BERUBAHNYA PERFILMAN INDONESIA DAN PLAGIASI TERHADAP FILM LUAR NEGRI LAPORAN Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Bapak Ahmad Faqih, S.Ag., M.Si Disusun oleh : Susi Susanti (131211113) FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG Jln. Prof. Dr. Hamka KM.2 Ngaliyan Semarang Telp(024)7604554 2014 I. PENDAHULUAAN Penemuan-penemuan mengenai perkembangan informasi terus berkembang seiring perkembangan zaman, termasuk di dalamnya perkembangan televisi yang di nikmati oleh masyarakat indonesia tahun 1962. Kemudian acara didalamnya yang senantiasa program televisinya juga semakin berkembang mengikuti kebutuhan masyarakat pada zaman sekarang ini. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kekayaan dan kreativitas. Remaja indonesia pada umumnya memiliki nilai kreatifitas yang tinggi dan sesunggunya dapat dikembangkan. Namun sayangnya, kreatifitas remaja indonesia lebih banyak di lirik oleh negara tetangga sehingga yang tersisa dari kekreativitasan tersebut tidak begitu beragam. Kekreativitasan tersebut dituangkan dalam karya-karya visual yang disebut “film”. Film-film yang telah digarap oleh sineas muda Indonesia beragam, namun memiliki kecenderungan yang sama. Karena itulah perfileman indonesia pernah meraih zaman keemasan pda masana, dan perfilman indonesia ini telah banyak mengubah pola pikir serta kebiasaan masyarakat dalam berkomunikasi. Karena gaya iimitasi (tahap meniru) masyarakat pada waktu itu masih sangat kental sekali dan bahkan membudaya. Sehingga film pada waktu itu mendapat apresiasi yang sangat luuar biaa. Cerita yang dimunculkan beragam tidak hanya diperuntukkan bagi kaum remaja, bahkan untuk anak-anak juga sebagai penikmat film indonesia. II. IDENTIFIKASI MASALAH Pada zaman modernisasi sekarang ini,perfilman Indonesia masih saja dirusak oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan kesempatan dalam kesempitan dengan membuat film-film yang bertema horor sex, sinetron-sinetron tentang religi percintaan pun tak terhitung jumlahnya, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah. Perfilman modern di zaman sekarang banyak mengalami perubahan baik di lihat dari segi tema,sutradara dan lain sebagainya dan sekarang perfilman Indonesia juga banyak yang meniru film-film luar negeri. 1. Apakah film-film indonesia banyak yang meniru film-film luar negeri? 2. Apakah perfilman di Indonesia sekarang banyak mengalami perubahan? III. DESKRIPSI OBJEK STUDI A. Film-film Indonesia Banyak yang Meniru film-film Luar Negeri Film-film Indonesia sekarang-sekarang ini banyak yang meniru (plagiat) dari film-film luar negeri salah satunya adalah sebgai berikut: berita ini dari internet JAKARTA – Terjadi polemik mengenai sinetron terbaru Nikita Willy dan Morgan Oey, Kau yang Berasal dari Bintang. Episode perdana sinetron tersebut tayang di RCTI mulai 28 April kemarin. Sejatinya sinetron itu mengudara setiap hari pukul 19.00. Akan tetapi, RCTI memutuskan untuk menghentikan penayangannya. Kau yang Berasal dari Bintang hanya sempat mengudara tiga episode. Sinetron tersebut dituding menjiplak drama Korea berjudul My Love from The Stars atau Man from The Stars yang dibintangi Kim Soo-hyun dan Jun Ji-hyun. Drama itu tayang di Seoul Broadcasting System (SBS), stasiun televisi Korea, pada 18 Desember tahun lalu. Menceritakan tentang percintaan Do Min-joon, alien yang mendarat di bumi saat Dinasti Joseon, dengan seorang aktris bernama Cheon Songyi, serial itu meraih sukses masif di negaranya. Sejak ditayangkan hingga berakhir sebanyak 20 episode, rating-nya terus naik. Mulai episode kelima hingga terakhir, rating stabil di atas 22 persen. Sukses tersebut yang kemudian ingin diikuti RCTI dan rumah produksi Sinemart dengan memproduksi dan menayangkan cerita serupa. Namun, setelah penayangan episode pertama, banyak respons yang datang. Para pencinta drama Korea dengan tegas menyebut sinetron itu plagiat. Berita tentang kesamaan tersebut didengar pihak SBS Korea. Dilansir dari Soompi dan Alkpop, episode pertama Kau yang Berasal dari Bintang dari segi cerita dan setting lokasi dibuat mirip seperti versi Korea. Perwakilan SBS Contents Hub, yang bertanggung jawab atas pemberian hak tayang, mengumumkan bahwa sinetron tersebut belum mendapat izin dari pihaknya. ’’Jadi, itu bisa dikategorikan sebagai plagiat,’’ kata mereka dalam rilis. Pihaknya juga mengatakan bisa melakukan tindakan dan tuntutan hukum atas itu. ’’Kami sekarang berada dalam tahap pembicaraan dengan stasiun televisi Indonesia. Kami belum memberikan izin publikasi, tetapi drama ini sudah ditayangkan. Kami dalam proses mengambil tindakan dalam penuntutan terhadap drama tersebut,’’ lanjutnya. Sebetulnya sinetron remake sudah beberapa kali dibuat. Pada 2006, Sinemart dan RCTI memproduksi serta menayangkan sinetron Buku Harian Nayla yang dibintangi Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie. Sinetron tersebut adalah remake dari drama Jepang 1 Litre of Tears. Namun, saat itu Sinemart sudah mengantongi izin untuk remake. Corporate secretary RCTI Sabtu (3/5) merilis pernyataan mengenai kasus tersebut. ’’Sinetron ini ramai diperbincangkan masyarakat kita, juga pencinta drama seri Korea. Masukan yang kami terima melalui e-mailmaupun media sosial, sinetron ini memiliki banyak kemiripan dengan Man from The Stars,’’ katanya. Dengan pertimbangan itu, untuk menghindari polemik yang berkepanjangan, RCTI berkoordinasi dengan Sinemart untuk mengevaluasi kembali. ’’Akhirnya, RCTI menghentikan tayangannya dan tidak akan dilanjutkan,’’ sambungnya. Garagara sinetron barunya dihentikan, Nikita Willy kebanjiran dukungan dari penggemarnya di Twitter. Mereka meminta Niki tidak terganggu dengan masalah tersebut. Kekasih Diego Michiels itu banyak me-retweet cuitan penggemar yang mendukungnya. B. Perfilman Indonesia Banyak Mengalami Perubahan Media komunikasi adalah intisari peradapan dan bahwa sejarah diarahkan oleh media yang menonjol pada masanya. Media bekerja dalam berbagai cara untuk segmen-segmen masyarakat yang berbeda, audiens tidak semuanya terpengaruh, tetapi berinteraksi dalam cara yang khusus dengan media. Munculnya teori media baru karena adanya pergeseran. Komunikasi lisan menciptakan budaya komunitas, komunikasi tulisan menciptakan budaya kelas, komunikasi elektronik menciptakan budaya kelompok yang saling bersaingan untuk mempromosikan ketertarikan mereka. Ketika media berubah, cara kita berfikir, mengatur informasi, dan berhubungan dengan manusia juga berubah. Awal 2000-an perfilman Indonesia masih menemukan ruhnya. Genre film juga bervariatif, bahkan film Indonesia mampu bersaing dengan film Hollywood secara sehat. Meski demikian perfilman indonesia masih saja dirusak oleh oknum-oknum yang hanya mencari keuntungan kesempatan dalam kesempitan dengan membuat film-film horor sex agar jumlah penontonnya meningkat. Hal ini justru membuat film Nasional yang bagus menjadi seperti batu diantara lelumutan, lama-lama lumut itu bisa menghancurkan batu itu sendiri, meski sekokoh apapun batu itu. Di tahun 2011 terjadilah sebuah peristiwa yang justru menjadi bumerang bagi perfilman tanah air, yaitu kisruh film impor, apalagi di tahun itu film-film horor sex menjadi jamur dan Menjamur di mana-mana. Sayangnya, sifat orang Indonesia juga masih suka latah, jika sedang ramai horor, banyak yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah, sinetron-sinetron tentang religi percintaan pun tak terhitung jumlahnya. Sejarah perkembangan perfilman di Indonesia sangatlah panjang. Dari sejak adanya film pertama yaitu di tahun 1900an, hingga perfilman modern di zaman sekarang ini telah banyak sekali mengalami perubahan. Baik dari segi tema, judul, genre, peralatan, kualitas gambar, sampai sutradara dan pemainyapun telah mengalami perubahan. Genre yang ditayangkan di Indonesia sangat beraneka ragam. Dari genre horor yang umumnya mengambil cerita mitos atau legenda dari sebuah tempat atau lokasi angker yang menampilkan makhluk-makhluk gaib khas lokal,seperti kuntilanak, pocong, genderuwo, suster ngesot, tuyul, dan sebagainya. Begitu banyak genre film yang ditayangakan di Indonesia tidak lantas membuat perfilman di Indoesia menjadi terus berkembang. Karena ada era di mana perfilman nasional mengalami keterpurukan hingga mengalami kebangkitan. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman nasional mulai mengalami kelatahan. Yaitu di mana film-film yang di tayangkan hampir semuanya sama. Jika sedang ramai horor, banyak yang mengambil tema horor, begitu juga dengan tema-tema remaja/anak sekolah. Kalau dilihat dari pemainnya, produser sekarang sebagian besar hanya memilih pemain yang mempunyai wajah cantik-cantik dan tampan-tampan.Sedangkan judul-judulnyapun norak,kuliatas gambarnyapun menurun, dan film yang ditayangkan juga kebanyakan meniru film dari luar negeri. Waktu penanyangan perfilman juga tidak berdasarkan pemirsa televisi. Dalam buku Komunikasi Massa karangan Elvinaro Ardianto, Lukiati Komala dan Siti Karlinah juga di sebutkan bahwa suksesnya suatu program acara pada media televisi seringkali diikuti oleh stasiun televisi lainnya dengan cara-cara yang sejanis. Hal ini di namakan sebagai copycat. Ada juga suatu cara yang sukses di negara asalnya sehingga dibuat versi negara lain, di namakan franchise. Contoh acara-acara Franchise adalah “Who Want To Be A Millionaire” (RCTI, Anteve), “Indonesian Idol” (RCTI), “The Apprentice” (Metro TV), “Gong Show” (Trans TV), ”Jalan illahi” (Trans7), “pintu hidayah” (RCTI) yang meniru “Rahasia illahi”(TPI); “Rejeki nomplok” (Trans7), ”Lunas”(SCTV), “Tolong”(SCTV), dan sebagainya, yang meniru”Uang kaget” (RCTI); ”Jelajah” (TransTV), ”Archipelago” (MetroTV), “Treking”(RCTI), yang megikuti “Jejak petualang” (Trans 7), dan masih banyak lagi. IV. KERANGKA TEORITIK 1. Sosiologi Komunikasi Sosiologi komunikasi adalah cabang dari sosiologi atau kekhususan dari sosiologi yang membahas interaksi sosial. Sosiologi lahir dari krisis sosial dan politik. Sosiologi komunikasi dipelajari bersamaan dengan kajian sosiologi komunikasi dijadikan kajian di zamannya Selo Soemarjan. Didalam Sosiologi komunikasi di antaranya membahas Pranata sosial komunikasi. 2. Pranata Sosial Pranata sosial adalah sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan atau kegiatan masyarakat. Sedangkan komunikasi adalah proses pertukaran pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang akhirnya terjadilah efek. Menurut Evert M Rogers komunikasi ialah proses di mana suatu ide dialihkan dan sumber kepada penerima, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Sedangkan menurut Harold D Laswell komunikasi merupakan who says what in wich channel to whom with what effect? Unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, komunikan, pesan, media, dan effek. Komunikator: orang yang menyampaikan pesan, menguasai materi pesan, menguasai bahasa pesan dan bahasa lokal, menguasai strategi, memiliki kredibilitas memiliki tujuan atau target komunikasi, bisa bersifat individu, kelompok, atau organisasi. Komunikan: orang yang menerima pesan. Pesan: materi (subtansi isi) yang dikomunikasikan, bisa berupa verbal (bahasa tulis atau lisan) ataupun bisa berupa nonverbal (gambar, lukisan dan lain-lain), pesan yang berupa bahasa tulis, lisan, dan isyarat bersifat konvensional (kesepakatan). Chanel/saluran bisaa juga disebut dengan media yaitu saluran penyampaian. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam 2bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi seperti radio sedangkan media massa yaitu media yang digunakan untuk komunikasi massa seperti televisi. Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai tau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jadi, pranata sosial komunikasi merupakan suatu proses berinteraksi dengan berkomunikasi yang didalamnya terkandung norma atau aturaan yang mengatur proses jalannya interaksi tersebut. Atau norma atau aturan mengenai aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan aktivitas sosial dan komunikasi. Tiga kata kunci pranata sosial: nilai dan norma, prosedur umum (peta perilaku yang dibakukan), sistem hubungan ( jaringan peran serta status untuk melakukan perilaku sesuai prosedur umum). Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komuniasi masa visual dibelahan dunia ini.Lebih dari ratusan juta orang menonoton film di bioskop, film televisi dan film video laser setiap minggunya.di Amerika Serikat lebih dari satu juta tiket film terjual setiap tahunnya (Agee,et.al.,2001:364) Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi menonton film kebioskop ini menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-1950an. Industri film adalah indutri bisnis predikat ini telah mengeser anggapan orang yang masih meyakini bahwa film adalah karya seni,yang diproduksi secara kreatif dan memenuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika (keindahan) yag sempurna.Meskipun pada kenyataannya adalah bentuk karya seni,industri film adalah bisnis yang memberikan keuntungan, kadangkadang menjadi mesin uang yang sering kali, demi uang, keluar dari kaidah artistik film itu sendiri (Dominick.2000:306) 3. Fungsi film Fungsi film seperti halnya televisi siaran,tujuan hayalak menonton film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan tetapi dalam film dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif, bahkan persuasif. Hal inin sejalan dengan misi perfilman nasional sejak tahun 1979, bahwa selain sebagai media hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka nation and character building (Efendi,1981:212). Fungsi edukasi dapat tercapai apabila film nasional memproduksi filmfilm sejarah yang objektif, atau film dokumenter dan film yang dianggap dari kehidupan sehari-hari secara berimbang. 4. Karakteristik film Faktor-faktor yang dapat menunjukkan karakteristik film adalah layar lebar, pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan identifikasi psikologis. a. Layar yang luas/lebar :film dan televisi sama-sama menggunakan layar, namun kelebihan media film adalah layarnya yang berukuran luas. b. Pengambilan gambar sebagai konsekuensi layar lebar, maka penggambilan gambar atau shot dalam film bioskop memungkinkan dari jarak jauh atau extrame long shot, dan panoramic shot, yakni pengambilan pemandangan secara menyeluruh. c. Konsentrasi penuh Dari pengalaman kita masing-masing, di saat kita menonton film di bioskop, bila tempat duduk sudah penuh atau waktu maiin sudah tiba, pintu-pintu ditutup, lampu di matikan, tampak di depan kita layar luas dengan gambar-gambar cerita film tersebut. d. Identifikasi psikologis Kita semau dapat merasakan bahwa suasana di gedung bioskop telah membuat pikiran dan perasaan kita larut dalam cerita yag di sajikan. Karena penghayatan kita yang amat mendalam, di sajikan. Pengaruh film terhadap jiwa manusia (penonton) tidak hanya sewaktu atau selama duduk di gedung bioskop, tetapi terus sampai waktu yang cuku lama, misalnya peniruan terhadap cara berpakaian atau model rambut. Apabila hanya cara berpakaian yang banyak di tiru oleh penonton, tentu tidak maalah. Tetapi, bila yang ditiru adalah cara hidup yang tidak sesuai dengan norma dan budaya bangsa Indonesia, tentu akan menimbulkan masalah. Efek iniah yang harus dihindari. V. ANALISIS atau SOLUSI Solusi dari adanya permasalahan yang berkaitan dengan Pranata Sosial Komunikasi yaitu seperti terjadinya plagiasi terhadap film-film luar negeri, perfilman Indonesia yang berubah baik dari segi tema, judul, genre, peralatan, kualitas gambar, sampai sutradara, pemainya, sifat orang Indonesia juga masih suka latah dan juga waktu penanyangan perfilman juga tidak berdasarkan pemirsa televisi. Pertama, solusinya ialah ketika seseorang akan mengirim pesan melalui media massa, harus memerlukan pertimbangan. Agar, pesan terebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan itu adalah: 1) Pemirsa Dalam setiap bentuk komunikasi, malalui media apa pun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikasinya. Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa harus medapatkan perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk kategori anak-anak, remaja, dewasa mau pun orang tua; kebiasaan wanita bekerja dengan kebiasaan ibu rumah tangga. Hal ini berkaitan dengan materi pesan jam penayangan. Kebiasaan dan minat tiap kategori kelopok pe-mirsa, biasanya dapat di ketahui melalui hasil survei, baik yang dilakukan oleh stasiun televisi yag bersangkutan, maupun yang dilakukan oleh lembaga lain, jadi, setiap acara yang ditayangkan benar-benar berdasarkan kebutuhan pemirsa bukan acara yang dijejalkan begitu saja. 2) Waktu Setelah komunikator mengetahui minat dan kebiasaan tiap ketegori pemirsa, langkah selanjutnya adalah menyesuaikan waktu penayangan dengan minat dan kebiasaan pemirsa. Faktor waktu yang menjadi bahan pertimbangan, agar setiap acara dapat ditayangkan secara proporsional dan dapat diterima oleh khlayak sasaran. Misalnya, stasiun televisi RCTImemulai acaranya pukul 05.30 WIB. Dengan siaran “ Hikmah Fajar”, yakni acar yang bernafaskan Islam. Sekarang timbul pertanyaan, mengapa sepagi itu harus diisi acara seputar Islam? Jawabannya jelas sekali, karena orang islam bangun subuh untuk melaksanakan ibadah shalat subuh. Biasanya setelah shalat subuh, mereka mengisi waktu dengan kegiatan ibadah, seperti membaca AlQur’an, zikir atau mendengarkan ceramah agama di masjid. 3) Durasi Durasi juga harus diperhatikan karena ini juga berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap tayangan acara. Misalnya, acara” Go Spot” di RCTI berdurasi 30 menit. Acara liputan 6 pagi berdurasi 90 menit di SCTV, dan “Empat Mata” di Trans 7 berdurasi 90 menit. Sedangkan untuk acara-acara film bioskop yang diputar di layar televisi pada umumnya berdurasi 120 menit, bahkan acara disesuaikan dengan jenis acra dan tntutan naskah atau skrip. Yang penting, dengan durasi tertentu, tujuan acra tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. 4) Metode Penyajian Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi bukan berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada karena sama pentingnya bagi keperluan komunikator dan komunikan. Masalahnya sekarang adalah bagaimana caranya agar fungsi mendidik dan membujuk tetap da, namun tetap diminati pemirsa. Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, menggunakan metode penyajian tertentu dimana pesan nomhiburan dapat mengundang unsur hiburan. Berbagai pelanggaran etika komunikasi dalam media cetak (surat kabar atau majalah) dan media Elektronik ( radio siaran, TV, dan media online atau internet) sekarang ini sudah menjamur sekali misalnya saja tadi yang di sebutkan di atas yaitu banyaknya film-film Indonesia yang meniru film-film luar negri. Untuk itu,Sebelum memberikan solusi terhadap film-film Indonesia yang sekarang banyak meniru (plagiat) film-film luar negri lebih baik kita ketahui terlebih dahulu apa sih etika pers itu? Menurut Sobur (2001) menyebutkan etika pers (etika kominikasi massa) adalah fisafat moral yang berkenaan dengan kewajiban-kewajiban pers dan tentang penilaian pers yang baik dan pers yang buruk atau pers yang benra dan pers yang salah. Dengan kata lain, etika pers adalah ilmu atau studi peraturan-peraturan yang mengtur tingkah laku pers atau apa yang seharusnya di lakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Etika pers mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu di laksanakan agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Lebih jauh Sobur (2001) mengemukakan etika pers adalah kesadaran moral. Kesadaran moral pers adalah pengatahuan tentang baik dan buruk, benar dan salah, tepat dan tidak tepat, bagi orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers. Bahwa harus ada etika dalam pergaulan hidup, baik yang tersurat dan tersirat, tidak ada orang yang memperdebatkannya. Di dalam kehidupan pers pun di rasakan perlu adanya norma-norma etika tertentu, sebagai mana halnya dalam bidang profesi lain. Selain itu, tentu saja, diperlukan adanya jiwa pengabdian serta persiapan teknis dan mental bagi pelaksanaan suatu profesi. Jadi solusi dari masalah sosiologi komunikasi yang berkaitan dengan pranata sosial komunikasi, masalahnya yang saya angakat salah satunya tadi adalah plagiasi, solusinya setiap orang yang bergulat di dalam bidang media cetak maupun media elektronik harus mengetahui kode-kode etik pers dan sistem pers Indonesia. Karena film termasuk media elektronik dan termasuk juga tayangnya di media massa jadi produser tersebut harus mengetahui etika yang berkaitan dengan komunikasi massa, ada beberapa point penting yang berkaitan dengan etika komunikasi massa seperti yang di kemukakan Shoemaker dan Reese, dalam nurudin (2003), yakni: (a) tanggung jawab; (b) Kebebasan pers; (c) masalah etis dan masih banyak yang lain. A. Tanggung Jawab Orang yang terlibat dalam komunikasi massa harus mempunyai tanggung jawab dalam pemberitaan sesuatu, apa yang diberitakan dipertanggungjawabkan. media massa harus bisa Tanggung jawab ini bisa pada Tuhan, masyarakat, profesi atau dirinya masing-masing. Jika pemberitaannya meiliki konsekuensi merugikan masyarakat, maka pihak media harus ikut bertanggung jawab dan bukan menghindarinya, atau membuat “pledoi” tanpa dasar hanya membela diri begitu pula seterusnya. B. Kebebasan Pers Tanggung jawab tersebut bukan berarti bahwa media tak boleh memiliki kebebasan, tidak berarti pula pengekangan. Kebebasan pers ini juga mutlak di punyai media massa. Dengan kata lain, kebebasan dan tanggunng jawab samasama penting. Olek karenanya sistem pers Indonesia yang sekarang ini menurut saya menggunakan sistem pers Kebebasan Bertanggung Jawab. Kebebasan tetaplah penting, hanya dengan kebebasanlah berbagai informasi bisa di sampaikan kepada masyarakat. Jadi kebebasan pers adalah penting dalam kehidupan pers. Tetapi, kebebasan pers akan lebih bermakna jika disertai tanggung jawab. Dengan kata lain, pers tidak bebas sebebasbebasnya, tetapi kebebasan itu harus bisa dipertanggung jawabkan, yang lebih dikenal dengan istilah kebebasan yang bertanggung jawab. C. Masalah Etis Masalah etis di sini artinya setiap orang yang terlibat dalam komunikasi massa itu harus bebas dari kepentingan. Ia mengabdi pada kepantingan umum. Meskipun mengabdi pada kepentingan umum, pers tidak akan bisa lepas dari kepentingan. Yang bisa dilakukan adalah menekan kepentingan tersebut, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pers. Selain itu dalam BAB III SUMBER BERITA dalam pasal 12 di nyatakan wartawan Indonesia tidak melakukan plagiat, tidak mengutip karya jurnalistik tanpa menyebut sumbernya. Jadi disini produser juga harus mengetahui bahwa tindakan plagiasi itu tidak diperbolehkan seperti tertera dalam pasal 12 tersebut. Dan pada pasal 13 juga berbunyi wartawan Ibdonesia harus menyebutkan sumber berita, kecuali atas permintaan yang bersangkutan untuk tidak disebut nama dan identitasnya sepanjang menyangkut fakta dan data bukan opini. Apabila nama dan identitas sumber berita tidak di sebutkan, segala tanggung jawab ada pada wartawan yang bersangkutan. Sedangkan kalau dalam film tersebut berarti tanggung jawab ada pada poduser yang bersangkutan. VI. PENUTUP A. Kesimpulan Sosiologi komunikasi ialah kekhususan ilmu yang membahas interaksi sosial termasuk di dalamnya membahas pranata sosial komunikasi. Sedangkan pranata sosial komunikasi merupakan suatu proses berinteraksi dengan berkomunikasi yang didalamnya terkandung norma atau aturan yang mengatur proses jalannya interaksi tersebut. Atau norma atau aturan mengenai aktivitas masyarakat yang berhubungan dengan aktivitas sosial dan komunikasi. Tiga kata kunci pranata sosial: nilai dan norma, prosedur umum (peta perilaku yang dibakukan), sistem hubungan ( jaringan peran serta status untuk melakukan perilaku sesuai prosedur umum). Oleh karenanya, dapat ditarik benang merah bahwa disinilah sangat pentingnya pranata sosial komunikasi yang berfungsi sebagai pedoman, mengukuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Kalau tidak ada pranata sosial komunikasi ketika terjadi peristiwa-peristiwa yang serupa seperti di atas pasti akan berdampak buruk bagi seluruh masyarakat. Setidaknya kalau ada pranata sosial komunikasi ada sebuah lembaga yang menangani peristiwaperistiwa tentang pelanggaran komunikasi. B. Saran Alhamdulillah saya telah menyelesaikan tugas ini, saya sadar bahwa tugas yang saya buat masih memiliki kekurangan, untuk itu saya mohon kritik dan saran yang membangun agar lebih baik dan bermanfaat untuk pembelajaran saya karena, kesempurnaan hanyalah milik Allah. LAMPIRAN Ketahuan jiplak, RCTI hentikan sinetron Kau Berasal Dari Bintang Di Sambung 7 months ago 0 No comments JAKARTA – Terjadi polemik mengenai sinetron terbaru Nikita Willy dan Morgan Oey, Kau yang Berasal dari Bintang. Episode perdana sinetron tersebut tayang di RCTI mulai 28 April kemarin. Sejatinya sinetron itu mengudara setiap hari pukul 19.00. Akan tetapi, RCTI memutuskan untuk menghentikan penayangannya. Kau yang Berasal dari Bintang hanya sempat mengudara tiga episode. Sinetron tersebut dituding menjiplak drama Korea berjudul My Love from The Stars atau Man from The Stars yang dibintangi Kim Soo-hyun dan Jun Ji-hyun. Drama itu tayang di Seoul Broadcasting System (SBS), stasiun televisi Korea, pada 18 Desember tahun lalu. Menceritakan tentang percintaan Do Min-joon, alien yang mendarat di bumi saat Dinasti Joseon, dengan seorang aktris bernama Cheon Song-yi, serial itu meraih sukses masif di negaranya. Sejak ditayangkan hingga berakhir sebanyak 20 episode, rating-nya terus naik. Mulai episode kelima hingga terakhir, rating stabil di atas 22 persen. Sukses tersebut yang kemudian ingin diikuti RCTI dan rumah produksi Sinemart dengan memproduksi dan menayangkan cerita serupa. Namun, setelah penayangan episode pertama, banyak respons yang datang. Para pencinta drama Korea dengan tegas menyebut sinetron itu plagiat. Berita tentang kesamaan tersebut didengar pihak SBS Korea. Dilansir dari Soompi dan Alkpop, episode pertama Kau yang Berasal dari Bintang dari segi cerita dan setting lokasi dibuat mirip seperti versi Korea. Perwakilan SBS Contents Hub, yang bertanggung jawab atas pemberian hak tayang, mengumumkan bahwa sinetron tersebut belum mendapat izin dari pihaknya. ’’Jadi, itu bisa dikategorikan sebagai plagiat,’’ kata mereka dalam rilis. Pihaknya juga mengatakan bisa melakukan tindakan dan tuntutan hukum atas itu. ’’Kami sekarang berada dalam tahap pembicaraan dengan stasiun televisi Indonesia. Kami belum memberikan izin publikasi, tetapi drama ini sudah ditayangkan. Kami dalam proses mengambil tindakan dalam penuntutan terhadap drama tersebut,’’ lanjutnya. Sebetulnya sinetron remake sudah beberapa kali dibuat. Pada 2006, Sinemart dan RCTI memproduksi serta menayangkan sinetron Buku Harian Nayla yang dibintangi Chelsea Olivia dan Glenn Alinskie. Sinetron tersebut adalah remake dari drama Jepang 1 Litre of Tears. Namun, saat itu Sinemart sudah mengantongi izin untuk remake. Corporate secretary RCTI Sabtu (3/5) merilis pernyataan mengenai kasus tersebut. ’’Sinetron ini ramai diperbincangkan masyarakat kita, juga pencinta drama seri Korea. Masukan yang kami terima melalui e-mailmaupun media sosial, sinetron ini memiliki banyak kemiripan dengan Man from The Stars,’’ katanya. Dengan pertimbagan itu, untuk menghindari polemik yang berkepanjangan, RCTI berkoordinasi dengan Sinemart untuk mengevaluasi kembali. ’’Akhirnya, RCTI menghentikan tayangannya dan tidak akan dilanjutkan,’’ sambungnya. Gara-gara sinetron barunya dihentikan, Nikita Willy kebanjiran dukungan dari penggemarnya di Twitter. Mereka meminta Niki tidak terganggu dengan masalah tersebut. Kekasih Diego Michiels itu banyak me-retweet cuitan penggemar yang mendukungnya. DAFTAR PUSTAKA Bungin, M. Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006. Cet. Ke-1. Karlinah, Siti. Komala, Lukiati dan Ardianto Elvinaro. Komunikasi Massa. (Bandung; Simbiosa Rekatama Media. 2012) http://www.disambung.com/2014/05/ketahuan-jiplak-rcti-hentikan-sinetron.html http://www.jawapos.com/baca/artikel/383/Sinetron-Kau-yang-Berasal-dari-BintangDihentikan