Peranan Formulasi Inversi pada Fungsi Karakteristik Suatu Variabel Acak John Maspupu Pusfatsainsa LAPAN, Jl. Dr. Djundjunan No. 133 Bandung 40173, Tlp. 0226012602 Pes. 106. Fax. 0226014998 E-mail: [email protected] Abstract: In the probability theory, we know there is the one-to-one correspondence between distributions and characteristic functions. The while, in various procedures involving Fourier or Laplace transforms may be used in actually computing the distribution of a random variable from its characteristic function. But, there is also an explicit formula for the distribution function in terms of the characteristic function and that usually known as inversion formula. Thus, from a characteristic function we can hope to obtain a distribution function unique only up to additive constant (utac). Keywords : Inversion formula, Characteristic function, Random variable. 1. Pendahuluan Sebuah fungsi yang erat kaitannya dengan fungsi distribusi dalam teori probabilitas biasanya dikenal dengan sebutan fungsi karakteristik (lihat [4]) . Salah satu formulasi penting yang berhubungan dengan fungsi karakteristik di sini adalah formulasi inversi dan ini dapat dibaca pada [3] maupun [4]. Formulasi ini secara eksplisit diturunkan dari fungsi distribusi F(x) bilamana fungsi karakteristik φ(t) diketahui. Dari formulasi ini juga dapat ditunjukkan keterkaitan antara turunan fungsi distribusi F’(x) atau fungsi densitasnya dengan fungsi karakteristik φ(t). Pengertian fungsi karakteristik ini dan kaitannya dengan fungsi distribusi secara aksiomatis dinyatakan dalam bentuk definisi, satu teorema dan lemma yang dapat dilihat pada Definisi 3, Teorema 4 dan Lemma 5 dalam pembahasan makalah ini ataupun di [2]. Namun yang menjadi masalah adalah bagaimana menunjukkan peranan formulasi inversi pada fungsi karakteristik suatu variabel acak atau dengan perkataan lain bagaimana caranya membuktikan makna dari Teorema 4 dan Lemma 5 secara matematis. Dengan demikian jelas tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk membuktikan makna dari Teorema 4 dan Lemma 5. Sedangkan kontribusi dari fungsi karakteristik ini diharapkan dapat mewakili peranan fungsi distribusi ataupun fungsi densitas suatu variabel acak dalam berbagai aplikasi konsep probabilitas. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 1 - 202 2. Metodologi Dalam pembuktian Teorema 4 dan Lemma 5 diperlukan latarbelakang pemahaman tentang konsep-konsep integral tak wajar, integral Riemann dengan sifat-sifatnya serta didukung oleh dua teorema penting yaitu: Teorema Fubini dan Teorema Lebesque dominasi konvergen (Lebesque’s Theorem on Dominated Convergence) yang dinyatakan sebagai berikut; Teorema1.(Fubini’s Theorem) Jika f(t,s) suatu fungsi terukur yang didefinisikan pada E = Et × Es dengan E , Et , Es adalah himpunan-himpunan yang terukur demikian rupa ∫ | f (t , s) | ds ada hampir dimana-mana di Et dan juga terintegral di Et sehingga yang Es berarti ∫ ( ∫ | f (t , s) | ds )dt Et ada, maka f(t,s) terintegral di E dan berlaku pernyataan Es berikut di bawah ini, ∫ f (t, s)d (ts) = ∫ E Et ( ∫ | f (t , s ) | ds ) dt = Es ∫ Es ( ∫ | f (t , s) | dt ) ds. Et Teorema 2. (Lebesque’s Theorem on Dominated Convergence) Misalkan S1 adalah himpunan fungsi-fungsi naik yang terbatas bawah dan himpunan S2 = { h = f - g | f, g ∈ S1 } . Jika himpunan barisan fungsi { fn } ⊂ S2 dengan fn(t) f(t) bilamana n → ∞ b maka f ∈ S2 dan nlim →∞ ∫ dan untuk suatu g ∈ S2 , | fn(t) | ≤ g(t) b fn(t) dt = a ∫ f (t) dt. a Kedua teorema di atas ini dapat dilihat pada [1] lengkap dengan buktinya. 3. Hasil dan Pembahasan Definisi 3. Jika X suatu variabel acak dengan fungsi distribusinya Fx atau fungsi kepadatannya fx maka fungsi karakteristik φx didefinisikan sebagai berikut: ∞ φx (t) = ∫ −∞ ei t x dFx(x) = ∞ ∫ ei t x fx(x) dx , dengan t ∈ R , i= − 1 dan −∞ ei t x = cos t x + i sin t x Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 1 - 203 Teorema 4. Jika F suatu fungsi distribusi dan φ adalah fungsi karakteristiknya, maka 1 T sin th − ita e ϕ (t )dt , untuk a ∈ R dan T →∞ π t −T berlaku hubungan F(a + h) – F(a - h) = lim ∫ h > 0 , bilamana ( a ± h ) ∈ CF . T Bukti : Misalkan θ(t) = sin th − ita 1 sin th − ita e ϕ (t ) dan IT = ∫ e ϕ (t )dt. t π −T t Karena θ(t) adalah fungsi terukur jadi | θ(t) | juga terukur. Selanjutnya untuk h > 0, tinjau | θ(t) | = | Karena | sin th sin th − ita sin th | . | e − ita | . | ϕ (t ) | = h. | | .1.1. e ϕ (t ) | = | t th t sin th | ≤ 1, jadi | θ(t) | ≤ h. Dengan demikian ∫ | θ (t ) | dt ≤ ∫ hdt < ∞ . th Karena | θ(t) | terukur dan ∫ | θ (t ) | dt terbatas akibatnya | θ(t) | terintegral sehingga θ(t) juga terintegral , jadi IT ada dan berhingga. Sekarang tinjau pernyataan berikut di bawah ini, IT T sin th − ita e ϕ (t )dt ∫ π −T t 1 ∞ T sin th − ita itx e [ ∫ e dF ( x)]dt ∫ π −T t −∞ = = ∞ T 1 1 = sin th i ( x − a ) t e ∫ ∫− ∞ dF ( x)dt . π −T t Karena θ(t) terukur dan ∫ θ (t) dt ada, maka menurutTeorema Fubini pertukaran integral pada IT dibolehkan. Dengan demikian diperoleh pernyataan berikut, IT = 1 π ∞ ∞ T T T sin th i ( x − a )t 1 sin th sin th dt = ∫ dF ( x)[ ∫ cos( x − a )tdt + i ∫ sin( x − a )tdt ] . e π −∞ t t t −T −T −T ∫ dF ( x) ∫ −∞ Tulis B1 = sin th sin th cos( x − a )t dan B2 = sin( x − a )t . t t Karena B1 adalah fungsi genap dan B2 adalah fungsi ganjil maka pernyataan IT di atas menjadi IT 2 ∞ T sin th dF ( x) ∫ cos( x − a)tdt atau IT = = ∫ t π −∞ 0 Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 ∞ ∫ g ( x,T )dF ( x) , −∞ 1 - 204 T dengan g(x,T) = T 1 sin( x − a + h)t − sin( x − a − h)t 2 sin th cos( x − a)tdt = ∫ dt ∫ t π0 t π0 T T 1 sin( x − a + h)t 1 sin( x − a − h)t dt - ∫ dt . atau g(x,T) = ∫ t t π0 π0 T Sebut p(h,T) = 2 sin th 1 1 dt , akibatnya g(x,T) = p ( x − a + h, T ) - p ( x − a − h, T ) . ∫ π0 t 2 2 ⎧ π ⎪ 2 , untuk ∞ sin th ⎪ Karena ∫ dt = ⎨ 0, untuk t 0 ⎪− π ⎪ 2 , untuk ⎩ h>0 h = 0 , jadi akan diperoleh pernyataan h<0 ⎧ 1, untuk T 2 sin th ⎪ dt = ⎨ 0, untuk lim p ( h, T ) = lim ∫ T →∞ π T →∞ t 0 ⎪− 1, untuk ⎩ h>0 h = 0 . Dengan demikian p(h,T) h<0 terbatas untuk setiap h ∈ R dan T > 0, begitu juga g(x,T) terbatas untuk setiap x ∈ R dan T > 0 sehingga berlaku pernyataan berikut yaitu, ⎧ 0, untuk ⎪1 lim g ( x, T ) = ⎨ , untuk T →∞ ⎪2 ⎩ 1, untuk x < a − h, atau , x > a + h x = a − h, atau, x = a + h . Selanjutnya gunakan Lebesque a−h < x < a+h Theorem on Dominated Convergence (Teorema 2) akan diperoleh pernyataan lim IT = lim T →∞ T →∞ ∞ ∞ −∞ −∞ ∫ g ( x,T )dF ( x) = ∫ [ lim g ( x, T ) ]dF(x). Karena ( a ± h ) ∈ CF , T →∞ a+h jadi lim IT = T →∞ ∫ dF ( x) = F(a + h) – F(a - h). Dengan perkataan lain dapat a−h disimpulkan bahwa F(a + h) – F(a - h) = lim T →∞ 1 T sinh t -i t a e φ (t) dt. π −T t ∫ # ............(1) Selanjutnya misalkan a + h = b dan a – h = a akibatnya a + b = 2a , b – a = 2h. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 1 - 205 e Tinjau Pernyataan berikut, Atau e − ita = = e − ita − e −itb cos ta − i sin ta − (cos tb − i sin tb ) = . 2i 2i − e −itb cos ta − cos tb + i (sin tb − sin ta ) = 2i 2i 2 sin( Jadi − ita a+b b−a a+b b−a )t )t sin( )t + 2i cos( )t sin( 2 2 2 2 2i 2i sin th(cos ta − i sin ta) 2 sin ta sin th + 2i cos ta sin th = . 2i 2i − e −itb sin th − ita e−ita − e −itb = sin th e− ita , dengan demikian e = 2i 2it t .......... (2) Oleh karena itu jika a,b ∈ CF dengan a < b maka teorema inversi di (1) menjadi 1 F(b) – F(a) = lim T → ∞ 2π T ∫ e − ita −T − e − itb φ (t) dt it ...........(3) Lemma 5. Jika F terdiferensial pada x dengan F’(x) = f(x) maka berlaku 1 hubungan f(x) = lim lim h → 0 T → ∞ 2π T ∫( −T 1 − e − iht − itx ) e ϕ (t )dt. iht .........(4) Jika dan hanya jika ruas kanan dari persamaan (4) ada. Jika φ terintegral pada R dan f(x) ada untuk setiap x ∈ R maka f(x) = 1 π ∫e ϕ (t )dt. − itx R Bukti : ( ⇒ ) Sebutlah b = a + h dan gantilah a dengan x akibatnya b = x + h. Dengan demikian e − ita − itx − it ( x + h ) − e −itb e −e = 2i 2i 1 T → ∞ 2π Tinjau persamaan (4) yaitu f(x) = lim lim h→0 = lim h→0 ............(5) T 1 − e − iht − itx ∫ ( iht ) e ϕ (t )dt. −T 1 1 lim h T → ∞ 2π T e ∫( −T − itx − e −i ( x + h )t )ϕ (t )dt. it Akibatnya bentuk formula inversi di (3) berubah menjadi seperti di bawah ini 1 T → ∞ 2π F(x+h) – F(x) = lim Atau T ∫( −T e − itx − e−i ( x + h)t 1 ϕ (t )dt = lim ) T → ∞ 2π it F ( x + h) − F ( x ) 1 = lim T → ∞ 2π h T ∫( −T 1 − e − iht − itx ) e ϕ (t )dt. iht Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 T 1 − e − iht − itx ∫ ( it ) e ϕ (t )dt. −T ............(6) 1 - 206 Ini berarti persamaan (4) di atas menjadi f(x) = lim h→0 Karena F terdiferensial di x , jadi f(x) = lim h→0 1 h ( F(x+h) – F(x) ) . F ( x + h) − F ( x ) = F’(x). h Dengan perkataan lain ruas kanan persamaan (4) ada dan berhingga. # Bukti:( ⇐ ) Dari persamaan (6) dapat diperlihatkan bahwa ruas kanan persamaan (4) 1 T → ∞ 2π adalah sebagai berikut, lim lim h→0 T 1 − e − iht − itx ∫−T( iht ) e ϕ (t )dt 1 T → ∞ 2π F’(x). Karena F’(x) = f(x) , jadi f(x) = lim lim h→0 Dari persamaan-persamaan (2) dan (5) diperoleh ( = lim h→0 F ( x + h) − F ( x ) h = T 1 − e − iht − itx ∫ ( iht ) e ϕ (t )dt . −T 1 − e − iht − itx )e = 2it # sin th − ita e . t Dan ini akan mengakibatkan hubungan 1 T → ∞ 2π lim T ∫( −T ∞ T 1 − e − iht − itx 1 sin th − itx 1 sin th − itx ϕ (t )dt = ∫ e ϕ (t )dt = Tlim e e ϕ (t )dt . ) ∫ →∞ π π − ∞ th iht − T th Karena f(x) ada untuk setiap x ∈ R akibatnya dari persamaan (4) diperoleh 1 T → ∞ 2π f(x) = lim lim h→0 Atau f(x) = lim h→0 1 − e − iht − itx 1 sin th − itx e ϕ (t )dt . ∫−T( iht ) e ϕ (t )dt = lim h→0 π ∫ − ∞ th 1 sin th − itx 1 sin th − itx lim e ϕ (t )dt = e ϕ (t )dt . ∫ ∫ π R th π R h → 0 th sin th = 1, h → 0 th Karena lim ∞ T jadi f(x) = 1 π ∫ e − itx ϕ (t )dt . # R 4. Simpulan Dari hasil pembuktian Teorema 4 dan Lemma 5, dapat dikatakan bahwa jika diketahui fungsi karakteristik dari suatu variabel acak maka dapat dihitung nilai fungsi distribusinya pada suatu lokasi tertentu. Bahkan dapat pula ditentukan fungsi densitas dari variabel acak tersebut. Dengan mengacu pada Definisi 3, Teorema 4 dan Lemma 5, ternyata ada suatu korespondensi satu-satu di antara kedua fungsi tersebut yaitu fungsi karakteristik dengan fungsi distribusi dan ini sesuai informasi yang diperoleh dari teori probabilitas. Daftar Rujukan Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 1 - 207 1. Arthur Wouk., Applied Functional Analysis , John Wiley & Sons, New York, 1999. 2. Ash Robert B., Real Analysis and Probability , Academic Press Inc., London, 2002. 3. Bhat Ramdas, Modern Probability Theory, Wiley Eastern Limited, New Delhi, 2001. 4. Loeve Michel, Probability Theory, D. Van Nostrad Company Inc., Canada, 2003. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 1 - 208