59 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum

advertisement
59
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Dayeuhkolot
4.1.1 Kondisi Fisik
4.1.1.1 Letak dan Luas
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten
Bandung yang dengan luas wilayah Kecamatan Dayeuhkolot adalah 1.125 Ha.
Berdasarkan Peta Rupa Bumi lembar Bandung dan Ujungberung letak
astronomis 107o35’30” BT -107o38’30” BT dan 06o57’30” LS – 06o59’24” LS.
Secara geografis Kecamatan Dayeuhkolot berbatasan dengan :
Sebelah Utara
: Kotamadya Bandung
Sebelah Selatan : Kecamatan Baleendah
Sebelah Timur : Kecamatan Bojongsoang
Sebelah Barat
: Kecamatan Margahayu
Kecamatan Dayeuhkolot terdiri atas 5 desa dan 1 kelurahan yang meliputi
Desa Cangkuang Wetan, Desa Cangkuang Kulon, Desa Sukapura, Desa
Citeureup, Desa Dayeuhkolot dan Kelurahan Pasawahan
Secara geografis letak Kecamatan Dayeuhkolot sangat strategis karena
merupakan salah satu daerah penyangga antara pusat kota dengan daerah di
sekitarnya. Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan ibu Kota
Kabupaten adalah 15 km (45 menit); dan jarak dengan ibu Kota Propinsi adalah
23 km (1 jam). Peta wilayah administrasi Kecamatan Dayeuhkolot disajikan
pada Gambar 4.3. Adapun luas dan ketinggian desa/kelurahan di Kecamatan
Dayeuhkolot ditunjukkan pada Tabel 4.1
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
60
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
61
Tabel 4.1
Luas dan Ketinggian Desa/Kelurahan di Kecamatan Dayeuhkolot
Kabupaten Bandung
No
Desa/Kelurahan
Cangkuang Kulon
Cangkuang Wetan
Sukapura
Citeureup
Dayeuhkolot
Pasawahan
Total
1
2
3
4
5
6
Rata-rata Ketinggian
(m dpl)
685
682
684
683
681
678
Luas Wialayah
(Ha)
234,05
216,64
171,15
188,71
91,22
201,15
1.102,91
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa daerah penelitian ini
termasuk daerah dengan topografi datar, artinya rata-rata ketinggian antara satu
desa/kelurahan dengan desa/kelurahan lainnya hampir memiliki ketinggian yang
sama (lihat Gambar 4.2). Adapun luas wilayah antara satu desa/kelurahan
dengan desa/kelurahan lainnya pun berbeda-beda (lihat Gambar 4.3).
686
684
685
684
683
682
682
681
680
678
678
676
674
Cangkuang
Kulon
Cangkuang
Wetan
Sukapura
Citeureup
Dayeuhkolot Pasawahan
Ketinggian…
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Gambar 4.2
Grafik Rata-rata Ketinggian Desa/Kelurahan
di Kecamatan Dayeuhkolot
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
62
Pasawahan;
201,15
Cangkuang
Kulon; 234,05
Dayeuhkolot;
91,22
Citeureup;
188,71
Sukapura;
171,15
Cangkuang
Wetan;
216,64
Sumber: Kabupaten Bandung dalam Angka, 2010.
Gambar 4.3
Perbandingan Luas Wilayah Desa/Kelurahan
di Kecamatan Dayeuhkolot
Pada Tabel 4.1 menunjukan rata-rata ketinggian desa/kelurahan di
Kecamatan Dayeuhkolot relatif datar yaitu berkisar 600 - 700 m dpl. Adapun
berdasarkan luasnya, Kecamatan Dayeuhkolot adalah 1.102,91 Ha (lihat
Gambar 4.3). Wilayah terluas adalah Desa Cangkuang Kulon dengan luas
234,05 Ha, sedangkan wilayah yang meiliki luas tersempit adalah Desa
Dayeuhkolot dengan luas 91,22 Ha.
4.1.1.2 Kondisi Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca disuatu wilayah yang meliputi daerah
luas untuk jangka waktu yang relatif lama. Suatu daerah yang memiliki
karakteristik yang sama dan berada pada satu zone atau kawasan yang sama,
kemungkinan besar akan memiliki iklim yang sama pula. Unsur-unsur iklim
terdiri atas penyinaran matahari, suhu (temperature), curah hujan, tekanan
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
63
udara, kelembapan udara, angin dan keawanan. Adapun faktor yang
mempengaruhi keadaan iklim suatu daerah adalah rotasi dan revolusi bumi,
letak lintang geografis serta letak relief dan kondisi geografik lokal. Terdapat
beberapa cara pengklasifikasian untuk menentukan tipe iklim suatu daerah,
diantaranya adalah: sistem klasifikasi Junghun, Koppen, Schmidt-ferguson
(SF), Thornwite dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistem klasifikasi iklim
Schmidt-Ferguson dan Koppen. Sistem klasifikasi ini dipilih karena
perhitunganya sederhana dan cocok dengan daerah penelitian terutama untuk
daerah tropis.
4.1.1.2.1. Sistem Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson
Sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson membagi iklim menjadi delapan tipe
dengan lambang huruf A sampai dengan H. Dasar-dasarnya dibuat atas analisis
kuantitatif-statistika yakni hanya memperhitungkan kriteria bulan kering dan
bulan basah dalam kurun waktu tertentu, yakni 10 tahun atau lebih. Rasio ratarata bulan kering dan bulan basah menghasilkan nilai Q. Ketentuan dalam
klasifikasi ini, suatu bulan dikatakan bulan kering (d) apabila endapan hujannya
kurang dari 60 mm, dikatakan bulan lembab (h) bila endapan hujannya 60-100
mm, sedangkan dapat dikatan bulan basah (w) apabila endapan hujannya lebih
dari 100 mm.
Rumus yang digunakan untuk menentukan tipe iklim menurut SchmidtFerguson adalah sebagai berikut:
𝑀𝑑
Q = 𝑀𝑤 X 100%
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
64
Dimana:
Q
Md
Mw
= Tipe iklim Schmidt-Ferguson
= Rata-rata bulan kering
= Rata-rata bulan basah
(Rafi’i, 1995:295)
Nilai Q untuk penentuan tipe iklim suatu daerah menurut Schmidt-
Ferguson ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2
Nilai Q untuk Tipe Iklim Schmidt-Ferguson
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Nilai Q (%)
0,0 – 14,0
14,0 – 33,3
33,3 – 60,0
60,0 – 100,0
100,0 – 167,0
167,0 – 300,0
300,0 – 700,0
>700
Tipe Iklim
A
B
C
D
E
F
G
H
Sifat
Sangat basah
Basah
Agak basah
Sedang
Agak kering
Kering
Sangat kering
Ekstrim kering
Sumber: Rafi’i, 1995.
Berdasarkan tabel di atas, tipe iklim ini terbagi menjadi delapan tipe yang
sifatnya terdiri atas sangat basah, basah, agak basah, sedang, agak kering,
kering, sangat kering dan ekstrim kering. Untuk daerah penelitian dapat
dihitung berdasarkan tipe iklim Schmidt-Ferguson terlebih dahulu harus
memperhatikan curah hujan bulanan selama 10 tahun. Setelah diketahui curah
hujannya selama 10 tahun, selanjutnya dihitung jumlah bulan basah, bulan
lembab dan bulan kering pada tahun-tahun tersebut. Berikut ini disajikan data
curah hujan Kecamatan Dayeuhkolot yang diperoleh dari Kantor BMG Stasiun
Geofisika kelas 1 Bandung Tahun 2001 – 2010. Data tersebut ditunjukkan pada
Tabel 4.3. Adapun jumlah bulan basah, bulan lembab dan bulan kering daerah
penelitian ditunjukkan pada Tabel 4.4.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
65
Tabel 4.3
Data Curah Hujan Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Rerata
Jan Feb
Mar
297
156
228
389
93
338
87
213
124
413
116
308,5
222
389
395
230
268
177
255
306
315
165
103
448
194
221
314
284
485
538
2.536 2.350 3.185.5
253.6
235 318.55
Apr
430
207
202
161
175
238
495
146
43
142
2.239
223.9
Bulan
Jun
88
21
29
33
93
24
126
5
6
127,5
552.5
55.25
Mei
227
28
51
298
39
86
112
25
157
245,5
1.023
102.3
Jul
146
34
0
61
0
22
59
0
8
169
499
49.9
Ags
32
0
27
0
86
5
34
18
71
62,5
335.5
33.55
Sep
42
0
41
72
79
45
52
22
33
308
694
69.4
Sumber: BMG Stasiun Geofisika kelas 1 Bandung Tahun 2001 – 2010.
Tabel 4.4
Frekuensi Bulan Basah, Bulan Lembab dan Bulan Kering
Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Rerata
Bulan
Basah
9
3
6
5
5
6
9
7
7
11
68
6.8
Jumlah Bulan
Bulan
Bulan
Lembab
Kering
1
2
2
7
1
5
2
5
4
3
1
5
0
3
0
5
1
4
1
0
12
39
1.2
3.9
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Okt
Nov
336
582
0
23
282
255
24
0
0
68
21
108
260
331
104
557
168
210
176
364
1.371 2.498
137.1 249.8
Des
198
79
212
0
243
194
413
352
122
310
2.123
212.3
66
Sumber: Hasil perhitungan, 2011.
Gambar 4.4
Grafik Frekuensi Bulan Basah, Bulan Lembab dan Bulan Kering
Kecamatan Dayeuhkolot Tahun 2001 – 2010
Tabel 4.3 menunjukkan besarnya curah hujan Kecamatan Dayeuhkolot
selama 10 tahun dari tahun 2001 – 2010. Data tersebut menunjukkan bahwa
Kecamatan Dayeuhkolot memiliki curah hujan rata-rata selama 10 tahun adalah
212,3. Adapun untuk mengetahui tipe iklim menurut Schmidt-Ferguson terlebih
dahulu harus diketahui jumlah rata-rata bulan basah dan bulan kering. Data
tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.4. Pada Gambar 4.4 menunjukan grafik
frekuensi bulan basah, bulan lembab dan bulan kering di daerah penelitian
selama 10 tahun, yaitu tahun 2001 – 2010. Untuk mengetahui tipe iklim
berdasarkan Schmidt-Ferguson dapat dihitung dengan memasukan rata-rata
bulan basah dan bulan kering ke dalam rumus sebagai berikut:
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
Q=
𝑀𝑑
X 100%
𝑀𝑤
Q=
3,9
6,8
X 100%
Q = 57,352 %
Hasil perhitungan di atas menunjukan bahwa Q adalah 57,352 %. Angka ini
menunjukan bahwa Kecamatan Dayeuhkolot termasuk iklim C yang bersifat agak
basah.
4.1.1.2.2. Sistem klasifikasi iklim menurut Koppen
Adapun klasifikasi iklim menurut Koppen dikelompokan ke dalam lima
iklim utama di muka bumi berdasarkan lima prinsip kelompok nabati. Kelima
kelompok iklim tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5
Klasifikasi Iklim Koppen
No
1
Lambang
A
Jenis
Iklim hujan tropik (Tropical
rainy climates)
2
B
Iklim kering (Dry climates)
3
C
4
D
Iklim lintang sedang yang
dipengaruhi lautan (Middle
latitude rainy climates)
Iklim lintang sedang yang
dipengaruhi daratan
5
E
Iklim kutub (Polar climates)
Karakteristik
Iklim hujan tropik dengan suhu pada bulan-bulan
terdinginnya >18° C. Terdapat dua subregion yang khas
yaitu Af (tipe iklim tropik basah) dan Aw (tipe iklim basah
dan kering tropik) yang ekstrem, sedangkan di antaranya
terletak subregion Am (peralihan Af dan Aw).
Kemampuan penguapan lebih besar daripada endapan
hujan. Tidak terdapat surplus air yang tersisa, baik di dalam
maupun permukaan tanah.
Iklim hujan sedang hangat. Rata-rata suhu bulan-bulan
terdingin -3° C sampai 18° C, sedangkan rata-rata suhu
bulan-bulan panasnya >10° C.
Iklim hutan bersalju dingin. Rata-rata suhu bulan-bulan
terdingin <-3° C dan rata-rata suhu bulan-bulan terpanas
>10° C.
Rata-rata suhu pada bulan-bulan terpanas <10° C. di daerah
yang tinggi sekali suhu udaranya jauh di bawah nol dan
seringkali tanahnya membeku.
Sumber: Rafi’i, 1995.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Tabel 4.5 menunjukan karakteristik dari setiap tipe iklim. Untuk
mengetahui tipe iklim Koppen yang terdapat di daerah penelitian, terlebih dahulu
harus memperhitungkan suhu udaranya. Adapun suhu udara di daerah penelitian
selama 10 tahun ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6
Suhu Udara Tahun 2001-2010 di Dayeuhkolot
Tahun
Bulan
Jumlah
Ratarata
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Januari
22.7
22.7
22.7
23.9
23.8
23.3
23.1
23.1
23.3
23.3
231.9
23.2
Februari
22.8
22.7
22.9
23.3
23.1
23.1
23.5
22.9
22.5
22.5
229.3
22.9
Maret
23.1
23.1
23.5
23.4
23.8
23.6
23.9
23.0
22.8
22.8
233
23.3
April
22.3
23.3
23.7
24.1
23.9
23.7
23.5
23.4
22.9
22.9
233.7
23.4
Mei
23.6
23.5
23.9
24.2
24.6
23.8
23.3
23.4
23
23
236.3
23.6
Juni
22.8
23.1
23.4
23.5
22.3
23.4
22.7
23.4
22.7
22.7
230
23.0
Juli
22.9
22.4
23.2
22.9
22.9
22.8
23
23.0
22.7
22.7
228.5
22.9
Agustus
23
23.2
22.9
23.4
23.1
23.4
22.6
23.6
23.1
23.1
231.4
23.1
September
23.2
23.8
23.7
23.6
23.5
23.6
23.6
24.4
24.2
24.2
237.8
23.8
Oktober
23.7
22.7
24.9
23.7
24.5
23.5
24.4
23.4
24
24
238.8
23.9
November
23.3
24
24.3
23.7
23.9
23.4
24.8
23.3
23.1
23.1
236.9
23.7
Desember
23.9
23.1
23.6
23.7
23
23.2
23.2
23.5
23.4
23.4
234
23.4
277.3
277.6
282.7
283.4
282.4
280.8
281.6
280.4
277.7
277.7
2801.6
280.2
Rata-rata
23.1
23.1
23.6
23.6
23.5
23.4
23.5
23.4
23.1 23.1
Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Bandung Tahun 2001-2010.
233.5
23.3
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.6, suhu udara rata-rata daerah penelitian di Kecamatan
Dayeuhkolot selama 10 tahun adalah 23,3° C. Angka ini menunjukan bahwa 23,3°
C lebih besar dari 18°C sehingga masuk pada tipe iklim A. Adapun ciri tipe iklim
ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = 100 – 0,04X
Keterangan:
Y = Endapan hujan dalam bulan atau periode terkering.
X = Endapan hujan tahunan di daerah yang bersangkutan.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Jika Y < 100 – 0,04X maka tipe iklimnya adalah Aw. Jika Y > 100 – 0,04 X
maka tipe iklimnya Am. Adapun jika Y = 100 – 0,04X maka tipe iklimnya antara
Af.
.Kondisi yang terdapat di daerah penelitian, endapan hujan tahunannya
mencapai 1.523 mm/tahun. Sedangkan jumlah endapan pada bulan terkering
adalah 29,6 mm. Maka dapat dihitung dengan cara sebagai berikut.
Y
= 100 – 0,04 X
29,6
= 100 – 0,04 x 1.523
29,6
= 100 – 60,92
29,6
< 39,08
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Y < 100 – 0,04X.
Hal ini menunjukan bahwa daerah ini termasuk tipe iklim Aw. Tipe iklim Aw
menurut Rafi’i (1995:200) ialah tipe iklim basah dan kering tropik (tropical wet
and dry climate). Huruf w menandakan adanya musim kering dalam periode
musim dingin yaitu periode pada kedudukan matahari rendah. Ciri khasnya ialah
curahan hujan sekurang-kurangnya satu bulan mempunyai endapan hujan lebih
kecil dari 60 mm.
4.1.1.3 Kondisi Geologi
Proses geologi merupakan proses perubahan pada bumi, baik perubahan
struktur batuan pembentuk kulit bumi, maupun perubahan yang terjadi pada
bentuk lahan di permukaan bumi. Proses geologi pada suatu wilayah pada
hakikatnya menentukan formasi batuan yang tersusun pada wilayah tersebut.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
Batuan merupakan bagian lahan yang berperan dalam menentukan
ketersediaan air dalam tanah. Batuan yang kompak sangat sulit di tembus air
sedangkan batuan yang tidak kompak mudah menyerap air. Menurut Van
Bemmelen (1949), berdasarkan kondisi geologisnya, jawa Barat dikelompokkan
menjadi empat zone, yaitu:
a. Zone dataran rendah Jakarta, meliputi Serang dan Rangkasbitung di banten
sampai dengan Cirebon.
b. Zone bogor, meliputi Jasinga hingga Kali Pemali dan bumiayu Jawa Tengah.
c. Zone Bandung, yaitu depresi antar Montana mulai dari Pelabuhan Ratu,
melalui lembah Ci Mandiri, dataran tinggi Cianjur, dataran tinggi Bandung,
dataran tinggi Garut, lembah Ci Tanduy dan berakhir di Sagara Anakan.
d. Zone pegunungan Selatan, terbentang dari Teluk Pelabuhan ratu sampai
dengan Nusa Kambangan di sebelah selatan Sagara Anakan dan Cilacap.
Pembagian stratigafi daerah Bandung telah dilakukan oleh beberapa ahli
geologi, diantaranya Van Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973) yang membagi
wilayah Geologi Bandung dan sekitarnya dalam Tabel 4.7 (Tabel Stratigrafi
Daerah Bandung).
Tabel 4.7
Stratigrafi Daerah Bandung
Umur
Resen
Van Bemmelen (1934)
Aluvium sungai dan endapan danau
Hasil gunungapi muda tak teruraikan
Sitonga (1973)
Aluvium endapan danau dan koluvium
Hasil gunungapi muda tak teruraikan
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
Erupsi C
Erupsi B
Erupsi A
Hasil gunungapi tua tak teruraikan
Plistosen Hasil gunung api lebih tua
Breksi dan tuf
Pliosen
Tjilanang Lagen
Miosen
Hasil gunungapi tua pasir
Hasil gunungapi muda lava
Hasil gunungapi muda tufa berbatuapung
Hasil gunungapi tua
Hasil gunungapi lebih tua
Breksi tufaan, lava, konglomerat
Formasi Citalang
Formasi Kaliwangu
Formasi Cilanang dan Formasi Subang
Sumber: Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973)
Selain Van Bemmelen (1934) dan Sitonga (1973), Hartono (1980) membagi
daerah Bandung menjadi beberapa formasi yang dilengkapi dengan jenis batuan
dan ketebalan dari masing-masing formasi tersebut, pembagian tersebut dapat di
lihat pada tabel 4.7 (Tabel stratigrafi daerah Bandung, Hartono).
Berdasarkan penejelasan diatas dapat disimpulkan bahwa lokasi penelitian
termasuk dalam zone Bandung. Zone Bandung ini merupakan depresi struktural
dari Geantiklinal Jawa yang telah hancur pada zaman akhir zaman tersier. Secara
Geologis, Kecamatan Dayeuhkolot berasal dari hasil gunungapi yang teruraikan
dan endapan Danau Bandung. Unit geologi di Kecamatan Dayeuhkolot
merupakan endapan danau dengan luas 1.102,91 ha (setara dengan luas wilayah).
Lebih jelasnya lihat pada Gambar 4.5.
Daerah penelitian merupakan titik terendah di Kawasan Bandung sehingga
air mengalir ke daerah ini, yang akhirnya daerah tersebut sangat rawan terkena
banjir dari luapan sungai yang pada akhirnya akan mengkontaminasi-
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
kualitas airtanah akibat larutan atau zat yang terangkut oleh aliran sungai yang
meluap.
Tabel 4.8
Stratigrafi daerah Bandung
Umur
Satuan
Stratigrafi
Endapan
sungai
Tebal
(m)
Formasi
Cikidang
0–6
±5
Holosen
Formasi
Plistosen Kosambi
Atas
Formasi
Cibeureum
Plistosen Formasi
Cikapundung
Bawah
0 – 80
0 – 180
± 0 – 350
Keterangan
Bahan Lepas tidak terkonsolidasi, berukuran
lempung sampai bongkah
Bidang Erosi
Lava basalt berstruktur kekar kolam, konglomerat
vulkanik, tufa kasar berlapis sejajar dan breksi
vulkanik yang kadang-kadang berwarna coklat tua
Batu lempung, vulkanik, batu lanau vulkanik dan
batu pasir vulkanik, mengandung sisa tumbuhan,
setempat-setempat dijumpai struktur pelapisan
sejajar dan silang siur.
Perubahan urut-urutan breksi tufa, fragmen skoria
andesit basalt dan batu apung.
Bidang Erosi
Konglomerat vulkanik, breksi vulkanik, tufa dan
sisipan lava andesit, umumnya berwarna lebih
terang dari formasi lainnya, fragmen piroksen
andesit.
Sumber: Hartono, 2009
Secara keseluruhan, kondisi geologi di lokasi penelitian terdiri dari endapan
danau yang membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi, mengandung
sisa-sisa tumbuhan, moluska air tawar dan vertebrata. Endapan ini membentuk
dataran Bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m. terdiri dari lempung,
lanau, pasir halus hingga kasar, krikil dan bongkahan batuan beku dan sedimen.
Unit geologi yang menyusun Kecamatan Dayeuhkolot adalah Ql (endapan
danau); membentuk lapisan mendatar dengan sisipan breksi. Mengandung sisasisa tumbuhan, moluska air tawar dan vertebrata. Endapan ini membentuk dataran
bandung dan tebalnya mencapai lebih dari 100 m. terdiri dari lempung, lanau,
pasir halus hingga kasar, kerikil dan bongkahan batuan beku dan sedimen.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
4.1.1.4 Kondisi Geomorfologi
Geomorfologi merupakan ilmu yang menafsirkan berbagai bentukan dengan
perubahannya dalam suatu hubungan sistem keruangan di permukaan bumi, serta
manfaatnya
bagi
kehidupan
manusia.
Menurut
Tisnasomantri
(1995:5)
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari dan menafsirkan berbagai bentukan
dengan perubahannya dalam suatu hubungan sistem
keruangan dipermukaan
bumi, serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Keadaan Geomorfologi di
Kecamatan Dayeuhkolot umumnya relatif datar dengan kemiringan lereng antara
0 – 2 % (Kelas I). Dapat dilihat pada peta kemiringan lereng Gambar 4.6.
Dalam menentukan kondisi geomorfologi daerah penelitian, perlu diketahui
terlebih dahulu variasi tingkat kemiringan lerengnya. Kemiringan lereng dapat
diketahui dengan cara melihat kerapatan antar konturnya.
Ketinggian lokasi penelitian rata-rata adalah 682 m dpl dengan titik
terendah di daerah penelitian adalah 678 m dpl berada di Kelurahan Pasawahan
dan titik tertinggi adalah 688 m dpl berada di Desa Cangkuang Kulon.
Berdasarkan hasil intepretasi peta rupabumi dan penelitian dilapangan maka
diketahui bahawa kondisi morfologi di Kecamatan Dayeuhkolot secara
keseluruhan relatif datar dan berada pada kelas kemiringan lereng I atau antara 0 –
2 %. Berdasarkan bentuk geomorfologinya, Kecamatan Dayeuhkolot secara
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
76
keseluruhan tergolong ke dalam bentuk
asal fluvial (form of flufial origin).
Bentukan ini merupakan hasil proses fluvial dengan batuan induk berupa alluvium
sampai kolovium serta berumur relatif muda.
4.1.1.5. Kondisi Tanah
Tanah merupakan bahan mineral yang tidak padat, terletak di permukaan
bumi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi
bahan induk, iklim, organisme dan topografi pada suatu periode waktu tertentu.
Tanah dipandang sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan
yang telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk lapisan partikel halus. Selain daripada itu tanah juga merupakan salah
satu unsur untuk mengetahui kondisi air, baik tingkat kemudahan maupun
kesukaran air masuk kedalam tanah sehingga menjadi airtanah. Tingkat kelolosan
air akan lebih tinggi jika tanah memiliki pori yang cukup besar, sedangkan jika
tanah berpori kecil dan berstruktur gumpal maka akan meiliki tingkat kelolosan
air yang rendah.
Tanah adalah benda yang berwujud padat (solid), cair (liquid), dan gas yang
tersusun oleh bahan inorganik dan bahan organik yang terdapat dalam lahan atau
land (Rafi’i, 1982 : 9). Jenis tanah yang tersebar di daerah penelitian terdiri dari
dua jenis tanah, yaitu alluvial dan latosol. Komposisi jenis tanah di daerah
penelitian disajikan pada Tabel 4.9.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
Tabel 4.9
Komposisi Luas Jenis Tanah
No
1.
2.
Luas
(Ha)
1.044,5
80,5
1.125,0
Jenis Tanah
Alluvial
Latosol
Jumlah
Persentase
(%)
92,8
7,8
100,0
Sumber : Peta Jenis Tanah Basemap Indonesia dan hasil perhitungan peneliti 2011
Luas (Ha)
Alluvial
Latosol
7%
93%
Sumber: Hasil perhitungan peneliti,2011.
Gambar 4.7
Grafik Luas Jenis Tanah di Kecamatan Dayehukolot
Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui komposisi jenis tanah di daerah
penelitian. Penjelasan mengenai jenis tanah di daerah penelitian dijelaskan
sebagai berikut :
1.
Tanah Latosol
Tanah latosol yaitu tanah yang memiliki lapisan solum tanah yang tebal
sampai sangat tebal antara 130 cm – 5 m bahkan lebih, sedangkan batas antara
horizon tidak begitu jelas. Warnanya merah, cokelat sampai kekuning-kuningan.
Kandungan bahan organiknya berkisar antara 3-9% atau rata-rata sekitar 5%.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
Reaksi tanah berkisar antara pH 4,5 – 6,5 yaitu dari asam sampai agak asam.
Struktur remah, tekstur liat-liat berpasir dan konsistensi adalah gembur. Dari
warna bisa dilihat kandungan unsur haranya dari rendah sampai sedang. Mudah
sampai agak sukar merembeskan air. Umunya tanah latosol memiliki sifat mudah
meloloskan air.
2.
Tanah Aluvial
Tanah ini merupakan perkembangan dari bahan alluvium (endapan muda)
mempunyai susunan berlapis atau kadar c-organik tidak teratur dan tidak
mempunyai horizon diagnostik, kadar fraksi pasir berkurang 60% pada kedalaman
antara 25-100 cm dari permukaan tanah, terdapat di daerah yang mempunyai
bentuk wilayah datar, tekstur bervariasi, struktur lempung liat berpasir, lempung
berdebu, dan remah, konsistensi tidak teguh, tidak melekat sampai agak melekat
dan pH agak masam. Secara umum, sifat jenis tanah ini mudah digarap, dapat
menyerap air dan permeabel. Jenis tanah ini memiliki kemampuan lebih rendah
untuk meloloskan air apabila dibandingkan dengan tanah latosol.
Berdasarkan Gambar 4.7, jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang
paling banyak terdapat di daerah penelitian. Jenis tanah ini tersebar di sebagian
besar di daerah utara, barat dan timur Kecamatan Baleendah, sedangkan latosol
terdapat di sebagian kecil bagian selatan. Untuk lebih jelasnya lihat Peta jenis
tanah pada Gambar 4.8.
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
4.1.1.6. Kondisi Hidrologi
Hidrologi menurut Manan (1976:6) merupakan “suatu ilmu yang
mempelajari tentang air dalam segala bentuknya, baik di atas, di dalam, maupun
di permukaan tanah”. Masalah yang dibahas meliputi distribusi, sirkulasi, sifatsifat kimiawi dan sifat-sifat fisik serta reaksi dari lingkungan yang mati maupun
yang hidup terhadap air.
Kecamatan dayeuhkolot berada di Cekungan Bandung yang merupakan
daerah potensial tempat akumulasi air tanah. Dilihat dari posisinya, air mengalir
dari arah selatan ke utara yaitu ke Ci Tarum, maka sungai ini diperkirakan sebagai
aliran dasar (base flow) atau mengikuti kemiringan, baik itu berupa air permukaan
maupun air tanah. Sebagian besar air tanah di daerah perbukitan di pasok oleh air
sungai (efflient stream).
4.1.1.7. Hidrogeologi
Hidrogeologi mempelajari tentang batuan yang mempengaruhi kelolosan air
kedalam tanah. suatu Suatu daerahdengan daerah lain memiliki tingkat
produktivitas akuifer yang berbeda pula, hal ini ditentukan atas dasar topografi,
penggunaan lahan dan jenis batuan.
Kondisi hidrogeologi di Cekungan Bandung memungkinkan terjadinya
airtanah yang sangat besar di bagian kaki gunung muda, dan bagian tepi dari suatu
depresi seperti Dataran Bandung. Dalam pemanfaatan sumberdaya airtanah di
Cekungan Bandung terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan yaitu
keterdapatan sumberdaya airtanah untuk pemenuhan kebutu-
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
Teguh Nugraha,2013
Kualitas Airtanah Dangkal Di Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download