ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009 – 2013) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Subhan Wisnu Aji 1111081000102 PROGRAM STUDI MANAJEMEN KONSENTRASI KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY MELALUI KETERKAITAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Subhan Wisnu Aji NIM: 1111081000102 Dibawah Bimbingan Pembimbing I Pembimbing II Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB NIP. 19741127 200112 1 002 Adhitya Ginanjar, SE., M.Si NIP. 19740810 201101 1 001 PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M / 1436 H i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Selasa 10 Maret 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: Nama : Subhan Wisnu Aji NIM : 1111081000102 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Judul Skripsi : ANALISIS PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY MELALUI KETERKAITAN PENENTU STRUKTUR FAKTOR-FAKTOR MODAL TERHADAP FINANCIAL LEVERAGE (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013). Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 10 Maret 2015 1. Yoghi Citra Pratama, M.Si NIP. 19830717 201101 1 011 ( 2. Miftahul Munir, Drs., MM NIP. 105102102 ( 3. Deni Pandu Nugraha, SE., M.Sc NIP. ( ) Ketua ) Sekretaris ) Penguji Ahli ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini, Selasa, 23 Juni 2015, telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: Nama : Subhan Wisnu Aji NIM : 1111081000102 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Judul Skripsi : Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus Pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut diatas dinyatakan “LULUS” dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 23 Juni 2015 1. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA NIP. 2011077201 ( 2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si NIP. 19731221 200501 2 002 ( 3. Taridi Kasbhi Ridho, SE., MBA NIP. ( 4. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB NIP. 19741127 200112 1 002 ( 5. Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si NIP. 19740810 201101 1 001 ( ) Ketua ) Sekretaris ) Penguji Ahli ) Pembimbing I ) Pembimbing II iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Subhan Wisnu Aji No. Induk Mahasiswa : 1111081000102 Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Jurusan : Manajemen Konsentrasi : Keuangan Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan 2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain 3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik 4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data 5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya Tangerang, 23 Juni 2015 (Subhan Wisnu Aji) iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. DATA PRIBADI Nama : Subhan Wisnu Aji Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Agustus 1993 Jenis Kelamin : Laki-laki Nama Ayah : M. Sofyan Ramli Nama Ibu : Wastilah Anak ke : 2 dari 2 bersaudara Status : Belum menikah Agama : Islam Alamat : Perumahan Pondok Surya F.9 RT 003 RW 011, Kel. Karang Tengah, Kec. Karang Tengah, Ciledug, Tangerang No. Telp : 087780182260 Email : [email protected] II. PENDIDIKAN FORMAL 1998-1999 : TK Citra Bhakti 1999-2005 : SD Negeri Karang Tengah 07 2005-2008 : SMP Yadika 5 Jakarta Barat 2008-2011 : SMA Negeri 63 Jakarta Selatan 2011-2015 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (4 tahun) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta III. PENGALAMAN ORGANISASI 2007-2008 : Wakil Ketua KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMP Yadika 5 Jakarta 2014-2015 : Sekretaris Bidang II. Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta v III. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI 2011-2012 : Kursus Bahasa Inggris LIA Institute 2014 : Seminar Pasar Modal Syariah (Panin Sekuritas) 2014 : Seminar “ASEAN 2015 Threat or Opportunity” 2014 : Seminar Sosialisasi Kebijakan Fiskal dalam Menghadapi AEC 2015 (Badan Kementrian Fiskal) 2014 : Peserta Company Visit to OJK (Otoritas Jasa Keuangan) 2014 : Sekolah Pasar Modal Syariah Level 1 (Bursa Efek Indonesia) vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menguji hipotesis pecking order yang lebih mengutamakan penggunaan dana internal melalui keterkaitan profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas terhadap financial leverage pada emiten syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index pada tahun 2009 sampai dengan 2013. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 14 emiten syariah pada berbagai sub-sektor industri, dimana metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang mengambil obyek dengan kriteria tertentu. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa dilakukan dengan uji F dan uji t. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara bersamasama profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal adalah profitabilitas, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan variabel struktur aktiva dan ukuran perusahaan secara parsial tidak mempengaruhi struktur modal. Besarnya uji koefisien determinasi (adjusted R square) adalah sebesar 0,281. Hal ini berarti bahwa 28,1 persen variabel dependen yaitu struktur modal dapat dijelaskan oleh lima variabel independen yaitu profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan, dan likuiditas sedangkan sisanya sebesar 71,9 persen struktur modal dijelaskan oleh variabel atau sebab-sebab lain diluar model Kata kunci : Hipotesis pecking order, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, Likuiditas, dan Financial Leverage vii ABSTRACT The purpose of this research is to analyze and test the pecking order hypothesis that more priority to the use of internal funds through linkages profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity toward financial leverage through the Islamic issuers listed on the Jakarta Islamic Index in 2009 until 2013. The sample used sharia as many as 14 issuers in a variety of industry subsectors,where the method used was purposive sampling is a sampling method that takes an object with certain criteria. Analysis of data using multiple regression analysis tool, which is preceded by classical assumption of normality test, multicollinearity test, autocorrelation test and the heteroscedasticity test. Hypothesis testing is done by using F test and T test. Results of data analysis or regression results indicate that simultaneously profitability, asset structure, firm size, sales growth, and liquidity affect the capital structure. While the partially variable affecting the profitability, sales growth, and liquidity is the structure of assets while the variable asset structure and size of the company partially not affect the capital structure. The amount of testing the degree of determination (adjusted R square) is approximately 0,281. It means that 28,1 percent of the dependent variable which is capital structure can be explained by four independent variables those are profitability, assets structure, firm size, sales growth, and liquidity while the remaining amount of 71,9 percent of capital structure can be explained by the other causes outside the model. Keyword : Pecking order hypothesis, profitability, asset structure, firm size, sales growth, liquidity, and financial leverage viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan memberikan kenikmatan yang sempurna pada seluruh alam semesta ini. Shalawat serta salam tidak henti-hentinya kita ucapkan pada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat dan kita semua pengikutnya yang selalu istiqomah hingga akhir zaman. Aamiin Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage (Studi Kasus pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Periode 2009-2013)” ini dengan baik. Penyusunan Skripsi ini dimaksudkan sebagai syarat dalam menempuh pendidikan Strata 1 (S1) atau gelar sarjana Ekonomi Manajemen pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dari bahasa yang digunakan maupun sistematika dalam penulisan, hal tersebut dikarenakan terbatasnya kemampuan penulis. Namun berkat bantuan, bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis dengan tulus hati menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya pada: 1. Allah SWT yang selalu melimpahkan rasa sayang dan kebaikan pada penulis. Puji syukur kupanjatkan kehadirat-Mu Yaa Rabb. Terima kasih atas segala kenikamatan yang engkau limpahkan pada hamba. 2. Kedua orang tua yang saya cintai, Bapak M. Sofyan Ramli dan Ibu Wastilah yang senantiasa memberikan kasih dan cintanya yang teramat besar untukku setiap harinya, papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis serta rela bekerja keras demi pendidikan anak-anaknya. Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada papa dan mama juga semoga penulis dapat membanggakan keduannya. Amin ix 3. Kakakku, Meita Afriani Desanti yang selalu menyemangati, memberikan dorongan dan doa agar penulis dapat menyelesaikan tugas skripsi ini. 4. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, Ir, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si, Selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Dr. Indo Yama Nasaruddin, SE., MAB sebagai dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan dan arahan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dengan tegas dan bijaksana yang telah bapak berikan kepada penulis selama ini. 8. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si sebagai dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia menyediakan waktunya untuk membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan untuk menyelesaikan skripsi ini serta segala motivasi dan arahan yang telah bapak berikan selama ini. 9. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc sebagai dosen Pembimbing Akademik yang telah bersedia memberikan dorongan dan arahan di setiap semester yang dilalui oleh penulis. 10. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis. 11. Seluruh staf karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah bersedia memberikan bantuan kepada penulis. 12. Sahabatku yang paling hebat, Novian Adhi Nugraha, Rizki Wibowo, dan Agung Setiawan Cahaya Putra. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua pengalaman, canda tawa, tangis, motivasi dan juga arahan yang selalu kalian berikan. Terima Kasih telah menerimaku menjadi sahabat kalian serta selalu menemaniku disaat keadaan senang ataupun sedih. x Waktu yang kuhabiskan serta berbagi cerita bersama kalian akan selalu ku kenang di masa tua nanti. 13. Sahabat “PEJANTAN KOSAN”, Karim, Mulki, Eka Januar, Willian, Pak Ustad (Rizky), Tri (Roger), Heri, dan Fahrul. Terima kasih atas pengalaman, canda tawa, pelajaran, motivasi dan juga arahan yang kalian berikan kepada penulis. Semoga kita akan menjadi orang sukses di masa depan nanti. Kalian yang Terbaik. 14. Teman-teman MJC, Nisa, Nia, Ina, Tasya, Tika, Monika, Lila, Bang Zen. Terima kasih atas kebersamaan nya selama ini. 15. Teman-teman Manajemen D 2011, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan nya selama ini. 16. Teman-Teman Manajemen Keuangan 2011, Terima kasih atas semua pelajaran dan kenangan yang telah diberikan. 17. Teman-teman KKN OASE 2014 yang telah memberikan pengalaman beharga akan sebuah kebersamaan dan kerjasama antar kelompok. Terima kasih atas semuanya. 18. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, semoga Allah SWT membalas kebaikan yang telah diberikan.. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Tangerang, 23 Juni 2015 (Subhan Wisnu Aji) xi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ................................................. iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v ABSTRAK ............................................................................................................. vii ABSTRACT ............................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 13 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 16 A. Landasan Teori ............................................................................................. 1. Struktur Modal ...................................................................................... 2. Komponen Struktur Modal ................................................................... 3. Pecking Order Theory ........................................................................... 4. Financial Leverage ............................................................................... 5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal ................................ a. Profitabilitas .................................................................................... b. Struktur Aktiva ................................................................................ c. Sales Growth ................................................................................... d. Ukuran Perusahaan .......................................................................... e. Likuiditas ........................................................................................ B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen ..................... C. Penelitian Terdahulu ................................................................................... xii 16 16 18 20 21 23 23 25 26 27 29 30 34 D. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38 E. Hipotesis ...................................................................................................... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 42 A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................... B. Metode Penentuan Sampel .......................................................................... 1. Populasi ................................................................................................. 2. Sampel ................................................................................................... C. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... D. Metode Analisis Data .................................................................................. 1. Analisis Deskriptif ................................................................................. 2. Analisis Regresi Linier Berganda ......................................................... 2.1 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... a. Uji Normalitas ........................................................................ b. Uji Autokorelasi ..................................................................... c. Uji Multikolinearitas .............................................................. d. Uji Heterokedastisitas ............................................................ 3. Uji Hipotesis ......................................................................................... a. Uji Statistik F .................................................................................. b. Uji Statistik t ................................................................................... c. Koefisien Determinasi ..................................................................... E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 1. Variabel Dependen .......................................................................... 2. Variabel Independen ....................................................................... 42 42 42 43 45 45 45 46 47 47 48 49 50 51 51 52 53 54 54 55 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 58 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................ B. Hasil Analisis dan Pembahasan .................................................................. 1. Analisis Deskriptif Statistik ................................................................... 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... a. Uji Normalitas ................................................................................... b. Uji Multikolinearitas .......................................................................... c. Uji Heterokedastisitas ........................................................................ d. Uji Autokorelasi ................................................................................. 3. Pengujian Hipotesis ................................................................................. a. Uji F (Simultan) ................................................................................. b. Uji-t (Parsial) ..................................................................................... c. Koefisien Determinasi ....................................................................... 4. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... xiii 58 62 62 71 71 73 75 77 79 79 80 88 89 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 92 A. Kesimpulan ................................................................................................. 92 B. Saran ............................................................................................................ 93 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 98 xiv DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah di JII 2009-2013 ............... 7 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 34 Tabel 3.1 Pemilihan Sampel ........................................................................................ 44 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan ........................................................................ 44 Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson .................................................................... 48 Tabel 4.1 Deskriptif Statistik ...................................................................................... 63 Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov ............................................................................. 73 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas........................................................................... 74 Tabel 4.4 Hasil Uji Heteokedastisitas ......................................................................... 77 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................................. 78 Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson............................................................................... 78 Tabel 4.7 Hasil Uji F .................................................................................................... 79 Tabel 4.8 Hasil Uji-t ..................................................................................................... 80 Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi ......................................................................... 88 Tabel 4.10 Hasil Regresi Berganda ............................................................................... 89 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ................................................................... 39 Gambar 4.1 Grafik Normal Probability Plot ............................................................. 72 Gambar 4.2 Grafik Scatterplot .................................................................................. 76 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER) Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas Lampiran 8 : Descriptive Statistics Lampiran 9 : Variables Entered/Removed Lampiran 10 : Correlations Lampiran 11 : Model Summary Lampiran 12 : ANOVA Lampiran 13 : Coeficients Lampiran 14 : Residual Statistic Lampiran 15 : Histogram Lampiran 16 : Normal P-Plot Lampiran 17 : Scatterplot Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lampiran 19 : Coeficients Uji Glejser Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan untuk menjalankan sistemnya harus memperhatikan dua unsur keputusan, yaitu investment decision dan financing decision. Investment decision adalah keputusan yang diambil perusahaan dalam operasionalnya untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, biasanya perusahaan menanamkan investasinya pada suatu proyek yang mempunyai prospek menjanjikan juga dengan mengamati periode dari investasi tersebut, sehingga tingkat likuiditas perusahaan juga pada tingkat yang optimal. Sedangkan financing decision adalah keputusan yang dibuat perusahaan dalam mendapatkan pendanaannya yang berkaitan dengan komposisi utang, saham preferen dan saham biasa, melalui pertimbangan dari biaya dana tersebut dan jangka waktu dari dana tersebut (Suad dan Husnan, 1998). Financing decision harus dibuat untuk mendukung adanya investment decision perusahaan, tujuannya adalah rencana investasi yang dibuat oleh perusahaan akan dapat membentuk suatu struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modal, sehingga dapat memaksimalkan usaha dalam mencapai salah satu tujuan perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan saham. Namun perbedaan karakteristik 1 antar pemegang perusahaan menyulitkan perusahaan untuk menetapkan struktur modal yang ideal bagi perusahaan tersebut. Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal, yaitu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan oleh perusahaan. manajer dalam mengambil keputusan pendanaan harus teliti secara sifat dan biaya dari sumber yang dipilih. Hal ini karena masing-masing sumber pendanaan mempunyai konsekuensi financial yang berbeda-beda. Masalah keputusan pendanaan akan berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (external) yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan juga akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya. Keputusan pendanaan yang diambil oleh manajemen, apakah menggunakan modal sendiri atau hutang menjadi tidak relevan bila apapun sumber dana yang digunakan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Hal inilah yang ditekankan oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958. Asumsi yang melandasi pernyataan tersebut antara lain pasar yang sempurna, tidak ada biaya transaksi dan tidak ada biaya pajak. Dalam perkembangan 2 selanjutnya Modigliani dan Miller memasukkan unsur pajak. Dengan adanya pajak penggunaan hutang akan memberikan manfaat dalam peningkatan nilai perusahaan atau menurunkan biaya modal. Ada beberapa teori yang menyatakan terdapat struktur modal yang optimal untuk setiap perusahaan. Teori yang dimaksudkan ini diwakili oleh dua teori yaitu teori static trade-off dan teori pecking order. Teori static trade-off muncul karena penggabungan teori Modigliani-Miller yang memasukkan biaya kebangrutan dan biaya agensi. Semakin besar proporsi utang maka semakin besar perlindungan pajak yang diperoleh. Di sisi lain, semakin besar proporsi utang maka semakin besar biaya kebangkrutan yang mungkin timbul. Teori static trade-off, secara teoritik memprediksikan bahwa leverage akan meningkat sejalan dengan pemanfaatan utang dan menurun sejalan dengan bertambahnya biaya utang. Model lain yang membahas mengenai struktur modal adalah teori pecking order. Teori yang dikembangkan oleh Myers dan Majluf pada tahun 1984 (dalam Arief, 2011) ini menjelaskan urutan prioritas para manajer dalam menentukan sumber pendanaannya. Preferensi manajer dinyatakan dalam urutan sumber pendanaan yang dimulai dari pendanaan internal sebagai sumber utama. Pilihan prioritas berikutnya adalah hutang, dan yang 3 terakhir berupa penerbitan saham. Salah satu faktor yang mendorong manajer untuk menerapkan teori pecking order dalam menentukan struktur modalnya adalah perbedaan informasi tentang nilai dan investasi perusahaan yang sebenarnya dengan investasi luar yang hanya bisa memperkirakan nilai-nilai tersebut. Perusahaan dalam ekspansi usahanya ataupun membiayai aktvitas operasionalnya tidak terlepas dari penggunaan hutang. Dari penggunaan hutang itu, biasanya perusahaan atau pihak yang meminjamkan uang akan mengenakan suatu tingkat persentase tambahan dari nilai hutang yang diberikan. Sehingga perusahaan yang berlandaskan hukum syariah Islam menjadikan hal tersebut sebagai pertimbangan untuk keputusan pendanaan. Di Indonesia sudah bertahun - tahun transaksi ekonomi berdasarkan sistem ribawi (konvensional) menguasai sistem perekonomian di Indonesia bahkan sistem perekonomian di dunia. Dengan beragam produknya sistem konvensional mendominasi aktifitas perekonomian umat manusia. Syariat Islam memandang bahwa transaksi ekonomi antar manusia harus terbebas dari riba, karena riba menurut pandangan syariat Islam sebagai dosa yang sangat besar (hadist, Al-Qur’an Ar-Rum Ayat 39, An-Nisa Ayat 160-161 dan Ali-Imran Ayat 130 serta Al-Baqarah Ayat 275-280). Karena itu umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan ajaran tentang haramnya riba dengan 4 meninggalkan segala sesuatu yang berbau riba. Menurut terminologi ilmu fiqh dalam (Chair, 2012), riba merupakan tambahan khusus yang dimiliki salah satu pihak yang terlibat tanpa adanya imbalan tertentu. Riba sering juga diterjemahkan dalam bahasa Inggris sebagai "Usury" dengan arti tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang dilarang oleh syara', baik dengan jumlah tambahan yang sedikit atau pun dengan jumlah tambahan banyak. Dalam pemberian hutang terdapat dua pola dalam pembayaran hutang pada saat jatuh temponya, yaitu sistem bunga yang sampai sekarang diterapkan oleh perusahaan konvensional dan sistem bagi hasil yang mulai diterapkan di Indonesia dalam perusahaan yang berprinsip syariah. Sistem ekonomi Islam tumbuh karena pola bagi hasil yang diterapkannya. Sistem ini lebih unggul bila dibandingkan dengan sistem bunga konvensional. Pada sistem yang berdasarkan atas prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) dan berbagi risiko (risk sharing). Sistem ini diyakini oleh para ulama sebagai jalan keluar untuk menghindari penerimaan dan pembayaran bunga (riba). Jadi dalam operasinya perusahaan melakukan kemitraan dengan pengusaha dan meminjamkan dana, tanpa memungut bunga, tetapi memperoleh bagi hasil dan bagi risiko dengan perusahan jika tidak memperoleh keuntungan, karena bank dapat merugi dan tidak memperoleh hasil tetap dan pasti. 5 Seiring berjalan nya waktu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Mengeluarkan fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/X/2011 bahwa rasio penggunaan hutang disertai bunga terhadap ekuitas atau modal dalam perusahaan yang telah memenuhi kualifikasi dari kriteria syariah maksimal sebesar 45%. Bursa Efek Indonesia mendukung peraturan maupun fatwa dari pemerintah dan ulama, maka dikembangkanlah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah, yaitu Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 saham yang memenuhi kriteria syariah. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam 6 menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban ataskeinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Emiten syariah dalam sistem pendanaannya berupa hutang harus mempertimbangkan syarat-syarat yang diberikan oleh kreditur yang meminjamkan dana berupa hutang tersebut, biasanya kebijakan hutang tersebut disertai oleh bunga dan dalam prinsip syariah penggunaan bunga baik pembiayaan maupun penghimpunan dananya tidak sesuai dengan prinsip syariah. Rasio antara sumber dana pihak ketiga dengan hutang yang menggambarkan struktur perusahaan disebut DER (Debt to Equity Ratio). Rasio DER menunjukan tingkat resiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi rasio DER maka semakin tinggi resiko perusahaan. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah ekuitas perusahaan tidak mampu menutupi kuantitas hutang perusahaan. Kesimpulannya semakin banyak laba operasi perusahaan yang digunakan untuk membayar beban bunga tetap, semakin banyak aliran kas yang digunakan untuk membayar angsuran tetap, 7 sehingga laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan akan banyak berkurang. Menurut Brigham dan Houston (2010), para investor lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besaran rasionya kurang dari satu, karena nilai DER perusahaan yang menunjukan nilai lebih dari satu memberi arti bahwa koefisien hutang dalam suatu perusahaan lebih tinggi dari jumlah modal sendiri. Berikut adalah Tabel 1.1 yang merupakan data empiris dari DER masingmasing emiten syariah di JII Periode 2009-2013. Tabel 1.1 Debt to Equity Ratio Sampel Emiten Syariah yang Terdaftar Pada JII Periode 2009-2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 Debt to Equity Ratio 2010 2011 2012 2013 RataRata 1,43 0,22 0,23 0,84 1,00 0,24 0,39 1,40 0,18 0,40 1,50 0,23 0,84 1,02 1,19 0,19 0,29 1,07 1,10 0,17 0,22 1,03 0,22 0,36 0,98 0,29 0,84 1,15 1,10 0,00 0,71 1,71 1,02 0,16 0,33 1,21 0,21 0,55 0,65 0,41 0,61 0,69 1,26 0,19 0,43 1,22 0,77 0,18 0,30 1,15 0,19 0,44 0,90 0,35 0,71 1,63 1,31 0,21 0,41 1,16 0,34 0,15 0,27 0,94 0,16 0,41 0,69 0,35 0,69 1,85 1,23 0,33 0,54 1,31 0,42 0,17 0,28 1,17 0,20 0,50 0,66 0,46 0,56 2,02 Sumber : Data yang Diolah Bedasarkan tabel 1.1 menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki struktur modal melalui perhitungan Debt to Equity Ratio yang merupakan cerminan penggunaan hutang suatu perusahaan dalam membiayai kegiatan operasionalnya, yaitu perusahaan yang 8 menggunakan hutang tidak lebih dari modal sendiri perusahaan tersebut, atau perbandinganya kurang dari sama dengan 1, maka perusahaan tersebut memiliki struktur modal yang dianggap baik. Dari data diatas perusahaan yang mempunyai DER lebih dari 1 antara lain Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Lippo Karawaci Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Komposisi hutang dalam perusahaan-perusahaan tersebut lebih besar dari pada total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Jadi menurut teori struktur modal yang baik atau optimal, perusahaan-perusahaan ini memiliki struktur modal yang tidak optimal, yang bearti juga biaya modal yang besar sebanding dengan risiko yang dihadapi. Sementara itu kebanyakan investor lebih tertarik menanamkan modalnya ke dalam bentuk investasi pada perusahaan yang mempunyai DER yang besarnya kurang dari 1. Karena jika DER lebih besar dari 1 bearti risiko yang ditanggung oleh investor menjadi meningkat. Sebaliknya, untuk perusahaan yang mempunyai DER kurang dari 1 maka menurut teori struktur modal dianggap optimal. Dalam data pada table diatas, dapat dilihat beberapa perusahaan yang mempunyai rasio penggunaan hutangnya tidak lebih dari penggunaan ekuitas, perusahaan tersebut antara lain, Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam 9 Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan United Tractors Tbk. Terdapat beberapa variable yang menentukan manajer dalam keputusan pendanaanya atau keputusan para kreditur untuk mengucurkan dananya. Setiawan (2010) menggunakan variabel profitabilitas, sales growth dan struktur aktiva pada struktur modal perusahaan di indeks LQ-45. Adapun Arief (2011) menggunakan variabel profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh dalam menganalisis struktur modal perusahaan di indeks JII (Jakarta Islamic Index). Namun tidak semua variabel akan dibahas dalam penelitian ini, namun hanya beberapa variabel yang akan dibahas seperti profitabilitas, struktur aktiva, sales growth, likuiditas, dan ukuran perusahaan. Profitabilitas merupakan variabel yang mempengaruhi struktur modal. Dalam penelitian ini profitabilitas diwakili oleh ROA, yaitu rasio dari laba bersih dengan total aktiva perusahaan. Weston dan Bringham (2008) mengatakan bahwa perusahaan dengan ROA yang relatif tinggi cenderung menggunakan hutang yang minim. Hal ini dikarenakan dengan tingkat ROA yang tinggi, perusahaan akan memenuhi kebutuhan pendanaannya dengan dana yang dihasilkan secara internal (laba ditahan). Hubungan antara profitabilitas dengan struktur modal diprediksi bernilai negatif karena perusahaan yang profitable cenderung akan menggunakan 10 pendanaan internal daripada hutang. Penelitian yang dilakukan Setiawan (2010) dan Arief (2011) menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan yang diukur melalui Rasio DER. Ini menandakan bahwa semakin tinggi laba yang diraih, maka kebutuhan hutang akan semakin rendah. Struktur modal juga dapat dipengaruhi oleh struktur aktiva dimana komposisi aktiva lancar dan aktiva tidak lancar dapat mendorong perusahaan meminjamkan aktivanya untuk memperoleh pinjaman dari pihak luar. Aktiva lancar yang dapat menunjukan tingkat likuiditas perusahaan sehingga perusahaan dapat membayarkan hutang sebelum jatuh tempo. Aktiva tidak lancar (Fix Assets) dapat dijadikan agunan untuk melakukan pinjaman kepada pihak luar. (Fix Assets) seperti tanah, gedung, kendaraan dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pendanaan dari pihak eksternal. Konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Bramantyo Arief dengan menggunakan sampel di indeks JII (Jakarta Islamic Index) tahun 2006-2009 diperoleh hasil adanya hubungan struktur aktiva terhadap Leverage yang diukur melalui DER (Debt to Equity Ratio). Sales Growth yang pada umumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal menunjukan hasil yang tidak signifikan didalam penelitian Suci Pujiani dan Prasetiono yaitu pengaruh struktur aktiva, ROA, sales growth, firm size dan 11 kesempatan bertumbuh terhadap Leverage di perusahaan manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang listing di BEI periode 2008-2011. Ukuran perusahaan yang besar akan dengan mudah mendapatkan akses pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan tersebut mampu menyediakan informasi yang menurut kreditur lebih banyak dan relevan dibandingkan dengan perusahaan kecil. Disamping itu perusahaan berukuran besar dilihat dari struktur aktivanya dipercaya akan lebih likuid dalam pengembalian hutang, sehingga akan mendapatkan kepercayaan dari para kreditur untuk menerbitkan hutang yang lebih besar. Dalam penelitian yang dilakukan pujiani dan prasetiono tahun 2012 lalu menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap leverage yang diukur dengan DER. Namun penelitian ini menguji salah satu teori dalam struktur modal yaitu Pecking Order Theory. Likuiditas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi struktur modal. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap struktur modal. Karena perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi maka perusahaan tersebut akan menghindari hutang dan mendanai perusahaan nya dengan modal sendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida Arini mengenai pengaruh likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan 12 Penjualan terhadap Struktur Modal di Perusahaan Pertambangan yang listing di BEI periode 2007-2012. Dari beberapa penelitian terdahulu, masih terdapat perbedaan penelitian (research gap), feneomena di lapangan yang berkenaan dengan topic struktur modal. Bedasarkan Uraian diatas, maka penelitian ini mengambil judul “Analisis Pengujian Pecking Order Theory Melalui Keterkaitan Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Terhadap Financial Leverage pda Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2009-2013”. B. Perumusan Masalah Adapun Perumusan masalah dalam Penelitian Ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Apakah Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER) pada emiten syariah di indeks JII periode 2009-2013 baik secara parsial maupun simultan. b. Apakah Emiten Syariah di Indeks JII periode 2009-2013 menggunakan pecking order theory dalam menentukan perilaku kebijakan struktur modalnya. 13 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Dalam penulisan ini, tujuan penelitian adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis hubungan Profitabilitas, Struktur Aktiva, Sales Growth, Ukuran Perusahaan dan Liquiditas terhadap Financial Leverage (DER) baik secara parsial dan simultan. b. Untuk menganalisis perilaku kebijakan struktur modal pada emiten syariah di Indeks JII periode 2009-2013 bedasarkan pada teori struktur modal dalam manajemen keuangan yaitu Pecking Order Theory. Adapun kegunaan dari penelitian adalah : 1. Perusahaan Pengujian teori pecking order melalui profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan Likuiditas dapat dijadikan sebagai referensi terutama para praktisi berkaitan dengan pertimbangan perusahaan dalam mengambil keputusan investasi juga keputusan pendanaan yang memprioritaskan lebih kepada pendanaan internal (pertama), pendanaan eksternal berupa hutang (kedua) dan pendanaan eksternal berupa equity (ketiga) sehingga dapat memaksimalkan pencapaian salah satu tujuan perusahaan yaitu kemakmuran dan kesejahteraan pemegang saham. 14 2. Investor Memberikan gambaran kepada para investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi kepada perusahaan yang akan ditanamkan dana dengan melihat struktur modal dari perusahaan yang bersangkutan. 3. Peneliti Menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal terutama mengenai Pecking Order Theory yang dikaitkan pada struktur modal emiten syariah di Indeks JII. 4. Akademik Sebagai referensi dan pengetahuan dalam pengelolaan keuangan yang baik dan terarah khususnya pemahaman tentang struktur modal pada Indeks Syariah (JII). Dan juga menjadi tambahan bahan dalam pelaksanaan penelitian ataupun pembelajaran. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Menurut Weston dan Brigham (2008), struktur modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Pengertian struktur modal dibedakan dengan struktur keuangan, dimana struktur modal merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, sedangkan struktur keuangan mencerminkan perimbangan antara seluruh hutang (baik jangka pendek maupun jangka panjang) dengan modal sendiri. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2012) mengatakan struktur modal merupakan bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa dan struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan nilai perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (2005), struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Dengan tujuan manajemen struktur modal adalah menciptakan bauran sumber dana permanen sedemikian rupa agar mampu memaksimalkan harga saham dan agar tujuan manajemen keuangan untuk memaksimalkan nilai perusahaan tercapai. Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proporsi dalam 16 menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Menurut Riyanto (2008), struktur modal adalah pembelanjaan permanen didalam mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah proporsi dalam pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau panduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama, yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Setiap perusahaan dapat memperoleh dana dari 2 sumber, yaitu dari perusahaan itu sendiri dan dari luar perusahaan. Proporsinya tergantung dari kebijakan perusahaan itu sendiri. Dana ini nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan usahanya. Target dari struktur modal adalah menciptakan suatu komposisi hutang dan modal yang paling tepat dan yang paling menguntungkan dari segi keuangan bagi perusahaan. Jika perusahaan memiliki hutang yang besar maka modal perusahaan otomatis juga besar. Modal yang besar menyebabkan perusahaan mampu menghasilkan laba yang besar dimana disertai dengan risiko yang besar pula. 17 2. Komponen Struktur Modal Menurut Riyanto (2008), Struktur modal suatu perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari : 1) Hutang jangka panjang Hutang jangka panjang yaitu hutang dengan jangka waktu relative panjang, umurnya lebih dari sepuluh tahun, yang umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi perusahaan. Jumlah hutang, baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang di dalam neraca akan menunjukkan besarnya modal pinjaman yang digunakan dalam operasi perusahaan. Pada umumnya pinjaman jangka panjang jauh lebih besar dibandingkan dengan hutang jangka pendek. Waktu jatuh tempo hutang jangka panjang pada umumnya lebih dari satu tahun, biasanya 5 sampai 20 tahun. Pinjaman hutang jangka panjang dapat berupa pinjaman berjangka (pinjaman yang digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja permanen, untuk melunasi hutang lain, atau membeli mesin dan peralatan) dan penerbitan obligasi. Mengukur besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh kreditur (debt ratio) dilakukan dengan cara membagi total hutang jangka panjang dengan total aset. Semakin tinggi debt ratio, semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan di dalam menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. 18 2) Modal Sendiri Berkaitan dengan besarnya risiko yang ditanggung perusahaan apabila menggunakan hutang sebagai sumber pendanannya, maka perusahaan seringkali menitikberatkan susunan modalnya dengan penggunaan modal sendiri. Keuntungan dari memiliki saham perusahaan bagi pemilik adalah control terhadap perusahaan. Namun, return yang dihasilkan dari saham tidak pasti dan pemegang saham adalah pihak pertama yang menanggung risiko perusahaan. Dua hal tersebut merupakan opportunity cost atas modal sendiri. Modal sendiri atau ekuitas merupakan modal jangka panjang yang diperoleh dari pemilik perusahaan atau pemegang saham. Modal sendiri diharapkan tetap berada dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tidak terbatas sedangkan modal pinjaman memiliki jatuh tempo. Ada 2 (dua) sumber utama dari modal saham yaitu: a) Modal saham preferen Saham preferen memberikan para pemegang sahamnya beberapa hak istimewa yang menjadikannya lebih diprioritaskan daripada pemegang saham biasa. Oleh karena itu, perusahaan tidak memberikan saham preferen dalam jumlah yang banyak. b) Modal saham biasa Pemilik perusahaan adalah pemegang saham biasa yang menginvestasikan uangnya dengan harapan mendapat pengembalian dimasa yang akan datang. Pemegang saham biasa kadang-kadang disebut 19 pemilik residual, sebab mereka hanya menerima sisa setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan aset telah dipenuhi. 3. Pecking Order Theory Pecking order theory ini merupakan pengembangan dari signaling theory. Teori tersebut adalah teori struktur pendanaan yang menawarkan alternatif lain dalam pengambilan keputusan pendanaan. Pemilihan pendanaan bedasarkan risiko merupakan konsep pecking order theory yang diperkenalkan oleh Myers (1984) dan Myers dan Majluf (1984). Perilaku manajemen yang tidak mengikuti urutan pendanaan menurut pecking order theory merupakan suatu sinyal yang buruk mengenai prospek perusahaan dimasa yang akan dating. Pecking order theory mengacu pada teori perusahaan yang bertujuan memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan. Konsep ini berbeda dengan agency theory walaupun memiliki asumsi yang sama dalam hal asimetri informasi. Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal. a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional perusahaan. b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang 20 paling rendah risikonya, turun ke hutang yang lebih berisiko, sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir saham biasa. c) Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi. d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan bertumbuh, maka perusahaan akan mengambil portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat hutang yang kecil. 4. Financial Leverage Leverage menunjuk pada hutang yang dimiliki perusahaan dalam rangka membiayai aktivitas operasionalnya. Dalam arti harfiah, leverage bearti pengungkit atau tuas. Menurut Weston & Copeland (2005), financial leverage adalah rasio antara nilai buku seluruh hutang terhadap total modal sendiri atau nilai total perusahaan. Bila semua dana berasal dari pemilik dalam bentuk 21 saham biasa, perusahaan tidak terikat dengan kewajiban untuk membayar tunai secara berkala dalam pembiayaannya. Tetapi, bunga atas hutang yang diambil dalam rangka pembiayaan perusahaan, biasanya merupakan biaya tetap keuangan yang harus dibayar tanpa mempedulikan tingkat laba perusahaan. Makin besar hutang yang diambil maka makin besar biaya tetap keuangan yang harus ditambahkan pada biaya tetap operasi. Financial leverage adalah penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkat keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham (R. Agus Sartono : 2008). Dalam hal ini, financial leverage diartikan sebagai penggunaan hutang, sedangkan beban tetap yang dimaksud adalah berupa bunga. Pada analisis rasio keuangan, financial leverage dihitung melalui perbandingan total hutang dan total aset perusahaan, dimana dalam laporan keuangan perusahaan disebut leverage ratio. Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan rasio perusahaan. Biasanya leverage diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) yang menunjukkan perbandingan antara total hutang (jangka pendek dan jangka panjang) dengan modal sendiri (modal saham biasa dan saham preferen) atau diukur menggunakan Debt to Total Asset menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan kebutuhan dana yang dibelanjai dengan hutang atau berapa bagian aktiva yang digunakan 22 untuk menjamin hutang. Semakin tinggi rasio DER menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. 5. Faktor-Faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal Keputusan Struktur Modal tercermin dari perubahan keputusan pendanaan, maka penelitian ini menggunakan perubahan Leverage untuk mengukur keputusan pendanaan perusahaan. Penelitian ini menggunakan variabel untuk menentukan struktur modal pada emiten syariah di JII (Jakarta Islamic Index) bedasarkan hipotesis Pecking Order Theory. Berikut adalah penjelasan masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain : a. Profitabilitas Profitabilitas menurut Riyanto (2008) adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Keuntungan yang diraih dari investasi yang akan ditanamkan merupakan pertimbangan utama bagi sebuah perusahaan dalam rangka pengembangan bisnisnya. Profitabilitas menurut Sartono (2008) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam penjualanya. Rasio profitabilitas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. (Rodoni dan Herni Ali, 2010). Dengan pengukuran profitabilitas, maka dapat diketahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba yang akan menentukan struktur modal yang dimiliki 23 perusahaan. Perolehan laba yang besar diduga akan mengurangi jumlah modal yang berasal dari hutang, begitupun sebaliknya. Sujoko (2007) dalam Fadli (2010) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. Untuk mengetahui profitabilitas yaitu dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah pada perusahaan tersebut. Profitabilitas diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas, yaitu rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan bagi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah satu rasio yang sering digunakan adalah Return on Investment (ROI), yang merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan investasi yang tersedia di dalam perusahaan. Bila investasi yang digunakan adalah keseluruhan jumlah aktiva yang ada, maka Return on Investment sering juga disebut Return on Assets (ROA). (Riyanto, 2008) Konsep ROA merupakan kriteria penilaian yang sangat luas dan dapat dianggap paling valid untuk dipakai sebagai alat ukur tetang hasil pelaksanaan untuk mengukur sampai sejauh mana efektifitas penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. 24 b. Struktur Aktiva Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 2008). Aktiva lancar adalah aktiva yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya adalah dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu tahun). Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva yang tahan lama yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi (Riyanto, 2008). Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk keperluan operasi utama perusahaan. Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap ada, maka ada beberapa yang merupakan “keharusan” dalam perusahaan– perusahaan industri, karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”, sedangkan perusahaan–perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin-mesin, disebut sebagai 25 perusahaan yang “labour intensive”. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) menyatakan bahwa Struktur Aktiva mempunyai hubungan Negatif terhadap Financial Leverage. Sehingga sesuai dengan Hipotesis Pecking Order yang Artinya Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya jadi lebih mudah. Sehingga, permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat dan lebih memilih untuk menerbitkan saham. c. Sales Growth Menurut Rodoni dan Ali (2010), mengtakan bahwa petumbuhan secara tidak langsung berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Jadi perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi akan memiliki debt ratio yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang pertumbuhanya rendah. Pertumbuhan pada intinya adalah fitur dari dunia nyata, sebagai hasilnya pendanaan hutang tidak optimal. Perusahaan dengan penjualan relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingan dengan perusahaan dengan tingkat penjualan yang tidak stabil (Brigham dan Houston, 2010) Menurut Pujiani dan Prasetiono (2012) Rasio Sales Growth adalah rasio yang mengukur pertumbuhan penjualan perusahaan dengan 26 mengukur perbedaan nilai penjualan pada suatu periode. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan membutuhkan lebih banyak investasi pada berbagai elemen aset, baik aset tetap maupun aset lancar. Pihak manajemen perlu mempertimbangkan sumber pendanaan yang tepat bagi pembelanjaan aset tersebut. Perusahaan yang memiliki pertumbuhan penjualan yang tinggi akan mampu memenuhi kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut membelanjai asetnya dengan utang, begitu pula sebaliknya. d. Ukuran Perusahaan Menurut Brigham dan Houston (2010), ukuran perusahaan adalah rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun kemudian. Pada perusahan yang besar di mana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan (Riyanto, 2008). Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada dilingkungan perusahan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar 27 memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar dari pada perusahaan yang berukuran kecil. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dalam penelitian ini, total penjualan digunakan sebagai alat ukur ukuran perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa nilai penjualan relatif lebih stabil. Jika nilai dari total aktiva, penjualan, atau modal itu besar, maka digunakan natural logaritma dari nilai tersebut (Miswanto dan Husnan, 1999) dalam Arief (2011). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage, ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012). Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang 28 diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. e. Likuiditas Penggunaan rasio lancar untuk likuiditas akan diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban lancarnya. Menurut Rodoni dan Herni Ali (2010) rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Dari pengertian tersebut, likuiditas mempengaruhi struktur modal dimana melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutangnya, semakin kecil kemampuan memenuhi hutang kemungkinan menggunakan modal dengan hutang juga berkurang atau sedikit. Disisi lain, rasio lancar akan menunjukkan kepada investor bahwa perusahaan telah mampu memenuhi kewajiban lancar yang dimilikinya. Maka akan menambah kepercayaan kepada investor bahwa investasi di perusahaan akan menjamin resiko perusahaan tidak gulung tikar karena mampu memenuhi kewajibannya atau likuiditasnya tinggi. Likuiditas merupakan pertimbangan yang diperlukan investor dalam menilai perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak tertanggu dengan lilitan hutang yang ditanggungnya. Investor tidak khawatir dengan adanya hutang yang timbul karena likuiditas yang mencukupi yang menandakan 29 perusahaan mampu membayar hutang tersebut. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Ini Artinya likuiditas mempunyai Hubungan negatif terhadap Leverage. B. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen 1) Pengaruh Profitabilitas Terhadap Financial Leverage Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penggunaan modal atau total aktivanya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) profitabilitas ditemukan berhubungan negatif dengan hutang sehingga sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan Profitabilitas yang biasa diukur dengan Return on Asset (ROA) berhubungan negatif terhadap financial leverage, yang artinya semakin besar Profitabilitas perusahaan maka semakin kecil keputusan pendanaan melalui hutang yang diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2010), Pujiani dan Prasetiono (2012), Nurul, Roslina, dan Suhana (2012) dan Ariani (2013). Dimana perusahaan dengan tingkat pengembalian yang 30 tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil, dan memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal karena lebih mudah dan biaya akan lebih efektif dengan menggunakan pendanaan internal, yaitu dengan laba ditahan. Oleh karena itu, profitabilitas mempunyai hubungan positif dengan financial leverage. 2) Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Financial Leverage Struktur aktiva adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap (Riyanto, 2008). Struktur aktiva terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Struktur aktiva diukur dengan perbandingan aktiva tetap dengan total aktiva. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2013), struktur aktiva berpengaruh negative terhadap hutang yang diukur melalui Debt to Equity Ratio. Ketika perusahaan memiliki proporsi aktiva berwujud yang lebih besar, penilaian asetnya menjadi lebih mudah sehingga permasalahan asimetri informasi menjadi lebih rendah. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi penggunaan hutangnya ketika proporsi aktiva berwujud meningkat. Ini artinya semakin tinggi struktur aktiva (semakin besar jumlah aktiva tetap) maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi yang akan sehingga penggunaan modal asing akan semakin sedikit atau struktur modalnya semakin rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Pujiani 31 dan Prasetiono (2012) yang mengatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negative terhadap leverage atau hutang. 3) Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Leverage Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan dengan berbagai cara, salah satunya adalah total aktiva atau asset. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012). Ukuran Perusahaan mempunyai Hubungan Positif dengan Leverage yang diukur melalui Debt to Equity Ratio (DER) Serta sesuai dalam Hipotesis Pecking Order yang memilih untuk menggunakan dana Internalnya karena perusahaan yang kecil memiliki kecendrungan untuk terlikuidasi ketika mereka berada pada financial distress. Lebih lanjut lagi, perusahaan besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan dan pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas hutang ketika ukuran perusahaan yang diproksikan dengan total asset yang dimiliki semakin besar maka perusahaan dapat dengan mudah untuk mendapatkan pinjaman, dengan asumsi bahwa pemberi pinjaman (lenders) percaya bahwa perusahaan mempunyai tingkat likuiditas yang cukup. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief (2011) dan Ariani (2013). 32 4) Pengaruh Sales Growth Terhadap Financial Leverage Pertumbuhan Penjualan yang stabil akan mengakibatkan perusahaan cenderung menggunakan modal sendiri sebagai pembiayaan aktivitas operasionalnya (Rodoni dan Ali, 2010). Pendapat ini sesuai dengan hipotesis pecking order yang menyatakan bahwa Sales Growth berpengaruh negative terhadap Leverage (DER). Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari laba ditahan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2013). 5) Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial Leverage Likuiditas merupakan salah satu indikator mengenai kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajiban keuangan jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Dalam hipotesis pecking order, likuiditas berpengaruh negative terhadap Debt to Equity Ratio (DER). Karena ketika perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya akan rendah dikarenakan sumber dana yang melimpah sehingga perusahaan akan menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai investasinya. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahman (2013) dan Ariani (2013). 33 C. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dan tema yang menyerupai penelitian ini akan dijelaskan dibawah, berikut beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal perusahaan. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. 1. 2. Nama dan Judul Penelitian Setiawan (2010), “Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Asset Structure terhadap Struktur Modal : (Studi kasus pada perusahaan LQ 45)”. Fadli (2010), “ Analisis Pengaruh Faktor-Faktor penentu Struktur Modal Terhadap Leverage Hipotesis Pecking Order dan Trade Off Theory”. Sampel Alat statistik Hasil Semua Perusahaan yang masuk kategori indeks LQ 45 periode 20062008 Analisis regresi liner berganda 97 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008 Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan program LISREL 8.80 Berdasarkan metode yang digunakan yaitu Metode Analisis linier Berganda menjelaskan bahwa terdapat pengaruh secara simultan pada variabel profit, growth dan asset struktur terhadap struktur modal. Secara parsial variabel yang berpengaruh adalah profit dan asset struktur. Pada penelitian ini ditemukan analisa variabel yang paling dominan adalah profit. tangibility, size dan growth secara signifikan berpengaruh terhadap leverage perusahaan, sedangkan profitability dan earning volatility tidak berpengaruh signifikan. Perusahaan di BEI menggunakan struktur modal teori Pecking Order Theory. 34 3. Arief (2011), “Analisis Pengujian Pecking Order Theory melalui keterkaitan profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh pada emiten syariah di JII periode 2006-2009”. 12 Emiten Syariah pada berbagai sub sektor industry yang masuk kategori indeks JII periode 20062009 Analisis regresi Linier berganda Hasil penelitian ini adalah secara simultan variabel profitabilitas, struktur asset, ukuran perusahaan, dan kesempatan bertumbuh mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel yang mempengaruhi struktur modal adalah profitabilitas dan struktur asset sedangkan variabel ukuran perusahaan dan kesempatan bertumbuh tidak mempengaruhi struktur modal. 4. Pujiani dan Prasetiono (2012), “Pengaruh Return on Asset, Sales Growth, Structure Asset, Firm Size, dan, Investment Opportunity terhadap Financial Leverage”. 62 perusahaan Manufaktur yang terdiri dari Tiga Sektor, yaitu Sektor Industri dan Kimia (22 Perusahaan), Sektor Aneka Industri (15 Perusahaan), dan Sektor Barang Konsumsi (25 Perusahaan) Regresi Linier Berganda dan menggunakan Uji beda yaitu Chow Test. 5. Nurul, Roslina dan Suhana (2012), “The Determinants of capital structure : Evaluation between Shariah-Compilant and Coventional Companies”. Sampel diambil menggunakan purposive sampling dan telah diambil 70 perusahaan syariah dan 50 perusahaan konvensional. Yang terdaftar di bursa efek Malaysia periode Analisis regresi linier berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur sektor aneka industri return on assets, structure assets, dan investment opportunity mempengaruhi financial leverage. Sedangkan pada sektor barang konsumsi hanya return on assets dan investment opportunity yang mempengaruhi financial leverage. Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa debt ratio dari perusahaan syariah yang diteliti berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, size dan Tangibility, tetapi non debt tax shield tidak signifikan terhadap 35 2005-2010 debt ratio. Sedangkan pada perusahaan konvensional diperoleh bahwa profitabilitas, size, dan non debt tax shield signifikan terhadap debt ratio, tetapi tangibility tidak signifikan. 6. Arini (2013), “Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Struktur Modal (Studi kasus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”. 30 sampel dari populasi perusahaan yang masuk dalam kategori pertambangan yang terdaftar di BEI periode 20072012. Analisis Regresi Linier Berganda Dari hasil penelitian variabel pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, variabel likuiditas, ukuran perusahaan, dan profitabilitas mempunyai pengaruh signifikan kearah negatif. Sedangkan variabel struktur aktiva mempunyai pengaruh yang positif tidak signifikan. Dan variabel yang berpengaruh dominan terhadap struktur modal adalah variabel profitabilitas dengan nilai beta standardized koefisien tertinggi. 7. Lusangaji (2013), “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal”. 13 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20052011 Analisis Regresi Linier Berganda Secara simultan variabel ukuran perusahaan, struktur aktiva, pertumbuhan perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Secara parsial ukuran perusahaan, 36 pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas yang berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal. 8. Widodo (2013), “Analisis Faktor-Faktor yang mempengauhi Struktur Modal Perusahaan sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. 11 Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan 2011. Analisis Regresi Linier Berganda Secara Simultan Size, Growth, Struktur Aktiva, ROA, dan Sales berpengaruh terhadap Long Debt to Equity Ratio. Secara Parsial Size, ROA, dan Sales berpengaruh negatif signifikan terhadap Long Debt to Equity Ratio. Sedangkan variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Long Debt to Equity Ratio. 9. Ahmed dan Shabbir (2014), “Does Pakistani Insurance Industry follow Pecking Order Theory? ”. 28 Perusahaan Asuransi di Pakistan periode 2007-2011 Analisis Regresi Linier Berganda 10. Fidelis, Edim dan Eke (2014), “Determinants of Financial Structure : Evidence from Nigerian Quoted Firms”. 25 Perusahaan bedasarkan Kriteria pengambilan Sampel untuk periode 14 tahun Model Panel Regresi Size, Profitabilitas, Tangibility, Risk dan Likuiditas sangat berperan penting dalam menentukan struktur modal perusahaan asuransi di Pakistan. Dari signifikasi variabel profitabiitas, Likuiditas, Tangibility, dan Resiko menunjukan bahwa perusahaan asuransi di Pakistan mengikuti Pecking Order Theory dalam Struktur Modalnya. Profitabilitas, Volatilitas (Resiko Operasional), Kesempatan Bertumbuh mempunyai Hubungan 37 yang diambil dari laporan tahunan yang diterbitkan perusahaan oleh Bursa Efek Nigeria yang negative terhdadap Struktur Modal. Sedangkan Ukuran Perusahaan dan Tangibility mempunyai hubungan yang positif terhadap Struktur Modal. Dan Perusahaan Nigeria mengacu pada Pecking Order Theory dimana Perusahaan telah disimpulkan Menggunakan Pembiayaan Internal dalam Struktur Modalnya D. Kerangka Pemikiran Penelitian ini akn menguji apakah variabel faktor-faktor penentu struktur modal seperti profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas berpengaruh terhadap financial leverage pada emiten syariah di JII dan apakah teori pecking order mampu menjelaskan lebih baik perilaku leverage pada emiten syariah di JII. Bedasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teori, konsep jalur dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat sebagai berikut : 38 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Laporan Keuangan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index di Berbagai Sektor Pecking Order Theory Profitabilitas Struktur Aktiva Ukuran Perusahaan Sales Growth Likuiditas (X1) (X2) (X3) (X4) (X5) (-) (-) (+) (-) (-) Financial Leverage (Y) Analisis Deskriptif Statistik Intepretasi Uji Asumsi Klasik Uji Model Regresi 1. 2. 3. 4. Uji Normalitas Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Regresi Linear Berganda : Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) 1. 2. Uji F Uji T Kesimpulan dan Saran 39 E. Hipotesis Bedasarkan Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu dapat Diturunkan sejumlah Hipotesis sebagai Berikut : H0 : β = 0 : Variabel Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Sales Growth, dan Likuiditas tidak berpengaruh secara Simultan terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β ≠ 0 : Variabel Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Likuiditas Struktur Aktiva, Sales Growth, dan berpengaruh secara simultan terhadap Financial Leverage (DER). Ho : β1 = 0 : Variabel Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β1 ≠ 0 : Variabel Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage (DER). Ho : β2 = 0 : Variabel Struktur Aktiva tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β2 ≠ 0 : Variabel Struktur Aktiva berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage (DER). Ho : β3 = 0 : Variabel Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β3 ≠ 0 : Variabel Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Financial Leverage (DER). 40 Ho : β4 = 0 : Variabel Sales Growth tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β4 ≠ 0 : Variabel Sales Growth berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage (DER). Ho : β5 = 0 : Variabel Likuiditas tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage (DER). Ha : β5 ≠ 0 : Variabel Likuiditas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage (DER). 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan terhadap Emiten Syariah dari Berbagai sektor di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 – 2013. Dimana di BEI (Bursa Efek Indonesia) adalah tempat perusahaan mempublikasi laporan keuangan perusahaan-perusahaan go public di Indonesia. Adapun penelitian dilakukan terhadap laporan keuangan dari Emiten Syariah JII (Jakarta Islamic Index) terkini yang telah diaudit dengan pengambilan periode terkini yaitu periode 2009-2013. Adapun variabel yang akan diteliti untuk proksi perhitungan hipotesis pecking order theory adalah Struktur Aktiva, Profitabilitas, Firm Size, Sales Growth, dan Likuiditas. Yaitu, dimana ada 1 variabel dependen dan 5 variabel independen. B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Menurut Sugiyono (2009), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti utnuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dengan kata lain, populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh 42 Emiten Syariah yang Listing di JII (Jakarta Islamic Index) periode 2009 sampai dengan 2013. 2. Sampel Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. (Sugiyono, 2009). Tujuan mengapa dalam penelitian ini dilakukan sampling karena jumlah atau populasi yang sangat besar sehingga keterbatasan peneliti untuk dapat meneliti populasi. Tekhnik sampling yang diambil adalah tekhnik sampling purposive sampling. Yaitu tekhnik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Dalam penentuan sampel penelitian, peneliti menentukan beberapa kriteria berikut: 1) Saham-saham emiten terdaftar di Jakarta Islamic Index aktif diperdagangkan selama periode pengamatan yaitu 2009 sampai 2013. 2) Emiten tidak mengalami delisting (Konsisten) pada Jakarta Islamic Index dari periode 2009-2013. 3) Perusahaan emiten menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit yang berakhir pada 31 desember dan mempublikasikan secara lengkap selama periode 20092013. 43 4) Menyajikan Laporan Keuangan dalam satuan mata uang rupiah (Rp), tidak dalam satuan mata uang asing. 5) Tidak memiliki ekuitas negatif. Tabel 3.1 Pemilihan Sampel No Kriteria Sampel Jumlah 1. Emiten Syariah yang terdaftar di indeks JII Periode 2009-2013 2. Emiten Syariah yang Delisting (tidak konsisten) selama periode 2009-2013 3. Emiten Syariah dengan data Keuangan Mata Uang Asing Jumlah Perusahaan yang Memenuhi Kriteria 58 (42) (2) 14 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk Sumber : www.idx.co.id 44 C. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis sumber data yaitu data sekunder, dan data tersier. Dimana data sekunder didapatkan melalui laporan keuangan tahunan Emiten Syariah yang listing di JII (Jakarta Islamic Index) Periode 2009 sampai dengan 2013. Selain itu, data sekunder didapatkan dari sumber yang sudah menjadi sebuah sumber yang dipercaya. Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Metode studi kepustakaan yaitu suatu cara yang dilakukan dimana dalam memperoleh data dengan menggunakan cara membaca dan mempelajari buku-buku serta jurnal – jurnal yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam lingkup penelitian ini. D. Metode Analisis Data Bedasarkan latar belakang dan tinjauan literature diatas, maka penelitian ini menggunakan beberapa analisis untuk membuktikan hasil dari literature-literatur sebelumnya, analisis tersebut diantara nya : 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif kuantitatif merupakan analisis data yang dilakukan untuk mengetahui dan menjelaskan variabel yang diteliti berupa angka-angka sebagai dasar untuk berbagai pengambilan 45 keputusan, dimana dalam penelitian ini terdiri dari rata-rata, stamdar deviasi, minimum dan maksimum 2. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen secara bersama-sama (simultan) ataupun secara parsial.untuk mengetahui variabel independen yang mempengaruhi secara signifikan terhadap Debt To Equity Ratio pada emiten syariah di Bursa Efek Indonesia yaitu profitabilitas (ROA), struktur aktiva, ukuran perusahaan (size), sales growth, dan likuditas digunakan persamaan umum regresi linear berganda atas empat variabel bebas terhadap sebuah variabel tidak bebas model umum regresi berganda, yaitu : Keterangan : LEV : Tingkat Hutang (Debt to Equity Ratio) α : Konstanta β1PROF : Profitabilitas (ROA) β2STR : Struktur Aktiva β3SIZE : Firm Size (Ukuran Perusahaan) β4SG : Sales Growth β5LIQ : Likuiditas ε : Variabel Residual (Tingkat Kesalahan) 46 2.1 Uji Asumsi Klasik Penggunaan uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan atas model regresi yang digunakan pada penelitian ini. Tujuan lainnya untuk memastikan bahwa di dalam model regresi yang digunakan mempunyai data yang terdistribusikan secara normal, bebas dari autokorelasi, multikolinieritas serta heterokedastisitas. a. Uji Normalitas Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Untuk melihat normalitas residual menggunakan grafik histrogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memiliki asumsi normalitas (Ghozali, 2011). Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut : 1. Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Menurut Ghozali (2011), metode yang lebih handal adalah dengan melihat Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data 47 residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. 2. Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas menggunakan uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov merupakan uji normalitas menggunakan fungsi distribusi kumulatif. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai sig.2 tailed > 0,05 (Ghozali, 2011). b. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokolerasi (Ghozali, 2011). Untuk menguji ada tidaknya gejala autokorelasi maka dapat dideteksi dengan uji Durbin-Waston (DW test). Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi maka berikut ini adalah tabel autokorelasi Durbin-Waston 48 Tabel 3.3 Posisi Angka Durbin Watson Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada korelasi negative Tolak 0 < dw < dl Tidak ada kesimpulan dl < dw< du Tolak 4-dl < dw < 4 Tidak ada korelasi negative Tidak ada kesimpulan 4-du < dw < 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak terjadi autokorelasi du < dw < 4du c. Uji Multikolinieritas Uji mulitikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi kolerasi antar variabel independen (Ghozali, 2011) Deteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi adalah dilihat dari besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance. Regresi bebas dari masalah mutikolinieritas jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0.1 (Ghozali, 2011). 49 d. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedatisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka mengidentifikasikan bahwa telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka terjadi tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2011). Salah satu kelemahan pengujian secara grafik adalah tidak jarang kita ragu terhadap pola yang ditunjukkan grafik. Keputusan secara subkjektif tentunya dapat mengakibatkan perbedaan keputusan antara satu orang dengan lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan uji formal untuk memutuskannya. Uji formal yang digunakan menggunakan uji glejser. Menurut Ghozali (2011), uji glejser melihat apakah model regresi terjadi masalah heterokedastisitas dengan cara melihat nilai sig. dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 50 1. Tidak terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig > alpha (0,05) 2. Terjadi heterokedastisitas, jika nilai sig < alpha (0,05) 3. Uji Hipotesis Peneliti menggunakan beberapa uji hipotesis, diantaranya adalah uji statistik F, uji statistic t dan koefisien determinasi. a. Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Dalam pengolahan data menggunakan program komputer Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 22.0, pengaruh secara individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji F. Dengan tingkat signifikansi (5%), Nilai F tabel didapat dari nilai degree of freedom (df1) = k-1, degree of freedom (df2) = n-k. tabel ={= α {; (df = 1k-1, (df2)(df = 2n-k} F tabel α ;1)(df ) = k-1, ) = n-k} Adapun cara pengujian baik dalam regresi sederhana maupun regresi berganda sama, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) melalui bantuan program SPSS versi 22.0. Dari hasil output SPSS, uji-F dapat dilihat nilai F pada tabel ANOVA. Pengujian ini dilakukan dengan uji-F pada confident level 95% dan tingkat 51 kesalahan analisis (α) 5% dengan ketentuan degree of freedom (df1) = k–1, degree of freedom (df2) = n-k. maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai signifikansi F < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai signifikansi F > 0.05, maka H0 diterima, artinya semua variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji Statistik t Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam pengolahan data menggunakan program komputer SPSS versi 22.0, pengaruh secara individual ditunjukkan dari nilai sifnifikan uji t. Dengan tingkat signifikansi (5%), Uji-t yang mengguakan ttabel pada tingkat keyakinan 95% dan tingkat kesalahan dalam analisa (α) = 5%, dengan ketentuan degree of freedom (df1) = n-k-1, dimana n adalah besarnya sampel, k adalah jumlah variabel. t-tabel=={{αα;;df df==((nn––kk)} )} t-tabel maka kriteria pengujian adalah sebagai berikut: 52 1. Apabila nilai signifikansi t < 0.05, maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. 2. Apabila nilai signifikansi t > 0.05, maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. c. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi ( ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen hampir memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. (Ghozali, 2011) Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan nilai Adjusted , yang dapat fluktuasi apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Nilai Adjusted adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat dijelaskan oleh variabel independen 53 dan ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai Adjusted adalah sebesar satu berarti fluktuasi variabel dependen sebelumnya dapat dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Nilai Adjusted berkisar antara nol sampai satu. Jika mendekati 1 berarti semakin kuat kemempuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Sebaliknya jika nilainya mendekati nol, berarti semakin rendah kemampuan variabel independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. E. Operasional Variabel Penelitian Berikut peneliti sajikan rumus-rumus mengenai perhitungan dari variabel- variabel yang diambil dalam penelitian ini, baik variabel independen dan variabel dependen. Dimana variabel independen terdiri dari Struktur Aktiva, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaaan, Sales Growth, dan Likuiditas. Sedangkan Financial Leverage sebagai variabel dependen. 1. Variabel Dependen (Dependent Variable) Variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi dan dipengaruhi atau tergantung oleh variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen/terikat adalah : Tingkat Hutang (Leverage Ratio). untuk mengukur tingkat hutang yang digunakan perusahaan maka dalam 54 penelitian ini digunakan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu suatu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengembalikan biaya hutang melalui modal sendiri yang dimilikinya yang diukur melalui total hutang dan total ekuitas (equity). Rumus DER adalah sebagai berikut : 2. Variabel Independen (Independent Variable) Variabel independen disebut juga variabel prediktor (predictor variable) yang biasa dilambangkan dengan (X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif atau negatif. Yaitu, jika terdapat variable independen, variabel dependen juga ada, dan dengan setiap unit kenaikan dalam variabel independen, terdapat pula kenaikan atau penurunan dalam variable dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Profitabilitas Variabel independen dengan symbol (β1PROF). dalam perhitungan tingkat kemapulabaan atau kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, profitabilitas menggunakan proksi ROA (Return On Asset), Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Setiawan (2010) dan Arief (2011) : 55 b. Struktur Aktiva Variabel independen dengan symbol (β2STR). Variabel ini untuk mengetahui berapa besar jumlah asset tetap berwujud perusahaan dibandingkan dengan total asset yang dimilikinya. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Arief (2011) dan Pujiani dan Prasetiono (2012) : c. Ukuran Perusahaan Variabel independen yang diberi symbol (β3SIZE). Sebenarnya banyak cara untuk mengetahui ukuran perusahaan, bisa melalui logaritma natural penjualan dan lainnya. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) dan Arini (2013) : d. Sales Growth Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi liner berganda dengan symbol (β4SG). Pertumbuhan penjualan merupakan persentase kenaikan penjualan dari tahun ke tahun. Menurut Weston dan Copeland (2005) rumusnya adalah : 56 e. Likuditas Variabel dependen yang diberi symbol dalam regresi linear berganda dengan symbol (β5LIQ). sebagai proksi perhitungan tingkat likuiditas perusahaan, peneliti menggunakan rasio lancar atau current ratio. Dalam penelitian ini digunakan rumus seperti yang digunakan oleh Ariani (2013) : 57 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Jakarta Islamic Index Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya tidak bertentangan dengan syariat Islam (Rodoni dan Hamid, 2008). Di Indonesia secara historis keberadaan pasar modal syariah dimulai dan diperkenalkan pada pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksadana syariah. Berkat adanya kerja sama antara PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan PT Danareksa Investment Manajement (DIM) pada bulan juli 2000 berhasil dibentuk Jakarta Islamic Index (JII). Kemudian pembentukan ini diikuti dengan peluncuran Obligasi Syariah Mudharabah oleh PT Indosat di penghujung tahun 2002. Namun secara resmi, peluncuran pasar modal syariah di Indonesia terjadi pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003, setelah melalui penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Pengawas Pasar Modal dengan Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (Burhanuddin, 2010). Fungsi pasar modal syariah menurut MM.Metwally adalah 58 sebagai berikut: (Heri Sudarsono, 2008). a. Memungkinkan bagi masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya. b. Memungkinkan bagi pemegang saham menjual sahamnya guna mendapatkan likuiditas. c. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. d. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga saham. e. Memungkinkan investasi pada ekonomi itu ditentukan oleh kinerja kegiatan bisnis sebagimana tercermin pada harga saham. Instrumen yang dilarang dalam pasar modal syariah menurut Abdul Hamid (2009) diantaranya sebagai berikut: a. Saham Istimewa (Preferred Stock) Saham istimewa adalah saham yang memberikan hak lebih besar daripada saham biasa dalam deviden pada waktu perseroan dilikuiditas. b. Forward Contract Forward contract merupakan salah satu jenis transaksi yang diharamkan bertentangan dengan syariah. Forward contract merupakan bentuk jual beli hutang yang didalamnya terdapat 59 unsur riba, sedangkan transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo. c. Opsi Opsi adalah transaksi yang tidak disertai dengan underlying asset atau real aset, dengan kata lain objek yang ditransaksikan tidak dimiliki oleh pihak penjual. Opsi termasuk dalam kategori gharar (penipuan/spekulasi) dan maysir (judi). d. Transaction Margin on Trading Transaksi ini adalah dimana pembeli membayar sebagian harga secara tunai, yang sisanya dilunasi dari pinjaman kepada bank melalui perantara dengan syarat surat berharga tersebut dijadikan jaminan bagi pialang untuk melunasi harga pinjaman. e. Transaction Short – Shelling Transaksi ini merupakan suatu bentuk transaksi jual beli dimana penjualan terhadap surat berharga yang belum dimiliki pada waktu akad. Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip hukum Islam adalah (Ahmad Rodoni, 2009). a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 60 c. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. d. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta menyediakan barang-barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Dalam rangka kegiatan pasar modal syariah ada beberapa lembaga penting yang secara langsung terlibat dalam kegiatan pengawasan dan perdagangan, yaitu: BAPEPAM, Dewan Syari’ah Nasional (DSN), Bursa Efek, Perusahaan Efek, Emiten, profesi dan lembaga penunjang pasar modal serta pihak terkait lainnya. Khususnya untuk kegiatan pengawasan akan dilakukan secara bersama oleh BAPEPAM dan DSN. Adapun tahapan atau seleksi untuk saham yang masuk dalam indeks syariah antara lain (Heri Sudarsono, 2008) : a. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan kecuali termasuk dalam 10 kapitalis besar). b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%. c. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) 61 terbesar selama satu tahun terakhir. d. Memilih 60 saham dari susunan saham diatas berdasarkan tingkat likuiditas rata – rata nilai perdagangan regurel selama satu tahun terakhir. Pengkajian ulang akan dilakukan 6 bulan sekali dengan penentuan komponen index pada awal bulan januari dan juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan di monitor secara terus-menerus berdasarkan data-data public dan media. Index harga saham setiap hari dihitung menggunakan harga saham terahir yang tersedia di bursa. B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dapat memberikan gambaran tentang suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi profitabiilitas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan likuiditas sebagai variabel independen, serta financial leverage sebagai variabel dependen. Variabel-variabel tersebut akan diuji secara statistik deskriptif dengan menggunakan program SPSS seperti yang terlihat dalam tabel 4.1 dibawah ini : 62 Tabel 4.1 Deskriptif Statsistik Sumber : Data yang sudah Diolah 1) Tingkat Profitabilitas (ROA) Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Tingkat pengembalian atas aset menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dalam perusahaan. Rasio ini menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Makin tinggi nilai rasio ini menunjukkan makin tinggi tingkat pengembalian terhadap aset dan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat pengembalian atas aset untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,1888 atau (18,88 %) dan nilai standar deviasi sebesar 0,054. Ini berarti tingkat pengembalian terhadap aset pada emiten syariah di JII sebesar 18,88%. 63 Emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang paling tinggi adalah Telekomunikasi Indonesia Tbk sebesar 26,67%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pengembalian atas aset di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pengembalian terhadap asset yang paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,813%. 2) Tingkat Struktur Aktiva Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Struktur aktiva menunjukan besarnya alokasi asset yang dimiliki suatu perusahaan atau emiten. Dimana asset tersebut kebanyakan merupakan sebagian besar modal yang tertanam dalam suatu perusahaan. Semakin besar 64 aktiva yang dimiliki maka kinerja perusahaan dibidang produksi juga akan semakin bagus. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat struktur aktiva untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,2901 atau (29,01 %) dan nilai standar deviasi sebesar 0,1628. Ini berarti tingkat struktur aktiva pada emiten syariah di JII sebesar 29,01%. Emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di atas rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva yang paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 48,57%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva di bawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat struktur aktiva paling rendah adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 0,884%. 65 3) Tingkat Ukuran Perusahaan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerrminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan. Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat ukuran perusahaan untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 30,47% dan nilai standar deviasi sebesar 0,9984. Ini berarti tingkat ukuran perusahaan pada emiten syariah di JII sebesar 30,47%. Emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan diatas rata-rata adalah Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan paling tinggi adalah Astra International Tbk sebesar 32,36%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, 66 Alam Sutera Realty Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat ukuran perusahaan paling rendah adalah PP London Sumatera Indonesia Tbk sebesar 29,49%. 4) Tingkat Pertumbuhan Penjualan Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total penjualan atau pendapatan dimana pertumbuhan penjualan masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang. Tingkat pertumbuhan penjualan akan menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara perusahaan, pemegang sebaliknya saham dengan perusahaan manajemen dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayannya. 67 Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat pertumbuhan penjualan untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,1420 atau (14,20%) dan nilai standar deviasi sebesar 0,1709 Ini berarti tingkat pertumbuhan penjualan pada emiten syariah di JII sebesar 14,20%. Emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan diatas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang paling tinggi adalah Lippo Karawaci Tbk sebesar 22,32%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang paling rendah adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk sebesar 0,037%. 68 5) Tingkat Likuiditas Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Perusahaan yang memiliki Likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan memiliki internal financing yang akan cukup digunakan untuk membayar kewajibannya sehingga struktur modal akan berkurang. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat likuiditas untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 2,5106 atau (251,06%) dan nilai standar deviasi sebesar 1,6769. Ini berarti tingkat likuiditas pada emiten syariah di JII sebesar 251,06%. Emiten yang memiliki tingkat likuiditas di atas ratarata adalah Aneka Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, Lippo Karawaci Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Tambang Batubara Bukitasam Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 527,32%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas dibawah rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Astra Agro 69 Lestari Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk,, Telekomunikasi Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, United Tractors Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat likuiditas paling rendah adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 78,89%. 6) Tingkat Leverage Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index Rasio-rasio leverage menunjukkan besarnya modal yang berasal dari pinjaman (modal asing) yang dipergunakan untuk membiayai investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan meningkatkan rasio perusahaan. Semakin tinggi rasio leverage menunjukkan komposisi hutang semakin besar dibanding dengan total modal sendiri dan menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil mean (rata-rata) tingkat leverage untuk emiten yang menjadi sampel dalam penelitian sebesar 0,6942 atau (69,42%) dan nilai standar deviasi sebesar 0,5055. Ini berarti tingkat leverage pada emiten syariah di JII sebesar 69,42%. 70 Emiten yang memiliki tingkat leverage di atas rata-rata adalah Adaro Energy Tbk, Alam Sutera Realty Tbk, Astra International Tbk, Lippo Karawaci Tbk, Telekomunikasi Indonesia Tbk, dan Unilever Indonesia Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling tinggi adalah Unilever Indonesia Tbk sebesar 163,50%. Sebaliknya emiten yang memiliki tingkat likuiditas dibawah rata-rata adalah Astra Agro Lestari Tbk, Aneka Tambang (Persero) Tbk, Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Kalbe Farma Tbk, PP London Sumatera Indonesia Tbk, Semen Indonesia (Persero) Tbk, dan United Tractors Tbk. Dan emiten yang memiliki tingkat leverage paling rendah adalah Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 17,98%. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam uji normalitas ini digunakan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak. 71 1) Analisis Grafik dengan menggunakan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot). Uji normalitas data dengan menggunakan SPSS 22.0 menghasilkan grafik sebagai berikut : Grafik 4.1 Hasil Uji Normalitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan hasil olah data diatas, dapat dilihat bahwa titik-titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data searah dengan garis diagonal, hal ini menandakan bahwa model asumsi regresi memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak dipakai untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel bebas (profitabilitas, struktur aktiva, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas) terhadap variabel terikat (financial leverage). 72 2) Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan tabel diatas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,095 dan nilai sig. > derajat alpha pada 0,198 atau lebih besar dari 0,05. b. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini 73 tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Pengujian dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada dibawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa hasil uji multikolinieritas menunjukkan nilai tolerance mendekati angka 1 dan nilai VIF disekitar angka 1 untuk setiap variabel. Hasil perhitungan Toleransi menunjukan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Toleransi kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil VIF juga menunjukkan hal yang sama tidak ada suatu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Berdasarkan hasil uji multikolinieritas tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa 74 semua variabel independen dalam model persamaan regresi tidak terdapat problem multikolinearitas dan dapat digunakan dalam penelitian ini. c. Uji Heterokedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya jika tidak terdapat pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas. Adapun hasil uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.2. 75 Grafik 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Sumber : Data yang telah Diolah Bedasarkan hasil heterokedastisitas pada grafik 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y dan tidak terlihat pola tertentu. Dengan demikian pada persamaan regresi linier berganda dalam model ini tidak ada gejala atau tidak terjadi menggunakan scatter plot untuk pengujian heterokedastisitas. Selain heteroskedastisitas, peneliti juga menggunakan Uji Glejser untuk menghindari kerancuan yang diakibatkan pengambilan keputusan melalui grafik. Uji Glejser dapat dilakukan setelah kita mendapatkan nilai unstandardized residual yang telah dikuadratkan dan di absolutkan, lalu meregresikan nilai tersebut menjadi variable dependen. 76 Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastisitas Melalui Uji Glejser Sumber : Data yang telah Diolah Pada tabel 4.4, dapat kita lihat hasil uji Glejser melalui tabel coefficients dan nilai sig. Pada bagian sig dapat kita ketahui bahwa semua variabel independen tidak ada yang signifikan karena nilai signifikansi berada diatas 0,05. Hal ini berarti model regresi tidak mengalami heteroskedastisitas. d. Uji Autokorelasi Tujuan pengujian autokorelasi adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara anggota dari observasi yang disusun menurut time series atau cross section. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana muncul suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW-test). Berdasarkan output SPSS 22.0, maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.5 sebagai berikut : 77 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Sumber : Data yang telah diolah Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi bedasarkan tabel autokorelasi yang menyebutkan bahwa nilai Uji Durbin-Watson = 2.090 sedangkan dalam tabel DW untuk “k”=5 dan N = 70 besarnya DW tabel : dl (Batas luar) = 1,4637 ; du (batas dalam) = 1,7683 ; 4-du = 2,2317 ; dan 4dl = 2,5363. Maka dari perhitungan disimpulkan bahwa DWtest terletak pada daerah uji. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4.6 Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin Watson Keputusan Jika Tolak 0 < 2,090 < 1,4637 Tidak ada kesimpulan 1,4637 < 2,090 < 1,7683 Tidak ada korelasi negative Tolak 4-1,4637 < 2,090 < 4 Tidak ada korelasi negative Tidak ada kesimpulan 4-1,7683 < 2,090 < 4- 78 1,4637 Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak terjadi autokorelasi 1,7683 < 2,090 < 41,7683 3. Pengujian Hipotesis a. Uji F Hasil uji statistik F digunakan untuk mengukur apakah semua variabel independen yang digunakan mempunyai pengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat siginifikansi (sig.) yang terdapat pada tabel ANOVA. Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji F Sumber : Data yang sudah diolah Dari tabel 4.7 menunjukan bahwa nilai sig sebesar 0,000. Hal ini memberikan hasil yang signifikan, sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur aktiva, profitabilitas, ukuran 79 perusahaan, sales growth dan likuiditas secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (debt to equity ratio). Hal ini dikarenakan nilai sig. 0,000 < alpha (α = 5 %) maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan variabel independen secara signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen. b. Uji-t Uji Parsial atau uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen secara individual atau secara parsial. Hasil uji t dapat diketahui melalui nilai sig t yang terdapat pada tabel coefficients melalui nilai t. Selengkapnya mengenai hasil uji t penelitian dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.8 Hasil Uji-t Sumber : Data yang sudah Diolah 80 1) Pengaruh Profitabilitas terhadap Financial Leverage Variabel profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level 0,044 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan demikian H1 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima). Hasil penelitian ini sesuai dengan landasan teori yaitu Pecking Order Theory yang menyimpulkan bahwa apabila dana internal telah memenuhi kebutuhan sebagian besar dana maka perusahaan dapat menekan hutang ke tingkat yang lebih rendah. Ini berarti dana internal telah mampu merupakan pilihan utama dalam memenuhi sumber pembiayaan. Dalam kaitannya dengan variabel profitabilitas, profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap Financial Leverage yang artinya bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi akan mengurangi ketergantungan modal dari pihak luar, karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk memperoleh sebagian besar pendanaannya yang dihasilkan secara internal yang berupa laba ditahan sebelum perusahaan menggunakan sumber dana eksternal seperti hutang. Hal 81 tersebut dapat disebabkan karena dengan semakin tingginya laba yang diperoleh perusahaan akan semakin banyak dana yang akan diperoleh sebagai sumber dana sehingga penggunaan berpengaruh hutang akan terhadap semakin penentuan sedikit, sehingga komposisi struktur modalnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiani dan Prasetiono (2012) dan Arief Rahman Hakim (2013) yang menyatakan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif terhadap Financial terhadap Financial Leverage (DER). 2) Pengaruh Struktur Aktiva Leverage Variabel struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level 0,425 > 0,05.). Hal ini menunjukan bahwa variabel struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap Financial Leverage, dengan demikian H2 ditolak (hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima). Struktur aktiva mencerminkan dua komponen aktiva secara garis besar dalam komposisinya yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lain yang dapat direalisasikan menjadi uang atau dijual atau dikonsumsi suatu periode akuntansi yang normal, sedangkan 82 aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan dan mempunyai masa. Fenomena yang terjadi selama periode penelitian ini salah satunya adalah melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yaitu pada periode 2010 sampai dengan 2013. Transaksi pada saat itu sudah mengacu pada mata uang asing sehingga kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya semakin mahal dan juga ketika perusahaan ingin menjual asset beharga nya sebagai modal produksi perusahaan, nilai nya akan anjlok atau semakin murah sehingga perusahaan akan mencari kebijakan selain struktur aktiva sebagai faktor struktur modal nya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian dari Lusangaji (2013) yang menyatakan bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal (Debt to Equity Ratio). Namun tidak mendukung penelitian dari Arief Rahman Hakim (2013), serta Pujiani dan Prasetiono (2012) yang menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh terhadap financial leverage (DER). 83 3) Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Financial Leverage Variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level 0,300 > 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage, dengan demikian H3 ditolak (hipotesis yang diajukan peneliti tidak diterima). Hasil ini tidak sesuai dengan landasan teori yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar akan lebih menjamin memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sumber modalnya. Kemungkinan yang dapat terjadi dari hasil penelitian ini adalah bahwa perusahaan lebih cenderung menyukai pendanaan yang berasal dari internal dibandingkan dari hutang, sehingga ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap penggunaan sumber dana eksternal. Kemungkinan lain adalah bahwa perusahaan besar yang mempunyai akses lebih mudah ke pasar modal dibandingkan dengan perusahaan kecil belum tentu dapat memperoleh dana dengan mudah di pasar modal. Hal ini disebabkan karena para investor akan membeli saham atau menanamkan modalnya tidak hanya mempertimbangkan besar-kecilnya perusahaan, tetapi juga memperhatikan faktor- 84 faktor lain, seperti prospek perusahaan, sifat manajemen perusahaan saat ini dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Arief Rahman Hakim (2013) yang menunjukan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi Financial Leverage (DER). 4) Pengaruh Sales Growth terhadap Financial Leverage Variabel Sales Growth berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level 0,042 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel sales growth berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan demikian H4 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima). Hal ini pertumbuhan mengindikasikan penjualan, maka bahwa semakin perusahaan stabil cenderung mengurangi pendanaan yang bersumber dari hutang jangka panjang sehingga mengakibatkan turunnya tingkat struktur modal. Tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil menandakan bahwa perusahaan akan lebih mampu dalam menciptakan laba dengan tingkat pertumbuhan yang stabil pula, sehingga perusahaan memiliki stabilitas alokasi sumber pendanaan dari laba ditahan, begitu pula sebaliknya. 85 Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index yang mampu mengalokasikan laba ditahan dari sebagian laba bersihnya akan cenderung mengurangi porsi penggunaan hutang jangka panjang dengan tujuan mengurangi biaya tetap yang tinggi berupa bunga hutang. Kreditur akan tetap beranggapan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan yang stabil pun masih memiliki potensi risiko dan ketidakpastian yang cukup tinggi. Hal inilah yang menyebabkan kreditur membebankan biaya bunga hutang yang lebih tinggi serta membebankan agency cost akibat bebagai persyaratan mengikat yang diajukan kreditur dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan sebagai debitur. Dalam keadaan normal, tingginya biaya hutang jangka panjang menyebabkan pendanaan yang bersumber dari hutang jangka panjang baru akan dipilih perusahaan sektor pertambangan setelah pendanaan yang bersumber dari laba ditahan dianggap tidak mencukupi dan penerbitan saham dianggap sudah tidak menguntungkan bagi perusahaan. Perusahaan dengan pertumbuhan penjualan yang stabil dapat menjual sahamnya dengan harga yang lebih wajar. Hal tersebut dikarenakan stabilitas pertumbuhan penjualan merupakan sinyal positif bagi calon investor eksternal (publik) yang menandakan bahwa perusahaan memiliki 86 stabilitas keuangan serta prospek yang baik, sehingga mampu mengurangi peluang terjadinya informasi asimetris antara manajemen dan publik. Preferensi penggunaan pendanaan yang bersumber dari laba ditahan serta penerbitan saham untuk perusahaan sektor pertambangan yang memiliki stabilitas pertumbuhan penjualan dibanding pendanaan yang berusmber dari hutang jangka panjang menyebabkan turunnya tingkat struktur modal. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2013) yang menunjukan bahwa Sales Growth mempengaruhi Financial Leverage (DER). 5) Pengaruh Likuiditas terhadap Financial Leverage Variabel likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Financial Leverage dengan nilai significant level 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel likuiditas berpengaruh negatif terhadap Financial Leverage, dengan demikian H5 diterima (hipotesis yang diajukan peneliti diterima). Sesuai dengan Pecking Order Theory. Bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dan likuiditas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, sehingga perusahaan tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini dikarenakan 87 perusahaan memiliki sumber dana internal yang melimpah, sehingga perusahaan lebih cenderung menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmeed dan Shabbir (2014). c. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) Uji koefisien determinasi dilakukan untuk menggambarkan seberapa besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh perubahan atau variasi dari varabel independen. Dalam penelitian ini menggunakan nilai Adjusted R Square karena variabel independen lebih dari dua dan nilai Adjusted R Square dapat naik turun apabila variabel independen ditambahkan ke dalam model penelitian, maka dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.9 Hasil Koefisien Determinasi Sumber : Data yang telah diolah 88 Nilai Adjusted R Square sebesar 0,281 atau 28,1%, hal ini berarti struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth, dan likuiditas, sedangkan sisanya sebesar 72,9% kemungkinan dapat dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini misalnya pajak, tingkat pertumbuhan perusahaan, dan risiko bisnis. 4. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui arah hubungan variabel independen pada variabel dependennya, apakah secara positif atau negatif. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah : Tabel 4.10 Hasil Regresi Berganda Sumber : Data yang sudah Diolah 89 Bedasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = -0,188 – 2,507Profitabilitas – 0,585Sales Growth – 0,137Likuiditas + e Interpretasi dari persamaan regresi berganda tersebut adalah sebagai berikut: 1) Jika nilai dari variabel X1 (Profitabilitas), X4 (Sales Growth), dan X5 (Likuiditas) sama dengan nol, maka nilai variabel Y (Financial Leverage) adalah -0,188%. 2) Variabel profitabilitas (X1) mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal (Y) dengan koefisien regresi sebesar 2,971 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel profitabilitas (X1) sebesar 1%, maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar 2,971%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap. 3) Variabel sales growth (X4) mempunyai pengaruh negatif terhadap financial leverage (Y) dengan koefisien regresi sebesar 0,635 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel sales growth (X4) sebesar 1%, maka nilai financial leverage (Y) akan turun sebesar 0,665%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap. 4) Variabel likuiditas (X5) mempunyai pengaruh negatif terhadap financial leverage (Y) dengan koefisien 90 regresi sebesar 0,179 yang artinya jika terjadi peningkatan variabel likuiditas (X5) sebesar 1%, maka financial leverage (Y) akan berkurang sebesar 0,179%. Dengan catatan bahwa variabel lain tetap. 91 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil uraian tentang pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas terhadap financial leverage (DER) pada emiten yang terdaftar pada Jakarta islamic index periode 2009-2013, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa, a) Struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap financial leverage (DER). b) Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial leverage (DER). c) Sales growth berpengaruh negatif terhadap financial leverage (DER). d) Likuiditas berpengaruh negatif terhadap financial leverage (DER). e) Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (DER). 2. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan, sales growth dan likuiditas berpengaruh signifikan terhadap financial leverage (DER). 3. Hasil dari Adjusted R square .diperoleh hasil 0,281. Hal ini berarti bahwa struktur modal dapat dijelaskan oleh struktur aktiva, 92 4. profitabilitas, ukuran Perusahaan, sales growth dan likuiditas sebesar 28,1%, sedangkan sisanya 71,9% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar model misalnya, stabilitas penjualan, leverage operasi, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penialai kredibilitas, sikap manajemen, kondisi internal perusahaan dan pajak. 5. Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa emiten syariah yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index mengacu pada Pecking Order Theory dalam struktur modalnya. B. Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang perlu memperoleh penekanan. Hasil penelitian ini merupakan informasi yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan, investor dan akademisi. 1. Bagi Emiten Dari penelitian ini dapat berguna untuk bahan pertimbangan sebagai acuan dari sumber pendanaan yang cocok bagi emiten syariah yang terdaftar di Jakarta Islamic Index dalam usaha mencapai dan mengembangkan bisnisnya, dimana perusahaan harus menentukan besarnya perbandingan jumlah pinjaman jumlah hutang dan modal sendiri agar struktur modal perusahaan bias mencapai optimal. Yaitu dengan memperhatikan faktor- 93 faktor seperti struktur aktiva, profitabilitas, likuiditas, sales growth, dan ukuran perusahaan. Dalam menggunakan hutang pada tingkat tertentu (sejauh manfaat yang dapat diberikan, maka tambahan hutang akan diperkenankan) sebagai sumber pendanaannya dapat meningkatkan profitabilitas dan nilai perusahaan. Sedangkan profitabilitas yang positif menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan peningkatan laba yang memiliki potensi baik untuk mengurangi ketergantungan akan sumber dana eksternal. 2. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan para investor dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena setiap investor menginginkan prospek yang lebih baik bagi perusahaannya di masa depan. 3. Bagi Akademisi Dapat mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai variabel keuangan lainnya yang memiliki pengaruh lebih besar terhadap struktur modal selain variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dan memperluas sampel perusahaan yang mencakup semua jenis perusahaan yang terdaftar di Busa Efek Indonesia. 94 DAFTAR PUSTAKA Ahmed, Naveed and Salman Shabbir. 2014. “Does Pakistiani Insurance Industry follow Pecking Order Theory?”. European Journal Business and Management. Vol.6, No.4. Arief, Bramantyo. 2011. Analisis Pengujian Teori Pecking Order Melalui Keterkaitan Profitabilitas, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan dan Kesempatan bertumbuh Terhadap Financial Leverage pada Emiten Syariah di Jakarta Islamic Index periode 2006-2009. Skripsi. Program Studi Manajemen Universitas Diponegoro. Arini, Farida. 2013. Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Brigham dan Houston. 2010. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Buku 2 (Edisi 11). Jakarta : Salemba Empat. Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, Graha Ilmu, 2010. Chair, Abdul. 2012. Perspektif Riba dalam Ekonomi Islam. Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga. Fadli. 2010. Analisis Pengaruh Faktor-faktor Penentu Kebijakan Struktur Modal Terhadap Leverage, Hipotesis Pecking order Teori dan Trade off Teori. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Fidelis A.A, Edim N.O, dan Eke F.A. 2014. Determinants of Financial Structure : Evidence from Nigerian Quoted Firms. Research Journal of Finance and Accounting, Vol.5, No. 16. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS 19. Semarang : Univ. Diponegoro. Husnan, Suad. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang), Buku 1, Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE. Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan (Edisi 13). Jakarta : Salemba Empat. 95 J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (1 thed). Jakarta: Erlangga. J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham. (2008). Dasar-dasar Manajemen Keuangan (2th ed). Jakarta : Erlangga. Lusangaji, Dumas. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Struktur Modal. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang. Myers, Stewart C. & Nicholas S. Majluf (1984). Corporate Financing and Investment Decisions When Firms Have Information Investors Do Not Have. National Bureau of Economic Research. Nurul, Nadia Najwa, Roslina Mohammad, dan Suhana Mohamed. 2012. The Determinants of Capital Structure : Evaluation between ShariahComplicant and Conventional Companies. Management and Technology Research, Malacca, Malaysia. Pujiani, Suci dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh Return on Asset, Sales Growth, Structure Assets, Firm Size, dan Investment Opportunity terhadap Financial Leverage (studi perbandingan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industry dan barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2008-2011). Diponegoro Journal of Accounting, Vol.1, No 1, Hal 158-171. Rahman, Arief Hakim. 2013. Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Likuiditas terhadap Struktur Modal (Studi Kasus pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2012). Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Riyanto, Bambang. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Cet Yogyakarta, BPFE, 2008. 8. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta : Mitra Wacana Media. Rodoni, Ahmad. Dan Abdul Hamid. Lembaga Keuangan Syariah, Cet 1, Jakarta, Zikrul Hakim, 2010. Sartono, Agus. 2008. Manajemen Keuangan dan Aplikasi. Yogyakarta : BPFE 96 Setiawan, Andi. 2010. Analisis Pengaruh Profit, Growth, dan Aset Structure terhadap Struktur Modal. Skripsi Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta, 2008. Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2005). Manajemen Keuangan. Edisi Kedelapan. Jakarta : Binarupa Aksara Weston, J. Fred dan Copeland, Thomas E. (2008). Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Penerjemah : Jaka Wasana. Jakarta : Binarupa Aksara Widodo, Cahyo. 2013. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. www.bapepam.co.id www.idx.co.id 97 Lampiran - Lampiran 98 Lampiran 1 : Data Emiten Syariah yang Dijadikan Sampel Penelitian Nama Pe rusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk Lampiran 2 : Data Mentah Financial Leverage (DER) Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 1.4343 0.2160 0.2272 0.8430 1.0028 0.2430 0.3924 1.3993 0.1799 0.4021 1.5022 0.2250 0.8388 1.0199 99 2010 2011 1.1856 1.3171 0.1851 0.2110 0.2850 0.4112 1.0739 1.1557 1.0985 0.3416 0.1726 0.1536 0.2184 0.2699 1.0345 0.9406 0.2212 0.1631 0.3583 0.4093 0.9758 0.6899 0.2851 0.3453 0.8388 0.6885 1.1500 1.8477 2012 1.2344 0.3261 0.5359 1.3133 0.4156 0.1718 0.2776 1.1682 0.2026 0.4966 0.6628 0.4632 0.5573 2.0201 2013 1.1076 0.0005 0.7091 1.7061 1.0152 0.1580 0.3312 1.2077 0.2058 0.5463 0.6526 0.4123 0.6091 2.1373 Lampiran 3 : Data Mentah Profitabilitas Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 0.1499 0.1797 0.1212 0.1332 0.1129 0.1865 0.1125 0.0485 0.1870 0.1891 0.2187 0.2182 0.1641 0.2197 2010 2011 0.1775 0.1329 0.1953 0.2063 0.1936 0.2189 0.1418 0.1468 0.1273 0.1549 0.2101 0.2367 0.1545 0.1791 0.0649 0.0754 0.2038 0.1769 0.1730 0.1815 0.2660 0.2811 0.2206 0.2200 0.1674 0.1701 0.2284 0.2350 2012 0.1174 0.2263 0.2026 0.1468 0.1888 0.2400 0.1947 0.0828 0.2537 0.2129 0.2770 0.2275 0.1745 0.2369 2013 0.0789 0.2540 0.2154 0.1786 0.2029 0.2409 0.2138 0.1351 0.2846 0.2444 0.2908 0.2588 0.2094 0.2512 Lampiran 4 : Data Mentah Struktur Aktiva Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 0.1746 0.3229 0.2908 0.0143 0.2467 0.5855 0.2157 0.1027 0.3305 0.0460 0.0038 0.3099 0.4465 0.4056 100 2010 2011 0.2170 0.2531 0.3056 0.3356 0.2398 0.1961 0.0323 0.0568 0.2150 0.1876 0.5019 0.4208 0.2283 0.2248 0.0747 0.0852 0.3105 0.2686 0.1056 0.0991 0.4594 0.5327 0.4924 0.5921 0.4465 0.2944 0.4768 0.5070 2012 0.2643 0.3960 0.2366 0.0647 0.1883 0.3487 0.2394 0.0894 0.2953 0.1456 0.5122 0.6319 0.3021 0.5243 2013 0.2533 0.4340 0.3064 0.0556 0.1769 0.3497 0.2586 0.0898 0.3482 0.2401 0.5218 0.6126 0.2541 0.5150 Lampiran 5 : Data Mentah Ukuran Perusahaan Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 31.3797 29.6554 29.9276 28.9008 32.1190 30.2170 29.5001 30.1265 29.2105 29.7202 32.2115 30.1922 31.0222 29.6439 2010 31.3348 29.8048 28.1518 29.1545 32.3571 30.3619 29.5816 30.4133 29.3469 29.7969 32.2338 30.3759 31.0222 29.7945 2011 29.3643 29.9538 30.3524 29.4240 32.3630 30.5298 29.7442 30.5357 29.5467 30.0740 32.2663 30.6097 31.4692 29.9807 2012 29.5320 30.1503 30.6121 30.0240 32.4373 30.7558 29.8736 30.8447 29.6528 30.1749 32.3439 30.9111 31.5490 30.1147 2013 29.5382 30.3366 30.7159 30.3002 32.5288 30.9122 30.0572 31.0747 29.7073 30.0887 32.4827 31.0583 31.6804 30.2224 Lampiran 6 : Data Mentah Pertumbuhan Penjualan (Sales Growth) Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 0.4889 -0.0903 -0.0918 -0.0728 0.0151 0.0814 0.1536 0.0046 -0.1681 0.2400 0.0644 0.1767 0.2764 0.1713 101 2010 -0.0835 0.1912 0.0038 0.4003 0.3194 0.0531 0.1254 0.2184 0.1228 -0.1161 0.0141 -0.0030 0.2766 0.0791 2011 0.4672 0.2181 0.1832 0.4932 0.2598 0.2469 0.0670 0.3405 0.3045 0.3720 0.0382 0.1418 0.4748 0.1919 2012 -0.0664 0.0735 0.0100 0.4818 0.1568 0.2450 0.2497 0.4704 -0.1013 0.0684 0.0827 0.1966 0.0164 0.1634 2013 -0.1175 0.0960 0.0812 0.5060 0.0310 0.0810 0.1735 0.0821 -0.0185 -0.0332 0.0755 0.2502 -0.0883 0.1265 Lampiran 7 : Data Mentah Likuiditas Nama Perusahaan Adaro Energy Tbk Astra Agro Lestari Tbk Aneka Tambang (Persero) Tbk Alam Sutera Realty Tbk Astra International Tbk Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Kalbe Farma Tbk Lippo Karawaci Tbk PP London Sumatera Indonesia Tbk Tambang Batubara Bukitasam Tbk Telekomunikasi Indonesia Tbk Semen Indonesia (Persero) Tbk United Tractors Tbk Unilever Indonesia Tbk 2009 1.9806 1.8258 3.2599 0.9800 1.3688 3.0055 2.9870 4.2031 1.4054 4.9123 0.6058 3.5763 1.5659 1.0417 Lampiran 8 : Descriptive Statistics Lampiran 9 : Variables Entered/Removed 102 2010 1.7606 1.9317 3.8177 0.9800 1.2618 5.5537 4.3936 4.2031 2.3927 5.7905 0.9149 0.0029 1.5659 0.8513 2011 1.6652 1.3097 4.8000 0.9778 1.3640 5.6309 3.6527 5.5936 4.8325 4.6325 0.9580 2.6465 1.7164 0.6867 2012 1.5723 0.6846 2.5142 1.2348 1.3991 6.0276 3.4054 5.6000 3.2730 4.9237 1.1604 1.7245 1.9465 0.6683 2013 1.7719 0.4500 1.8364 0.7530 1.2420 6.1481 2.8393 4.9598 2.4852 2.8659 1.1631 1.8824 1.9102 0.6964 Lampiran 10: Correlations Lampiran 11 : Model Summary Lampiran 12 : ANOVA 103 Lampiran 13 : Coeficients Lampiran 14 : Residual Statistic 104 Lampiran 15 : Histogram Lampiran 16 : Normal P-Plot 105 Lampiran 17 : Scatterplot Lampiran 18 : One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 106 Lampiran 19 : Tabel Cooeficients (Uji Glejser) 107 Lampiran 20 : Tabel Durbin Watson 108