skripsi s1 hubungan jumlah kombinasi obat antihipertensi terhadap

advertisement
SKRIPSI S1
HUBUNGAN JUMLAH KOMBINASI OBAT ANTIHIPERTENSI
TERHADAP KENDALI TEKANAN DARAH PADA PASIEN
POLIKLINIK GINJAL DAN HIPERTENSI IPD DI RSCM
Fridyan Ratnasaria, Pringgodigdo Nugrohob
a
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, bDepartemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr Cipto
Mangunkusumo Jakarta
Abstrak
Hipertensi tidak terkendali sebagai masalah kesehatan utama yang sering tidak terdiagnosa
sehingga prevalensinya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi tidak
terkendali ini merupakan kontributor utama mortalitas dan morbiditas penyakit
kardiovaskular. Prevalensi tertinggi hipertensi tersebar di negara sedang berkembang
termasuk Indonesia. Namun, dari seluruh pasien hipertensi, hanya 37% yang mendapatkan
tatalaksana obat antihipertensi. Semakin meningkatnya angka kejadian hipertensi terutama
hipertensi tidak terkendali dari tahun ke tahun semakin mempertegas pentingnya evaluasi
penatalaksanaan pada pasien hipertensi dalam mencapai hipertensi terkendali. Untuk
menjawab permasalahan klinis tersebut, peneliti melakukan analisa data 198 rekam medis
pasien hipertensi melalui penelitian dengan metode cross sectional di Poliklinik Ginjal dan
Hipertensi IPD RSCM. Tujuan penelitian adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan
antara jumlah pemberian obat antihipertensi dengan terkendalinya kendali tekanan darah. Dari
seluruh data yang terkumpul, peneliti mengeksklusi data yang tidak lengkap hingga menjadi
117 data yang selanjutnya menunjukkan karakteristik pasien hipertensi. Penderita hipertensi
53% nya merupakan wanita. Selain itu, 50,4% pasien hipertensi berada pada status obesitas.
Penelitian ini menunjukkan proporsi pasien dengan hipertensi tidak terkendali sebesar 41%
dan 78,6% dari seluruh pasien hipertensi mendapatkan obat antihipertensi lebih dari dua obat.
Pada pengobatan kombinasi, terdapat 47,8% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan
52,2% pasien dengan hipertensi terkendali, sedangkan pada pengobatan monoterapi terdapat
16% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 84% pasien dengan hipertensi terkendali.
Berdasarkan analisa uji hipotesis dengan Chi-square test, terhadap variabel jumlah pemberian
obat didapatkan p= 0,004 (p<0,05) yang menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
jumlah pemberian obat antihipertensi dengan kendali tekanan darah pada pasien hipertensi
Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD-RSCM.
Kata Kunci : hipertensi tidak terkendali, jumlah pemberian antihipertensi
Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Abstract
Uncontrolled-hypertension is one of the health problem which mostly undiagnosed in which
its prevalence increase year by year. It is the main contributor for mortality and morbidity of
cardiovascular disease. The highest prevalence of hypertension spread highly in most
advancing countries such as Indonesia. Unfortunately, from all hypertensive patients, only
37% was prescribed for anti-hypertensive drugs. This proportion is out of those undiagnosed
hypertension. The increasing number of uncontrolled-hypertension become an important
factor to be evaluated factor in prescribing anti-hypertensive drugs for the patient. In line
with this clinical question, researcher analyze 198 hypertensive patients’ medical records by
cross-sectional study in Renal and Hypertension Division of Internal Medicine, Cipto
Mangunkusumo Hospital. This study was conducted to analyze if there is an association
between the number of prescribed anti-hypertensive drugs with the controlling condition of
hypertension. From all hypertensive-patients datas, researcherexclude the unqualified datas
becoming 117 datas which describe the characteristic of hypertensive patients’ datas. This
research shows the proportion ofhypertention in women about 53% ang 47% in men.
Meanwhile, 50,4% patients are in obesity stage. From all datas, 41% patients have
uncontrolled hypertension. All patients get anyhypertensive drugs with the proportion of
using more than one drug is 78,6%. The proportion of patient on combination treatment is
47,8% diagnosed uncontrolled hypertension and 52,2% controlled hypertension, meanwhile
in monotherapy patients, there is about 16% uncontrolled hypertension patient and 84% in
controlled hypertension. Based on the analized datas by using Chi-square test, p value for the
number of anti-hypertensive drugs is 0,004 (p<0,05). From this reasearch, researcher
concludes that there is significant assosiation between the number of anti-hypertensive drugs
given to hypertensive patients to the controlling factor of hypertension.
Keyword : uncontrolled hypertension, anti-hypertensive drugs
PENDAHULUAN
Hipertensi sebagai salah satu penyakit kronis yang terus menjadi masalah kesehatan
dunia. Sekitar 25% dari seluruh orang di dunia mengalami hipertensi dengan 67% penderita
hipertensi merupakan penduduk negara berkembang seperti Indonesia. 1 Prevalensi hipertensi
juga terus meningkat seiring dengan rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
tekanan darah secara teratur. Hal ini merupakan ancaman tersendiri karena hipertensi
merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular.1 Di Amerika Serikat, menurut survei
NHANES, risiko hipertensi terus meningkat seiring dengan pertambahan usia dimana 1 dari 3
orang dewasa menderita hipertensi.2
Dalam hal terapi antithipertensi, dari total penderita hipertensi, hanya 70.9% yang
menjalani terapi dan 50% penderitanya tidak mencapai tekanan darah terkendali setelah
terapi.3 Dengan rendahnya angka penderita hipertensi terkendali, maka semakin meningkat
2 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
angka mortalitas pada penderita hipertensi.1,3. Terkendalinya hipertensi dipengaruhi oleh
berbagai faktor risiko, seperti faktor usia, faktor jenis kelamin, faktor pendidikan, faktor gaya
hidup, faktor obat termasuk penyakit penyerta seperti DM, obesitas, penyakit ginjal, penyakit
jantung. Untuk mendapatkan tekanan darah yang terkendali, setiap pasien akan mendapatkan
jenis dan jumlah pengobatan sesuai dengan penyebab peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk
mengetahui hubungan jumlah kombinasi obat anti hipertensi yang diberikan pada pasien
hipertensi dengan tekanan darah pada Poliklinik Ginjal Hipertensi IPD RSCM. Dari penelitian
ini, peneliti mencari jawaban dari masalah utama yakni apakah terdapat hubungan antara
jumlah pemberian obat hipertensi dengan kendali tekanan darah pada pasien hipertensi.
Sehingga diakhir penelitian, dapat diketahui hubungan antara jumlah pemberian obat
antihipertensi dengan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
TINJAUAN TEORITIS
Secara umum, hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik lebih 140 mmHg
dan diastolik lebih dari 90 mmHg.3 Berdasarkan The Seventh Report of The Joint National
Committee in Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan/atau tekanan
darah diastolik lebih dari 90 mmHg.4 Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran
rata-rata dari minimal dua kali pengukuran pada dua kunjungan yang berbeda.5,6
Terjadinya hipertensi tidak terkendali terjadi akibat tekanan darah yang tidak ditangani
dengan pengobatan maupun perubahan gaya hidup. Salah satu bukti lainnya menyebutkan
peningkatan angka hipertensi tidak terkendali juga disebabkan oleh medikasi antihipertensi
yang gagal pada peningkatan dosis obat termasuk peningkatan jumlah medikasi
antiihipertensi. Selain itu, terdapat juga peningkatan pasien dengan hipertensi tidak terkendali
terutama yang disertai penyakit komorbid seperti diabetes mellitus dan penyakit ginjal
kronik.7,8
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan dilatasi pembuluh darah terdapat di pusat
vasomotor pada medula otak dimana terdapat sistem simpatis. Sistem simpatis ini menerima
rangsang atau impuls dari pusat vasomotor melalui pelepasan asetilkolin. Respon diterimanya
3 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
impuls ini berupa pengeluaran norepinefrin yang menyebabkan terjadinya konstriksi
pembuluh darah.6 Adanya vasokonstriksi pembuluh direspin oleh medula adrenal dengan
pengeluatan epinefrin yang menambah efek vasokonstriksi.
Penurunan aliran darah ke ginjal direspon oleh ginjal dengan pelepasan renin yang
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Selanjutnya angiotensin II merangsang
sekresi aldosteron dari korteks adrenal sehingga terjadilah retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal
sehingga
terjadi
peningkatan
tekanan
darah
akibat
peningkatan
intravaskuler.9,10
Gambar 1.Kerangka Teori Patofisiologi Terjadinya Hipertensi
4 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
tekanan
Pada usia dewasa hingga lanjut usia, pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas
pembuluh, penebalan dinding pembuluh darah, penurunan relaksasi otot pembuluh yang pada
akhirnya menyebabkan penyempitan lumen pembuluhh serta kekakuan pembuluh darah,
hingga gangguan adaptasi baroreseptor aorta dan karotis terhadap tekanan darah yang tinggi,
sehingga pusat kendali kardiovaskular di otak menginterpretasikan tekanan darah yang tinggi
tersebut sebagai suatu kondisi yang normal sehingga baroreseptor tersebut tidak menyebabkan
terinisiasinya refleks untuk menurunkan tekanan darah. 11, 12,13
Adanya patogenesis hipertensi pada sistolik maupun diastolik melibatkan perubahan
struktur arteri sehingga meningkatkan resistensi arteri akibat proses remodelling dan
hipertrofi. Selain itu juga terjadi proses arteriosklerosis yang berkontribusi besar dalam
menyebabkan kerusakan organ target pada hipertensi lama. Seiring dengan pertambahan usia,
terjadi peningkatan risiko atherosklerosis pada arteri besar. Kondisi ini diperparah dengan
adanya peningkatan high shear stress. Lesi arteri yang disebabkan hipertensi bisa berupa
nekrosis fibrinoid, sklerosis arteri proliferatif, sklerosis arteri-hialin dengan penebalan
hialinisasi pada tunika intima dan media arteri, aneurisma miliar, plak arteriosklerosis.6,8
Peningkatan kejadian kematian pada hipertensi umumnya disertai dengan komplikasi
baik penyakit kardiovaskular, serebrovaskular, renovaskular, hingga kegagalan fungsi organ.
Dari berbagai risiko penyebab kematian, menurut data WHO tahun 2000, hipertensi
mempunyai dampak paling tinggi dibandingkan penyakit lainnya. Untuk mencegah
komplikasi, maka terapi hipertensi diharapkan dapat mencapai tekanan darah 140/90 mmHg,
sedangkan untuk pasien diabetes atau dengan penyakit ginjal kronik (chronic kidney diseases,
CKD), target tekanan darah adalah 130/80 mmHg (JNC 7, ESC/ESH).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan metode crosssectional untuk mengetahui hubungan jumlah pemberian obat anti hipertensi dengan
terkendalinya tekanan darah. Pengambilan data dilakukan dengan mendata rekam medis
pasien hipertensi yang berobat di Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM. Pengambilan
data dilakukan selama bulan Mei hingga Juni 2013 dengan simple consecutive random
sampling dari seluruh data yang ada, untuk diambil sejumlah subjek hingga memenuhi besar
sampel penelitian.
5 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Subyek yang diteliti adalah data rekam medis pasien hipertensi rawat jalan di Poli
Ilmu Penyakit Dalam Divisi Ginjal dan Hipertensi RSCM yang memenuhi kriteria inklusi
berupa pasien terdiagnosa hipertensi dan sedang dalam pengobatan antihipertensi. Adapaun
jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini sekitar 96 sampel.
Variabel terikat dalam penelitian ini berupa kendali tekanan darah dengan
penggolongan hipertensi terkendali dan hipertensi tidak terkendali. Sedangkan variabel bebas
penelitian berupa jumlah obat antihipertensi yang diberikan pada pasien setiap hari berupa
monoterapi atau terapi kombinasi (pemberian lebih dari satu obat antihipertensi). Selanjutnya,
analisa hubungan penyakit dan faktor risiko merupakan jenis data nominal, dengan bentuk
tabel uji hipotesis 2x2 untuk selanjutnya dianalisa dengan uji chi-square. Apabila tidak
memenuhi syarat maka dilakukan uji Fisher.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data rekam medis pasien hipertensi dari Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM
didapatkan sejumlah 198 rekam medis, namun hanya 117 rekam medis yang sesuai dengan
kriteria inklusi penelitian. Dari rekam medis pasien didapatkan perbedaan proporsi yang tidak
signifikasn antara penderita wanita dan pria, dimana pria yang mengalami hipertensi 47%
sedangkan wanita 53%, dengan rentang usia rata-rata antara 20-86 tahun.
Tabel 1. Tabel Proporsi berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
Laki-laki
55
47
Perempuan
62
53
Jenis kelamin
Berdasarkan kelompok usia, maka hipertensi paling banyak dialami oleh pasien usia
60-79 tahun dengan persentase 55,6%. Sedangkan berdasarkan data berat dan tinggi badan
6 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
pasien, dengan menghitung indeks massa tubuh pasien, didapatkan 72,6% pasien hipertensi
mengalami kelebihan berat badan dan termasuk kategori obesitas.
Tabel 2. Tabel Proporsi berdasarkan Usia pada Pasien Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
45
38,5
60-79 tahun
65
55,6
≥ 80 tahun
7
6,0
Usia
20-59 tahun
Durasi follow-up tekanan darah setiap pasien dibuat sama satu dengan lainnya dengan
mengambil data tekanan darah 2 bulan terakhir. Hal ini sesuai dengan data Riskesdas yang
menyatakan adanya peningkatan prevalensi hipertensi seiring dengan peningkatan usia pada
penduduk usia 65-74 tahun sebesar 63.5% dan 67,2% pada penduduk usia lebih dari 75 tahun,
sedangkan usia 25-34 tahun mengalami hipertensi 19%.
Tabel 3. Tabel Proporsi berdasarkan Status Indeks Massa Tubuh
Jumlah
Persentase (%)
Obesitas
59
50,4
Tidak Obesitas
58
49,6
Status Indeks Massa
Tubuh
Berdasarkan kelompok usia, maka hipertensi paling banyak dialami oleh pasien usia
60-79 tahun dengan persentase 55,6%. Sedangkan berdasarkan data berat dan tinggi badan
pasien, dengan menghitung indeks massa tubuh pasien, didapatkan 72,6% pasien hipertensi
mengalami kelebihan berat badan dan termasuk kategori obesitas. Durasi follow-up tekanan
darah setiap pasien dibuat sama satu dengan lainnya dengan mengambil data tekanan darah 2
bulan terakhir.
7 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Tabel 4 Proporsi pasien hipertensi
Variabel
Status Hipertensi
Klasifikasi
Jumlah
Persentase (%)
Tidak Terkendali
48
41
Terkendali
69
59
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa terdapat 48 pasien (41 %) yang mempunyai
hipertensi tidak terkendali. Namun sebagian besar, yaitu sebanyak 69 pasien (59%) dari
seluruh responden dalam penelitian ini memiliki hipertensi terkendali. Sehingga secara
umum, lebih dari setengah pasien hipertensi pada Poliklinik Ginjal Hipertensi mencapai target
tekanan darah terkendali.
Tabel 5 Proporsi pengobatan antihipertensi
Variabel
Kategori
Jumlah
pemberian obat
anti-hipertensi
Terapi Kombinasi (lebih dari satu
obat antihipertensi)
Monoterapi
Jumlah
Persentase (%)
92
78,6
25
21,4
Dari Tabel 5 dapat dilihat pasien yang menerima satu obat antihipertensi sebanyak 25
orang dengan persentase 21,4% sedangkan sekitar 92 orang (78,6%) sudah mendapatkan lebih
dari satu obat antihipertensi (kombinasi) untuk mencapai target tekanan darah terkendali.
Sehingga secara umum, pada Poliklinik Ginjal dan Hipertensi lebih dari setengah jumlah
pasien umumnya sudah mendapatkan obat kombinasi antihipertensi.
8 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Tabel 6 Hubungan antara jumlah obat dan kontrol hiperetensi
Hipertensi
p
Tak terkendali
Terkendali
N
%
n
%
44
47,8 %
48
52,2 %
RP (95% CI : min-max)
Jumlah Obat
Kombinasi
0,24 (CI 95%;
0,004
Monoterapi
4
16 %
21
84 %
0,67 – 0,653)
Dari tabel 6, dapat dilihat bahwa pada monoterapi antihipertensi terdapat 16% pasien
dengan hipertensi tidak terkendali, dan 84% nya mengalami hipertensi terkendali. Sedangkan
pada pasien yang menggunakan terapi kombinasi (lebih dari satu jenis obat antihipertensi),
didapatkan jumlah pasien dengan hipertensi tidak terkendali sebesar 47,8% sedangkan pasien
dengan hipertensi terkendali sebesar 46,8%.
Berdasarkan analisis data hubungan antara jumlah pemberian obat antihipertensi
dengan kontrol tekanan darah pasien didapatkan nilai p 0,004 ( p < 0,05 ), dengan rasio
prevalens sebesar 0,24 dan interval kepercayaan (CI) sebesar 0,67-0,653.
Berdasarkan hubungan antara jumlah kombinasi obat antihipertensi dan kontrol
tekanan darah pasien didapatkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang bermakna.
Hubungan antara kedua variabel menunjukkan bahwa dengan pengobatan kombinasi,
hipertensi tidak terkendali dapat mengalami penurunan sebesar 24%. Untuk mencapai hasil
penelitian yang lebih baik,dilakukan tidak hanya dengan data rekam medis namun juga data
hasil wawancara dengan pasien secara langsung , dan juga follow up pasien dalam jangka
waktu yang sama antara satu dengan lainnya selama penggunaan obat antihipertensi. Namun
dengan keterbatasan sumber daya, maka penelitian ini sebatas menilai berdasarkan data yang
sudah tertera dalam rekam medis saja.
Berdasarkan hubungan antara jumlah kombinasi obat antihipertensi dan kontrol
tekanan darah pasien didapatkan bahwa kedua variabel memiliki perbedaan bermaknaantara
variabel jumlah obat antihipertensi dengan kontrol tekanan darah. Uji Chi-Square
9 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
menunjukkan nilai p<0.05 yakni p=0,004. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara kedua variabel tersebut.
Selain itu, dari data juga didapatkan rasio prevalens sebesar 0,24 dan interval
kepercayaan (CI) sebesar 0,67-0,653. Hal ini menunjukkan rasio prevalens kurang dari 1
dengan interval kepercayaan yang tidak mencakup angka satu, maka berarti faktor jumlah
obat merupakan faktor protektif terhadap terkendalinya hipertensi. Hal ini juga berarti bahwa
pasien dengan pengobatan kombinasi antihipertensi memiliki penurunan probabilitas sebesar
0,24 kali untuk mengalami hipertensi tidak terkendali dibandingkan dengan pasien yang tidak
meminum obat kombinasi antihipertensi.
Pada penelitian sebelumnya, terdapat penurunan persentase hipertensi tidak terkendali
pada pasien dengan penggunaan 3 obat antihipertensi atau lebih. Dalam mengontrol tekanan
darah, terdapat peningkatan pada pemberian 3 atau lebih obat antihipertensi. Hal ini didasari
dengan adanya peningkatan angka pasien hipertensi terkendali pada pasien yang mendapatkan
lebih dari 4 obat antihipertensi, dari 5,2% pada tahun 1994 menjadi 7.3% pada akhir tahun
2008.15
Menurut AHA 2010, lebih kurang terdapat 75% pasien hipertensi membutuhkan terapi
kombinasi untuk mencapai target tekanan darah. Berdasarkan suatu meta analisis, salah satu
contohnya adalah pada kombinasi tambahan dengan thiazide yang mampu meningkatkan efek
penurunan tekanan darah dibandingkan monoterapi tanpa diuretik. Namun berbeda dengan
pedoman tatalaksana di Amerika Serikat, dimana penggunaan obat kombinasi akan diberikan
hanya jika pasien sudah mencapai hipertensi derajat 2 dengan sistolik ≥ 160 mmHg dan
diastolik ≥ 100 mmHg.
Jumlah pemberian obat anti hipertensi per hari dengan pemberian lebih dari 2 obat
antihipertensi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Daniel Gunawan, didapatkan adanya
pengaruh jumlah pemberian obat anti hipertensi dengan terkendalinya tekanan darah pada
pasien usia lanjut walaupun hasil ini tidak bermakna secara statistik namun kemungkinan
terjadi karena 72.3% subyek mendapatkan dua jenis obat anti hipertensi atau lebih, tapi tidak
didapatkan data mengenai waktu pemberian obat, apakah diberikan bersamaan atau terpisah.16
10 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Kepatuhan pasien meminum obat dengan efektivitas dalam mencapai tekanan darah
terkendali, pada suatu studi SHEP (Systolic Hypertension in the Elderly Program) dan SYSTEUR (Systolic Hypertension in Europe) didapatkan kegagalan anti hipertensi monoterapi
dalam mengontrol tekanan darah pada hipertensi usia lanjut walaupun tingkat kepatuhan
pasien meningkat. Hanya 30% responden yang mencapai tekanan darah normal dengan
monoterapi, sedangkan dengan terapi kombinasi didapatkan 80% mencapai tekanan darah
normal. 17,18
Di sisi lain, adanya penggunaan obat kombinasi dalam satu obat tunggal, yang secara
langsung mengurangi jumlah obat antihipertensi yang harus diminum pasien berasosiasi
secara signifikan dengan adanya peningkatan compliance dan kepatuhan selama terapi
walaupun secara statistik tidak bermakna. Hal ini pun erat kaitannya dengan faktor
pengetahuan, pendidikan, biaya pengobatan, efek samping obat, tingkat kepercayaan pasien
terhadap dokter maupun sistem kesehatan hingga edukasi pemberian obat. 16,17
Hal ini bisa dilihat dari karakteristik umum pasien di Poliklinik IPD bahwa lebih
kurang 63% pasien merupakan pasien usia lebih dari 60 tahun. Penggunaan obat saja hanya
mampu mempertahankan perburukan kondisi tekanan darah. Selain itu, sebagai salah satu
rumah sakit tersier yang juga pusat rujukan nasional, RSCM cenderung menangani pasien
dengan kasus yang sudah pada tahap kompleks sehingga target pencapaian tekanan darah
terkendali dengan penggunaan obat kombinasi relatif sulit untuk dicapai. Tidak hanya pasien
yang murni dengan kasus hipertensi namun juga disertai dengan komorbiditas lainnya seperti
penyakit ginjal, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan lainnya. Sedangkan pada pasien
dengan monoterapi, tingkat keberhasilan pencapaian tekanan darah terkendali lebih besar
karena memang pasien berada pada hipertensi derajat I yang rentang tekanan darahnya tidak
berbeda dari kondisi 140/80 mmHg.
Pada penelitian selanjutnya, anamnesis dan wawancara lebih lanjut secara langsung
kepada pasien untuk mengetahui efektivitas pengaruh jumlah kombinasi obat yang lebih
objektif. Sedangkan dari segi penelitian, terdapat perbedaan dari segi sampel, pedoman
diagnosa hipertensi, maupun data rekam medis yang tidak tercatat lengkap menjadi faktor
yang turut mempengaruhi hasil penelitian.
Selain itu, sebagai salah satu rumah sakit tersier yang juga pusat rujukan nasional,
11 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
RSCM cenderung menangani pasien dengan kasus yang sudah pada tahap kompleks sehingga
target pencapaian tekanan darah terkendali dengan penggunaan obat kombinasi relatif sulit
untuk dicapai. Tidak hanya pasien yang murni dengan kasus hipertensi namun juga disertai
dengan komorbiditas lainnya seperti penyakit ginjal, diabetes mellitus, penyakit jantung, dan
lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa penelitian ini disimpulkan berdasarkan jumlah pasien yang
melakukan kontrol hipertensi pada bulan Mei 2013, didapatkan subjek penelitian sejumlah
198 orang, namun sejumlah 81 data rekam medis tidak lengkap sehingga hanya 117 data
rekam medis yang lengkap dan dapat dijadikan sebagai sampel penelitian. Proporsi pasien
yang mengalami hipertensi tidak terkendali pada kunjungan kontrol di Poliklinik Ginjal dan
Hipertensi IPD RSCM adalah 41%, sedangkan antihipertensi hipertensi terkendali mencapai
59%. Berdasarkan jumlah obat antihipertensi, terdapat 78,6% pasien dengan hipertensi yang
mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi, sedangkan sisanya, 21,4% pasien meminum
satu obat.
Pada pengobatan kombinasi, terdapat 47,8% pasien dengan hipertensi tidak terkendali
dan 52,2% pasien dengan hipertensi terkendali, sedangkan pada pengobatan monoterapi
terdapat 16% pasien dengan hipertensi tidak terkendali dan 84% pasien dengan hipertensi
terkendali. Dengan nilai p= 0,004 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan
bermakna antara jumlah pemberian obat antihipertensi yang digunakan dengan kontrol
hipertensi pasien Poliklinik Ginjal dan Hipertensi IPD RSCM.
SARAN
Saran dari peneliti berdasarkan hasil dan diskusi penelitian ini antara lain sebagai
klinisi, dokter disarankan untuk mengetahui kondisi kesehatan setiap pasien untuk
menyesuaikan dengan obat yang akan digunakan. Adanya perbedaan proporsi antara
hipertensi terkendali dan tidak terkendali pada pasien dengan pengobatan kombinasi
disebabkan kondisi hipertensi pasien yang sulit untuk dikendalikan sehingga pengobatan
antipertensi kombinasi harus diawasi lebih ketat dibandingkan dengan monoterapi. Sehingga
diharapkan pengobatan hipertensi mampu mencapai tekanan darah yang terkendali.
12 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Untuk rumah sakit diharapkan tim medis dapat bekerja sama dalam melengkapi data
dasar pasien seperti berat badan, tinggi badan, penyakit penyerta, hingga hasil laboratorium
sesuai dengan tanggal dilakukannya pemeriksaan laboratorium sehingga hal ini bisa menjadi
data dasar yang membantu dokter dalam memantau terkendalinya hipertensi pasien.
Dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menganalisa data tekanan darah dalam
satu jangka waktu yang lebih lama, hal ini bisa dilakukan dengan metode cohort untuk
melihat efikasi dan efektivitas kombinasi jumlah obat. Selain itu, peneliti juga disarankan
selanjutnya tidak hanya memperhatikan jumlah kombinasi namun juga jenis-jenis kombinasi
obat antihipertensi yang diberikan kepada setiap pasien, sehingga dapat digunakan untuk
perbaikan pola pengobatan pasien hipertensi selanjutnya.
13 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
1. Fields LE, Burt VL, Cutler JA, Hughes J, Roccella EJ, Sorlie P. The Burden of
Adult Hypertension in the United States 1999 to 2000: A Rising Tide.
Hypertension. 2004;44:398-404.
2. Kearney PM, Whelton M, Reynolds K, et al. Global burden of hypertension:
analysis of worldwide data. Lancet 2005;365:217-23.
3. Keenan NL, Rosendorf KA. Prevalence of hypertension and controlled
hypertension. MMWR CDC: United States. 2011: 60 (01).
4. Wang W, et al. A longitudinal study of hypertension risk factors and their relation
to cardiovascular disease: the strong heart study. Journal of Hypertension. 2006;
47: 403-9.
5. High Blood Pressure. Statistical Fact Sheet 2012 Update. [Internet] 2012.
American Heart Association. [cited 2013 June 2]. Available from:
http://www.heart.org.
6. Kaplan NM, Victor RG, Flynn JT. Kaplan’s clinical hypertension. 10th Ed. New
York: Lippincot Williams & Wilkins; 2010. P. 108, 192.
7. Marianne E, Gee. Bienek, Asako. Clinical Research: Factors Associated with Lack
of Awareness and Uncontrolled High Blood Pressure Among Canadian Adults
with Hypertension. Canadian Journal of Cardiology 28(2012) 375-382.
8. European Society of Hypertension–European Society of Cardiology Guidelines
Committee. J Hypertens 2003; 21:1011–1053.
9. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: Laporan Nasional Tahun 2007 [Internet]. [cited
2013, June 3]. Available from: http://www.litbang.depkes.go.id/bl_riskesdas2007/
10. Kumar, Abbas. Robbin’s and Cotran’s pathologic basis of disease. 7th ed.
Philadelphia: ElSevier-Saunders. 2009. [e-book]
11. Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European
Society of Cardiology (ESC). Eur. Heart J 2007;28:1462 - 536.
12. Wald DS, Law M, Morris JK, Bestwick JP, Wald NJ. Combination therapy versus
monotherapy in reducing blood pressure: meta-analysis on 11,000 participants
from 42 trials. Am J Med. 2009;122(3):290–300.
13. Saruta, Takao, Ogihara, Toshio. Antihypertensive Efficacy and Safety of FDC
with Losartan plus Hydrochlorothiazide in Japanese Patients with Essential
14 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Hypertension.
14. Aronow WS, Fleg JL, Pepine CJ, et al. ACCF/AHA 2011 expert consensus
document on hypertension in the elderly. American Society of Hypertension,
American Society of Nephrology, Association of Black Cardiologists, and
European Society of Hypertension. J Am Coll Cardiol. 2011;57(20):2037–2114.
15. Elliot William J, Black Henry R. Hypertension: A companion to Braunwauld’s
heart disease. Ed 2nd . Elsevier Saunders: Washington. 2012.
16. Daniel G. Proporsi hipertensi pada pasien usia lanjut dan faktor yang
mempengaruhi keterkontrolan. (Tesis) Jakarta FKUI 2010.
17. McPhee SJ, Lingappa VR, Ganong WF, Lange JD. Patophysiology of disease. 2nd
ed. 1997. Connecticut: Appleton&Lange. p. 269-74.
18. David DS. Compliance with hypertensive therapy. Hypertension. 2006;48(4
15 Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Hubungan jumlah kombinasi..., Fridyan Ratnasari, FK UI, 2013
Download