www.hukumonline.com RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ............... TAHUN .................. TENTANG SUMBERDAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumberdaya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat serbaguna untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di segala bidang baik sosial, ekonomi, budaya, politik maupun bidang ketahanan nasional; b. bahwa dalam menghadapi ketidakseimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun, dan kebutuhan air yang cenderung meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, sumberdaya air harus dikelola, dipelihara, dimanfaatkan, dilindungi dan dijaga kelestariannya dengan memberikan peran yang lebih besar kepada masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan sumberdaya air; c. bahwa pengelolaan sumberdaya air perlu diarahkan untuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa; d. bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat, sehingga perlu diganti dan dibentuk undang-undang yang baru; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c, dan d perlu ditetapkan Undang-undang tentang Sumberdaya Air. Mengingat: Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (2), Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945. Dengan Persetujuan Bersama: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG SUMBERDAYA AIR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 www.hukumonline.com www.hukumonline.com Dalam undang-undang ini yang dimaksudkan dengan: 1. Sumberdaya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. 2. Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas maupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat. 3. Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. 4. Air tanah atau air bawah tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan yang mengandung air di bawah permukaan tanah termasuk mata air. 5. Sumber air adalah tempat dan atau wadah air alami dan atau buatan yang terdapat pada, di atas, maupun di bawah permukaan tanah. 6. Daya air adalah potensi air yang terkandung dalam air dan atau pada sumber air yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan dan penghidupan manusia. 7. Pengelolaan sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. 8. Pola pengelolaan sumberdaya air adalah arahan kebijakan dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. 9. Rencana Pengelolaan Sumberdaya Air adalah hasil perencanaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumberdaya air. 10. Wilayah Sumberdaya Air adalah kesatuan wilayah koordinasi pengelolaan sumberdaya air dalam satu atau lebih wilayah sungai dan dalam satu atau lebih wilayah cekungan air tanah. 11. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan air permukaan dalam satu atau lebih Daerah Aliran Sungai dan atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. 12. Wilayah Cekungan Air Tanah adalah kesatuan wilayah pengelolaan air tanah dalam satu atau lebih cekungan air tanah. 13. Hak guna air adalah hak untuk memperoleh, memakai, dan/atau mengusahakan sumberdaya air untuk berbagai keperluan. 14. Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh, memakai sumberdaya air guna memenuhi keperluan pokok sehari-hari dan kebutuhan lain yang non komersial. 15. Hak guna usaha air adalah hak untuk mengusahakan sumberdaya air guna tujuan komersial. 16. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah. 17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden dan para Menteri. 18. Konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara keberadaan, keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumberdaya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup baik pada waktu sekarang maupun pada generasi yang akan datang. 19. Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. 20. Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan dan penghidupan. 21. Pendayagunaan sumberdaya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumberdaya air secara optimal, berhasilguna dan berdayaguna. www.hukumonline.com www.hukumonline.com 22. 23. 24. 25. 26. 27. Kemitraan adalah suatu bentuk pengusahaan sumberdaya air yang diselenggarakan secara bekerjasama antara pengelola sumberdaya air dengan pihak swasta dan atau masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan/langkah-langkah yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya air. Operasi adalah upaya pengaturan dan pengalokasian sumber daya air dan sumberdaya alam lainnya yang berada di sumberdaya air melalui optimalisasi prasarana sumberdaya air. Pemeliharaan adalah upaya untuk merawat wadah dan prasarana sumberdaya air yang ditujukan untuk menjamin kelestarian fungsi sumberdaya air. Prasarana sumberdaya air adalah bangunan-bangunan sumberdaya air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumberdaya air, baik langsung maupun tidak langsung. Pengelola sumberdaya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumberdaya air. Pasal 2 Sumberdaya air dikelola berdasarkan asas keseimbangan, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian, asas kelestarian, asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas. Pasal 3 Sumberdaya air dikelola dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan hidup untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal 4 Sumberdaya air mempunyai fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup yang diselenggarakan dan diwujudkan secara seimbang. Pasal 5 Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok sehari-hari untuk memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. (1) (2) (3) (1) Pasal 6 Sumberdaya air dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Penguasaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat hukum adat setempat. Atas dasar hak menguasai dari negara sebagaimana dalam ayat (1), ditentukan hak guna air. Pasal 7 Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) terdiri dari hak guna pakai air dan hak guna usaha air. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (5) (1) Hak guna air hanya dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya, kepada pihak lain setelah mendapatkan persetujuan dari pejabat yang menerbitkan izin penggunaan sumberdaya air yang bersangkutan. Hak guna air masyarakat hukum adat tetap diakui, sepanjang kenyataannya masih ada dan telah dikukuhkan dengan Peraturan Daerah setempat. Ketentuan mengenai hak guna air, penyewaan dan atau pemindahtanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 8 Hak guna pakai air dapat diberikan kepada perorangan, kelompok orang, dan badan sosial untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan atau kebutuhan lainnya yang sifatnya bukan komersial. Hak guna pakai air yang diberikan kepada perorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diperlukan izin dari pejabat yang berwenang, sepanjang tidak mempertinggi, memperendah permukaan air dan atau membelokkan aliran air pada sumber air. Hak guna pakai air yang diberikan kepada kelompok orang dan badan sosial selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan dengan izin dari pejabat yang berwenang. Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pasal 9 Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perorangan atau badan usaha guna tujuan komersial dan atau untuk memenuhi kebutuhan usahanya berdasarkan izin dari pejabat yang berwenang. Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air yang menjadi haknya di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti rugi atau kompensasi. Pasal 10 Untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumberdaya air yang dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat di segala kehidupan dan penghidupan disusun pola pengelolaan sumberdaya air. Pola pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan wilayah sumberdaya air dengan berlandaskan pada prinsip keterpaduan antara sumberdaya air permukaan dan air tanah tanpa mengurangi wewenang instansiinstansi pemerintah yang bersangkutan dalam bidang tugas masing-masing. Penyusunan pola pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan dunia usaha. Pola pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan sumberdaya air. Ketentuan mengenai penyusunan pola pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 11 Pengelolaan air permukaan didasarkan pada wilayah sungai. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) Pengelolaan air tanah didasarkan pada wilayah cekungan air tanah. Ketentuan mengenai pengelolaan air permukaan dan pengelolaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB II WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pasal 12 Wilayah sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden berdasarkan rekomendasi Dewan Nasional Sumberdaya Air. Dewan Nasional Sumberdaya Air wajib berkonsultasi dengan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota yang bersangkutan sebelum memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Wilayah sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah. Penetapan wilayah sumberdaya air, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah sumberdaya air dalam satu Kabupaten/Kota, wilayah sumberdaya air lintas Kabupaten/Kota, wilayah sumberdaya air lintas Provinsi, wilayah sumberdaya air lintas Negara, dan wilayah sumberdaya air strategis nasional. Penetapan wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah sungai dalam satu Kabupaten/Kota, wilayah sungai lintas Kabupaten/Kota, wilayah sungai lintas Provinsi, wilayah sungai lintas Negara, dan wilayah sungai strategis nasional. Penetapan wilayah cekungan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi wilayah cekungan air tanah dalam satu Kabupaten/Kota, wilayah cekungan air tanah lintas Kabupaten/Kota, wilayah cekungan air tanah lintas Provinsi, dan wilayah cekungan air tanah lintas Negara. Ketentuan mengenai kriteria dan tata cara penetapan wilayah sumberdaya air, wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 13 Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah meliputi: a. menetapkan pola pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sumberdaya air lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional; b. menetapkan kebijakan nasional sumberdaya air; c. menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional; d. menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya air pada wilayah cekungan air tanah lintas provinsi, dan lintas negara; e. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional; f. melaksanakan pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional; g. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan penggunaan, dan pengusahaan sumberdaya air permukaan di wilayah sungai lintas provinsi, lintas negara, dan strategis nasional; h. mengatur, menetapkan dan memberi rekomendasi teknik atas penyediaan, peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah di wilayah cekungan air tanah lintas negara; www.hukumonline.com www.hukumonline.com i. j. k. l. m. membentuk Dewan Nasional Sumberdaya Air; memfasilitasi penyelesaian sengketa antar provinsi dalam pengelolaan sumberdaya air; menetapkan standar, kriteria, dan pedoman pengelolaan sumberdaya air; menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air di wilayah sungai yang menjadi wewenangnya; dan memberikan bantuan teknis dan pelayanan kepada Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai kebutuhan. Pasal 14 Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Provinsi meliputi: a. menetapkan pola pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sumberdaya air lintas kabupaten /kota; b. menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya air provinsi berdasarkan kebijakan nasional sumberdaya air dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya; c. menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah lintas kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya; d. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota; e. melaksanakan pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah lintas kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya; f. mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas penyediaan, peruntukan penggunaan, dan pengusahaan sumberdaya air di wilayah sungai lintas kabupaten/kota; g. mengatur, menetapkan, dan memberi rekomendasi teknik atas penyediaan, pengambilan, peruntukan penggunaan dan pengusahaan air tanah di wilayah daerah cekungan air tanah lintas kabupaten/kota, dan lintas provinsi; h. membentuk dewan sumberdaya air atau wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air tingkat provinsi dan atau pada wilayah sungai dan lintas kabupaten/kota; i. memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam pengelolaan sumberdaya air; j. membantu kabupaten/kota dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat atas air di wilayahnya sesuai kemampuan Pemerintah Provinsi; k. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air di wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah yang menjadi wewenangnya; l. memberikan bantuan teknis dan pelayanan sesuai kebutuhan untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumberdaya air oleh kabupaten/kota. Pasal 15 Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota meliputi: a. menetapkan pola pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sumberdaya air dalam satu kabupaten/kota; b. menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya air kabupaten/kota berdasarkan kebijakan sumberdaya air tingkat nasional dan provinsi dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; c. menetapkan rencana pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; www.hukumonline.com www.hukumonline.com d. e. f. g. h. i. menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota; melaksanakan pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dalam satu kabupaten/kota bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan kabupaten/kota sekitarnya; mengatur, menetapkan, dan memberi izin penyediaan, peruntukan penggunaan, dan pengusahaan sumberdaya air di wilayahnya; membentuk dewan sumberdaya air atau wadah koordinasi pengelolaan sumberdaya air tingkat kabupaten/kota; memenuhi kebutuhan pokok masyarakat di wilayahnya atas air sesuai kemampuan Pemerintah Kabupaten/Kota; dan menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air di wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah yang menjadi wewenangnya. Pasal 16 Wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain meliputi: a. mengelola sumberdaya air di wilayah desa yang belum dilaksanakan oleh masyarakat dan atau pemerintahan di atasnya dengan mempertimbangkan asas kemanfaatan umum; b. menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas, dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air yang menjadi kewenangannya; c. memenuhi kebutuhan pokok warga desa atas air sesuai kemampuan; dan d. memperhatikan kepentingan desa lain dalam melaksanakan pengelolaan sumberdaya air di wilayahnya. Pasal 17 Sebagian wewenang Pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya air dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (1) (2) Pasal 18 Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat melaksanakan sebagian wewenangnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan 15, Pemerintah Daerah dapat menyerahkan wewenang tersebut kepada pemerintah di atasnya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pemerintah di atasnya dapat mengambil peran penyelesaian masalah dalam pelaksanaan sebagian wewenang pengelolaan sumberdaya air oleh Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dan 15 dalam hal: a. Pemerintah Daerah tidak melaksanakan sebagian wewenang pengelolaan sumberdaya air sehingga dapat membahayakan kepentingan umum; b. terjadi bencana alam berskala nasional yang terkait dengan air; atau c. adanya sengketa antar provinsi atau kabupaten/kota. BAB III KONSERVASI SUMBERDAYA AIR Pasal 19 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (1) Konservasi sumberdaya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan, daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumberdaya air. Konservasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada pola pengelolaan sumberdaya air yang sudah ditetapkan di setiap wilayah sumberdaya air melalui kegiatan perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, dan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) menjadi salah satu unsur dalam perencanaan tata ruang. Pasal 20 Perlindungan dan pelestarian sumber air ditujukan untuk melindungi dan melestarikan sumber-sumber air dan lingkungan keberadaannya terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk kekeringan, dan yang disebabkan oleh tindakan manusia. Perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui: a. pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air; b. pengendalian pemanfaatan sumber air; c. pengisian air pada sumber air; d. pengaturan prasarana dan sarana sanitasi; e. pengamanan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan pada sumber air; f. pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu; g. pengaturan daerah sempadan sumber air; h. rehabilitasi hutan dan lahan; dan atau i. pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Upaya perlindungan dan pelestarian sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dijadikan dasar dalam penatagunaan lahan. Pelaksanaan perlindungan dan pelestarian sumber air secara vegetatif dan atau konstruksi wajib dilaksanakan dengan pendekatan sosial, ekonomi, dan budaya. Ketentuan mengenai perlindungan dan pelestarian sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 21 Pengawetan air ditujukan untuk memelihara keberadaan air agar air secara kuantitas tersedia sesuai dengan fungsinya. Pengawetan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan cara: a. menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu diperlukan; b. menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif; c. mengendalikan penggunaan air tanah. Ketentuan mengenai pengawetan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 22 Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ditujukan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada sumbersumber air. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan cara: a. mencegah pencemaran air pada sumber air dan prasarana sumberdaya air; b. memperbaiki kualitas air pada sumber air dan prasarana sumberdaya air; Ketentuan mengenai pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 23 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air, merugikan upaya pengawetan air, dan/atau mengakibatkan pencemaran air. (1) (2) (3) Pasal 24 Konservasi sumberdaya air dilaksanakan pada sungai, danau, waduk. rawa, cekungan air tanah, jaringan irigasi, daerah tangkapan air, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan hutan diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pengaturan konservasi sumberdaya air yang berada di dalam kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam dan kawasan hutan diatur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Ketentuan mengenai konservasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. BAB IV PENDAYAGUNAAN SUMBERDAYA AIR (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (1) Pasal 25 Pendayagunaan sumberdaya air dilakukan dengan mengacu pada pola pengelolaan sumberdaya air yang sudah ditetapkan di setiap wilayah sumberdaya air melalui kegiatan penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan dan pengusahaan sumberdaya air. Pendayagunaan sumberdaya air ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan masyarakat secara adil. Pendayagunaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan pada kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Pendayagunaan sumberdaya air diselenggarakan secara terpadu dan adil baik antar sektor, antar wilayah maupun antar kelompok masyarakat dengan mendorong pola kerja sama. Pendayagunaan sumberdaya air didasarkan pada keterkaitan antara air hujan, air permukaan, dan air tanah dengan mengutamakan pendayagunaan air permukaan. Dalam rangka penghematan air setiap orang mengupayakan pendaur ulangan air. Pendayagunaan sumberdaya air dilakukan dengan mengutamakan fungsi sosial untuk mewujudkan keadilan dengan memperhatikan prinsip pemanfaat membayar jasa pelayanan pengelolaan sumberdaya air, dan melibatkan peran masyarakat. Pasal 26 Penatagunaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) ditujukan untuk menetapkan zona pemanfaatan sumber air dan peruntukan air pada sumber air. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) (4) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Penetapan zona pemanfaatan sumber air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan salah satu unsur untuk penyusunan atau perubahan rencana tata ruang wilayah dan rencana pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah yang bersangkutan. Penetapan zona pemanfaatan sumberdaya air dilakukan dengan: a. mengalokasikan zona untuk fungsi lindung dan budi daya; b. memperhatikan ruang sumber air yang dibatasi oleh garis sempadan sumber air; c. dasar hasil penelitian dan pengukuran secara teknis hidrologis; d. memperhatikan kepentingan berbagai jenis pemanfaatan; e. melibatkan peran masyarakat sekitar dan pihak lain yang berkepentingan; f. memperhatikan fungsi kawasan. Ketentuan dan tata cara penetapan-penetapan zona sumber air diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 27 Penetapan peruntukan air pada sumber air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) di setiap wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dilakukan dengan memperhatikan: a. daya dukung sumber air; b. jumlah dan penyebaran penduduk serta proyeksi pertumbuhannya; c. perhitungan dan proyeksi kebutuhan sumberdaya air; d. pemanfaatan air yang sudah ada. Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan peruntukan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Ketentuan mengenai penetapan peruntukan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 28 Penyediaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan akan air dan daya air guna memenuhi berbagai keperluan sesuai dengan kualitas dan kuantitas. Penyediaan sumberdaya air dalam setiap wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumberdaya air yang ditetapkan untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian, ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan keanekaragaman hayati, olah raga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem, estetika serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyediaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok merupakan prioritas utama penyediaan sumberdaya air di atas semua kebutuhan yang lain. Urutan prioritas penyediaan sumberdaya air selain sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (3) ditetapkan dalam setiap wilayah sumberdaya air dan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. Apabila penetapan urutan prioritas penyediaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) menimbulkan kerugian bagi pemakai sumberdaya air yang telah menggunakan sumberdaya air yang bersangkutan sebelumnya, Pemerintah atau Pemerintah Daerah wajib mengatur kompensasi kepada pemakainya. Penyediaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) direncanakan dan ditetapkan sebagai bagian dalam rencana pengelolaan sumberdaya air di setiap wilayah www.hukumonline.com www.hukumonline.com sungai dan wilayah cekungan air tanah oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (1) (2) Pasal 29 Penyediaan sumberdaya air dilaksanakan berdasarkan rencana pengelolaan sumberdaya air yang ditetapkan dalam setiap wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah. Tanpa mengurangi arti rencana pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berdasar perkembangan keperluan dan keadaan setempat, Pemerintah atau Pemerintah Daerah dapat mengambil tindakan penyediaan sumberdaya air untuk memenuhi kepentingan yang mendesak. Pasal 30 Ketentuan mengenai penyediaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan Pasal 29 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (1) (2) Pasal 31 Penggunaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) ditujukan untuk pemanfaatan sumberdaya air dan prasarananya sebagai media dan atau materi. Penggunaan sumberdaya air dilaksanakan sesuai penatagunaan dan rencana penyediaan sumberdaya air yang telah ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumberdaya air di wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah bersangkutan. Penggunaan air dari sumber air oleh perorangan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dapat dilakukan tanpa izin sepanjang tidak menimbulkan kerusakan pada sumber air dan lingkungannya atau prasarana umum yang bersangkutan. Penggunaan air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari yang dilakukan melalui prasarana sumberdaya air harus dengan persetujuan dari pihak yang berhak atas prasarana yang bersangkutan. Apabila penggunaan air sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ternyata menimbulkan kerusakan, yang bersangkutan wajib mengganti kerugian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam penggunaan air setiap orang, kelompok orang atau badan hukum berupaya menggunakan air secara daur ulang dan penggunaan kembali air. Pasal 32 Penggunaan sumberdaya air selain untuk keperluan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (3) wajib memperoleh izin dari Pejabat yang berwenang. Ketentuan mengenai penggunaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 33 Dalam keadaan memaksa, Pejabat yang berwenang dapat membekukan sementara izin penggunaan sumberdaya air untuk kepentingan konservasi, persiapan pelaksanaan konstruksi, dan pemenuhan prioritas penggunaan sumberdaya air. (1) Pasal 34 Pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumberdaya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk air bersih www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) (4) (5) rumah tangga, pertanian, industri, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan kebutuhan sumberdaya air untuk berbagai keperluan lainnya. Pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan tanpa merusak keseimbangan lingkungan hidup. Pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan berdasarkan rencana pengelolaan sumberdaya air dan rencana tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan: a. daya dukung sumberdaya air; b. kekhasan dan aspirasi daerah serta masyarakat setempat; c. kemampuan pembiayaan; dan d. kelestarian keanekaragaman hayati dalam sumber air. Pelaksanaan pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan melalui konsultasi publik dan tahapan survai, investigasi, perencanaan, serta didasarkan pada kelayakan teknis, ekonomi, dan lingkungan hidup. Dampak yang mungkin timbul akibat dilaksanakannya pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) harus ditangani secara tuntas dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait pada tahap penyusunan rencana. Pasal 35 Pengembangan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) meliputi: a. air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya; b. air tanah pada cekungan air tanah; c. air hujan; dan d. air laut yang dimanfaatkan di darat. (1) (2) (1) (2) (3) (4) (1) Pasal 36 Pengembangan air permukaan pada sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf a dilaksanakan dengan memperhatikan karakteristik dan fungsi sumber air yang bersangkutan. Ketentuan mengenai pengembangan sungai, danau, rawa, dan sumber air permukaan lainnya ditetapkan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 37 Air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b merupakan salah satu sumberdaya air yang keberadaannya terbatas dan kerusakannya mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan. Pengembangan air tanah dilakukan secara terpadu dalam pengembangan sumberdaya air pada wilayah cekungan air tanah dengan upaya pencegahan terhadap kerusakan air tanah. Pengembangan air tanah didasarkan pada pengembangan sumberdaya air di wilayah cekungan air tanah dengan tetap memperhatikan satuan pengelolaan cekungan air tanah. Ketentuan mengenai pengembangan air tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 38 Pengembangan fungsi dan manfaat air hujan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf c dilaksanakan dengan mengembangkan teknologi modifikasi cuaca. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (1) (2) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Badan usaha dan perorangan dapat melaksanakan pemanfaatan awan dengan teknologi modifikasi cuaca untuk keperluannya setelah memperoleh izin dari Pemerintah. Ketentuan mengenai pemanfaatan awan untuk teknologi modifikasi cuaca diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 39 Pengembangan fungsi dan manfaat air laut yang dimanfaatkan di darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf d dilakukan dengan memperhatikan fungsi lingkungan hidup. Badan usaha dan perorangan dapat melaksanakan pemanfaatan air laut di darat setelah memperoleh izin dari Pemerintah. Ketentuan mengenai pemanfaatan air laut di darat diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 40 Pemenuhan air baku untuk kebutuhan rumah tangga dilakukan dengan pengembangan air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1). Pengelolaan air bersih dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan air bersih. Ketentuan mengenai pengelolaan air bersih diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 41 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) yang dilaksanakan oleh perkumpulan petani pemakai air dilakukan berdasarkan izin hak guna pakai air yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. Pemenuhan kebutuhan air baku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) untuk usaha pertanian dilaksanakan berdasarkan izin hak guna usaha air. Pasal 42 Pemenuhan kebutuhan air baku untuk pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dilakukan dengan pengembangan sistem jaringan irigasi. Pengembangan sistem jaringan irigasi menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenangnya. Pengembangan sistem jaringan irigasi dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat. Pengembangan sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan ketentuan: a. pengembangan sistem jaringan irigasi lintas provinsi menjadi tanggung jawab Pemerintah; b. pengembangan sistem jaringan utama irigasi lintas kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Pemerintah Provinsi yang bersangkutan; c. pengembangan sistem jaringan irigasi pada satu daerah kabupaten/kota menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan. Pengembangan jaringan irigasi dapat dilaksanakan oleh perkumpulan petani pemakai air atau pihak-pihak lain sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Ketentuan mengenai irigasi diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 43 www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (1) (2) (1) (2) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) (1) (2) Pengembangan sumberdaya air untuk industri dan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air baku dalam proses pengolahan dan atau eksplorasi. Ketentuan mengenai pengembangan sumberdaya air untuk industri dan pertambangan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 44 Pengembangan sumberdaya air untuk keperluan ketenagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dapat dilakukan untuk memenuhi keperluan sendiri dan untuk diusahakan lebih lanjut. Ketentuan mengenai pengembangan sumberdaya air untuk ketenagaan diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 45 Pengembangan sumberdaya air untuk perhubungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1) dapat dilakukan di sungai, danau, waduk, dan sumber air lainnya. Ketentuan mengenai pengembangan sumberdaya air sebagai jaringan prasarana angkutan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 46 Pengusahaan sumberdaya air diselenggarakan dengan tetap memperhatikan fungsi sosial dan kelestarian lingkungan. Pengusahaan sumberdaya air permukaan yang meliputi satu wilayah sungai secara keseluruhan hanya dapat dilaksanakan oleh badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah di bidang pengelolaan sumberdaya air atau kerjasama antara badan usaha milik negara dengan badan usaha milik daerah. Pengusahaan sumberdaya air selain yang dimaksud dalam ayat (2) dapat dilaksanakan oleh badan usaha, perorangan atau kerjasama antar badan usaha dengan izin pengusahaan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan rencana alokasi air pada sumber air. Pasal 47 Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya, mengatur dan menetapkan alokasi air pada sumber air untuk pengusahaan sumberdaya air oleh badan usaha atau perorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3). Alokasi air untuk pengusahaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus didasarkan pada rencana alokasi air yang ditetapkan dalam rencana pengelolaan sumberdaya air di wilayah sumberdaya air bersangkutan. Alokasi air untuk pengusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dalam izin pengusahaan dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah. Dalam hal rencana pengelolaan sumberdaya air belum ditetapkan, izin pengusahaan pada wilayah sumberdaya air tersebut ditetapkan berdasarkan alokasi air sementara. Pasal 48 Pemerintah wajib melakukan pengawasan atas mutu pelayanan dari badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumberdaya air, badan usaha lain, dan perorangan sebagai pemegang izin pengusahaan sumberdaya air. Pemerintah wajib memfasilitasi pengaduan masyarakat atas pelayanan dari badan usaha dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). www.hukumonline.com www.hukumonline.com (3) (4) (5) (1) (2) Badan usaha dan perorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib ikut serta melakukan kegiatan konservasi sumberdaya air dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Rencana pengusahaan sumberdaya air dilakukan melalui konsultasi publik. Pengusahaan sumberdaya air diselenggarakan dengan mendorong keikutsertaan usaha kecil dan menengah. Pasal 49 Pengusahaan sumberdaya air dalam suatu wilayah sumberdaya air yang dilakukan dengan membangun dan atau menggunakan saluran distribusi hanya dapat digunakan untuk wilayah sumberdaya air lainnya apabila masih terdapat ketersediaan air yang melebihi keperluan penduduk pada wilayah sumberdaya air yang bersangkutan. Pengusahaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didasarkan pada rencana pengelolaan sumberdaya air di wilayah sumberdaya air bersangkutan. Pasal 50 Ketentuan mengenai pengusahaan sumberdaya air diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB V PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR (1) (2) (3) (4) Pasal 51 Pengendalian daya rusak air dilakukan secara menyeluruh yang mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, sampai dengan pemulihan. Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diutamakan pada upaya pencegahan melalui perencanaan pengendalian daya rusak air yang disusun secara terpadu dan menyeluruh, dalam pola pengelolaan wilayah sumberdaya air; Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan pemeliharaan sumber air serta prasarana pengendalian daya rusak air. Pengendalian daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengelola sumberdaya air wilayah sungai, dan masyarakat. Pasal 52 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1), yang meliputi banjir, erosi dan sedimentasi, longsoran tanah, amblesan tanah, perubahan sifat dan kandungan kimiawi, biologi dan fisika air, terancamnya kepunahan jenis tumbuhan dan atau satwa, dan atau wabah penyakit. (1) (2) (3) Pasal 53 Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dilakukan melalui kegiatan fisik dan atau non fisik serta penyeimbangan antara hulu dan hilir wilayah sumberdaya air. Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) lebih diutamakan pada kegiatan non fisik. Pilihan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan oleh pengelola sumberdaya air pada wilayah sungai yang bersangkutan. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (4) (1) (2) (3) (4) (1) (2) Ketentuan mengenai pencegahan kerusakan dan bencana akibat daya rusak air diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 54 Penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (1) dilakukan dengan mitigasi bencana. Penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara terpadu oleh instansi-instansi terkait dan masyarakat melalui suatu badan koordinasi penanggulangan bencana pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Badan koordinasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pada tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden, di tingkat provinsi oleh Gubernur dan di tingkat kabupaten/kota oleh Bupati/Walikota. Ketentuan mengenai penanggulangan kerusakan dan atau bencana akibat air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 55 Penanggulangan bencana akibat air yang berskala nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah. Bencana berskala nasional akibat air ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Pasal 56 Dalam keadaan yang membahayakan, Gubernur dan atau Bupati/Walikota berwenang mengambil tindakan darurat guna keperluan penanggulangan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (1). (1) (2) (3) (1) (2) Pasal 57 Pemulihan daya rusak air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) dilakukan dengan memulihkan kembali fungsi lingkungan hidup dan sistem prasarana sumberdaya air. Pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) menjadi tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengelola sumberdaya air, dan masyarakat. Ketentuan mengenai pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 58 Pengendalian daya rusak air dilakukan pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, jaringan irigasi, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat. Ketentuan mengenai pengendalian daya rusak air pada sungai, danau, waduk, rawa, cekungan air tanah, jaringan irigasi, air hujan, dan air laut yang dimanfaatkan di darat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. BAB VI PERENCANAAN (1) Pasal 59 Perencanaan pengelolaan sumberdaya air disusun untuk menghasilkan rencana yang berfungsi sebagai pedoman dan arahan dalam pelaksanaan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air dan pengendalian daya rusak air. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (2) (3) (4) (1) (2) (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Perencanaan pengelolaan sumberdaya air dilaksanakan berdasarkan asas pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Perencanaan pengelolaan sumberdaya air disusun sesuai dengan pola pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. Rencana pengelolaan sumberdaya air merupakan salah satu unsur dalam penyusunan, peninjauan kembali dan atau penyempurnaan rencana tata ruang wilayah. Pasal 60 Perencanaan pengelolaan sumberdaya air disusun sesuai dengan prosedur dan persyaratan melalui tahapan yang ditetapkan dalam standar perencanaan yang berlaku secara nasional yang mencakup inventarisasi sumberdaya air, penyusunan dan penetapan rencana pengelolaan sumberdaya air. Ketentuan mengenai prosedur dan persyaratan perencanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 61 Inventarisasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (1) dilakukan pada setiap wilayah sumberdaya air di seluruh wilayah Indonesia. Inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan secara terkoordinasi di setiap wilayah sumberdaya air oleh pengelola sumberdaya air yang bersangkutan. Pelaksanaan inventarisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan oleh pihak lain berdasarkan ketentuan dan tata cara yang ditetapkan. Pengelola sumberdaya air wajib memelihara hasil inventarisasi dan memperbarui datanya sesuai perkembangan keadaan. Ketentuan mengenai inventarisasi sumberdaya air diatur lebih lanjut dalam Peraturan pemerintah. Pasal 62 Penyusunan rencana pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud Pasal 59 ayat (3) pada setiap wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dilaksanakan secara terkoordinasi oleh instansi yang berwenang sesuai dengan bidang tugasnya dengan mengikutsertakan para pihak yang berkepentingan dalam bidang sumberdaya air. Instansi yang berwenang sesuai dengan bidang tugasnya mengumumkan secara terbuka rancangan rencana pengelolaan sumberdaya air kepada masyarakat. Masyarakat berhak menyatakan keberatan terhadap rancangan rencana pengelolaan sumberdaya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat. instansi yang berwenang melakukan peninjauan kembali terhadap rancangan rencana pengelolaan sumberdaya air atas keberatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3). Rancangan rencana pengelolaan sumberdaya air ditetapkan oleh instansi yang berwenang untuk menjadi rencana pengelolaan sumberdaya air. Rencana pengelolaan sumberdaya air di setiap wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah dirinci ke dalam program-program pembangunan yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya air oleh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketentuan mengenai perencanaan pengelolaan sumberdaya air diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB VII www.hukumonline.com www.hukumonline.com PELAKSANAAN KONSTRUKSI, OPERASI DAN PEMELIHARAAN (1) (2) (3) (4) (5) (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pasal 63 Pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air dilakukan berdasarkan norma, standar , pedoman, dan manual dengan memanfaatkan teknologi dan sumberdaya lokal serta mengutamakan keselamatan, keamanan kerja dan keberlanjutan fungsi ekologis sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setiap orang dan/atau badan usaha dilarang melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi sumberdaya air yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Setiap orang dan/atau badan usaha yang melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Pada sumber air wajib memperoleh izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya. Pelaksanaan konstruksi prasarana sumberdaya air di atas tanah pihak lain dilaksanakan setelah proses ganti rugi fisik dan non fisik kepada pihak yang berhak atas tanah tersebut dan atau pihak lain yang dirugikan, diselesaikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 64 Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumberdaya air terdiri dari pemeliharaan sumber air serta operasi dan pemeliharaan prasarana sumberdaya air. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pengaturan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk menjamin kelestarian fungsi dan manfaat sumberdaya air. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sumberdaya air dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau pengelola sumberdaya air sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah. Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana sumberdaya air yang dibangun oleh badan usaha, kelompok masyarakat, atau perorangan menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang membangun. Masyarakat ikut berperan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). Ketentuan mengenai operasi dan pemeliharaan sumberdaya air diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB VIII SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA AIR (1) (2) Pasal 65 Untuk mendukung pengelolaan sumberdaya air, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pengelolaan sistem informasi sumberdaya air sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan wilayah sumberdaya air. Informasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi informasi mengenai hidrologi, hidrometeorologi, hidrogeologi, kebijakan sumberdaya air, prasarana sumberdaya air, teknologi sumberdaya air, lingkungan pada dan sekitar sumberdaya air, dan kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumberdaya air. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3) (4) Pasal 66 Sistem informasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (1) merupakan jaringan informasi sumberdaya air yang tersebar dan dikelola oleh berbagai institusi. Jaringan informasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam bidang sumberdaya air. Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis untuk menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumberdaya air. Pasal 67 Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta pengelola sumberdaya air, sesuai dengan kewenangannya, menyediakan informasi sumberdaya air bagi semua pihak yang berkepentingan dalam bidang sumberdaya air. Untuk melaksanakan kegiatan penyediaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), seluruh instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan hukum, organisasi, dan lembaga serta perorangan yang melaksanakan kegiatan berkaitan dengan sumberdaya air menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang sumberdaya air. Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengelola sumberdaya air, badan hukum, organisasi, lembaga dan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu informasi yang disampaikan. Pasal 68 Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumberdaya air, dilaksanakan pengelolaan hidrologi, hidrogeologi, dan hidrometeorologi di tingkat wilayah sumberdaya air, kabupaten/kota, provinsi, dan nasional. Kebijakan pengelolaan hidrologi, hidrogeologi, dan hidrometeorologi ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan usul Dewan Nasional Sumberdaya Air. Pengelolaan hidrologi, hidrogeologi, dan hidrometeorologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh instansi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengelola sumberdaya air sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan wilayah sumberdaya air. Pelaksanaan pengelolaan hidrologi, hidrogeologi, dan hidrometeorologi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui kerjasama dengan pihak lain. Pasal 69 Ketentuan mengenai sistem informasi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, Pasal 67, dan Pasal 68 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB IX PEMBERDAYAAN DAN PENGAWASAN (1) (2) Pasal 70 Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan pemberdayaan para pelaku dan kelembagaan sumberdaya air untuk meningkatkan kinerja pengelolaan sumberdaya air. Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada kegiatankegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan sumberdaya air dengan mengikutsertakan peran masyarakat. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (3) (4) (1) (2) (1) (2) (3) (4) Kelompok-kelompok masyarakat atas prakarsa sendiri dapat melaksanakan upaya-upaya pemberdayaan untuk kepentingan masing-masing dengan berpedoman pada tujuan dan pendekatan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). Pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dalam bentuk pendidikan, penelitian dan pengembangan serta pendampingan dan pelatihan. Pasal 71 Menteri yang terkait dalam bidang sumberdaya air menetapkan pendidikan khusus dalam bidang sumberdaya air. Penyelenggaraan pendidikan bidang sumberdaya air dapat dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun swasta sesuai dengan standar pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 72 Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang sumberdaya air diselenggarakan untuk mendukung dan meningkatkan kinerja dan hasil pengelolaan sumberdaya air. Menteri yang bertanggung jawab di bidang riset dan teknologi, setelah memperoleh saran dari menteri yang terkait dengan sumberdaya air, menetapkan kebijakan dan pedoman yang diperlukan dalam rangka penyelenggaraan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya melaksanakan kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi dalam bidang sumberdaya air. Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendorong dan menciptakan kondisi yang mendukung untuk meningkatkan pelaksanaan penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang sumberdaya air oleh masyarakat, dunia usaha, dan perguruan tinggi. Pasal 73 Pemerintah wajib memfasilitasi perlindungan hasil penemuan ilmu pengetahuan dan inovasi teknologi dalam bidang sumberdaya air sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. (1) (2) (3) (1) (2) (3) Pasal 74 Pendampingan dan pelatihan dalam rangka pemberdayaan pelaku dan kelembagaan bidang sumberdaya air diselenggarakan pada wilayah sumberdaya air. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya dalam pengelolaan sumberdaya air, menetapkan pedoman kegiatan pendampingan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memiliki kaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya air wajib memberikan dukungan dan bekerjasama untuk menyelenggarakan kegiatan pendampingan dan pelatihan. Pasal 75 Untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan sumberdaya air diselenggarakan kegiatan pengawasan terhadap seluruh proses dan hasil pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air di setiap wilayah sumberdaya air. Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya melaksanakan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (4) (5) Peran masyarakat dalam pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan menyampaikan laporan dan atau pengaduan kepada pihak yang berwenang. Pemerintah wajib menyediakan tata cara laporan dan pengaduan masyarakat dalam pengawasan pengelolaan sumberdaya air. BAB X PEMBIAYAAN (1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) Pasal 76 Pembiayaan pengelolaan sumberdaya air ditetapkan berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air. Jenis pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi: a. biaya inventarisasi sumberdaya air; b. biaya pembangunan dan investasi; c. biaya operasi, pemeliharaan, dan konservasi; d. biaya jasa pengelolaan sumberdaya air. Sumber dana untuk masing-masing jenis pembiayaan dapat berupa: a. anggaran pemerintah; b. anggaran swasta; c. hasil penerimaan jasa pengelolaan sumberdaya air; Pasal 77 Pembiayaan pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (1) ditanggung oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah pengelola sumberdaya air, badan usaha lain dan perorangan, baik secara sendiri-sendiri maupun dalam bentuk kerjasama. Pembiayaan pengelolaan sumberdaya air yang menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada kewenangan masing-masing dalam pengelolaan sumberdaya air. Dalam hal terdapat kepentingan mendesak untuk mendayagunakan sumberdaya air, pembiayaan pengelolaan sumberdaya air di wilayah sumberdaya air lintas provinsi, lintas kabupaten/kota, dan strategis nasional ditetapkan bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang bersangkutan melalui pola kerja sama. Pasal 78 Pembiayaan pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada Pasal 77 ayat (1) yang ditujukan untuk usaha komersial yang diselenggarakan oleh BUMN/BUMD Pengelola Sumberdaya Air, Badan Usaha lain dan perorangan ditanggung oleh yang bersangkutan. Dengan mempertimbangkan kemampuan pembiayaan BUMN/BUMD Pengelola Sumberdaya Air, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam batas-batas tertentu dapat memberikan bantuan pembiayaan pengelolaan sumberdaya air kepada yang bersangkutan antara lain untuk pembiayaan pelayanan sosial, pelayanan yang ditujukan bagi kesejahteraan dan keselamatan umum. Pasal 79 Ketentuan mengenai pembiayaan pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76, Pasal 77 dan Pasal 78 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pasal 80 Pengguna sumberdaya air dikenakan iuran jasa pengelolaan sumberdaya air. Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi penggunaan sumberdaya air untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada perhitungan ekonomi rasional yang dapat dipertanggungjawabkan. Penentuan besarnya iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada pertimbangan kemampuan ekonomi kelompok pengguna dan jenis penggunaan. Pengelola sumberdaya air berhak atas iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk wilayah sumberdaya air yang menjadi tanggung jawabnya. Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipergunakan terutama untuk mendukung terselenggaranya kelangsungan pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai dan wilayah cekungan air tanah yang bersangkutan. Ketentuan mengenai iuran jasa pelayanan air diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. BAB XI HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT Pasal 81 Dalam pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air, masyarakat berhak untuk: a. memperoleh informasi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air; b. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang dialaminya sebagai akibat pelaksanaan pengelolaan sumberdaya air; c. menikmati kemanfaatan pengelolaan sumberdaya air; d. menyatakan keberatan terhadap rencana pengelolaan sumberdaya air yang sudah diumumkan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kondisi setempat; e. mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan dengan penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya air; dan atau f. mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap berbagai masalah sumberdaya air yang merugikan kehidupan dirinya. Pasal 82 Dalam menggunakan hak guna air, masyarakat wajib memperhatikan kepentingan umum yang diwujudkan melalui upaya ikut serta dalam konservasi sumberdaya air serta perlindungan dan pengamanan prasarana sumberdaya air. (1) (2) Pasal 83 Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan dalam proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap pengelolaan sumberdaya air. Ketentuan mengenai peran masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya air diatur dalam Peraturan Pemerintah. BAR XII KOORDINASI www.hukumonline.com www.hukumonline.com (1) (2) (1) (2) (3) (4) (1) (2) (3) (4) (5) Pasal 84 Pengelolaan sumberdaya air mencakup kepentingan yang bersifat lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air. Pengelolaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui koordinasi yang mengintegrasikan kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan pihak yang berkepentingan dalam bidang sumberdaya air. Pasal 85 Koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 ayat (2), dilakukan oleh suatu wadah koordinasi yang bernama dewan sumberdaya air atau dengan nama lain. Wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas pokok menyusun dan merumuskan kebijakan, serta strategi pengelolaan sumberdaya air. Wadah koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beranggotakan unsur dari pemerintah dan non pemerintah dalam jumlah yang seimbang atas dasar prinsip keterwakilan. Susunan organisasi dan tata kerja wadah koordinasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden. Pasal 86 Koordinasi di tingkat nasional dilakukan oleh Dewan Nasional Sumberdaya Air yang dibentuk oleh Pemerintah, dan di tingkat provinsi dilakukan oleh wadah koordinasi dengan nama dewan sumberdaya air atau dengan nama lain yang dibentuk oleh Pemerintah Provinsi. Untuk pelaksanaan koordinasi di tingkat kabupaten/kota dapat dibentuk wadah koordinasi dengan nama dewan sumberdaya air atau dengan nama lain oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Wadah koordinasi di tingkat wilayah sumberdaya air dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan pengelolaan wilayah sumberdaya air yang bersangkutan. Hubungan kerja antar wadah koordinasi tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota dan wilayah sumberdaya air bersifat konsultatif dan koordinatif. Pedoman mengenai pembentukan wadah koordinasi di daerah dan wilayah sumberdaya air diatur lebih lanjut dalam keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang sumberdaya air. BAB XIII PENYELESAIAN SENGKETA (1) (2) (3) (4) Pasal 87 Penyelesaian sengketa didasarkan prinsip musyawarah dan mufakat. Penyelesaian sengketa sumberdaya air dapat ditempuh di luar pengadilan atau melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi sengketa perdata dan sengketa tata usaha negara. www.hukumonline.com www.hukumonline.com (5) Sengketa perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa sengketa hak guna air dan sengketa ganti rugi. Pasal 88 Penyelesaian sengketa yang terkait dengan kewenangan pengelolaan sumberdaya air Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat ditempuh sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB XIV GUGATAN MASYARAKAT DAN ORGANISASI Pasal 89 Masyarakat yang dirugikan atas berbagai masalah pengelolaan sumberdaya air berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan. Pasal 90 Instansi pemerintah yang bertanggung jawab di bidang sumberdaya air dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat apabila terdapat indikasi masyarakat menderita akibat pencemaran dan atau kerusakan sumber air yang mempengaruhi kehidupan pokok masyarakat. (1) (2) (3) Pasal 91 Organisasi yang bergerak di bidang sumberdaya air berhak mengajukan gugatan untuk kepentingan kelangsungan fungsi sumberdaya air. Hak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terbatas pada gugatan untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan kelangsungan fungsi sumberdaya air dan atau gugatan membayar biaya atas pengeluaran nyata. Organisasi yang berhak mengajukan gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan: a. berbentuk badan hukum; b. organisasi tersebut dalam anggaran dasarnya dengan tegas menyebutkan tujuannya didirikannya organisasi untuk kepentingan yang berkaitan dengan kelangsungan fungsi sumberdaya air; c. telah melakukan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya. BAB XV PENYIDIKAN (1) (2) Pasal 92 Pejabat Pegawai Negeri Sipil yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang terkait dengan bidang sumberdaya air diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwewenang untuk: a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan tentang adanya tindak pidana yang menyangkut sumberdaya air; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang diduga melakukan tindak pidana yang menyangkut sumberdaya air; www.hukumonline.com www.hukumonline.com c. (3) (4) meminta keterangan dan barang bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut sumberdaya air; d. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana yang menyangkut sumberdaya air; e. membuat dan menandatangani berita acara dan mengirimkannya kepada Penyidik Polisi Republik Indonesia; f. mengadakan penghentian penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memberitahukan dimulainya penyidikan kepada Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XVI KETENTUAN PIDANA (1) (2) (3) Pasal 93 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) nilai harga konstan tahun 2002: a. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23. b. Setiap orang yang dengan sengaja melakukan pengusahaan sumberdaya air tanpa izin dari pihak yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3). c. Pemegang izin pengusahaan sumberdaya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (3) yang dengan sengaja tidak melakukan dan atau menghalangi upaya perlindungan dan pemeliharaan terhadap kelangsungan fungsi sumberdaya air dan prasarana sumberdaya air. d. Setiap orang dan/atau badan usaha yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2). e. Setiap orang dan/atau badan usaha yang dengan sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa memperoleh izin dari Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 63 ayat (3). Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya pencemaran air sehingga mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). Setiap orang karena kelalaiannya menyebabkan terjadinya pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 46 ayat (3), dan Pasal 63 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya 6 (enam) bulan dan denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN www.hukumonline.com www.hukumonline.com Pasal 94 Pada saat berlakunya Undang-undang ini, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan sumberdaya air dinyatakan tetap berlaku, sepanjang tidak bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan pelaksanaan baru berdasarkan Undang-undang ini. Pasal 95 Perizinan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya air yang telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Undang-undang ini dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya berakhir. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 96 Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan (Lembaran Negara Tahun 1974 No. 65, Tambahan Lembaran Negara No. 3046) dinyatakan tidak berlaku. Pasal 97 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. www.hukumonline.com