1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan teknologi industry otomotif saat ini kian tumbuh dengan pesat sehingga persaingan diantara produsen otomotif dunia terjadi sedemikian ketat dalam menciptakan produk yang dapat memenuhi selera pasar serta mampu mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri kendaraan bermotor dunia, maka akan mendorong pertumbuhan industri komponen kendaraan bermotor sebagai penyokong industri tersebut. Keberadaan produksi komponen kendaraan bermotor tersebut, di samping untuk memasok ke pabrikan mobil atau original equipment manufacture (OEM), juga untuk memenuhi kebutuhan konsumen (after market) , baik di pasar domestik maupun internasional (DitjenPen, 2014). Salah satu komponen kendaraan bermotor yang sangat penting perananya dan di produksi di Indonesia adalah Alternating Current Generator Starter atau lebih dikenal dengan sebutan Magneto. Alternating Current Generator Starter adalah generator elektrik yang menggunakan magnet permanen untuk menghasilkan arus searah. Fugsinya adalah sebagai pengatur pengapian, distribusi arus untuk sistem pengapian pada engine sepeda motor, pengisian arus listrik ke baterai, dan mendistribusikan arus listrik untuk sistem pencahayaan pada sepeda motor. (Denso Indonesia, 2010). Alternating Current Generator terdiri dari dua komponen yang bekerja secara berpasangan, yaitu Rotor assy dan Stator Assy. Rotor assy merupakan bagian yang sangat penting dan krusial bagi kinerja sebuah engine sepeda motor, komponen ini http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 dibuat dengan berbagai proses manufaktur yang komprehensif. Untuk bisa membuat Rotor assy yang memiliki kualitas sesuai dengan standar yang telah ditentukan, dibutuhkan teknologi yang memadai pada setiap prosesnya, salah satunya adalah proses penempaan dingin untuk membentuk kepala paku keling (rivetting), yang bertujuan untuk menyatukan Rotor dan Boss Rotor dengan menggunakan paku keling berkepala rata (rivet flat) SWCH 15A (JIS G3539). Proses penempaan dingin paku keling terdiri dari proses memasukan paku keling pada lubang dua buah material yang akan disambung dan disusul dengan proses pembentukan kepala paku keling yang menonjol pada ujung batang paku keling. Lubang biasanya berukuran 1/16 inch lebih besar dari diameter nominal paku keling. Kepala paku keling dibentuk dengan cara penempaan dingin secara cepat (rapid cold forging) menggunakan palu pneumatik atau hidrolik atau dengan tekanan secara terusmenerus menggunakan pressure riveter.(Kulak, Fisher, Struik, 2001). Selama ini terdapat beberapa kasus kegagalan pada hasil penempaan kepala paku keling pada rotor assy yang ditemukan di model lain, baik dari segi dimensional yang tidak mencapai standar maupun kondisi visual seperti retak dan adanya gap pada hasil pemasangan paku keling. Hal ini biasanya disebabkan oleh gaya tekan (Ton-Force) mesin tempa yang kurang tepat. Sebelumnya penyetelan gaya tekan mesin dilakukan dengan cara kira-kira saja atau biasa disebut trial and error, dan juga belum pernah dilakukan penelitian secara mendalam terhadap kegagalan yang disebabkan oleh kurang tepatnya parameter setting gaya tekan ini. Gambar 1.1 Cacat pada proses tempa paku keling (pemasangan paku keling) Berkaca dari masalah tersebut seiring dengan akan dibuatnya production line baru yang melibatkan produk baru dan instalasi mesin tempa paku keling baru pula maka dilakukan riset dan pengolahan data untuk menentukan parameter setting gaya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 tekan mesin yang tepat, agar mesin bisa beroprasi dengan baik dan menghasilkan produk yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. 1.2 RUMUSAN MASALAH Adanya line produksi baru dan melihat permasalahan yang timbul dari proses tempa kepala paku keling pada model lain, yang menyebabkan tidak tercapainya standar dimensional maupun visual hasil pemasangan paku keling rotor assy, hal tersebut akan menimbulkan ketidaklancaran proses produksi, dan kerugian perusahaan karena meningkatnya barang NG (No Good), maka dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Dibutuhkan metode untuk menghitung dan menentukan besar gaya tekan mesin tempa paku keling yang tepat. 2. Dibutuhkan besaran nilai pengaturan (setting) gaya tekan mesin tempa paku keling yang tepat, agar menghasilkan kondisi pemasangan paku keling rotor assy yang baik dan sesuai dengan standar yang ditentukan, sekaligus mencegah terjadinya masalah dikemudian hari. 1.3 TUJUAN PENELITIAN Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan penelitian ini adalah selain untuk pemenuhan dalam mencapai gelar strata satu (S1) Universitas Mercu Buana, adalah : 1. Menentukan laju regangan pada proses tempa pada paku keling SWCH 15A (JIS G3539). 2. Menentukan laju tegangan rata-rata yang terjadi pada proses tempa pada paku keling SWCH 15A (JIS G3539). 3. Menentukan faktor pembentukan proses tempa pada paku keling SWCH 15A (JIS G3539). 4. Menentukan metode perhitungan kebutuhan gaya tekan dalam proses penempaan paku keling SWCH 15A (JIS G3539). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 5. Menentukan gaya tekan mesin tempa yang dibutuhkan pada proses tempa paku keling SWCH 15A (JIS G3539). Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi referensi bagi perusahaan dalam penetapan parameter setting gaya tekan proses tempa paku keling yang tepat. 1.4 BATASAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN Agar pembahasan dapat lebih terfokus maka penulis membatasi permasalahan yang akan diutarakan pada penulisan Tugas Akhir ini. Adapun batasan-batasan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Analisis dan penelitian gaya tekan hanya dilakukan pada produk Rotor Assy, Alternating Current Generator K46F. 2. Paku keling yang digunakan adalah jenis paku keling kepala datar (rivet flat) berbahan baja karbon rendah SWCH 15A (JIS G3539). 3. Karakteristik sifat material paku keling kepala datar dianggap sudah memenuhi standar perusahaan. 4. Karakteristik sifat material penunjang (Rotor dan Boss Rotor) dianggap sudah memenuhi standar perusahaan. 5. Metode penempaan paku keling yang digunakan adalah jenis penempaan dingin (Cold Forging) dengan piston hidrolik. 6. Mesin tempa paku keling yang digunakan adalah jenis 16-0078E-11A 7. Bentuk JIG dan Dies mesin tempa paku keling sudah ditentukan sesuai standar perusahaan. 8. Analisis besaran berbagai faktor dari sifat mekanik material tidak dibahas. 9. Analisis penyebab penyimpangan kondisi teori dan aktual tidak dibahas. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan pembahasan dalam penulisan tugas akhir ini, maka laporan disusun atas lima bab dengan sistematika seperti berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 Bab pertama, merupakan pendahuluan dari laporan ini yang akan menjelaskan latar belakang penulisan, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan.. Bab kedua ini berisi tinjauan teori dasar tentang proses tempa paku keling, proses tempa dingin (cold forging), jenis-jenis paku keling, macammacam material baja karbon rendah beserta sifat karakteristiknya, serta dasar teori lain yang digunakan dalam menunjang kelancaran pembuatan tugas akhir ini. Bab ketiga, menjelaskan tentang apa saja metode yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir, metode yang dipakai dalam menyelesaian perhitungan gaya tekan yang dibutuhkan dalam proses tempa paku keling, dan bagaimana cara untuk mengumpulkan data data dari sumber terkait yang berhubungan dengan tugas akhir ini. Di bab keempat ini, menjelaskan tentang langkah-langkah analisis masalah dan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam proses pengerjaan tugas akhir, perhitungan gaya tekan yang dibutuhkan dalam proses tempa paku keling, menentukan gaya tekan yang paling tepat untuk menghasilkan hasil tempa paku keling yang sempurna serta melihat kesetabilan hasil setting parameter mesin terhadap produk yang dihasilkan. Bab kelima berisi tentang kesimpulan dari hasil pembuatan dan juga saran agar penelitian yang akan dilakukan berikutnya menjadi lebih baik. http://digilib.mercubuana.ac.id/