BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang mengambil topik mengenai pengaruh Economic Value Added dan Market Value Added terhadap harga saham: 1. Muhammad Mara Ikbar dan Andrieta Shintia Dewi (2013) Penelitian ini menguji pengaruh dari Economic Value Added dan Market Value Added terhadap harga saham perusahaan sektor properti pada LQ45 periode 2009-2013 secara parsial atau simultan. Teknik analisis data menggunakan panel data regression dan fixed effect model. Hasil penelitian menunjukan bahwa EVA dan MVA secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Persamaan: Terdapat persamaan dalam penggunaan variabel dependen yaitu harga saham dan variabel independen yaitu Economic Value Added dan Market Value Added. Perbedaan: Sampel pada penelitian sebelumnya mengunakan perusahaan sektor property pada LQ45 periode 2009-2013, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 8 9 2. Susi Dwimulyani (2014) Penelitian ini menguji pengaruh EVA, MVA dan Good Corporate Governance terhadap return saham. Teknik sampel menggunakan purposive sampling dan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mendapatkan peringkat GCG dari The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) periode 2009-2011. Penelitian ini menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa EVA dan MVA berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan GCG tidak berpengaruh terhadap return saham. Persamaan: Penggunaan variabel independen yang sama yaitu EVA dan MVA. Perbedaan: Penelitian sebelumnya menggunakan varibel dependen yaitu return saham dan variabel independen yaitu EVA, MVA dan GCG, sedangkan pada penelitian ini menggunakan varibel dependen yaitu harga saham dan variabel independen yaitu EVA dan MVA. Sampel yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mendapatkan peringkat GCG dari IICG periode 2009-2011, Sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 10 3. Abied Luthfi Safitri (2013) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara EPS, PER, ROA, DER dan MVA terhadap harga saham, baik secara simultan maupun parsial, pada perusahaan dalam kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2008-2011. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan EPS, PER, ROA, DER dan MVA berpengaruh terhada harga saham, dan secara parsial EPS, PER dan MVA berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham sedangkan ROA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Persamaan: Terdapat persamaan dalam penggunaan variabel dependen yaitu harga saham dan variabel independen yaitu MVA. Perbedaan: Penelitian sebelumnya menggunakan varibel independen yaitu EPS, PER, ROA, DER dan MVA, sedangkan pada penelitian ini menggunakan varibel independen yaitu EVA dan MVA. Sampel pada penelitian sebelumnya menggunakan perusahaan dalam kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2008-2011, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI periode 2011-2014. 4. Madhavi (2015) Penelitian ini menguji nilai tambah ekonomi dan nilai tambah pasar pada tujuh perusahaan india pada sektor FMCG yang terdaftar di Bursa Efek 11 Nasional India telah menciptakan nilai tambah bagi pemengang saham. Objek penelitian ini yaitu tujuh perusahaan sektor FMCG yang terdaftar pada Bursa Efek Nasional India dari tahun 2010 sampai dengan 2014. Penelitian ini menggunakan metode korelasi dan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menyatakan EVA marupakan prediktor nilai pasar yang baik bagi perusahaan. Persamaan: Penggunaan variabel independen yaitu Economic Value Added dan Market Value Added. Perbedaan: Perbedaan yang dilakukan pada penelitian ini dengan peneliatan sebelumnya adalah pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel dependen yaitu kinerja perusahaan, dan sampel yang digunakan yaitu perusahaan sektor FMCG yang terdaftar pada Bursa Efek Nasional India pada tahun 2010-2014, sedangkan pada peneliatan ini menggunakan variabel dependen yaitu harga saham dan sampel yang digunakan yaitu perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. 5. Ita Trisnawati (2009) Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Terhadap Return Saham. Sampel dari penelitian ini adalah 23 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005 dipilih berdasarkan purposive sampling. 12 Penelitian ini menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Persamaan: Terdapat persamaan dengan penelitian sebelumnya dalam penggunaan variabel independen yaitu Economic Value Added dan Market Value Added. Perbedaan: Penelitian sebelumnya mengguanakan variabel dependen yaitu return saham dan sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2003-2005, sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu harga saham dan sampel yang digunakan yaitu perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014 6. Meilinda Haryuningputri dan Endang Tri Widyarti (2012) Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ROA, ROE, ROS, EPS dan EVA terhadap harga saham, baik secara parsial maupun simultan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua sektor industri manufaktur yang terdaftar dalam BEI dari tahun 2007-2010. Teknik pengumpulan Pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan sampel yang diperoleh sekitar 112 perusahaan. Jenis data adalah sekunder. Sampel pengumpulan data yang digunakan dokumentasi. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi ganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dari 13 kelima variabel independen hanya tiga yang tidak berpengaruh terhadap harga saham yaitu ROA, ROS dan EVA. Persamaan: Terdapat persamaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dalam penggunaan variabel dependen yaitu harga saham dan variabel independen yaitu EVA. Perbedaan: Penelitian sebelumnya menambahkan rasio profitabilitas sebagai variabel independen dan sampel yang digunakan adalah semua sektor industri manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2007-2010, sedangakan pada penelitian ini variabel independen yang ditambahkan adalah Market Value Added (MVA) dan sampel yang digunakan adalah perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2014. Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu Peneliti Muhammad Mara Ikbar dan Andrieta Shintia Dewi (2013) Susi Dwimulyani (2014) Abied Luthfi Safitri (2013) Madhavi (2015) Ita Trisniawati (2009) Variabel Dependen Harga Saham Return saham Harga Saham Kinerja Perusahaan Variabel Independen Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) EVA, MVA dan GCG Keterangan Sampel Periode Penelitian Teknik Sampling Teknik Analisis Jenis Data Metode Meilinda Haryuningputri Dan Endang Tri Widyarti (2012) Peneliti (2015) Return Saham Harga Saham Harga Saham EPS, PER, ROA, DER dan MVA Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage dan Market Value Added Rasio Profitabilitas Dan EVA Economic Value Added (EVA) Dan Market Value Added (MVA) Perusahaan sektor properti pada LQ45 Perusahaan publik yang terdaftar di BEI yang mendapatkan peringkat GCG dari IICG Perusahaan dalam kelompok Jakarta Islamic Index Tujuh perusahaan sektor FMCG yang terdaftar di Bursa Efek Nasional India. Dua pulu tiga perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta Perusahaan Sektor Industri Manufaktur Di BEI Perusahaan Sektor Keuangan Yang Terdaftar Di BEI 2009-2013 2009-2011 2008-2011 2010-2014 2003-2005 2007-2010 2011-2014 Purposive Sampling Panel data regression dan fixed effet model Data Sekunder Dokumentasi Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Purposive Sampling Regresi Linear Berganda Regresi Linear Berganda Correlation and Multiple Regression Multiple Regression Regresi Linear Berganda Regresi Linear Berganda Data Sekunder Dokumentasi Data Sekunder Dokumentasi Data Sekunder Dokumentasi Data Sekunder Dokumentasi Data Sekunder Dokumentasi Data Sekunder Dokumentasi 14 Sumber : diolah 14 15 2.2 Landasan Teori Sub bab ini menguraikan teori-teori yang akan mendukung penelitian yang nantinya akan digunakan untuk menyusun kerangka pemikiran dan merumuskan hipotesis : 2.2.1 Harga saham Harga saham adalah harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar (Jogiyanto Hartono, 1998:69). Harga saham yang ada di pasar modal terdiri dari harga tertinggi (high price), harga terendah (low price), dan harga penutupan (close price). Harga saham yang dipergunakan dalam perhiungan indeks di bursa adalah harga saham yang terjadi di pasar regular. Menurut Pandji dan Piji (2001:58) harga saham dibedakan menjadi tiga jenis yaitu: 1. Harga Nominal yaitu harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai tiap lembar saham. 2. Harga dasar yaitu harga yang dipergunakan dalam perhitungan indeks harga saham. 3. Harga pasar yaitu harga pada pasar riil, yang merupakan harga sari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya (closing price). 16 2.2.2 Indeks Harga Saham Indeks Harga Saham (IHS) merupakan salah satu indikator pergerakan harga saham. Indeks Harga Saham dibutuhkan dalam mengukur kinerja saham yang tercatat di bursa efek. Saat ini Bursa Efek Indonesia memilik sebelas jenis indeks harga saham, indeksindeks tersebut adalah: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. 2. Indeks Sektoral Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masingmasing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufatur. 3. Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. 4. Jakarta Islamic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas. 17 5. Indeks Kompas10 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. 6. Indeks BISNIS-27 Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan Akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. 7. Indeks PEFINDO25 Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). 8. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). 9. Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 10. Indeks Papan Pengembangan Mengguanakn saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan 11. Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. 18 Indeks Harga Saham (IHS) dibentuk agar dapat digunakan untuk membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu. 2.2.3 Economic Value Added (EVA) Konsep Economic Value Added untuk menjelaskan bagaimana perusahaan menciptakan nilai perusahaan dengan harus mendapatkan pengembalian atas modal yang di investasikan lebih besar dari biaya modalnya. Economic Value Added merupakan laba operasional bersih setelah pajak (Net Operating Profit after TaxNOPAT) dikurangi dengan beban nilai biaya modal untuk modal yang digunakan (Van Horne dan Wachowicz, 2008:395) EVA mencerminkan suatu nilai perusahaan secara riil dengan cara mengukur nilai tambah yang dihasilkan perusahaan untuk para pemegang saham, karena EVA memasukan biaya modal yang ditimbulkan dari investasi tersebut untuk mendorong manajemen perusahaan memilih investasi yang mempunyai tingkat pengembalian optimum dan tingkat risiko yang minimum, dengan demikian para investor dapat menilai kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah. EVA mencoba lebih fokus pada kemampuan perusahaan dalam memberikan tingkat pengembalian melebihi biaya modal dalam setiap investasi. EVA memiliki beberapa kriteria penilaian, antara lain : 1. EVA > 0, mencerminkan tingkat kompensasi lebih tinggi daripada tingkat biaya modal, hal ini menunjukan bahwa perusahaan mampu dalam memberdayakan modalnya dengan baik sehingga tercipta nilai tambah bagi pemegang saham. 19 2. EVA = 0, mencerminkan secara ekonomis perusahaan berada pada keadaan impas, karena laba perusahaan yang tersedia digunakan untuk membiayai kewajiban kepada penyedia dana. 3. EVA < 0, hal ini menunjukan bahwa tidak terjadi nilai tambah pada perusahaan tersebut, karena laba yang tersedia tidak memenuhi harapan penyandang dana terutama pemegang saham. Economic Value Added dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Economic Value Added = NOPAT – (WACC x Capital) Dimana : NOPAT = Net Operating After Tax (Laba operasi bersih setelah pajak) WACC = Weight Average Cost of Equity (Biaya modal rata-rata tertimbang) Langkah-langkah menghitung EVA adalah sebagai berikut: a. Menghitung NOPAT b. Menghitung biaya bunga setelah pajak atau kd(1-T) Kd = kdt (1 – T) β Dimana : Kd : Biaya hutang setelah pajak Kdt : Biaya hutang sebelum pajak T : Tingkat pajak c. Menghitung biaya modal ekuitas (cost of equity) atau ks Biaya modal ekuitas dihitung dengan berdasarkan Capita Assets Pricing Model dengan menggunakan rata-rata tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia. 20 Ks = Rf + B (Rm-Rf) Dimana : Ks : Biaya modal ekuitas Rf : Tingkat pengembalian bebas risiko (SBI) B : Kovarians pengembalian perusahaan terhadap portofolio Rm : Pengembalian rata-rata saham biasa Jika Rm < Rf atau Ks < Rf , maka biaya modal ekuitas (Ks) menggunakan tingkat pengembalian bebas risiko (Sertifikat Bank Indonesia). d. Menghitung struktur modal Proporsi hutang (Wd) = Total hutang x100% Total pasiva Proporsi modal (Ws) = Total ekuitas x100% Total passiva e. Menghitung biaya rata-rata tertimbang (WACC) WACC = [(Wd x Kd)(1-Tax) + (Ws x Ks)] Dimana : Wd : Proporsi Hutang Kd : Biaya modal hutang Ws : Proporsi ekuitas Ks : Biaya modal ekuitas f. Menghitung EVA EVA = NOPAT – (WACC x Capital)…….(1) 21 g. Menghitung EVA per lembar saham Variabel terikat dalam penelitian adalah harga saham maka EVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus: EVA = 2.2.4 NOPAT – (WACC x CAPITAL) ….…(2) Jumlah lembar saham yang beredar Market Value Added (MVA) Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham yang dilakukan dengan memaksimalkan selisih antara market value of equity dan jumlah dana yang ditanamkan investor kedalam perusahaan. Selisih tersebut disebut sebagai Market Value Added (MVA). Menurut Agus Sartono (2008:103) menyatakan bahwa kemakmuran pemegang saham dimaksimumkan dengan memaksimumkan kenaikan nilai pasar dari modal perusahaan di atas nilai modal yang disetor pemegang saham. Kenaikan ini disebut dengan Market Value Added. Peningkatan pada Market Value Added dapat dilakukan dengan cara meningkatkan Economic Value Added (EVA) yang merupakan pengukuran internal kinerja operasional tahunan, dengan demikian Market Value Added (EVA) memiliki hubungan yang kuat dengan Economic Value Added (EVA). Jika nilai Market Value Added (MVA) tinggi menunjukan perusahaan telah menciptakan kekayaan yang substansial bagi pemegang saham (Young dan O’Byrne, 2001:27). Market Value Added digunakan untuk mengukur seluruh pengaruh kinerja manajerial sejak perusahaan berdiri hingga sekarang dan untuk mengevaluasi kinerja top manajemen. Jika MVA perusahaan mempunyai nilai 22 positif berarti perusahaan dapat mencipatkana nilai investasi yang lebih tinggi daripada modal yang disetor oleh investor, apabila MVA perusahaan mempunyai nilai negatif maka dapat dikatakan bahwa nilai investasi yang dijalankan oleh perusahaan lebih rendah daripada modal yang disetor oleh investor. Market Value Added (MVA) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: MVA = Nilai pasar ekuitas (MVE) – Modal ekuitas (BVE)………… (3) Variabel terikat dalam penelitian adalah harga saham sehingga MVA dapat dihitung dengan menggunakan rumus: MVA = Nilai pasar ekitas (MVE)-Modal ekuitas (BVE) Jumlah lembar saham yang beredar ………..(4) Dimana: MVE = Jumlah saham yang beredar (lembar) x Harga saham BVE = Jumlah saham yang beredar (lembar) x Nilai nominal saham Interpretasi dari hasil pengukuran MVA dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. MVA > 0, hal ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menciptakan nilai investasi yang lebih tinggi daripada modal yang disetor oleh investor. 2. MVA < 0, hal ini menunjukan bahwa perusahaan belum mampu menciptakan kesejahteraan pemegang saham karena nilai investasi lebih rendah dari modal yang disetor oleh investor. 3. MVA = 0, hal ini menunjukan posisi impas. 23 2.2.5 Hubungan Economic Value Added (EVA) terhadap harga saham Economic Value Added (EVA) merupakan alat yang mengukur nilai tambah dengan memasukan biaya modal baik biaya utang maupun modal sendiri yang ditimbulkan oleh investasi dari perusahaan. EVA merupakan indikator keberhasilan dari manajemen dalam mengelola sumber dana yang ada di perusahaan yang juga akan berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang tercermin dari harga saham. Konsep EVA akan memperhitungkan biaya modal saham, sehingga memberikan pertimbangan yang adil bagi para investor perusahaan karena biaya modal yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan dapat diketahui. Dengan meningkatnya EVA suatu perusahaan berarti mencerminkan kinerja perusahaan semakin baik yang akan mendorong volume beli terhadap saham perusahaan tersebut naik yang akan berdampak pada kenaikan harga saham. Menurut Eduardus Tandelilin (2001) Apabila EVA suatu perushaaan bernilai positif, maka perusahaan mampu menciptakan nilai tambah bagi para investor, hal ini akan menarik investor untuk berinvestasi pada perusahaan dan ini biasanya akan direspon dengan meningkatnya harga saham. Demikian pula sebaliknya jika EVA bernilai negatif berarti perusahaan mengalami penurunan kinerja, yang biasanya akan direspon dengan penurunan harga saham. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mara Ikbar dan Andrieta Shintia Dewi (2015) yang menyatakan EVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial dan nilai EVA pada perusahaan LQ45 yang ada pada Bursa Efek Indonesia tidak selalu positif tetapi mayoritas EVA selalu meningkat tiap tahunnya dan Madhavi (2015) yang menyatakan EVA 24 merupakan prediktor nilai pasar yang baik bagi perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara Economic Value Added terhadap harga saham. 2.2.6 Hubungan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham Market Value Added (MVA) merupakan EVA yang didiskontokan kedalam nilai sekarang. MVA merupakan ukuran kumulatif suatu perusahaan yang memperlihatkan penilaian pasar modal pada waktu tertentu dari nilai EVA dimasa yang akan datang. Investor menyerahkan modal ke dalam perusahaan dengan harapan manajer akan menginvestasikan modal tersebut dengan produktif. (Young dan O’Byrne, 2001) Nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaiman manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. Apabila MVA bernilai negatif berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan. MVA dapat dijadikan suatu ukuran bagi para investor dalam menilai suatu perusahaan. Dengan meningkatnya MVA suatu perusahaan, maka akan menciptakan daya tarik oleh investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut (volume beli terhadap saham akan tinggi), hal ini akan berdampak pada harga saham yang akan naik. Hal tersebut sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Mara Ikbar dan Andrieta Shintia Dewi (2015) yang menyatakan MVA berpengaruh signifikan terhadap harga saham secara parsial dan nilai MVA 25 tidak selalu positif pada perusahaan LQ45 dan penelitian yang dilakukan oleh Abied Luthfi Safitri (2013) yang menyatakan MVA memilik pengaruh positif yang signifikan terhadap harga saham, hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam berinvestasi investor memperhatikan MVA sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil keputusan investasinya dengan meningkatnya MVA investor mempunyai keaykinan bahwa perusahaan mampu menciptaka kekayaan bagi pemegang saham. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh positif antara Market Value Added terhadap harga saham. 2.3 Kerangka Pemikiran Berdasarkan uraian pada sub bab sebelumnya mengenai hubungan antara Economic Vaalue Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham, maka dapat disusun suatu kerangka penelitian sebagai berikut: Economic Value Added (EVA) (+) Harga Saham Market Value Added (MVA) (+) Gambar 2.1 Hubungan antara Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham 2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian dan landasan teori, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 26 H1 : Economic Value Added (EVA) dan Market Value Added (MVA) berpengaruh secara simultan terhadap Harga Saham pada perususahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. H2 : Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014. H3 : Market Value Added (MVA) berpengaruh positif signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2014.