LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DENGAN INDUKSI PERSALINAN PADA GIP0000Ab000 UK 41-42 MINGGU DI RSUD dr. R. SOEDARSONO PASURUAN Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Pendidikan Profesi Bidan Disusun Oleh: RENITA PRAMARTASARI NIM. 14007050600111017 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persalinan merupakan sebuah proses fisiologis yang akan dialami pada kebanyakan wanita hamil. Di dalam persalinan terdapat proses pengeluaran bayi, plasenta, cairan ketuban dan selaputnya. Proses persalinan dapat berlangsung secaran normal maupun resiko atau terjadi gangguan proses persalinan (dystocia). Gangguan persalinan ini erat kaitanya dengan factor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan yang dikenal dengan 5P yaitu: power, passenger, passageway, posisi, psycologis. Salah satu mengatasi gangguan persalinan khususnya terkait dengan power dan passageway adalah dengan cara induksi persalinan. Persalinan merupakan keadaan yang normal terjadi pada siklus reproduksi wanita. Pada masa ini setiap sistem dalam tubuh mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Persalinan dari segi fisik dapat digambarkan sebagai proses ketika janin, plasenta dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir. Bersamaan dengan perubahan fisik yang terjadi, ibu dapat mengalami perasaan yang intensitasnya sangat bervariasi, dari antisipasi sukacita sampai penantian yang penuh dengan ketakutan. Transisi fisiologis dari wanita hamil menjadi seorang ibu merupakan peristiwa besar dalam kehidupan seorang wanita. Segala sesuatu yang terjadi selama persalinan dapat mempengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, serta persalinan di masa yang akan datang. (Mc Cormick, 2009). Sebab – sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Banyak faktor yang memegang peranan penting yang saling bekerja sama sehingga terjadi persalinan. Sekalipun sebagian persalinan dapat berjalan lancar, tetapi bukanlah berarti tanpa bahaya, karena perubahan keadaan dapat terjadi setiap saat yang dapat membahayakan ibu maupun janin. Faktor-faktor dalam persalinan seperti power, passenger, passage, psikis, dan psikologi dapat menimbulkan ketegangan sehingga dapat menyebabkan gangguan his. Oleh sebab itu setiap persalinan memerlukan pengawasan yang ketat sehingga pertolongan yang tepat dapat diberikan (Manuaba,1998). 1.2 Tujuan 1.2.1Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin fisiologis menurut alur pikir varney dan mendokumentasikannya. 1.2.2Tujuan Khusus Mahasiswa mampu : Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif Menganalisa data untuk menentukan diagnosis aktual dan diagnosis potensial yang mungkin timbul pada ibu bersalin Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera Merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh berdasarkan kebutuhan ibu bersalin Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana yang telah disusun Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang dilaksanakan Melakukan pendokumentasian hasil asuhan kebidanan. 1.3 Manfaat Penulisan Penulisan laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya: 1.3.2 Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan kepada bidan sebagai petugas kesehatan maupun tempat pelayanan kesehatan untuk memberikan asuhan kebidanan yang baik dan berkualitas kepada ibu bersalin normal maupun dengan komplikasi. Serta dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat terjadi pada ibu bersalin. 1.3.3 Bagi Penulis Dengan penulisan laporan ini diharapkan mahasiswa dapat memberikan asuhan dan perawatan pada ibu bersalin dengan penatalaksanaan nifas normal sesuai dengan diagnosa dan masalah yang ada. Serta dapat menyesuaikan penerapan perawatan persalinan normal menurut teori pada praktek klinik secara langsung. Mahasiswa dapat mendeteksi secara dini 1.4 adanya komplikasi dengan cepat dan tepat. Ruang Lingkup Kegiatan praktik profesi bidan dengan kasus “Asuhan Kebidanan Persalinan pada GIP0000Ab000 UK 39-40 Minggu di Ruang Kamar Bersalin RSUD dr. R. Soedarsono”. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. : TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori bayi baru lahir dan manajemen varney. BAB III : KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN BAB II Berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan sesuai dengan kasus yang dibuat berdasarkan data yang ada dikelola. BAB IV : ASUHAN KEBIDANAN PADA KASUS Berisi tentang pengkalian data, identifikasi deagnosa/masalah, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, intervensi, implementasi, evaluasi. BAB V : PEMBAHASAN Membahas ada tidaknya kesenjangan antara teori dengan kasus dan praktek di lapangan. BAB VI : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Induksi Persalinan 2.1.1 Definisi Induksi persalinan adalah salah satu upaya stimulasi mulainya proses kelahiran (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi perssalinan. (Arif Mansjoer, kapita selekta kedokteran ed.3, 2000) Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his (Israr, 2009). Induksi persalinan adalah suatu tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medikasi, untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Induksi persalinan berbeda dengan akselerasi persalinan, di mana pada akselerasi persalinan tindakan-tindakan tersebut dikerjakan pada wanita hamil yang sudah inpartu. (Wiknjosastro, 2007). Indikasi-indikasi yang penting ialah postmaturitas dan hipertensi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Untuk dapat melakukan induksi persalinan perlu dipenuhi beberapa kondisi, diantaranya : Hendaknya serviks uteri sudah matang, yaitu serviks sudah mendatar dan menipis dan sudah dapat dilalui oleh sedikitnya 1 jari, sumbu serviks menghadap ke depan. Tidak ada disproporsi sefalopelvik (CPD). Tidak ada kelainan letak janin yang tidak dapat dibetulkan. Sebaiknya kepala janin sudah mulai turun ke dalam rongga panggul. Apabila kondisi-kondisi ini tidak dipenuhi, maka induksi persalinan mungkin tidak memberi hasil yang diharapkan. Tujuan Induksi : Mengantisipasi hasil yang berlainan sehubungan dengan kelanjutan kehamilan. Untuk menimbulkan aktifitas uterus yang cukup untuk perubahan serviks dan penurunan janin tanpa meyebabkan hiperstimulasi uterus atau komplikasi janin. Agar terjadi pengalaman melahirkan yang alami dan seaman mungkin dan memaksimalkan kepuasan ibu. 2.1.2 Etiologi Induksi persalinan dilakukan karena: Kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan : a) Pertumbuhan janin makin melambat. b) Terjadi perubahan metabolisme janin. c) Air ketuban berkurang dan makin kental. d) Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai. Induksi juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena infeksi serius, atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik sebelumnya. Meliputi: a) Aborsi spontan (berhubungan dengan kontrol glikemia yang buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal kehamilan). b) Hipertensi akibat kehamilan, mengkibatkan terjadinya preeklamsi dan eklamsi. Hidramnion. c) Infeksi, terutama infeksi vagina, infeksi traktus urinarius; infeksi ini bersifat serius karena dapat menyebabkan peningkatan resistensi insulin dan ketoasidosis. d) Ketoasidosis, sering pada trimester dua dan tiga, yakni saat efek diabetogenik pada kehamilan yang paling besar karena resistansi insulin meningkat. e) Dapat mengancam kehidupan dan mengakibatkan kematian bayi, mengakibatkan cacat bawaan. Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membahayakan hidup janin/kematian janin. Membran ketuban pecah sebelum adanya tanda-tanda awal persalinan (ketuban pecah dini). Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina dapat masuk ke dalam kantong amnion. Temperatur ibu dan lendir vagina sering diperiksa (setiap satu sampai dua jam) untuk penemuan dini infeksi setelah ketuban ruptur. Mempunyai riwayat hipertensi. Gangguan hipertensi pada awal kehamilan mengacu berbagai keadaan, dimana terjadi peningkatan tekanan darah maternal disertai resiko yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin. Preeklamsi, eklamsia, dan hipertensi sementara merupakan penyakit hipertensi dalam kehamilan, sering disebut dengan pregnancy-induced hypertensio (PIH). Hipertensi kronis berkaitan dengan penyakit yang sudah ada sebelum hamil. a. Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal. Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria. Tanda dan gejala dari preeklamsi ini timbul saat masa kehamilan dan hilang dengan cepat setelah janin dan plasenta lahir. Kira-kira 85% preeklamsia ini terjadi pada kehamilan yang pertama. Komplikasi meliputi nyeri kepala, kejang, gangguan pembuluh darah otak, gangguan penglihatan (skotoma), perubahan kesadaran mental dan tingkat kesadaran. b. Eklamsia adalah terjadinya konvulsi atau koma pada pasien disertai tanda dan gejala preeklamsia. Konvulsi atau koma dapat terjadi tanpa didahului ganguan neurologis. c. Hipertensi sementara adalah perkembangan hipertensi selama masa hamil atau 24 jam pertama nifas tanpa tanda preeklamsia atau hipertensi kronis lainnya. d. Hipertensi kronis didefenisikan sebagai hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum kehamilan mencapai 20 minggu. Hipertensi yang menetap lebih dari enam minggu pascapartum juga diklasifikasikan sebagai hipertensi kronis. 2.1.3 Patofisiolgi Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol dan plasental laktogen. 2.1.4 Indikasi Indikasi Janin a. Kehamilan lewat waktu b. Ketuban pecah dini c. Janin mati Indikasi Ibu a. Kehamilan lewat waktu b. Kehamilan dengan hipertensi Indikasi kontra drip induksi a. Disproporsi sefalopelvik b. Insufisiensi plasenta c. Plasenta previa d. Gemelli e. Distensi rahim yang berlebihan f. Cacat Rahim g. Gawat janin Kontraindikasi yang sifatnya relatif adalah : a) Perdarahan antepartum. b) Grande multiparitas. c) Riwayat seksio sesaria sebelumnya (SSTP). d) Malposisi dan malpresentasi. Untuk janin yang masih dalam kandungan, pertimbangannya adalah kondisi ekstrauterin akan lebih baik daripada intrauterin, atau kondisi intrauterin tidak lebih baik atau mungkin membahayakan. Untuk ibu, pertimbangannya adalah menghindari/mencegah/mengatasi rasa sakit atau masalah-masalah lain yang membahayakan nyawa ibu.Indikasi janin, misalnya: kehamilan lewat waktu (postmaturitas), inkompatibilitas Rh. Pada saat usia kehamilan postmatur, diatas 10 hari lebih dari saat perkiraan partus, terjadi penurunan fungsi plasenta yang bermakna, yang dapat membahayakan kehidupan janin (gangguan sirkulasi uteroplasenta, gangguan oksigenasi janin). Indikasi ibu, misalnya: kematian janin intrauterin. Indikasi ibu dan janin, misalnya, preeklamsia berat. 2.1.5 Manifestasi Klinik Manifestasi yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengakibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian dilakukan operasi caesar. 2.1.6 Komplikasi Induksi persalinan dengan pemberian oksitosin dalam infuse intravena jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat di penuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi daripada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan. Menurut Rustam (1998), komplikasi induksi persalinan adalah : Terhadap Ibu a) Kegagalan induksi. b) Kelelahan ibu dan krisis emosional. c) Inersia uteri partus lama. d) Tetania uteri (tamultous lebar) yang dapat menyebabkan solusio plasenta, ruptura uteri dan laserasi jalan lahir lainnya. e) Infeksi intra uterin. Terhadap janin a) Trauma pada janin oleh tindakan. b) Prolapsus tali pusat. c) Infeksi intrapartal pada janin. Komplikasi induksi persalingan dengan pemberian oksitosin dalam infus intravena dengan pemecahan ketuban cukup aman bagi ibu apabila syarat-syarat seperti disebut diatas dipenuhi. Kematian perinatal lebih tinggi daripada persalinan spontan, akantetapi hal ini mungkin dipengaruhi oleh keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemungkinan bahwa induksi persalinan gagal, dan perlu dilakukan seksio sesaria, harus selalu diperhitungkan. Komplikasi induksi persalinan yang mungkin terjadi diantaranya adalah : Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukandalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya proses induksi dihentikan dan dilakukan operasi Caesar. Kontraksi yang dihasilkan oleh uterus dapa tmenurunkan denyut jantung janin. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, penolong harus memantau gerak janin. Bila dianggap terlalu berisiko menimbulkan gawat janin, proses induksi harus dihentikan. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yangsebelumnya pernah dioperasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harusdiwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa ibu seketika. Janin bisa mengalami ikterus neonatorum dan aspirasi air ketuban. Infeksi dan rupture uterus juga merupakan komplikasi yang terjadi pada induksi persalinan walaupun jumlahnya sedikit. 2.1.7 Penatalaksanaan Induksi Persalinan Induksi persalinan terbagi atas: Secara Medis a. Infus oksitosin Syarat-syarat pemberian infuse oksitosin : Agar infuse oksitosin berhasil dalm menginduksi persalinan dan tidak memberikan penyulit baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat-syarat sebagai berikut : 1. Kehamilan aterm 2. Ukuran panggul normal 3. Tidak ada CPD 4. Janin dalam presentasi kepala 5. Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka) Untuk menilai serviks ini dapat juga dipakai score Bishop, yaitu bila nilai Bishop lebih dari 8, induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil. Skor pelvik menurut bishop SKOR 0 1 2 3 Pembukaan serviks 0 1-2 3-4 5-6 Pendataran serviks 0-30 % 40-50 % 60-70 % 80 % Penurunan kepala diukur dari Hodge III (cm) -3 -2 -1,0 +1, +2 Konsistensi serviks Keras Sedang Lunak Posisi serviks Ke belakang Searah sumbu jalan lahir Ke arah depan Teknik infus oksitosin berencana : Semalam sebelum drip oksitosin, hendaknya penderita sudah tidur pulas Pagi harinya penderita diberi pencahar Infus oksitosin hendaknya dilakukan pagi hari dengan observasi yang baik Disiapkan cairan RL 500 cc yang diisi dengan sintosinon 5 IU Cairan yang sudah mengandung 5 IU sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infuse. Jarum abocath dipasang pada vena dibagian volar bawah Tetesan dimulai dengan 8 mU permenit dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan maksimal diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 mU. Bila sudah mencapai kadar ini kontraksi rahim tidak muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan. Pederita dengan infus oksitosin harus diamati secara cermat untuk kemungkinan timbulnya tetania uteri, tanda – tanda ruptur uteri membakat, maupun tanda – tanda gawat janin bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat maka kadar tetesan oksitosin dipertahankan. Sebaiknya bila terjadi kontraksi rahim yang sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan. Infus oksitosin ini hendaknya tetap dipertahankan sampai persalinan selesai yaitu sampai 1 jam sesudah lahirnya plasenta. Evaluasi kemajuan pembukaan serviks dapat dilakukan dengan periksa dalam bila his telah kuat dan adekuat. b. Pemberian Prostaglandin Prostagladin dapat merangsang otok-otot polos termsuk juga otot-otot rahim. Prostagladin yang spesifik untuk merangsang otot rahim ialah PGE2 dan PGF2 alpha. Untuk induksi persalinan dapat diberikan secara intravena, oral. Pada kehamilan aterm, induksi persalinan dengan prostagladin cukup efektif. c. Pemberian Cairan hipertonik intra uteri Pemberian cairan hipertonik intramnnion dipakai untuk merangsang kontraksi rahim pada kehamilan dengan janin mati. Cairan hipertonik yang dipakai dapat berupa cairan garam hipertonik 20, urea dan lain-lain. Kadangkadang pemakaian urea dicampur dengan prostagladin untuk memperkuat rangsangan pada otot-otot rahim. Cara ini dapat menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya, misalnya hipernatremia, infeksi dan gangguan pembekuan darah. a. Secara manipulative Amniotomi Amniotomi artifisialisis dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus ( drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim. Beberapa teori mengemukakan bahwa : Amniotomi dapat mengurangi beban rahim sebesar 40% sehingga tenaga kontraksi rahim dapat lebih kuat untuk membuka serviks Amniotomi menyebabkan berkurangnya aliran darah didalam rahim kira – kira 40 menit setelah amniotomi dikerjakan, sehingga berkurangnnya oksigenesi otot – otot rahim dan keadaan ini meningkatkan kepekaan otot rahim. Amniotomi menyebabkan kepala dapat langsung menekan dinding serviks dimana didalamnya terdapat banyak syaraf – syaraf yang merangsang kontraksi rahim Bila setelah amniotomi dikerjakan 6 jam kemudian, belum ada tanda – tanda permulaan persalinan, maka harus diikuti dengan cara – cara lain untuk merangsang persalinan, misalnya dengan inpus oksitosin Pada amniotomi perlu diingat akan terjadinya penyulit – penyulit sebagai berikut : Infeksi Prolapsus funikuli Gawat janin Tanda-tanda solusio palsenta ( bila ketuban sangat banyak dan dikeluarkan secara tepat ). Tehnik amniotomi : Jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai sedalam kanalis servikalis. Setelah kedua jari berada dalam kanalis servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak tangan menghadap kearah atas. Tangan kiri kemudian memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan kedua jari yang telah ada didalam. Ujung pengait diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah tangan yang didalam. Tangan yang diluar kemudian memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan merobek selaput ketuban. Selain itu menusukkan pengait ini dapat juga dilakukan dengan satu tangan, yaitu pengait dijepit diantara jari tengah dan jari telunjuk tangan kanan, kemudian dimasukkan kedalam jalan lahir sedalam kanalis servikalis. Pada waktu tindakan ini dikerjakan, seorang asisten menahan kepala janin kedalam pintu atas panggul. Setelah air ketuban mengalir keluar, pengait dikeluarkan oleh tangan kiri, sedangkan jari tangan yang didalam melebar robekan selaput ketuban. Air ketuban dialirkan sedikit demi sedikit untuk menjaga kemungkinan terjadinya prolaps tali pusat, bagian – bagian kecil janin, gawat janin dan solusio plasenta. Setelah selesai tangan penolong ditarik keluar dari jalan lahir b. Melepas selaput ketuban dan bagian bawah rahim ( stripping of the membrane) Yang dimaksud dengan stripping of the membrane, ialah melepaskan ketuban dari dinding segmen bawah rahim secara menyeluruh setinggi mungkin dengan jari tangan. Cara ini dianggap cukup efektif dalam merangsang timbulnya his. Beberapa hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan ini, ialah : a) Serviks yang belum dapat dilalui oleh jari. b) Bila didapatkan persangkaan plasenta letak rendah, tidak boleh dilakukan. c) Bila kepala belum cukup turun dalam rongga panggul. d) Pemakaian rangsangan listrik Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yang akan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien. c. Rangsangan pada puting susu (breast stimulation ) Sebagaimana diketahui rangsangan putting susu dapat mempengaruhi hipofisis posterior untuk mengeluarkan oksitosis sehingga terjadi kontraksi rahim. Dengan pengertian ini maka telah dicoba dilakukan induksi persalinan dengan merangsang putting susu. Pada salah satu putting susu, atau daerah areola mammae dilakukan masase ringan dengan jari si ibu. Untuk menghindari lecet pada daerah tersebut, maka sebaiknya pada daerah putting dan aerola mammae di beri minyak pelicin. Lamanya tiap kali melakukan masase ini dapat ½ jam – 1 jam, kemudian istirahat beberapa jam dan kemudian dilakukan lagi, sehingga dalam 1hari maksimal dilakukan 3 jam. Tidak dianjurkan untuk melakukan tindakan ini pada kedua payudaraan bersamaan, karena ditakutkan terjadi perangsangan berlebihan. Menurut penelitian di luar negri cara induksi ini memberi hasil yang baik. Cara – cara ini baik sekali untuk melakukan pematangan serviks pada kasus – kasus kehamilan lewat waktu. d. Aktivitas Sexual Aktivitas sexual dapat menghasilkan prostaglandin pada cairan sperma, sehingga dapat merangsang terjadinya kontraksi. e. Pemakaian rangsangan listrik Dengan dua electrode, yang satu diletakkan dalam servik, sedangkan yang lain ditempelkan pada dinding perut, kemudian dialirkan listrik yangakan memberi rangsangan pada serviks untuk menimbulkan kontraksi rahim. Bentuk alat ini bermacam-macam, bahkan ada yang ukurannya cukup kecil sehingga dapat dibawa-bawa dan ibu tidak perlu tinggal di rumah sakit. Pemakaian alat ini perlu dijelaskan dan disetujui oleh pasien. 2.1.8. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang dilakukan : X-ray pada dada dan organ lain untuk menentukan adanya abnormalitas Ultrasonografi untuk mendeteksi kelainan organ Stick glukosa untuk menentukan penurunan kadar glukosa Kadar kalsium serum, penurunan kadar berarti terjadi hipokalsemia Kadar bilirubin untuk mengidentifikasi peningkatan (karena pada prematur lebih peka terhadap hiperbilirubinemia) Kadar elektrolit, analisa gas darah, golongan darah, kultur darah, urinalisis, analisis feses dan lain sebagainya. BAB III KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN I. Pengkajian A. Data Subyektif 1. Biodata a) Nama klien dan suami : untuk mengetahui identitas klien. b) Usia klien dan suami : untuk mengetahui resiko tinggi atau rendahnya penyakit pada klien/ibu. c) Agama : mengetahui keyakinan klien. d) Pendidikan : dasar dalam memberikan KIE. e) Pekerjaan : untuk mengetahui pengaruh aktifitas terhadap kesehatan klien. f) Alamat : mengetahui suku, adat, daerah, budaya dan memudahkan komunikasi. 2. Alasan Kunjungan Mengkaji sebab dan tujuan kedatangan klien 3. Keluhan Utama Mengkaji keluhan yang dirasakan klien untuk identifikasi awal penatalaksanaan asuhan kebidanan (kegawatdaruratan/bukan) dan harapan klien terhadap bidan. 4. Riwayat Pernikahan Berapa kali menikah. Lama pernikahan. Usia pertama kali menikah. 5. Riwayat Obstetri a. Riwayat menstruasi Menarche : normalnya 9-13 tahun Siklus : normalnya 28/35 hari. Lama : normalnya 5-7 hari. Banyaknya : normalnya 2-3 pembalut/hari Dysmenorrhoe : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid. Flour albus : normalnya tidak berbau, tidak berwarna b. c. dan tidak gatal. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Riwayat kehamilan saat ini ANC: minimal 4x (1x TM I, 1x TM II, dan 2x TM III). Imunisasi TT selama hamil. Keluhan selama TM I, TM II, dan TM III Terapi yang diberikan selama ANC. b. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengikuti program KB, berapa lama dan adakah keluhan selama menggunakan metode KB ataukah ibu pernah mengganti KB. 6. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Apakah ibu dulu pernah menderita penyakit menurun seperti miom, kista, asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV/AIDS. Apakah ibu dulu pernah operasi. b. Riwayat kesehatan sekarang Apakah ibu menderita penyakit seperti miom, kista, asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis atau HIV/AIDS. c. Riwayat kesehatan keluarga Apakah dalam keluarga ibu ada yang menderita penyakit miom, kista ataupun kanker dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS maupun penyakit menurun seperti asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis. Adakah riwayat kehamilan kembar. d. Keadaan Psikologi Bagaimana respon pasien dan keluarga terhadap kondisi klien saat ini. Bagaimana psikis ibu tentang keluhan yang dialami saat ini. 2. Latar Belakang Sosial Budaya Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekitar. Apakah ibu percaya terhadap mitos atau tidak. Adakah kebiasaan-kebiasaan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang mengganggu. 3. Pola Kebiasaan sehari-hari a. Pola istirahat tidur Tidur siang normalnya 1-2 jam/hari. Tidur malam normalnya 8-10 jam/hari. Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu. b. Pola aktifitas Aktifitas ibu sehari-hari, adakah gangguan mobilisasi atau tidak. c. Pola eliminasi BAK : normalnya 6-8x/hari, jernih, bau khas. BAB : normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning. d. Pola nutrisi Makan : normalnya 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk pauk, buah). Minum : normalnya sekitar 8 gelas/hari (teh, susu, air putih). e. Pola personal hygiene Normalnya mandi 2x/hari, gosok gigi 3x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 2x/hari, atau jika terasa basah. f. Pola kebiasaan Normalnya ibu g. bukan perokok aktif/pasif, ibu tidak mengkonsumsi jamu atau alkohol. Pola seksualitas Berapa kali melakukan hubungan seksual dan adakah keluhan. B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik, cukup, kurang. Kesadaran : composmentis, apatis, somnolent, sopor, koma. Cara berjalan : tegak Postur tubuh : tegak atau bungkuk TD : normalnya 100/60-140/90 mmHg. Suhu : normalnya 36,5-37,50C untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi. 380C dianggap tidak normal dan ada tanda infeksi. Nadi : normalnya 60-100 kali/menit. (reguler/ ireguler) RR : normalnya 16-24 kali/menit. BB : normalnya kenaikan BB selama hamil 10-11 kg. TB : normalnya > 145 cm Lila : normalnya > 23,5 cm 2. Pemeriksaan Fisik Kepala : rambut bersih/ tidak, warna, ada ketombe dan benjolan. Wajah : pucat/tidak, oedem/ tidak Mata : konjungtiva anemis/ tidak, sklera putih/ tidak. Telinga : adakah serumen/tidak. Hidung : adakah sekret dan polip. Mulut : mukosa bibir kering/ lembab, adakah stomatitis, caries Leher gigi dan gigi palsu, lidah bersih atau tidak. : adakah pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena Dada jugularis. :adakah luka, abses, puting susu datar, tenggelam/menonjol, adakah pengeluaran abnormal, adakah benjolan abnormal, kolostrum sudah keluar/ belum, tidak ada suara tambahan Abdomen wheezing & ronchi :adakah bekas jahitan operasi, striae alba sebagai tanda pernah hamil yang lalu, striae gravidae tanda hamil sekarang, linea alba dan nigrae. Leopold I : menetukan TFU dan bagian yang terdapat di fundus. Pada kehamilan sungsang teraba keras, bulat dan melenting (kepala), mengetahui TFU dan TBJ. Mengukur TFU dengan metline pada UK > 22 minggu. Rumus perkiraan usia kehamilan berdasarkan TFU dalam cm (Mac Donald) : Tinggi Fundus Uteri = Usia Kehamilan dalam Bulan 3,5 Tabel 2.2 Kriteria TFU menurut usia kehamilan TFU Umur Kehamilan (minggu) 12 16 20 24 28 32 36 40 3 jari atas simfisis Pertengahan pusat – simfisis 3 jari bawah pusat 20 cm Setinggi pusat 23 cm 3 jari atas pusat 26 cm Pertengahan pusat – px 30 cm 3 jari bawah px 33 cm Pertengahan pusat – px Rumus Johnson Tausak (untuk mengetahui TBJ): Bila bagian terendah janin sebagian besar sudah masuk PAP / divergen, TBJ = (TFU – 11) x 145 Bila bagian terendah janin sebagian kecil sudah masuk PAP / sejajar, TBJ = (TFU – 12) x 145 Bila bagian terendah janin belum masuk PAP / konvergen, TBJ= (TFU – 13) x 145 Leopold II : menentukan bagian janin di perut ibu bagian kanan dan kiri, seperti letak punggung dan bagian kecil janin. Leopold III : menentukan bagian terendah janin dan apakah bagian terendah tersebut sudah masuk PAP atau belum. Leopold IV : menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk pintu atas pinggul. Convergen (sebagian kecil bagian terendah janin turun), sejajar (separuh turun), divergen (sebagian besar bagian terendah janin turun). DJJ : normalnya 120-160 x/menit. Pada letak sungsang, Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus. Genetalia : vulva bersih, adakah pengeluaran pervaginam (lendir, darah, cairan), adakah varises, adakah benjolan abnormal yang menentukan kelancaran jalan lahir, adakah luka perineum. Anus : adakah hemoroid/tidak. Ekstrimitas : adakah oedem (indikasi preeklampsia), adakah varises, Reflek patella (+)/(+) 3. Pemeriksaan dalam Untuk mengetahui tanda-tanda persalinan dengan melakukan pemeriksaan langsung pada jalan lahir (pemeriksaan bimanual). Evaluasi tiap 4 jam atau bila ada indikasi. Tanggal : jam : oleh : a) Adakah kelainan pada dinding vagina, elastisitas perineum b) Pembukaan : 1-10 cm. Pada primipara, pembukaan pada fase laten 1 cm/jam. Dan pada multipara, pembukaan pada fase laten 2 cm/jam c) Penipisan / efficement d) Ketuban : utuh (u) / sudah pecah , jika sudah pecah, keruh atau jernih e) Presentasi : Pada kehamilan letak sungsang, saat pemeriksaan dalam akan teraba sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan. f) Hodge : I – IV Bidang Hodge I: bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan promontorium. Bidang Hodge II: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I terletak setinggi bagian bawah simfisis. Bidang Hodge III: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadika kanan dan kiri. Bidang Hodge IV: bidang ini sejajar dengan bidang Hodge I, II, dan III, terletak setinggi os koksigeus. 4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan ultrasonografi : menggambarkan keadaan janin dalam kandungan diantaranya adalah presentasi janin, ukuran, jumlah janin, jenis kelamin, lokasi plasenta, jumlah cairan amnion serta malformasi jaringan lunak atau tulang janin. Pemeriksaan laboratorium : Cek Hemoglobin, Urine (reduksi dan protein urine) Interpretasi Data Dasar Langkah ini diambil berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan II. kepada pasien. Dx : G..... P..... UK ..... minggu, janin tunggal/ ganda, hidup/ mati, intrauterin/ ekstrauterin, inpartu/tidak, kala .... fase .... dengan........... Masalah : masalah yang menyertai diagnosa dan keadaan pasien III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Hal yang dapat terjadi jika masalah awal tidak dapat tertangani dengan baik. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil terus mengamati kondisi klien. Masalah potensial yang bias terjadi pada persalinan dengan letak sungsang adalah terjadinya trias komplikasi pada ibu dan janin. IV. Identifikasi Kebutuhan Segera Mencakup tentang tindakan segera untuk menangani diagnosa/masalah potensial yang dapat berupa konsultasi, kolaborasi dan rujukan. V. Intervensi Merencanakan asuhan secara menyeluruh yang akan diberikan kepada ibu sesuai dengan diagnosa/masalah. Tujuan : diharapkan klien dapat mengerti dan memahami kondisinya dan tidak terjadi komplikasi selama persalinan. 1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu R/ informasi yang jelas dapat mengoptimalkan asuhan yang diberikan 2. Jelaskan pada ibu bahwa kehamilannya harus segera diakhiri R/ memberikan informasi tentang tindakan yang akan dilakukan kepada ibu dan keluarganya 3. Anjurkan ibu untuk istirahat di tempat tidur R/ mencegah keluarnya air ketuban terus menerus 4. Anjurkan ibu untk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan R/ memberikan tenaga saat persalinan 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam penatalaksanaan dan pemberian terapi R/ terminasi kehamilan 6. Observasi TTV dan DJJ tiap jam R/ memantau keadaan ibu dan janin 7. Observasi kemajuan persalinan tiap 4 jam R/ menilai pembukaan dan penipisan serviks VI. Implementasi Melaksanakan asuhan yang telah direncanakan secara menyeluruh dengan VII. efisien dan aman sesuai perencanaan. Evaluasi Tindakan pengukuran keberhasilan dalam melaksanakan tindakan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian tindakan yang dilakukan dengan kriteria hasil yang ditetapkan dan apakah perlu untuk melakukan asuhan lanjutan atau tidak. Pendokumentasian menggunakan SOAP. S : Data diperoleh dari keterangan/keluhan ibu langsung O : Data diperoleh dari hasil pemeriksaan yang didapat secara keseluruhan. A : Diagnosa yang ditetapkan dari data subyektif dan obyektif. P : Perencanaan yang dilakukan sesuai diagnosa. BAB IV TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA GIP0000Ab000 UK 41-42 MINGGU JANIN TUNGGAL/ HIDUP/ INTRAUTERINE, INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN POST DATE Tanggal pengkajian : 1 Juli 2015 Jam : 09.07 WIB No Register : 15.021.84X I. Pengkajaian A. Data Subyektif 1. Biodata Nama Ibu Usia Ibu Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Ny. D : 19 tahun : Islam : SMA : IRT : Pesona Nama Suami Usia Suami Agama Pendidikan Pekerjaan Alamat : Tn. A : 20 tahun : Islam : SMA : swasta : Pesona 2. Alasan kunjungan Pasien datang rujukan dari dr.Sp.OG atas indikasi post date 3. Keluhan Utama Ibu mengatakan merasakan perut kenceng-kenceng sejak 1 minggu yang lalu 4. Riwayat Pernikahan Menikah : 1x Lama pernikahan : 1 tahun Usia pertama kali menikah : 19 tahun 1. Riwayat Obstetri a. Riwayat menstruasi Menarche Siklus Lama Banyaknya Keluhan HPHT : 13 tahun : 28 hari. : 7 hari. : 2-3 ganti pembalut/hari : tidak ada. : 3 September 2014 b. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Kehamilan N o 1 Sua UK mi 1 Persalinan Peny Jeni Peno Tem Penyu Se ulit s long pat lit ks BB Nifas Lama / Menyus ny PB ui HAMIL INI c. Riwayat kehamilan saat ini ANC setiap bulan di bidan. Imunisasi TT : TT 2 Keluhan saat hamil : mual, muntah saat kehamilan muda Terapi saat ANC : multivitamin dan tablet Fe Ibu mengatakan merasakan gerakan janin sejak masuk bulan ke empat, aktif sampai saat ini. d. Riwayat KB Ibu belum pernah menggunakan KB. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Ibu tidak pernah menderita penyakit menurun seperti miom, kista, asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun Ket Pe ulit penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis, HIV/AIDS. Ibu juga belum pernah mengalami operasi. b. Riwayat kesehatan sekarang Saat ini ibu tidak menderita penyakit miom, kista, asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis maupun penyakit menular seperti batuk darah, hepatitis atau HIV/AIDS. c. Riwayat kesehatan keluarga Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit miom, kista ataupun kanker dan penyakit menular seperti hepatitis, TBC, HIV/AIDS maupun penyakit menurun seperti asma, jantung, tekanan darah tinggi, kencing manis. Tidak ada yang pernah hamil kembar. d. Keadaan Psikologi Ibu dan keluarga sangat berharap persalinan ini berjalan dengan lancar namun merasa sedikit cemas dengan kondisi ibu saat ini. 3. Pola Kebiasaan Sehari-hari a. Pola istirahat tidur Ibu tidur malam ± 8 jam/hari dan terkadang tidur siang 1-2 jam/hari b. Pola aktifitas Setiap hari ibu melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan tidak pernah melakukan pekerjaan yang terlalu berat. c. Pola eliminasi BAK : 3-5x/hari, jernih, bau khas. BAB : 1x/hari, konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan. d. Pola nutrisi Makan : 3x/hari dengan menu seimbang (nasi, sayur, lauk pauk, buah). Minum : 5-8 gelas/hari (teh, air putih), susu untuk bumil 1gelas/hari e. Pola personal hygiene Mandi 2-3x/hari, gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, keramas 2x/minggu, ganti celana dalam 1-2x/hari. f. Pola kebiasaan Ibu tidak merokok dan tidak mengkonsumsi jamu atau alkohol. B. Data Obyektif 1. Pemeriksaan umum Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis TD : 110/70 mmHg Suhu : 36,50C Nadi : 80 kali/menit reguler RR : 18 kali/menit. BB : 72 kg. TB : 148 cm Lila : 24 cm 2. Pemeriksaan fisik Wajah : tidak pucat, tidak oedem, ibu terlihat kesakitan karena adanya kontraksi. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera putih Dada : tidak ada luka/abses, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal, ada pengeluaran kolostrum Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena jugularis. Abdomen : tidak ada bekas jahitan operasi, ada striae, ada pembesaran abdomen sesuai usia kehamilan, tidak tampak bekas operasi. TFU TBJ Leopold I tidak melenting (bokong) Leopod II : teraba bagian keras memanjang seperti papan pada : 27 cm : 2480 gram : TFU 3 jari bawah Px, teraba bagian bulat keras, perut bagian kanan (punggung), dan teraba bagian-bagian kecil janin pada perut sebelah kiri Leopold III : teraba bulat, lunak dan melenting pada bagian bawah perut (kepala) dan tidak bisa digerakkan (masuk PAP) Leopold IV : Divergen DJJ : 152 x/menit His : 1 kali dalam 10 menit selama 10 detik Ekstrimitas : tidak ada oedem, tidak ada varises. Genetalia : pengeluaran lendir, tidak ada varises, tidak ada benjolan, tidak ada luka perineum bekas episiotomi. Anus : tidak ada hemoroid 3. Pemeriksaan dalam Tanggal : 07-06-2015 Jam : 07.00 VT :Tidak ada kelainan pada dinding vagina, Ø 1, eff. 25%, ketuban (+), presentasi kepala, Hodge I II. Interpretasi Data Dasar Dx : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu kala 1 fase laten dengan post date. Masalah : ibu sedikit takut III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial IV. Identifikasi Kebutuhan Segera V. Intervensi 1. Lakukan pendekatan terapeutik pada klien agar terbina hubungan baik antara klien dan petugas R/ dengan membina hubungan yang baik dengan klien diharapkan klien dapat kooperatif dengan instruksi petugas. 2. Jelaskan pada klien hasil pemeriksaan R/ dengan menjelaskan hasil pemeriksaan diharapkan klien mengerti tentang keadaannya saat ini dan bisa kooperatif dalam menerima tindakan yang diberikan. 3. Berikan dukungan psikologi kepada klien. R/ pemberian dukungan psikologi akan dapat membantu ibu dan keluarga dalam menghadapi keadaan yang di alami klien 4. Observasi Keadaan umum, keluhan, TTV, His, TFU, DJJ dan kemajuan persalinan R/ memantau keberhasilan perawatan konservatif dan memantau apakah ada tanda-tanda yang mengarah ke persalinan 5. Lakukan informed consent ke suami untuk dilakukan persalinan induksi karena kondisi ibu dan janin memungkinkan untuk dilakukan persalinan pervaginam. R/ suami mengerti alasan dilakukan persalinan normal dan dapat menyetujui tindakan yang akan dilakukan III. Implementasi Tanggal 07 Juni 2015 Pukul 07.10 WIB 1. Menjalin hubungan terapeutik dengan klien dengan menyapa, bersikap empati, serta penggunaan komunikasi verbal dan non verbal yang efektif. E/ ibu merasa tenang 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin sekarang baik, pembukaan telah lengkap dan akan dilakukan pertolongan persalinan karena dari hasil pemeriksaan memungkinkan untuk persalinan pervaginam. E/ ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan 3. Memberikan dukungan psikologi kepada klien dengan meminta ibu tetap tenang, rileks dan berdoa E/ ibu dan keluarga merasa tenang 4. Mengobservasi keadaan umum, keluhan, His, DJJ, nadi tiap 30 menit, kemajuan persalinan dan tekanan darah tiap 4 jam, suhu tiap 2 jam. E/ terlampir di partograf 5. Melakukan informed consent ke suami untuk dilakukan induksi persalinan. E/ keluarga bersedia dilakukan induksi persalinan IV. Evaluasi Tanggal : 01 Juli 2015 Jam : 19.00 WIB S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng O: TD : 110/80 mmHg Suhu : 36,5 C Nadi : 80 kali/menit reguler RR : 20 kali/menit. DJJ : 138 kali/menit His : 1x dalam 10 menit selama 10 detik VT Ø 2 cm, eff. 25%, ketuban (+), presentasi kepala, Hodge I A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu kala I fase laten P: 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan 2. Melakukan drip oksitosin 5iu dalam D5% mulai 8tpm Tanggal : 02 Juli 2015 Jam : 10.00 WIB S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng O: TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,5 C Nadi : 80 kali/menit reguler RR : 20 kali/menit. DJJ : 138 kali/menit His : 2x dalam 10 menit selama 20 detik VT Ø 4 cm, eff. 50%, ketuban (+), presentasi kepala, Hodge I A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu kala I fase aktif P: 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan 2. Melakukan drip oksitosin 5iu dalam D5% flash ke-2 Tanggal : 02 Juli 2015 Jam : 16.00 WIB S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng O: TD : 120/80 mmHg Suhu : 36,5 C Nadi : 80 kali/menit reguler RR : 20 kali/menit. DJJ : 138 kali/menit His : 5x dalam 10 menit selama 45 detik VT Ø 10 cm, eff. 1000%, ketuban (-) jernih, presentasi kepala, Hodge IV A : GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal hidup intrauterin, inpartu kala II P: 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan 2. Menyiapkan alat (partus set) dan mempersiapkan diri (menggunakan APD) 3. Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap, keadaan janin baik, serta mengajari ibu cara dan posisi meneran E/ Ibu bisa melakukan meneran saat ada his dengan benar 4. Membimbing ibu meneran saat ada his dengan posisi litotomi 5. Saat kepala membuka vulva, lakukan episiotomi. 6. Segera setelah kepala lahir, pegang kepala dengan kedua tangan secara biparietal. 7. Setelah lahirnya kepala tarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu anterior, kemudian tarik ke atas untuk menolong kelahiran bahu posterior dan lakukan sangga susur bayi sampai kaki. E/ Bayi lahir spontan pukul 16.20 WIB, jenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3000 gram PB 46cm LK 33cm LD 32cm A.S 8-9, bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan kuat. Evaluasi Tanggal : 02 Juni 2015 Pukul : 16.20 WIB S : Ibu merasa lega karena bayinya telah lahir dengan selamat O: Bayi lahir spontan pukul 16.20 WIB, jenis kelamin perempuan dengan berat lahir 3000 gram PB 46cm LK 33cm LD 32cm A.S 8-9, bayi menangis kuat, warna kulit kemerahan, gerakan kuat. A : G1 P1001 Ab000 Kala 3 P: 1. Mengeringkan tubuh bayi dengan segera dan memotong tali pusat E/ tubuh bayi telah dikeringkan dan dihangatkan, serta tali pusat telah 2. 3. 4. 5. dipotong Memeriksa kembali uterus dan memastikan tidak ada bayi kedua E/ Uterus setinggi pusat dan telah dipastikan tidak ada bayi kedua. Memberikan injeksi 20 IU IM kepada ibu setelah bayi lahir E/ Oksitosin telah diinjeksikan dipaha kiri luar. Menolong kelahiran plasenta dengan MAK 3 E/ Plasenta lahir lengkap, berat plasenta ± 500 gram Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG untuk memberikan terapi setelah persalinan E/ dokter SPOG mengadviskan untuk pemberian terapi Oksitosin Drip. 6. Mengganti infuse dengan RL + oksitosin 20 IU E/ Bidan telah memasang infuse RL + Oksitosin 20 IU 7. Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir E/ uterus teraba keras, kontraksi uterus teraba baik. EVALUASI Tanggal : 2 Juni 2015 S : Ibu senang dengan kelahiran bayinya O: KU : Cukup Kesadaran : Composmentis TD : 120/70 mmHg N : 80x/menit T : 36,6ºC Perdarahan ± 200 cc Perineum episiotomy, robekan derajat II Kontraksi baik TFU : 1 Jari di bawah pusat A : Post Partum P1001 Ab000 Kala IV P: 8. Melakukan hecting perineum Pukul : 16.25 WIB E/ bidan telah melakukan hecting perineum, dan selama proses heacting ibu kooperatif 9. Berkolaborasi dengan dokter untuk tindakan selanjutnya dan pemberian terapi untuk ibu E/ dokter mengadviskan pemberian terapi injeksi samphi secara IV. 10. Mengajarkan ibu untuk masase rahim jika rahim terasa lembek E/ ibu dapat melakukan masase uterus sesuai yang diajarkan bidan. 11. Melakukan observasi TTV, perdarahan, kontraksi, dan kandung kemih tiap 15 menit pada 1 jam pertama, dan 30 menit pada 1 jam kedua. E/ Pukul 16.35 TD N 120/80 84 S TFU Kontraksi KK 36,6 1 jari keras kosong WIB bwh 16.50 pusat 1 jari keras 120/80 84 WIB bwh 17.05 pusat 1 jari Keras 120/80 84 WIB 17.20 120/80 84 WIB Kosong pusat 1 jari keras Kosong bwh 110/70 84 WIB 18.20 Kosong bwh WIB 17.50 Perdarahan ± 50 cc pusat 36,5 2 jari keras Kosong bwh 110/70 84 pusat 2 jari keras Kosong ± 10 cc bwh pusat 12. Melakukan perawatan bayi baru lahir 1 jam pasca lahir yang meliputi pengukuran bayi, perawatan tali pusat, pemberian salep mata, injeksi vit. K serta membedong bayi E/ telah dilakukan perawatan BBL setelah IMD dengan hasil: BB : 2000 gr PB : 46 cm LK : 33 cm LD : 32 cm Vit. K (01/07/2015 17.20 WIB) 6. Memantau nafas dan suhu bayi setiap 15 menit 7. Melakukan pendokumentasian BAB V PEMBAHASAN DATA Pengkajian TEORI KASUS Induksi persalinan Pasien datang rujukan dilakukan karena: dari dr.Sp.OG atas Kehamilannya sudah indikasi post date memasuki tanggal perkiraan bahkan lahir lebih dari sembilan bulan (kehamilan lewat waktu). kehamilan Dimana yang melebihi waktu 42 minggu, belum juga Ibu mengatakan merasakan perut kenceng-kenceng sejak 1 minggu yang lalu ANALISIS SESUAI terjadi persalinan. Agar infuse VT oksitosin dalm :Tidak berhasil kelainan ada SESUAI pada dinding menginduksi vagina, Ø 1, eff. 25%, persalinan dan tidak ketuban (+), presentasi memberikan penyulit kepala, Hodge I baik pada ibu maupun janin, maka diperlukan syarat- syarat sebagai berikut : Kehamilan aterm Ukuran panggul normal Tidak ada CPD Janin dalam presentasi kepala Servik telah matang (portio lunak, mulai mendatar dan sudah Diagnosa mulai membuka) Post date GIP0000Ab000 UK 41-42 :Kehamilan minggu, sudah memasuki hidup intrauterin, inpartu tanggal perkiraan kala 1 fase laten dengan lahir bahkan lebih post date. dari sembilan bulan (kehamilan waktu). kehamilan janin tunggal lewat Dimana yang SESUAI melebihi waktu 42 minggu, belum juga Implementasi terjadi persalinan Disiapkan cairan 1. Menjalin RL 500 cc yang terapeutik dengan diisi klien dengan dengan sintosinon 5 IU menyapa, Cairan empati, yang mengandung IU 5 sintosinon dialirkan secara intravena melalui aliran infuse. Jarum abocath dipasang vena pada dibagian volar bawah bersikap serta penggunaan sudah hubungan 8 mU permenit verbal dan non verbal yang efektif. 2. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada klien dan keluarga bahwa kondisi ibu dan janin sekarang baik, telah Tetesan dimulai dengan komunikasi pembukaan lengkap akan dilakukan pertolongan persalinan dinaikan 4 mU setiap 30 menit. Tetesan dan letak sungsang pervaginam karena dari hasil pemeriksaan maksimal memungkinkan untuk diperbolehkan sampai kadar oksitosin 30-40 persalinan pervaginam. 3. Memberikan mU. Bila sudah dukungan mencapai kepada klien dengan ini rahim kadar kontraksi tidak psikologi meminta ibu tetap tenang, rileks dan SESUAI muncul juga, maka berapapun kadar oksitosin yang diberikan tidak akan menimbulkan kekuatan kontraksi. Sebaiknya infus oksitosin dihentikan. berdoa 4. Mengobservasi keadaan umum, keluhan, TTV, His, TFU, DJJ dan kemajuan persalinan. 5. Melakukan informed consent untuk ke suami dilakukan induksi persalinan. 6. Melakukan drip oksitosin 5iu dalam D5% mulai 8tpm BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus diatas antara lain : 1. Hasil pengkajian data dasar, didapatkan ibu GIP0000Ab000 UK 41-42 minggu, janin tunggal, hidup, intra uterine, letak kepala, inpartu kala I fase laten dengan post date. 2. Hasil kolaborasi dengan dokter SPOG didapatkan bahwa persalinan memenuhi syarat untuk dilakukan persalinan pervaginam. Selain itu, dari hasil kolaborasi, ibu post partum diberikan terapi oksitosin drip 3. Persalinan pervaginam berhasil dilakukan dengan normal spontan dan episiotomi. 4. Perencanaan penanganan untuk mencegah kompilkasi pada janin dan ibu telah dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan ibu. Dari penanganan tersebut, komplikasi bisa dicegah dan ditangani dengan baik. 5. Mendokumentasikan semua temuan dalam pendokumentasian SOAP sesuai dengan 7 langkah varney dan partograf untuk kala I-IV. 6.2 Saran Diperlukan kerja sama yang baik antara klien, anggota keluarga dan petugas kesehatan. Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan wewenanganya. Untuk itu manejemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus. Sebaiknya bidan meningkatkan kerja sama dan komunikasi dengan petugas kesehatan lainya seperti dokter, perawat dan sesama bidan untuk meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan DAFTAR PUSTAKA Mansjoer, Arief. et. al. 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke - 2. Jilid I. Media Aeusculapius. Jakarta. Yayan A.Israr, Tengku A., Lestari., Apriani D. Perdarahan postpartum (Post Partum Hemorrhagic); 2009 Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC. David,T.Y Liu, 2008 . Muanual Plasenta Edisi 3.Egc: Jakarta