilai dari variabel dalam penelitian ini yaitu Perputaran Kas (Cash Turnover), Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) dan Return On Assets (ROA), maka dapat diketahui deskriptif statisttik yang meliputi nilai 80 maksimum, nilai minimum, mean dan standard deviation dari masing-masing variabel penlitian pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.6 Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CashTurnover 12 4.00 16.00 10.6667 4.00757 InventoryTurnover 12 7.00 8.00 7.5000 .52223 ROA 12 .01 .09 .0442 .02109 Valid N (listwise) 12 Berdasarkan tabel diatas, terdapat 12 sampel data Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan Return On Assets (ROA) yaitu dari tahun 1999 sampai 2011. Dari perhitungan diatas didapatkan hasil rata-rata Perputaran Kas sebesar 10,6667 dengan standard deviation 4,00757. Sedangkan nilai minimum sebesar 4,00 dan nilai maksimum 16,00. Selanjutnya pada rata-rata variabel Perputaran Persediaan 10,6667 dengan nilai minimum 7,00 dan nilai maksimum 8,00 sedangkan pada standard deviation sebesar 0,52223. Hasil perhitungan dari kedua variabel indenden ini mengindikasikan nilai yang akurat dan dapat dipercaya karena angka yang didapat lebih tinggi dari standard deviation. Standard deviation mencerminkan penyimpangan dari data variabel tersebut lebih rendah dari nilai rata-ratanya. Untuk hasil perhitungan pada variabel dependen yaitu Return On Assets (ROA), didapat nilai rata-rata sebesar 0,0442 dengan aset terendah sebesar 0,01 dan aset tertinggi sebesar 0,09. Hal ini menunjukan tidak terjadi penyimpangan data, dikarenakan nilai mean lebih besar dari nilai standard deviation. 81 4.1.3.1 Analisis Regresi Linier 4.1.3.1.1 Analisis Regresi Linier Sederhana Dalam pengujian hipotesis, uji parsial (uji-t) dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen. Uji parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). 4.1.3.1.1.1 Pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA) Analisis regresi sederhana atau linear regression adalah analisis regresi yang menyangkut sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen yaitu untuk mengetahui pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA) maka dapat diketahui dengan regresi linear sederhana. Tabel 4.7 a Coefficients Regresi Linier Sederhana Standardize Model 1 Unstandardized d 95% Confidence Coefficients Coefficients Interval for B B (Constant) CashTurnov er Std. Error .078 .015 -.003 .001 Beta -.595 t Sig. Lower Upper Bound Bound 5.118 .000 .044 .111 -2.342 .041 -.006 .000 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel 4.7, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana untuk Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) yaitu: 82 Y = α + β1 Χ1 Y = 0,078 – 0,003X1 Keterangan: Y = Return On Assets (ROA) α = Konstanta X1 = Perputaran Kas (cash turnover) Dari persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,078. Adapun nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar -0,003 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%. 4.1.3.1.1.2 Pengaruh Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap Return On Assets (ROA) Sesuai dengan pemaparan sebelumnya mengenai pengujian pengaruh Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA), uji parsial pun dilakukan dalam menguji pengaruh Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets (ROA) sehingga dapat diketahui pengaruh variabel masing- masing. 83 Tabel 4.8 Coefficients a Regresi Linier Sederhana Standardiz Unstandardized ed 95% Confidence Coefficients Coefficients Interval for B Model 1 B (Constant) InventoryTurn over Std. Error .257 .068 -.028 .009 Beta -.702 t Sig. Lower Upper Bound Bound 3.753 .004 .104 .409 -3.114 .011 -.049 -.008 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel 4.8, maka diperoleh persamaan regresi linier sederhana untuk Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets (ROA) yaitu: Y = α + β2 Χ2 Y = 0,257 – 0,028X2 Keterangan: Y = Return On Assets (ROA) α = Konstanta X2 = Perputaran Dari persamaan Persediaan (inventory turnover) diatas, dapat disimpulkan bahwa jika tidak peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover) ada maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%. 84 4.1.3.1.2 Analisis Regresi Linier Berganda Dalam pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda atau simultan (uji-F) ini, dimana uji secara simultan (uji-F) dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen terhadap variabel dependen. Uji simultan dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Tabel 4.9 Coefficients a Regresi Linier Berganda Standardiz Model 1 Unstandardized ed 95% Confidence Coefficients Coefficients Interval for B B (Constant) CashTurnover InventoryTurn over Std. Error .247 .058 -.002 .001 -.024 .008 Beta t Sig. Lower Upper Bound Bound 4.261 .002 .116 .377 -.442 -2.247 .051 -.005 .000 -.586 -2.978 .016 -.042 -.006 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel 4.9 maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: Y = α + β1 X1 + β2 Χ2 Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2 Keterangan: Y = Return On Assets (ROA) α = Konstanta X1 = Perputaran Kas (cash turnover) X2 = Perputaran Persediaan (inventory turnover) 85 Dari tabel 4.9 mengenai pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) dimana data tersebut dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak signifikan, karena batas tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas sebesar 0,051 (0,051>0,05) nilai variabel Perputaran Kas (X1 ) lebih besar dari tingkat signifikan, sehingga Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) berhubungan tidak signifikan. Begitupun dengan Perputaran Persediaan, sesuai dengan tabel 4.8 dan persamaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,247. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,024 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,024 atau 2,4%. 4.1.3.2 Analisis Korelasi (Correlation) Analisis korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih yang sifatnya kuantitatif, dan untuk menentukan derajat kekuatan atau hubungan variabel independen terhadap variabel dependen tersebut dinamakan koefisien korelasi. Adapun cara untuk memberi interpretasi kuatnya hubungan setiap angka kolerasi digunakan pedoman sebagai berikut: 86 Tabel 4.10 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi 0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 Tingkat Hubungan Sangat Rendah Rendah 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,000 Sedang Kuat Sangat Kuat Interval Koefisien 4.1.3.2.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X1 yaitu Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut: Tabel 4.11 Correlations CashTurnover CashTurnover Pearson Correlation ROA 1 Sig. (2-tailed) N ROA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N -.595 * .041 12 12 -.595 * 1 .041 12 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) 87 dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. 4.1.3.2.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Dalam penelitian ini, derajat hubungan linier antara variabel X2 yaitu Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut: Tabel 4.12 Correlations InventoryTurnov er InventoryTurnover ROA Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) .011 N ROA -.702 * Pearson Correlation 12 12 * 1 -.702 Sig. (2-tailed) .011 N 12 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan 88 berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat. 4.1.3.2.2 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Dalam analisis ini yaitu Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) untuk mencari hubungan antara dua variabel tersebut digunakan matriks korelasi. Dimana matriks korelasi digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel bebas atau lebih yang secara bersama-sama dihubungkan dengan variabel terikatnya. Sehingga dapat diketahui besarnya sumbangan seluruh variabel bebas yang menjadi obyek penelitian terhadap variabel terikatnya. Jika nilai koefisien korelasi suatu variabel diketahui bertanda positif maka memiliki hubungan cenderung berbanding lurus sedangkan jika nilai koefisien korelasi negatif maka memiliki hubungan berbanding terbalik. Adapun datanya sebagai berikut: 89 Tabel 4.13 Correlations InventoryTurnov CashTurnover CashTurnover er .261 -.595 * .413 .041 12 12 12 Pearson Correlation .261 1 -.702 * Sig. (2-tailed) .413 Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N InventoryTurnover N ROA ROA Pearson Correlation Sig. (2-tailed) .011 12 12 12 -.595 * -.702 * 1 .041 .011 12 12 N 12 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Berdasarkan tabel 4.13, diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada Perputaran Kas akan diikuti dengan peningkatan Perputaran Persediaan, begitupun sebaliknya jika Perputaran Kas mengalami penurunan maka Perputaran Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya tidak signifikan jika nilai Signifikansi > 0,05. Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan 90 Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan tidak signifikan. Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. Begitupun dengan koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) 91 sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat. 4.1.3.3 Analisis Koefisien Determinasi (R2 ) R Square (R2 ) merupakan kuadrat dari koefisien korelasi parsial untuk mengetahui sampai seberapa jauh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Apabila nilai koefisien determinasi sebesar 1 atau 100%, menunjukkan adanya hubungan yang sempurna, sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. 4.1.3.3.1 Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh variabel X1 yaitu Perputaran Kas (cash turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut: Tabel 4.14 Koefisien Determinasi Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) b Model Summary Model 1 R .595 R Square a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .354 a. Predictors: (Constant), CashTurnover b. Dependent Variable: ROA .290 .01777 92 Berdasarkan tabel 4.14 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,354 atau 35,4% artinya Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya sebesar 64,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) adalah lemah, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka hubungan tersebut dikatakan sempurna atau kuat. 4.1.3.3.2 Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Dalam analisis ini, digunakan untuk mengukur hubungan seberapa jauh variabel X2 yaitu Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap variabel Y yaitu Return On Assets (ROA) sebagai berikut: Tabel 4.15 Koefisien Determinasi Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) b Model Summary Model 1 R R Square .702 a Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .492 .442 .01576 a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover b. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel 4.15 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan oleh R Square, besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,492 93 atau 49,2% artinya Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar 49,2% dan sisanya sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah sedang, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat. 4.1.3.3.3 Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya koefisien determinasi berfungsi untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel bebas yaitu Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap variabel terikat yaitu Return On Assets (ROA), juga dapat digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh kedua variabel bebas tersebut terhadap variabel terikat. Berikut data koefisien determinasi secara simultan yaitu; Tabel 4.16 Koefisien Determinasi secara simultan Model Summaryb Model 1 R R Square .821 a .675 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .602 .01330 a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover b. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel 4.16 untuk mengetahui besarnya pengaruh antara Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) secara simultan dengan Return On Assets (ROA) yang ditunjukan oleh R Square, 94 besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh kedua variabel bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan sisanya sebesar 32,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah kuat, dikarenakan besarnya R Square yang mendekati 1 atau 100% maka hubungan tersebut dikatakan sempurna atau sangat kuat. 4.1.3.4 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk membuktikan apakah variabel- variabel independen atau variabel bebas mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau terikat baik secara parsial maupun simultan. 4.1.3.4.1 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) Pengujian secara parsial (Uji-t) digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini digunakan untuk menentukan variabel independen yang memiliki hubungan paling dominan terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dengan ROA 2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. 95 3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1–1 = 10. 4. Berdasarkan angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah 2,22814. 5. Mencari t hitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan dengan t tabel untuk dibuat keputusan. Tabel 4.17 Pengujian Hipotesis (Uji-t) Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) CashTurnover Std. Error Coefficients Beta t Sig. .078 .015 5.118 .000 -.003 .001 -.595 -2.342 .041 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel, t hitung adalah negatif 2,342. Sedangkan t tabel adalah 2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding terbalik, sedangkan 2,342 artinya thitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: 96 Gambar 4.6 Hasil Uji t Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) Daerah penolakan Daerah penerimaan t hitung (-2,342) -t tabel (-2,22814) Daerah penolakan t tabel (2,22814) Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan Kas terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar 0,041 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan Return On Assets (ROA). 4.1.3.4.2 Uji secara parsial (Uji-t) Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya pengujian secara parsial (Uji-t) digunakan untuk membuktikan apakah variabel-variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri. Analisis parsial ini digunakan untuk menentukan variabel independen yang memiliki hubungan 97 paling dominan terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Persediaan dengan ROA 2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. 3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n –k-1 = 12 – 1– 1 = 10. 4. Berdasaran angka DF (degree of freedom) yaitu 10, Maka t tabel adalah 2,22814. 5. Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel untuk dibuat keputusan. Tabel 4.18 Pengujian Hipotesis (Uji-t) Coefficients a Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) InventoryTurnover Std. Error .257 .068 -.028 .009 Coefficients Beta t -.702 Sig. 3.753 .004 -3.114 .011 a. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel, thitung adalah negatif 3,114. Sedangkan ttabel adalah 2,22814. Tanda negatif artinya memiliki hubungan negatif atau berbanding 98 terbalik, sedangkan 3,114 artinya thitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat pengaruh negatif antara Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). Hasil perhitungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.7 Hasil Uji t Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Daerah penolakan Daerah penerimaan t hitung (-3,114) -t tabel (-2,22814) Daerah penolakan t tabel (2,22814) Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa thitung berada pada daerah penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh negatif antara Perputaraan Persediaan terhadap Return On Assets (ROA), dan pada tingkat signifikan sebesar 0,011 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Persediaan dan Return On Assets (ROA). 99 4.1.3.4.3 Uji secara simultan (Uji-F) Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) Penggunaan menunjukkan analisis apakah secara semua simultan (Uji-F) bertujuan untuk variabel independen yang dimasukkan dalam penelitian ini mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat dengan batasan taraf siginifikansi yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk menguji hal tersebut dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat Hipotesis nol (Ho) dan Hipotesis alternatif (Ha) Ho : µ = 0; Tidak terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan dengan ROA Ha ; µ ≠ 0; Terdapat pengaruh antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan dengan ROA 2. Mencari t tabelnya dengan ketentuan bahwa tingkat signifikansi taraf nyata (level of significance) sebesar 5% atau α = 0,05. 3. Derajat kebebasan (degree of freedom) atau DF = n–k–1 = 12 – 2– 1 = 9. 4. Mencari Ftabel pada derajat derajat kebebasan (degree of freedom) 1 (db1=k) dan derajat bebas 2 (db2 = n-k-1). Sehingga untuk F tabel dapat ditulis; F (α; db1, db2), dimana k adalah banyaknya variabel bebas dan n adalah banyaknya sampel. Sehingga db1= 2, db2= 12-2-1=9, maka F (0,05; 2; 9) adalah 4,2565 5. Mencari thitung menggunakan program SPSS kemudian dibandingkan dengan ttabel untuk dibuat keputusan. 100 Tabel 4,19 Pengujian Hipotesis (Uji-F) ANOVAb Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .003 2 .002 Residual .002 9 .000 Total .005 11 F 9.336 Sig. .006 a a. Predictors: (Constant), InventoryTurnover, CashTurnover b. Dependent Variable: ROA Berdasarkan tabel tersebut Fhitung adalah 9,336 sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets (ROA). Berikut gambar dari perhitungan diatas: Gambar 4.8 Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho (Uji F) Daerah penerimaan Ho F tabel (4,2565) Daerah penolakan Ho F hitung (9,336) Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa F hitung berada pada daerah penolakan Ho yang berarti terdapat pengaruh secara positif antara Perputaran Kas dan Perputaraan Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA), 101 dan pada tingkat signifikan sebesar 0,006 atau lebih kecil dari taraf nyata sebesar 0,05 sehingga menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA adalah signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk Perputaran Kas merupakan alat analisis untuk menilai tingkat keefektifan dana yang tertanam di dalam kas, Perputaran Kas itu sendiri mempunyai arti perputaran dana kas yang diinvestasikan hingga menjadi kas kembali, sehingga dengan adanya perputaran tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan yaitu analisis regresi sederhana Perputaran Kas terhadap ROA menunjukan persamaan yaitu Y = 0,078 – 0,003X1. Dari persaman tersebut mempunyai arti bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Kas (cash turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,078. Adapun nilai koefisien Perputaran Kas sebagai variabel X1 sebesar -0,003 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Kas mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Kas sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,003 atau 0,3%. 102 Berdasarkan analisis korelasi juga didapatkan data yaitu memiliki nilai negatif dengan posisi berada pada angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai Signifikan sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. Sedangkan besarnya koefisien determinasi yang didapat adalah sebesar 0,354 atau 35,4% artinya Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA sebesar 35,4% dan sisanya sebesar 64,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) adalah lemah. Sedangkan berdasarkan uji-t yang didapat yaitu berdasarkan tabel, thitung adalah negatif 2,342 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228, maka thitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat Pengaruh antara Perputaran Kas (cash turnover) terhadap Return On Assets (ROA). Dengan adanya hasil penelitian ini, jelas berbanding lurus dengan teori yang sudah ada. Perputaran Kas berpengaruh terhadap ROA mengandung arti bahwa setiap perputarannya memberikan keuntungan sekaligus mengindikasikan bahwa dana yang ditanam di kas berproduktif dan terhindar dari dana mengendap 103 (idle fund), namun nilainya negatif. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi Perputaran Kas akan semakin baik, tapi apabila perputarannya terlalu tinggi maka nilai dana yang berputar dalam kas tersebut terlalu kecil sehingga tidak berdampak pada keuntungan perusahaan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto. 4.2.2 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk Perputaran Persediaan merupakan salah satu tolak ukur untuk menilai tingkat kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba, karena dengan Perputaran Persediaan menunjukan tingkat keefisienan dana yang ditanamkan pada persediaan, semakin cepat perputarannya akan semakin baik karena selain akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan juga terhindar dari risiko yang terjadi seperti pembengkakan biaya penyimpanan, kerusakan produk, hingga tak laku dijual karena selera konsumen yang berubah. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu analisis regresi sederhana diperoleh persamaan Y = 0,257 – 0,028X2, sehingga dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,257. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,028 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti 104 bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,028 atau 2,8%. Pada analisis korelasi diketahui koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan perputaran persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat, sedangkan besarnya koefisien determinasi yang didapat adalah 0,492 atau 49,2% artinya Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap ROA sebesar 49,2% dan sisanya sebesar 50,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah sedang. Sedangkan pada pengujian t yang telah dilakukan, didapat data yaitu thitung adalah negatif 3,114 sedangkan diketahui sebelumnya bahwa ttabel adalah 2,228, maka thitung > ttabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak memiliki arti 105 bahwa terdapat pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA). Penelitian yang penulis lakukan sejalan dengan teori yang sudah ada, hanya saja nilainya negatif. Hal ini terjadi karena beberapa faktor diantaranya harga bahan baku persediaan naik pada tahun 2010 sehingga biaya pembelian menjadi tinggi namun pada saat penjualan produk perusahaan harga barang sudah normal kembali sehingga hal ini merugikan perusahaan dikarenakan biaya pembelian lebih besar daripada biaya penjualan. 4.2.3 Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk Tujuan sebuah perusahaan adalah untuk mencari keuntungan, keuntungan itu sendiri dapat diukur dengan rasio profitabilitas. Dimana rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas itu sendiri dapat diukur dengan kemampuannya menggunakan aktiva secara produktif. Dalam pengukuran profitabilitas dalam penelitian ini digunakan alat ukur Return On Asset (ROA) karena rasio ini menunjukan kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. semakin tinggi angka rasio ini berarti semakin baik, hal ini menunjukan bahwa tingkat keefisienan aktiva yang digunakan baik sehingga mendatangkan keuntungan. 106 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan analisis regresi berganda, didapatkan hasil persamaan yaitu Y = 0,247 – 0,002X1 – 0,024Χ2, yang mempunyai arti dimana pengaruh Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) dilihat dari tingkat signifikannya adalah tidak signifikan, karena batas tingkat signifikan sebesar 0,05 sedangkan data diatas sebesar 0,051 (0,051>0,05) nilai variabel perputaran kas (X1 ) lebih besar dari tingkat signifikan, sehingga Perputaran Kas terhadap Return On Assets (ROA) berhubungan tidak signifikan. Namun pada Perputaran Persediaan, sesuai dengan persamaan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa jika tidak ada peningkatan Perputaran Persediaan (inventory turnover) maka nilai Return On Assets (ROA) sebesar 0,247. Adapun nilai koefisien Perputaran Persediaan sebagai variabel X2 sebesar -0,024 dan bertanda negatif. Hal ini menunjukan bahwa Perputaran Persediaan mempunyai hubungan yang berbanding terbalik dengan Return On Assets (ROA) yang mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Persediaan sebesar 1% maka terjadi penurunan pada Return On Assets (ROA) sebesar 0,024 atau 2,4%. Adapun pada analisis korelasi, tingkat koefisien korelasi antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan sebesar 0,413, nilai koefisien yang bertanda positif berarti diantara keduanya memiliki hubungan berbanding lurus, peningkatan pada Perputaran Kas akan diikuti dengan peningkatan Perputaran Persediaan, begitupun sebaliknya jika perputaran kas mengalami penurunan maka Perputaran Persediaan juga akan menurun. Sedangkan signifikasi hubungan variabel dapat dianalisis dengan ketentuan, jika probabilitas atau nilai signifikansi < 0,05 maka hubungan kedua variabel signifikan, sebaliknya tidak signifikan jika nilai 107 Signifikansi >0,05. Hubungan investasi pada Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,413 yang besarnya lebih besar daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan adalah tidak signifikan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan berbanding lurus dan tidak signifikan. Pada koefisien korelasi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Kas dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik yang artinya peningkatan Perputaran Kas tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,595 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah sedang, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,40 – 0,599, yang berarti tingkat hubungannya adalah sedang. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,041 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Kas terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Kas (cash turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi sedang. Begitupun dengan koefisien korelasi antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) memiliki nilai negatif, berarti antara Perputaran Persediaan dengan ROA memiliki hubungan berbanding terbalik, yang artinya peningkatan Perputaran Persediaan tidak diikuti oleh ROA. Angka 0,702 menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara Perputaran Persediaan 108 (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah kuat, karena nilai tersebut berada ada dalam interval koefisien 0,60 – 0,799, yang berarti tingkat hubungannya adalah kuat. Sedangkan nilai Signifikan (2 tailed) sebesar 0,011 yang nilainya lebih kecil daripada besarnya α yakni 0,05 menunjukan hubungan antara Perputaran Persediaan terhadap ROA adalah signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Return On Assets (ROA) adalah signifikan dengan kekuatan interpretasi koefisien korelasi kuat. Selanjutnya pada analisis koefisien determinasi besarnya koefisien determinasi tersebut adalah 0,675 atau 67,5% artinya pengaruh kedua variabel bebas ini secara simultan terhadap ROA sebesar 67,5% dan sisanya sebesar 32,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Jadi hubungan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan terhadap Return On Assets (ROA) adalah kuat. Pada pengujian secara farsial didapat data yaitu F hitung adalah 9,336 sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Perputaran Kas (cash turnover) dan Perputaran Persediaan (inventory turnover) terhadap Return On Assets (ROA). Dengan adanya hasil penelitian ini, yang menunjukan bahwa Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara bersamaan/simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) sehingga penelitian ini mendukung teori yang menjelaskan bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat. 109 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis telah lakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perputaran Kas (Cash Turnover) terhadap Return On Assets (ROA) Hubungan Perputaran Kas pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan pengaruh signifikan terhadap ROA, hal tersebut ditujukan dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,595 dengan tingkat hubungan sedang, kemudian memiliki koefisien determinasi sebesar 35,4%. selanjutnya berdasarkan pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) yang didapat yaitu thitung adalah negatif 2,342 sedangkan ttabel adalah 2,228, maka thitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Ho ditolak berarti terdapat pengaruh antara Perputaran Kas terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran Kas berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Assets (ROA). 2. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) terhadap ROA Hubungan Perputaran Persediaan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan pengaruh signifikan kepada ROA, hal tersebut ditujukan dengan koefisien korelasi negatif sebesar 0,702 dengan tingkat hubungan adalah kuat, memiliki koefisien determinasi sebesar 49,2%. Kemudian pada pengujian hipotesis secara parsial (uji-t) adalah thitung negatif 3,114 sedangkan t tabel adalah 2,228, maka t hitung > t tabel berarti Ho ditolak dan Ha 110 diterima. Ho ditolak memiliki arti bahwa terdapat Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap ROA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Assets (ROA). 3. Perputaran Kas (Cash Turnover) dan Perputaran Persediaan (Inventory Turnover) secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Hubungan Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk memberikan pengaruh yang signifikan kepada ROA, hal tersebut ditujukan dengan besarnya koefisien korelasi negatif sebesar 0,596 dan 0,702 dengan tingkat hubungan masing-masing adalah sedang dan kuat. Kemudian memiliki koefisien determinasi sebesar 67,5%. Selanjutnya pada pengujian hipotesis yang didapat yaitu F hitung adalah 9,336 sedangkan Ftabel adalah 4,2565. Sehingga Fhitung ≥ Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. yang berarti terdapat pengaruh signifikan antara Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan secara simultan terhadap ROA. Dengan adanya hasil penelitian ini, mendukung teori yang menjelaskan bahwa Semakin tinggi Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan maka semakin tinggi pula keuntungan yang akan didapat. 5.2 SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis memberikan saran baik untuk perusahaan dan penelitian selanjutnya sebagai berikut: 111 1. Bagi perusahaan yaitu dalam meningkatkan kemampuannya mendapatkan keuntungan yang maksimal sebaiknya perusahaaan menggunakan asetnya seefektif mungkin, berdasarkan hasil penelitian pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk periode 1999-2011, investasi pada kas dan persediaan yang dilihat dari perputaran sebagai alat keefektifannya tidak memberikan keuntungan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan semakin tinggi perputarannya justru laba yang didapat perusahaan semakin rendah. 2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel yang lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor industri dan memperpanjang periode penelitian. Serta menambah variabel independen yang turut mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Hal ini karena profitabilitas perusahaan tidak hanya ditentukan oleh pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Persediaan saja akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya.