UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH TANPA MENGIKUTI BIMBINGAN BELAJAR DI LUAR SEKOLAH Disusun Oleh : Okafani Sari Muliawati 11312241003 Lutfiyatul Fuadah 1131224101 Ratih Dwi Utami 11312241042 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 A. TUJUAN 1. Menetahui faktor penyebab siswa mengikuti bimbingan belajar materi IPA di luar sekolah. 2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan bimbingan belajar di luar sekolah. 3. Mengetahui upaya meningkatkan kepercayaan siswa terhadap guru IPA di sekolah, serta pemahaman siswa terhadap materi IPA di sekolah. B. ABSTRAK Mata pelajaran ini dianggap sulit karena siswa menganggap dalam mata pelajaran IPA banyak sekali materi yang harus dihafalankan. Selain itu siswa juga sering berpikiran bahwa IPA adalah suatu pelajaran yang penuh rumus dan selalu menyulitkan. Oleh karena itu siswa memilih mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah untuk membantu meningkatkan pemahaman tentang materi IPA. Hal ini cukup memprihatinkan dikarenakan guru IPA di sekolah dianggap tidak berhasil dalam menyampaikan dan memberi pemahaman pada siswa pada proses belajar mengajar di sekolah. Sebagai guru tentunya wajib menumbuhkan kepercayaan diri bagi siswa, dan bertanggung jawab terhadap pemahaman materi IPA siswa. Sedangkan kriteria keberhasilan sebuah proses pembelajaran adalah munculnya kemampuan belajar berkelanjutan secara mandiri. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan meliputi tiga aspek, yaitu : aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek psikomotorik. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. C. LATAR BELAKANG Keberhasilan dalam pembelajaran merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi seorang guru. Target pencapaian tujuan pembelajaran oleh siswa melalui penguasaan materi secara tuntas. Meskipun target utama keberhasilan belajar siswa adalah penguasaan dan ketuntasan materi, namun lebih penting pula adalah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan diharapkan terjadinya interaksi aktif dan proaktif siswa saat pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran itulah maka guru perlu menerapkan strategi pembelajaran yang dapat merubah kondisi pembelajaran siswa menjadi aktif, kreatif, dan menyenangkan siswa. Agar tercipta proses belajar mengajar yang dapat dinikmati oleh para siswa. Peran guru dalam pencapaian tujuan pendidikan sangatlah vital, terutama dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus mampu mentransfer ilmu maupun nilai kepada siswa melalui sebuah kegiatan pebelajaran yang bermakna bagi siswa. Padahal banyak kendala yang menyebabkan terhambatnya proses belajar mengajar. Antara lain psikologi para siswa yang terkadang menganggap beberapa mata pelajaran tertentu sulit untuk dipahami. Beberapa mata pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa tentu akan menimbulkan sebuah pandangan yang menakutkan bagi siswa untuk mempelajarinya, contohnya mata pelajaran IPA. Mata pelajaran ini dianggap sulit karena siswa menganggap dalam mata pelajaran IPA banyak sekali materi yang harus dihafalankan. Selain itu siswa juga sering berpikiran bahwa IPA adalah suatu pelajaran yang penuh rumus dan selalu menyulitkan. Hal tersebut mereka rasakan ketika mereka berhadapan dengan seorang guru yang tidak bisa memahami psikologis peserta didik dan kurang bisa menguasai suasana kelas. Oleh karena itu siswa memilih mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah untuk membantu meningkatkan pemahaman tentang materi IPA. Hal ini cukup memprihatinkan dikarenakan guru IPA di sekolah dianggap tidak berhasil dalam menyampaikan dan memberi pemahaman pada siswa pada proses belajar mengajar di sekolah. Akibatnya siswa lebih memilih mengikuti bimbingan belajar untuk memahami materi IPA. Sebenarnya bimbingan belajar baik bagi siswa jika seimbang palaksanaannya, namun ada sebagian siswa justru mangabaikan proses pembelajaran di sekolah karena sudah menukuti bimbingan belajar di luar sekolah. Proses pembelajaran adalah sebuah upaya bersama antara guru dan siswa untuk berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang berkelanjutan. Menurut Sanjaya (2006:79), tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pembelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan materi pelajaran yang akan dicapai. Oleh karena itu penguasaan materi pelajaran bukanlah akhir proses pengajaran, akan tetapi hanya sebagai tujuan utama antara pengalaman serta untuk pembentukan tingkah laku yang lebih luas. Oleh karena itu penulis membuat makalah mengenai upaya peningkatan pemahaman siswa terhadap pembelajaran IPA di sekolah tanpa mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, untuk mengkaji lebih dalam permasalahan yang menyebabkan proses pembelajaran IPA di sekolah tidak berlangsung baik. D. RUMUSAN MASALAH 1. Apa faktor penyebab siswa memilih bimbingan belajar materi IPA di luar sekolah? 2. Apa kelebihan dan kelemahan bimbingan belajar di luar sekolah? 3. Bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan siswa terhadap guru IPA, serta pemahaman siswa terhadap materi IPA di sekolah? E. PEMBAHASAN 1. Faktor Penyebab Siswa Mengikuti Bimbingan Belajar Materi IPA di Luar Sekolah Ketidakpuasan terhadap kondisi pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab. S e k o l a h ya n g m e m i l i k i o t o r i t a s s e b a g a i t e m p a t u n t u k menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu masalah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia. S e b a g a i a l t e r n a t i f b e l a j a r d i l u a r s e k o l a h b a n ya k s i s w a ya n g m e n g g a n t u n g k a n harapannya pada bimbingan belajar untuk mendapatkan materi yang tidak diajarkan dis e k o l a h . Selain itu sekolah sering terpaku pada rutinitas dan aktivitas harian yang cenderung administratif dan birokratis, sehingga kurang berani melahirkan inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan. Sistem pendidikan belum sepenuhnya dapat memberikan guru untuk berkreasi sedemikian rupa dengan profesinya. Selain itu ada siswa yang terobsesi oleh tuntutan orang tua maupun terpengaruh teman-temannya sehingga mengikuti bimbingan belajar. Hal ini menunjukkan kekurangpercayaan pada kemampuan sendiri maupun kemampuan guru pada proses belajar dan kegiatan pendidikan di sekolah khususnya mata pelajaran IPA yang dianggap sulit karena merupakan pelajaran eksakta. Banyak siswa kesulitan memahami materi pelajaran IPA di kelas dengan alasan berbagai macam antara lain ketidakcocokan dengan cara mengajar guru yang dianggap membosankan,tidak bisa berkonsentrasi karena terlalu banyak jumlah siswa di kelas sehingga perhatian guru terpecah, suasana kelas yang terlalu ramai dan berisik, siswa kesulitan belajar mandiri, terlalu lelah dengan jadwal pelajaran di sekolah yang padat tanpa ada waktu istirahat yang cukup, dll. Selain kondisi sekolah, kondisi di rumah yang kurang kondusif juga berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam mengikuti pelajaran IPA disekolah. Tak sedikit orang tua yang kesulitan mendampingi anaknya belajar di rumah karena kesibukannya, hubungan kedua orangtua yang kurang harmonis atau pelajaran sang anak belum tentu dipahami orang tuanya. Saat ini dunia pendidikan berkembang dengan pesat. Standar naik kelas, kelulusan, ujian masuk sekolah, hingga ujian masuk universitas semakin tinggi ditetapkan setiap hari. Sayangnya, hal ini sangat jarang diimbangi dengan peningkatan pembelajar berkualitas di sekolah maupun institusi formal yang ada. Maka tak sedikit siswa yang menempuh pembelajaran setelah lepas sekolah, salah satunya mengikuti bimbingan belajar. Khususnya pada mata pelajaran IPA, standar kelulusan mata pelajaran IPA untuk Ujian Nasional (UN) semakin tinggi. Pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah dirasa tak cukup menggenjot nilai hasil kelulusan siswa yang makin meningkat, terlebih untuk mempersiapkan diri ke jenjang yang lebih tinggi. Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) pun menjadi pilihan populer para siswa. Maraknya LBB menjadi pilihan tersendiri bagi siswa yang ingin melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya prestise, tuntutan, ketakutan dan kegalauan siswa maupun orang tua agar anaknya memperoleh hasil belajar yang tinggi. Hal ini tidak terlepas dari pendidikan yang dirasa kurang di bangku sekolah. 2. Kelebihan Lembaga Bimbingan Belajar Pembelajaran di kelas-kelas bimbingan belajar dilakukan dengan tujuan untuk m e m p e r s i a p k a n s i s w a t e r a m p i l d a l a m m e n g e r j a k a n s o a l soal ujian. Selain mengulang seluruh pelajaran, siswa juga diajak mengerjakan soal-soal latihan m i s a l n ya soal ujian tahun s e b e l u m n ya . P e m b e l a j a r a n dilakukan dengan fokus bagaimana siswa dapat mengerjakan soal dengan mudah d an c e p a t . M a t e r i p e l a j a r a n d i b e r i k a n secara singkat dan padat. Untuk pelajaran IPA, siswa diberi rumus singkat dan praktis yang mudah dihafal oleh siswa. Dalam mencapai t a r g e t materi yang sangat padat biasanya kelas -kelas di bimbingan belajar tersedia projector sebagai alat bantu. Pembelajaran semacam ini mungkin sesuai untuk program intensif dalam menghadapi ujian masuk PTN, maupun untuk kelas yang dirancang khusus untuk mempersiapkan siswa mengikuti ujian masuk PTN. Berdasarkan pengalaman pribadi dan pengakuan dari beberapa koresponden yang diwawancarai, dengan sifatnya yang lebih personal, berikut beberapa keunggulan bimbingan belajar disbanding alternative pembelajaran lain: 1) Belajar menjadi lebih menyenangkan karena guru memposisikan diri sebagai sahabat. 2) Siswa menjadi tidak sungkan untuk bertanya semua hal tentang kesulitan belajar yang dialaminya di sekolah. 3) Sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa 4) Kecepatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kecepatan pemahaman oleh siswa. Sehingga semua materi dapat dipahami oleh siswa. 3. Kelemahan Lembaga Bimbingan Belajar Kebanyakkan para siswa yang mengikuti les di lembaga bimbingan belajar itu bermaksud agar mendapatkan cara-cara praktis untuk mengerjakan soal tes. Atau ada juga dari mereka yang mengikuti bimbingan belajar dengan maksud untuk menambah teman atau menambah kenalan. Pada kenyataannya, tidak semua lembaga bimbingan belajar itu terbukti baik serta mampu menjamin murid yang diajarnya menjadi juara di kelasnya. Banyak polemik yang hadir dalam pembelajaran di lembaga bimbingan belajar. Visi dan misi yang diusung oleh lembaga bimbingan belajar terkadang tidak sesuai dengan kurikulum yang ada pada sekolahan formal pada umumnya. Visi dan misi mereka yang condong untuk menumbuhkan rasa kekeluargaan dan belajar dengan santai dan cepat juga sering mengalami penyimpangan.Bahwasannya, peraturan yang dibuat agar sesuai dengan visi dan misi utama mereka ini cenderung terlalu bebas dan mengabaikan kedisiplinan. Jika ada murid yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib, pihak lembaga bimbingan tidak berani memberikan sanksi tegas lantaran takut kehilangan murid-muridnya. Ada lagi, cara pembelajaran dan cara penyelesaian masalah dalam soal tes yang diberikan cenderung memakai cara yang instan (cara praktis). Bahkan hal ini juga terjadi di tempat les terbaik sekalipun. Pemberian cara praktis yang ditawarkan biasanya mengabaikan konsep yang seharusnya diajarkan kepada murid. Sehingga hal ini cenderung untuk membentuk pola pikir murid untuk menyelesaikan pekerjaan mereka dengan cara-cara praktis (mengabaikan konsep yang berlaku). Jika murid yang dididik dengan cara instan atau praktis ini dihadapkan dengan soal tes yang membutuhkan tingkat analisa yang tinggi, maka mereka akan merasa kesulitan untuk mengerjakannya. Karena memang mereka kekurangan pengetahuan tentang konsep dasar yang benar. Tempat les terbaik seharusnya mampu menyeimbangkan antara pemberian konsep dan pemberian cara praktis agar murid yang diampu benar-benar menjadi murid yang berkualitas saat mengerjakan soal tes, entah itu soal-soal biasa dan soal tes analisis. Tempat les seperti inilah yang pantas disebut sebagai tempat les terbaik yang benar-benar peduli dengan pengetahuan anak-anak didiknya. Selain itu biasanya di dalam kelas di bimbingan belajar yang terdiri dari siswa dari bermacam-macam sekolah, masih ada siswa yang masih merasa malu dan kurang percaya diri atau minder dengan siswa dari sekolah yang lebih favorit. Hal ini menyebabkan adanya kesenjangan dari siswa sekolah favourite dengan non favourite. Di bimbingan belajar juga tidak ada pendampingan atau konsultasi psikologis tentang hambatan dan masalah belajar siswa. 4. Hakikat Pembelajaan IPA Pada umumnya siswa merasa bahwa sains sulit, dan untuk mempelajari sains harus mempunyai kemampuan memadai yang seakan-akan harus seperti menjadi seorang ilmuan. Beberapa ilmuwan memberikan definisi sains sesuai dengan pengamatan dan pemahamannya. Carin (1993:3) mendefinisikan science sebagai The activity of questioning and exploring the universe and finding and expressing it’s hidden order, yaitu “ Suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta dan penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.” Dari pengertian tersebut dapat diambil simpulan bahwa Sains pada hakikatnya mengandung makna pengajuan pertanyaan, pencarian jawaban, pemahaman jawaban, penyempurnaan jawaban baik tentang gejala maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis . pada dasarnya Belajar sains tidak sekedar belajar informasi sains tentang fakta, konsep, prinsip, hukum dalam wujud ‘pengetahuan deklaratif’, akan tetapi belajar sains juga belajar tentang cara memperoleh informasi sains, cara sains dan teknologi bekerja dalam bentuk pengetahuan prosedural, termasuk kebiasaan bekerja ilmiah dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasar pada definisi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa sains selain sebagai produk juga sebagai proses tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tujuan ilmu sains yaitu terhadap fenomena yang terjadi. memperoleh fakta-fakta, gejala-gejala Fakta merupakan kegiatan-kegiatan empiris di dalam sains dan konsep, prinsip, hukum-hukum, teori merupakan kegiatan-kegiatan analisis di dalam sains. Sebagai proses sains dipandang sebagai kerja atau sesuatu yang harus dilakukan dan diteliti yang dikenal dengan proses ilmiah atau metode ilmiah, melalui keterampilan menemukan antara lain, mengamati, mengklasifikasi, mengukur, menggunakan keterampilan spesial, mengkomunikasikan, memprediksi, menduga, mendefinisikan secara operasional, merumuskan hipotesis, menginterprestasikan data, mengontrol variabel, melakukan eksperimen. Sebagai sikap sains dipandang sebagai sikap ilmiah yang mencakup rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan menjadi skeptis, menerima perbedaan, bersikap kooperatif, menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif. 5. Upaya Peningkatan Pemahaman Materi IPA Perkembangan teknologi tidak akan lepas dari perkembangan dalam bidang IPA. Perkembangan dari bidang IPA tidak mungkin terjadi bila tidak disertai dengan peningkatan mutu pendidikan IPA, sedangkan selama ini pelajaran IPA dianggap sebagai pelajaran yang sulit. Pandangan tersebut tentu akan berlaku sebaliknya bila guru cerdas dalam membelajarkan mata pelajaran IPA. Cerdas yang dimaksud adalah guru harus bisa melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran IPA yang menyenangkan bagi siswa, sehingga materi IPA dapat dengan mudah tersampaikan. IPA pada dasarnya merupakan suatu pelajaran yang bisa didapatkan dimana saja. Jika seorang guru hanya menjelaskan teori dan rumus-rumus tanpa disertai dengan aplikasi-aplikasi menggunakan alat peraga maka siswa akan merasa bahwa IPA adalah pelajaran yang sangat membingungkan. Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran IPA. Tanpa siswa harus mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah, hal ini juga untuk membuktikan bahwa guru IPA di sekolah mampu memberikan pemahaman dan kepercayaan diri bagi siswa. Salah satu upaya misalnya dengan membimbing siswa untuk bersama - sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep - konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat dari siswa itu sendiri dan juga motivasi dari guru. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar. Guru dapat memberikan suntikan motivasi bagi siswa salah satunya dengan cara menjalin kedekatan terhadap peserta didik. Sebelum menyampaikan materi sebaiknya guru mengetahui atau mengenal kondisi masing – masing paserta didik, baik kondisi psikologis maupun potensi dari masing – masing siswa. Hubungan yang dekat antara guru dan peserta didik akan lebih memberikan kemudahan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran materi IPA. Jika kondisi demikian tercipta maka hal ini dapat memudahkan materi dapat diterima dengan baik, dan dapat menigkatkan prestasi. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru berkeliling kelas untuk mengetahui apakah satu persatu dari siswanya sudah mengerti dengan materi yang disampaikan sudah dipahami, karena barang kali beberapa dari siswa malu untuk bertanya langsung jika belum mengerti. Untuk lebih membangun kedekatan antara guru dan peserta didiknya guru juga dapat mempersilahkan peserta didiknya untuk datang ke rumah untuk belajar dan mengerjakan tugas bersama dengan memilih waktu yang tepat. Dengan cara tersebut juga dapat mengatasi masalah belajar yang disebabkan karena banyaknya jumlah siswa di kelas. Salah satu alternatif yang bisa diambil yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa salah satunya dengan model pembelajaran cooperative learning. Selain sebagai sarana interaksi antar teman, model cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Cara belajar ini dapat digunakan sebagai salah satu sarana bagi siswa untuk dapat memahami materi secara langsung di dalam kelas. Upaya lain misalnya menciptakan proses pembelajaran yang menarik, proaktif, dan menyenagkan. Misalnya menerapkan metode pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menarik siswa untuk dipelajari, yaitu secara lansung mengamati fenomena alam yang terjadi di lingkungan sekolah atau mengamati objek – objek IPA secara langung. Bisa juga dengan mebuat media pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan barang-barang bekas yang dianggap kurang bernilai sebagai alat bantu belajar, hal ini selain menarik juga dapat meningkatkan kreatifitas guru maupun peserta didik itu sendiri. Penggunaan media pembelajaran lebih diutamakan untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. Media yang digunakan guru sebagai penjelas dari keteragan terhadap suatu bahan yang guru berikan di dalam kelas. Media dapat memunculkan permasalahan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para siswa dalam proses pembelajaran, paling tidak gurudapat memeroleh media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar bagi siswa. Media sebagai sumber belajar siswa, media sebagai bahan konkrit berisikan bahan yang harus dipelajari oleh siswa, baik individual ataupun kelompok. Kekonkritan sifat media sangat membantu guru pada saat menjar IPA di kelas. Ada guru yang senang memberi soal sulit pada siswanya dengan harapan siswanya sibuk dan waktu mengajar dia tidak dipusingkan oleh masalah perilaku. Padahal sebaliknya hal tadi hanya terjadi pada siswa yang perilakunya memang sudah baik, sementara anak-anak yang lain akan cepat bosan dan justru membuat ulah karena merasa gurunya memberi pekerjaan sulit tanpa jalan keluar. Karena pekerjaannya sulit membuat anak -anak yang memang sudah bermasalah pada perilaku akan timbul lagi keinginannya untuk membuat keributan dan ujung-ujungnya guru akan merasa gagal. Oleh karena itu untuk mengatasi hal itu guru hendaknya memberikan soal yang tingkat kesulitannya bertahap agar siswa tidak menyerah terlebih dahulu. Kemudian untuk menyelasaikan soal guru bisa mempersilahkan siswa menggunakan metode yang penulis paparkan di atas misalnya pembelajaran kooperatif, dan guru berkeliling kelas menghampiri siswanya satu persatu. F. KESIMPULAN a. Faktor penyebab siswa memilih bimbingan belajar materi IPA di luar sekolah : 1. Ketidakpuasan terhadap kondisi pembelajaran di sekolah 2. Sistem pendidikan belum sepenuhnya dapat memberikan guru untuk berkreasi sedemikian rupa dengan profesinya. 3. Siswa yang terobsesi oleh tuntutan orang tua maupun terpengaruh teman-temannya sehingga mengikuti bimbingan belajar. 4. Saat ini dunia pendidikan berkembang dengan pesat. Standar naik kelas, kelulusan, ujian masuk sekolah, hingga ujian masuk universitas semakin tinggi ditetapkan setiap hari. b. Kelebihan bimbingan belajar : 1. Belajar menjadi lebih menyenangkan karena guru memposisikan diri sebagai sahabat. 2. Siswa menjadi tidak sungkan untuk bertanya semua hal tentang kesulitan belajar yang dialaminya di sekolah. 3. Sistem belajar yang fleksibel sesuai dengan kebutuhan siswa 4. Kecepatan pembelajaran dapat disesuaikan dengan kecepatan pemahaman oleh siswa. Sehingga semua materi dapat dipahami oleh siswa c. Kelemahan bimbingan belajar : 1. Visi dan misi yang diusung oleh lembaga bimbingan belajar terkadang tidak sesuai dengan kurikulum yang ada pada sekolahan formal pada umumnya 2. Cara pembelajaran dan cara penyelesaian masalah dalam soal tes yang diberikan cenderung memakai cara yang instan (cara praktis). 3. Masih ada siswa yang masih merasa malu dan kurang percaya diri atau minder dengan siswa dari sekolah yang lebih favorit 4. Jika ada murid yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib, pihak lembaga bimbingan tidak berani memberikan sanksi tegas lantaran takut kehilangan muridmuridnya. d. Upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi IPA tanpa mengikuti bimbingan belajar di sekolah antara lain adalah sebagai berikut : 1. Membimbing siswa untuk bersama - sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran 2. Menguatkan pemahaman siswa terhadap konsep - konsep yang diajarkan 3. Memerlukan minat dari siswa itu sendiri dan juga motivasi dari guru 4. Menjalin kedekatan terhadap peserta didik 5. Menerapkan model pembelajaran cooperative learning ( pembelajaran kooperatif) 6. Menerapkan metode pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar menarik 7. Mebuat media pembelajaran untuk digunakan dalam proses pembelajaran G. SARAN Berdasarkan makalah yang telah dibuat, dan dengan pembahasan yang telah dilakukan mengenai “Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri dan Pemahaman Siswa Terhadap Pembelajaran IPA Di Sekolah Tanpa Mengikuti Bimbingan Belajar di Luar Sekolah’’, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Guru seharusnya dapat memberikan motivasi pada peserta didiknya dan menumbuhkan minat belajar IPA pada peserta didik agar peserta didik terpacu untuk nenyukai dan memahami materi IPA tanpa harus mengikuti bimbingan belajar. 2. Guru lebih inovatif dalam merancang proses belajar mengajar, artinya mampu dan mau membuat alat peraga guna melengkapi kekurangan alat di Laboratorium IPA yang diajarkan. 3. Guru seharusnya juga memperhatikankan proses pembelajaran pada peserta didik selain memperhatikan hasil bejar siswa saja. H. DAFTAR PUSTAKA Suherman.2011. Bimbingan Belajar. Diakses dari http//bimbingan belajar siswa.com