BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan jasa. Jika suatu negara memiliki hubungan ekonomi dengan negara-negara lain maka terjadi perdagangan mata uang antara negara-negara tersebut. Agar dapat dipergunakan dalam kegiatan ekonomi, mata uang suatu negara harus dapat dinyatakan dalam harga tertentu dengan mata uang negara lain tersebut. Perbandingan antara pertukaran dua mata uang yang berbeda disebut dengan kurs atau nilai tukar (exchange rate) (Yasin, 2007:24). Kurs memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional karena kurs memungkinkan untuk membandingkan harga-harga seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara (Arifin, 2007:82). Triyono (2008:156) mengatakan bahwa nilai mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik atau stabil. Ketidakstabilan nilai tukar ini mempengaruhi arus modal atau investasi dan perdagangan internasional. Dari beberapa banyak mata uang yang beredar di dunia terdapat beberapa mata uang yang dipergunakan sebagai satuan hitung yang banyak dicari dalam transaksi perdagangan dan alat pembayaran internasional. Mata uang yang dimaksud umumnya adalah mata uang yang berasal dari negara maju yang perekonomiannya kuat dan relatif stabil. Biasanya mata uang tersebut sering mengalami apresiasi 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 (kenaikan nilai) dibandingkan dengan mata uang lainnya. Mata uang tersebut disebut mata uang keras (hard currency). Ada delapan mata uang yang diakui sebagai hard currencies, yaitu US Dollar-Amerika Serikat, poundsterling-Inggris, deutsche mark (DM)-Jerman, yen-Jepang, franc-Prancis, Canadian dollar-Canada, franc-Swiss, euro-Uni Eropa. Adapun mata uang yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung serta nilainya sering mengalami depresiasi (penurunan nilai) disebut soft currency. Pada umumnya, mata uang ini berasal dari negara-negara yang sedang berkembang, yang perekonomiannya relatif baru dan sedang tumbuh, misalnya Indonesia, Malaysia, dan Filipina (Arifin, 2007:82). TABEL 1.1 KOMPOSISI MATA UANG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI CADANGAN DEVISA NEGARA-NEGARA DISELURUH DUNIA Sumber : http://data.imf.org/ diakses pada 16 Oktober 2015 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 US Dollar merupakan mata uang resmi Amerika Serikat yang menjadi salah satu mata uang hard currency dan digunakan secara luas didunia internasional sebagai kurs cadangan devisa diluar Amerika Serikat. Berdasarkan data Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserves (COFER) International Monetary Fund (IMF), US Dollar merupakan mata uang asing yang digunakan sebagian besar negara-negara dunia sebagai cadangan devisa. GAMBAR 1.1 DIAGRAM KOMPOSISI MATA UANG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI CADANGAN DEVISA DISELURUH DUNIA Sumber : http://data.imf.org/ diakses pada 16 Oktober 2015 Indonesia sebagai negara dengan mata uang Rupiah yang masuk kedalam kategori Soft Currency juga tidak terlepas dari pengaruh US Dollar sebagai mata uang asing yang digunakan sebagian besar negara-negara didunia. Pada tahun 2015, perkembangan kondisi nilai tukar Rupiah 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/ terhadap US Dollar cukup 4 memperihatinkan. Dilihat dari grafik kurs Rupiah/US Dollar setahun terakhir hingga September 2015, nilai kurs Rupiah/US Dollar mengalami peningkatan tajam dari bulan Maret 2015 menembus angka Rp13.000/ US Dollar dan terus melemah hingga pada bulan Agustus 2015 menembus angka Rp14.000/ US Dollar. Nilai ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang terjadi pada saat krisis subprime mortgage tahun 2008 dimana nilai kurs Rupiah/US Dollar tidak sampai menembus angka Rp13.000/ US Dollar. GAMBAR 1.2 GRAFIK NILAI TUKAR RUPIAH/US DOLLAR BULAN SEPTEMBER 2014 – SEPTEMBER 2015 Sumber : http://finance.yahoo.com/ diakses pada tanggal 15 Oktober 2015 Dilihat dari fenomena yang terjadi diatas, maka kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar ? Pada faktor nilai tukar Rupiah, penulis akan menggunakan mata uang US Dollar sebagai pembanding. Hal ini dikarenakan dilansir dari data yang dikeluarkan 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 Internasional Monetary Fund (IMF), US Dollar merupakan mata uang yang banyak dijadikan sebagai cadangan devisa negara-negara didunia sehingga dalam penggunaannya US Dollar mendominasi seluruh aliran dana dan transaksi didunia. Sedangkan untuk faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar mata uang diantaranya yaitu, neraca pembayaran, inflasi, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar, Produk Domestik Bruto (PDB), harga minyak dunia, dan Penanaman Modal Asing (PMA). Dari faktor-faktor diatas, peneliti akan memfokuskan penggunaan variabel neraca pembayaran, inflasi, dan tingkat suku bunga sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar Rupiah/US Dollar. Hal ini dikarenakan peneliti akan memfokuskan pada pengaruh aliran masuk dan keluar dana di Indonesia, karena dalam proses keluar masuknya aliran dana dari suatu negara kenegara lain pastinya akan membutuhkan peran nilai tukar mata uang sebagai pembanding nilai mata uang antar negara agar dana tersebut dapat disalurkan kenegara tujuan. Aliran keluar masuknya dana ini telah tercermin secara lengkap serta menyeluruh pada data neraca pembayaran Indonesia bila dibandingkan dengan data jumlah uang beredar, PDB, dan PMA. Selanjutnya peneliti juga akan menggunakan faktor inflasi dan tingkat suku bunga untuk melihat pengaruh faktor yang mendorong para pelaku pasar untuk melakukan transaksi ekonomi antar negara. Karena dalam transaksi ekonomi antar negara diperlukan peran nilai tukar mata uang sebagai penghubung aliran dana dari satu negara kenegara lain. Penulis menggunakan faktor inflasi dan tingkat suku bunga karena faktor tersebut merupakan faktor pendorong kegiatan perekonomian yang 5 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 mempengaruhi minat transaksi ekonomi sebagian besar pelaku pasar antar negara secara menyeluruh bila dibandingkan dengan faktor harga minyak dunia yang hanya berfokus pada transaksi jual beli minyak antar negara. Eiteman dkk (2010: 64), mengatakan bahwa BOP (neraca pembayaran) adalah sebuah indikator penting mengenai tekanan terhadap nilai tukar mata uang sebuah negara dan juga potensi untuk sebuah perusahaan untuk berdagang dengan atau berinvestasi di negara tersebut untuk mengalami keuntungan atau kerugian nilai tukar. Perubahan dalam BOP dapat memprediksi penerapan atau pencabutan kendali nilai tukar. Selain neraca pembayaran, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai kurs adalah tingkat inflasi dan suku bunga. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh oleh Sukirno berikut. Sukirno (2013:402) mengatakan bahwa inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut: (i) inflasi menyebabkan harga-harga didalam negeri lebih mahal dari harga-harga diluar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan atas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran atas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot). 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 Sukirno (2013:402) mengatakan bahwa suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir keluar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan mnyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir kesesuatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang sesuatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain Penelitian ini didasari oleh penelitian terdahulu, Muchlas (2015) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar Amerika pasca krisis (2000-2010). Hasil penelitian Muchlas (2015) menyatakan bahwa secara bersama-sama inflasi, tingkat suku bunga, JUB, BOP berpengaruh terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Secara parsial inflasi berpangaruh negatif signifikan, tingkat suku bunga berpengaruh positif signifikan, JUB berpengaruh positif signifikan, BOP berpengaruh negatif signifikan terhadap pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika. Hakim (2013) yang meneliti tentang pengaruh produk domestik bruto, jumlah uang beredar, inflasi, current account, financial account, dan harga minyak dunia terhadap kurs Rupiah per Dolar Amerika Serikat tahun 2002 – 2012. Hasil penelitian Hakim (2013) menyatakan bahwa Jumlah Uang Beredar (JUB) dan financial account 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 berpengaruh positif signifikan terhadap kurs Rupiah per Dolar AS. Sementara harga minyak dunia berpengaruh negatif signifikan terhadap kurs Rupiah per Dolar AS. Sedangkan PDB, Inflasi, dan current account tidak berpengaruh trhadap kurs Rupiah per Dolar AS. Pratiwi (2012) yang meneliti tentang analisis perilaku kurs Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) pada sistem kurs mengambang bebas di Indonesia periode 1997.3 – 2011.4. Hasil penelitian Pratiwi (2012) menyatakan bahwa variabel JUB M2, perbedaan tingkat suku bunga dan perbedaan CPI memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap kurs, variabel PDB memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kurs. Beragamnya hasil penelitian terdahulu dari pengaruh neraca pembayaran, inflasi dan suku bunga terhadap nilai tukar rupiah menjadikan penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini. Pada penelitian ini penulis akan menggunakan neraca pembayaran, inflasi, tingkat suku bunga, dan kurs Rupiah/US Dollar pertriwulan dari tahun 2007 kuartal IV hingga tahun 2015 kuartal III serta menjadikan BI Rate sebagai suku bunga acuan. Sehingga dari hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam judul “Pengaruh Neraca Pembayaran, Inflasi, dan BI Rate Terhadap Nilai Tukar Rupiah/US Dollar Periode Tahun 2007 – 2015.” 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 B. Rumusan Masalah Penelitian Pokok masalah yang akan diteliti penulis adalah: 1. Apakah neraca pembayaran berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah? 2. Apakah inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah? 3. Apakah BI Rate berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah? 4. Apakah neraca pembayaran, inflasi, dan BI Rate berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pengaruh neraca pembayaran terhadap nilai tukar rupiah. b. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap nilai tukar rupiah. c. Untuk mengetahui pengaruh BI Rate terhadap nilai tukar rupiah d. Untuk mengetahui pengaruh neraca pembayaran, inflasi, dan BI Rate terhadap nilai tukar rupiah. 2. Kontribusi Penelitian a. Bagi calon investor Meningkatkan pengetahuan calon investor pasar uang mengenai ruang lingkup keadaan nilai Rupiah dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasif. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 b. Bagi perusahaan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan pengambilan keputusan khususnya bagi perusahaan yang dalam kegiatannya menggunakan mata uang US Dollar. c. Bagi pemerintah Dapat dijadikan sebagai acuan dan bahan pertimbangan pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan untuk menjaga kestabilan Rupiah. d. Bagi peneliti selanjutnya Agar dapat dijadikan bahan acuan yang menarik dan sebagai pertimbangan dalam melakukan penulisan skripsi atau penelitian ilmiah lainnya. 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/