STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENANGANAN KONFLIK

advertisement
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM UPAYA PENANGANAN
KONFLIK PEMBANGUNAN INDUSTRIAL
(Studi Kasus Konflik Masyarakat Padarincang Terhadap Pembangunan PT Aqua Danone)
Neka Fitriyah
. Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UNTIRTA
Jl. Raya Jakarta KM. 4 Pakupatan Serang - Banten
HP : 085921470544 , email : [email protected]
Abstrak
Proses pembangunan industrial dalam prakteknya tidak sedikit menimbulkan konflik
pembangunan antara pemerintah-pihak industri dan masyarakat. Beberapa fenomena konflik
pembangunan disebabkan oleh adanya perbedaan persepsi, kebutuhan, orientasi dan tujuan
yang berbeda antara masyarakat, pemerintah dan perusahaan yang tidak dapat
dikomunikasikan dengan baik dan bijak. Sebagai contoh konflik pembangunan di
Padarincang yang mengakibatkan pemeberontakan masyarakat. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis dan mengevaluasi secara ilmiah strategi atau model komunikasi yang
tepat dalam penanganan dan pemulihan konflik pembangunan di Padarincang. Pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus digunakan dalam penelitian ini untuk memfokuskan
objek penelitian. Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah ditemukannya model strategi
komunikasi dalam penanganan dan pemulihan konflik pembangunan yang dapat dijadikan
rujukan ilmiah bagi penanganan konflik pembangunan di daerah lain. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa konflik pembangunan yang ada didasarkan karena pengabaian hak
akan sumberdaya alam masyarat dan akses ekonomi masyarakat dalam upaya peningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Strategi komunikasi yang digunakan dalam penangan konflik
pembangunan adalah dengan menggunakan model komunikasi partisipatif horizontal.
Perilaku komunikasi didasari oleh isu bersama dan peran para opinion leader dalam
menggerakan masyarakat. Sedangkan faktor internal dan eksternal konflik pembangunan
yang terjadi adalah faktor benturan kepentingan dan eksploitasi sumber daya alam, akses
ekonomi masyarakat dan kelestarian sumberdaya air.
Kata Kunci: Pembangunan, Strategi Komunikasi, Konflik Pembangunan.
PENDAHULUAN
Latarbelakang Masalah
Konflik pembangunan yang terjadi
di kawasan Padarincang, Pabuaran, Lontar
dan konflik sungai Cibanten di Kabupaten
Serang,
salah
satunya
merupakan
representasi dari ketidakadilan ekonomi
dan akses sumber daya alam yang dihadapi
oleh masyarakat sekitar. Masyarakat
menganggap bahwa daerah itu adalah
wilayah adat atau kampung halaman yang
telah memberikan penghidupan sehingga
patut dijaga dan dilestarikaan. Di sisi lain,
perusahaan menganggap bahwa otoritas
yang diterimanya melalui hak izin
pendirian,
mempunyai
hak
untuk
melakukan
eksplorasi
alam
untuk
kepentingan ekonomi dan pengembangan
wilayah. Kepentingan yang asimetris ini
tentu sangat berpotensi menjadi konflik
yang berdampak merugikan semua pihak,
terutama
kerugian
disharmonitas
pemerintah-perusahaan dan masyarakat.
Konflik seperti ini, kerap terjadi dan
mewarnai dinamika pembangunan dan
industri di negeri ini. Sebagai contoh,
konflik sosial ekonomi Kecamatan Sosa
Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2007
309
dimana pemerintah setempat yang tidak
optimal dalam menyelesaikan konflik lahan
masyarakat akibat proyek perkebunan
kelapa sawit PT Victoria Alam Lestari.
Konflik pembangunan lain juga
terjadi di Desa Pecatu Kecamatan Kuta
Selatan Kabupaten Badung Bali. Konflik
ini meliputi perbedaan cara pandang
penggunaan lahan di Kawasan Tempat Suci
Pura Uluwatu antara masyarakat dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.
Konflik ini muncul akibat adanya
perbedaan pandangan mengenai nilai guna
lahan di Kawasan Tempat Suci Pura
Uluwatu. Di Klampisan Semarang tahun
2009, masyarakat terlibat konflik dalam
pengadaan tanah bagi pembangunan jalan
tol Batang Semarang: tidak jauh berbeda
dengan konflik pembangunan lainnya yakni
perbedaan persepsi, orientasi, kebutuhan,
kepentingan, tujuan dan akses anatara
masyarakat-pemerintah dan pemegang
proyek jalan tol.
Contoh pembangunan industrialisasi
yang
cenderung
mengabaikan
dan
meminggirkan peran masyarakat di
Kabupaten Serang adalah kasus konflik
penolakan
masyarakat
padarincang
terhadap PT Aqua Danone.S ebenarnya
Padarincang merupakan daerah pertanian,
perkebunan, perikanan dan perternakan.
Tetapi setelah adanya berbagai pengerukan
sumber daya air, lahan pertanian berkurang,
lingkungan ekologis dan lingkungan sosial
terganggu. Secara bersamaan masyarakat
makin terpinggirkan dan tidak berdaya
dalam
menata kelangsungan hidupnya
akibat lahan ekonomisnya yang semakin
berkurang dan diambil alih oleh
perusahaan.
Permasalahan
yang
terjadi
kemudian adalah adanya pergerakan dan
perlawanan dari masyarakat Kabupaten
Serang. Kuatnya aksi perlawan masyarakat
terhadap proyek industrialisasi berbasis
eksploitasi sumber daya alam, membuat
jaringan solidaritas masyarakat, yang pada
akhirnya menimbulkan gerakan rasa besarbesaran. Sebagai contoh pada tanggal 05
Desember 2010 dengan mengerahkan
massa sekitar 4000, masyarakat menolak
pembangunan
PT
Aqua
Danone.
Perlawanan dan gerakan masyarakat ini
berhasil
dengan
ditandatanganinya
kesepakatan bersama antara masyarakatpemerintah tentang keputusan ditutupnya
pembangunan dan penambngan sementara
dengan.
Keberhasilan gerakan perlawanan
masyarakat Padarincang ini, merupakan
prestasi sosial yang patut dihargai. Strategi
komunikasi
yang
digunakan
dapat
mencapai sasaran dan tujuan dengan
efektif.
Persoalan selanjutnya adalah
bagaimana strategi komunikasi yang
digunakan ini dapat dipetakan secara ilmiah
sehingga dapat dijadikan rujukan dalam
penangan konflik pembangunan di wilayah
lainnya.
Lebih
dari
itu
konflik
pembangunan yang terjadi di Kabupaten
Serang masih menyisakan konflik lain
yang membutuhkan penanganan dan
pemulihan, seperti penataan ulang tata
kelola
lingkungan,
akses
ekonomi
masyarakat dan harmonisasi hubungan
pemerintah-perusahaan-masyarakat.
Penelitian ini menjadi penting untuk
menganalisis
strategi
komunikasi
berdasarkan kajian
ilmiah, sehingga
hasilnya dapat dijadikan rujukan pola
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan.
Penelitian
ini
juga
merupakan penelitian lanjutan dari
penelitian sebelumnya yakni konflik
pembangunan
dan
gerakan
sosial
310
masyarakat baru pada kasus gerakan
perlawanan
masyarakat
Padarincang
terhadap pembangunan PT Aqua Danone.
Perumusan Masalah
Uraian latar belakang masalah
diatas, mengilustrasikan adanya konflik
pembangunan yang diakibatkan dari
marginalisasi
peran
dan
hak-hak
masyarakat
dalam
pembangunan.
Masyarakat diposisikan sebagai objek
pembangunan, sehingga banyak kasus
pengabaian hak-hak masyarakat oleh
pemerintah. Dalam konteks komunikasi,
kondisi seperti itu terjadi diduga salah
satunya, karena kuatnya arus kegiatan
komunikasi yang dimainkan secara
sepihak. Strategi komunikasi yang tepat
diduga dapat menangani dan memulihkan
konflik pembangunan yang terjadi. Dalam
kajian tersebut, penelitian ini mencoba
mengungkap masalah-masalah pokok dari
objek studi sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi komunikasi
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan dan gerakan sosial
masyarakat Padarincang terhadap
PT Aqua Danone.
2. Bagaimanakah
perilaku
komunikasi dan iklim komunikasi
masyarakat Padarincang dalam
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan yang ditimbulkan PT
Aqua Danone.
3. Faktor internal dan faktor eksternal
apasajakah yang memicu konflik
pembangunan dan gerakan sosial
masyarakat Padarincang terhadap
PT Aqua Danone.
Tujuan Khusus
Penelitian
ini
bermaksud
menganalisis dan mengevaluasi serta
mendeskripsikan
fakta-fakta
ilmiah
(scientific finding) berkenaan dengan
konflik pembangunan dan gerakan sosial
masyarakat Kabupaten Serang dalam
konflik pembangunan yang terjadi.
Sedangkan yang menjadi tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis secara ilmiah strategi
komunikasi
penanganan
dan
pemulihan konflik pembangunan
dan gerakan sosial masyarakat
Padarincang terhadap PT Aqua
Danone.
2. Menganalisis secara
ilmiah
perilaku komunikasi masyarakat
Kabupaten
Serang
dalam
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan yang ditimbulkan PT
Aqua Danone.
3. Mengkaji faktor internal dan faktor
eksternal apasajakah yang memicu
konflik pembangunan dan gerakan
sosial masyarakat Padarincang
terhadap PT Aqua Danone.
Manfaat Penelitian
Capaian terakhir dari penelitian
ini, secara akademik diharapkan dapat
memberikan sumbangan ilmiah bagi
pengembagan ilmu komunikasi, khususnya
pada bidang komunikasi pembangunan.
Dari temuan-temuan ilmiah diharapkan
pula dapat dibangun suatu kerangka ilmiah
menuju teori-teori baru dalam bidang ilmu
komunikasi.
Studi komunikasi pembangunan
yang difokuskan pada strategi komunikasi
dalam penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan diharapkan juga menjadi
311
masukan bagi para peneliti yang memiliki
perhatian
pada
masalah-masalah
komunikasi
pembangunan.
Dalam
penelitian ini dapat dipandang sebagai
fakta-fakta ilmiah (scientific fact) yang
dapat dikembangkan dalam studi-studi
lebih lanjut, baik dalam lapangan penelitian
yang sama maupun dalam lapangan yang
berbeda tetapi memiliki kaitan keilmuan
yang relatif sama.
Secara pragmatis penelitian ini
dapat memiliki practical necessity,
sehingga hasil penelitiannya diharapkan
dapat
berguna
bagi
kepentingan
pembangunan
masyarakat,
berkenaan
dengan
strategi komunikasi dalam
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan. Misalnya bagi paraaktivis
LSM, pemerintah, pihak industrial dan
para pembuat keputusan, baik tingkat
regional maupun nasional. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan masukan sekaligus memberikan
sumbangan pemikiran untuk dijadikan
bahan
pertimbangan
dalam
proses
penangan konflik pembangunan.
Diletakkan dalam konteks pribadi,
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
peneliti
karena
ada
pencerahan,
pemahaman baru bahwa dalam memahami
realitas pergerakan dan perlawanan
masyarakat, persoalan yang tampak baik
dipermukaan terdapat unsur kepentingan
kaum dominan dibelakangnya, dan pada
akhirnya bertujuan untuk memanipulasi
kenyataan yang ada pada realitas sosial di
masyarakat.
STUDI PUSTAKA
Potensi
konflik
pembangunan
sebagai bagian dari dinamika hidup
kemasyarakatan dan pembangunan. Adanya
sumber-sumber strategis seperti sumber
mata
air,
cenderung
berpotensi
diperebutkan pihak-pihak berkepentingan.
Persaingan akses terhadap sumber daya,
alat-alat produksi dan kesempatan ekonomi
(Access to Economic Resources and to
Means of Production) merupakan faktor
pemicu konflik pembangunan yang sangat
mendasar. Dalam konflik ini hampir selalu
dimenangkan oleh pihak-pihak yang
mempunyai kemampuan yang lebih unggul
(Sumber daya Manusia), kapital, dan
manajemen yang lebih baik. Konflik
pembangunan biasanya terjadi karena
adanya perbedaan kepentingan, kebutuhan,
persepsi, pengetahuan, tujuan, orientasi
antara masyarakat, pemerintah dan
perusahaan yang bersangkutan. (Ngadiah,
2003).
Potensi konflik yang terjadi dalam
kasus Padarincang dipengaruhi oleh tiga
aktor utama, yakni perusahaan, masyarakat
dan
pemerintah.
Seiring
dengan
implementasi otonomi daerah ketiga aktor
utama
ini
juga
menjadi
pelaku
pembangunan di daerah, yang selayaknya
bersinergi dan kooperatif dalam berbagai
hal dalam mengisi pembangunan.Konflik
yang sering kali muncul, berhubungan
dengan lingkungan khususnya di sekitar
pabrik adalah antara masyarakat dan
perusahaan. Ketiga faktor dan aktor konflik
tersebut, secara sederhana ditemukan dalam
kasus-kasus konflik pembangunan lain
yang terjadi di Indonesia. Seperti konflik
pembangunan pertambangan masyarakat
Kabupaten Mimika
Papua. Konflik
pembangunan di Kecamatan
Sosa
Kabupaten Tapanuli Selatan. Konflik
penggunaan juga terjadi di Desa Pecatu
312
Kecamatan Kuta
Badung Bali.
Selatan
Kabupaten
Teori Gerakan Sosial
Teori gerakan sosial (social
movement) diartikan sebagai fenomena
partisipasi sosial (masyarakat) dalam
hubungannya
dengan
entitas-entitas
eksternal. Istilah ini memiliki beberapa
definisi, namun secara umum dapat dilihat
sebagai instrumen hubungan kekuasaan
antara masyarakat dan entitas yang lebih
berkuasa (powerful). Masyarakat cenderung
memiliki kekuatan yang relatif lemah
(powerless) dibandingkan entitas-entitas
yang dominan, seperti pemerintah atau
swasta (bisnis). Gerakan sosial menjadi
instrumen yang efisien dalam menyuarakan
kepentingan masyarakat. Dengan kata lain
gerakan sosial merupakan pengeras suara
masyarakat sehingga kepentingan dan
keinginan masyarakat terdengar.
Fenomena
gerakan
sosial
merupakan jawaban spontan maupun
terorganisir dari massa rakyat terhadap
pemerintah yang dinilai mengabaikan hakhak rakyat.Gerakan sosial dapat dipahami
sebagai upaya bersama massa rakyat yang
hendak melakukan pembaruan atas situasi
dan kondisi sosial politik yang dipandang
tidak berubah dari waktu ke waktu atau
juga untuk menghentikan kondisi status
quo. (Fadilah dkk, 2006). Peter Burke:
Terdapat dua jenis gerakan sosial: a)
gerakan sosial untuk memulai perubahan,
dan b) gerakan sosial yang dilakukan
sebagai reaksi atas perubahan yang terjadi.
Turner dan Killan (1972): Gerakan sosial
adalah sebuah kolektivitas yang melakukan
kegiatan dengan kadar kesinambungan
tertentu guna menunjang atau menolak
perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat atau kelompok yang mencakup
kolektivitas itu sendiri.
Blumer (1974): Sebuah gerakan
sosial dapat dirumuskan sebagai sejumlah
besar orang yang bertindak bersama atas
nama sejumlah tujuan atau gagasan.
Biasanya, gerakan ini melibatkan cara-cara
yang tidak terlembagakan, seperti pawai,
demonstrasi, protes, untuk mendukung atau
menentang suatu perubahan sosial. Gerakan
sosial melibatkan sejumlah orang yang
cukup banyak dan biasanya berlanjut untuk
rentang waktu yang cukup panjang.
Charles Tilly dalam Ngadiah 2003,
sistem demokratis cenderung membuka
batas-batas represi dan memberikan
kesempatan yang luas bagi berbagai pihak
untuk memobilisasi kepentingan politiknya
menjadi kepentingan masyarakat luas.
Dengan kemampuan organisasi yang baik
isu-isu yang sifatnya individual mungkin
saja dieksploitasi menjadi isu kolektif.
Demokratisasi dan keterbukaan yang
berlangsung memberi peluang lebih luas
kepada berbagai komponen sosial untuk
mengaktualisasikan
perjuangan
kepentingan masyarakat, terutama pada
komunitas yang merasa terabaikan.
Teori Partisipasi Sosial
Dalam
pembangunan,
makna
partisipatoris memiliki pengertian yang
mengarah kepada pemantapan dialog antara
masyarakat setempat dengan fasilitator
yang melakukan persiapan (pengambilan
keputusan), pelaksanaan dan monitoring
proyek agar memperoleh informasi
mengenai konteks lokal, dan dampakdampak sosial. Partisipatoris dimaknai
dengan keterlibatan masyarakat dalam
313
pembangunan
diri,
kehidupan
dan
lingkungan mereka sendiri (FAO,1989).
Startegi pembangunan meletakkan
partisipasi aktif masyarakat kedalam
efektiitas, efisiensi, dan sikap kemandirian.
Secara khusus, pembangunan dilaksanakan
melalui kegiatan kerja sama dengan para
sukarelawan, bukan bersumber dari
pemerintah, tetapi dari LSM, termasuk
organisasi dan gerakan masyarakat Clarke
dalam Kartasasmitha 1997. Brudtland
menyimpulkan
bahwa
jaminan
pembangunan
berkelanjutan
adalah
partisipasi masyarakat (Craig dan Mayo,
dalam Kartasasmita, 1997). Clarke
menyatakan bahwa partisipasi masyarakat
melalui LSM, saat ini merupakan kunci
partisipasi efektif untuk mengatasi masalah
kemiskinan. Dengan cara ini, masyarakat
kecil
(kelompok
grassroot)
dapat
memperoleh keadilan, hak azasi manusia,
dan demokrasi. Namun, penyertaan para
sukarelawan
LSM
dalam
proses
pemberdayaan itu bukanlah satu-satunya
cara pemberdayaan.
Unsur utama yang yang ada dalam
partisipasi adalah adanya kesadaran dan
kesukarelaan dalam berperilaku yang sesuai
dengan
kebutuhan
dan
keinginan
partisipan, sehingga dalam berperilaku
mereka didasari oleh motivasi yang mereka
miliki, terutama motivasi instrinsik yang
tinggi, baik dalam proses pengambilan
keputusan maupun dalam implementasi dan
menikmati hasil-hasil dari perilaku
tersebut. Untuk dapat memunculkan
partisipasi dari seseorang individu ataupun
kelompok dalam masyarakat hal yang harus
di miliki dan didapatkannya adalah:
pertama, adanya kesempatan yang terbuka
untuk berpartisipasi dengan pengetahuan
atau kesadaran tentang manfaat dalam
berpartisipasi. Kedua, adanya kemauan
yang merupakan sikap positif terhadap
sasaran partisipatif. Ketiga, memiliki
kemampuan dalam menunjukkan inisiatif
untuk bertindak dengan komitmen dan
menikmati hasil dari keikut sertaan dalam
berpartisipasi.
PEMBAHASAN
Strategi Komunikasi dalam Penanganan
dan Pemulihan Konflik
Ada banyak model pendekatan
komunikasi yang dilakukan stakeholder
dalam penanganan konflik di Padarincang,
slahsatu yang sudah dilakukan adalah
model penyelesaian berdasarkan sumber
konflik, model boulding, model posisi
kepentingan dan kebutuhan, model
intervensi pihak ketiga dan banyak model
yang lainnya. Dalam penyelesaian konflik
yang dilakukan di Padarincang dapat dikaji
dengan
menggunakan
pendekatanpendekatan teori universal dan mengadopsi
dari luar, sehingga berakibat pada tidak
munculnya
penyelesaian
yang
berkelanjutan, akhirnya konflik menjadi
perulangan yang dapat memberikan
perubahan positif bagi masyarakat.
Dalam perkembangannya, konflik
Padarincang dapat dipandang disfungsional
bila mengakibatkan perubahan terhadap
struktur sosial yang ada. Dan sebaliknya
dipandang fungsional bila membantu atau
melindungi status quo. Berdasarkan hal ini
perubahan tentang format gerakan datang
dari pihak luar. Intervensi pihak luar,
dianggap menyinggung atau mengganggu
keseimbangan sistem yang ada sehingga
perubahan dianggap sebagai sesuatu yang
disfungsional.
Perilaku-perilaku
yang
dianggap tidak sesuai dengan norma dan
kepentingan tertentu dianggap deviant.
Dengan demikian secara sederhana bisa
dipahami bahwa perbedaan pendapat dan
314
orientasi yang ada cenderung mengabaikan
deviasi dari pola yang biasa dianut
Masyarakat Padarincang.
Fakta dalam kasus komunikasi
masyarakat Padarincang diatas jika diamati,
pada awalnya semua pihak yang terkait
dengan konflik akibat perbedaan orientasi
dan persepsi, membentuk kelompok
kepentingan. Benturan dari berbagai
kepentingan ini menimbulkan konflik yang
jika tidak terselesaikan maka terjadi
perilaku
menyimpang.
Perilaku
menyimpang biasanya disebabkan oleh
kemampuan menyerap informasi yang
lemah atau kompetensi masyarakat yang
kurang memadai dalam hal penangan dan
pemulihan konflik pada masyarakat
Padarincang.
Pemikir pembangunan Indonesia,
Soedjatmoko (1987), menyatakan bahwa
yang
seharusnya
menjadi
prioritas
perhatian dalam penyusunan kebijakan
pembangunan
di
Indonesia
adalah
kemampuan untuk berkembang baik secara
sosial, ekonomis maupun politis, di semua
tingkat dan dalam semua komponen
masyarakat. Pembangunan tidak sebagai
sesuatu yang diperbuat --lewat kegiatan dan
ketrampilan yang diperoleh-- melainkan
sebagai sesuatu yang berlangsung sebagai
proses komunikasi. Dari sinilah, dimulai
era paradigma baru komunikasi dalam
pembangunan di Indonesia, yang lebih
berciri partisipatif-horisontal.
Praktek penyelesaian konflik di
Padarincang, menggunakan komunikasi
partisipatif horizontal yang mengandung
unsur, (revitalisasi) konsep komunikasi
antarpribadi
(interpersonal
communication), media rakyat (folk media),
komunikasi
kelompok
(group
communication) dan model komunikasi dua
tahap (two-step flow communication).
Komunikasi antar pribadi teramati ketika
proses komunikasi antar sesame warga,
tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan
organisasi penggerak perubahan di
Padarincang. Media rakyat dalam hal ini
dimaksudkan
sebuah
forum-forum
pertemuan masyarakat dalam membahas
dan
menganggendakan
penyelesaian
konflik dan penyusunan srtategi pemulihan.
Forum ini dinamakan urun rembug warga
yang terdiri dari semua elemen masyarakat
yang kemudian dalam forum ini muncul
komunikasi kelompok.
Komunikasi kelompok dilakukan
warga
Padarincang
sesuai
dengan
pengelompokan yang sudah terbentuk.
Seperti kelompok pemuda, kelompok tokoh
agama, kelompok ibu-ibu, kelompok
pemerintah desa. Kelempok-kelompok ini
kemudian
berkolaborasi
dalam
merumuskan
pola
pemecahan
dan
pemulihan konflik di Padarincang. Salah
satu polanya yang disepakati dalam forum
ini adalah pola penanganan konflik berbasis
kebutuhan dan keamanan serta kenyamanan
masyarakat Padarincang yang secara ilmiah
dapat dikelompokan menjadi posisi
kepentingan dan kebutuhan.
Selain itu, oleh karena ikatan
kultural
daerah pada masyarakat
Padarincang masih mengakui kharisma
agen perubahan atau opinion leader
(pemuka pendapat dalam masyarakat
seperti kyai, guru, kadus, pemuka adat dsb.)
sebagai aktor penting dalam proses
komunikasi masyarakat dan penyelesaian
konflik yang terjadi, maka model
penyelesaian posisi kepentingan dan
kebutuhan lebih banyak dijelaskan oleh
para opinion leader karna dianggap
memiliki pemikiran yang futuristik.
315
Dalam
penyelesai
model
kepentingan dan kebutuhan, desain
komunikasi partisipatif-horisontal, dapat
teramati ketika masyarakat Padarincang
diundang dalam penanganan konflik
pembangunan menganai pola gerakan dan
penanganan serta pemulihan konflik.
Komunikasi
yang
berlangsung
dilaksanakan dalam model komunikasi
horisontal, interaksi komunikasi dilakukan
secara lebih demokratis, sehingga peluangpeluang aspirasi terbuka lebar. Dalam
proses
komunikasi
masyarakat
Padarincang, tidak hanya ada sumber atau
penerima saja. Sumber juga penerima,
penerima juga sumber dalam kedudukan
yang sama dan dalam level yang sederajat.
Proses komunikasi ini teramati ketika
masyarakat Padarincang duduk bersama
membicarakan pola gerakan perlawanan.
Baik tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan
tokoh agama, duduk secara bersama untuk
mendiskusikan permasalahan dengan saling
memberi kesempatan satu sama lain
mengemukakan pendapatnya. Kemudian
semua pendapat dianalisis dan dicari format
yang sesuai dengan pola dan strategi
gerakan.
Dalam proses penyelesaian konflik
pembangunan di Padarincang, semua pihak
baik masyarakat Padarincang, pemerintah
dan PT Aqua Danone "berbagi" atau
"berdialog".
Isi
komunikasi
yang
disampaikan bukan lagi "informasi" yang
dirancang
untuk
pemulihan
dan
penanganan konflik yang ada. Fakta
benturan, kejadian, masalah, kebutuhan
masyarakat, pemerintah dan perusahaan
dimodifikasikan menjadi "tema bahasan
utama dalam berdialog". Dan tema inilah
yang disoroti, dibicarakan dan dianalisa.
Semua suara didengar dan diperhatikan
untuk dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan. Maka yang terlibat
dalam model komunikasi ini bukan lagi
"sumber dan penerima" melainkan partisipan" yang satu dengan yang lainnya.
Strategi
komunikasi
yang
berlangsung dalam penanganan konflik
pembangunan di masyarakat Padarincang
tidak sesederhana seperti yang dipelajari
dalam teori-teori komunikasi. Beberapa
praktek
komunikasi
mengindikasikan
kepentingan-kepentingan tersembunyi dan
kadang proses komunikasi kehilangan arah
dan kurang bermanfaat, walaupun pada
akhirnya tercapai kesepahaman bersama.
Relevan dengan pendapat Weick yang
memandang
pengorganisasian
daan
gerakan perlawan masyarakat sebagai
proses
evolusioner,
proses
yang
didalamnya kental dengan tarik-ulur
komunikasi
yang
secara
natural
membutuhkan waktu dalam pencapaian
tujuan bersama.
Konsep suatu share mengisyaratkan
bahwa peristiwa-peristiwa dan hubungan
bergerak
serta
berubah
secara
berkesinambungan. Sehingga menjadi
peristiwa yang dinamis. Jadi aliran
informasi di masyarakat Padarincang
sebenarnya adalah suatu proses yang
dinamik dan tetap mempertahankan pesan
sesuai dengan makna yang ditampilkan
kemudian diinterprestasikan. Proses ini
sebenarnya dapat terus berlangsung dan
berubah secara konstan, artinya komunikasi
di masyarakat Padarincang bukanlah suatu
yang terjadi kemudian berhenti. Kesulitan
yang dihadapi masyarakat Padarincang
dalam melakukan gerakan perlawanan,
antara lain menyangkut aspek konten
komunikasi dan unsur kepentingan
beberapa pihak
316
Strategi komunikasi partisipatifhorisontal memungkinkan lahirnya harapan
baru akan semakin intensifnya upaya
pemulihan dan penangan konflik yang
terjadi, menuju situasi yang lebih
demokratis, berdaya, merdeka sepenuhnya,
dalam kerangka civil society. Namun yang
perlu diingat, perintisan komunikasi
partisipatif tidak mulai dari tingkatan
struktur atas yang hanya menjangkau aspek
hukum
dan
perundangan,
sistem
pemerintahan dan niat baik elit penguasa,
melainkan perlu dirintis sejak dari
kehidupan sehari-hari dan persoalan
sederhana dalam masyarakat Padarincang
itu sendiri, seperti isu lingkungan.
Dari strategi komunikasi yang telah
teramati dalam penanganan dan pemulihan
konflik pembangunan di Padarincang, yang
paling tepat digunakan adalah strategi
komunikasi
semua
saluran
dengan
pendekatan
komunikasi
partisipatif
horizontal. Strategi ini dalam beberapa hal
identik dengan aliran lingkaran, aliran
semua saluran tidak mempunyai posisi
pusat, dimana aliran pesan terlihat
sentralistik. Strategi komunikasi partisipatif
horizontal
tidak
ada
pembatasanpembatasan partisipan komunikasi, semua
pihak terkait memiliki peluang yang sama
dalam berkomunikasi. Semua pihak yang
tergabung bebas untuk mengemukakan
sudut pandang tanpa ada tekanan, paksaan
dan ancaman. Dari berbagai pola dan
strategi komunikasi yang teramatai
dalam penelitian ini dapat digambarkan
secara bersamaan, bagaimana proses
komunikasi dan interaksi terjadi ketika
penanganan
konflik
pembangunan
terlihat dalam forum-forum rapat dan
interaksi yang terjadi pada masyarakat,
pemerintah dan perusahaan.
Perilaku
Komunikasi
Komunikasi
dan
Iklim
Perilaku komunikasi masyarakat
Padarincang
khususnya dalam konflik
pembangunan pada dasarnya berorientasi
pada tujuan penghentian dan penutupan PT
Aqua Danone. Dengan kata lain, perilaku
nya
dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh tujuan tersebut. Tujuan-tujuan
ini secara spesifik diketahui dengan sadar
oleh masyarakat Padarincang sehingga
perilaku komunikasinya mengarah pada
perilaku komunikasi yang berbentuk
perlawanan. Dorongan perubahan yang
kuat memotivasi pola perilaku masyarakat
untuk tetap komitmen dan konsisten
dengan apa yang diperjuangkan.
Perilaku komunikasi dan alur
komunikasi
yang
terjadi
dalam
pengambilan
penangan
konflik
pembangunan di Padarincang merupakan
interaksi melalui mana anggota bertukar
informasi dengan anggota lain. Elemen
yang menghubungkan komunikasi yang ada
disebut sebagai jaringan komunikasi yang
memiliki struktur dan sistem tersendiri
yang membedakannya dengan interaksi
ditempat lain. Jaringan sosial yang ada di
masyarakat Padarincang dipahami sebagai
suatu rangkaian hubungan-hubungan yang
dibuat untuk keperluan penguatan kapasitas
masyarakat sehingga memiliki Bargaining
Position. Iklim komunikasi di masyarakat
Padarincang secara informal penuh dengan
persaudaraan sehingga mampu mendorong
masyarakat untuk berkomunikasi secara
terbuka, rileks, ramah dan mengarah.
Dalam praktek formal seperti
penanganan konflik pembangunan, iklim
yang kurang kondusif terlihat dimana
beberapa masyarakat
tidak berani
317
berkomunikasi secara terbuka. Persoalan
perbedaan persepsi, orientasi dan kesulitan
dalam penyampaian nampak ketika proses
diskusi dalam forum rapat koordinasi
misalnya.
Realitas
di
masyarakat
Padarincang
menggambarkan
bahwa
penangan konflik pembangunan antara
masyarakat, pemerintah dan perusahaan,
diputuskan
dengan
kondisi
iklim
komunikasi yang berubah-rubah. Dapat
dijelaskan bahwa iklim komunikasi
memainkan
peranan
sentral
dalam
mendorong pihak-pihak yang terlibat ketika
melakukan pembenahan dan penanganan
konflik.
Iklim komunikasi yang teramati
dalam penelitian ini, menggambarkan iklim
komunikasi yang cenderung meningkatkan
dan mendukung komitmen masyarakat.
Iklim komunikasi yang kuat seringkali
menghasilkan praktik-praktik pengelolaan
dan interaksi yang lebih mendukung
aktivitas kemasyarakatan, seperti ketika
proses penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan di Padarincang. Iklim
komunikasi masyarakat yang terbangun
tidak hanya memudahkan masyarakat
berpartisipasi namun juga penting bagi
kehidupan masyarakat
Padrincang itu
sendiri.
Dari uraian
iklim komuniksi
masyarakat Padarincang, dapat dilihat
pentingnya peran iklim komunikasi
masyarakat
bagi kehidupan sebuah
masyarakat termasuk dalam penanganan
konflik pembangunan. Iklim komunikasi
secara teoritik terdiri dari dukungan,
partisipasi, kepercayaan, keterbukaan maka
kesemua elemen tersebut bermain dan
berkontribusi dalam proses penanganan
konflik pembangunan (Muhammad A.
2002). Secara akademis iklim komunikasi
terdiri dari resepsi-resepsi atas unsur-unsur
masyarakat
dan pengaruh unsur-unsur
tersebut terhadap komunikasi. Sehingga
iklim komunikasi masyarakat dianggap
sebagai kualitas pengalaman yang bersifat
obyektif mengenai lingkungan internal
masyarakat, yang mencakup persepsi
masyarakat masyarakat terhadap pesan
dan hubungan pesan dengan kejadian yang
terjadi di dalam masyarakat (Pace, Faules.
2002).
Secara nyata iklim komunikasi
menjadi
variabel
dalam
aktivitas
masyarakat Padarincang khususnya dalam
penanganan konflik pembangunan. Artinya
walaupun banyak benturan pendapat dan
kepentingan, semua pihak menyadari
bahwa tujuan dari gerakan ini adalah
penolakan berdirinya PT Aqua Danone.
Budaya egaliter dalam penanganan konflik
pembangunan membuat iklim masyarakat
semakin kondusif dalam berbagai hal.
Terciptanya iklim komunikasi yang
kondusif di masyarakat Padarincang
merupakan rangkaian tak terputus dari
setiap interaksi dan kepercayaan yang
diberikan semua pihak.
Faktor Internal dan Eksternal Konflik
Pembangunan di Padarincang
Pembangunan
pada
umumnya
adalah karya terstruktur yang mempunyai
implikasi luas terhadap kualitas hidup
manusia. Hal ini karena konstruksi
pembangunan terdiri atas serangkaian
aktivitas
yang
direncanakan
untuk
memajukan kondisi kehidupan masyarakat.
Secara makro beberapa faktor internal
pemicu konflik pembangunan industrial
diantaranya: pengangguran, keterampilan,
pendidikan peluang kerja,akses ekonomi
masyarakat, kelestarian sumberdaya air dan
faktor politik atau kebijakan pemerintah
daerah dalam pembangunan industrial.
Faktor-faktor tersebut telah menjadi
318
fenomena sosial yang menuntut perhatian
serius dari semua pihak, khususnya bagi
pihak industri dan pemerintah.
Faktor terncamnya lahan dan akses
ekonomi masyarakat, merupakan pemicu
utama terjadinya konflik pembangunan
industrial di Padarincang. Satu hal yang
sangat penting terkait terpinggirkannya
masyarakat
yang
terlibat
konflik
pembangunan di Padarincang adalah
lemahnya akses ekonomi akibat eksploitasi
yang dilakukan perusahan dan pemerintah.
Lemahnya akses ekonomi tersebut sebagian
besar disebabkan adanya upaya pelemahan
secara sistematis sumber-sumber ekonomi
masyarakat, terutama dalam mengelola
sumberdaya
alam
lingkungannya,
pembatasan ruang gerak dan upaya
penggeseran akses ekonomi dari yang
sebelumnya sudah berjalan sebagai sistem
dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai persoalan yang terkait
problem pelemahan akses ekonomi
masyarakat yang berakibat fatal pada
terancamnya kesejateraan dan kualitas
hidup masyarakat, berbagai upaya pun terus
dilakukan oleh masyarakat dan pihak-pihak
yang concern dengan persoalan ini. Mereka
meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM), akademisi, dan juga pihak lainnya
yang membantu secara eksternal. Dengan
munculnya Aliansi dan gerakan masyarakat
untuk menolak eksploitasi sumberdaya
alam,
desakan-desakan
perlawanan
masyarakat terus disuarakan. Desakandesakan tersebut terakumulasi pada hak dan
kebebasan masyarakat untuk menjdapatkan
hak hidup yang layak, hak mendapatkan
kesejahteraan dengan kebebasan mengolah
hutan, air dan lahan dalam wilayah mereka
atau hak ekonomi, dan juga hak-hak
mereka lainnya sebagai warga Pemerintah
Harapan
besar
dengan
mulai
berkembangnya dukungan dari luar
masyarakat Padarincang semisal kampus,
LSM dan munculnya organisasi-organisasi
yang menjadi kekuatan masyarakat, maka
akses ekonmi masyarakat perlahan namun
pasti menemui titik terang.
KESIMPULAN
Model dan trategi komunikasi
dalam
menangani
konflik
bisa
dipertimbangkan sebagai masukan bagi
pendekatan dan strategi pembangunan
modal sosial dan integrsi masyarakat.
Harus
diakui,
trategi
komunikasi
partisipatif horizontal merupakan konsep
yang masih memerlukan penajaman,
terutama
dalam
perumusan
dan
pengukurannya,
setidaknya
dalam
perspektif
komunikasi
pembangunan.
Adapun kesimpulan dalam penelitian ini
adalah:
1.
Strategi komunikasi penanganan dan
pemulihan konflik pembangunan dan
gerakan
sosial
masyarakat
Padarincang terhadap PT Aqua
Danone adalah strategi komunikasi
partisipatif
horizontal
yang
mengandung makna kebersamaan,
kesetaraan, demokratis dan partisipasi
seluruh
masyarakat
dalam
penanganan konflik pembangunan.
4.
Perilaku komunikasi masyarakat
Kabupaten
Serang
dalam
penanganan dan pemulihan konflik
pembangunan yang ditimbulkan PT
Aqua Danone ditentukan oleh isu
bersama, yakni perlawanan akan
penutupan pabrik PT Aqua Danone.
Perilaku komunikasi yang terjadi
diaspirasi oleh para opinion leader
sebagai
penggerak
gerakan
319
5.
masyarakat.
Adapun
iklim
komunikasi
di
masyarakat
Padarincang selalu berubah-rubah
tetapi masih kondusif dalam upaya
penanganan konflik pembangunan.
Artinya masyarakat dapat aktif
berpartisipasi
upaya-upyaa
penanganan dan pemulihan konflik.
Faktor internal dan faktor eksternal
yang memicu konflik pembangunan
dan
gerakan sosial masyarakat
Padarincang terhadap PT Aqua
Danone, adalah faktor benturan
kepentingan dan eksploitasi sumber
daya alam yang merugikan salah
satunya didasari oleh adanya
kemiskinan,
pengangguran,
keterampilan, pendidikan peluang
kerja,
dan
minimnya
akses
pembangunan.
DAFTARPUSTAKA
Ahwan Fanani dan Sukendar, 2006 Potensi
Konflik dalam Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan
Jalan Tol Batang semarang:
Studi
Kasus
terhadap
Komunitas
Klampisan
Semarang.
Bungin, B. 2003. Penelitian Kualitatif.
Prenada Media Group: Jakarta.
_____________Analisis Data Penelitian
Kualitatif.
PT
Rajagrafindo
Persada: Jakarta.
Babie, E. 2004. The practice Of Social
Research, Wadsworth, Belmonth
Darmono
Bambang, 2000. Strategi
Stabilisiasi Pasca Konflik.
Pustaka Grafindo Jakarta.
Gunapemerintah, SH. Dr. 2008. Rakyat &
Pemerintah dalam Pengadaan
Tanah untuk Pembangunan:
PT Tanatusa Jakarta.
Harahap
Mardikanto
Ngadiah,
Mulia Syahrul, 2001Studi
Evaluasi Lingkungan Sosial
Ekonomi dalam Pemyelesaian
Konflik
Pembangunan.
Universitas Sumatra Utara.
Totok 2010, Komunikasi
Pembangunan, UNS Press
Surakarta.
MA. Dr. 2003. Konflik
Pembangunan dan Gerakan
Sosial Politik Papua. Pustaka
Raja, Jogjakarta.
Putra fadillah, dkk (2006) Gerakan Sosial:
Konsep,
Strategi
Aktor,
hambatan
dan
tantangan
Gerakan Sosial di Indonesia,
Aveross Press.
Sitourus, MT. Felix et al. penyunting. 2002.
Menuju Keadilan Agraria: 70
Tahun Gunawam Wiradi.
Bandung. Yayayasan Akatiga.
Silaen Victor. 2006. Gerakan Sosial Baru:
Perlawanan Komunitas Lokal
pada Kasus Indorayon di Toba
Samosir.
Ire
Press
Yogyakarta.
Kartasasmita.,G.1997. Pembangunan Untuk
Rakyat. PT Pustaka
CIDESINDO,Jakarta
320
Download