I . PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nekrosis pulpa adalah kematian jaringan pulpa. Kematian jaringan pulpa terjadi karena sistem pertahanan pulpa yang sudah tidak dapat menahan besarnya rangsang. Akibatnya jumlah sel pulpa yang rusak menjadi makin banyak dan menempati sebagian besar ruang pulpa (Akbar, 2003). Nekrosis pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada umumnya disebabkan oleh iritasi mikroba, mekanis, atau kimia. Karies gigi dan mikroorganisme di dalam saluran akar merupakan sumber utama iritan mikroba. Nekrosis pulpa gigi yang disebabkan oleh iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut disebabkan oleh miksroorganisme yang bersifat saprofit dan patogen (Walton dan Torabinejad, 1998). Nekrosis pulpa pada dasarnya terjadi diawali karena iritasi mikroba pada jaringan pulpa. Hal ini bisa terjadi akibat adanya kontak antara jaringan pulpa dengan lingkungan oral, yaitu terbukanya tubulus dentin dan terbukanya pulpa (Soames dan Southam, 1998). Terbukanya pulpa karena karies atau trauma akhirnya diikuti oleh infeksi pulpa, sehingga menyebabkan pulpa yang terbuka terkontaminasi saliva (Andlaw, 1992). Perawatan yang dapat dilakukan untuk merawat gigi dengan nekrosis pulpa adalah perawatan saluran akar (Harty, 1992). Perawatan saluran akar pada gigi desidui bertujuan menjaga kesehatan anak dan mempertahankan gigi desidui yang pulpanya telah terbuka sampai periode eksfoliasi normal dan gigi permanen erupsi 1 2 (Pediarahma dan Rizal, 2014). Fungsi gigi desidui adalah untuk fungsi pengunyahan, fungsi bicara, fungsi estetis, dan fungsi penting sebagai penunjuk jalan bagi gigi permanen yang ada di bawahnya (Maulani dan Jubilee, 2005). Perawatan saluran akar meliputi tiga fase yaitu preparasi biomekanis saluran akar (pembersihan dan pembentukan/pemberian bentuk), biokhemis (disinfeksi) dan obturasi (Grossman et al, 1995). Perawatan saluran akar merupakan prosedur perawatan gigi yang bermaksud mempertahankan gigi dan kenyamanannya agar gigi yang sakit dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya, tanpa simtom, dapat berfungsi kembali dan tidak ada tanda-tanda patologik. Gigi yang sakit apabila dirawat dan direstorasi dengan baik akan bertahan seperti gigi vital selama akarnya terletak pada jaringan sekitar yang sehat (Bence, 1990). Kriteria keberhasilan perawatan saluran akar pada gigi desidui adalah gigi tidak goyah, dapat berfungsi dengan baik tanpa rasa nyeri dan infeksi sampai gigi permanen penggantinya erupsi, dapat resorpsi fisiologis, tidak terjadi fistula (Irawaty, 2009). Berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatric Dentistry’s, target dari perawatan saluran akar gigi desidui adalah gejala klinis harus hilang dalam beberapa minggu dan secara radiografis proses infeksi harus dapat teratasi dalam waktu 6 bulan (Pediarahma dan Rizal, 2014). Perawatan saluran akar berhasil apabila dalam waktu observasi minimal satu tahun tidak ada keluhan dan lesi dari apikal yang ada berkurang atau tetap. Keberhasilan perawatan saluran akar juga tergantung banyak faktor antara lain faktor host, preparasi, mikroorganisme, dan lain-lain. Diantara faktor-faktor tersebut, mikroorganisme baik yang tersisa pada saluran akar setelah di preparasi 3 atau yang tumbuh pasca obturasi saluran akar merupakan penyebab utama kegagalan perawatan saluran akar (Mulyawati, 2011). Keberhasilan perawatan saluran akar dapat dievaluasi berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografis. Evaluasi klinis dan radiografis dianjurkan untuk dilakukan 6 bulan setelah perawatan (Mathewson dan Primosch, 1995). Evaluasi klinis adalah metode yang paling praktis penggunaannya. Data evaluasi klinis didapat dari hasil anamnesis penderita, dan pemeriksaan adanya gejala klinik baik ekstra oral maupun intra oral. Evaluasi radiografis diperoleh data hasil sinar-x daerah periapikal yang akan dievaluasi kesembuhannya (Rukmo, 2011). Radiografi adalah satu-satunya cara yang dipercaya untuk mendapatkan gambaran klinis dan jaringan sekitarnya. Hasil foto rontgen yang akurat merupakan hal yang penting dalam perawatan saluran akar. Hasil yang baik akan membantu meningkatkan keberhasilan diagnosa awal dan prognosisnya, pada akhirnya akan meningkatkan keberhasilan perawatan (Huiz, 2008). Terutama pada indikasi pengisian saluran akar, pengambilan radiografis haruslah dilakukan sebelum dan sesudah pengisian saluran akar (Tarigan, 2012). Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik juga dapat disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar (Walton dan Torabinejad, 1998). Bahan pengisi saluran akar untuk anak beragam seiring perkembangan penelitian kemajuan teknologi yaitu pasta iodoform ( KRI paste), ZOE dan pasta Ca(OH)2. Bahan pengisi saluran akar yang digunakan di klinik IKGA RSGM Prof. Soedomo adalah Zinc Oxide Eugenol (ZOE). ZOE merupakan salah satu bahan pengisi saluran akar yang digunakan untuk gigi desidui. Kandungan ZOE 4 ketika dimasukkan ke dalam saluran akar akan mengalami resorpsi yang lambat dan konsentrasi eugenol yang rendah akan memberi efek anestesi, anti inflamasi serta lokal pada pulpa gigi. Penggunaan ZOE dapat memfasilitasi penyembuhan pulpa dan konsentrasi eugenol yang berlebihan dapat mengiritasi periapikal dan nekrosis tulang maupun cementum (Bhatia, 2002). Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan sebuah penelitian tentang Evaluasi Hasil Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Insisivus Desidui Atas Yang Mengalami Nekrosis Di RSGM Prof. Soedomo Pada Tahun 2015. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang sudah diuraikan maka timbul permasalahan: Bagaimana hasil perawatan saluran akar pada gigi insisivus desidui atas yang mengalami nekrosis? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hasil perawatan saluran akar pada gigi insisivus desidui atas yang mengalami nekrosis di RSGM Prof. Soedomo. D. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian mengenai perawatan saluran akar gigi yang telah dilakukan, salah satunya penelitian Rizky Angga Perdana (2012) yang berjudul 5 “Evaluasi Klinis Keberhasilan Perawatan Saluran Akar Pada Gigi Anterior Yang Mengalami Nekrosis Pulpa Di Rumah Sakit AMC Yogyakarta’’. Hasil penelitian dengan mengevaluasi perubahan kondisi gigi pasien sebelum dilakukan perawatan saluran akar, dua minggu dengan sterilisasi kalsium hidroksida dan dua bulan pasca perawatan saluran akar. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perubahan antara kondisi pasien sebelum dilakukan perawatan saluran akar, dua minggu setelah sterilisasi dengan kalsium hidroksida dan dua bulan pasca perawatan saluran akar. Perawatan saluran akar dianggap berhasil secara klinis. Subjek pada penelitian ini adalah pasien dewasa. Terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan, subjek yang dipilih dari penelitian ini adalah pasien anak dan akan dilihat bagaimana evaluasi hasil perawatan saluran akar pada gigi insisivus desidui atas yang mengalami nekrosis di RSGM Prof. Soedomo pada tahun 2015. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Kedokteraan Gigi a) Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah informasi mengenai evaluasi hasil dari perawatan saluran akar terutama pada kasus nekrosis. b) Diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan perawatan saluran akar yang mengalami nekrosis. 6 2. Manfaat Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan edukasi terkait perawatan saluran akar yang terdiri dari tahapan yang menunjang keberhasilan perawatan, oleh karena itu dibutuhkan kerja sama yang baik dari pasien untuk mengikuti setiap instruksi dari dokter agar perawatan tersebut berhasil.