- Universitas Udayana Repository

advertisement
PEMBERIAN LATIHAN AEROBIK MENINGKATKAN KAPASITAS KARDIORESPIRASI
PADA MAHASISWA PEROKOK AKTIF DI DENPASAR
1 Ni Kadek Rieska Dewi Apsari Putri , 1Ni Wayan Tianing, 2I Made Muliarta
1. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali
2. Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar Bali
ABSTRAK
Perokok aktif adalah orang yang mempunyai kebiasaan menghisap rokok atau mengkonsumsi rokok.
Penurunan oksigen (O2) karena merokok menyebabkan perokok memiliki tingkat jantung istirahat yang lebih
tinggi daripada bukan perokok yang berarti jantung mereka selalu bekerja keras untuk memompa darah dan
oksigen (O2) ke tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa latihan aerobik dapat
meningkatkan kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif. Latihan aerobik yang diberikan adalah
jogging dan sepeda. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre dan post test control
group design. Sampel penelitian berjumlah 30 orang yang dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 diberikan
latihan jogging sedangkan Kelompok 2 diberikan latihan sepeda. Pengukuran kapasitas kardiorespirasi
menggunakan tes cooper (lari 12 menit). Setelah memperoleh data hasil penelitian, dilakukan uji normalitas
dengan Shapiro Wilk Test dan uji homogenitas dengan Levene’s Test. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan
Paired Sample t-test untuk mengetahui perbedaan rerata sebelum dan sesudah latihan pada masing-masing
kelompok. Pada Kelompok 1 diperoleh hasil p=0,000 dengan beda rerata 11,66±2,25 dan pada Kelompok 2
diperoleh hasil p=0.000 dengan beda rerata 11,46±2,23. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kapasitas kardiorespirasi yang bermakna pada setiap kelompok. Pada uji beda selisih antara Kelompok 1 dengan
Kelompok 2 yang menggunakan Independent Sample T-test diperoleh p=0,809 (p>0,05). Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian latihan aerobik dapat meningkatkan kapasitas
kardiorespirasi pada mahasiswa perokok aktif di Denpasar.
Kata Kunci: latihan, aerobik,, kapasitas, kardiorespirasi, perokok aktif
AEROBIC EXERCISE IMPROVES CARDIORESPIRATORY CAPACITY AMONG ACTIVELYSMOKING STUDENTS IN DENPASAR
ABSTRACT
Active smokers are people who have the habit of sucking or consuming cigarettes. Oxygen depletion due
to smoking causes smokers have resting heart rates are higher than in non-smokers, which means they are always
the heart work harder to pump blood and oxygen to the body. The purpose of this study was to prove that aerobic
exercise can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers. Aerobic exercise is jogging and bike
given. This research is an experimental research design with pre and post test control group design. These
samples included 30 people who were divided into two groups. One group was given exercises jogging while
Group 2 was given an exercise bike. Cardiorespiratory capacity measurement using cooper test (running 12
minutes). After receiving the result of the research, conducted by Shapiro Wilk normality test and homogeneity
test with Levene's test. Furthermore test the hypothesis by paired sample t-test to determine the differences
between the mean before and after exercise in each group. In the first Group 1 obtained the value p = 0.000 with
a mean difference 11,66±2,25, while the second Group 2 obtained the value p = 0.000 with a mean difference
11,46±2,23. The results showed that there was a significant increase in cardiorespiratory capacity in each group.
At different test the difference between Group 1 with Group 2 that using independent sample t-test obtained by
value p = 0,809 (p > 0.05). Based on these results, it can be concluded that the administration of aerobic exercise
can improve cardiorespiratory capacity in students active smokers in Denpasar
Keywords: aerobic, exercise,, cardiorespiratory, capacity, active smokers
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman di Indonesia saat
ini membawa banyak perubahan bagi
lingkungan
maupun
masyarakatnya.
Perubahan yang sering terjadi ialah
perubahan perilaku pada seseorang. Ada
perilaku yang menguntungkan dan juga
merugikan diri sendiri serta orang lain.
Salah satu contoh perilaku yang merugikan
diri sendiri dan juga orang lain ialah
merokok. Merokok cenderung dilakukan
oleh orang dewasa, namun seiring dengan
perkembangan zaman merokok juga
banyak dilakukan oleh remaja bahkan
anak-anak. Saat ini prevelansi perokok
umur 15 tahun ke atas mengalami
kenaikan dari 27% (1995) mencapai
34,7% (2010). Jumlah perokok laki-laki
dewasa pada tahun 1995 sebesar 53% dan
meningkat menjadi 66%1.
Pada tahun 2009 Indonesia menempati
peringkat ke-4 di dunia dengan jumlah
rokok yang dikonsumsi sebesar 260.800
rokok (4%)2. Banyak dampak negatif yang
disebabkan oleh kebiasaan merokok, salah
satunya terjadi perubahan struktur dan
fungsi saluran pernafasan dan jaringan
paru3. Hal ini menyebabkan seorang
perokok memiliki keterbatasan saat
melakukan aktivitas karena struktur dan
fungsi organ jantung dan paru yang
menurun
mengakibatkan
kebugaran
fisiknya juga menurun. Kebugaran fisik
adalah kemampuan seseorang untuk
melakukan tugasnya sehari-hari dengan
mudah tanpa merasa lelah yang berlebihan
serta masih mempunyai sisa atau cadangan
tenaga
untuk
menikmati
waktu
senggangnya dan untuk keperluankeperluan mendadak4. Pada prinsipnya
latihan adalah memberikan tekanan fisik
secara
teratur,
sistematik
dan
berkesinambungan
sedemikian
rupa
sehingga dapat meningkatkan kemampuan
fisik
dalam
melakukan
aktivitas3.
Seseorang dengan kapasitas aerobik yang
baik memiliki jantung yang efisien, paruparu yang efektif serta peredaran darah
yang baik sehingga dapat mensuplai otot-
otot agar mampu bekerja secara kontinu
tanpa
mengalami
kelelahan
yang
berlebihan6.
Merokok
menyebabkan
kapasitas
kardiorespirasi
menurun
sehingga
kebugaran
fisiknya
juga
menurun. Hal ini terjadi karena suplai
oksigen
(O2)
berkurang
sehingga
hemoglobin (Hb) (Hb)akan lebih berikatan
dengan karbon monoksida (CO) daripada
dengan oksigen (O2) sehingga suplai
oksigen (O2) bagi jantung maupun paruparu menjadi tidak optimal7.
VO2 maks erat kaitannya dengan
kerja paru dan jantung yang berfungsi
untuk mengatur pengangkutan oksigen
(O2) oleh hemoglobin (Hb). Pada seorang
perokok aktif suplai oksigen (O2)
dibutuhkan lebih tinggi dibandingkan
bukan perokok aktif untuk daya tahan
tubuh. Jika seseorang merokok 10-12
batang sehari, maka kadar oksigen (O2)
yang disuplai ke jaringan-jaringan tubuh
akan menurun kurang lebih 5%. Penurunan
kadar oksigen (O2) ini memang tidak
begitu tampak tanda-tandanya pada waktu
perokok beristirahat. Dengan latihan dan
berolahraga yang cukup dan teratur, pada
perokok aktif
kemampuannya untuk
mengambil oksigen (O2) secara maksimal
dapat dinaikkan 10-12 %7.
METODE PENELITIAN
Desain Telaah
Desain telaah yang dipakai adalah
eksperimental dengan desain pre dan post
test control group design. Pemberian
latihan dalam penelitian ini dilakukan pada
April sampai Mei 2015. Sampel yang
ditargetkan yaitu seluruh mahasiswa
perokok aktif di Denpasar yang berumur
20-25 tahun. Dalam pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling
didasarkan atas adanya kriteria inklusi,
kriteria eksklusi dengan sampel sebanyak
30 orang dan nantinya akan dibagi secara
acak dan sama rata menjadi 2 kelompok.
Pada Kelompok 1 diberikan latihan
jogging sedangkan Kelompok 2 diberikan
latihan sepeda.
Instrumen Penelitian
Tes lari 12 menit (tes Cooper)
merupakan parameter yang digunakan
untuk
mengukur
kapasitas
kardiorespirasi. Tes ini dilakukan dengan
menginstruksikan pada subjek untuk
berlari selama 12 menit dan mengukur
jarak yang ditempuh selama 12 menit.
Setelah diperoleh jarak yang ditempuh
selanjutnya dihitung nilai VO2maks untuk
memperoleh
nilai
kapasitas
kardiorespirasi.
Selanjutnya
subjek
diberikan latihan inti yaitu jogging dan
sepeda dalam waktu yang berbeda agar
subjek tidak mengalami kelelahan yang
berlebihan.
Ketika
peneliti
sudah
memberikan perlakuan pada masingmasing kelompok dan telah memperoleh
data yang diperlukan secara lengkap,
dilakukan uji Paired Sample T-test untuk
komparasi data dan mengetahui apakah
terdapat
peningkatan
kapasitas
kardiorespirasi sebelum dan sesudah
pemberian latihan pada kedua kelompok
tersebut.
Kemudian
dilakukan
uji
Independent Sample T-test yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
peningkatan kapasitas kardiorespirasi
pada setiap kelompok.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik sampel yaitu umur
Table 1.
Keterangan Sampel Berdasarkan Umur
Ciri-ciri
Mean±SD
KP1
KP2
(tahun)
(tahun)
21,8±1,37 21,9±1,09
Berdasarkan Tabel 1 di atas
menunjukkan bahwa subjek penelitian
Kelompok 1 memiliki rerata umur
(21,8±1,37) tahun dan pada Kelompok 2
memiliki rerata umur (21,9,3±1,09) tahun.
Umur
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas (Shapiro-Wilk Test)
dan Homogenitas (Lavene’s Test)
Kelompok
Data
Uji Normalitas dengan Shapiro Wilk Test
KP1
KP2
Uji
Homogenitas
(Levene’s
Test)
Statistik
P
Statistik
P
Sebelum
Latihan
(ml/kg/min)
0,892
0,072
0,923
0,213
0,745
Sesudah
Latihan
(ml/kg/min)
0,926
0,237
0,919
0,187
0,994
Dari Tabel 3 didapatkan hasil
bahwa data berdistribusi normal dan
homogen (p >0,05).
Tabel 3.
Hasil Uji Paired Sample T-Test
Sebelum
Latihan
(ml/kg/min)
Setelah
Latihan
(ml/kg/min)
Beda
Rerata
P
KP1
22,00
33,66
11,66±2,25
0,000
KP2
22,40
33,86
11,46±2,23
0,000
Berdasarkan Tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa pengujian hipotesis
yang dianalisis dengan menggunakan
Paired Sample T-test diperoleh hasil pada
Kelompok
1
untuk
kapasitas
kardiorespirasi
p=0,000
(p<0,05)
diberikan latihan jogging dan Kelompok 2
kapasitas kardiorespirasi p=0,000(p<0,05)
diberikan latihan sepeda yang artinya
terdapat
peningkatan
kapasitas
kardiorespirasi yang bermakna sebelum
dan sesudah latihan pada kedua kelompok.
Gambar 1.
Grafik Rerata Nilai Tekanan Darah
SistolikSebelum dan Sesudah
Intervensi
Berdasarkan persentase rerata
peningkatan kapasitas kardiorespirasi
pada Tabel 5 membuktikan bahwa
persentase rerata peningkatan kapasitas
kardiorespirasi pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2 sama besar. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa latihan jogging
dan latihan sepeda sama baik dalam
meningkatkan kapasitas kardiorespirasi.
Keterangan:
KP1 : Kelompok Latihan Jogging
KP2 : Kelompok Latihan Sepeda
Tabel 4.
Hasil Uji Independent T-test
Kelompok
Sebelum
Latihan
(ml/kg/min)
Sesudah
Latihan
(ml/kg/min)
Selisih
Kelompok
1
Kelompok
2
Kelompok
1
Kelompok
2
Kelompok
1
Kelompok
2
N
Rerata±SB
15
22,00±4,56
15
22,40±4,15
15
33,66±6,74
15
33,86±6,37
15
11,66±2,25
15
11,46±2,23
p
0,804
0,934
0,809
Berdasarkan Tabel 4 di atas terlihat
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Hal
ini dibuktikan dengan nilai p=0,000 (p <
0,05).
Tabel 5.
Persentase Penurunan Tekanan Darah
Hasil Analisis
Rerata
Kapasitas
Awal
(ml/kg/min)
Rerata
Kapasitas
Akhir
(ml/kg/min)
Beda
Rerata
Kapasitas
(ml/kg/min)
Persentase
Peningkatan
Kapasitas
(%)
KP1
22,00
33,66
11,66
53 %
KP2
22,40
33,86
11,46
51 %
Selisih
2%
PEMBAHASAN
Karakteristrik Sampel
Pada penelitian ini keseluruhan
sampel memiliki umur 20-25 tahun dan
berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pada Kelompok 1
dengan pemberian latihan jogging
memiliki rerata umur(21,8±1,37) tahun
dan pada Kelompok 2 dengan pemberian
latihan sepeda memiliki rerata umur
(21,9±1,09) tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa jenis kelamin laki-laki dan umur
remaja hingga dewasa rentan mengalami
perubahan perilaku seperti di sekitar
lingkungannya. Umur tersebut merupakan
fase dimana seorang anak mengalami
perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman, disengaja, bertujuan/terarah
baik secara kualitatif maupun kuantitatif5.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
merokok terjadi karena penagalaman yang
ada disekitar mereka. Pada umur tersebut
seorang anak cenderung mencari sebuah
pengakuan dari orang lain dan rasa ingin
tahu yang begitu besar membuat mereka
ingin mencoba berbagai hal tanpa
mengetahui sebab akibat yang akan
ditimbulkan. Oleh sebab itu, perilaku
merokok terjadi pada anak berumur 15
tahun ke atas dalam hal ini remaja hingga
dewasa yang tergolong sebagai pelajar
maupun mahasiswa5.
Latihan aerobik dapat Meningkatkan
Kapasitas
kardiorespirasi
pada
Mahasiswa Perokok Aktif
Menurut hasil uji Paired Sample Ttest pada Kelompok 1 diperoleh rerata nilai
kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan
sebesar 22,00 dan rerata setelah latihan
sebesar 33,66. Selain itu, diperoleh nilai p
= 0,000 (p < 0,005) yang menunjukkan
adanya perbedaan yang bermakna antara
nilai kapasitas kardiorespirasi sebelum
dan setelah pemberian latihan aerobik.
Sama halnya dengan hasil uji Paired
Sample T-test pada Kelompok 2 diperoleh
rerata nilai kapasitas kardiorespirasi
sebelum latihan sebesar 22,40 dan rerata
setelah latihan sebesar 33,86.
Hal ini membuktikan bahwa
latihan aerobik dapat meningkatkan
kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa
perokok aktif. Latihan aerobik adalah
kemampuan dari sistem sirkulasi dan
respirasi
untuk
mengatur
atau
menyesuaikan dari latihan yang berat dan
untuk memulihkan efek dari latihan itu
sendiri. Latihan aerobik melibatkan fungsi
jantung, paru-paru dan darah serta
kapasitasnya untuk membawa oksigen
(O2), pembuluh darah dan kapiler dalam
memasok darah ke seluruh jaringan tubuh
dan sel otot, yang menggunakan oksigen
(O2) dalam menyediakan energi untuk
latihan daya tahan14. Latihan aerobik
mengarah kepada jenis latihan yang
merangsang aktivitas jantung dan paru
dalam waktu yang cukup lama untuk
menghasilkan
perubahan
yang
menguntungkan di dalam tubuh. Jogging
dan sepeda adalah contoh dari latihan
aerobik.
Latihan Jogging dan sepeda dapat
Meningkatkan Kapasitas kardiorespirasi
pada Mahasiswa Perokok Aktif
Menurut hasil uji Paired Sample Ttest pada Kelompok 1 diperoleh rerata nilai
kapasitas kardiorespirasi sebelum latihan
sebesar 22,00 dan rerata setelah latihan
sebesar 33,66. Sama halnya dengan uji
paired sample t-test pada Kelompok 2
diperoleh
rerata
nilai
kapasitas
kardiorespirasi sebelum latihan sebesar
22,40 dan rerata setelah latihan sebesar
33,86. Selain itu, diperoleh nilai p = 0,000
(p < 0,005) yang menunjukkan adanya
perbedaan yang bermakna antara nilai
kapasitas kardiorespirasi sebelum dan
setelah
latihan
jogging.
Hal
ini
menunjukkan bahwa latihan jogging
maupun
latihan
sepeda
dapat
meningkatkan kapasitas kardiorespirasi
pada mahasiswa perokok aktif.
Pemberian latihan yang bersifat
aerobik dapat meningkatkan kapasitas
kardiorespirasi. Pemberian latihan jogging
dan sepeda akan membuat tingkat
efesiensi yang tinggi pada sistem sirkulasi
dan respirasi dalam membawa oksigen
(O2) ke otot yang sedang bekerja. Semakin
banyak oksigen (O2) yang dapat kita hirup
dan kita gunakan, semakin lama juga
kemampuan kita untuk bekerja (latihan)
sebelum mengalami kelelahan6. Seseorang
terus bernafas dalam dan cepat selama
beberapa
waktu
setelah
berhenti
berolahraga. Oksigen (O2) diperlukan
untuk pemulihan sistem-sistem energi.
Selama berolahraga, simpanan keratin
fosfat pada otot-otot yang aktif menjadi
berkurang, asam laktat menumpuk dan
simpanan glikogen terpakai. Selama masa
pemulihan, pasokan ATP diberikan oleh
proses
fosforilasi
oksidatif
yang
menggunakan O2 yang disediakan oleh
aktivitas pernafasan yang terus meningkat
setelah olahraga berhenti10. Setiap asam
laktat yang tertimbun diubah kembali
menjadi asam piruvat, yang sebagian
digunakan oleh sistem fosforilasi oksidatif
untuk menghasilkan ATP. Asam piruvat
sisanya diubah kembali menjadi glukosa
oleh hati. Sebagian besar glukosa ini
digunakan untuk memulihkan cadangan
glikogen di otot dan hati yang telah habis
terpakai selama berolahraga11.
Bagi perokok aktif kondisi
kebugaran fisiknya tidak akan sebaik
dengan yang non perokok. Ketika berlatih
frekuensi denyut jantung akan meningkat.
Kenaikan frekuensi denyut jantung akan
sesuai dengan intensitas latihan. Semakin
tinggi intensitas maka denyut jantung akan
terasa semakin cepat. Program latihan
yang bersifat aerobik akan menyebabkan
semakin besarnya ruang pada atrium
maupun ventrikel pada jantung sehingga
volume darah sedenyut juga meningkat.
Dengan meningkatnya volume darah
sedenyut untuk memenuhi kebutuhan
oksigen (O2) maupun membuang karbon
dioksida jantung tidak perlu memompa
dengan frekuensi yang tinggi. Pada bentuk
latihan anaerobik yang pemulihannya tidak
penuh, lebih dari satu kali per minggu akan
memungkinkan menebalnya otot jantung
yang belum tentu diikuti membesarnya
ruang atrium maupun ventrikel10. Otot
jantung sifatnya hampir sama dengan otot
rangka. Dalam keadaan normal penyediaan
energi pada jantung terjadi secara aerobik
dan
menggunakan
lemak
sebagai
bahannya. Akan tetapi ketika intensitas
latihan dinaikkan, frekuensi denyut
jantung naik secara berangsur-angsur dan
bahan
penyediaan
energi
akan
menggunakan karbohidrat atau glukosa
darah. Suatu saat jika menggunakan
oksidasi glukosa tetap tidak cukup maka
glikogen yang ada pada sel otot jantung
akan digunakan. Dalam suatu latihan jika
sering menggunakan glikogen otot jantung
atau jantung banyak dipacu dan bertahan
pada frekuensi denyut nadi maksimal
maka timbunan glikogen otot jantung akan
menebal.
Orang
yang
mengalami
penyempitan pembuluh koroner juga
menglami penebalan otot jantung. Hal ini
terjadi karena terganggunnya suplai darah
atau oksigen (O2) yang menyebabkan
kebutuhan energi otot jantung akan
dipenuhi asam lemak dan berpindah ke
glukosa
darah
sehingga
banyak
menggunakan glikogen otot jantung.
Penggunaan glikogen otot jantung tersebut
akan diadaptasi dengan memperbanyak
timbunannya. Latihan daya tahan aerobik
yang dalam hal ini adalah jogging akan
mengembangkan ruang ventrikel maupun
atrium pada jantung sehingga volume
sedenyut maupun curah jantung akan
meningkat14 Selain meningkatnya volume
sedenyut
juga
akan
menyebabkan
bertambahnya pembuluh-pembuluh pada
otot jantung sehingga akan dapat
mengurangi terganggunya aliran darah
pada otot jantung10. Dengan banyaknya
pembuluh darah jika ada satu atau dua
pembuluh yang tersumbat maka perannya
akan diambil alih pembuluh-pembuluh
darah yang lain. Pada sistem pernafasan,
paru-paru merupakan organ yang sangat
menentukan dalam sistem pernafasan.
Alveoli dalam paru-paru merupakan
tempat utama untuk mengambil O2 dan
melepaskan CO2 . Volume atau besarnya
paru-paru
(kapasiatas
vital)
akan
berpengaruh
terhadap
kecepatan
pengambilan O2 dan pelepasan CO2.
Semakin besar volume paru-paru akan
semakin cepat proses terjadinya pertukaran
gas (difusi) tersebut. Program latihan daya
tahan akan banyak meningkatkan volume
paru-paru dan semakin tingginya kualitas
pertukaran gas8. Pada seorang perokok
berat saluran pernafasan dan paru-paru
banyak tertutup nikotin, akibatnya
pertukaran gas menjadi sangat sulit.
Sebagai adaptasi dari keadaan tersebut
paru-paru
berusaha
memperluas
permukaan atau memperbesar volume.
Oleh karena itu perokok berat akan dapat
mempunyai kapasitas vital yang besar,
tetapi kemampuann pertukaran gas tetap
kecil13.
Latihan Jogging dan Sepeda Sama Baik
dalam
Meningkatkan
Kapasitas
kardiorespirasi
pada
Mahasiswa
Perokok Aktif
Menurut hasil uji Independent T-test
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
komparasi
peningkatan
kapasitas
kardiorepirasi pada tiap-tiap kelompok,
diperoleh nilai selisih peningkatan
kapasitas kardiorespirasi pada Kelompok
1 sebesar (11,66±2,25) dan Kelompok 2
sebesar (11,46±2,23). Selain itu diperoleh
nilai p=0,809 (p>0,05) yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2. Hal
ini menunjukkan bahwa latihan jogging
sama baik dengan latihan sepeda jika
diaplikasikan
dalam
meningkatkan
kapasitas kardiorespirasi pada mahasiswa
perokok aktif. Berdasarkan hasil penelitian
ini, maka dapat disimpulkan bahwa ke dua
latihan memiliki efek yang sama baik
dalam
meningkatkan
daya
tahan
kardiorepsirasi pada mahasiswa perokok
aktif. Kedua latihan ini memiliki
mekanisme dan reaksi yang sama,
peningkatan kapasitas kardiorespirasi juga
sama baik dan tidak terdapat efek samping
yang dirasakan oleh sampel ketika
penelitian ini dil angsungan. Hal tersebut
terjadi karena pemberian latihan memiliki
frekuensi dan intensitas yang sama
sehingga respon fisiologis yang terjadi
juga sama. Latihan diberikan sebanyak
empat kali dalam seminggu selama empat
minggu. Latihan yang diberikan dalam
jangka waktu 4-8 minggu akan diperoleh
hasil yang konstan. Rokok memiliki efek
terhadap aktivitas fisik ditandai dengan
penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas fisik secara optimum karena
perokok memiliki daya tahan (aerobic
endurance) yang rendah, mudah sesak
nafas disertai penurunan kinerja fisik
dalam melakukan pekerjaan atau tugas
sehari-hari dan peningkatan risiko cidera13.
Hal ini terjadi oleh karena sistem imun
pada orang tersebut juga menurun. Oleh
sebab itu, latihan aerobik sangat tepat jika
diberikan bagi perokok aktif dalam
memulihkan jaringan-jaringan yang rusak
oleh racun yang terkandung di dalam
rokok. Dalam penelitian ini, digunakan
dua contoh latihan aerobik yang sama
baiknya dalam meningkatlan kapasitas
kardiorespirasi yaitu latihan jogging dan
bersepeda. Alasannya adalah karena
latihan jogging dan bersepeda merupakan
jenis latihan berintensitas sedang yang
tepat jika diberikan bagi perokok aktif
mengingat kondisi kebugaran fisiknya
tidak sebaik kondisi kebugaran fisik non
perokok.
Penelitian
sebelumnya
menyatakan bahwa orang yang melakukan
latihan
aerobik
intensitas
sedang
meyakinkan bahwa mereka jarang
menderita batuk-pilek. Sebaliknya, para
atlet top dan pelatih mereka sering
mengeluh mengenai serangan-serangan
infeksi saluran nafas atas yang nampaknya
menyerang atlet tersebut. Hasil dari
penelitian ilmiah terakhir menunjang
kedua pendapat tersebut12. Dampak latihan
terhadap pertahanan imun bergantung pada
intensitas yang diberikan. Penelitianpenelitian terkini semakin menunjang
hipotesis bahwa olahraga yang melelahkan
akan
menekan
pertahanan
imun,
sedangkan
olahraga
sedang
akan
merangsang system imun. Hasil-hasil ini
menunjukkan bahwa olahraga dengan
intensitas tinggi akan diikuti oleh
penurunan resistensi terhadap infeksi
saluran nafas1.
KONKLUSI DAN PROPOSISI
Konklusi
Konklusi
yang
dapat
ditarik
berdasarkan hasil penelitian ini yaitu:
1.
Latihan
jogging
terbukti
meningkatkan
kapasitas
kardiorespirasi pada mahasiswa
perokok aktif dengan presentase
sebesar 53 %.
2.
Latihan
sepeda
terbukti
meningkatkan
kapasitas
kardiorespirasi pada mahasiswa
perokok aktif dengan presentase
sebesar 51 %.
3.
Latihan jogging dan latihan sepeda
sama baik dalam meningkatkan
kapasitas kardiorespirasi pada
mahasiswa perokok aktif.
Proosisi
Saran yang diberikan berdasarkan
pembahasan
yang
terdapat
dalam
penelitian ini adalah :
1. Latihan jogging dan bersepeda
dapat dijadikan pilihan oleh orang
yang
memiliki
kapasitas
kardiorespirasi yang rendah
2. Latihan jogging dan bersepeda
dapat dilakukan sendiri oleh pasien
sesuai dosis yang benar.
3. Penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk
melakukan
penelitian
selanjutnya pada kasus-kasus lain
yang
menyebabkan
menurunnya
kapasitas kardiorespirasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahsan, A. 2012. Mayoritas Perokok
Adalah Rakyat Miskin Berpendidikan
Rendah.
2. Calvin, J. 2014. Rokok merusak
kesehatan mulut. Available at :
www.formulaoralcare.com
(diakses
tanggal 26 Februari 2015).
3. Sumosardjuno, S. 1999. Kesehatan
Olahraga. Jakarta : PT. Gramedia
4. Widiyanto.2008. Bulutangkis. Jakarta:
Ganeca Exact
5.
Papalia, D. E. 2008. Human
Development
(Psikologi
Perkembangan). Terj. A.K. Anwar,
Kencana, Jakakarta, Ed. 9.
6. Cooper,K.H. 1968. Aerobics. Bantam
books. USA.
7. Hans Tendra. 2003. Merokok dan
Kesehatan. Surabaya :
http://www.yahoo.com .
8.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2006.
Textbook of Medical Physiology. 11th
ed. Philadelphia, PA, USA: Elsevier
Saunders.
9. Harsono. (1988). Coaching dan AspekAspek Psikologis dalam Coaching.
Jakarta: CV. Tambak Kusuma
10. Rilantono, L. 5 Rahasia Penyakit
Kardiovaskular (PKV). Jakarta:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2012.
11. Sherwood L, 2001. Fisiologi Manusia
dari Sel ke Sistem, alih bahasa
Brahm U. Pendit. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 34.
12. Pollock, M.L. & Wilmore, J.H. 1990
Exercise in Health and Disease :
Evaluation
and Prescription for
Prevention and Rehabilitation. 2nd.
Ed. Saunders, Philadelphia.
13. Sitepoe M, 2002. Usaha mencegah
bahaya merokok. Jakarta : PT.
Gramedia
14. Wilmore J.H., and Costill D.L. 1994.
Physiology of Sports and Exercise
Human Kinetics. USA: Human
Kinetics Publishers. p. 12-14, 28-35,
176-184
15. Weller S.E.M. 2002. Textbook of
Clinical
Pathology.
Eight
edition/Asian edition. Igaku Shoin,
Ltd : Tokyo
Download