AIPMNH Edisi September 2011 AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR MATERNAL AND NEONATAL HEALTH TAHUKAH ANDA? Penyebab terbesar kematian ibu melahirkan di Provinsi NTT adalah perdarahan (53%). Buletin Kemitraan Penyebab utama kematian bayi baru lahir di NTT adalah asfiksia (35%). Sumber: Bidang Kesmas Dinkes Provinsi NTT, data tahun 2010. Indeks Kemitraan di kabupaten…….........2 Kegiatan AIPMNH untuk peran serta masyakat...……....................2 Cerita sukses: “Angin …...............3 Saya Bisa!.....................................4 Peta Kemitraan........……...…........4 Pasangan suami isteri di Desa Tema Tana—Sumba Barat, siap menyambut kehadiran buah hati mereka AYO SIAGA ! Salam jumpa! Buletin Kemitraan Edisi September 2011 ini menghadirkan topik utama tentang Peran Serta Masyarakat bagi kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Pembaca mungkin masih ingat tayangan suami SIAGA yang populer di layar kaca nasional beberapa tahun lampau. Ya, suami yang siap antar jaga. Konsep itu telah dikembangkan di seluruh tanah air menjadi DESA dan WARGA SIAGA. Bukan hanya suami. Desa siaga merupakan bentuk nyata peran serta masyarakat bagi kesehatan ibu dan bayi. Kita semua harus siap menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Ada banyak yang bisa dilakukan. Mendonorkan darah, mendorong dan mengantar ibu melahirkan di faskes, berpartisipasi dalam persiapan persalinan. Mari wujudkan semboyan Revolusi KIA: “Datang satu, pulang dua ...boleh juga tiga, tidak boleh satu apalagi nol!” ‘‘Sewaktu hamil anak ke‐empat, timbul masalah” Orpa berkisah. “Darah keluar banyak sekali waktu saya bersalin. Saya pikir, saya pasti mati.” Baca kisah lengkapnya dalam Good News Story di halaman 3 ... Foto dari kiri ke kanan: Keluarga menghadiri Posyandu. Bidan sedang menangani bayi baru lahir. Orpa Tondabitu dan bayinya di Sumba Timur. 1 AIPMNH Edisi September 2011 AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR MATERNAL AND NEONATAL HEALTH Kegiatan Kemitraan di kabupaten selama Agustus Berbagai kegiatan terus dilaksanakan di 14 kabupaten/kota yang menjadi wilayah cakupan Kemitraan, sesuai dengan kebutuhan dan usulan para mitra. Berikut ini contoh kegiatan Kemitraan tersebut selama bulan Agustus 2011: Kegiatan yang terkait dengan pelayanan klinis, termasuk: Orientasi SOP pelayanan nifas yang direvisi, bagi bidan Pelayanan antenatal bagi bidan Puskesmas dan pelatihan PPGDON Pemeriksaan golongan darah masal Evaluasi pasca‐pelatihan PONED and Asuhan Persalinan Normal Pelatihan penanganan bayi berat lahir rendah dengan Metode Kanguru Dan lain‐lain Dalam kaitan dengan peran serta masyarakat, berbagai kegiatan terus dilakukan, termasuk: Orientasi bagi mentor PSM yang kini sudah ditempatkan di semua 14 kabupaten Penguatan dan pelatihan jejaring Desa Siaga Pelatihan fasilitator Desa Siaga, dan lain‐lain. Masyarakat aktif dalam kegiatan Desa Siaga di Kabupaten Kupang Peran serta masyarakat untuk kesehatan ibu dan anak Desa Oenoni (Kec. Amarasi Kab. Kupang) dan Desa Raporendu (Kec. Nangapanda Ende), sangat menyadari dampak kehilangan nyawa ibu dan bayi dalam persalinan. Namun, sejak dukungan AIPMNH 12 bulan yang lalu untuk Program Desa Siaga di sana, tidak ada lagi ibu atau bayi yang meninggal. Kini, AIPMNH memberdayakan 273 desa lainnya, agar sukses seperti Desa Oenoni dan Desa Roperendu. Berbagai kegiatan peran serta masyarakat AIPMNH mendukung para mitra di tingkat provinsi dan di 14 kabupaten termasuk Bappeda, BPMPD, Dinkes, BKKBN dan BPP. Program pelibatan masyarakat seperti Desa Siaga, berfokus pada langkah‐langkah sederhana seperti menabung, menyiapkan transportasi untuk ibu yang hendak melahirkan, dll. yang dapat dilakukan oleh setiap anggota masyarakat agar persalinan menjadi lebih aman bagi ibu dan bayinya. Program lainnya, seperti Revitalisasi Posyandu dan Reformasi Puskesmas mendorong masyarakat agar berpartisipasi dan mendukung kesehatan ibu dan anak dengan meningkatkan tata kelola fasilitas kesehatan, dan aspek pelayanan non‐klinis. Melalui pra‐musrenbang, AIPMNH mendukung perencanaan dan penganggaran desa untuk kegiatan‐kegiatan yang mendukung KIA dan berbagai persoalan gender. Contohnya, desa bisa memilih untuk mendirikan Posyandu, mendukung biaya transportasi bagi ibu hamil ke faskes, memberikan insentif bagi kader Posyandu, atau membeli papan pengumuman untuk mendaftar semua ibu hamil di desa. Kegiatan seperti ini dapat menjamin kelestarian program tersebut. Baru‐baru ini, AIPMNH menempatkan 30 orang “Mentor Peran Serta Masyarakat” untuk membangun kapasitas para mitra dalam melaksanakan berbagai program peran serta masyarakat (PSM). Para mentor tersebut sangat berpengalaman di satu atau lebih bidang PSM. Prakarsa ini merupakan cara untuk melestarikan program PSM. Mitra akan memiliki keterampilan untuk melanjutkan program PSM setelah AIPMNH berakhir. 2 AIPMNH Edisi September 2011 AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR MATERNAL AND NEONATAL HEALTH Angin Perubahan di Sumba Timur Kisah ini dituturkan Orpa Tondabitu sambil menyusui bayinya Untunglah, Orpa dan bayinya selamat. Pengalaman pahit itu yang kelima, bayi lelaki yang baru dilahirkan tiga hari mendorongnya membuat rencana persalinan, ketika ia mendapati sebelumnya. Seperti umumnya kaum perempuan tani di dirinya hamil lagi. Kali ini, ia memastikan bahwa transportasi kampungnya di Sumba Timur, keempat anak Orpa terdahulu tersedia, jika waktu bersalin sudah tiba. Meski hanya dengan dilahirkan di rumah. Namun, sejak sepeda motor, ia bisa diantar ke faskes untuk melahirkan bayinya. Provinsi NTT Keputusan Orpa juga terinspirasi oleh peran barunya di desa menabuh genderang Revolusi sebagai kader Posyandu. Sebulan sekali, ia dan empat perempuan Kesehatan Ibu dan Anak atau lain di desanya merelakan waktu mereka untuk kegiatan Revolusi KIA pada tahun 2009, Posyandu. Kader seperti Orpa bertugas menimbang bayi dan semakin yang memberikan penyuluhan kesehatan seperti gizi, tanda bahaya melahirkan di fasilitas kesehatan. dalam kehamilan, dan imunisasi. Mereka juga mendorong ibu‐ibu Ya, Revolusi KIA, sebuah gerakan agar melahirkan di fasilitas kesehatan. banyak ibu untuk menyelamatkan nyawa ibu “Sebagai kader, saya harus memberikan contoh yang baik,” dan bayi. katanya. “Tidak mungkin saya melahirkan di rumah, padahal saya Orpa (36 thn), tinggal di rumah sendiri mendorong ibu‐ibu agar melahirkan di fasilitas kesehatan” bambu sederhana dengan dua Persalinan di fasilitas kesehatan jelas bermanfaat. Namun, tradisi kamar di Desa Lewa. Jalan dari melahirkan di rumah dengan pertolongan dukun bayi telah desanya ke ibukota kabupaten berurat akar. Keraguan untuk pergi ke faskes diperparah oleh Waingapu penuh lubang di sana buruknya reputasi pelayanan sejumlah faskes tertentu dan sini dengan tikungan tajam yang keterbatasan peralatan. akan membuat perut penumpang Itulah sebabnya, di desa seperti Lewa, Kemitraan Australia‐ kendaraan terasa mual. Letak Indonesia untuk Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (AIPMNH) rumah‐rumah di desa ini saling bekerja secara langsung dengan masyarakat untuk merenovasi berjauhan, bisa sampai berkilo‐ faskes, sambil melatih tenaga kesehatan dan kader. kilometer. Listrik, air bersih, dan Di seluruh NTT, bidan, dokter, dan perawat dilatih untuk sinyal telepon, hanya tersedia di titik tertentu. penanganan kasus gawat darurat agar mereka mampu menangani Mendatangi fasilitas kesehatan untuk melahirkan bukan hal komplikasi secara lebih baik, tanpa harus merujuk pasien ke yang mudah, namun merupakan pilihan yang amat penting. rumah sakit di kota. Kondisi geografis di Sumba Timur bisa Perempuan seperti Orpa ikut membantu mengubah pola pikir menyebabkan perawatan menjadi sangat terlambat. Adanya dalam tatanan patriarkat yang teguh. Dalam masyarakat tenaga kesehatan terlatih yang dekat, menjadi amat penting bagi patriarki, keputusan tentang apakah seorang isteri akan keselamatan ibu dan bayi. melahirkan di rumah‐dengan bantuan dukun, atau di faskes‐ Sejak AIPMNH memberikan dukungan tiga tahun lalu hingga kini, dengan tenaga kesehatan dan peralatan dan memadai, terletak fasilitas kesehatan di Lewa tempat Orpa melahirkan bayinya di tangan sang suami atau keluarga suaminya. menangani delapan kali lipat jumlah persalinan dibanding Menurut Orpa, ia telah memetik hikmah. sebelumnya. “Sewaktu hamil anak ke‐empat, timbul masalah” Orpa “Fasilitas kesehatan sekarang lebih bersih dan lebih aman berkisah. “Darah keluar banyak sekali waktu saya bersalin. daripada sebelumnya,” kata Orpa. “Ibu‐ibu di Posyandu bilang, Saya pikir, saya pasti mati.” mereka lebih baik melahirkan di faskes daripada di rumah.” Para kader Posyandu di Sumba Timur 3 AIPMNH Edisi September 2011 AUSTRALIA INDONESIA PARTNERSHIP FOR MATERNAL AND NEONATAL HEALTH SAYA BISA MENYELAMATKAN MEREKA! Mengapa banyak ibu meninggal ketika hamil dan melahirkan? Tiga “terlambat” ‐ ialah faktor eksternal yang berasal dari luar ibu atau keluarganya sendiri: terlambat mengetahui komplikasi pada kehamilan akibat rendahnya pemahaman, terlambat mengambil keputusan untuk membawa ibu ke faskes. Apalagi di daerah yang jauh dari faskes. Dan akhirnya terlambat membawa untuk penanganan di faskes. “Empat terlalu” — ialah faktor internal yang berasal dari ibu atau keluarganya sendiri sehingga mengakibatkan kehamilan dan persalinan berisiko sangat tinggi. Hamil di usia terlalu muda (di bawah 16 tahun), terlalu tua (di atas 35 tahun), terlalu sering (jarak antar‐kehamilan terlalu dekat) dan terlalu banyak (memiliki lebih dari empat orang anak). Semuanya bisa merenggut nyawa ibu dan bayi! Padahal faktor‐faktor yang disebutkan di atas, semuanya bisa dicegah. Masing‐masing kita bisa dan karena itu harus berperan aktif untuk menyelamatkan nyawa ibu dan bayi. Pemandangan di Sumba Timur Peta lokasi Kemitraan di NTT Kantor Kemitraan di Lembata Kantor Kemitraan di Manggarai Kantor Kemitraan di Manggarai Barat Kantor Kemitraan di Sikka Kantor Kemitraan di Belu Kantor Kemitraan di Flotim Kantor Kemitraan di Sumba Barat Kantor Kemitraan di Ngada Kantor Kemitraan di TTU Kantor Kemitraan di Ende Kantor Kemitraan di TTS Kantor Kemitraan di Kabupaten Kupang Unit Pendukung Kemitraan Kupang Kantor Kemitraan di Sumba Timur Kantor Kemitraan di Kota Kupang Kantor Kemitraan: Kantor Dinas Kesehatan Provinsi NTT Jl. Palapa No.22 Oebobo, Kupang NTT 85555 Telp. 0380-20809 / 820799, Faks: 0380-821899 Tim Komunikasi Kemitraan: Communication Advisor: Sarah Gray, email: [email protected] Public Diplomacy Coordinator: Quin Mole, email: [email protected] www.aipmnh.org 4