analisis pengujian pecking order theory melalui

advertisement
ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR
PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Subhan Wisnu Aji
1111081000102
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
KONSENTRASI KEUANGAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2015 M / 1436 H
ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE
(Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Subhan Wisnu Aji
NIM: 1111081000102
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
Adhitya Ginanjar, SE., M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1436 H
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama
: Subhan Wisnu Aji
NIM
: 1111081000102
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY
MELALUI
KETERKAITAN
PENENTU
STRUKTUR
FAKTOR-FAKTOR
MODAL
TERHADAP
FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Maret 2015
1. Yoghi Citra Pratama, M.Si
NIP. 19830717 201101 1 011
(
2. Miftahul Munir, Drs., MM
NIP. 105102102
(
3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc
NIP.
(
)
Ketua
)
Sekretaris
)
Penguji Ahli
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini, Selasa, 23 Juni 2015, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama
: Subhan Wisnu Aji
NIM
: 1111081000102
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen
Judul Skripsi
: Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui
Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal
Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus Pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Juni 2015
1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA
NIP. 2011077201
(
2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002
(
3. Taridi Kasbhi Ridho, SE., MBA
NIP.
(
4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
(
5. Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si
NIP. 19740810 201101 1 001
(
)
Ketua
)
Sekretaris
)
Penguji Ahli
)
Pembimbing I
)
Pembimbing II
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
:
Subhan Wisnu Aji
No. Induk Mahasiswa
:
1111081000102
Fakultas
:
Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
:
Manajemen
Konsentrasi
:
Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber
asli atau tanpa ijin pemilik
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap
untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya
Tangerang, 23 Juni 2015
(Subhan Wisnu Aji)
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama
: Subhan Wisnu Aji
Tempat/Tanggal Lahir
: Tangerang, 18 Agustus 1993
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Nama Ayah
: M. Sofyan Ramli
Nama Ibu
: Wastilah
Anak ke
: 2 dari 2 bersaudara
Status
: Belum menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Perumahan Pondok Surya F.9 RT 003 RW 011,
Kel. Karang Tengah, Kec. Karang Tengah,
Ciledug, Tangerang
No. Telp
: 087780182260
Email
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1998-1999
: TK Citra Bhakti
1999-2005
: SD Negeri Karang Tengah 07
2005-2008
: SMP Yadika 5 Jakarta Barat
2008-2011
: SMA Negeri 63 Jakarta Selatan
2011-2015
: S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis (4 tahun) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
2007-2008
: Wakil Ketua KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMP
Yadika 5 Jakarta
2014-2015
: Sekretaris Bidang II. Himpunan Mahasiswa
Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
v
III. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
2011-2012
: Kursus Bahasa Inggris LIA Institute
2014
: Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas)
2014
: Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity”
2014
: Seminar Sosialisasi Kebijakan Fiskal dalam
Menghadapi AEC 2015 (Badan Kementrian
Fiskal)
2014
: Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa
Keuangan)
2014
: Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1 (Bursa Efek
Indonesia)
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji hipotesis pecking
order yang lebih mengutamakan penggunaan dana internal melalui keterkaitan
profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan
likuiditas terhadap financial leverage pada emiten syariah yang terdaftar di
Jakarta Islamic Index pada tahun 2009 sampai dengan 2013.
Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 14 emiten syariah pada
berbagai sub-sektor industri, dimana metode yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan
kriteria tertentu. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda
yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa
dilakukan dengan uji F dan uji t.
Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara bersamasama profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan,
dan likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel
yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan
penjualan, dan likuiditas sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran
perusahaan secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal. Besarnya uji
koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,281. Hal ini berarti
bahwa 28,1 persen variabel dependen yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh
lima variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan,
pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan sisanya sebesar 71,9 persen
struktur modal dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lain diluar model
Kata kunci : Hipotesis pecking order, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran
Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, dan Financial
Leverage
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze and test the pecking order
hypothesis that more priority to the use of internal funds through linkages
profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity toward
financial leverage through the Islamic issuers listed on the Jakarta Islamic Index
in 2009 until 2013.
The sample used sharia as many as 14 issuers in a variety of industry
subsectors,where the method used was purposive sampling is a sampling method
that takes an object with certain criteria. Analysis of data using multiple
regression analysis tool, which is preceded by classical assumption of normality
test, multicollinearity test, autocorrelation test and the heteroscedasticity test.
Hypothesis testing is done by using F test and T test.
Results of data analysis or regression results indicate that simultaneously
profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity affect the
capital structure. While the partially variable affecting the profitability, sales
growth, and liquidity is the structure of assets while the variable asset structure
and size of the company partially not affect the capital structure. The amount of
testing the degree of determination (adjusted R square) is approximately 0,281. It
means that 28,1 percent of the dependent variable which is capital structure can
be explained by four independent variables those are profitability, assets
structure, firm size, sales growth, and liquidity while the remaining amount of
71,9 percent of capital structure can be explained by the other causes outside the
model.
Keyword : Pecking order hypothesis, profitability, asset structure, firm size, sales
growth, liquidity, and financial leverage
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh
alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita
semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui
Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial
Leverage (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode
2009-2013)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat
dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi
Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam
penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun
berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan
skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati
menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada
penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih
atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba.
2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak M. Sofyan Ramli dan Ibu
Wastilah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat
besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam
mendidik dan membesarkan penulis serta rela bekerja keras demi
pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan
kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga
semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Amin
ix
3. Kakakku, Meita Afriani Desanti yang selalu menyemangati, memberikan
dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini.
4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB sebagai dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing
penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan
dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan
tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini.
8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis
selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan untuk
menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dan arahan yang telah
bapak berikan selama ini.
9. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang
telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang
dilalui oleh penulis.
10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
11. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis.
12. Sahabatku yang paling hebat, Novian Adhi Nugraha, Rizki Wibowo, dan
Agung Setiawan Cahaya Putra. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas
semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang
selalu kalian berikan. Terima Kasih telah menerimaku menjadi sahabat
kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun sedih.
x
Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku
kenang di masa tua nanti.
13. Sahabat “PEJANTAN KOSAN”, Karim, Mulki, Eka Januar, Willian, Pak
Ustad (Rizky), Tri (Roger), Heri, dan Fahrul. Terima kasih atas
pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian
berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa
depan nanti. Kalian yang Terbaik.
14. Teman-teman MJC, Nisa, Nia, Ina, Tasya, Tika, Monika, Lila, Bang Zen.
Terima kasih atas kebersamaan nya selama ini.
15. Teman-teman Manajemen D 2011, terima kasih atas dukungan dan
kebersamaan nya selama ini.
16. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2011, Terima kasih atas semua
pelajaran dan kenangan yang telah diberikan.
17. Teman-teman KKN OASE 2014 yang telah memberikan pengalaman
beharga akan sebuah kebersamaan dan kerjasama antar kelompok. Terima
kasih atas semuanya.
18. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu,
semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan..
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Tangerang, 23 Juni 2015
(Subhan Wisnu Aji)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 16
A. Landasan Teori .............................................................................................
1. Struktur Modal ......................................................................................
2. Komponen Struktur Modal ...................................................................
3. Pecking Order Theory ...........................................................................
4. Financial Leverage ...............................................................................
5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal ................................
a. Profitabilitas ....................................................................................
b. Struktur Aktiva ................................................................................
c. Sales Growth ...................................................................................
d. Ukuran Perusahaan ..........................................................................
e. Likuiditas ........................................................................................
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen .....................
C. Penelitian Terdahulu ...................................................................................
xii
16
16
18
20
21
23
23
25
26
27
29
30
34
D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38
E. Hipotesis ...................................................................................................... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 42
A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................
1. Populasi .................................................................................................
2. Sampel ...................................................................................................
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................
D. Metode Analisis Data ..................................................................................
1. Analisis Deskriptif .................................................................................
2. Analisis Regresi Linier Berganda .........................................................
2.1 Uji Asumsi Klasik ...........................................................................
a. Uji Normalitas ........................................................................
b. Uji Autokorelasi .....................................................................
c. Uji Multikolinearitas ..............................................................
d. Uji Heterokedastisitas ............................................................
3. Uji Hipotesis .........................................................................................
a. Uji Statistik F ..................................................................................
b. Uji Statistik t ...................................................................................
c. Koefisien Determinasi .....................................................................
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................
1. Variabel Dependen ..........................................................................
2. Variabel Independen .......................................................................
42
42
42
43
45
45
45
46
47
47
48
49
50
51
51
52
53
54
54
55
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................
B. Hasil Analisis dan Pembahasan ..................................................................
1. Analisis Deskriptif Statistik ...................................................................
2. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................
a. Uji Normalitas ...................................................................................
b. Uji Multikolinearitas ..........................................................................
c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................
d. Uji Autokorelasi .................................................................................
3. Pengujian Hipotesis .................................................................................
a. Uji F (Simultan) .................................................................................
b. Uji-t (Parsial) .....................................................................................
c. Koefisien Determinasi .......................................................................
4. Analisis Regresi Linier Berganda ...........................................................
xiii
58
62
62
71
71
73
75
77
79
79
80
88
89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 92
A. Kesimpulan ................................................................................................. 92
B. Saran ............................................................................................................ 93
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah di JII 2009-2013 ............... 7
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34
Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ........................................................................................ 44
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ........................................................................ 44
Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson .................................................................... 48
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ...................................................................................... 63
Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................................. 73
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................... 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Heteokedastisitas ......................................................................... 77
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................. 78
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson............................................................................... 78
Tabel 4.7 Hasil Uji F .................................................................................................... 79
Tabel 4.8 Hasil Uji-t ..................................................................................................... 80
Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................................... 88
Tabel 4.10 Hasil Regresi Berganda ............................................................................... 89
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................... 39
Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot ............................................................. 72
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot .................................................................................. 76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian
Lampiran 2
: Data Mentah Financial Leverage (DER)
Lampiran 3
: Data Mentah Profitabilitas
Lampiran 4
: Data Mentah Struktur Aktiva
Lampiran 5
: Data Mentah Ukuran Perusahaan
Lampiran 6
: Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Lampiran 7
: Data Mentah Likuiditas
Lampiran 8
: Descriptive Statistics
Lampiran 9
: Variables Entered/Removed
Lampiran 10 : Correlations
Lampiran 11 : Model Summary
Lampiran 12 : ANOVA
Lampiran 13 : Coeficients
Lampiran 14 : Residual Statistic
Lampiran 15 : Histogram
Lampiran 16 : Normal P-Plot
Lampiran 17 : Scatterplot
Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Lampiran 19 : Coeficients Uji Glejser
Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Suatu perusahaan untuk menjalankan sistemnya harus
memperhatikan dua unsur keputusan, yaitu investment decision dan
financing decision. Investment decision adalah keputusan yang
diambil perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan
keuntungan yang optimal, biasanya perusahaan menanamkan
investasinya pada suatu proyek yang mempunyai prospek
menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi
tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat
yang optimal. Sedangkan financing decision adalah keputusan
yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang
berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham
biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka
waktu dari dana tersebut (Suad dan Husnan, 1998).
Financing decision harus dibuat untuk mendukung adanya
investment decision perusahaan, tujuannya adalah rencana investasi
yang dibuat oleh perusahaan akan dapat membentuk suatu struktur
modal yang dapat meminimalkan biaya modal, sehingga dapat
memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan
perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan
saham.
Namun
perbedaan
karakteristik
1
antar
pemegang
perusahaan
menyulitkan perusahaan untuk menetapkan struktur modal yang
ideal bagi perusahaan tersebut.
Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer
(keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi
perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur
modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi
hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan
oleh perusahaan. manajer dalam mengambil keputusan pendanaan
harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini
karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi
financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan
berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari
dalam (internal) maupun dari luar (external) yang sangat
mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan
perusahaan juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan
dalam melakukan aktivitas operasinya.
Keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen,
apakah menggunakan modal sendiri atau hutang menjadi tidak
relevan bila apapun sumber dana yang digunakan tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh
Modigliani dan Miller pada tahun 1958. Asumsi yang melandasi
pernyataan tersebut antara lain pasar yang sempurna, tidak ada
biaya transaksi dan tidak ada biaya pajak. Dalam perkembangan
2
selanjutnya Modigliani dan Miller memasukkan unsur pajak.
Dengan adanya pajak penggunaan hutang akan memberikan
manfaat dalam peningkatan nilai perusahaan atau menurunkan
biaya modal.
Ada beberapa teori yang menyatakan terdapat struktur
modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Teori yang
dimaksudkan ini diwakili oleh dua teori yaitu teori static trade-off
dan teori pecking order. Teori static trade-off muncul karena
penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya
kebangrutan dan biaya agensi. Semakin besar proporsi utang maka
semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain,
semakin besar proporsi utang maka semakin besar biaya
kebangkrutan yang mungkin timbul. Teori static trade-off, secara
teoritik memprediksikan bahwa leverage akan meningkat sejalan
dengan
pemanfaatan
utang
dan
menurun
sejalan
dengan
bertambahnya biaya utang.
Model lain yang membahas mengenai struktur modal
adalah teori pecking order. Teori yang dikembangkan oleh Myers
dan Majluf pada tahun 1984 (dalam Arief, 2011) ini menjelaskan
urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber
pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan
sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai
sumber utama. Pilihan prioritas berikutnya adalah hutang, dan yang
3
terakhir berupa penerbitan saham. Salah satu faktor yang
mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam
menentukan struktur modalnya adalah perbedaan informasi tentang
nilai dan investasi perusahaan yang sebenarnya dengan investasi
luar yang hanya bisa memperkirakan nilai-nilai tersebut.
Perusahaan dalam ekspansi usahanya ataupun membiayai
aktvitas operasionalnya tidak terlepas dari penggunaan hutang.
Dari penggunaan hutang itu, biasanya perusahaan atau pihak yang
meminjamkan uang akan mengenakan suatu tingkat persentase
tambahan dari nilai hutang yang diberikan. Sehingga perusahaan
yang berlandaskan hukum syariah Islam menjadikan hal tersebut
sebagai pertimbangan untuk keputusan pendanaan. Di Indonesia
sudah bertahun - tahun transaksi ekonomi berdasarkan sistem
ribawi
(konvensional)
menguasai
sistem
perekonomian
di
Indonesia bahkan sistem perekonomian di dunia. Dengan beragam
produknya
sistem
konvensional
mendominasi
aktifitas
perekonomian umat manusia.
Syariat Islam memandang bahwa transaksi ekonomi antar
manusia harus terbebas dari riba, karena riba menurut pandangan
syariat Islam sebagai dosa yang sangat besar (hadist, Al-Qur’an
Ar-Rum Ayat 39, An-Nisa Ayat 160-161 dan Ali-Imran Ayat 130
serta Al-Baqarah Ayat 275-280). Karena itu umat Islam diwajibkan
untuk melaksanakan ajaran tentang haramnya riba dengan
4
meninggalkan
segala
sesuatu
yang berbau
riba.
Menurut
terminologi ilmu fiqh dalam (Chair, 2012), riba merupakan
tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa
adanya imbalan tertentu. Riba sering juga diterjemahkan dalam
bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan uang atas
modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik
dengan jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah
tambahan banyak.
Dalam pemberian hutang terdapat dua pola dalam
pembayaran hutang pada saat jatuh temponya, yaitu sistem bunga
yang sampai sekarang diterapkan oleh perusahaan konvensional
dan sistem bagi hasil yang mulai diterapkan di Indonesia dalam
perusahaan yang berprinsip syariah. Sistem ekonomi Islam tumbuh
karena pola bagi hasil yang diterapkannya. Sistem ini lebih unggul
bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional. Pada sistem
yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and loss sharing)
dan berbagi risiko (risk sharing). Sistem ini diyakini oleh para
ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan
pembayaran bunga (riba). Jadi dalam operasinya perusahaan
melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana,
tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi
risiko dengan perusahan jika tidak memperoleh keuntungan, karena
bank dapat merugi dan tidak memperoleh hasil tetap dan pasti.
5
Seiring berjalan nya waktu Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Mengeluarkan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/X/2011 bahwa
rasio penggunaan hutang disertai bunga terhadap ekuitas atau
modal dalam perusahaan yang telah memenuhi kualifikasi dari
kriteria syariah maksimal sebesar 45%.
Bursa Efek Indonesia mendukung peraturan maupun fatwa
dari pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu
indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga
rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria
syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII.
Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal
Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT
Danareksa
Invesment
Management
(PT
DIM).
JII
telah
dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen
syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah
yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003.
Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia
yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang
masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan
kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham
berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam
6
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa
efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan
akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi
jawaban ataskeinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai
syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang
ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur
dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja
(benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal.
Emiten syariah dalam sistem pendanaannya berupa hutang
harus mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan oleh
kreditur yang meminjamkan dana berupa hutang tersebut, biasanya
kebijakan hutang tersebut disertai oleh bunga dan dalam prinsip
syariah
penggunaan
bunga
baik
pembiayaan
maupun
penghimpunan dananya tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Rasio antara sumber dana pihak ketiga dengan hutang yang
menggambarkan struktur perusahaan disebut DER (Debt to Equity
Ratio). Rasio DER menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan
dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi resiko
perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas
perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan.
Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang
digunakan untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak
aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran tetap,
7
sehingga laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan akan banyak
berkurang. Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor
lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besaran rasionya
kurang dari satu, karena nilai DER perusahaan yang menunjukan
nilai lebih dari satu memberi arti bahwa koefisien hutang dalam
suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal sendiri. Berikut
adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari DER masingmasing emiten syariah di JII Periode 2009-2013.
Tabel 1.1
Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah yang
Terdaftar Pada JII
Periode 2009-2013
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
Debt to Equity Ratio
2010 2011
2012
2013
RataRata
1,43
0,22
0,23
0,84
1,00
0,24
0,39
1,40
0,18
0,40
1,50
0,23
0,84
1,02
1,19
0,19
0,29
1,07
1,10
0,17
0,22
1,03
0,22
0,36
0,98
0,29
0,84
1,15
1,10
0,00
0,71
1,71
1,02
0,16
0,33
1,21
0,21
0,55
0,65
0,41
0,61
0,69
1,26
0,19
0,43
1,22
0,77
0,18
0,30
1,15
0,19
0,44
0,90
0,35
0,71
1,63
1,31
0,21
0,41
1,16
0,34
0,15
0,27
0,94
0,16
0,41
0,69
0,35
0,69
1,85
1,23
0,33
0,54
1,31
0,42
0,17
0,28
1,17
0,20
0,50
0,66
0,46
0,56
2,02
Sumber : Data yang Diolah
Bedasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang
memiliki struktur modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio
yang merupakan cerminan penggunaan hutang suatu perusahaan
dalam membiayai kegiatan operasionalnya, yaitu perusahaan yang
8
menggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri perusahaan
tersebut, atau perbandinganya kurang dari sama dengan 1, maka
perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang dianggap baik.
Dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih
dari 1 antara lain Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk,
Lippo Karawaci Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Komposisi
hutang dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada
total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jadi menurut teori struktur
modal yang baik atau optimal, perusahaan-perusahaan ini memiliki
struktur modal yang tidak optimal, yang bearti juga biaya modal
yang besar sebanding dengan risiko yang dihadapi. Sementara itu
kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke
dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER
yang besarnya kurang dari 1. Karena jika DER lebih besar dari 1
bearti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat.
Sebaliknya, untuk perusahaan yang mempunyai DER
kurang dari 1 maka menurut teori struktur modal dianggap optimal.
Dalam data pada table diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan
yang mempunyai rasio penggunaan hutangnya tidak lebih dari
penggunaan ekuitas, perusahaan tersebut antara lain, Astra Agro
Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International
Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP
London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam
9
Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero)
Tbk, dan United Tractors Tbk.
Terdapat beberapa variable yang menentukan manajer
dalam keputusan pendanaanya atau keputusan para kreditur untuk
mengucurkan dananya. Setiawan (2010) menggunakan variabel
profitabilitas, sales growth dan struktur aktiva pada struktur modal
perusahaan di indeks LQ-45. Adapun Arief (2011) menggunakan
variabel profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan
kesempatan bertumbuh dalam menganalisis struktur modal
perusahaan di indeks JII (Jakarta Islamic Index). Namun tidak
semua variabel akan dibahas dalam penelitian ini, namun hanya
beberapa variabel yang akan dibahas seperti profitabilitas, struktur
aktiva, sales growth, likuiditas, dan ukuran perusahaan.
Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi
struktur modal. Dalam penelitian ini profitabilitas diwakili oleh
ROA, yaitu rasio dari laba bersih dengan total aktiva perusahaan.
Weston dan Bringham (2008) mengatakan bahwa perusahaan
dengan ROA yang relatif tinggi cenderung menggunakan hutang
yang minim. Hal ini dikarenakan dengan tingkat ROA yang tinggi,
perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan dana
yang dihasilkan secara internal (laba ditahan). Hubungan antara
profitabilitas dengan struktur modal diprediksi bernilai negatif
karena perusahaan yang profitable cenderung akan menggunakan
10
pendanaan internal daripada hutang. Penelitian yang dilakukan
Setiawan (2010) dan Arief (2011) menunjukan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan yang
diukur melalui Rasio DER. Ini menandakan bahwa semakin tinggi
laba yang diraih, maka kebutuhan hutang akan semakin rendah.
Struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh struktur aktiva
dimana komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar dapat
mendorong
perusahaan
meminjamkan
aktivanya
untuk
memperoleh pinjaman dari pihak luar. Aktiva lancar yang dapat
menunjukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga perusahaan
dapat membayarkan hutang sebelum jatuh tempo. Aktiva tidak
lancar (Fix Assets) dapat dijadikan agunan untuk melakukan
pinjaman kepada pihak luar. (Fix Assets) seperti tanah, gedung,
kendaraan dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pendanaan
dari pihak eksternal. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Bramantyo Arief dengan menggunakan sampel di indeks JII
(Jakarta Islamic Index) tahun 2006-2009 diperoleh hasil adanya
hubungan struktur aktiva terhadap Leverage yang diukur melalui
DER (Debt to Equity Ratio).
Sales Growth yang pada umumnya memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap struktur modal menunjukan hasil yang tidak
signifikan didalam penelitian Suci Pujiani dan Prasetiono yaitu
pengaruh struktur aktiva, ROA, sales growth, firm size dan
11
kesempatan
bertumbuh
terhadap
Leverage
di
perusahaan
manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang
listing di BEI periode 2008-2011.
Ukuran perusahaan yang besar akan dengan mudah
mendapatkan akses pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan
tersebut mampu menyediakan informasi yang menurut kreditur
lebih banyak dan relevan dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Disamping itu perusahaan berukuran besar dilihat dari struktur
aktivanya dipercaya akan lebih likuid dalam pengembalian hutang,
sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para kreditur untuk
menerbitkan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian yang
dilakukan pujiani dan prasetiono tahun 2012 lalu menyatakan
bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage
yang diukur dengan DER. Namun penelitian ini menguji salah satu
teori dalam struktur modal yaitu Pecking Order Theory.
Likuiditas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
struktur modal. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas
berpengaruh negative terhadap struktur modal. Karena perusahaan
yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan
tersebut akan menghindari hutang dan mendanai perusahaan nya
dengan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Farida Arini mengenai pengaruh likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan
12
Penjualan terhadap Struktur Modal di Perusahaan Pertambangan
yang listing di BEI periode 2007-2012.
Dari
beberapa
penelitian
terdahulu,
masih
terdapat
perbedaan penelitian (research gap), feneomena di lapangan yang
berkenaan dengan topic struktur modal. Bedasarkan Uraian diatas,
maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengujian Pecking
Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu
Struktur Modal Terhadap Financial Leverage pda Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2009-2013”.
B. Perumusan Masalah
Adapun Perumusan masalah dalam Penelitian Ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran
Perusahaan dan Liquiditas berpengaruh terhadap Financial
Leverage (DER) pada emiten syariah di indeks JII periode
2009-2013 baik secara parsial maupun simultan.
b. Apakah Emiten Syariah di Indeks JII periode 2009-2013
menggunakan pecking order theory dalam menentukan
perilaku kebijakan struktur modalnya.
13
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai
berikut :
a. Untuk menganalisis hubungan Profitabilitas, Struktur Aktiva,
Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas terhadap
Financial Leverage (DER) baik secara parsial dan simultan.
b. Untuk menganalisis perilaku kebijakan struktur modal pada
emiten syariah di Indeks JII periode 2009-2013 bedasarkan
pada teori struktur modal dalam manajemen keuangan yaitu
Pecking Order Theory.
Adapun kegunaan dari penelitian adalah :
1. Perusahaan
Pengujian teori pecking order melalui profitabilitas,
struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan
Likuiditas dapat dijadikan sebagai referensi terutama para
praktisi berkaitan dengan pertimbangan perusahaan dalam
mengambil keputusan investasi juga keputusan pendanaan
yang memprioritaskan lebih kepada pendanaan internal
(pertama), pendanaan eksternal berupa hutang (kedua) dan
pendanaan eksternal berupa equity (ketiga) sehingga dapat
memaksimalkan pencapaian salah satu tujuan perusahaan
yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham.
14
2. Investor
Memberikan gambaran kepada para investor sebagai
bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan
investasi
kepada
perusahaan
yang
akan
ditanamkan dana dengan melihat struktur modal dari
perusahaan yang bersangkutan.
3. Peneliti
Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal terutama
mengenai Pecking Order Theory yang dikaitkan pada
struktur modal emiten syariah di Indeks JII.
4. Akademik
Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan
keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman
tentang struktur modal pada Indeks Syariah (JII). Dan juga
menjadi tambahan bahan dalam pelaksanaan penelitian
ataupun pembelajaran.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Struktur Modal
Menurut Weston dan Brigham (2008), struktur modal merupakan
kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca
sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan
struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen
yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri,
sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh
hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri.
Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) mengatakan struktur modal
merupakan bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan
yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa dan
struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang meminimalkan biaya
modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland (2005), struktur modal adalah pembiayaan
permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal
pemegang saham. Dengan tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan
bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan
harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai
perusahaan tercapai.
Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proporsi dalam
16
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang
diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari
dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal
dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Riyanto (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen
didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal
sendiri.
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan
belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau
panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua
sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari 2 sumber, yaitu dari
perusahaan itu sendiri dan dari luar perusahaan. Proporsinya tergantung dari
kebijakan perusahaan itu sendiri. Dana ini nantinya akan digunakan untuk
membiayai kegiatan usahanya.
Target dari struktur modal adalah menciptakan suatu komposisi hutang
dan modal yang paling tepat dan yang paling menguntungkan dari segi
keuangan bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki hutang yang besar maka
modal perusahaan otomatis juga besar. Modal yang besar menyebabkan
perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dimana disertai dengan
risiko yang besar pula.
17
2. Komponen Struktur Modal
Menurut Riyanto (2008), Struktur modal suatu perusahaan memiliki
beberapa komponen yang terdiri dari :
1) Hutang jangka panjang
Hutang jangka panjang yaitu hutang dengan jangka waktu relative
panjang, umurnya lebih dari sepuluh tahun, yang umumnya digunakan
untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi
perusahaan. Jumlah hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka
panjang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada umumnya pinjaman
jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka
pendek.
Waktu jatuh tempo hutang jangka panjang pada umumnya lebih
dari satu tahun, biasanya 5 sampai 20 tahun. Pinjaman hutang jangka
panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan
untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi
hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi.
Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt
ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan
total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal
pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi
perusahaan.
18
2) Modal Sendiri
Berkaitan dengan besarnya risiko yang ditanggung perusahaan
apabila menggunakan hutang sebagai sumber pendanannya, maka
perusahaan seringkali
menitikberatkan
susunan modalnya
dengan
penggunaan modal sendiri.
Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi pemilik adalah
control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham
tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung
risiko perusahaan. Dua hal tersebut merupakan opportunity cost atas
modal sendiri. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka
panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka
waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh
tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal saham yaitu:
a) Modal saham preferen
Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa
hak istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang
saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham
preferen dalam jumlah yang banyak.
b) Modal saham biasa
Pemilik
perusahaan
adalah
pemegang
saham
biasa
yang
menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian
dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut
19
pemilik residual, sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh
tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi.
3. Pecking Order Theory
Pecking order theory ini merupakan pengembangan dari signaling theory.
Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif
lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan
bedasarkan
risiko
merupakan
konsep
pecking
order
theory
yang
diperkenalkan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984). Perilaku
manajemen yang tidak mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order
theory merupakan suatu sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan
dimasa yang akan dating. Pecking order theory mengacu pada teori
perusahaan
yang
bertujuan
memaksimumkan
kemakmuran
pemilik
perusahaan. Konsep ini berbeda dengan agency theory walaupun memiliki
asumsi yang sama dalam hal asimetri informasi. Pecking order theory
memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit
pendanaan internal.
a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam
atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal
tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan
operasional perusahaan.
b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang
20
paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas
hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham
biasa.
c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh
seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan
dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta
kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio
investasi yang lancar tersedia.
Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal.
Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan
tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana
ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang
tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil.
4. Financial Leverage
Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan dalam rangka
membiayai aktivitas operasionalnya. Dalam arti harfiah, leverage bearti
pengungkit atau tuas. Menurut Weston & Copeland (2005), financial leverage
adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total modal sendiri atau
nilai total perusahaan. Bila semua dana berasal dari pemilik dalam bentuk
21
saham biasa, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban untuk membayar
tunai secara berkala dalam pembiayaannya. Tetapi, bunga atas hutang yang
diambil dalam rangka pembiayaan perusahaan, biasanya merupakan biaya
tetap keuangan yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba
perusahaan. Makin besar hutang yang diambil maka makin besar biaya tetap
keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi.
Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang
lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan
yang tersedia bagi pemegang saham (R. Agus Sartono : 2008).
Dalam hal ini, financial leverage diartikan sebagai penggunaan hutang,
sedangkan beban tetap yang dimaksud adalah berupa bunga. Pada analisis
rasio keuangan, financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang
dan total aset perusahaan, dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut
leverage ratio. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang
berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai
investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing
akan meningkatkan rasio perusahaan. Biasanya leverage diukur dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan
antara total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan modal sendiri
(modal saham biasa dan saham preferen) atau diukur menggunakan Debt to
Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana
yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan
22
untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi
hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal
Keputusan
Struktur
Modal
tercermin
dari
perubahan
keputusan
pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk
mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan
variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII (Jakarta
Islamic Index) bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah
penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini,
antara lain :
a. Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang
diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan
utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya.
Profitabilitas menurut Sartono (2008) adalah kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam penjualanya.
Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran
profitabilitas,
maka
dapat
diketahui
kinerja
perusahaan
dalam
menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki
23
perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah
modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya.
Sujoko (2007) dalam Fadli (2010) mendefinisikan profitabilitas
adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba
selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan
penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui
profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh
dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan
tersebut.
Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu
rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan
dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah
satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment (ROI),
yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan
dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi
yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah
keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering
juga disebut Return on Assets (ROA). (Riyanto, 2008)
Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat
dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil
pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan
modal dalam perusahaan yang bersangkutan.
24
b. Struktur Aktiva
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva
tetap (Riyanto, 2008). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu
kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah
dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara
berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto,
2008).
Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada
dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk
keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri
dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed
asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang
merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena
tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada
perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah
yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja
yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan
aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah
tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”,
sedangkan perusahaan–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih
banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai
25
perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh
Pujiani dan Prasetiono (2012) menyatakan bahwa Struktur Aktiva
mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga
sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan
memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya
jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi
lebih
rendah.
Dengan
demikian,
perusahaan
akan
mengurangi
penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan
lebih memilih untuk menerbitkan saham.
c. Sales Growth
Menurut Rodoni dan Ali (2010), mengtakan bahwa petumbuhan
secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang
signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah.
Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt
ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang
pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia
nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal.
Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman
memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang
lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan
yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2010)
Menurut Pujiani dan Prasetiono (2012) Rasio Sales Growth adalah
rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan
26
mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan
lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun
aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber
pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang
memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi
kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai
asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya.
d. Ukuran Perusahaan
Menurut Brigham dan Houston (2010), ukuran perusahaan adalah
rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai
beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham
akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya
pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan
(Riyanto, 2008).
Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada
dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak
dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan
ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber
pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari
kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar
27
memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam
industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih
menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi
terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan
perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan
yang berukuran kecil.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran
perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan
pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai
tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur
ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan
relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu
besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut (Miswanto
dan Husnan, 1999) dalam Arief (2011).
Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage,
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono
(2012). Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk
menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki
kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial
distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi
sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan
meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan
yang
28
diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka
perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan
asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan
mempunyai tingkat likuiditas yang cukup.
e. Likuiditas
Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa
besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya.
Menurut Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada
saat
jatuh
tempo.
Dari
pengertian
tersebut,
likuiditas
mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan
dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi
hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga
berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan
kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban
lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada
investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko
perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya
atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang
diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang
ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang
timbul
karena
likuiditas
yang
mencukupi
yang
menandakan
29
perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order
theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan
cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini
disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana
internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih
menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai
investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui
hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap
Leverage.
B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Arief (2011) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif
dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang
menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset
(ROA) berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya
semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan
pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio
(DER). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
(2010), Pujiani dan Prasetiono (2012), Nurul, Roslina, dan Suhana (2012)
dan Ariani (2013). Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
30
tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya
akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan
laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif
dengan financial leverage.
2) Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage
Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva
tetap (Riyanto, 2008). Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva
tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan
total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013),
struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui
Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva
berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah
sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan
demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika
proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur
aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal
sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing
akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Pujiani
31
dan Prasetiono (2012) yang mengatakan bahwa struktur aktiva
berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang.
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage
Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan
besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total
aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan
Prasetiono (2012). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif
dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) Serta
sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan
dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan
untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih
lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga
menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan
kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total
asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah
untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman
(lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang
cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Arief (2011) dan Ariani (2013).
32
4) Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage
Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan
cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas
operasionalnya (Rodoni dan Ali, 2010). Pendapat ini sesuai dengan
hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth
berpengaruh negative terhadap Leverage (DER). Tingkat pertumbuhan
penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu
dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula,
sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari
laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Widodo (2013).
5) Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage
Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan
perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.
Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap
Debt to Equity Ratio (DER). Karena ketika perusahaan memiliki tingkat
likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan
sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan
dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini
sejalan dengan penelitian Rahman (2013) dan Ariani (2013).
33
C. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai
penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu
mengenai struktur modal perusahaan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.
2.
Nama dan Judul
Penelitian
Setiawan (2010), “Analisis
Pengaruh Profit, Growth,
dan Asset Structure
terhadap Struktur Modal :
(Studi kasus pada
perusahaan LQ 45)”.
Fadli (2010), “ Analisis
Pengaruh Faktor-Faktor
penentu Struktur Modal
Terhadap Leverage
Hipotesis Pecking Order
dan Trade Off Theory”.
Sampel
Alat statistik
Hasil
Semua
Perusahaan yang
masuk kategori
indeks LQ 45
periode 20062008
Analisis
regresi liner
berganda
97 Perusahaan
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia periode
2005-2008
Structural
Equation
Modeling
(SEM)
menggunakan
program
LISREL 8.80
Berdasarkan metode
yang digunakan yaitu
Metode Analisis linier
Berganda menjelaskan
bahwa terdapat
pengaruh secara
simultan pada variabel
profit, growth dan
asset struktur terhadap
struktur modal. Secara
parsial variabel yang
berpengaruh adalah
profit dan asset
struktur. Pada
penelitian ini
ditemukan analisa
variabel yang paling
dominan adalah profit.
tangibility, size dan
growth secara
signifikan berpengaruh
terhadap leverage
perusahaan, sedangkan
profitability dan
earning volatility tidak
berpengaruh
signifikan.
Perusahaan di BEI
menggunakan struktur
modal teori Pecking
Order Theory.
34
3.
Arief (2011), “Analisis
Pengujian Pecking Order
Theory melalui keterkaitan
profitabilitas, struktur
aktiva, ukuran perusahaan,
dan kesempatan bertumbuh
pada emiten syariah di JII
periode 2006-2009”.
12 Emiten Syariah
pada berbagai sub
sektor industry
yang masuk
kategori indeks JII
periode 20062009
Analisis
regresi Linier
berganda
Hasil penelitian ini
adalah secara simultan
variabel profitabilitas,
struktur asset, ukuran
perusahaan, dan
kesempatan
bertumbuh
mempengaruhi
struktur modal.
Sedangkan secara
parsial variabel yang
mempengaruhi
struktur modal adalah
profitabilitas dan
struktur asset
sedangkan variabel
ukuran perusahaan
dan kesempatan
bertumbuh tidak
mempengaruhi
struktur modal.
4.
Pujiani dan Prasetiono
(2012), “Pengaruh Return
on Asset, Sales Growth,
Structure Asset, Firm Size,
dan, Investment
Opportunity terhadap
Financial Leverage”.
62 perusahaan
Manufaktur yang
terdiri dari Tiga
Sektor, yaitu
Sektor Industri
dan Kimia (22
Perusahaan),
Sektor Aneka
Industri (15
Perusahaan), dan
Sektor Barang
Konsumsi (25
Perusahaan)
Regresi Linier
Berganda dan
menggunakan
Uji beda yaitu
Chow Test.
5.
Nurul, Roslina dan Suhana
(2012), “The Determinants
of capital structure :
Evaluation between
Shariah-Compilant and
Coventional Companies”.
Sampel diambil
menggunakan
purposive
sampling dan
telah diambil 70
perusahaan
syariah dan 50
perusahaan
konvensional.
Yang terdaftar di
bursa efek
Malaysia periode
Analisis
regresi linier
berganda
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
perusahaan
manufaktur sektor
aneka industri return
on assets, structure
assets, dan investment
opportunity
mempengaruhi
financial leverage.
Sedangkan pada sektor
barang konsumsi
hanya return on assets
dan investment
opportunity yang
mempengaruhi
financial leverage.
Dari hasil penelitian
ini diperoleh bahwa
debt ratio dari
perusahaan syariah
yang diteliti
berpengaruh
signifikan terhadap
profitabilitas, size dan
Tangibility, tetapi non
debt tax shield tidak
signifikan terhadap
35
2005-2010
debt ratio. Sedangkan
pada perusahaan
konvensional
diperoleh bahwa
profitabilitas, size, dan
non debt tax shield
signifikan terhadap
debt ratio, tetapi
tangibility tidak
signifikan.
6.
Arini (2013), “Pengaruh
Likuiditas, Ukuran
Perusahaan, Struktur
Aktiva, Profitabilitas, dan
Pertumbuhan Penjualan
terhadap Struktur Modal
(Studi kasus pada
perusahaan pertambangan
yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia)”.
30 sampel dari
populasi
perusahaan yang
masuk dalam
kategori
pertambangan
yang terdaftar di
BEI periode 20072012.
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Dari hasil penelitian
variabel pertumbuhan
penjualan mempunyai
pengaruh positif dan
signifikan, variabel
likuiditas, ukuran
perusahaan, dan
profitabilitas
mempunyai pengaruh
signifikan kearah
negatif. Sedangkan
variabel struktur
aktiva mempunyai
pengaruh yang positif
tidak signifikan. Dan
variabel yang
berpengaruh dominan
terhadap struktur
modal adalah variabel
profitabilitas dengan
nilai beta
standardized koefisien
tertinggi.
7.
Lusangaji (2013),
“Pengaruh Ukuran
Perusahaan, Struktur
Aktiva, Pertumbuhan
Perusahaan, dan
Profitabilitas Terhadap
Struktur Modal”.
13 Perusahaan
Makanan dan
Minuman yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 20052011
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Secara simultan
variabel ukuran
perusahaan, struktur
aktiva, pertumbuhan
perusahaan, dan
profitabilitas
berpengaruh
signifikan terhadap
struktur modal.
Secara parsial ukuran
perusahaan,
36
pertumbuhan
penjualan, dan
profitabilitas yang
berpengaruh terhadap
struktur modal.
Sedangkan struktur
aktiva tidak
berpengaruh terhadap
struktur modal.
8.
Widodo (2013), “Analisis
Faktor-Faktor yang
mempengauhi Struktur
Modal Perusahaan sektor
Pertambangan yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
11 Perusahaan
Pertambangan
yang terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia periode
2007 sampai
dengan 2011.
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Secara Simultan Size,
Growth, Struktur
Aktiva, ROA, dan
Sales berpengaruh
terhadap Long Debt to
Equity Ratio.
Secara Parsial Size,
ROA, dan Sales
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
Long Debt to Equity
Ratio. Sedangkan
variabel Struktur
Aktiva tidak
berpengaruh terhadap
Long Debt to Equity
Ratio.
9.
Ahmed dan Shabbir (2014),
“Does Pakistani Insurance
Industry follow Pecking
Order Theory? ”.
28 Perusahaan
Asuransi di
Pakistan periode
2007-2011
Analisis
Regresi Linier
Berganda
10.
Fidelis, Edim dan Eke
(2014), “Determinants of
Financial Structure :
Evidence from Nigerian
Quoted Firms”.
25 Perusahaan
bedasarkan
Kriteria
pengambilan
Sampel untuk
periode 14 tahun
Model Panel
Regresi
Size, Profitabilitas,
Tangibility, Risk dan
Likuiditas sangat
berperan penting
dalam menentukan
struktur modal
perusahaan asuransi di
Pakistan. Dari
signifikasi variabel
profitabiitas,
Likuiditas, Tangibility,
dan Resiko
menunjukan bahwa
perusahaan asuransi di
Pakistan mengikuti
Pecking Order Theory
dalam Struktur
Modalnya.
Profitabilitas,
Volatilitas (Resiko
Operasional),
Kesempatan
Bertumbuh
mempunyai Hubungan
37
yang diambil dari
laporan tahunan
yang diterbitkan
perusahaan oleh
Bursa Efek
Nigeria
yang negative
terhdadap Struktur
Modal. Sedangkan
Ukuran Perusahaan
dan Tangibility
mempunyai hubungan
yang positif terhadap
Struktur Modal. Dan
Perusahaan Nigeria
mengacu pada Pecking
Order Theory dimana
Perusahaan telah
disimpulkan
Menggunakan
Pembiayaan Internal
dalam Struktur
Modalnya
D. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur
modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth,
dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di
JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku
leverage pada emiten syariah di JII.
Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat
dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut :
38
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta
Islamic Index di Berbagai Sektor
Pecking Order Theory
Profitabilitas
Struktur Aktiva
Ukuran Perusahaan
Sales Growth
Likuiditas
(X1)
(X2)
(X3)
(X4)
(X5)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
Financial
Leverage
(Y)
Analisis
Deskriptif
Statistik
Intepretasi
Uji Asumsi Klasik
Uji Model
Regresi
1.
2.
3.
4.
Uji Normalitas
Uji Heterokedastisitas
Uji Multikolinearitas
Uji Autokorelasi
Regresi Linear Berganda :
Uji Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi
(Adjusted R Square)
1.
2.
Uji F
Uji T
Kesimpulan dan Saran
39
E. Hipotesis
Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan
sejumlah Hipotesis sebagai Berikut :
H0 : β = 0
:
Variabel
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Struktur
Aktiva,
Sales Growth, dan
Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan
terhadap Financial Leverage (DER).
Ha : β ≠ 0
:
Variabel
Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan,
Likuiditas
Struktur
Aktiva,
Sales Growth, dan
berpengaruh
secara
simultan
terhadap Financial Leverage (DER).
Ho : β1 = 0
: Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage (DER).
Ha : β1 ≠ 0
: Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif
terhadap Financial Leverage (DER).
Ho : β2 = 0
: Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage (DER).
Ha : β2 ≠ 0
: Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif
terhadap Financial Leverage (DER).
Ho : β3 = 0
: Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage (DER).
Ha : β3 ≠ 0
: Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh
positif terhadap Financial Leverage (DER).
40
Ho : β4 = 0
: Variabel Sales Growth tidak berpengaruh
terhadap Financial Leverage (DER).
Ha : β4 ≠ 0
: Variabel Sales Growth berpengaruh negatif
terhadap Financial Leverage (DER).
Ho : β5 = 0
: Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap
Financial Leverage (DER).
Ha : β5 ≠ 0
:
Variabel
Likuiditas
berpengaruh
negatif
terhadap Financial Leverage (DER).
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai
sektor di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 – 2013. Dimana di
BEI (Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi
laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia.
Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten
Syariah JII (Jakarta Islamic Index) terkini yang telah diaudit dengan
pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel
yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order
theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth,
dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel
independen.
B.
Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Menurut
Sugiyono
(2009),
Populasi
adalah
wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
utnuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan
kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian.
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
42
Emiten Syariah yang Listing di JII (Jakarta Islamic Index)
periode 2009 sampai dengan 2013.
2. Sampel
Sedangkan
sampel
adalah
bagian
dari
jumlah
dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2009).
Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena
jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan
peneliti untuk dapat meneliti populasi. Tekhnik sampling yang
diambil adalah tekhnik sampling purposive sampling. Yaitu
tekhnik
pengambilan
sampel
dengan
pertimbangan
atau
karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam
penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa
kriteria berikut:
1) Saham-saham emiten terdaftar di Jakarta Islamic Index
aktif diperdagangkan selama periode pengamatan yaitu
2009 sampai 2013.
2) Emiten tidak mengalami delisting (Konsisten) pada
Jakarta Islamic Index dari periode 2009-2013.
3) Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan yang
telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan
mempublikasikan secara lengkap selama periode 20092013.
43
4) Menyajikan Laporan Keuangan dalam satuan mata uang
rupiah (Rp), tidak dalam satuan mata uang asing.
5) Tidak memiliki ekuitas negatif.
Tabel 3.1
Pemilihan Sampel
No
Kriteria Sampel
Jumlah
1.
Emiten Syariah yang terdaftar di
indeks JII Periode 2009-2013
2.
Emiten Syariah yang Delisting (tidak
konsisten) selama periode 2009-2013
3.
Emiten Syariah dengan data
Keuangan Mata Uang Asing
Jumlah Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
58
(42)
(2)
14
Tabel 3.2
Daftar Sampel Perusahaan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Sumber : www.idx.co.id
44
C.
Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan
penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data
sekunder, dan data tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui
laporan keuangan tahunan Emiten Syariah yang listing di JII (Jakarta
Islamic Index) Periode 2009 sampai dengan 2013.
Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah
menjadi sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang
diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan.
Metode studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dimana
dalam memperoleh data dengan menggunakan cara membaca dan
mempelajari buku-buku serta jurnal – jurnal yang berhubungan dengan
masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Bedasarkan latar belakang dan tinjauan literature diatas, maka
penelitian ini menggunakan beberapa analisis untuk membuktikan hasil
dari literature-literatur sebelumnya, analisis tersebut diantara nya :
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang
dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti
berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan
45
keputusan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari rata-rata, stamdar
deviasi, minimum dan maksimum
2. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen
secara
bersama-sama
(simultan)
ataupun
secara
parsial.untuk
mengetahui variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan
terhadap Debt To Equity Ratio pada emiten syariah di Bursa Efek
Indonesia
yaitu profitabilitas (ROA), struktur aktiva,
ukuran
perusahaan (size), sales growth, dan likuditas digunakan persamaan
umum regresi linear berganda atas empat variabel bebas terhadap
sebuah variabel tidak bebas model umum regresi berganda, yaitu :
Keterangan :
LEV
: Tingkat Hutang (Debt to Equity Ratio)
α
: Konstanta
β1PROF
: Profitabilitas (ROA)
β2STR
: Struktur Aktiva
β3SIZE
: Firm Size (Ukuran Perusahaan)
β4SG
: Sales Growth
β5LIQ
: Likuiditas
ε
: Variabel Residual (Tingkat Kesalahan)
46
2.1
Uji Asumsi Klasik
Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan
menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian
ini. Tujuan lainnya untuk memastikan bahwa di dalam model regresi
yang digunakan mempunyai data yang terdistribusikan secara normal,
bebas dari autokorelasi, multikolinieritas serta heterokedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Untuk melihat normalitas residual menggunakan grafik
histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan
distribusi yang mendekati distribusi normal. Jika data menyebar
sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan
mengikuti
arah
garis
diagonal
atau
garis
histogramnya
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memiliki
asumsi normalitas (Ghozali, 2011).
Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah
sebagai berikut :
1. Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Menurut Ghozali (2011), metode yang lebih handal adalah
dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan
distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal
akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
47
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi
data
residual
normal,
maka
garis
yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya.
2. Kolmogorov-Smirnov
Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametric
Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan
fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi
berdistribusi normal jika nilai sig.2 tailed > 0,05 (Ghozali,
2011).
b. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi
linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokolerasi (Ghozali, 2011).
Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat
dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Untuk mengetahui
ada tidaknya autokorelasi maka berikut ini adalah tabel
autokorelasi Durbin-Waston
48
Tabel 3.3
Posisi Angka Durbin Watson
Hipotesis Nol
Keputusan
Jika
Tidak ada
autokorelasi
positif
Tidak ada
autokorelasi
positif
Tidak ada korelasi
negative
Tolak
0 < dw < dl
Tidak ada
kesimpulan
dl < dw< du
Tolak
4-dl < dw <
4
Tidak ada korelasi
negative
Tidak ada
kesimpulan
4-du < dw <
4-dl
Tidak ada
autokorelasi,
positif atau
negative
Tidak terjadi
autokorelasi
du < dw < 4du
c. Uji Multikolinieritas
Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya
kolerasi
antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar
variabel independen (Ghozali, 2011)
Deteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi
adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan
tolerance. Regresi bebas dari masalah mutikolinieritas jika nilai
VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 (Ghozali, 2011).
49
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari
ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka
mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika
tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka terjadi tidak terjadi
heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011).
Salah satu kelemahan pengujian secara grafik adalah tidak
jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan
secara subkjektif tentunya dapat mengakibatkan perbedaan
keputusan antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu,
dibutuhkan uji formal untuk memutuskannya. Uji formal yang
digunakan menggunakan uji glejser. Menurut Ghozali (2011), uji
glejser
melihat
apakah
model
regresi
terjadi
masalah
heterokedastisitas dengan cara melihat nilai sig. dengan kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut :
50
1. Tidak terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig > alpha (0,05)
2. Terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig < alpha (0,05)
3. Uji Hipotesis
Peneliti
menggunakan
beberapa
uji
hipotesis,
diantaranya
adalah uji statistik F, uji statistic t dan koefisien determinasi.
a. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam
pengolahan data menggunakan program komputer Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.0, pengaruh secara
individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji F. Dengan tingkat
signifikansi (5%),
Nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1,
degree of freedom (df2) = n-k.
tabel
={=
α {; (df
= 1k-1,
(df2)(df
= 2n-k}
F tabel
α ;1)(df
) = k-1,
) = n-k}
Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun
regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel
yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance)
melalui bantuan program SPSS versi 22.0. Dari hasil output SPSS,
uji-F dapat dilihat nilai F pada tabel ANOVA. Pengujian ini
dilakukan dengan uji-F pada confident level 95% dan tingkat
51
kesalahan analisis (α) 5% dengan ketentuan degree of freedom
(df1) = k–1, degree of freedom (df2) = n-k. maka kriteria pengujian
adalah sebagai berikut:
1. Bila nilai signifikansi F < 0.05, maka H0 ditolak, artinya
terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel
independen terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai signifikansi F > 0.05, maka H0 diterima, artinya
semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b. Uji Statistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Dalam pengolahan data
menggunakan program komputer SPSS versi 22.0, pengaruh secara
individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji t. Dengan tingkat
signifikansi (5%),
Uji-t yang mengguakan ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan
tingkat kesalahan dalam analisa (α) = 5%, dengan ketentuan degree
of freedom (df1) = n-k-1, dimana n adalah besarnya sampel, k
adalah jumlah variabel.
t-tabel=={{αα;;df
df==((nn––kk)}
)}
t-tabel
maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut:
52
1. Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak,
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu
variabel independen terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima,
artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu
variabel independen terhadap variabel dependen.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (
) bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen
hampir memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variabel dependen. (Ghozali, 2011)
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah
bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke
dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka
pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu,
penelitian ini menggunakan nilai Adjusted
, yang dapat fluktuasi
apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Nilai Adjusted
adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel
dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen
53
dan ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen.
Jika nilai Adjusted
adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel
dependen sebelumnya dapat dijelaskan oleh variabel independen
dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel
dependen. Nilai Adjusted
berkisar antara nol sampai satu. Jika
mendekati 1 berarti semakin kuat kemempuan variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya jika nilainya
mendekati nol, berarti semakin rendah kemampuan variabel
independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen.
E. Operasional Variabel Penelitian
Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari
variabel- variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel
independen dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri
dari Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaaan, Sales
Growth, dan Likuiditas. Sedangkan Financial Leverage sebagai variabel
dependen.
1. Variabel Dependen (Dependent Variable)
Variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor
yang berlaku dalam investigasi dan dipengaruhi atau tergantung oleh
variabel
lain.
Dalam
penelitian
ini
yang
menjadi
variabel
dependen/terikat adalah : Tingkat Hutang (Leverage Ratio). untuk
mengukur tingkat hutang yang digunakan perusahaan maka dalam
54
penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu suatu rasio
untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya
hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui
total hutang dan total ekuitas (equity). Rumus DER adalah sebagai
berikut :
2. Variabel Independen (Independent Variable)
Variabel independen disebut juga variabel prediktor (predictor
variable) yang biasa dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif atau negatif.
Yaitu, jika terdapat variable independen, variabel dependen juga ada,
dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen, terdapat
pula kenaikan atau penurunan dalam variable dependen. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Profitabilitas
Variabel independen dengan symbol (β1PROF). dalam
perhitungan tingkat kemapulabaan atau kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba, profitabilitas menggunakan proksi ROA
(Return On Asset), Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti
yang digunakan oleh Setiawan (2010) dan Arief (2011) :
55
b. Struktur Aktiva
Variabel independen dengan symbol (β2STR). Variabel ini
untuk mengetahui berapa besar jumlah asset tetap berwujud
perusahaan dibandingkan dengan total asset yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh
Arief (2011) dan Pujiani dan Prasetiono (2012) :
c. Ukuran Perusahaan
Variabel independen yang diberi symbol (β3SIZE). Sebenarnya
banyak cara untuk mengetahui ukuran perusahaan, bisa melalui
logaritma natural penjualan dan lainnya. Dalam penelitian ini
digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Pujiani dan
Prasetiono (2012) dan Arini (2013) :
d. Sales Growth
Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi liner
berganda
dengan
symbol
(β4SG).
Pertumbuhan
penjualan
merupakan persentase kenaikan penjualan dari tahun ke tahun.
Menurut Weston dan Copeland (2005) rumusnya adalah :
56
e. Likuditas
Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi linear
berganda dengan symbol (β5LIQ). sebagai proksi perhitungan
tingkat likuiditas perusahaan, peneliti menggunakan rasio lancar
atau current ratio. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti
yang digunakan oleh Ariani (2013) :
57
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Jakarta Islamic Index
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan
yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan public
yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi
yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme
operasionalnya tidak bertentangan dengan syariat Islam (Rodoni dan
Hamid, 2008).
Di Indonesia secara historis keberadaan pasar modal syariah
dimulai dan diperkenalkan pada pertengahan tahun 1997 melalui
instrumen reksadana syariah. Berkat adanya kerja sama antara PT
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan PT Danareksa Investment
Manajement (DIM) pada bulan juli 2000 berhasil dibentuk Jakarta
Islamic Index (JII). Kemudian pembentukan ini diikuti dengan
peluncuran Obligasi Syariah Mudharabah oleh PT Indosat di
penghujung tahun 2002. Namun secara resmi, peluncuran pasar modal
syariah di Indonesia terjadi pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003, setelah
melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pengawas
Pasar Modal dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama
Indonesia (Burhanuddin, 2010).
Fungsi pasar modal syariah menurut MM.Metwally adalah
58
sebagai berikut: (Heri Sudarsono, 2008).
a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan
bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan
resikonya.
b. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar
untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya.
d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka
pendek pada harga saham.
e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh
kinerja kegiatan bisnis sebagimana tercermin pada harga
saham.
Instrumen yang dilarang dalam pasar modal syariah menurut Abdul
Hamid (2009) diantaranya sebagai berikut:
a. Saham Istimewa (Preferred Stock)
Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih
besar daripada saham biasa dalam deviden pada waktu
perseroan dilikuiditas.
b. Forward Contract
Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi yang
diharamkan bertentangan dengan syariah. Forward contract
merupakan bentuk jual beli hutang yang didalamnya terdapat
59
unsur riba, sedangkan transaksi jual beli dilakukan sebelum
tanggal jatuh tempo.
c. Opsi
Opsi adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying
asset atau real aset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan
tidak dimiliki oleh pihak penjual. Opsi termasuk dalam
kategori gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi).
d. Transaction Margin on Trading
Transaksi ini adalah dimana pembeli membayar sebagian harga
secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjaman kepada bank
melalui perantara dengan syarat surat berharga tersebut
dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman.
e. Transaction Short – Shelling
Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli
dimana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki
pada waktu akad.
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan
prinsip hukum Islam adalah (Ahmad Rodoni, 2009).
a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk
perbankan dan asuransi konvensional.
60
c. Usaha
yang
memproduksi,
mendistribusi,
serta
memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong
haram.
d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan
barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
Dalam rangka kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga
penting yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan
perdagangan, yaitu: BAPEPAM, Dewan Syari’ah Nasional (DSN),
Bursa Efek, Perusahaan Efek, Emiten, profesi dan lembaga penunjang
pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khususnya untuk kegiatan
pengawasan akan dilakukan secara bersama oleh BAPEPAM dan
DSN.
Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam
indeks syariah antara lain (Heri Sudarsono, 2008) :
a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih
dari 3 bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalis besar).
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau
tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap
aktiva maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan
urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization)
61
terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan
tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan regurel selama
satu tahun terakhir.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan
komponen index pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya.
Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitor secara
terus-menerus berdasarkan data-data public dan media. Index harga
saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terahir yang
tersedia di bursa.
B.
Hasil Analisis dan Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu
data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean) dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel
penelitian. Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi profitabiilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran
perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas sebagai variabel
independen, serta financial leverage sebagai variabel dependen.
Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif
dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam
tabel 4.1 dibawah ini :
62
Tabel 4.1
Deskriptif Statsistik
Sumber : Data yang sudah Diolah
1) Tingkat Profitabilitas (ROA) Emiten Syariah di
Jakarta Islamic Index
Tingkat
pengembalian
atas
aset
menunjukkan
keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam
memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi
pemegang
saham
dalam
perusahaan.
Rasio
ini
menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan
jumlah yang diinvestasikan. Makin tinggi nilai rasio ini
menunjukkan makin tinggi tingkat pengembalian terhadap
aset dan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat pengembalian atas aset untuk emiten yang menjadi
sampel dalam penelitian sebesar 0,1888 atau (18,88 %)
dan nilai standar deviasi sebesar 0,054. Ini berarti tingkat
pengembalian terhadap aset pada emiten syariah di JII
sebesar 18,88%.
63
Emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset
di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka
Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang
Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan Unilever Indonesia
Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian
terhadap asset yang paling tinggi adalah Telekomunikasi
Indonesia Tbk sebesar 26,67%.
Sebaliknya
emiten
yang
memiliki
tingkat
pengembalian atas aset di bawah rata-rata adalah Adaro
Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International
Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk. Dan emiten
yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang
paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,813%.
2) Tingkat Struktur Aktiva Emiten Syariah di Jakarta
Islamic Index
Struktur aktiva menunjukan besarnya alokasi asset
yang dimiliki suatu perusahaan atau emiten. Dimana asset
tersebut kebanyakan merupakan sebagian besar modal
yang tertanam dalam suatu perusahaan. Semakin besar
64
aktiva yang dimiliki maka kinerja perusahaan dibidang
produksi juga akan semakin bagus.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat struktur aktiva untuk emiten yang menjadi sampel
dalam penelitian sebesar 0,2901 atau (29,01 %) dan nilai
standar deviasi sebesar 0,1628. Ini berarti tingkat struktur
aktiva pada emiten syariah di JII sebesar 29,01%.
Emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di atas
rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia
Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia
(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, Unilever Indonesia
Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva
yang paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar
48,57%.
Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat struktur
aktiva di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Aneka
Tambang (Persero) Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra
International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk,
Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang
memiliki tingkat struktur aktiva paling rendah adalah
Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,884%.
65
3) Tingkat Ukuran Perusahaan Emiten Syariah di
Jakarta Islamic Index
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan
cerrminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam
nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar
ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak
investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat ukuran perusahaan untuk emiten yang menjadi
sampel dalam penelitian sebesar 30,47% dan nilai standar
deviasi sebesar 0,9984. Ini berarti tingkat ukuran
perusahaan pada emiten syariah di JII sebesar 30,47%.
Emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan
diatas
rata-rata
adalah
Astra
International
Tbk,
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Lippo Karawaci Tbk,
Telekomunikasi
Indonesia
Tbk,
Semen
Indonesia
(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever
Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran
perusahaan paling tinggi adalah Astra International Tbk
sebesar 32,36%.
Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat ukuran
perusahaan dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk,
Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk,
66
Alam Sutera Realty Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London
Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam
Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan
paling rendah adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk
sebesar 29,49%.
4) Tingkat Pertumbuhan Penjualan Emiten Syariah
di Jakarta Islamic Index
Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total
penjualan atau pendapatan dimana pertumbuhan penjualan
masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan
datang
dan
pertumbuhan
yang
datang.
Tingkat
pertumbuhan penjualan akan menunjukkan seberapa jauh
perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber
pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage,
perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
sebaiknya
menggunakan
ekuitas
sebagai
sumber
pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency
cost)
antara
perusahaan,
pemegang
sebaliknya
saham
dengan
perusahaan
manajemen
dengan
tingkat
pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang
sebagai sumber pembiayannya.
67
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat pertumbuhan penjualan untuk emiten yang menjadi
sampel dalam penelitian sebesar 0,1420 atau (14,20%) dan
nilai standar deviasi sebesar 0,1709 Ini berarti tingkat
pertumbuhan penjualan pada emiten syariah di JII sebesar
14,20%.
Emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan
diatas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera
Realty Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk,
Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan
Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki
tingkat pertumbuhan penjualan yang paling tinggi adalah
Lippo Karawaci Tbk sebesar 22,32%.
Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan
penjualan dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari
Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, PP London Sumatera
Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk,
Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki
tingkat pertumbuhan penjualan yang paling rendah adalah
Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 0,037%.
68
5) Tingkat Likuiditas Emiten Syariah di Jakarta
Islamic Index
rasio
likuiditas
yaitu
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya
pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki
Likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan
memiliki internal financing yang akan cukup digunakan
untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal
akan berkurang.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat likuiditas untuk emiten yang menjadi sampel dalam
penelitian sebesar 2,5106 atau (251,06%) dan nilai standar
deviasi sebesar 1,6769. Ini berarti tingkat likuiditas pada
emiten syariah di JII sebesar 251,06%.
Emiten yang memiliki tingkat likuiditas di atas ratarata adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk, Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci
Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang
Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki
tingkat likuiditas paling tinggi adalah Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk sebesar 527,32%.
Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas
dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro
69
Lestari Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International
Tbk,, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia
(Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever
Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat
likuiditas paling rendah adalah Unilever Indonesia Tbk
sebesar 78,89%.
6) Tingkat Leverage Emiten Syariah di Jakarta Islamic
Index
Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal
yang
berasal
dari
pinjaman
(modal
asing)
yang
dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional
perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan
meningkatkan rasio perusahaan. Semakin tinggi rasio
leverage menunjukkan komposisi hutang semakin besar
dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya.
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata)
tingkat leverage untuk emiten yang menjadi sampel dalam
penelitian sebesar 0,6942 atau (69,42%) dan nilai standar
deviasi sebesar 0,5055. Ini berarti tingkat leverage pada
emiten syariah di JII sebesar 69,42%.
70
Emiten yang memiliki tingkat leverage di atas rata-rata
adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra
International Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi
Indonesia Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten
yang memiliki tingkat leverage paling tinggi adalah
Unilever Indonesia Tbk sebesar 163,50%.
Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas
dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka
Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa
Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia
Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan United Tractors
Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling
rendah adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar
17,98%.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis
grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak.
71
1) Analisis
Grafik
dengan
menggunakan
Normal
Probability Plot (Normal P-P Plot).
Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 22.0
menghasilkan grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber : Data yang telah Diolah
Bedasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa
titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal, hal
ini menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi
asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk
menganalisis
pengaruh
variabel-variabel
bebas
(profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales
growth, dan likuiditas) terhadap variabel terikat (financial
leverage).
72
2) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.2
Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber : Data yang telah Diolah
Bedasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan data
dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat
dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,095 dan
nilai sig. > derajat alpha pada 0,198 atau lebih besar dari
0,05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini
73
tidak
ortogonal.
Variabel
ortogonal
adalah
variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen
sama
dengan
nol.
Pengujian
dalam
uji
multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance
Inflation Factor) harus berada dibawah 10, hal ini akan
dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber : Data yang telah Diolah
Bedasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil
uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance mendekati
angka 1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel.
Hasil perhitungan Toleransi menunjukan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Toleransi kurang dari 0.10
yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen
yang nilainya lebih dari 95%. Hasil VIF juga menunjukkan
hal yang sama tidak ada suatu variabel independen yang
memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji
multikolinieritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
74
semua variabel independen dalam model persamaan regresi
tidak terdapat problem multikolinearitas dan dapat digunakan
dalam penelitian ini.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan
dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola
tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya jika
tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas
dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas. Adapun hasil uji heterokedastisitas dalam
penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.2.
75
Grafik 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas
Sumber : Data yang telah Diolah
Bedasarkan hasil heterokedastisitas pada grafik 4.2
terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan
demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam
model
ini
tidak
ada
gejala
atau
tidak
terjadi
menggunakan
scatter
plot
untuk
pengujian
heterokedastisitas.
Selain
heteroskedastisitas, peneliti juga menggunakan Uji Glejser untuk
menghindari kerancuan yang diakibatkan pengambilan keputusan
melalui grafik. Uji Glejser dapat dilakukan setelah kita
mendapatkan
nilai
unstandardized
residual
yang
telah
dikuadratkan dan di absolutkan, lalu meregresikan nilai tersebut
menjadi variable dependen.
76
Tabel 4.4
Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji Glejser
Sumber : Data yang telah Diolah
Pada tabel 4.4, dapat kita lihat hasil uji Glejser melalui
tabel coefficients dan nilai sig. Pada bagian sig dapat kita
ketahui bahwa semua variabel independen tidak ada yang
signifikan karena nilai signifikansi berada diatas 0,05. Hal ini
berarti model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui
ada tidaknya korelasi antara anggota dari observasi yang
disusun menurut time series atau cross section. Asumsi
autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara
data pengamatan, dimana muncul suatu data dipengaruhi oleh
data
sebelumnya.
Penyimpangan
autokorelasi
dalam
penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test).
Berdasarkan output SPSS 22.0, maka hasil uji autokorelasi
pada tabel 4.5 sebagai berikut :
77
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber : Data yang telah diolah
Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi
bedasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai
Uji Durbin-Watson = 2.090 sedangkan dalam tabel DW
untuk “k”=5 dan N = 70 besarnya DW tabel : dl (Batas luar)
= 1,4637 ; du (batas dalam) = 1,7683 ; 4-du = 2,2317 ; dan 4dl = 2,5363. Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DWtest terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 4.6
Hipotesis Nol
Tidak ada
autokorelasi
positif
Tidak ada
autokorelasi
positif
Tabel 4.6
Hasil Uji Durbin Watson
Keputusan
Jika
Tolak
0 < 2,090 <
1,4637
Tidak ada
kesimpulan
1,4637 <
2,090 <
1,7683
Tidak ada
korelasi negative
Tolak
4-1,4637 <
2,090 < 4
Tidak ada
korelasi negative
Tidak ada
kesimpulan
4-1,7683 <
2,090 < 4-
78
1,4637
Tidak ada
autokorelasi,
positif atau
negative
Tidak terjadi
autokorelasi
1,7683 <
2,090 < 41,7683
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Hasil uji statistik F digunakan untuk mengukur apakah
semua variabel independen yang digunakan mempunyai
pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel
dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji
dengan melihat siginifikansi (sig.) yang terdapat pada tabel
ANOVA. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.7
Hasil Uji F
Sumber : Data yang sudah diolah
Dari tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai sig sebesar 0,000. Hal
ini
memberikan
hasil
yang
signifikan,
sehingga
dapat
disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran
79
perusahaan, sales growth dan likuiditas secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (debt to
equity ratio). Hal ini dikarenakan nilai sig. 0,000 < alpha (α = 5
%) maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan variabel independen
secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji-t
Uji Parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui apakah
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel
dependen secara individual atau secara parsial. Hasil uji t dapat
diketahui melalui nilai sig t yang terdapat pada tabel coefficients
melalui nilai t. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji-t
Sumber : Data yang sudah Diolah
80
1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Leverage
Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap
Financial Leverage dengan nilai significant level 0,044 <
0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel profitabilitas
berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan
demikian H1 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yaitu
Pecking Order Theory yang menyimpulkan bahwa apabila
dana internal telah memenuhi kebutuhan sebagian besar dana
maka perusahaan dapat menekan hutang ke tingkat yang
lebih rendah. Ini berarti dana internal telah mampu
merupakan
pilihan
utama
dalam
memenuhi
sumber
pembiayaan.
Dalam
kaitannya
dengan
variabel
profitabilitas,
profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap Financial
Leverage yang artinya bahwa perusahaan yang mempunyai
tingkat
profitabilitas
yang
tinggi
akan
mengurangi
ketergantungan modal dari pihak luar, karena tingkat
keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk
memperoleh sebagian besar pendanaannya yang dihasilkan
secara internal yang berupa laba ditahan sebelum perusahaan
menggunakan sumber dana eksternal seperti hutang. Hal
81
tersebut dapat disebabkan karena dengan semakin tingginya
laba yang diperoleh perusahaan akan semakin banyak dana
yang akan diperoleh sebagai sumber dana sehingga
penggunaan
berpengaruh
hutang
akan
terhadap
semakin
penentuan
sedikit,
sehingga
komposisi
struktur
modalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) dan Arief
Rahman Hakim (2013) yang menyatakan bahwa variabel
profitabilitas
berpengaruh
negatif
terhadap
Financial
terhadap
Financial
Leverage (DER).
2) Pengaruh
Struktur
Aktiva
Leverage
Variabel struktur aktiva tidak berpengaruh
terhadap
Financial Leverage dengan nilai significant level 0,425 >
0,05.). Hal ini menunjukan bahwa variabel struktur aktiva
tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage, dengan
demikian H2 ditolak (hipotesis yang diajukan peneliti tidak
diterima).
Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva
secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva
lain yang dapat direalisasikan menjadi uang atau dijual atau
dikonsumsi suatu periode akuntansi yang normal, sedangkan
82
aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam
bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang
digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa.
Fenomena yang terjadi selama periode penelitian ini salah
satunya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing yaitu pada periode 2010 sampai dengan 2013.
Transaksi pada saat itu sudah mengacu pada mata uang asing
sehingga
kemampuan
perusahaan
dalam
membayar
kewajiban jangka pendeknya semakin mahal dan juga ketika
perusahaan ingin menjual asset beharga nya sebagai modal
produksi perusahaan, nilai nya akan anjlok atau semakin
murah sehingga perusahaan akan mencari kebijakan selain
struktur aktiva sebagai faktor struktur modal nya. Hasil
penelitian ini mendukung penelitian dari Lusangaji (2013)
yang menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh
terhadap struktur modal (Debt to Equity Ratio). Namun tidak
mendukung penelitian dari Arief Rahman Hakim (2013),
serta Pujiani dan Prasetiono (2012) yang menyatakan bahwa
struktur aktiva berpengaruh terhadap financial leverage
(DER).
83
3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial
Leverage
Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level
0,300 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel ukuran
perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial
Leverage, dengan demikian H3 ditolak (hipotesis yang
diajukan peneliti tidak diterima).
Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang
menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar akan
lebih menjamin memiliki akses yang lebih mudah untuk
mendapatkan sumber modalnya. Kemungkinan yang dapat
terjadi dari hasil penelitian ini adalah bahwa perusahaan lebih
cenderung menyukai pendanaan yang berasal dari internal
dibandingkan dari hutang, sehingga ukuran perusahaan tidak
memiliki pengaruh terhadap penggunaan sumber dana
eksternal. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan besar
yang mempunyai akses lebih mudah ke pasar modal
dibandingkan dengan perusahaan kecil belum tentu dapat
memperoleh dana dengan mudah di pasar modal. Hal ini
disebabkan karena para investor akan membeli saham atau
menanamkan modalnya tidak hanya mempertimbangkan
besar-kecilnya perusahaan, tetapi juga memperhatikan faktor-
84
faktor lain, seperti prospek perusahaan, sifat manajemen
perusahaan saat ini dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arief Rahman
Hakim (2013) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan
tidak mempengaruhi Financial Leverage (DER).
4) Pengaruh Sales Growth terhadap Financial Leverage
Variabel Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap
Financial Leverage dengan nilai significant level 0,042 <
0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel sales growth
berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan
demikian H4 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
Hal
ini
pertumbuhan
mengindikasikan
penjualan,
maka
bahwa
semakin
perusahaan
stabil
cenderung
mengurangi pendanaan yang bersumber dari hutang jangka
panjang sehingga mengakibatkan turunnya tingkat struktur
modal.
Tingkat
pertumbuhan
penjualan
yang
stabil
menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam
menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil
pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber
pendanaan dari laba ditahan, begitu pula sebaliknya.
85
Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index
yang mampu mengalokasikan laba ditahan dari sebagian laba
bersihnya akan cenderung mengurangi porsi penggunaan
hutang jangka panjang dengan tujuan mengurangi biaya tetap
yang tinggi berupa bunga hutang. Kreditur akan tetap
beranggapan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
penjualan yang stabil pun masih memiliki potensi risiko dan
ketidakpastian
yang
cukup
tinggi.
Hal
inilah
yang
menyebabkan kreditur membebankan biaya bunga hutang
yang lebih tinggi serta membebankan agency cost akibat
bebagai persyaratan mengikat yang diajukan kreditur dalam
memberikan pinjaman kepada perusahaan sebagai debitur.
Dalam keadaan normal, tingginya biaya hutang jangka
panjang menyebabkan pendanaan yang bersumber dari
hutang jangka panjang baru akan dipilih perusahaan sektor
pertambangan setelah pendanaan yang bersumber dari laba
ditahan dianggap tidak mencukupi dan penerbitan saham
dianggap sudah tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil
dapat menjual sahamnya dengan harga yang lebih wajar. Hal
tersebut
dikarenakan
stabilitas
pertumbuhan
penjualan
merupakan sinyal positif bagi calon investor eksternal
(publik) yang menandakan bahwa perusahaan memiliki
86
stabilitas keuangan serta prospek yang baik, sehingga mampu
mengurangi peluang terjadinya informasi asimetris antara
manajemen dan publik. Preferensi penggunaan pendanaan
yang bersumber dari laba ditahan serta penerbitan saham
untuk perusahaan sektor pertambangan yang memiliki
stabilitas pertumbuhan penjualan dibanding pendanaan yang
berusmber dari hutang jangka panjang menyebabkan
turunnya tingkat struktur modal.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Widodo (2013) yang menunjukan bahwa Sales Growth
mempengaruhi Financial Leverage (DER).
5) Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Leverage
Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap
Financial Leverage dengan nilai significant level 0,000 <
0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel likuiditas
berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan
demikian H5 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti
diterima).
Sesuai dengan Pecking Order Theory. Bahwa perusahaan
yang memiliki tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi
justru tingkat hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak
menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan
87
perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah,
sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan dana
internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya
sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang.
Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmeed
dan Shabbir (2014).
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Uji
koefisien
determinasi
dilakukan
untuk
menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari
variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan atau
variasi dari varabel independen. Dalam penelitian ini
menggunakan nilai Adjusted R Square karena variabel
independen lebih dari dua dan nilai Adjusted R Square dapat
naik turun apabila variabel independen ditambahkan ke
dalam model penelitian, maka dapat dilihat dari tabel berikut
:
Tabel 4.9
Hasil Koefisien Determinasi
Sumber : Data yang telah diolah
88
Nilai Adjusted R Square sebesar 0,281 atau 28,1%, hal ini
berarti struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas,
sedangkan sisanya sebesar 72,9% kemungkinan dapat dijelaskan
oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukkan ke dalam
penelitian ini misalnya pajak, tingkat pertumbuhan perusahaan,
dan risiko bisnis.
4. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui arah
hubungan variabel independen pada variabel dependennya, apakah
secara positif atau negatif. Persamaan regresi dalam penelitian ini
adalah :
Tabel 4.10
Hasil Regresi Berganda
Sumber : Data yang sudah Diolah
89
Bedasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = -0,188 – 2,507Profitabilitas – 0,585Sales Growth –
0,137Likuiditas + e
Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai dari variabel X1 (Profitabilitas), X4 (Sales
Growth), dan X5 (Likuiditas) sama dengan nol, maka
nilai variabel Y (Financial Leverage) adalah -0,188%.
2) Variabel profitabilitas (X1) mempunyai pengaruh
negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien
regresi sebesar 2,971
yang artinya jika terjadi
peningkatan variabel profitabilitas (X1) sebesar 1%,
maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar
2,971%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.
3) Variabel sales growth (X4) mempunyai pengaruh
negatif
terhadap
financial
leverage
(Y)
dengan
koefisien regresi sebesar 0,635 yang artinya jika terjadi
peningkatan variabel sales growth (X4) sebesar 1%,
maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar
0,665%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.
4) Variabel likuiditas (X5) mempunyai pengaruh negatif
terhadap financial leverage (Y) dengan koefisien
90
regresi sebesar 0,179
yang artinya jika terjadi
peningkatan variabel likuiditas (X5) sebesar 1%, maka
financial leverage (Y) akan berkurang sebesar 0,179%.
Dengan catatan bahwa variabel lain tetap.
91
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil uraian tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas,
ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas terhadap financial
leverage (DER) pada emiten yang terdaftar pada Jakarta islamic index
periode 2009-2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa,
a) Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap financial leverage
(DER).
b) Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial leverage
(DER).
c) Sales growth berpengaruh negatif terhadap financial leverage
(DER).
d) Likuiditas berpengaruh negatif terhadap financial leverage
(DER).
e) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
financial leverage (DER).
2. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan struktur aktiva,
profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas
berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (DER).
3. Hasil dari Adjusted R square .diperoleh hasil 0,281. Hal ini berarti
bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva,
92
4. profitabilitas, ukuran Perusahaan, sales growth dan likuiditas
sebesar 28,1%, sedangkan sisanya 71,9% dapat dijelaskan oleh
variabel lain diluar model misalnya, stabilitas penjualan, leverage
operasi, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai
kredibilitas, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan dan
pajak.
5. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa emiten syariah yang
terdaftar pada Jakarta Islamic Index mengacu pada Pecking Order
Theory dalam struktur modalnya.
B.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa
saran yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini
merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan,
investor dan akademisi.
1. Bagi Emiten
Dari penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan
sebagai acuan dari sumber pendanaan yang cocok bagi emiten
syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dalam usaha
mencapai dan mengembangkan bisnisnya, dimana perusahaan
harus menentukan besarnya perbandingan jumlah pinjaman
jumlah hutang dan modal sendiri agar struktur modal perusahaan
bias mencapai optimal. Yaitu dengan memperhatikan faktor-
93
faktor seperti struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas, sales
growth, dan ukuran perusahaan.
Dalam menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh
manfaat yang dapat diberikan, maka tambahan hutang akan
diperkenankan)
sebagai
sumber
pendanaannya
dapat
meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Sedangkan
profitabilitas yang positif menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menciptakan peningkatan laba yang memiliki potensi baik
untuk mengurangi ketergantungan akan sumber dana eksternal.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
para investor dalam menentukan dan memutuskan investasi yang
akan dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek
yang lebih baik bagi perusahaannya di masa depan.
3. Bagi Akademisi
Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai
variabel keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar
terhadap struktur modal selain variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini dan memperluas sampel perusahaan yang
mencakup semua jenis perusahaan yang terdaftar di Busa Efek
Indonesia.
94
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Naveed and Salman Shabbir. 2014. “Does Pakistiani Insurance
Industry follow Pecking Order Theory?”. European Journal Business
and Management. Vol.6, No.4.
Arief, Bramantyo. 2011. Analisis Pengujian Teori Pecking Order Melalui
Keterkaitan Profitabilitas, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan
Kesempatan bertumbuh Terhadap Financial Leverage pada Emiten
Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2006-2009. Skripsi.
Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro.
Arini, Farida. 2013. Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur
Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap
Struktur Modal (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Brawijaya.
Brigham dan Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 2
(Edisi 11). Jakarta : Salemba Empat.
Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, Graha
Ilmu, 2010.
Chair, Abdul. 2012. Perspektif Riba dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta : UIN
Sunan Kalijaga.
Fadli. 2010. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penentu Kebijakan Struktur
Modal Terhadap Leverage, Hipotesis Pecking order Teori dan Trade
off Teori. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fidelis A.A, Edim N.O, dan Eke F.A. 2014. Determinants of Financial
Structure : Evidence from Nigerian Quoted Firms. Research Journal
of Finance and Accounting, Vol.5, No. 16.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19.
Semarang : Univ. Diponegoro.
Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan
Jangka Panjang), Buku 1, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE.
Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan (Edisi 13). Jakarta : Salemba Empat.
95
J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (1 thed). Jakarta: Erlangga.
J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen
Keuangan (2th ed). Jakarta : Erlangga.
Lusangaji, Dumas. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva,
Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur
Modal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya,
Malang.
Myers, Stewart C. & Nicholas S. Majluf (1984). Corporate Financing and
Investment Decisions When Firms Have Information Investors Do
Not Have. National Bureau of Economic Research.
Nurul, Nadia Najwa, Roslina Mohammad, dan Suhana Mohamed. 2012. The
Determinants of Capital Structure : Evaluation between ShariahComplicant and Conventional Companies. Management and
Technology Research, Malacca, Malaysia.
Pujiani, Suci dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh Return on Asset, Sales
Growth, Structure Assets, Firm Size, dan Investment Opportunity
terhadap Financial Leverage (studi perbandingan pada perusahaan
manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang
terdaftar di BEI periode 2008-2011). Diponegoro Journal of
Accounting, Vol.1, No 1, Hal 158-171.
Rahman, Arief Hakim. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Struktur Modal (Studi
Kasus pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012). Skripsi Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Riyanto,
Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Cet
Yogyakarta, BPFE, 2008.
8.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama.
Jakarta : Mitra Wacana Media.
Rodoni, Ahmad. Dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah, Cet 1,
Jakarta, Zikrul Hakim, 2010.
Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE
96
Setiawan, Andi. 2010. Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Aset Structure
terhadap Struktur Modal. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, 2008.
Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2005). Manajemen Keuangan.
Edisi Kedelapan. Jakarta : Binarupa Aksara
Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2008). Manajemen Keuangan.
Edisi Kesembilan. Penerjemah : Jaka Wasana. Jakarta : Binarupa
Aksara
Widodo, Cahyo. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur
Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi
dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
www.bapepam.co.id
www.idx.co.id
97
Lampiran - Lampiran
98
Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian
Nama Pe rusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER)
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
1.4343
0.2160
0.2272
0.8430
1.0028
0.2430
0.3924
1.3993
0.1799
0.4021
1.5022
0.2250
0.8388
1.0199
99
2010
2011
1.1856 1.3171
0.1851 0.2110
0.2850 0.4112
1.0739 1.1557
1.0985 0.3416
0.1726 0.1536
0.2184 0.2699
1.0345 0.9406
0.2212 0.1631
0.3583 0.4093
0.9758 0.6899
0.2851 0.3453
0.8388 0.6885
1.1500 1.8477
2012
1.2344
0.3261
0.5359
1.3133
0.4156
0.1718
0.2776
1.1682
0.2026
0.4966
0.6628
0.4632
0.5573
2.0201
2013
1.1076
0.0005
0.7091
1.7061
1.0152
0.1580
0.3312
1.2077
0.2058
0.5463
0.6526
0.4123
0.6091
2.1373
Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
0.1499
0.1797
0.1212
0.1332
0.1129
0.1865
0.1125
0.0485
0.1870
0.1891
0.2187
0.2182
0.1641
0.2197
2010
2011
0.1775 0.1329
0.1953 0.2063
0.1936 0.2189
0.1418 0.1468
0.1273 0.1549
0.2101 0.2367
0.1545 0.1791
0.0649 0.0754
0.2038 0.1769
0.1730 0.1815
0.2660 0.2811
0.2206 0.2200
0.1674 0.1701
0.2284 0.2350
2012
0.1174
0.2263
0.2026
0.1468
0.1888
0.2400
0.1947
0.0828
0.2537
0.2129
0.2770
0.2275
0.1745
0.2369
2013
0.0789
0.2540
0.2154
0.1786
0.2029
0.2409
0.2138
0.1351
0.2846
0.2444
0.2908
0.2588
0.2094
0.2512
Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
0.1746
0.3229
0.2908
0.0143
0.2467
0.5855
0.2157
0.1027
0.3305
0.0460
0.0038
0.3099
0.4465
0.4056
100
2010
2011
0.2170 0.2531
0.3056 0.3356
0.2398 0.1961
0.0323 0.0568
0.2150 0.1876
0.5019 0.4208
0.2283 0.2248
0.0747 0.0852
0.3105 0.2686
0.1056 0.0991
0.4594 0.5327
0.4924 0.5921
0.4465 0.2944
0.4768 0.5070
2012
0.2643
0.3960
0.2366
0.0647
0.1883
0.3487
0.2394
0.0894
0.2953
0.1456
0.5122
0.6319
0.3021
0.5243
2013
0.2533
0.4340
0.3064
0.0556
0.1769
0.3497
0.2586
0.0898
0.3482
0.2401
0.5218
0.6126
0.2541
0.5150
Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
31.3797
29.6554
29.9276
28.9008
32.1190
30.2170
29.5001
30.1265
29.2105
29.7202
32.2115
30.1922
31.0222
29.6439
2010
31.3348
29.8048
28.1518
29.1545
32.3571
30.3619
29.5816
30.4133
29.3469
29.7969
32.2338
30.3759
31.0222
29.7945
2011
29.3643
29.9538
30.3524
29.4240
32.3630
30.5298
29.7442
30.5357
29.5467
30.0740
32.2663
30.6097
31.4692
29.9807
2012
29.5320
30.1503
30.6121
30.0240
32.4373
30.7558
29.8736
30.8447
29.6528
30.1749
32.3439
30.9111
31.5490
30.1147
2013
29.5382
30.3366
30.7159
30.3002
32.5288
30.9122
30.0572
31.0747
29.7073
30.0887
32.4827
31.0583
31.6804
30.2224
Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth)
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
0.4889
-0.0903
-0.0918
-0.0728
0.0151
0.0814
0.1536
0.0046
-0.1681
0.2400
0.0644
0.1767
0.2764
0.1713
101
2010
-0.0835
0.1912
0.0038
0.4003
0.3194
0.0531
0.1254
0.2184
0.1228
-0.1161
0.0141
-0.0030
0.2766
0.0791
2011
0.4672
0.2181
0.1832
0.4932
0.2598
0.2469
0.0670
0.3405
0.3045
0.3720
0.0382
0.1418
0.4748
0.1919
2012
-0.0664
0.0735
0.0100
0.4818
0.1568
0.2450
0.2497
0.4704
-0.1013
0.0684
0.0827
0.1966
0.0164
0.1634
2013
-0.1175
0.0960
0.0812
0.5060
0.0310
0.0810
0.1735
0.0821
-0.0185
-0.0332
0.0755
0.2502
-0.0883
0.1265
Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas
Nama Perusahaan
Adaro Energy Tbk
Astra Agro Lestari Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Alam Sutera Realty Tbk
Astra International Tbk
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk
Kalbe Farma Tbk
Lippo Karawaci Tbk
PP London Sumatera Indonesia Tbk
Tambang Batubara Bukitasam Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Semen Indonesia (Persero) Tbk
United Tractors Tbk
Unilever Indonesia Tbk
2009
1.9806
1.8258
3.2599
0.9800
1.3688
3.0055
2.9870
4.2031
1.4054
4.9123
0.6058
3.5763
1.5659
1.0417
Lampiran 8 : Descriptive Statistics
Lampiran 9 : Variables Entered/Removed
102
2010
1.7606
1.9317
3.8177
0.9800
1.2618
5.5537
4.3936
4.2031
2.3927
5.7905
0.9149
0.0029
1.5659
0.8513
2011
1.6652
1.3097
4.8000
0.9778
1.3640
5.6309
3.6527
5.5936
4.8325
4.6325
0.9580
2.6465
1.7164
0.6867
2012
1.5723
0.6846
2.5142
1.2348
1.3991
6.0276
3.4054
5.6000
3.2730
4.9237
1.1604
1.7245
1.9465
0.6683
2013
1.7719
0.4500
1.8364
0.7530
1.2420
6.1481
2.8393
4.9598
2.4852
2.8659
1.1631
1.8824
1.9102
0.6964
Lampiran 10: Correlations
Lampiran 11 : Model Summary
Lampiran 12 : ANOVA
103
Lampiran 13 : Coeficients
Lampiran 14 : Residual Statistic
104
Lampiran 15 : Histogram
Lampiran 16 : Normal P-Plot
105
Lampiran 17 : Scatterplot
Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
106
Lampiran 19 : Tabel Cooeficients (Uji Glejser)
107
Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson
108
Download