BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan

advertisement
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan menyajikan data keuangan termasuk catatan yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber
daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau
perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan
juga
menunjukan
apa
yang
telah
dilakukan
manajemen
atau
pertanggunjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1(2009):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Warren (2005:24), laporan keuangan suatu entitas bisnis terdiri
atas:
21
a. Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode
waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan
(matching concept). Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan
pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.
b. Laporan Ekuitas Pemilik
Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama
jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba
rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan
harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat
sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada
akhir periode harus dilaporkan didalam neraca.
c. Neraca
Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik
pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada
bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat
lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalan kas atau digunakan
dalam operasi.
d. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan
pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas
terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan
aktivitas pendanaan.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.1(2009):
Catatan atas laporan keuangan berisi informasi tambahan atas apa yang
disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendaptan komprehensif,
laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan
laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan memberikan penjelasan
atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dan informasi mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan
dalam laporan keuangan.
Dalam laporan keuangan perusahaan tercantum informasi mengenai laba
yang diperolehnya dalam satu periode tertentu. Laporan keuangan disusun
sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan kepada
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut.
Informasi laba merupakan informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan
22
keuangan suatu perusahaan. Informasi ini dapat digunakan oleh pihak intern
maupun pihak ekstern perusahaan untuk mengetahui tingkat efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Melalui penelaahan
terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui tindakan
perataan laba yang kemungkinan dilakukan oleh perusahaan tersebut.
2. Teori Agensi
Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent
(Anthony dan Govindarajan, 2005 dalam Budiasih, 2009). Dalam suatu
korporasi, pemegang saham merupakan prinsipal dan CEO adalah agen
mereka. Pemegang saham menyewa CEO agar bertindak sesuai keinginan
mereka.
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak jasa antara satu atau lebih
pihak (prinsipal) yang mempekerjakan pihak lain (agen) untuk melakukan
suatu jasa untuk kepentingan mereka yang meliputi pendelegasian beberapa
kekuasaan pengambilan keputusan kepada agen tersebut.
Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan
yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal
diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari
investasi mereka pada perusahaan. Sedangkan agen diasumsikan akan
menerima kepuasan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari
tambahan lain yang terlibat dalam hubungan keagenan (Anthony dan
Govindarajan, 2005 dalam Budiasih, 2009).
23
Masalah keagenan antara pemegang saham (pemilik perusahaan) dengan
manajer potensial terjadi bila manajemen tidak memiliki saham mayotitas
perusahaan (Kodrat dan Herdinata, 2009). Sesuai dengan asumsi tersebut,
maka manajer akan mengambil kebijakan yang menguntungkan dirinya
sebelum memberikan manfaat kepada pemegang saham.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasan tidak
hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang telihat dalam
hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan
hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi
mereka di perusahaan tersebut.
Dengan demikian teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan usahausaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan.
Masalah keagenan muncul jika: (1) Terdapat perbedaan tujuan (goals) antara
agen dan prinsipal, (2) Terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang
mahal bagi prinsipal untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang
diambil oleh agen. Selain itu, masalah keagenan juga akan terjadi jika antara
agen dan prinsipal mempunyai sikap atau pandangan yang berbeda terhadap
risiko.
Di dalam sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant)
yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham
(sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan
24
yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakantindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan
kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan
manajemen (agent) namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham
(principal). Namun kenyataan yang terjadi dibanyak perusahaan adalah
manajer
cenderung
memilih
tindakan-tindakan
yang
menguntungkan
kepentingannya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada
menguntungkan pemegang saham (Kodrat dan Herdinata, 2009).
Untuk mengatasi hal itu pihak pemegang saham sebagai prinsipal
melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu: monitoring, kebijakan
pemberian insentif atau hukuman dan dengan cara menanggung secara
bersama-sama atas risiko yang mungkin terjadi. Di dalam suatu organisasi
cara yang paling efektif untuk mengubah perilaku anggota organisasi agar
sesuai dengan yang diinginkan adalah dengan pemberian reward atau dengan
kata lain, dengan positif reinforcement, bukan dengan pemberian hukuman
(punishment). Pemberian reward (berupa penghargaan atau insentif) akan
berdampak baik dalam arti perilaku yang diinginkan tersebut besar
kemungkinan akan terulang lagi. Sebaliknya, bila digunakan hukuman,
pengaruh yang bisa timbul adalah munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan
sebagainya. Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja
yang selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah
informasi akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada
informasi lainnya.
25
Informasi akuntansi juga digunakan oleh para prinsipal untuk menilai
kinerja para manajer, yang selanjutnya dijadikan dasar dalam pemberian
reward (biasanya dalam bentuk bonus). Konsekuensi logis dari penggunaan
informasi akuntansi sebagai satu-satunya dasar dalam pemberian reward
tersebut adalah munculnya perilaku tidak
semestinya (dysfunctional
behaviour) dikalangan manajer. Manajer cenderung melakukan perataan
(smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa agar kinerjanya
tampak bagus.
3. Perataan Laba (Income Smoothing)
Perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba (earning
management). Manajemen laba dilakukan sebagai suatu proses yang dilakukan
dengan sengaja, dalam batasan general accepted accounting principles, untuk
mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan.
Perataan laba termasuk dalam pengertian manajemen laba tersebut. Perataan
laba dapat dipandang sebagai sebuah praktik dengan menggunakan teknikteknik akuntansi untuk mengurangi fluktuasi laba bersih selama beberapa
periode waktu
Penjelasan konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori
keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba
dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik
(principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau
mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dalam hubungan
26
keagenan, manajer memiliki asimetri infomasi terhadap pihak eksternal
perusahaan, seperti kreditor dan investor. Asimetri informasi terjadi ketika
manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan
mengetahui informasi tersebut relatif lebih cepat dibandingkan pihak eksternal
tersebut. Dalam kondisi demikian, manajer dapat menggunakan informasi
yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha
memaksimalkan kemakmurannya.
Sejalan dengan konsep manajemen laba, pembahasan konsep perataan
penghasilan juga menggunakan kerangka pikir teori keagenan, bahwa perataan
penghasilan timbul ketika terjadi konflik kepentingan antara manajemen dan
pemilik. Kesenjangan informasi antara manajemen dan pemilik memicu
munculnya perataan laba. Dalam Belkaoui (2000) dikatakan bahwa:
Perataan laba yang dilaporkan dapat didefenisi sebagai upaya yang sengaja
dilakukan untuk memperkecil atau fluktuasi pada tingkat laba yang
dianggap normal bagi perusahaan. Dalam pengertian ini perataan
merepresentasi suatu bagian upaya manajemen perusahaan untuk
mengurangi variasi tidak normal dalam laba pada tingkat yang diijinkan
oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang sehat.
Perusahaan-perusahaan besar memiliki dorongan yang lebih kuat
melakukan perataan laba dibandingkan perusahaan-perusahaan kecil, karena
perusahaan besar mendapatkan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah
maupun masyarakat umum.
Masing-masing pihak dalam hubungan keagenan terdorong oleh motivasi
yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Manajer yang termotivasi untuk
melakukan perataan penghasilan pada dasarnya ingin mendapat berbagai
27
keuntungan ekonomi dan psikologis, yaitu pertama, mengurangi total pajak
terutang. Kedua, meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan dividen yang stabil pula.
Ketiga, meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah. Dan keempat, siklus peningkatan
dan penurunan penghasilan dapat ditandingkan dan gelombang optimisme dan
pesimisme dapat diperlunak.
Perataan laba yang melalui proses waktu tertentu dapat dilakukan melalui
tiga cara. Pertama, manajemen dapat menentukan terjadinya kejadian tertentu
melalui kebijakan yang dimilikinya (misal: biaya dan pengembangan) untuk
mengurangi variasi laba yang dilaporkan. Sebagai alternatif, manajemen juga
dapat menentukan waktu pengakuan kejadian tersebut. Kedua, manajemen
dapat mengalokasikan pendapatan atau biaya tertentu untuk beberapa periode
akuntansi. Ketiga, manajemen memiliki kebijakan tersendiri di dalam
mengklasifikasikan pos-pos laba rugi tertentu di dalam kategori yang berbeda
(Barnet et al dalam Belkaoui, 2000).
Perataan laba bisa dihasilkan dari salah satu diantara perataan riil maupun
berasal dari perataan artificial (artificial smoothing), dimana dalam Dascher
dan Malcolm dalam Belkaoui (2000) dikatakan bahwa:
Perataan riil merujuk pada transaksi aktual yang dilakukan atau tidak
dilakukan atas dasar efek perataannya terhadap income, sedangkan
perataan artifisial merujuk pada prosedur akuntansi yang
diimplementasikan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
satu periode ke periode yang lain.
28
Usaha perataan laba yang dilakukan oleh manajemen dengan sengaja
mempunyai tujuan agar memberikan persepsi pada investor tentang kestabilan
laba yang diperoleh perusahaan. Laba yang stabil memberikan persepsi pada
investor bahwa tingkat return saham yang diharapkan tinggi dan tingkat resiko
dari portofolio saham rendah, sehingga tingkat kinerja dari perusahaan
tersebut kelihatannya baik. Selain itu pihak manajemen juga harus mengetahui
faktor-faktor apa saja yang bisa mempengaruhi perataan laba baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat return yang
diharapkan dan risiko dari portofolio saham (kinerja saham) sehingga investor
dapat mengambil suatu keputusan untuk investasi dengan tepat.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran
perusahaan
berfungsi
untuk
menginformasikan
besaran
perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total
nilai aset yang dimiliki perusahaan tersebut.
Ada beberapa cara dalam
mengukur ukuran perusahaan antara lain: total aset, nilai pasar saham, dan
lain-lain. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total aset
perusahaan (Machfoedz, 1994 dalam Suwito, 2005).
5. Financial Leverage
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
29
pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi (Sartono, 2001 dalam Budiasih, 2009).
Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka
ratio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkahlangkah penyusunan standart ratio pada financial leverage adalah dengan
menghitung financial leverage untuk tiap perusahaan, lalu menghitung ratarata hitungnya maupun median yang nantinya menjadi standard ratio dari
financial leverage. Dengan catatan, jika ada dijumpai rasio financial leverage
yang terlalu ekstrim, maka rasio tersebut dihapuskan (Munawir, 2007).
6. Net Profit Margin
Net profit margin ini mengukur seluruh efisiensi baik produksi,
administrasi, pemasaran, pendanaan, penentuan harga maupun manajemen
pajak. Net profit margin ini mengukur tingkat keefisienan seluruh aktivitas
yang terjadi pada perusahaan tersebut. Net profit margin dapat memberi
gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari
penjualan (Septoaji, 2002).
Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka
rasio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkahlangkah penyusunan standart ratio pada net profit margin adalah dengan
menghitung net profit margin untuk tiap perusahaan, lalu menghitung ratarata hitungnya maupun median yang nantinya menjadi standard ratio dari net
30
profit margin. Dengan catatan, jika ada dijumpai rasio net profit margin yang
terlalu ekstrim, maka rasio tersebut dihapuskan (Munawir, 2007).
7. Operating Profit Margin
Operating profit margin menunjukkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba operasi dalam kegiatan rutin perusahaan. Operating profit
margin diukur dengan rasio antara laba operasi dengan penjualan bersih.
Dalam menggunakan analisis rasio, diperlukan alat pembanding dari angka
rasio perusahaan yang sejenis yang disebut sebagai standard ratio. Langkahlangkah penyusunan standart ratio pada operating profit margin adalah
dengan menghitung
operating profit margin untuk tiap perusahaan, lalu
menghitung rata-rata hitungnya maupun median yang
nantinya menjadi
standard ratio dari operating profit margin. Dengan catatan, jika ada dijumpai
rasio operating profit margin yang terlalu ekstrim, maka rasio tersebut
dihapuskan (Munawir, 2007).
.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan pengaruh ukuran
perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin
terhadap perataan laba (income smoothing) disajikan pada tabel 2.1.
31
No
Nama
Peneliti
1.
Septoaji
(2002)
2.
Juniarti
dan
Carolina
(2005)
3.
Igan
Budiasih
(2009)
4
Suwito
(2005)
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul
yang
Hasil Penelitian
Digunakan
“Analisis Faktor- Net Profit Variabel Net Profit Margin
Faktor
yang Margin,
dan Financial Leverage
Mempengaruhi
Financial
berpengaruh
secara
Perataan
Laba Leverage,
signifikan terhadap perataan
(Income
Ukuran
laba (income smoothing).
Smoothing) Pada Perusahaan, Sedangkan untuk variabel
Perusahaan
Go Jenis
lain, tidak ada pengaruh
Public di Bursa Perusahaan ukuran perusahaan dan jenis
perusahaan terhadap perataan
Efek Jakarta”
laba (income smoothing).
“Analisis Faktor- Ukuran
Tidak ada pengaruh ukuran
Faktor
yang Perusahaan, perusahaan,
Net
Profit
Berpengaruh
Net Profit Margin,
dan
jenis
Terhadap
Margin,
perusahaan
terhadap
Perataan
Laba Jenis
perataan
laba
(income
(Income
Perusahaan smoothing).
Smoothing) Pada
PerusahaanPerusahaan
Go
Public”
“Faktor-Faktor
Ukuran
Variabel Ukuran Perusahaan,
yang
Perusahaan, Net Profit Margin dan
Mempengaruhi
Net Profit Dividend
Payout
Ratio
Praktik Perataan Margin,
berpengaruh
secara
Laba”
Dividend
signifikan terhadap perataan
laba (income smoothing).
Payout
Ratio, dan Sedangkan untuk variabel
Financial
lain, tidak ada pengaruh
Leverage.
Financial Leverage terhadap
perataan
laba
(income
smoothing).
Jenis Usaha, Tidak ada pengaruh dari
“Analisis
Ukuran
Pengaruh
variabel Jenis Usaha, Ukuran
Perusahaan,
Karakteristik
Perusahaan,
Profitabilitas,
Profitabilitas,
Perusahaan
Leverage Operasi, Net Profit
Leverage
Terhadap
Margin terhadap perataan
Operasi, Net
Tindakan
laba (income smoothing).
Profit
Perataan
Laba Margin
yang Dilakukan
Oleh Perusahaan
yang Terdaftar
32
5
Dewi
(2010)
6
Syahrian
a (2006)
7
Yulianto
(2007)
di Bursa Efek
Jakarta”
“Pengaruh Jenis
Usaha, Ukuran
Perusahaan Dan
Financial
Leverage
Terhadap
Tindakan
Perataan Laba
Pada Perusahaan
Yang Terdaftar
Di Bursa Efek
Indonesia”
“Analisis FaktorFaktor yang
Mempengaruhi
Perataan Laba
Pada Perusahaan
Manufaktur Yang
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia”
“Analisis
Perataan Laba :
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
dan
Kaitannya
dengan
Kinerja
Saham
Perusahaan
Publik
di
Indonesia”
Jenis Usaha,
Ukuran
Perusahaan,
Financial
Leverage
Variabel Jenis Usaha dan
Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh
signifikan terhadap tindakan
perataan laba. Financial
Leverage
berpengaruh
signifikan
terhadap tindakan perataan
laba.
Besaran
Perusahaan,
Net Profit
Margin,
Operating
Profit
Margin,
Return On
Asset
Besaran
Perusahaan,
Kelompok
Usaha,
Winner/lose
r
Stocks,
Net Profit
Margin, dan
Operating
Profit
Margin
Variabel
Besaran
Perusahaan,
Net
Profit
Margin dan Return on Asset
tidak berpengaruh pada
praktik
perataan
laba.
Variabel Operating Profit
Margin berpengaruh pada
praktik perataan laba.
Variabel
Besaran
Perusahaan,
Kelompok
Usaha,
Winner/loser Stocks, Net
Profit
Margin,
dan
Operating Profit Margin
tidak berpengaruh pada
praktik perataan laba.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori
dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang
33
diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta
merumuskan hipotesis (Jurusan Akuntansi, 2004). Untuk menggambarkan
faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba, maka penulis menyusun
kerangka konseptual (theoretical framework) sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Ukuran
Perusahaan
(X1)
Perataan
Financial
Leverage
(X2)
Laba (Income
Ha
Net Profit
Margin
(X3)
Smoothing)
(Y)
Operating
Profit Margin
(X4)
Ukuran
perusahaan
berfungsi
untuk
menginformasikan
besaran
perusahaan, dimana pada penelitian ini ukuran perusahaan dilihat dari total
nilai aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan yang berukuran besar
akan lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan
perusahaan kecil, karena perusahaan kecil cenderung tidak akan mendapatkan
perhatian yang lebih besar dari analis dan calon investor dibandingkan
perusahaan besar. Sebaliknya perusahaan yang memiliki aktiva besar yang
kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat
lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analis, investor,
34
maupun pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar diperkirakan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba.
Financial leverage menunjukkan proporsi penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Semakin besar utang perusahaan maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan meminta tingkat
keuntungan yang semakin tinggi. Akibat kondisi tersebut perusahaan
cenderung untuk melakukan perataan laba.
Net profit margin mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap
mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja
manajemen yang penting sebagai dasar pembagian deviden kepada para
pemegang saham. Semakin tinggi, net profit margin yang dihasilkan
perusahaan maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di
mata para investor.
Operating profit margin menunjukkan kemampuan manajemen untuk
menghasilkan laba operasi dalam kegiatan rutin perusahaan. Semakin besar
perubahan operating profit margin menunjukkan semakin besar fluktuasi
kemampuan manajemen dalam menghasilkan laba operasi. Hal ini
mempengaruhi
investor
dalam
memprediksi
laba
dan
memprediksi
kelangsungan usaha perusahaan sehingga memberikan dampak pada
kepercayaan
investor
terhadap
perusahaan.
Sehubungan
dengan
itu,
manajemen termotivasi untuk melakukan perataan laba supaya laba yang
dilaporkan tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan
35
investor terhadap perusahaan. Dengan demikian, semakin besar perubahan
operating profit margin maka semakin besar kemungkinan manajemen
melakukan perataan laba.
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penetian sebagai berikut:
Ha: ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin dan operating
profit margin berpengaruh terhadap perataan laba (income smoothing)
baik secara parsial maupun simultan.
Download