ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR TEH
DI PROVINSI JAWA TENGAH
Skripsi
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret
Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh :
Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas
H 1307030
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit
to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR TEH
DI PROVINSI JAWA TENGAH
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas
H 1307030
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal :
November 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji :
Ketua,
Anggota I,
Anggota II,
Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP
Setyowati, SP., MP.
Erlyna Wida Riptanti, SP., MP.
NIP. 19480808 197612 2 001
NIP. 19710322 199601 2 001
NIP. 19780708 200312 2 002
Surakarta,
November 2011
Mengetahui:
Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian
Dekan,
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S.
commit to user
NIP 195602251986011001
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 003KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh Di Provinsi Jawa
Tengah”.
Usaha dan upaya untuk melakukan yang terbaik atas setiap kerja
menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan
skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Teh Di Provinsi Jawa Tengah”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik
moril maupun materiil kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan
terima kasih ini penulis tujukan terutama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, M.S. selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti, M.S. selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial
Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, M.P. selaku Ketua Komisi Sarjana
Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. selaku Pembimbing Utama, yang
selalu memberikan bimbingan, arahan, dukungan, nasehat, semangat, kritik
dan masukan selama proses belajar dan penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Setyowati, SP., MP. selaku Pembimbing Akademik dan selaku
Pembimbing Pendamping yang selalu memberikan bimbingan, arahan,
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dukungan, nasehat, semangat, kritik dan masukan selama proses belajar dan
penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Erlyna Wida Riptanti, SP., MP. selaku Penguji Tamu, yang telah
memberikan masukan, arahan dan bimbingan yang berharga bagi penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Kepala Kantor Kesbangpollinmas Provinsi Jawa Tengah, Kepala Kantor Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, dan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi
Jawa Tengah, yang telah memberi izin Penulis melakukan penelitian dan
memberikan bantuannya dalam penelitian.
9. Kedua orang tuaku Bapak Risamto dan Ibuku Tercinta Sri Hastuti terima
kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa yang tiada pernah
putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakakku tercinta Mbak Sonia, Mas Aris, Mas Wahyu, dan Mbak Nanik.
Adikku tersayang Singgih, Eyang Kakung, Almarhum Eyang Putri, Om dan
Tante serta sepupuku. Keponakan-keponakanku Princes dan Arinta yang luculucu. Terimakasih atas doa dan dukungan yang telah kalian berikan.
11. Teman-temanku Agrobisnis Ekstensi angkatan 2007 Yunita, Monika, Willly,
Rosita, Hesti, Erna, Catur, Helda, Novi, Willy, Suprek, Gondrong, Manda,
Hanny, Anindita, Nunu, Ikhsan, Adia, Baku, Aryo, Raden, Bima dan
semuanya teman-teman Agrobisnis dan Agronomi Ekstensi angkatan 2007
yang tak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas kebersamaan kita
selama ini.
12. Kakak tingkat ekstensi Agrobisnis angkatan 2006 yang selama ini telah
memberi dukungan, Agrobisnis Reguler angkatan 2007 terimakasih atas
kebersamaan kita selama ini.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulis dalam penelitian
maupun penyusunan skripsi yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis menyadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit
memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Provinsi Jawa Tengah maupun bagi
almamater. Namun, begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan
segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini
masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak
almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa
dijadikan tambahan pengetahuan.
Surakarta,
November 2011
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
RINGKASAN .................................................................................................... xii
SUMMARY ...................................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 8
II. LANDASAN TEORI ..................................................................................
A. Penelitian Terdahulu ...............................................................................
B. Tinjauan Pustaka ....................................................................................
1. Tanaman Teh (Camellia Sinensis) ....................................................
2. Standar Mutu Teh..............................................................................
3. Teori Perdagangan Internasional ......................................................
4. Ekspor ...............................................................................................
5. Devisa................................................................................................
6. Harga .................................................................................................
7. Kurs Mata Uang Asing .....................................................................
8. Elastisitas ..........................................................................................
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .....................................................
D. Hipotesis .................................................................................................
E. Asumsi-asumsi .......................................................................................
F. Pembatasan Masalah ..............................................................................
G. Definisi Operasional ...............................................................................
9
9
11
11
16
18
20
23
24
25
26
27
30
31
31
31
III. METODE PENELITIAN ...........................................................................
A. Metode Dasar Penelitian .........................................................................
B. Metode Pengambilan Daerah Sampel .....................................................
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................
1. Pencatatan .........................................................................................
2. Wawancara ........................................................................................
E. Metode Analisis Data ..............................................................................
34
34
34
34
35
35
35
35
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ........................................... 42
A. Keadaan Alam .........................................................................................
42
commit to user
1. Lokasi Daerah Penelitian ................................................................. 42
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Topografi Daerah .............................................................................
3. Jenis Tanah .......................................................................................
4. Iklim ..................................................................................................
5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan ................................................
B. Keadaan Penduduk ..................................................................................
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin .....................................
2. Keadaan Penduduk Menurut Umur ..................................................
3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ...............................
4. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................
C. Keadaan Perekonomian...........................................................................
1. Struktur Perekonomian .....................................................................
2. Pendapatan Per Kapita ......................................................................
3. Sarana dan Prasarana Ekonomi .........................................................
4. Ekspor dan Impor ..............................................................................
D. Kondisi Umum Sub Sektor Perkebunan Provinsi Jawa Tengah .............
1. Pembangunan Sub Sektor Perkebunan .............................................
2. Kelembagaan ....................................................................................
3. Luas dan Jenis Komoditas ................................................................
4. PDRB Sub Sektor Perkebunan .........................................................
42
43
44
44
46
46
46
47
49
50
50
51
52
55
55
55
57
58
60
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .........................................
A. Hasil Penelitian .......................................................................................
1. Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ..................................
2. Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah .............................................
3. Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah .................................
4. Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah .....................................
5. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD) Terhadap Rupiah .........
6. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya ......
B. Hasil Analisis Penelitian .........................................................................
1. Pengujian Model ...............................................................................
a. Uji Adjusted R2 ............................................................................
b. Uji F ............................................................................................
c. Uji t..............................................................................................
d. Variabel Bebas Yang Paling Berpengaruh ..................................
2. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................
a. Multikolinearitas .........................................................................
b. Autokorelasi ................................................................................
c. Heteroskedastisitas ......................................................................
3. Elastisitas Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah.................
C. Pembahasan .............................................................................................
61
61
61
64
66
69
72
74
76
78
78
79
80
81
82
82
82
83
83
85
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 90
A. Kesimpulan ............................................................................................. 90
B. Saran ..................................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
No
Judul
Halaman
Tabel 1. Jumlah Ekspor dan Nilai Ekspor Teh di Indonesia tahun 20052009 ................................................................................................
4
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, Produktifitas, dan Volume Ekspor Teh
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2009 ...................................
5
Tabel 3. Tata Guna Lahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ...............
45
Tabel 4. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis
Kelamin Tahun 2009 ......................................................................
46
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009 ........................................................................
47
Tabel 6. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Mata
Pencaharian di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 .........................
48
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2009 ..............................................................
49
Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Berlaku Tahun 2009..................................................
50
Tabel 9. Pendapatan Regional Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 ............................................
51
Tabel 10. Sarana Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 .......
53
Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009 .......................................................................
54
Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Provinsi Jawa Tengah Tahun
2009 ................................................................................................
54
Tabel 13. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
62
Tabel 14. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun
1994-2009 ......................................................................................
64
Tabel 15. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
67
Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
70
Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD)
Terhadap Rupiah Tahun 1994-2009 ..............................................
72
Tabel 18. Perkembangan Volumecommit
EksportoTeh
userProvinsi Jawa Tengah Tahun
Sebelumnya Tahun 1993-2008 ......................................................
74
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 19. Variabel-variabel Yang Diduga Dalam Penelitian Tahun
1994-2009 ......................................................................................
77
Tabel 20. Model Summary Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ...............................
78
Tabel 21. Analisis Varian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah .............................................
79
Tabel 22. Pengaruh Masing-Masing Variabel Bebas terhadap Volume
ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah .............................................
80
Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah .....
81
Tabel 24. Nilai koefisien Elastisitas Variabel-Variabel Bebas Yang
Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa
Tengah ............................................................................................
84
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
No
Judul
Halaman
Gambar 1. Skema Teori Pendekatan Masalah .................................................
30
Gambar 2. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
63
Gambar 3. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun
1994-2009 ......................................................................................
66
Gambar 4. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
68
Gambar 5. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009 ...........................................................................
71
Gambar 6. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap
Rupiah Tahun 1994-2009...............................................................
73
Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Pada Tahun Sebelumnya Tahun 1993-2008 ..................................
76
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Judul
Halaman
Volume Ekspor Teh, Produksi Teh, Harga Domestik Teh, Harga
Ekspor Teh, Volume Ekspor Teh tahun Sebelumnya di Provinsi
Jawa Tengah Tahun 1994-2009 .....................................................
95
Hasil Analisis Regresi, Multikolinearitas, Autokorelasi,
Heteroskedastisitas, Uji adjusted R2, Uji t, Uji F...........................
97
3.
Standar Koefisien Regresi ..............................................................
104
4
Peta Provinsi Jawa Tengah ............................................................
105
5
Surat Ijin Penelitian ........................................................................
106
2.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RINGKASAN
Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas, H 1307030. 2011. Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Teh Di Provinsi Jawa
Tengah. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, dibawah
bimbingan Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP., dan Setyowati, SP., MP.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dan mengetahui
elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat perubahan faktor-faktor
yang mempengaruhi itu.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analitis. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Di
Provinsi Jawa Tengah dengan pertimbangan bahwa Provinsi Jawa Tengah
merupakan salah satu provinsi yang mengusahakan teh sebagai komoditas
perkebunan utama dan melakukan ekspor teh. Data yang terkumpul dianalisis
menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dalam bentuk regresi non
linier berganda. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah produksi
teh, harga domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap Rupiah,
dan volume ekspor the pada tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh persamaan: Y= 4,14 . 10-2 X10,163 X20,642 X31,097 X4-0,526 X51,007
Model tersebut memiliki nilai adjusted R2 sebesar 89,2%, yang berarti
bahwa besarnya sumbangan variabel produksi teh, harga domestik teh, harga
ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah, dan volume ekspor teh pada
tahun sebelumnya terhadap variasi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 89,2% sedangkan sisanya 10,8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
model yang diteliti. Hasil uji F diketahui bahwa variabel produksi teh, harga
domestik teh, harga ekspor teh, nilai tukar Dollar AS terhadap rupiah, dan volume
ekspor teh pada tahun sebelumnya secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan
95%.
Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel harga domestik teh
berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada
tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 0,642. Hal ini dapat diartikan bahwa
volume ekspor teh bersifat inelastis terhadap harga domestik teh. Variabel nilai
tukar Dollar AS terhadap rupiah berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas -0,526.
Hal ini dapat diartikan bahwa volume ekspor teh bersifat inelastis terhadap nilai
tukar Dollar AS terhadap rupiah. Variabel volume ekspor teh tahun sebelumnya
berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada
tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 1,007. Variabel harga ekspor teh
berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada
tingkat kepercayaan 95%, dengan elastisitas 1,097 dan memiliki standart
koefisien regresi terbesar sehingga harga ekspor teh merupakan variabel yang
mempunyai pengaruh terbesar terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa
commit to user
Tengah.
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
SUMMARY
Ricki Sanjaya Ardiyan Pamungkas, H 1307030. 2011. The Analysis Of
The Factors Which Influence Tea Export Volume In Central Java Province.
Agriculture Faculty Sebelas Maret University, with the guidance of Prof. Dr. Ir.
Suprapti Supardi, MP., and Setyowati, SP., MP.
This research has an aim to identify the factors which influence tea export
volume in Central Java Province and to identify the elasticity of tea export in
Central Java Province caused by the changes of those influence factors.
Basic method used in this research is analytical descriptive method.
Location of the research is taken purposively in Central Java because Central Java
Province is considered as one of the province which try to make tea as the major
farming commodity and has successfully export tea. The collected data is analysis
using OLS method (Ordinary Least Square) in the form of multiple non linier
regression. Variables in this research are tea production, tea domestic price, tea
export price, the value of us dollar toward rupiah, and tea export volume in the
previous year. Based on the result of analysis, it shows that Y= 4,14 . 10-2 X10,163
X20,642 X31,097 X4-0,526 X51,007.
This model has adjusted value R2 is 89,2% which means the amount of
contribution of the variables tea production, tea domestic price, tea export price,
the value of us dollar toward rupiah and the previous tea export volume toward
the variation of tea export volume in Central Java Province is 89,2% mean while
the rest of 10,8% is influence by other variables outside the model being
analysed. The result of F test shows that variables of tea production, tea domestic
price, tea export price, the price of us dollar toward rupiah, and tea export volume
in the previous year all together give real influences toward tea export volume in
Central Java at the level of 95% reliability.
Based on t test analysis known that variable of tea domestic price gives real
influence to tea export volume in Central Java Province at the level of 95%
realibility and 0,642 elasticity. It means that tea export volume is inelastic toward
tea domestic price. Variable value of US dollar toward rupiah gives real influence
to tea export volume in Central Java Province at the level of 95% reliablity and 0,526 elasticity. It means that tea export volume is inelastic toward value of US
dollar to rupiah. Variabel the previous tea export volume gives real influence to
tea export volume in Central Java at the level of 95% with 1,007 elasticity.
Variable tea export price give real influence toward tea export volume in Central
Java at the level of 95% with 1,097 elasticity and has the biggest standard of
coefficien regression so tea export price is the variable which has biggest
influence toward tea export volume in Central Java Province.
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR TEH
DI PROVINSI JAWA TENGAH
SKRIPSI
Oleh:
RICKI SANJAYA ARDIYAN PAMUNGKAS
H 1307030
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit
to user
2011
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu
negara. Kegiatan perdagangannya sangat berarti dalam upaya pemeliharaan
dan kestabilan harga bahan pokok, penyediaan kesempatan kerja bagi
masyarakat, penggerak kegiatan ekonomi, peningkatan penerimaan negara dan
pendapatan negara. Kebijakan perdagangan Indonesia diarahkan pada
penciptaan dan pemantapan kerangka landasan perdagangan. Kebijakan
tersebut meliputi usaha meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negeri dan
perdagangan luar negeri dengan tujuan lebih memperlancar arus barang dan
jasa, mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang
sehat, menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi, dan mengembangkan
ekspor (Halwani, 2002: 372).
Perdagangan luar negeri terutama ekspor, sangat penting peranannya
dalam perekonomian Indonesia. Devisa yang diperoleh dari ekspor merupakan
sumber pembiayaan pembangunan. Peningkatan penerimaan devisa dari
ekspor akan ikut meringankan beban neraca perdagangan yang terdiri dari
transaksi ekspor dan impor barang (Halwani, 2002: 373).
Perkembangan ekspor non-migas memiliki makna strategis bagi
perekonomian nasional. Makna strategis pengembangan ekspor non-migas
bertolak dari kenyataan kondisi makro perekonomian Indonesia yang masih
selalu dibayang-bayangi oleh rentannya kinerja di sektor eksternal, khususnya
defisit transaksi neraca perdagangan. Upaya meningkatkan ekspor non-migas
pun sangat strategis dilihat dari penyerapan tenaga kerja, tak dapat disangkal
bahwa puluhan juta pekerja menggantungkan pendapatannya pada sektor
ekspor. Ekspor non-migas menghasilkan devisa yang dibutuhkan untuk
pembiayaan kegiatan pembangunan. Keberhasilan meningkatkan ekspor
non-migas juga mencerminkan peningkatan daya saing nasional sekaligus
merupakan
salah
satu
indikasi timbulnya dinamika positif dalam
commit
to user
kewirausahaan di tanah air. Demi
kepentingan
pembangunan nasional maka
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
peranan ekspor perlu ditingkatkan terutama melalui ekspor non-migas
(Basri, 1995: 50).
Perkebunan merupakan salah satu sub sektor potensial yang
menghasilkan komoditi ekspor non-migas. Perkebunan sebagai bagian dari
sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dan strategis dalam
pembangunan nasional. Peranannya terlihat nyata dalam penerimaan devisa
negara melalui ekspor, penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
konsumsi dalam negeri, bahan baku berbagai industri dalam negeri, perolehan
nilai tambah dan daya saing serta optimalisasi pengelolaan sumberdaya alam
secara berkelanjutan. Berdasarkan hal inilah, sehingga tidak berlebihan bila
dikatakan bahwa hasil perkebunan merupakan mata dagang ekspor andalan di
sektor non-migas (Departemen Pertanian, 2009: 1).
Salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa cukup besar adalah
teh. Komoditas teh memiliki arti penting dalam perekonomian Indonesia. Teh
merupakan
sumber
kehidupan
bagi
banyak
orang
dan
pemerintah
(Tim Penulis PS, 1993: 1). Sejak awal pengusahaan, tanaman teh Indonesia
lebih berorientasi ekspor. Rencananya, 80% dari seluruh produksi ditujukan
untuk ekspor sedangkan yang 20% dipasarkan di dalam negeri.
Ekspor teh Indonesia di dunia menempati urutan kelima dengan pangsa
pasar sebesar 7,5 persen setelah Srilangka yang menempati urutan pertama
sebesar 22,2 %. Kemudian disusul Kenya (20,6%), Cina (16,0%) dan India
(15,4%). Kenya
dengan persentase sebesar 20,6 %. (Anonim, 2002).
Munculnya kesadaran baru terhadap pentingnya gaya hidup yang sehat
terutama di negara maju, harus disikapi sebagai peluang untuk memperluas
pemasaran teh. Berdasarkan hasil penelitian, teh mengandung bahan-bahan
alami yang dapat menstimulasi kesehatan, yaitu kafein untuk merangsang
kerja sistem syaraf; polyphenol yang dapat meningkatkan daya tahan terhadap
virus serta bakteri; vitamin B-kompleks untuk kesehatan mulut, lidah, dan
bibir; serta flouride yang baik untuk gigi. Sejalan dengan kesadaran tersebut,
konsumsi terutama teh terus meningkat. Menghadapi tantangan ke depan yang
commit
user
semakin kompetitif maka perlu
upayatopengkajian
untuk mempertahankan teh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
sebagai komoditas perdagangan. Hal ini juga merupakan peluang bagi
Indonesia untuk meningkatkan penawaran ekspor teh ke pasar dunia
(Ghani, 2002: 5).
Upaya untuk meningkatkan ekspor teh Indonesia mengalami kendala
baik dari faktor internal maupun eksternal. Dilihat dari faktor internal,
produksi teh Indonesia merupakan kendala utama baik dari segi kuantitas
maupun kualitas atau mutu. Kualitas teh Indonesia di pasar dunia cenderung
merosot karena negara-negara pesaing menawarkan teh dengan kualitas yang
lebih baik dan harga yang
relatif murah sehingga di pasar dunia terjadi
persaingan mutu dan harga yang menyebabkan harga teh Indonesia cenderung
menurun, hal ini dapat berimplikasi kepada berkurangnya minat produsen teh
dalam negeri untuk meningkatkan volume ekspor (Junaidi, 2005: 4).
Dilihat dari faktor eksternal, pengambilalihan pasar ekspor teh
Indonesia oleh negara-negara pesaing menyebabkan turunnya pangsa pasar
ekspor teh Indonesia. Pada tahun 2002, pangsa pasar ekspor teh Indonesia di
negara Maroko sebagian telah diambil alih oleh Cina karena volume ekspor
teh Cina ditingkatkan menjadi 37000 ton/tahun sedangkan Indonesia
mengekspor teh sebesar 4500 ton/tahun (Junaidi, 2005: 4).
Di Indonesia, ada dua jenis teh utama yang diperdagangkan di dalam
negeri maupun untuk ekspor, yaitu teh hitam dan teh hijau. Keduanya
dihasilkan dari bagian tanaman yang sama namun dengan proses pengolahan
yang berbeda. Teh hitam diolah dengan proses fermentasi yang cukup rumit
sehingga jenis teh ini dihasilkan oleh perkebunan besar negara dan swasta,
sedangkan teh hijau diolah tanpa proses fermentasi dan dihasilkan oleh
perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat. Teh hitam merupakan jenis
teh yang diproduksi Indonesia yang paling besar volume ekspornya dengan
rata-rata peranannya sebesar 97,67 persen pertahun (Junaidi, 2005: 4).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Tabel 1. Jumlah Ekspor dan Nilai Ekspor Teh di Indonesia, 2005-2009
No.
Negara
1.
2.
3.
Malaysia
Pakistan
Uni
Emirat
Arab
4. Amerika
Serikat
5. Inggris
6. Belanda
7. Jerman
8. Polandia
9. Ukraina
10. Rusia
11. Lainnya
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Malaysia
Pakistan
Uni
Emirat
Arab
Amerika
Serikat
Inggris
Belanda
Jerman
Polandia
Ukraina
Rusia
Lainnya
Jumlah
2005
5.171,7
5.177,7
Jumlah Ekspor Teh (Ton)
2006
2007
2008
5.160,4
6.148,2
7.340,4
5.259,8
8.169,9 11.400,4
2.040,0
1.744,3
1.960,0
4.779,4
4.754,8
2.498,8
2.732,3
4.589,0
6.316,0
7.069,1
5.685,4
7.505,9
8.607,9
2.115,7
2.339,4
4.098,8
5.677,5
5.512,1
7.771,9
1.012,7
1.834,0
3.390,2
910,6
1.100,2
902,7
7.051,6
8.388,4 15.080,8
5.187,1
8.152,7 14.054,4
42.537,4 55.699,8 83.742,9
Nilai Ekspor Teh (1000 US$)
5.184,3
7.425,2 10.272,8
7.904,7 13.436,7 20.210,0
9.843,3
2.830,1
6.961,4
2.676,7
1.816,2
17.895,8
11.842,7
83.037,7
5.721,7
2.470,0
4.738,8
1.844,8
1.045,2
9.569,9
5.432,2
45.710,8
4.456,6
6.544,2
2009
6.907,3
10.440,3
9.989,0
20.604,3
2.087,0
1.452,5
2.214,9
6.711,8
7.988,3
3.416,7
3.651,5
6.495,3
9.596,0
11.735,1
6.072,7
2.344,9
4.534,4
1.428,5
1.095,8
10.133,8
5.757,8
47.872,4
7.620,7
2.397,5
5.095,6
1.064,3
1.049,2
8.321,3
6.528,4
51.050,0
9.529,9 12.652,3 17.879,6
2.914,7
6.187,5
4.940,7
6.313,6
9.767,3
9.458,1
2.332,5
5.972,0
4.976,8
1.383,0
1.306,5
2.900,6
11.099,3 22.099,1 33.176,0
10.198,5 20.278,2 20.774,7
73.343,6 125.053,5 144.423,2
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2010
Berdasarkan Tabel 1, menunjukkan negara-negara yang menjadi
konsumen produk teh Indonesia adalah Malaysia, Pakistan, Uni Emirat Arab,
Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Jerman, Polandia, Ukraina, dan Rusia.
Ekspor teh Indonesia tahun 2005-2009 mengalami fluktuasi namun cenderung
mengalami peningkatan. Volume ekspor teh Indonesia pada tahun 2008
mencapai 83.742,9 ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 125.053,5 ribu.
commit to user
Volume ekspor teh secara nasional cenderung mengalami peningkatan. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
disebabkan harga ekspor teh di Indonesia tinggi. Sehingga mendorong para
eksportir untuk melakukan ekspor teh. Berbeda dengan volume ekspor
nasional yang mengalami peningkatan, volume ekspor teh di Provinsi Jawa
Tengah mengalami penurunan.
Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu wilayah penghasil dan
pengekspor teh di Indonesia. Menurut data yang diperoleh dari Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (2010), teh merupakan komoditi yang
penting dalam ekspor perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Total ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2009 adalah 6.270.406 kg. Jenis teh yang
diekspor Provinsi Jawa Tengah adalah teh hitam. Teh hijau juga diekspor
namun jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah ekspor teh
hitam. Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat ekspor teh Provinsi Jawa Tengah
menunjukkan terjadi penurunan volume ekspor teh tahun 2005-2009.
Tabel 2. Luas Lahan, Produksi, Produktivitas, dan Volume Ekspor Teh di
Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
Luas Lahan
(Ha)
5.389,43
5.211,67
5.209,08
5.156,43
5.095,03
Produksi Produktivitas
(kg)
(kg/Ha)
4.655.330
863,79
4.400.040
844,27
5.009.890
961,76
5.579.950
1.082,13
5.512.060
1.081,85
Volume Ekspor
(kg)
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
721.348
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 2010
Perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi Jawa tengah
disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga berpengaruh
terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah diantaranya luas lahan,
yang mempengaruhi jumlah produksi teh, sehingga berpengaruh pada volume
teh yang di ekspor ke luar negeri. Nilai tukar rupiah terhadap dollar juga
pemicu kegiatan ekspor. Diduga faktor lain yang juga ikut mempengaruhi
volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga. Berdasarkan Tabel
2 diketahui bahwa jumlah teh yang diekspor Provinsi Jawa Tengah lebih kecil
bila dibandingkan dengan jumlah produksi teh di Provinsi Jawa Tengah. Hal
ini dikarenakan kegiatan ekspor
dapat
dilakukan apabila terjadi kelebihan
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
produksi didalam negeri. Selain itu juga karena tidak semua hasil produksi teh
dapat diekspor keluar negeri, ada sebagian produksi teh yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan permintaan teh dalam negeri. Sebagaimana diketahui
bahwa teh mempunyai standar mutu yang ketat diberlakukan dalam
perdagangan antar negara. Apabila mutu teh yang dihasilkan tidak sesuai
standar yang telah ditentukan, maka teh tersebut tidak bisa diekspor keluar
negeri. Luas lahan perkebunan teh semakin berkurang karena tanaman yang
sudah tua diganti dengan tanaman yang baru (ada program replanting).
Produktivitas teh Provinsi Jawa Tengah semakin meningkat. Hal ini
dikarenakan adanya upaya produsen untuk meningkatkan jumlah produksi teh
dengan mengakombinasikan faktor produksi secara tepat.
Volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah yang ditampilkan pada
Tabel 2, menunjukkan adanya fluktuasi dari tahun ke tahun yang cenderung
menurun. Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu dilakukan suatu kajian
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini mengingat pasar teh di luar negeri yang
potensial, sehingga masih memungkinkan bagi Provinsi Jawa Tengah untuk
mempertahankan dan meningkatkan kegiatan ekspornya. Selain itu, komoditi
teh merupakan sumber pendapatan negara melalui pemasukan devisa dari nilai
ekspor yang dihasilkannya.
B. Perumusan Masalah
Prospek ekspor teh Indonesia dipasaran dunia cukup bagus, akan tetapi
Indonesia belum mampu menempati posisi teratas pengekspor teh dunia.
Sejalan dengan produksi teh di Indonesia, tentu saja harus diperhitungkan
besarnya produksi teh dunia. Jumlah produksi teh di Indonesia harus bisa
menyaingi produksi negara penghasil teh lainnya. Selain bersaing dalam
jumlah produksi teh, Indonesia dan negara penghasil teh lainnya juga bersaing
dalam hal peningkatan mutu teh untuk merebut pangsa pasar internasional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7
Volume ekspor teh dalam skala nasional cenderung meningkat. Hal ini
sebenarnya tidak terlepas dari sumbangan ekspor provinsi-provinsi di
Indonesia, salah satu daerah penghasil komoditi teh adalah Provinsi Jawa
Tengah. Besarnya volume ekspor teh yang berhasil disumbangkan Provinsi
Jawa Tengah dalam porsi ekspor teh secara nasional, telah menempatkan
Provinsi Jawa Tengah sebagai wilayah berpotensi tinggi dan memegang peran
penting dalam memenuhi permintaan konsumen luar negeri akan kebutuhan
teh.
Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah yang cenderung mengalami
penurunan, tentunya akan memberikan dampak bagi perkembangan ekspor di
tingkat nasional. Perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi
Jawa tengah disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah diantaranya
luas lahan, yang mempengaruhi jumlah produksi teh, sehingga berpengaruh
pada volume teh yang di ekspor ke luar negeri. Nilai tukar rupiah terhadap
dollar juga pemicu kegiatan ekspor. Diduga faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga.
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah?
2. Bagaimana elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi itu?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah.
2. Mengetahui elastisitas ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akibat
perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi itu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
teh dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah Provinsi Jawa Tengah,
hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan
pertimbangan dalam menyusun kebijakan yang lebih baik di masa datang,
terutama dalam upaya peningkatan ekspor non-migas komoditas
perkebunan khususnya teh di Provinsi Jawa Tengah.
3. Bagi perusahaan eksportir, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan manajerial yang
berhubungan dengan kegiatan ekspor teh.
4. Bagi pihak lain, diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam
kajian yang sama dan tambahan informasi serta pengetahuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
II.
LANDASAN TEORI
A. Peneliti Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi ekspor komoditi perkebunan yang telah lebih dahulu
dilakukan. Pada umumnya penelitian tersebut memaparkan tentang pengaruh
dari berbagai faktor terhadap ekspor komoditi perkebunan khususnya di
Provinsi Jawa Tengah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sugianingsih (2004: 100) yang berjudul
Analisis Perkembangan Ekspor Kakao Jawa Tengah diketahui bahwa produksi
kakao, harga domestik kakao, harga ekspor kakao dan harga ekspor kopi
secara individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor. Produksi kakao,
harga domestik kakao, dan harga ekspor kopi masing-masing berpengaruh
pada taraf nyata sampai dengan 20%, sedangkan harga ekspor kakao
berpengaruh pada taraf nyata sampai dengan 5%. Nilai tukar Dollar Amerika
Serikat, jumlah negara tujuan ekspor dan volume ekspor tahun sebelumnya
tidak berpengaruh nyata secara individu. Berdasarkan nilai koefisien regresi
yang dihasilkan menunjukkan bahwa ekspor kakao di Provinsi Jawa Tengah
bersifat inelastis terhadap produksi kakao di Provinsi Jawa Tengah, harga
domestik kakao di Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor kakao di Provinsi Jawa
Tengah, serta harga kopi di Provinsi Jawa Tengah.
Selain itu hasil penelitian yang dilakukan Kurniati (2005: 63) dengan
judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor dan
Proyeksi
Volume
Ekspor
Tembakau
Vorstenlanden
Jawa
Tengah,
menjelaskan bahwa dari hasil analisis dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukkan bahwa variabel bebas volume ekspor tembakau vorstenlanden
tahun sebelumnya, jumlah produksi tembakau vorstenlanden, jumlah produksi
tembakau
vorstenlanden
tahun
sebelumnya,
harga
ekspor
tembakau
vorstenlanden, luas lahan dan nilai kurs Dollar Amerika Serikat (AS) terhadap
rupiah secara bersama-sama berpengaruh terhadap volume ekspor tembakau
commit
to userKetepatan model regresi dalam
vorstenlanden di Provinsi Jawa
Tengah.
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
menjelaskan perubahan yang terjadi pada volume ekspor tembakau
vorstenlanden di Provinsi Jawa Tengah sebesar 75,2%. Sedangkan sisanya
sebesar 24,8% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Hasil penelitian Laily (2009: 85) dengan judul Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Tembakau Asepan di Provinsi Jawa Tengah,
menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor
tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi tembakau asepan
tahun sebelumnya, harga domestik tembakau asepan tahun sebelumnya, harga
ekspor tembakau asepan tahun sebelumnya, kurs Dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah tahun sebelumnya, dan volume ekspor tembakau asepan tahun
sebelumnya. Faktor-faktor yang berpengaruh secara parsial terhadap volume
ekspor tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah meliputi harga domestik
tembakau tahun sebelumnya, harga ekspor tembakau asepan tahun
sebelumnya, kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun sebelumnya.
Sedangkan faktor volume ekspor tembakau asepan tahun sebelumnya tidak
berpengaruh secara parsial terhadap volume ekspor tembakau asepan di
Provinsi Jawa Tengah. Faktor yang memberikan pengaruh paling dominan
terhadap perubahan volume ekspor tembakau asepan di Provinsi Jawa Tengah
adalah kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun sebelumnya dengan
nilai koefisien regresi parsial terbesar yaitu sebesar 8,1321 dengan hubungan
yang positif.
Volume ekspor tembakau asepan bersifat inelastis terhadap produksi
tembakau tahun sebelumnya dan harga ekspor tembakau asepan tahun
sebelumnya dengan koefisien elastisitas masing-masing sebesar 0,830 dan
-0,917; bersifat elastis terhadap variabel harga domestik tembakau tahun
sebelumnya dan kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah tahun
sebelumnya dengan koefisien elastisitas masing-masing sebesar 1,478 dan
1,900.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Berdasarkan penelitian diatas, dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi volume ekspor komoditi pertanian pada sub sektor perkebunan
di Provinsi Jawa Tengah yaitu produksi, harga domestik, ekspor tahun
sebelumnya, harga ekspor, dan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap
rupiah. Volume ekspor komoditi pertanian pada sub sektor perkebunan di
Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis.
B. Tinjauan Pustaka
1.
Tanaman Teh (Camellia Sinensis)
Tanaman teh berbentuk pohon. Tingginya bisa mencapai belasan
meter. Namun, tanaman teh diperkebunan selalu dipangkas untuk
memudahkan pemetikan, sehingga tingginya 90-120 meter. Menurut
silsilah kekerabatan dalam dunia tumbuh-tumbuhan, tanaman teh
termasuk ke dalam:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub division : Angiospermae
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Guttiferales
Famili
: Theaceae
Genus
: Camellia
Species
: Camellia sinensis
(Tim Penulis PS, 1993: 17).
Tanaman teh (Camellia Sinensis) diduga berasal dari Asia
Tenggara. Pada tahun 2737 SM teh sudah dikenal di China. Bahkan sejak
abad ke-4 M, teh telah dimanfaatkan sebagai salah satu komponen
ramuan obat. Teh diperkenalkan pertama kali oleh pedagang Belanda
sebagai komoditas perdagangan di Eropa pada tahun 1610 M dan menjadi
minuman populer di Inggris sejak 1664 M (Ghani, 2002: 1).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
Tanaman teh dapat tumbuh mulai dari pantai sampai pegunungan.
Di Pegunungan Assam, teh ditanam pada ketinggian lebih dari
2000 m dpl. Namun, perkebunan teh umumnya dikembangkan di daerah
pegunungan yang beriklim sejuk. Meskipun dapat tumbuh subur di
dataran rendah, tanaman teh tidak akan memberikan hasil dengan mutu
baik. Semakin tinggi daerah penanaman teh semakin tinggi mutunya
(Ghani, 2002: 1).
Jenis teh yang pertama kali masuk di Indonesia adalah jenis
Sinensis. Lalu setengah abad kemudian dimasukkan pula jenis teh
Assamica. Dua macam jenis teh ini di Indonesia sering terjadi hibridasi,
dikarenakan sifat dari Assamica ini lebih menguntungkan, maka lambat
laun Sinensis terdesak dengan jenis Assamica. Dengan demikian, hampir
setiap perkebunan-perkebunan teh di Indonesia ini menanam jenis
Assamica. Akan tetapi Assamica yang ditanam berasal dari bermacammacam variasi. Perbedaan antara Assamica dan Sinensis adalah:
a. Jenis Assamica ini dapat berbatang setinggi 12 meter, tumbuhnya
cepat mulainya bercabang agak tinggi, ukuran daunnya lebih besar
kalau dibandingkan dengan jenis Sinensis dan ujung-ujungnya
runcing panjang. Assamica ini dapat menghasilkan daun banyak
sekali tapi kualitas produksinya rendah.
b. Kalau jenis Sinensis, pohonnya rendah hanya sekitar 3 meter,
bercabang banyak dan mulai bercabang didekat permukaan tanah.
Daunnya berukuran kecil bila dibandingkan dengan jenis Assamica,
panjangnya kurang lebih 9 cm. Ujung daunnya runcing pendek.
Tumbuhnya lambat dengan produksi sedikit akan tetapi mempunyai
kualitas produksi yang baik (Mulyana, 1983: 8-9).
Teh diperoleh dari pengolahan daun teh (Camellia Sinensis L.) dari
familia Theceae. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daerah
pegunungan Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan
dengan Republik Rakyat Cina, India, dan Birma. Tanaman ini dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis dengan menuntut cukup sinar
matahari dan hujan sepanjang tahun (Siswoputranto, 1978: 3).
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara terusmenerus setelah berumur 5 tahun. Dengan pemeliharaan yang baik
tanaman teh dapat memberi hasil daun yang cukup besar selama 40 tahun.
Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan
secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh
pemangkasan secara baik, mendapat curah hujan yang cukup. Kebunkebun teh perlu diremajakan setelah tanaman-tanaman tehnya berumur 40
tahun ke atas (Siswoputranto, 1978: 3).
Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman teh yang dipetik
sekali dengan selang 7 sampai 14 hari, tergantung dari keadaan tanaman
di masing-masing daerah. Di Indonesia, Sri Lanka, di beberapa daerah di
Indonesia dan di negara-negara lainnya pemetikan teh dapat dilakukan
sepanjang tahun. Akan tetapi di India Utara, Kongo, Jepang, Cina, dan
lain-lain. Pemetikan teh hanya dapat dipetik pada musim-musim tertentu.
Hal ini mempengaruhi jumlah hasil teh yang diperoleh perkebunanperkebunan (Siswoputranto, 1978: 4).
Cara pemetikan daun teh selain mempengaruhi jumlah hasil teh,
juga sangat menentukan mutu teh yang dihasilkannya. Cara pemetikan
daun teh ada dua macam yaitu cara pemetikan halus (fine plucking) dan
cara pemetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini
banyak dilakukan oleh tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh
tenaga-tenaga wanita. Umumnya pemetikan daun teh dilakukan secara
teliti. Untuk menghasilkan teh dengan mutu yang baik, perlu dilakukan
pemetikan halus, yaitu hanya memetik daun pucuk dan dua daun
dibawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan
memetik bagian halus dari daun ketiga dibawah daun pucuk. Pemetikan
kasar sering juga dilakukan beberapa perkebunan rakyat, yaitu pemetikan
daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak daun dibawahnya, termasuk
commit
batangnya (Siswoputranto,
1978: to
4).user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
Berdasarkan sistem pengolahan, teh dapat dikelompokkan menjadi
dua jenis sebagai berikut:
a. Teh hitam
Teh hitam diolah melalui fermentasi. Teh ini dibagi menjadi
dua, yaitu sebagai berikut:
1) Teh orthodox adalah teh yang diolah melalui proses pelayuan
sekitar 16 jam, penggulungan, fermentasi, pengeringan, sortasi,
hingga terbentuk teh jadi.
2) Teh CTC (Cutting, Tearing, dan Curling) adalah teh yang diolah
melalui perajangan, penyobekan, dan penggulungan daun basah
menjadi
bubuk
kemudian
dilanjutkan
dengan
fermentasi,
pengeringan, sortasi, hingga terbentuk teh jadi.
b. Teh hijau
Teh
ini
diolah
tanpa
melalui
fermentasi.
Teh
hijau
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Teh hijau (murni) adalah teh yang diolah melalui pelayuan sekitar
3 menit, selanjutnya dilakukan penggulungan, pengeringan, sortasi,
dan berbentuk teh jadi.
2) Teh oolong adalah teh yang diolah melalui semi pelayuan selama
6-9 jam, selanjutnya diproses seperti teh hijau.
3) Teh gunga adalah teh oolong yang diberi aroma tertentu, seperti
bunga melati.
(Ghani, 2002: 2)
Produk teh yang dijual di pasar internasional umumnya bukan
berasal dari satu kebun atau pabrik, melainkan ramuan (blend) dari
beberapa pabrik bahkan negara. Hal itu terjadi karena setiap perkebunan
memiliki ciri mutu yang khas, sedangkan ciri mutu yang dijual ke
konsumen Eropa, misalnya mensyaratkan kombinasi mutu yang harus
dipenuhi oleh ramuan beberapa sifat khas. Atas dasar itu, dalam
perdagangan teh dikenal pedagang perantara atau blender (peramu) dan
commit
to user langsung ke konsumen). Kondisi
packer (pembungkus: yang
memasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
pemasaran demikian, menempatkan produsen pada posisi tawar yang
kurang menguntungkan. Kelebihan pasokan serta kuatnya dominasi
blender dan packer mengakibatkan penentuan harga dikendalikan oleh
pembeli (Ghani, 2002: 3-4).
Jalur tata niaga komoditi teh untuk sampai ke tangan konsumen ada
dua macam, yaitu sebagai berikut:
a. Jalur tata niaga dalam negeri
Jenis teh hijau dan teh hitam yang beredar didalam negeri
mempunyai mata rantai tata niaga tersendiri. Sebenarnya jalur tata
niaga teh hijau lebih pendek daripada jalur tata niaga teh hitam. Hal
ini dikarenakan teh hijau yang banyak beredar diolah menjadi teh
wangi, maka jalur tata niaga teh hijau menjadi bertambah.
Petani teh menjual pucuk-pucuk teh segarnya ke para pedagang
pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya lagi ke pabrik teh
wangi. Teh wangi produksi pabrik kemudian dipasarkan dengan
menggunakan jasa para pedagang besar yang membeli teh dalam
jumlah banyak. Pedagang besar meneruskan teh wangi ke para
pedagang pengecer. Teh wangi selanjutnya dijual di warung-warung,
toko, atau pasar sehingga sampai ke tangan konsumen.
b. Jalur tata niaga luar negeri
Teh produksi Indonesia yang akan diekspor ke luar negeri
pemasarannya dikoordinir oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB).
Kantor
Pemasaran
Bersama
(KPB)
setiap
seminggu
sekali
menyelenggarakan penjualan teh lewat sistem lelang di Jakarta.
Lelang biasanya diadakan di Hotel Indonesia setiap hari rabu. Pihak
penjual yang berniat menjual hasil produksi tehnya ke luar negeri
adalah beberapa PNP/PTP dan perusahaan-perusahaan swasta. Pihak
pembeli adalah wakil dari importir (biasa disebut buying agent).
Peranan swasta dalam penjualan teh lewat Kantor Pemasaran
Bersama (KPB) masih relatif kecil. Ekspor teh tidak hanya disalurkan
commit
to user
lewat Kantor Pemasaran
Bersama
(KPB), tetapi ada juga ekspor teh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
yang dijual secara langsung lewat beberapa kota besar seperti
Semarang, Medan, dan Belawan.
Hal yang menjadi penghambat dalam tata niaga ekspor teh
Indonesia ke luar negeri adalah mahalnya biaya freight ke Timur
Tengah. Hal ini dikarenakan biaya transhipment (pemindahan kapal)
di Singapura. Mutu teh Indonesia yang dikirim ke luar negeri juga
harus yang baik serta memenuhi kualitas yang ditentukan, agar dapat
menguasai pasar dunia (Tim Penulis PS, 1993: 169-174).
Menurut (Ghani, 2002: 4), pemasaran teh terutama dengan
sistem pelelangan (auction). Pembeli memilih dan menawar teh
berdasarkan contoh dari produsen. Penawar tertinggi berhak membeli
teh tersebut. Di dunia, ada beberapa tempat pelelangan teh yaitu di
London (mulai tahun 1831 tetapi sekarang sudah ditutup), Calcutta,
India (1861), Colombo, Sri Lanka (1883), Cochin, India (1947),
Chittagong, Bangladesh (1949), Nairobi, Kenya (1956), Coonoor,
India (1963), Amritsar, India (1964), Mombasa, Zimbabwe (1969),
Guwahati, India (1970), Jakarta (1973), Siliguri, India (1976),
Coimbatore, India (1980), dan Singapura (1981).
2. Standar Mutu Teh
Menurut Tim Penulis PS (1993: 141-142), mengatakan bahwa mutu
teh hitam yang ditujukan untuk ekspor dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:
mutu khusus, mutu I, dan mutu II. Penggolongan tersebut berdasarkan
pada kenampakan teh, warna, aroma dan rasa dari seduhan teh. Masingmasing jenis mutu teh yang diekspor akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Mutu Khusus
Mutu khusus merupakan teh dengan penampakan bentuk besar,
kurang besar atau kecil menurut jenisnya dan mengandung top (pucuk
daun), serta warna daun kehitam–hitaman. Air seduhan berwarna
merah kekuning-kuningan, aromanya harum dan rasanya kuat. Jenisjenis teh bermutu khusus adalah orange pecco superior (OP Sup),
commit to user
flowery orange pecco (FOP), orange pecco (OP), broken souchon
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
(BS), souchon (S), broken orange pecco superior (BOP Sup), broken
orange pecco fannings superior (BOPF Sup), broken orange pecco I
(BOP I), broken orange pecco grof (BOP G), broken orange pecco
middle east (BOP Me), broken orange pecco IA (BOP IA), broken
orange pecco A (BOP A), dan broken orange pecco fannings A
(BOP FA).
b. Mutu I
Mutu I merupakan teh yang mempunyai kenampakan bentuk
besar, kurang besar, kecil menurut jenisnya dengan persentase daun
lebih banyak, warna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan rasa
kuat. Jenis-jenis teh yang termasuk teh mutu I adalah broken orange
pecco (BOP), broken orange pecco fannings (BPOF), broken pecco
(BP), broken tea (BT), pecco fannings/ graining pecco fannings
(PF/GPF), fannings (F), dan dust I.
c. Mutu II
Mutu II merupakan teh yang mempunyai kenampakan bentuk
besar, kurang besar, kecil tergantung dari jenisnya dengan persentase
daun lebih sedikit, warna kemerah-merahan dan kurang rata. Air
seduhan teh berwarna kuning merah, aroma kurang harum, dan rasa
kurang kuat. Jenis-jenis teh mutu II adalah broken orange pecco II
(BOP II), broken orange pecco fannings II (BOPF II), broken pecco II
(BP II), broken tea II (BT II), pecco fannings II/ graining pecco
fannings II (PF II/ GPF II), fannings II (F II), dan dust II.
Standardisasi kualitas teh hijau untuk ekspor belum ada karena
sebagian besar teh yang diekspor adalah teh hitam. Kualitas teh hijau yang
ada adalah kualitas berdasarkan SP-60-1977. Kualitas teh hijau tersebut
digolongkan sebagai berikut:
a. Mutu I (pecco) adalah teh yang mempunyai bentuk daun tergulung
kecil, warna hijau sampai kehitam-hitaman, aroma wangi teh hijau,
dan tidak apek. Banyaknya tangkai daun maksimum 5% dan kadar air
commit to user
maksimum 10%.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
b. Mutu II (jikeng) adalah teh yang mempunyai bentuk daun tidak
tergulung melebar, warna hijau kekuning-kuningan sampai hijau
kehitam-hitaman, aroma kurang wangi, tidak apek, dan tidak ada
benda-benda asing. Banyaknya daun maksimum 7% dan kadar air
maksimum 10%.
c. Mutu III (bubuk) adalah teh yang mempunyai bentuk daun seperti
bubuk, potongan-potongan datar, warna hijau kehitam-hitaman, aroma
kurang wangi, tidak apek, tidak ada benda asing. Banyaknya daun
maksimum 0% dan kadar air maksimum 10%.
d. Mutu IV (tulang) adalah teh yang berupa tulang daun, warna hijau
kehitaman, aroma kurang wangi, tidak apek, dan tidak mengandung
benda-benda asing didalamnya, serta kadar air maksimum 10%
(Tim Penulis PS, 1993: 145-146).
3. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan antar negara atau lebih dikenal dengan perdagangan
internasional sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu, namun dalam
ruang lingkup dan jumlah yang terbatas, dimana pemenuhan kebutuhan
setempat (dalam negeri) yang tidak dapat diproduksi, dipenuhi dengan
cara barter (pertukaran barang dengan barang lainnya yang dibutuhkan
oleh kedua belah pihak, dimana masing-masing negara tidak dapat
memproduksi barang tersebut untuk kebutuhannya sendiri). Hal ini terjadi
karena setiap negara dengan negara mitra dagangnya mempunyai beberapa
perbedaan, diantaranya perbedaan kandungan sumber daya alam, iklim,
penduduk, sumberdaya manusia, spesifikasi tenaga kerja, konfigurasi
geografis, teknologi, tingkat harga, struktur ekonomi, sosial dan politik,
dan sebagainya. Dari perbedaan tersebut di atas, maka atas dasar
kebutuhan yang saling menguntungkan maka terjadilah proses pertukaran
yang dalam skala luas dikenal sebagai perdagangan internasional
(Halwani, 2002: 17).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Pada
proses
awalnya
perdagangan
internasional
merupakan
pertukaran dalam arti perdagangan tenaga kerja dengan barang dan jasa
lainnya, yang selanjutnya diikuti dengan perdagangan barang dan jasa
sekarang (saat terjadinya transaksi) dengan kompensasi barang dan jasa di
kemudian hari. Akhirnya berkembang hingga pertukaran antar negara/
internasional dengan aset-aset yang mengandung risiko seperti saham,
valuta asing dan obligasi yang saling menguntungkan kedua belah pihak
bahkan semua negara yang terkait didalamnya sehingga memungkinkan
setiap negara melakukan diversifikasi atau penganekaragaman kegiatan
perdagangan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka masing-masing
(Halwani, 2002: 17).
Menurut Soelistyo dalam Soekartawi (2001: 124), konsepsi dasar dari
teori perdagangan internasional antar negara adalah tidak banyak berbeda
dengan perdagangan didalam negeri, karena perdagangan internasional
merupakan kelanjutan dari perdagangan antardaerah. Barang yang
diperdagangkan antarnegara tidaklah atas keuntungan alamiah saja akan
tetapi juga atas dasar proporsi dan intensitas faktor – faktor produksi yang
digunakan untuk menghasilkan.
Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh
keuntungan, yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan
mungkin dapat menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih
tinggi. Perdagangan luar negeri sering timbul karena adanya perbedaan
harga barang di berbagai negara (Nopirin, 1999: 2).
Menurut para ekonom perdagangan internasional memberikan
keuntungan-keuntungan positif yang berguna bagi pembangunan ekonomi
negara berkembang, antara lain:
1. Dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya domestik.
2. Dapat menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomis yang lebih
tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
3. Sebagai wahana transmisi gagasan-gagasan baru, teknologi yang lebih
baik serta kecakapan-kecakapan manajerial dan bidang-bidang
keahlian lainnya.
4. Dapat merangsang dan memudahkan mengalirnya arus modal
internasional dari negara maju ke negara berkembang.
5. Dapat merangsang bisnis baru yang menguntungkan bagi para
produsen setempat.
6. Merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah monopoli karena
adanya rangsangan peningkatan efisiensi agar bisa bersaing dengan
produsen dari negara lain
(Salvatore, 1997: 427).
4. Ekspor
Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang telah
dihasilkan oleh suatu negara kepada bangsa lain atau negara asing, dengan
mengharapkan pembayaran dalam valuta asing, serta melakukan
komunikasi dengan memakai bahasa asing (Amir, 2004: 61). Menurut
Nazaruddin (1993: 23), penjualan luar negeri atau ekspor pada hakikatnya
merupakan fungsi-fungsi marketing pada tingkat internasional. Marketing
sendiri merupakan pelaksanaan kegiatan yang diarahkan pada pengaliran
barang atau jasa dari produsen ke konsumen.
Menurut Hutabarat (1996: 2-3), dalam transaksi perdagangan ekspor,
seorang eksportir banyak berhubungan dengan berbagai instansi atau
lembaga yang menunjang terlaksananya transaksi ekspor tersebut,
diantaranya adalah lembaga-lembaga seperti : bank, maskapai pelayaran,
asuransi, bea cukai, dan kedutaan/konsulat.
Kegiatan ekspor impor didasarkan oleh kondisi bahwa tidak ada
suatu negara manapun yang benar-benar mandiri karena satu sama lain
saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap negara memiliki
karakteristik yang berbeda, baik sumber daya alam, iklim serta struktur
ekonomi dan sosial. Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan
commit to user
komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang diperlukan, kualitas dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
kuantitas produk (Widjaja dan Ahmad, 2003: 1). Kebanyakan perusahaan
memulai keterlibatannya dalam bisnis luar negeri dengan mengekspor,
yaitu menjual beberapa produksi regular mereka di luar negeri.
Mengekspor merupakan alat yang paling bagus untuk memperoleh rasa
berbinis internasional tanpa mengikatkan suatu sumber daya manusia atau
keuangan dalam jumlah besar (Ball dan Wendell, 2000: 91-92).
Suatu negara dikatakan memiliki keunggulan mutlak bilamana
didukung oleh faktor alam yang spesifik yang tidak dimiliki oleh negara
lain. Bagi negara lain yang tidak dapat menghasilkan produk tersebut
Karena tidak didukung oleh faktor alam yang memberikan keunggulan
mutlak mau tidak mau harus mengimport barang tersebut.
Teori keunggulan absolut dari Adam Smith memiliki kelemahan
yang akhirnya disempurnakan oleh David Ricardo dengan teori
comparative
advantage
atau
keunggulan
komparatif.
Keunggulan
komparatif (comparative advantage) adalah keunggulan yang dimiliki oleh
suatu negara bila dapat memproduksi suatu komoditi lebih murah dan
lebih baik yang disebabkan kombinasi faktor produksi yang ideal sehingga
produktivitasnya lebih tinggi (Widjaja dan Yani, 2003: 2).
Ekspor adalah menjual produk-produk yang dibuat di negara sendiri
untuk digunakan dan dijual kembali ke negara-negara lain. Impor adalah
membeli produk-produk yang dibuat dinegara-negara lain untuk digunakan
atau dijual kembali di negara sendiri. Aktivitas ekspor dan impor sering
dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah perdagangan
barang atau produk-produk yang berwujud (tangible) seperti pakaian,
komputer, dan bahan baku. Kelompok aktivitas lainnya ialah perdagangan
jasa atau produk-produk tidak berwujud (intangible) seperti kegiatan
perbankan, perjalanan, dan akuntansi (Griffin, 2005: 7).
Ekspor sebagai bagian dari perdagangan internasional bisa
dimungkinkan oleh beberapa kondisi, antara lain:
a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri, sehingga kelebihan tersebut
commit
to user
dapat dijual ke luar negeri
melalui
kebijaksanaan ekspor.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk
tersebut karena adanya kekurangan produk dalam negeri.
c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan ke luar negeri
daripada penjualan di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang
lebih menguntungkan.
d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik.
e. Adanya barter antarproduk tertentu dengan produk lain yang
diperlukan
dan
tidak
dapat
diproduksi
didalam
negeri
(Soekartawi, 2001: 126).
Dalam pengembangan ekspor komoditi pertanian kita masih
terhadang oleh berbagai masalah. Secara garis besar permasalahan ini
dapat
dikategorikan
menjadi
dua.
Pertama,
permasalahan
yang
berhubungan langsung dengan komoditi pertanian itu sendiri, yakni
sifat-sifatnya dan konsekuensi dari kebijaksanaan yang diberlakukan
pemerintah. Kedua, berkaitan dengan ruang lingkup dunia ekspor impor
sebagai perdagangan internasional (Nazaruddin, 1993: 7). Pengembangan
ekspor barang khususnya ekspor bukan minyak dan gas bumi, dapat
dimanfaatkan berbagai sarana fasilitas tersendiri seperti pemesanan,
penetapan harga, dan mutu barang, serta bantuan teknis (Hutabarat, 1996).
Suatu komoditi yang hendak dijual memiliki sifat dan karakteristik
sendiri.
Penampilannya
bisa
berbeda-beda.
Daya
tahannya
juga
berbeda-beda. Tidak semua komoditi ekspor tahan lama. Bahkan, komoditi
ekspor pertanian merupakan yang paling tidak tahan lama dibandingkan
komoditi ekspor lainnya. Bicara soal daya tahan inilah maka komoditi
ekspor pertanian memiliki tingkat risiko yang tinggi, karena risiko rusak
dan merugi. Komoditi pertanian memang menuntut kesegaran untuk jenisjenis tertentu (Nazaruddin, 1993: 12).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Dari sekian banyaknya komoditi pertanian yang sudah diekspor
Indonesia, ada sebagian yang menjadi andalan atau primadona. Adapun
komoditi-komoditi ekspor pertanian utama dari Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Komoditi berupa bahan mentah: kopi, udang, rempah-rempah, teh,
ikan dan produk perikanan, serta biji kakao.
b. Komoditi olahan dan hasil pertanian: karet olahan, kayu lapis, minyak
sawit, makanan olahan, dan makanan ternak
(Nazaruddin, 1993: 17-18).
5. Devisa
Devisa atau valuta asing atau juga lazim disebut dengan alat-alat
pembayaran luar negeri atau dalam bahasa asing disebut Foreign
Exchange Currency, sesungguhnya merupakan tagihan kita terhadap luar
negeri yang dapat dipergunakan untuk melunasi segala hutang kita
terhadap luar negeri (Amir, 2005: 14). Sumber devisa suatu negara pada
umumnya dapat berasal dari beberapa sumber sebagai berikut:
a. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet,
kopi, minyak tanah, timah, tekstil, kayu-lapis, ikan, udang, rotan,
anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil
sektor jasa, seperti uang tambang, angkutan, provisi dan komisi jasa
perbankan, premi asuransi, hasil perhotelan, dan industri pariwisata
lainnya.
b. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional,
serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental
Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development
Bank dan Supplier’s Credit dari perusahaan swasta asing.
c. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNDP,
UNESCO, dan pemerintah asing, seperti pemerintah Saudi Arabia,
Jepang, dan lain-lain.
d. Laba dari penanam modal di luar negeri, seperti laba yang ditranfer
commit to user
dari perusahaan milik pemerintah dan warga Indonesia yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
berdomisili di luar negeri, termasuk transfer dari warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri seperti di Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Timur Tengah.
e. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional, seperti uang tambang,
angkutan, sewa hotel, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu
wisata dan lain-lain (Amir, 2005: 14).
6. Harga
Perdagangan luar negeri timbul karena adanya perbedaan harga
barang di berbagai negara. Harga sangat ditentukan oleh biaya produksi,
yang terdiri dari upah, biaya modal, sewa tanah, biaya bahan mentah, serta
efisiensi dalam proses produksi. Untuk menghasilkan jenis barang tertentu
terdapat perbedaan antara satu negara dengan negara lainnya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan dalam jumlah, jenis, kualitas serta cara-cara
mengkombinasikan faktor-faktor produksi dalam proses produksi. Selain
itu, harga juga ditimbulkan oleh adanya perbedaan pendapatan serta selera
(Nopirin, 1999: 2).
Makin besar selisih antar harga di pasar internasional dengan harga
domestik akan menyebabkan jumlah komoditi yang akan diekspor menjadi
bertambah banyak. Naik turunnya harga tersebut disebabkan oleh:
a. Keadaan perekonomian negara pengekspor, dimana dengan tingginya
inflasi di pasaran domestik akan menyebabkan harga di pasaran
domestik menjadi naik, sehingga secara riil harga komoditi tersebut
jika ditinjau dari pasaran internasional akan terlihat semakin menurun.
b. Harga di pasaran internasional semakin meningkat, di mana harga
internasional merupakan keseimbangan antara penawaran ekspor dan
permintaan impor dunia suatu komoditas di pasaran dunia meningkat
sehingga jika harga komoditas di pasaran domestik tersebut stabil,
maka selisih harga internasional dan harga domestik semakin besar.
Akibat dari kedua hal diatas akan mendorong ekspor komoditi tersebut
(Soekartawi, 2001: 128-129).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
Produsen akan menawarkan lebih banyak jika harganya lebih tinggi
sehingga kurva penawaran berlereng positif. Ada dua alasan yang
menyebabkan produsen menawarkan lebih banyak pada tingkat harga yang
lebih tinggi. Pertama, jika harga naik dan faktor yang lain konstan, maka
harga merupakan imbalan potensial atas produksi suatu barang. Kedua,
harga yang lebih tinggi akan meningkatkan kemampuan produsen
menghasilkan barang (McEachern, 2000: 47).
7. Kurs Mata Uang Asing
Apabila suatu barang ditukar dengan barang lain, tentu didalamnya
terdapat perbandingan nilai tukar antara keduanya. Nilai tukar ini
sebenarnya merupakan semacam harga di dalam pertukaran tersebut.
Demikian pula pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan
terdapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut.
Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate).
Dalam kenyataanya, sering terdapat berbagai tingkat kurs untuk satu
valuta asing. Perbedaan tingkat kurs ini timbul karena beberapa hal:
a. Perbedaan antara kurs beli dan jual oleh pedagang valuta asing/bank.
Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila para pedagang valuta
asing/bank membeli valuta asing, dan kurs jual apabila mereka
menjual. Selisih kurs tersebut merupakan keuntungan bagi para
pedagang.
b. Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan dalam waktu
pembayarannya.
c. Perbedaan
dalam
tingkat
keamanan
dalam
penerimaan
hak
pembayaran. Sering terjadi bahwa penerimaan hak pembayaran yang
berasal dari bank asing yang sudah terkenal kursnya lebih tinggi
daripada yang belum terkenal (Nopirin, 1999: 137-138).
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau
nilai tukar (exchange rate). Kurs merupakan salah satu harga yang
terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang
commit to user
besar bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
makroekonomi lainnya. Kurs memainkan
peranan
sentral dalam
perdagangan internasional, karena kurs memungkinkan para pedagang
untuk membandingkan harga-harga segenap barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai negara. Sama halnya dengan harga-harga lainnya
dalam perekonomian yang ditentukan oleh interaksi pembeli dan penjual,
kurs juga ditentukan oleh interaksi berbagai rumah tangga, perusahaan dan
lembaga-lembaga keuangan yang membeli dan menjual valuta asing guna
keperluan pembayaran internasional. Pasar yang memperdagangkan mata
uang internasional disebut pasar valuta asing (foreign-exchange market)
(Krugman dan Maurice, 1994: 40-45).
8. Elastisitas
Banyaknya komoditi yang akan dijual oleh perusahaan disebut
jumlah yang ditawarkan untuk komoditi itu. Jumlah yang ditawarkan
dipengaruhi oleh beberapa variabel yang penting yaitu harga komoditi itu
sendiri,
harga-harga
masukannya,
tujuan
perusahaan
dan
tahap
perkembangan teknologi (Lipsey et al., 1990: 68). Sukirno (2003: 86)
menambahkan harga barang-barang lain juga ikut menentukan jumlah
barang yang akan ditawarkan. Ekspor merupakan kegiatan penawaran
yaitu merupakan kelebihan penawaran (excess suplly) atas permintaan di
dalam negeri.
Dalam teori penawaran, elastisitas penawaran mengukur respon
jumlah yang ditawarkan akibat perubahan harga. Elastisitas penawaran
dirumuskan:
% Perubahan Jumlah Barang Yang Di Ekspor
% Perubahan Jumlah Dari Masing - Masing Faktor Yang Berpengaruh
(Sukirno, 2003: 117).
Es =
Besarnya elastisitas dapat bervariasi antara nol sampai tak terhingga,
bila:
1. Es = 0, penawaran bersifat inelastis mutlak, terjadi bila jumlah yang
ditawarkan tidak berubah dengan adanya perubahan harga.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2. 0 < Es < 1, penawaran bersifat inelastis yang terjadi bila jumlah yang
ditawarkan berubah dengan persentase lebih kecil dari perubahan
harga.
3. Es = 1, penawaran bersifat elastis satu, terjadi bila jumlah yang
ditawarkan berubah dengan persentase sama dengan perubahan harga.
4. 1 < Es < ~, penawaran bersifat elastis, terjadi bila jumlah yang
ditawarkan berubah dengan persentase lebih besar dari pada perubahan
harga.
5. Es = ~, penawaran bersifat elastis mutlak, sempurna atau tak terhingga,
terjadi bila penjual siap menjual dengan segala kemampuan mereka
pada beberapa tingkat harga dan tidak sama sekali walaupun dengan
harga yang sedikit lebih rendah.
(Lipsey et al., 1990: 84-85).
Adanya tanda positif dan negatif menunjukkan hubungan barang
tersebut dengan barang lain. Barang-barang komplementer mempunyai
koefisien elastisitas positif sedangkan untuk barang-barang substitusi
mempunyai koefisien elastisitas yang negatif (Sukirno, 2003: 116).
Barang-barang hasil pertanian mempunyai sifat penawaran yang inelastis.
Beberapa faktor penyebabnya adalah karena barang-barang tersebut
dihasilkan secara semusim, karena kapasitas memproduksi sektor
pertanian cenderung untuk mencapai tingkat yang tinggi dan tidak
terpengaruh oleh perubahan permintaan, dan karena beberapa jenis
tanaman memerlukan waktu bertahun-tahun sebelum dapat menghasilkan
(Sukirno, 2003: 129).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah/ Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi penampilan ekspor. Volume ekspor
teh yang berfluktuasi menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Produksi
merupakan pembatas bagi ekspor bila terjadi kelangkaan di pasar, dan
merupakan pendorong bila terjadi kelebihan di pasar. Soekartawi (2001: 126)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
menyatakan bahwa adanya surplus produksi yang dihasilkan oleh negara dapat
mendorong terjadinya ekspor.
Besar kecilnya produk yang hendak dijual ke pasaran internasional
banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan musim atau perkembangan
produksi di negara lain. Perkembangan ekonomi negara-negara pengimpor
yang membutuhkan komoditi tersebut baik untuk industri atau keperluan
lainnya menentukan jumlah permintaan. Akan tetapi, yang paling berpengaruh
pada komoditi ekspor adalah fluktuasi harga komoditi tersebut di pasaran. Ini
menentukan naik turunnya gairah produsen atau penyedia komoditi tersebut
untuk berproduksi (Nazaruddin, 1993: 13).
Tholib cit Sugianingsih (2004: 29) menyatakan bahwa ekspor
dipengaruhi oleh perbedaan harga potensial antar harga ekspor terhadap harga
dalam negeri, semakin tinggi perbedaan harga ekspor diatas harga dalam
negeri, semakin besar jumlah yang akan diekspor. Sehingga jika harga
komoditas di pasaran domestik stabil, sedangkan harga yang berlaku di pasar
internasional meningkat maka selisih yang terjadi akan semakin besar.
Keadaan yang demikian akan menyebabkan jumlah yang diekspor menjadi
bertambah banyak.
Meningkatnya nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat
menguntungkan bagi jenis usaha ekspor yang banyak menggunakan
kandungan lokal, seperti usaha bidang pertanian. Sehingga adanya
peningkatan nilai kurs dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dapat dijadikan
pemicu peningkatan ekspor. Selain itu faktor yang juga turut berpengaruh
adalah ekpor tahun lalu.
Berdasarkan dari teori-teori yang ada dan penelitian yang pernah
dilakukan, diduga faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor teh Jawa
Tengah antara lain produksi teh Jawa Tengah, harga teh Jawa Tengah di pasar
domestik, harga ekspor teh di pasar internasional, nilai tukar dollar Amerika
Serikat terhadap rupiah, serta volume ekspor teh Jawa Tengah di tahun
sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Pendekatan hubungan antara ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dengan
faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya dapat ditanyakan dalam bentuk
persamaan regresi non linear berganda berbentuk perpengkatan sebagai
berikut:
Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 e
Keterangan:
Y
= volume ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah (kg)
X1
= produksi Teh (kg)
X2
= harga domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)
X3
= harga ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)
X4
= nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)
X5
= volume ekspor tahun sebelumnya (kg)
βo
= intersept
β1-β5
= nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
e
= kesalahan pengganggu
Untuk mengetahui besar kecilnya volume ekspor teh Jawa Tengah sebagai
akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi digunakan konsep
elastisitas. Elastisitas volume ekspor teh dapat diketahui melalui besarnya nilai
koefisien dari masing-masing variabel penjelasnya. Bila nilai elastisitas >1,
ekspor disebut elastis, bila nilai elastisitas = 1 disebut elastis unit dan bila nilai
elastisitas < 1 disebut inelastis. Barang-barang komplemeter mempunyai
koefisien elastisitas ekspor positif sedangkan untuk barang-barang subtitusi
mempunyai koefisien elastisitas ekspor yang negatif (Sukirno, 2003: 116).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
Produk Teh
Konsumsi wilayah
sendiri
Konsumsi luar
wilayah
Luar wilayah
provinsi
Luar wilayah
negara
Nilai Tukar Dollar
Volume produksi
teh
Volume ekspor
tahun sebelumnya
Volume Ekspor
Teh
Harga domestik
teh
Harga ekspor teh
Elastisitas Ekspor
Teh
Gambar 1. Skema Kerangka Teori Pendekatan Masalah
D. Hipotesis
1. Diduga produksi teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah tahun sebelumnya berpengaruh terhadap volume ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah
2. Diduga elastisitas volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah akibat
perubahan faktor–faktor yang mempengaruhinya bersifat inelastis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
E. Asumsi-Asumsi Dasar
1. Model analisis yang digunakan didasarkan pada pasar dalam bentuk
persaingan sempurna, dimana produsen (eksportir) dan konsumen
(importir) bertindak rasional dan mempunyai pengetahuan yang lengkap
tentang harga.
2. Variabel-variabel lain yang tidak diteliti dianggap tetap.
F. Pembatasan Masalah
1. Data yang dianalisis terbatas pada data dalam rentang waktu 16 tahun yaitu
antara tahun 1994 – 2009.
2. Data volume dan nilai ekspor terbatas berdasarkan Pemberitahuan Ekspor
Barang (PEB) yang kegiatan ekspornya dilakukan melalui pelabuhan di
seluruh wilayah Provinsi Jawa Tengah.
G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah yaitu kegiatan menjual teh hasil produksi
Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri. Ekspor merupakan kelebihan
penawaran teh Provinsi Jawa Tengah atas permintaaan teh Provinsi Jawa
Tengah di pasar domestik.
2. Volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah adalah jumlah teh yang diekspor
dari Provinsi Jawa Tengah ke luar negeri per tahun, diukur dalam satuan
kilogram (kg).
3. Produksi teh Provinsi Jawa Tengah adalah jumlah teh yang dihasilkan di
wilayah Provinsi Jawa Tengah per tahun, diukur dalam satuan kilogram
(kg).
4. Harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga teh rata-rata relatif
per tahun yang berlaku di Provinsi Jawa Tengah, diukur dalam satuan
rupiah per kilogram (Rp/kg).
Harga relatif adalah harga terdeflasi dengan indeks harga tahun dasar
sebagai deflator. Harga terdeflasi menunjukkan harga konstan. Cara
menghitungnya yaitu dengan mendeflasikan harga tahun yang bersangkutan
dengan indeks harga konsumen
commit(IHK)
to usertahun dasar sehingga didapatkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
32
harga terdeflasi. IHK yang digunakan adalah IHK kelompok umum. Indeks
Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang memberikan informasi
mengenai perkembangan rata-rata perubahan harga sekelompok tetap
barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi oleh rumah tangga dalam
suatu kurun waktu tertentu. Perubahan IHK
dari waktu ke waktu
menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi)
harga barang atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Sedangkan
tahun yang digunakan adalah tahun 2002 dengan pertimbangan bahwa
tahun 2002 merupakan tahun dimana perekonomian dalam keadaan relatif
stabil. Selain itu perekonomian tahun 2002 dipandang dapat mewakili
kondisi perekonomian tahun sebelum dan sesudahnya. Rumus perhitungan
harga relatif adalah sebagai berikut :
Ht ' =
IHKd
x Ht
IHKt
Keterangan :
Ht’
= Harga relatif tahun t (harga terdeflasi)
IHKd
= IHK tahun dasar (2002 = 100)
IHKt
= IHK tahun t
Ht
= Harga absolute tahun t (harga sebelum terdeflasi)
(Widodo, 1990: 23).
5. Harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga rata-rata relatif teh
yang diekspor per tahun, dihitung dengan membagi total nilai ekspor teh
dengan total volume ekspor teh pada tahun yang sama, dimana total nilai
ekspor teh adalah harga sampai di pelabuhan ekspor (FOB), diukur dalam
satuan Dollar Amerika Serikat per kilogram (USD/kg). Harga ekspor relatif
dihitung dengan mendeflasikan harga ekspor tahun yang bersangkutan
dengan indeks harga konsumen kelompok umum negara Amerika Serikat
dimana tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2002 (2002 = 100).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
6. Nilai kurs Dollar Amerika Serikat (USD) terhadap Rupiah adalah nilai kurs
jual rata-rata Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah per tahun yang
berlaku di Bank Indonesia, diukur dalam satuan Rupiah per USD
(Rp/USD). Dollar Amerika Serikat dijadikan patokan karena dalam
perdagangan teh dunia, mata uang yang digunakan adalah Dollar Amerika
Serikat.
7. Volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya yaitu volume
ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada satu tahun sebelum tahun yang
bersangkutan, diukur dalam satuan kilogram (kg).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
III.
METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif analitis. Maksudnya adalah bahwa metode tersebut memusatkan diri
pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual,
kemudian data-data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
dianalisis (Surakhmad, 1998: 140).
B. Metode Pengambilan Daerah Sampel
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau
sengaja, yaitu cara pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan
alasan yang telah diketahui sebelumnya dari daerah penelitian tersebut
(Singarimbun dan Sofian, 1995: 169). Daerah penelitian adalah Provinsi Jawa
Tengah, dengan pertimbangan bahwa Provinsi Jawa Tengah merupakan salah
satu provinsi yang mengusahakan teh sebagai komoditas perkebunan utama
dan melakukan ekspor teh.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang ada
hubungannya dengan masalah penelitian, dalam hal ini data diperoleh dari
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perdagangan dan
Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah,
Bank Indonesia cabang Semarang serta instansi – instansi lain yang terkait.
Data sekunder yang digunakan dalam suatu penelitian dapat berupa data
bulanan, tiga bulanan, maupun data tahunan. Di lokasi penelitian, dalam hal
ini adalah Provinsi Jawa Tengah, data sekunder yang dibutuhkan tersedia
dalam bentuk data tahunan, sehingga dalam penelitian ini digunakan data
tahunan selama 16 tahun, yaitu dari tahun 1994-2009.
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Pencatatan
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pencatatan karena data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Pencatatan
adalah menyalin data sekunder yang relevan dengan penelitian yang
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Provinsi Jawa Tengah, Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Tengah, Bank Indonesia cabang Semarang serta instansi–
instansi lain yang terkait.
2. Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang jelas, akurat dan dipercaya baik berupa
pernyataan-pernyataan atau keterangan yang dapat membantu dalam
memahami persoalan atau pemasalahan penelitian ini. Dalam penelitian
ini, informasi diperoleh dari narasumber yaitu petugas instansi atau
lembaga serta sumber lain yang terkait dengan penelitian.
E. Metode Analisis Data
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Analisis Volume Ekspor Teh
Pendekatan hubungan antara ekspor teh Provinsi Jawa Tengah
dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhinya dapat dinyatakan
dalam bentuk persamaan regresi non linear berganda berbentuk
perpangkatan sebagai berikut:
Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5 e
Keterangan:
Y
= volume ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (kg)
X1
= produksi Teh (kg)
X2
= harga domestik Teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)
X3
= harga ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)
commit to user
= nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)
X4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
X5
= volume ekspor tahun sebelumnya (kg)
βo
= intersept
β1-β5 = nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel
e
= kesalahan pengganggu
Fungsi tersebut adalah fungsi menurut fungsi regresi populasi.
Fungsi tersebut dapat ditaksir atas dasar fungsi regresi sampel. Parameter
βo, β1, β2, β3, β4, β5 merupakan karakteristik dari suatu populasi.
Estimasi parameter tersebut dilakukan dengan metode OLS (Ordinary
Least Square Method). Menurut Gujarati (2002: 44) model regresi dalam
metode OLS berdasar pada asumsi klasik yang menghasilkan pemerkira
linear terbaik tak bias (BLUE = Best Linear Unbiased Estimator).
Menurut Supranto (2004: 10), asumsi-asumsi yang sering disebut asumsi
klasik, yaitu sebagai berikut:
a. Nilai rata-rata kesalahan pengganggu nol.
b. Varian σ2 sama untuk semua kesalahan pengganggu (homoskedastis).
c. Tidak ada otokorelasi antara kesalahan pengganggu.
d. Variabel bebas konstan dalam sampling yang terulang (repeated
sampling) dan bebas terhadap kesalahan pengganggu.
e. Tidak ada kolinearitas ganda (multikolinearitas) diantara variabel
bebas.
f. Kesalahan pengganggu mengikuti distribusi normal dengan rata-rata
nol dan varian σ2.
Oleh karena itu, model tersebut ditransformasikan dalam OLS
linear/model regresi non linear berganda berbentuk perpangkatan dengan
me log-kan persamaan tersebut.
ln Y
= ln βo+ β1 ln X1 + β2 ln X2 + β3 ln X3 + β4 ln X4 + β5 ln X5
log Y
= log natural volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (kg)
ln X1
= log natural produksi teh (kg)
ln X2
= log natural harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)
ln X3
= log natural harga ekspor teh Provinsi Jawa tengah (FOB)
commit to user
(USD/kg)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
ln X4
= log natural nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah
(Rp/USD)
ln X5
= log natural volume ekspor teh tahun sebelumnya (kg)
ln βo
= log natural intercept
ln β1-β5 = log natural nilai koefisien dari masing-masing variabel
Setelah
ditransformasikan,
hasilnya
dikembalikan
kedalam
persamaan asal yaitu model regresi non linear berganda berbentuk
perpangkatan.
Y = βo X1β1 X2β2 X3β3 X4β4 X5β5
Y = anti ln Y
βo = anti ln βo
2. Pengujian Model
a. Uji adjusted R2
Menurut Arief (1993: 8), besarnya proporsi variasi variabel tak
bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel – variabel bebasnya dihitung
dengan koefisien determinasi yang telah disesuaikan atau adjusted R2
2
yang disimbolkan R dan dirumuskan:
2
R = 1 - (1 - R 2 )
N -1
N -k
Keterangan:
2
R : Adjusted R2
R2 : Koefisien determinasi
N : Jumlah observasi (Jumlah data)
k
: Jumlah variabel bebas
b. Uji F
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap
variabel tak bebas secara bersama-sama dilakukan uji F dengan
signifikan α sebesar 95%. Nilai F hitung dirumuskan:
R2 / (k – 1)
F
=
commit to user
(1 -R2) / (N -k)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
Keterangan:
R2 : Koefisien determinasi
k
: Jumlah variabel bebas
N : Jumlah observasi
Hipotesis yang diuji adalah:
Ho : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = 0
Ha : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ β5 ≠ 0 (minimal salah satu β1 ≠ 0)
Kriteria pengujian yang digunakan:
1) Fhitung > dari Ftable: Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel
bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel tak
bebas.
2) Fhitung < dari Ftable: Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya, variabel
bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel
tak bebas.
c. Uji t
Untuk mengetahui apakah koefisien regresi masing-masing
variabel bebas secara statistik signifikan atau tidak, digunakan nilai
t-statistik, dengan tingkat kepercayaan 95%. Nilai thitung dirumuskan:
t hitung =
bi
Se(bi)
se (bi)
=
var ian (bi)
Keterangan :
t hitung
: Nilai t statistik
bi
: Koefisien regresi variabel bebas ke-i
se (bi)
: Standar error koefisien regresi variabel bebas ke-i
Hipotesis yang hendak diuji adalah :
Ho : βi =0
Ha : βi ≠ 0
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
Kriteria pengujian :
1) Jika thitung > ttabel berarti H0 ditolak dan H1 diterima, maka variabel
bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel tak
bebas.
2) Jika thitung < ttabel berarti H0 diterima dan H1 ditolak, maka variabel
bebas secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
tak bebas.
d. Koefisien Beta
Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh
digunakan koefisien beta (beta coefficient) atau yang disebut
standardized regression coefficient atau standart koefisien regresi.
Nilai koefisien beta dirumuskan:
bi' = bi
sy
si
Keterangan:
bi’ : Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i
bi : Koefisien regresi variabel bebas ke-i
σy : Standar deviasi variabel tak bebas
σi : Standar deviasi variabel bebas ke-i
Nilai bi’ yang paling besar menunjukkan variabel bebas yang
bersangkutan adalah yang paling dominan dalam penentuan nilai
variabel tak bebas (Arief, 1993: 11)
3. Pengujian Asumsi Klasik
Agar koefisien–koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode
OLS bersifat BLUE maka asumsi – asumsi persamaan regresi linier klasik
harus dipenuhi oleh model. Model dikatakan BLUE bila memenuhi syarat
sebagai berikut:
a. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel–variabel
bebas diantara satu dengan lainnya. Dalam hal ini variabel-variabel
commit to
user
bebas ini tidak orthogonal.
Variabel-variabel
bebas yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara
sesamanya
sama
dengan
nol
(Arief,
1993:
23).
Menurut
(Alhusin, 2003: 221), multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan
adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam model
regresi. Biasanya korelasinya mendekati sempurna (korelasinya tinggi
atau bahkan satu). Untuk menguji suatu model regresi yang bebas
multikolinieritas
yaitu
dengan
dilakukan
uji
matrik
pearson
correlation. Bila nilai pearson correlation dalam matrix correlation
tidak ada satupun yang lebih dari 0,8 maka dapat disimpulkan bahwa
antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas.
b. Autokorelasi
Autokorelasi ialah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara
anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam
rangkaian waktu (seperti pada data runtun waktu atau time series).
Autokorelasi bisa disebabkan oleh bias spesifik, misalnya karena
dikeluarkannya variabel-variabel yang benar dari persamaan regresi
(Alhusin, 2003:200). Autokorelasi menunjukkan hubungan antara
nilai–nilai
yang
berurutan
dari
variabel
yang
sama
(Sumodiningrat, 1993: 232). Model regresi yang baik seharusnya tidak
menunjukkan autokorelasi. Pengujian untuk mengetahui ada atau
tidaknya korelasi antar variabel bebas (autokorelasi), dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin Watson (DW) dengan ketentuan
sebagai berikut:
1) 1,65 < DW < 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi.
2) 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 yang artinya tidak dapat
disimpulkan.
3) DW < 1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi.
(Sulaiman, 2002:139).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
c. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah kasus dimana seluruh faktor gangguan
tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan
(Sumodiningrat, 1993: 261). Dalam penelitian ini digunakan metode
grafik dengan melihat diagram pencar (scatterplot) untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas. Pada pengujian heteroskedastisitas
dengan metode grafik, jika dari diagram pencar terlihat titik-titik
menyebar secara acak dan tidak membentuk pola yag teratur maka hal
tersebut menunjukkan bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian
yang sama (homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang
diestimasi tidak terjadi heteroskedastisitas.
4. Elastisitas Ekspor Teh Jawa Tengah
Nilai elastisitas volume ekspor teh Jawa tengah dapat diketahui
melalui besarnya nilai koefisien regresi dari variabel bebas yang
mempengaruhinya. Nilai elastisitas tersebut dipertimbangkan berdasarkan
nilai mutlak yang dihasilkan dari nilai koefisien regresi. Kriteria elastisitas
yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai elastisitas > 1, penawaran ekspor elastis, artinya persentase
perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah lebih besar
daripada persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.
b. Bila nilai elastisitas = 1, penawaran ekspor teh elastis uniter, artinya
persentase perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah sama
dengan persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.
c. Bila nilai elastisitas < 1, penawaran ekspor inelastis, artinya persentase
perubahan jumlah volume ekspor teh Jawa Tengah lebih kecil daripada
persentase perubahan variabel bebas yang bersangkutan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Alam
1. Lokasi Daerah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa
Tengah adalah salah satu provinsi di Pulau Jawa, berada diantara Provinsi
Jawa Barat dan Jawa Timur serta berada diantara Laut Jawa dan Samudera
Indonesia. Provinsi Jawa Tengah terletak antara lintang 5o40’ dan 8o30’
Lintang Selatan (LS) dan antara 108o30’dan111o30’ Bujur Timur (BT).
Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 263 km dan dari utara ke selatan
226 km (tidak termasuk Pulau Karimunjawa). Batas-batas wilayah
Provinsi Jawa Tengah meliputi :
Sebelah Utara
: Laut Jawa
Sebelah Timur : Provinsi Jawa timur
Sebelah Selatan : DI Yogyakarta dan Samudera Indonesia
Sebelah Barat
: Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Tengah secara administratif terbagi menjadi 29
kabupaten, 6 kota, 573 kecamatan, 767 kelurahan, dan 7.809 desa. Luas
Wilayah Provinsi Jawa tengah pada tahun 2009 tercatat sebesar 3,25 juta
hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas
Indonesia). Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah cukup luas sehingga
diharapkan tanaman perkebunan khususnya teh dapat dikembangkan lagi.
Hal ini dikarenakan tanaman teh adalah tanaman komoditas ekspor yang
dapat menyumbangkan devisa bagi negara.
2. Topografi
Keadaan topografi Provinsi Jawa Tengah terdiri dari daerah pantai,
dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah perbukitan dengan pegunungan
yang landai dan curam. Berdasarkan keadaan topografinya wilayah
Provinsi Jawa Tengah dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian utara
dan bagian selatan yang berupa dataran rendah, serta bagian tengah yang
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
berupa dataran tinggi dan pegunungan. Daerah dengan topografi
pegunungan ini sangat cocok untuk ditanami tanaman teh.
Wilayah daratan di Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang
bervariasi, yakni dari puluhan mdpl (meter dari permukaan laut) hingga
ketinggian diatas 1000 mdpl. Adapun penggolongan wilayah di Provinsi
Jawa Tengah menurut ketinggian tempat dari permukaan laut adalah
sebagai berikut:
a. Ketinggian
0-100 mdpl, memanjang disepanjang pantai utara dan
selatan wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 53,30% dari luas total
wilayah Provinsi Jawa Tengah.
b. Ketinggian 100-500 mdpl, memanjang dari bagian tengah wilayah
Provinsi Jawa Tengah seluas 27,4% dari luas total wilayah Provinsi
Jawa Tengah.
c. Ketinggian 500-1000 mdpl dengan luas 14,7% dari luas total wilayah
Provinsi Jawa Tengah.
d. Ketinggian diatas 1000 mdpl dengan luas 4,6% dari luas total wilayah
Provinsi Jawa Tengah.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah. Secara
umum jenis tanah yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah yaitu tanah
aluvial, tanah latosol, tanah grumosol, tanah regosol, tanah organosol,
tanah litosol, tanah mediteran, dan andosol yang keberadaannya tersebar di
wilayah bagian utara, tengah, dan selatan. Jenis tanah yang paling sesuai
untuk ditanami teh adalah tanah andosol. Tanaman teh lebih menyukai
tanah yang banyak mengandung humus (banyak mengandung bahan
organik), subur, gembur, serta berdrainase dan airase baik. Tanah
demikian mudah menyerap air dan mudah pula mengeluarkan air,
sehingga pada saat hujan terus-menerus tanah tidak terlalu becek dan cepat
kering.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
44
4. Iklim
Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang
dinamik dan sulit dikendalikan. Iklim atau cuaca sering menjadi faktor
pembatas bagi produksi pertanian, sehingga iklim merupakan faktor yang
penting dalam pengelolaan usahatani. Keadaan iklim di suatu wilayah
dipengaruhi oleh besarnya curah hujan, suhu, ketinggian tempat, sinar
matahari, angin dan musim.
Tanaman teh membutuhkan lingkungan tumbuh yang bertemperatur
ideal yaitu lingkungan dengan kondisi udara yang sejuk. Pertumbuhan dan
produksi teh yang optimal membutuhkan suhu udara antara 14o-25o C.
Curah hujan minimum bagi tanaman teh adalah 1.150-1.400 mm
per tahun. Tanaman teh ini tidak tahan terhadap daerah yang panas dan
kering.
Menurut Stasiun klimatologi Klas I Semarang, suhu udara rata-rata
di Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 berkisar antara 24,5oC sampai dengan
28,2oC. Tempat-tempat
yang letaknya berdekatan dengan pantai
mempunyai suhu udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata
bervariasi dari 75 persen sampai dengan 83 persen. Rata-rata curah hujan
di Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.121 mm per tahun dan mempunyai hari
hujan dengan rata-rata di bawah 125 hari per tahun. Kondisi iklim seperti
ini cocok untuk membudidayakan perkebunan, misalnya seperti teh.
5. Keadaan Lahan dan Tataguna Lahan
Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah dibagi menjadi dua yaitu
lahan sawah dan bukan lahan sawah. Lahan sawah terdiri dari pengairan
teknis, pengiran ½ teknis, pengairan sederhana, pengairan desa, tadah
hujan, pasang surut, lebak dan lainnya. Sedangkan bukan lahan sawah
terdiri dari lahan kering dan lahan lainnya. Tata guna lahan di Provinsi
Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
Tabel 3. Tata Guna Lahan di Provinsi Jawa Tengah, 2009
No.
Jenis Kelamin
1.
Lahan Sawah
a. Pengairan teknis
b. Pengairan ½ teknis
c. Pengairan sederhana
d. Pengairan desa
e. Tadah hujan
f. Pasang surut
g. Lebak dan lainnya
Bukan Lahan Sawah
a. Lahan kering
1) Bangunan/pekarangan
2) Tegal/kebun
3) Ladang/huma
4) Padang rumput
5) Sementara tidak
diusahakan
6) Hutan rakyat
7) Hutan negara
8) Perkebunan negara
9) Lain-lain
b. Lahan lainnya
1) Rawa-rawa
2) Tambak
3) Kolam/empang
Jumlah
2.
Luas (Ha)
991.652
383.262
133.769
136.635
52.596
282.521
1.613
1.256
2.262.760
Persentase
(%)
30,47
38,65
13,49
13,78
5,30
28,49
0,16
0,13
69,53
503.923
730.370
13.413
1.184
1.628
22,27
32,28
0,59
0,05
0,07
103.402
578.107
69.345
204.284
4,57
25,55
3,06
9,02
9.035
39.810
8.259
3.254.412
0,40
1,77
0,37
100,00
Sumber: Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa di Provinsi Jawa Tengah
luas lahan sawah lebih kecil daripada lahan bukan sawah. Luas lahan
bukan sawah adalah 2.262.760 hektar atau 69,53% dan sebagian besar
lahan bukan sawah digunakan untuk tegalan/kebun yaitu sebesar
730.370 hektar atau sebesar 32,28%. Lahan sawah di Provinsi Jawa
Tengah sebagian besar adalah lahan sawah pengiran teknis yaitu seluas
383.262 hektar atau 10,02%.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
B. Keadaan Penduduk
1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah
Dalam Angka Tahun 2010, jumlah penduduk di Provinsi Jawa Tengah
mencapai 32.864.563 jiwa. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
dapat digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex
ratio di suatu daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah
penduduk laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa
Tengah menurut jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4. Komposisi Penduduk Provinsi Jawa Tengah Menurut Jenis
Kelamin, 2009
No.
1.
2.
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah (Jiwa)
16.123.190
16.741.373
32.864.563
Persentase (%)
49,06
50,94
100,00
Sex Ratio
96,31
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa penduduk Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2009 berjumlah
32.864.563 jiwa, terdiri dari
penduduk laki-laki berjumlah 16.123.190 jiwa (49,06%) dan penduduk
perempuan berjumlah 16.741.373 jiwa (50,94%). Sex Ratio di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah sebesar 96,31 yang berarti bahwa
untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 96 penduduk laki-laki.
Jumlah penduduk perempuan yang lebih besar dari laki-laki, dapat
membantu pemenuhan tenaga kerja pemetik teh. Biasanya tenaga kerja
pemetik teh menggunakan tenaga kerja wanita. Hal ini dikarenakan tenaga
kerja pemetik teh wanita lebih teliti dalam melakukan panen teh.
2. Komposisi Penduduk Menurut Umur
Komposisi penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan non
produktif. Komposisi penduduk Provinsi Jawa Tengah menurut jenis umur
dapat dilihat sebagai berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47
Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Provinsi Jawa
Tengah, 2009
No.
Umur (Tahun)
Jumlah (Jiwa)
1.
0 – 14
8.784.425
2.
15 – 64
21.598.118
3.
≥ 65
2.482.020
Angka Beban Tanggungan
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
52,16
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Provinsi Jawa Tengah menurut kelompok umur, yang paling banyak
adalah penduduk dengan kelompok umur produktif atau penduduk yang
berusia antara 15-64 tahun. Besarnya jumlah penduduk yang berusia
produktif ini dapat mendukung sub sektor perkebunan khususnya tanaman
teh dalam pemenuhan tenaga kerja. Dari Tabel 5 juga dapat dihitung
Angka Beban Tanggungan (ABT) di Provinsi Jawa Tengah. Angka Beban
Tanggungan (ABT) adalah rasio antara jumlah penduduk usia non
produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Hasil perhitungan
menunjukkan Angka Beban Tanggungan di Provinsi Jawa Tengah sebesar
52,16%. Artinya setiap 100 orang usia produktif menanggung 42 orang
usia tidak produktif (penduduk yang berusia 0-14 tahun dan penduduk
yang berusia lebih dari 65 tahun).
3. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Komposisi penduduk menurut mata pencaharian digunakan untuk
mengetahui tingkat sosial ekonomi dan karakteristik daerah dengan
melihat mata pencahariaannya yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Komposisi penduduk di Provinsi Jawa Tengah menurut mata
pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
Tabel 6. Komposisi Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Mata
Pencaharian di Provinsi Jawa Tengah, 2009
No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Pertanian
Pertambangan dan Galian,
Listrik, Gas dan Air Bersih
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Komunikasi
Keuangan
Jasa
Total
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
5.864.827
147.997
Persentase
(%)
37,04
0,93
2.656.673
1.028.429
3.462.071
683.675
154.739
1.836.971
15.835.382
16,78
6,49
21,86
4,32
0,98
11,60
100,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi
Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian, ditunjukkan
dengan jumlah penduduk yang bekerja di sektor ini sebesar 5.864.827 jiwa
atau sebesar 37,04% dari total penduduk yang telah bekerja. Penduduk di
Provinsi Jawa Tengah sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang
mencakup sub sektor perkebunan khususnya teh, karena sektor ini tidak
menuntut tenaga kerja yang memiliki keterampilan khusus dan pendidikan
yang tinggi. Sektor lain yang dimasuki penduduk dalam jumlah yang
cukup besar adalah sektor perdagangan sebanyak 3.462.071 jiwa
(21,86%), sektor industri sebanyak 2.656.673 jiwa (16,78%), dan sektor
jasa 1.836.971 jiwa (11,60%). Sektor ekonomi lain yang dimasuki oleh
penduduk dalam jumlah yang kecil kurang dari 10% dimana yang terkecil
adalah sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih yaitu
sebanyak 147,997 jiwa atau sebesar 0,93% dari total penduduk yang telah
bekerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan
untuk mengetahui kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah tersebut.
Tingkat pendidikan penduduk akan mempengaruhi kemampuan penduduk
dalam menerima teknologi baru dan mengembangkan usaha di daerahnya.
Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran
akan pentingnya pendidikan dan keadaan
sosial ekonomi serta
ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk menurut
tingkat pendidikan di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Provinsi
Jawa tengah, 2009
No
Pendidikan
1.
2.
3.
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA, D1, D2, D3,
D4, S1, S2, dan S3
Jumlah
Jumlah
13.829.015
5.443.466
5.397.044
Persentase
(%)
56,05
22,07
22,88
24.669.525
100,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa penduduk di Provinsi
Jawa Tengah paling banyak adalah tamatan SD yaitu sebanyak
13.829.015 orang atau 56,05% dan yang paling sedikit adalah tamatan
SLTP yaitu sebesar 5.443.466 orang atau sebanyak 22,07%. Adapun
jumlah penduduk yang berhasil menyelesaikan tingkat pendidikannya
hingga tingkat SLTA, D1, D2, D3, D4, S1, S2, dan S3 sebanyak 5.397.044
orang atau sebesar 22,88%. Penduduk Provinsi Jawa Tengah sebagian
besar berpendidikan SD sehingga hal ini akan mempengaruhi kemampuan
dalam menerima teknologi baru dan usaha untuk mengembangkan sub
sektor perkebunan khususnya tanaman teh.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
C. Keadaan Perekonomian
1. Struktur Perekonomian
Menurut perhitungan atas dasar harga berlaku (ADHB), Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009
adalah sebesar Rp 392,983,859.75 juta atau meningkat 8,28 % dari PDRB
tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 362,938,708.25 juta. PDRB
yang terbesar berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian
menempati posisi ketiga di bawah sektor perdagangan, hotel, dan restoran
yang berada di posisi kedua. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran peran
sektor pertanian sebagai sektor ekonomi utama digantikan oleh sektor
ekonomi non pertanian. Adapun peran sektor-sektor ekonomi yang lain
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas
Dasar Harga Berlaku, 2009
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan
Galian
Industri
Pengolahan
Listrik, Gas
dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan,
Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Keuangan,
Persewaan
dan Jasa
Perusahaan
Jasa - Jasa
Total PDRB
Atas Dasar Harga berlaku (ADHB)
PDRB Tahun 2008
Persentase PDRB Tahun 2009
(Jutaan Rupiah)
(%)
(Jutaan Rupiah)
19,60
71.130.288,73
77.495.016,46
Persentase
(%)
19,72
3.514.457,82
0,97
3.856.796,77
0,98
120.067.745,13
33,08
123.595.643,43
31,45
3.738.360,22
1,03
4.094.862,84
1,04
21.196.201,77
5,84
24.448.721,40
6,22
71.617.054,69
19,73
78.082.543,48
19,87
21.870.962,98
6,03
24.341.233,51
6,19
12.617.097,04
3,48
14.447.437,07
3,68
37.186.539,86
362.938.708,25
10,25
100,00
42.621.604,79
392.983.859,75
10,85
100,00
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa sektor industri pengolahan
memberikan sumbangan yang tertinggi terhadap ekonomi Provinsi Jawa
Tengah yaitu sebesar 31,45% atau Rp 123,595,643.43 juta. Sektor
perdagangan, hotel, dan commit
restoranto user
yang juga merupakan sektor yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
dominan, memberikan sumbangan pada perekonomian Provinsi Jawa
tengah sebesar 19,87 % atau Rp 78,082,543.48 juta. Laju pertumbuhan
sektor pertanian pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,01 % masih mempunyai
peranan yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa
Tengah, karena mampu memberikan andil sebesar 19,72% atau
Rp 77.495.016,46 juta.
2. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan regional per kapita merupakan salah satu tolak ukur
tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat
pendapatan regional per kapita, semakin tinggi tingkat kesejahteraan
masyarakat di wilayah tersebut. Dalam waktu lima tahun terakhir
pendapatan regional per kapita Provinsi Jawa Tengah cenderung meningkat
dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukan bahwa sub sektor perkebunan
khususnya teh dapat menyerap tenaga kerja yang besar, dengan banyaknya
penduduk Provinsi Jawa Tengah yang bekerja dapat meningkatkan
pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan
pendapatan regional per kapita di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 9. Pendapatan Regional Per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku
di Provinsi Jawa Tengah, 2005-2009.
Tahun
Pendapatan Per Kapita (Rp)
ADH Berlaku
ADH Konstan
(ADHB))
(ADHK 2000=100)
2005
6.275.651,39
3.855.751,69
2006
7.538.997,91
4.036.539,69
2007
8.281.309,54
4.223.197,03
2008
9.522.019,88
4.412.328,27
2009
10.228.762,63
4.572.706,07
41.846.741,35
21.100.522,75
Jumlah
8.369.348,27
4.220.104,55
Rata-rata
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa dalam lima tahun terakhir
pendapatan regional perkapita Provinsi Jawa Tengah mempunyai angka
pertumbuhan yang positif yang berarti bahwa tingkat kesejahteraan
masyarakat Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan. Pendapatan
regional perkapita riil rata-rata adalah Rp 4.220.104,55 per tahun.
Sedangkan menurut harga berlaku pendapatan regional per kapita rata-rata
adalah Rp 8.369.348,27 per tahun.
3. Sarana dan Prasarana Ekonomi
Sarana dan prasarana perekonomian merupakan faktor penting dalam
kegiatan ekonomi masyarakat. Dalam perekonomian yang semakin
berkembang diperlukan sarana dan prasarana yang semakin berkembang
pula. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menyadari hal ini dan
merealisasikannya dengan pembangunan fasilitas-fasilitas antara lain
fasilitas transportasi dan komunikasi. Panjang jalan di seluruh wilayah
Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 menurut Badan Pusat Statistik
dalam angka 2010 adalah 1.390,57 km panjang jalan nasional,
2.539,70
km
jalan
provinsi,
dan
22.458,95
km
panjang
jalan
kabupaten/kota. Jembatan yang sudah dibangun berjumlah 3.633 buah,
terdiri dari 1.605 jembatan negara dan 2.028 jembatan provinsi. Pelabuhan
yang ada yaitu Pelabuhan Tanjung Emas, Pelabuhan Tanjung Intan, dan
Pelabuhan
Tegal.
Pembangunan
fasilitas-fasilitas
transportasi
dan
komunikasi akan membantu ekspor teh Provinsi Jawa Tengah berjalan
dengan baik.
Dalam bidang komunikasi terdapat PT. Pos Indonesia yang melayani
kebutuhan surat menyurat, wesel, dan paket pos. PT. Pos Indonesia
keberadaannya semakin diperlukan dalam era informasi sebagai sarana
penghubung dan komunikasi. Pada tahun 2009 di Provinsi Jawa Tengah
sudah terdapat sebanyak 494 buah kantor pos yang terdiri dari 29 buah
kantor pemeriksa dan 511 buah kantor cabang. PT. Telkom juga terdapat di
Provinsi Jawa Tengah yang melayani hubungan komunikasi lewat telepon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Keadaan perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari
ketersediaan sarana perekonomian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sarana tersebut, digunakan untuk menyalurkan hasil produksi sub sektor
perkebunan terutama teh dari produsen ke konsumen. Guna menunjang laju
perekonomiannya tersebut maka di Provinsi Jawa Tengah mempunyai
beberapa sarana perekonomian seperti pasar, bank, pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan koperasi. Jumlah masing-masing dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 10. Sarana Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah, 2009
No
Jenis Sarana Perekonomian
Jumlah (unit)
1
Koperasi non KUD
25.077
2
Koperasi KUD
2931
3
Pasar tradisional
884
4
Pusat perbelanjaan
31
5
Bank
56
6
BPR
301
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian
yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah sudah memadai. Koperasi KUD
maupun koperasi non KUD merupakan sarana perekonomian masyarakat
yang jumlahnya terbesar dibandingkan sarana perekonomian lainnya. Hal
ini menunjukkan cukup tingginya kesadaran masyarakat untuk berkoperasi.
Jumlah pasar yang ada di Provinsi Jawa Tengah juga cukup besar yaitu
884 unit pasar tradisional dan 31 unit pusat perbelanjaan. Untuk lembaga
keuangan yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah adalah bank sebanyak
56 unit dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebanyak 301 unit.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Selain sarana perekonomian, terdapat juga sarana perhubungan
sebagai penunjang dalam kegiatan perekonomian. Berikut ini tabel yang
menunjukan jumlah sarana perhubungan di Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2009.
Tabel 11. Sarana Perhubungan Kendaraan Bermotor di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2009
No
Jenis Sarana Perhubungan
Jumlah (unit)
1
Mobil Pribadi
583.361
2
Bus
72.186
3
Truk
148.523
4
Pick Up
374.728
5
Sepeda Motor
8.076.324
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
Banyaknya sarana perhubungan yang terdapat di Provinsi Jawa
Tengah membuat masyarakat tidak akan mengalami kesulitan dalam
melakukan mobilitas untuk melakukan kegiatan perekonomian. Dalam
kegiatan ekspor teh, sarana perhubungan mempunyai peranan penting
dalam melakukan pemasaran teh, dimana membutuhkan pengangkutan yang
seefektif dan seefisien mungkin sehingga teh masih dalam keadaan bagus
ketika sampai ke konsumen. Adanya mobilitas yang baik maka akan
semakin menambah jumlah konsumen yang berada di luar kota maupun
luar negeri untuk membeli teh.
Tabel 12. Panjang Jalan dan Kondisi Jalan di Provinsi Jawa Tengah, 2009
No
Jenis Sarana Perhubungan
Jalan Kabupaten (Km)
1
Jenis Permukaan
a. Aspal
21.551,43
b. Kerikil
1.222,46
c. Tanah
800,14
d. Tidak dirinci
2.195,88
2
Kondisi Jalan
a. Baik
12.740,81
b. Sedang
6.563,56
c. Rusak
4.211,82
d. Rusak berat
2.253,71
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa dari jenis permukaan
jalan, sebagian besar jalan di Provinsi Jawa Tengah sudah berupa aspal,
begitu pula dengan kondisi jalan yang sebagian besar sudah dapat
dikatakan baik, walaupun juga ada kondisi jalan yang rusak berat. Kondisi
jalan yang baik dan lancar akan semakin memudahkan dalam melakukan
pemasaran teh ke luar kota maupun ke luar negara sehingga risiko
kerusakan produk teh dapat diperkecil.
4. Ekspor dan impor
Investasi yang ditanamkan di berbagai sektor ekonomi berhasil
meningkatkan produksi. Meningkatnya produksi akan lebih mendorong
ekspor. Nilai ekspor yang dicapai Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008
mencapai 180.530,30 milyar rupiah, turun menjadi 177.121,7 milyar rupiah
pada tahun 2009. Kegiatan ekspor ke luar negeri sebesar 19,08% dari total
nilai ekspor. Ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 adalah
721.348 kg dengan nilai ekspor 937.752 US$.
Nilai impor barang dan jasa masih di bawah kegiatan ekspor. Pada
tahun 2009, nilai impor atas dasar harga berlaku mencapai 170.338,30
milyar rupiah, naik 5,51% dari tahun sebelumnya. Namun untuk nilai
impor atas dasar harga konstan 2000 mengalami penurunan sebesar minus
0,64 % atau tercatat sebesar 78,131,40 milyar rupiah.
D. Kondisi Umum Sub Sektor Perkebunan Provinsi Jawa tengah
1. Pembangunan Sub Sektor Perkebunan
Pembangunan perkebunan di Provinsi Jawa Tengah memiliki peran
yang strategis, ditinjau dari aspek ekonomi, sosial maupun ekologi. Untuk
itu arah pembangunan perkebunan dalam jangka pendek adalah
mendukung terwujudnya pemulihan ekonomi nasional, dan berjalannya
otonomi
daerah,
dengan
mengupayakan
peningkatan
ekspor
dan
penyediaan bahan baku industri, penciptaan sebesar-besarnya lapangan
kerja produktif, kualitas sumberdaya perkebunan, tersedia sarana dan
prasarana pendukung, peningkatan mutu dan pelestarian lingkungan hidup,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
serta pengembangan diversifikasi usaha, bagian integral dari pembangunan
pertanian, serta sesuai dengan kewenangan provinsi.
Program prioritas pembangunan perkebunan di Provinsi Jawa tengah
diselaraskan dengan program pertanian secara luas yang tertuang dalam
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Tengah
tahun 2008-2013 dan arah kebijakan pembangunan pertanian Departemen
Pertanian Republik Indonesia, meliputi:
a. Program Pendidikan Non Formal dan Informal (Pendidikan Luar
Sekolah)
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia petani sehingga alih teknologi, penyerapan dan penyebarannya
lebih cepat dan merata untuk menghasilkan produk komoditas yang
berdaya saing serta meningkatkan ketersediaan dan eksesibilitas petani
pada
barang-barang
modal
dan
teknologi
melalui
pendidikan
kemasyarakatan.
b. Program Peningkatan Ketahanan Pangan
Program
ini
bertujuan
untuk
memfasilitasi
terjaminnya
masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat
dan halal, melalui penyediaan input, peningkatan keanekaragaman
produksi, menjamin ketersediaan dan distribusi pangan berbasis
perkebunan, pengembangan produksi budaya pangan lokal, dan
pengembangan kelembagaan usaha yang terintegritas alam kesatuan
sistem ketahanan yang mampu mengatasi kerawanan pangan.
c. Program Pengembangan Agribisnis
Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha
agribisnis yang produktif dan efisien, menghasilkan berbagai produk
perkebunan, terjalin secara sinergi, sesuai keunggulan masing-masing
daerah dengan penerapan teknologi budidaya dan sistem PHT
(Pengendalian Hama Terpadu) yang berwawasan ramah lingkungan.
Diharapkan kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi SNI
commit to
user mempunyai nilai tambah dan
(Standar Nasional Indonesia)
sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
daya saing yang tinggi baik dipasar lokal, nasional maupun
internasional, serta mampu meningkatkan kontribusi sub sektor
perkebunan
dalam
perekonomian
nasional,
terutama
melalui
penerimaan devisa.
d. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
Program
ini
bertujuan
untuk
memfasilitasi
peningkatan
pendapatan petani melalui pemberdayaan, peningkatan akses terhadap
sumberdaya pertanian, pengembangan kelembagaan dan perlindungan
terhadap petani, dengan sasaran meningkatnya kapasitas dan posisi
tawar petani, semakin kokohnya kelembagaan petani dan meningkatnya
pendapatan petani sebagai tolak ukur peningkatan kesejahteraan.
Sub sektor perkebunan merupakan sektor yang sampai saat ini masih
mampu memberikan sumbangan pada perekonomian wilayah Provinsi
Jawa Tengah. Sub sektor perkebunan juga mampu menyerap tenaga kerja
yang cukup besar. Penyerapan tenaga kerja pengembangan pembangunan
perkebunan pada tahun 2009 sejumlah 2.089.555 petani. Petani ini
ditugaskan
untuk
pengembangan
usahatani
perkebunan
melalui
diversifikasi, intensifikasi, rehabilitasi, peremajaan komoditas perkebunan
di Provinsi Jawa Tengah seluas 588.634,32 Ha.
2. Kelembagaan
Peningkatan kelembagaan diarahkan agar kelembagaan petani
tumbuh dari bawah dari, dan, untuk petani pekebun, sehingga kelembagaan
tersebut
dapat
berkembang
dan
mampu
memenuhi
kepentingan
pengembangan usaha para anggotanya. Dengan demikian diharapkan
kelembagaan petani pekebun teh di Provinsi Jawa Tengah dapat
berkembang dengan baik. Fasilitas yang dilaksanakan untuk penumbuhan
dan peningkatan kelembagaan meliputi:
a. Assosiasi petani komoditas perkebunan. Di Provinsi Jawa Tengah telah
terbentuk 6 assosiasi meliputi: Assosiasi Petani Cengkeh Indonesia
(APCI), Assosiasi Petani Tanaman Obat (APTO), Assosiasi Petani
user
Tembakau Indonesia commit
(APTI),to Assosiasi
Petani Kelapa Indonesia
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
(APKI), DPD Assosiasi Petani Tebu (DPD APTRI), dan Assosiasi
Pengusaha Agro Perkebunan.
b. Assosiasi komoditas perkebunan tingkat kabupaten, telah terbentuk 11
assosiasi meliputi: Assosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI),
Assosiasi Petani Jahe dan Kencur, Assosiasi Petani Teh Indonesia
(APTI), DPC BK APTRI Wilker PG Pangka, Assosiasi Petani Gula
Kelapa kebumen/Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI), Assosiasi
Petani komoditi Kopi (ASKOP), Assosiasi Petani Penyuling dan
Pengusaha Nilam, Assosiasi Petani Tanaman Mete (APTM), Assosiasi
Petani Kopi Indonesia, Assosiasi Tembakau Indonesia, dan Assosiasi
Petani Rami.
c. Penumbuhan Kelembagaan Pedagang Kecil Tembakau (P3KT).
d. Penumbuhan koperasi berbadan hukum yang bergerak dibidang
komoditas perkebunan di Provinsi Jawa Tengah.
3. Luas dan Jenis Komoditas
Berdasarkan data statistik perkebunan Provinsi Jawa Tengah tahun
2009. Luas total areal Perkebunan Rakyat, PTP Nusantara IX, dan
Perkebunan Besar Swasta (PBS) tahun 2009 seluas 588.634,32 Ha, dengan
produksi sebesar 835.815,15 ton. Adapun rincian luas areal dan produksi
komoditas perkebunan sebagai berikut:
a. Perkebunan Rakyat
Luas areal perkebunan rakyat di Provinsi Jawa Tengah sebesar
534.881,23 Ha atau 90,87% dari seluruh luas areal perkebunan yang
ada di Provinsi Jawa Tengah, serta produksi sebesar 796.491,99 ton,
dengan jumlah komoditas yang diusahakan sebanyak 48 komoditas,
diantaranya terdapat 23 komoditas utama yaitu tanaman tahunan.
Tanaman tahunan yang menjadi komoditas utama di Provinsi Jawa
Tengah adalah aren, cassiavera, cengkeh, jambu mete, kakao, kapok,
karet, kelapa dalam, kelapa deres, kemukus, kopi, lada, pala, panili,
teh, glagah arjuna, dan siwalan. Sedangkan tanaman semusim yang
commit
to user Jawa Tengah adalah kapas, tebu,
menjadi komoditas utama
di Provinsi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
tembakau rakyat, tembakau virginia, tembakau asepan, dan tembakau
vorstenland.
Luas areal komoditas di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008
ke tahun 2009 mengalami kenaikan luas areal sebesar 6.728,58 Ha
(1,27%). Komoditas yang mengalami kenaikan atau penambahan luas
sebanyak 22 komoditas (14.342,22 Ha) antara lain: cengkeh
1.732,77
Ha,
karet
843,52
Ha,
kelapa
dalam
814,42
Ha,
kelapa deres 845,49 Ha, kelapa hibrida 35,85 Ha, kakao 150,62 Ha,
jenitri 24 Ha, kemiri 43,86 Ha, cabe jamu 6,10 ha, kopi arabika
165,66 Ha, kopi robusta 189,13 Ha, mendong 5,59 Ha, sereh wangi
1,50 Ha, tebu gula merah 3.227,7 Ha, kapas 482,79 Ha, adas 7,95 Ha,
klembak 58 Ha, tembakau rajang 4.716,70 Ha, tembakau vorstenland
56,7 Ha, tembakau Virginia 40 Ha, tembakau asepan 566,59 Ha, dan
wijen 326,90 Ha.
Rincian tanaman di Provinsi Jawa Tengah yang mengalami
penurunan areal dari tahun 2008 ke tahun 2009 terdiri dari 23
komoditas (7.613,64 Ha) meliputi: asam jawa 1,44 Ha, asam manis
2 Ha, jambu mete 56,15 Ha, kapok 868,40 ha, nipah 2 Ha, pala
5,04 ha, lada 0,57 ha, kemukus 8,63 Ha, panili 26,33 ha, jarak pagar
234,05 Ha, glagah arjuna 65 Ha, kenanga 2,26 ha, cassiavera
56,38 Ha, siwalan 4,30 Ha, akar wangi 20 Ha, jarak kepyar 93,92 Ha,
tebu 5.933,88 Ha, dan nilam 151,34 Ha.
b. Perkebunan Negara (PTP Nusantara IX)
Areal konsesi Perkebunan Besar Negara IX di Provinsi Jawa
Tengah seluas 39.298,69 Ha atau 6,67 % dari luas perkebunan yang
ada di Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan dalam pelaksanaanya
mengelola 8 komoditas utama yang meliputi: karet 26.441,73 Ha, teh
1.432,68 Ha, kopi 1.441,74 Ha, kakao 529,14 Ha, pala 216,95 Ha,
kapok 449,90 Ha, dan kelapa 1.020,05 ha. Produksi total sebanyak
28.125,71 ton terdiri dari; karet 24.283 ton, teh 1.960,76 ton, kopi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
1.232,89 ton, kakao 151,05 ton, minyak pala 7,42 ton, kapok
130,37 ton, dan kelapa 360,71 ton.
c. Perkebunan Besar Swasta
Areal konsesi Perkebunan Besar Swasta (PBS) di Provinsi Jawa
Tengah tahun 2009 seluas 14.454,40 Ha atau sebesar 2,45 % dari
seluruh luas areal perkebunan di Provinsi Jawa Tengah dengan
mengusahakan 7 komoditas yang meliputi: karet 5.208,72 ha, teh
2.451,01 Ha, kopi 675,49 Ha, cengkeh 1.121,81 Ha, kapok 523,51 Ha,
kelapa 302,02 Ha, dan kakao 1.242,07 Ha. Adapun produksi
Perkebunan Besar Swasta sebagai berikut : karet 4.420,39 ton, teh
4.395,03 ton, kopi 172,80 ton, cengkeh 402,16 ton, kapok 197,38 ton,
kelapa 386,82 ton, dan kakao 1.232,87 ton.
4. PDRB Sub Sektor Perkebunan
Pembangunan
perkebunan
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan petani/kelompok tani melalui peningkatan pendapatan yang
merupakan salah satu indikator guna mendekati tingkat pertumbuhan
ekonomi secara kuantitatif sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan.
Salah satu data statistik yang diperlukan unntuk evaluasi dan perencanaan
adalah produk domestik regional bruto (PDRB). PDRB didefinisikan
sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. PDRB
perkebunan merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha perkebunan.
Dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 PDRB bidang
perkebunan yang dihitung dengan harga berlaku mengalami kenaikan
pertumbuhan rata-rata 16,68 % (dalam juta rupiah) sebagai berikut: tahun
2005 sebesar Rp 4.434.061,35; tahun 2006 sebesar Rp 4.316.832,36; tahun
2007 sebesar Rp 7.199.947,68; tahun 2008 sebesar Rp 7.767.780,92; dan
tahun 2009 sebesar Rp 8.248.278,47.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah ini menggunakan data sekunder
berupa data time series selama 16 tahun, yaitu tahun 1994-2009. Volume
ekspor teh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan model non
linier berganda sehingga volume ekspor teh sebagai variabel tak bebas
(dependent). Sebagai variabel bebas (independent) yaitu produksi teh (X1),
harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (X2), harga ekspor Provinsi Jawa
Tengah (X3), nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (X4), dan
volume ekspor tahun sebelumnya (X5). Adapun data dan analisis hasil dari
masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 16
tahun, yaitu selama tahun 1994 hingga tahun 2009. Volume ekspor
rata-rata teh yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah tiap tahunnya
mencapai 1.695.530 kg dengan nilai ekspor rata-rata per tahun sebesar
US$ 1.947.384. Volume ekspor teh mulai menurun pada tahun 1995 yaitu
sebesar 206.446 kg dan terus menurun hingga tahun 1998. Setelah itu
volume ekspor meningkat tajam pada tahun 1999 yaitu sebesar
1.709.702 kg. Peningkatan ini termasuk peningkatan terbesar selama kurun
waktu 16 tahun. Peningkatan terjadi karena mutu teh yang dihasilkan
sangat bagus. Hal ini membuat harga jual teh di Provinsi Jawa tengah
keluar negeri menjadi tinggi, sehingga mendorong eksportir untuk
meningkatkan volume ekspor dengan harapan dapat memperoleh
keuntungan yang berlipat. Hal tersebut juga turut mempengaruhi volume
ekspor teh di Provinsi Jawa tengah. Sedangkan penurunan volume ekspor
terbesar terjadi pada tahun 2001 dari tahun 2000 yaitu sebesar 1.279.708
kg, dan terus menurun dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Hal ini
commit
user semakin menurun menyebabkan
dikarenakan jumlah produksi
tehtoyang
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
jumlah volume ekspor teh menurun. Penurunan produksi teh disebabkan
karena banyak tanaman teh yang kurang dirawat dengan baik. Volume
ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke
tahun seperti terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 13. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah,
1994-2009
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
Rata-rata
Volume
ekspor (Kg)
Nilai Ekspor
(US$)
1.853.270
1.646.824
1.594.319
1.240.830
1.026.678
2.736.380
2.779.460
1.499.752
1.540.130
3.040.831
1.899.600
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
721.348
27.128.480
1.695.530
1.464.083
1.498.610
1.578.376
1.216.013
1.006.144
5.636.943
3.057.406
1.049.826
1.463.124
5.351.863
1.101.768
1.688.184
1.975.846
1.001.079
1.131.127
937.752
31.158.144
1.947.384
Laju Perkembangan
Ekspor
(Kg)
(%)
0
0
-206.446
-11,14
-52.505
-3,19
-353.489
-22,17
-214.152
-17,26
1.709.702
166,53
43.080
1,57
-1.279.708
-46,04
40.378
2.69
1.500.701
97,44
-1.141.231
-37,53
-141.075
-7,43
-40.398
-2,30
-580.537
-33,79
-202.774
-17,82
-213.468
-22,84
-1.131.922
46,73
-70.745,13
2,92
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Perkembangan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah tahun
1994-2009
secara
keseluruhan
sangat
fluktuatif
dan
mempunyai
kecenderungan menurun. Hal ini ditunjukkan oleh laju perkembangan
volume ekspor rata-rata sebesar -70.745,13 kg per tahun. Kecenderungan
perkembangan menurun ini menunjukkan bahwa selama kurun waktu
16 tahun penawaran ekspor teh mengalami penurunan. Hal tersebut
diakibatkan oleh adanya penurunan permintaan teh di pasar dunia.
Penurunan permintaan ini disebabkan oleh makin menurunnya mutu teh
yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah, sehingga teh yang dihasilkan
commit
user
oleh Provinsi Jawa Tengah
kalahtobersaing
dengan teh dari negara lain,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
seperti teh dari Srilangka, Kenya, Cina, dan India. Selain itu penurunan
ekspor tersebut diakibatkan adanya penurunan produksi teh oleh petani.
Produksi teh mengalami penurunan dikarenakan perawatan tanaman
kurang diperhatikan, misalnya tanaman yang sudah tua (sudah berumur
lebih dari 40 tahun) tidak diganti dengan tanaman yang baru, adanya
tanaman yang rusak, serta luas areal tanaman teh yang semakin menurun.
Hal-hal lain yang menjadi penghambat dalam pengembangan produksi teh
adalah semakin mahalnya pupuk dan tuntutan kenaikan upah buruh.
Perubahan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
Volume Ekspor
Perkembangan Volume Ekspor
Teh Tahun 1994 - 2009
Tahun
Volume Ekspor (kg)
Gambar 2. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994-2009
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun dan
cenderung mengalami penurunan. Volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah tertinggi terjadi pada tahun 2003. Sedangkan volume ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah terkecil terjadi pada tahun 2009. Hal ini disebabkan
karena adanya pengaruh dari variabel-variabel seperti produksi teh Provinsi
Jawa Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah,
commit to user
dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada tahun sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
2. Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa tengah sebagai salah satu penghasil teh di Indonesia,
mempunyai
13
wilayah
penghasil
teh.
Diantaranya
adalah
Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara,
Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali,
Kabupaten Temanggung, Kabupaten Kendal, Kabupaten Pekalongan,
Kabupaten Pemalang, Kota Tegal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten
Batang sebagai produsen terbesar. Selain dari perkebunan rakyat produksi
teh juga berasal dari PTPN IX dan Perkebunan Besar Swasta (PBS).
Selama rentang waktu penelitian produksi teh di Provinsi Jawa Tengah
menunjukkan perkembangan sebagai berikut :
Tabel 14. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah,
1994-2009
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
Rata-rata
Produksi (Kg)
Perkembangan
(Kg)
7.970.910
7.438.620
8.894.090
9.000.820
9.506.030
15.929.460
17.077.050
13.075.260
13.774.280
13.609.180
15.000.240
4.655.330
4.400.140
5.009.890
5.579.950
5.512.060
156.433.310
9.777.081,88
0
-532.290
1.455.470
106.730
505.210
6.423.430
1.147.590
-4.001.790
699.020
-165.100
1.391.060
-10.344.910
-255.190
609.750
570.060
-67.890
-2.458.850
-153.678,13
Laju
Pertumbuhan
(%)
0
-6,68
19,57
1,20
5,61
67,57
7,20
-23,43
5,35
-1,20
10,22
-68,96
-5,48
13,86
11,38
-1,22
34,99
2,19
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa produksi teh di Provinsi
Jawa Tengah pada tahun 1994-2009 mengalami fluktuasi dengan
kecenderungan menurun. fluktuasi harga di luar negeri, memberikan
dampak terhadap produksi didalam negeri. Pada saat harga teh turun,
diduga karena kelebihan suplai dipasar. Hal inilah yang menyebabkan
petani teh perkebunan rakyat biasanya kurang antusias untuk merawat
tehnya dengan baik, sehingga produksi turun. Selain itu juga dapat
disebabkan karena luas areal perkebunan teh terus mengalami penurunan,
musim yang kurang baik (misal musim kemarau yang panjang), dan
serangan hama. Produksi teh lebih tinggi pada waktu musim hujan daripada
musim kemarau.
Total produksi teh Provinsi Jawa Tengah selama 16 tahun adalah
sebanyak 156.433.310 kg dengan produksi rata-rata pertahunnya adalah
sebanyak 9.777.081,88 kg. Adapun produksi tertinggi mampu dicapai pada
tahun 2000 yaitu sebanyak 17.077.050 kg. Hal ini dikarenakan terdorong
oleh harga ekspor tahun sebelumnya yang cukup tinggi, sehingga
mendorong eksportir untuk meningkatkan produksinya pada tahun
selanjutnya. Sedangkan produksi terendah adalah sebanyak 4.400.140 kg
yang terjadi pada tahun 2006. Hal ini dikarenakan luas lahan perkebunan
teh di Provinsi Jawa Tengah semakin berkurang. Perkembangan produksi
teh yang berfluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
03
20
02
20
01
20
00
20
99
20
98
19
97
19
19
96
95
19
19
94
18000000
16000000
14000000
12000000
10000000
8000000
6000000
4000000
2000000
0
19
Produksi Teh
Perkembangan Produksi Teh Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994 - 2009
Tahun
Produksi Teh (kg)
Gambar 3. Perkembangan Produksi Teh di Provinsi Jawa Tengah Tahun
1994-2009
Berdasarkan Tabel 13 dan Gambar 3 dapat diketahui bahwa produksi
teh di Provinsi Jawa Tengah mengalami perkembangan yang fluktuatif
dengan kecenderungan menurun rata-rata sebesar 153.678,13 kg per tahun.
Penurunan produksi teh mengindikasikan banyak tanaman teh yang kurang
dirawat dengan baik. Hal ini dipengaruhi oleh biaya perawatan tanaman
yang terus meningkat tiap tahunnya. Penurunan produksi teh Provinsi Jawa
Tengah terjadi dari tahun 2004 ke tahun 2005. Hal ini dapat disebabkan
karena luas areal perkebunan teh terus mengalami penurunan, musim yang
kurang baik, dan serangan hama.
3. Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah
Harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah adalah harga teh dipasaran
dalam negeri. Perkembangan harga domestik teh di Provinsi Jawa Tengah
baik menurut harga berlaku (harga sebelum terdeflasi) maupun harga
konstan (harga terdeflasi) selama periode penelitian mengalami fluktuasi
dengan kecenderungan meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena
meningkatnya permintaan teh dalam negeri dan menurunnya harga ekspor
teh. Perkembangan harga domestik Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat
commit to user
pada Tabel 15 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
Tabel 15. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah,
1994-2009
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
Ratarata
IHK
(2002=100)
54,73
58,59
67,18
78,09
85,46
86,33
91,88
95,90
100
106,31
107,19
114,65
132,89
139,38
148,83
151,38
-
Harga
Berlaku
(Rp/Kg)
Harga
Terdeflasi
(Rp/Kg)
Laju Perkembangan
Ekspor
880
885
910
1.025
2.050
2.500
2.500
3.165
4.000
4.000
3.665
4.085
4.125
4.295
3.480
3.600
45.165
1.607,89
1.510,50
1.354,57
1.312,59
2.398,78
2.895,86
2.720,94
3.300,31
4.000,00
3.762,58
3.419,16
3.563,02
3.104,07
3.081,50
2.338,24
2.378,12
42.748,14
Berlaku
(%)
0,00
0,57
2,82
12,64
100,00
21,95
0,00
26,60
26,38
0,00
-8,38
11,46
0,98
4,12
-18,98
3,45
183,62
2.822,81
2.671,76
11,48
Terdeflasi
(%)
0,00
-6,06
-10,32
-3,10
82,75
20,72
-6,04
21,29
21,20
-5,94
-9,13
4,21
-12,88
-0,73
-24,12
1,71
73,57
4,60
Sumber: Dinas Perkebunan di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Tabel 15 menunjukkan harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah
menurut harga berlaku tertinggi terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp
4.295 per kg dan harga terendah terjadi pada tahun 1994 yaitu sebesar Rp
880 per kg. Sedangkan harga domestik teh Provinsi Jawa tengah menurut
harga konstan tertinggi yaitu sebesar Rp 4.000 per kg terjadi pada tahun
2002, dan harga terendah terjadi pada tahun 1997 yaitu sebesar Rp1.312,59
per kg. Rata-rata harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah menurut harga
berlaku selama penelitian adalah sebesar Rp 2.822,81 per kg, lebih besar
dibandingkan harga konstan yaitu sebesar Rp 2.671,76 per kg. Sedangkan
perubahan rata-rata harga berlaku yaitu sebesar 11,48%, lebih tinggi
dibandingkan dengan perubahan harga konstan yang hanya sebesar 4,60%.
Hal ini terjadi karena nilai mata uang rupiah yang cenderung mengalami
peningkatan inflasi terutama
setelahtotahun
commit
user 2002.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
Terdapat dua macam harga domestik, yaitu harga berlaku (harga
sebelum terdeflasi) dan harga konstan (harga setelah terdeflasi). Indeks
harga konsumen yang dipergunakan dalam penelitian ini (2002=100).
Adapun dalam penelitian ini, harga yang digunakan adalah harga konstan
dengan pertimbangan untuk menghilangkan pengaruh kenaikan harga
barang dan jasa (inflasi) selama penelitian. Perkembangan harga domestik
teh yang berfluktuasi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Perkembangan Harga Domestik Teh Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994 - 2009
Harga Domestik Teh
5000
4000
3000
2000
1000
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
0
Tahun
Harga Berlaku (Rp/Kg)
Harga Terdeflasi (Rp/Kg)
Gambar 4. Perkembangan Harga Domestik Teh di Provinsi Jawa Tengah,
1994-2009
Gambar 4 menunjukkan bahwa perkembangan harga domestik teh
Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu 16 tahun berfluktuatif dengan
kecenderungan mengalami peningkatan. Dapat dilihat nilai rata-rata harga
domestik teh Provinsi Jawa Tengah menurut harga berlaku selama
penelitian adalah sebesar Rp 2.822,81 per kg. Peningkatan harga berlaku
lebih cepat dibandingkan harga terdeflasi. Hal ini dikarenakan harga
berlaku merupakan nilai barang atau jasa yang mencerminkan harga yang
masih terpengaruh oleh kenaikan harga yang terjadi pada tahun tertentu
commit
to userperubahan nilai tukar uang yang
(inflasi yang terjadi) ataupun
adanya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
terjadi pada saat tertentu. Sedangkan harga yang telah terdeflasi merupakan
harga yang telah mengalami penyesuaian berdasarkan IHK tahun dasar
tertentu (tahun 2002) dengan kondisi perekonomian saat itu yang tergolong
stabil. Kondisi perekonomian yang stabil yaitu kondisi perekonomian suatu
negara pada saat tidak terjadi krisis ekonomi dan tidak terjadi krisis
ekonomi global. Harga yang telah terdeflasi menunjukkan harga atau nilai
sebenarnya (nilai riil) dimana pengaruh kenaikan harga barang dan jasa
yang terjadi selama periode penelitian telah dihilangkan. Dengan metode
pendeflasian harga maka akan terlihat kenaikan harga berlaku yang lebih
cepat dibandingkan dengan harga sebenarnya.
4. Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Harga ekspor merupakan harga komoditas saat diperdagangkan di
pasar internasional. Dengan memperhatikan perkembangan harga ekspor
suatu komoditas yang diekspor, dapat diketahui seberapa besar potensi
komoditas tersebut dalam memberikan sumbangan terhadap perolehan
devisa negara. Begitu pula dengan komoditas teh, dengan mengamati
perkembangan harga ekspor komoditas ini, dapat diketahui seberapa besar
potensi komoditas ini dalam menyumbangkan devisa bagi negara. Hal ini
dapat dilihat dari nilai ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2004
hingga tahun 2006 terus mengalami peningkatan sebesar 1.101.768 US$,
1.688.184 US$, menjadi 1.975.846 US$. Perkembangan harga ekspor teh
di Provinsi Jawa Tengah selama kurun waktu tahun
ditunjukkan pada Tabel 16 berikut.
commit to user
1994-2009 akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
Tabel 16. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Tahun
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
Ratarata
Volume
ekspor (Kg)
1.853.270
1.646.824
1.594.319
1.240.830
1.026.678
2.736.380
2.779.460
1.499.752
1.540.130
3.040.831
1.899.600
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
721.348
27.128.480
1.695.530
Nilai FOB
(US$)
1.464.083
1.498.610
1.578.376
1.216.013
1.006.144
5.636.943
3.057.406
1.049.826
1.463.124
5.351.863
1.101.768
1.688.184
1.975.846
1.001.079
1.131.127
937.752
31.158.144
1.947.384
Harga ekspor teh
(US$/kg)
0,79
0,91
0,99
0,68
0,98
2,06
1,10
0,70
0,95
1,76
0,58
0,96
1,15
0,88
1,21
1.30
17,00
1,06
Berlaku
(Rp/kg)
1.738,00
2.100,28
2.359,17
3.165,42
8.354,50
14.626,00
10.554,50
7.280,00
8.493,00
14.898,40
5.388,20
9.436,80
10.373,00
8.288,72
13.249,50
12.219,99
132.525,48
8.282,84
konstan
(Rp/kg)
3.175,59
3.584,71
3.511,72
4.053,56
9.775,91
16.941,97
11.487,27
7.591,24
8.493,00
14.014,11
5.026,77
8.230,96
7.805,70
5.946,85
8.902,44
8.072,40
126.614,19
7.913,39
Laju
pertumbuhan(%)
(Rp/kg)
(Rp/kg)
berlaku
konstan
0
0
20,84
12,88
12,33
-2,04
34,18
15,43
163,93
141,17
75,07
73,30
-27,84
-32,20
-31,02
-33,92
16,66
11,88
75,42
65,01
-63,83
-64,13
75,14
63,74
9,92
-5,17
-20,09
-23,81
59,85
49.70
-7,77
-9,32
392,77
262,53
24,55
16,41
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Tabel 16 menunjukkan perkembangan harga ekspor teh di Provinsi
Jawa Tengah selama penelitian. Berdasarkan harga berlaku pada tahun
penelitian, harga teh rata-rata pertahun sebesar Rp 8.282,84. Sedangkan
berdasarkan harga konstan (harga setelah terdeflasi) harga ekspor rata-rata
pertahun lebih rendah, yaitu sebesar Rp 7.913,39 per tahun. Harga ekspor
tertinggi mampu dicapai pada tahun 1999 yaitu sebesar 2,06 US$/kg atau
sebesar Rp14.626 per kg menurut harga berlaku, dan Rp16.941,97 menurut
harga konstan (harga setelah terdeflasi). Harga ekspor terendah terjadi pada
tahun 2004 yaitu sebesar 0,58 US$/kg atau sebesar Rp 5.388,20 per kg
menurut harga berlaku, dan Rp 5.026,77 menurut harga konstan (harga
setelah terdeflasi). Perkembangan harga ekspor teh berdasarkan harga
berlaku dan harga konstan dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
Perkembangan Harga Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah
Tahun 1994 - 2009
18.000
Harga Ekspor Teh
16.000
14.000
12.000
10.000
8.000
6.000
4.000
2.000
19
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
20
09
0
Tahun
Harga Berlaku (Rp/Kg)
Harga Terdeflasi (Rp/Kg)
Gambar 5. Perkembangan Harga Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah,
1994-2009
Berdasarkan Tabel 16 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa fluktuasi
harga ekspor berlaku tergolong tinggi, dengan rata-rata peningkatan yang
cukup tinggi yaitu mencapai 24,55% per tahun. Tingginya laju rata-rata
harga konstan ini disebabkan oleh tingginya fluktuasi nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap rupiah, serta tingginya angka inflasi terutama
setelah tahun 2002. Sedangkan laju perubahan rata-rata harga ekspor
konstan (harga setelah terdeflasi) memiliki laju perubahan yang lebih
rendah yaitu sebesar 16,41% per tahun. Hal ini disebabkan karena harga
konstan adalah harga yang telah mengalami pendeflasian, yaitu
perhitungan tahun dasar dengan mendasarkan harga pada Indeks Harga
Konsumen (IHK) tahun tertentu (tahun 2002) dengan pertimbangan kondisi
perekonomian pada tahun tersebut dianggap stabil dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh inflasi selama tahun penelitian. Adapun harga
berlaku sendiri merupakan harga yang masih mendapatkan pengaruh inflasi
selama penelitian, sehingga laju perubahan rata-rata per tahunnya terlihat
lebih cepat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
5. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat (USD) Terhadap Rupiah
Mata uang Dollar Amerika Serikat (Dollar AS) merupakan jenis
valuta asing yang paling umum dipakai dalam kegiatan ekspor impor di
Indonesia termasuk di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan mata
uang Dollar Amerika Serikat adalah mata uang yang paling umum
digunakan sebagai alat pembayaran internasional. Perkembangan nilai
tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah adalah sebagai berikut:
Tabel 17. Perkembangan Nilai Tukar dollar Amerika Serikat terhadap
Rupiah, 1994-2009
Tahun
Kurs USD Terhadap Rupiah
Harga berlaku
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Total
Rata-rata
2.200
2.308
2.383
4.650
8.525
7.100
9.595
10.400
8.940
8.465
9.290
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
122.475.00
7.654,69
Harga Terdeflasi
4.019,73
3.939,24
3.547,19
5.954,67
9.975,43
8.224,26
10.442,97
10.844,63
8.940,00
7.962,56
8.666,85
8.573,92
6.787,57
6.757,78
7.357,39
6.209,54
118.203,72
7.387,73
Laju Pertumbuhan
(%)
Harga
Harga
berlaku
Terdeflasi
0
0,00
4,91
-2,00
3,25
-9,95
95,13
67,87
83,33
67,52
-16,72
-17,55
35,14
26,98
8,39
3,85
-14,04
-17,56
-5,31
-10,93
9,75
8,85
5,81
-1,07
-8,24
-20,83
4,42
-0,44
16,25
8,87
-14,16
-15,60
207,93
87,98
13,00
5,50
Sumber: Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Tabel 17 menunjukkan perkembangan nilai tukar Dollar Amerika
Serikat terhadap rupiah pada tahun 1994-2009, terbagi dalam harga berlaku
dan harga terdeflasi. Jika dilihat dari harga berlaku, nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap rupiah mempunyai kecenderungan meningkat
selama tahun 1994-2009 dengan peningkatan drastis terjadi di tahun 1997
yaitu sebesar 95,13 persen dari nilai tahun sebelumnya, fluktuasi nilai tukar
Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang tinggi juga ditunjukkan
commit to user
setelah tahun 2000 hingga tahun 2001.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Perkembangan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah
yang telah dideflasi menunjukkan keadaan yang sebaliknya yaitu terjadi
cenderung mengalami penurunan selama tahun 2002-2003, sedangkan
fluktuasi nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah mulai
berlangsung pada tahun 1997 dengan laju yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan perhitungan sebelumnya. Perkembangan nilai tukar
Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah selama kurun waktu 1994-2009
secara jelas akan tampak pada gambar berikut ini.
20
09
20
08
20
07
20
06
20
05
20
04
20
03
20
02
20
01
20
00
19
99
19
98
19
97
19
96
19
95
12000
11000
10000
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
19
94
Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
AS
Perkembangan Nilai Tukar Dollar AS terhadap Rupiah
Tahun 1994-2009
Tahun
Kurs Berlaku
Kurs Terdeflasi
Gambar 6. Perkembangan Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap
Rupiah, 1994-2009
Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah cenderung mengalami fluktuasi terutama pada periode
setelah 1997. Peningkatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap
rupiah, pada dasarnya merupakan dampak yang terjadi akibat adanya
perubahan dalam cita rasa masyarakat yang membentuk permintaan atas
barang-barang impor, terjadi peningkatan inflasi serta perkembangan
ekonomi yang berlangsung dalam suatu negara. Keadaan yang demikian
commit nilai
to user
mampu menyebabkan penurunan
tukar mata uang domestik terhadap
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
74
mata uang asing. Hal ini dikarenakan semakin tinggi permintaan pada suatu
mata uang asing, maka nilai mata uang tersebut semakin tinggi.
6. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya
Besarnya volume ekspor yang mampu dihasilkan pada tahun
sebelumnya, merupakan suatu pertimbangan yang dapat membantu
eksportir dalam menentukan volume ekspor pada tahun-tahun berikutnya.
Perkembangan volume ekspor teh pada tahun sebelumnya yaitu volume
ekspor pada tahun 1993-2008 dapat diamati pada Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Perkembangan Volume Ekspor Teh Pada Tahun Sebelumnya di
Provinsi Jawa Tengah, 1993-2008
Tahun
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Total
Rata-rata
Volume ekspor
(Kg)
1.663.950
1.853.270
1.646.824
1.594.319
1.240.830
1.026.678
2.736.380
2.779.460
1.499.752
1.540.130
3.040.831
1.899.600
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
28.071.082
1.754.442,63
Nilai Ekspor
(US$)
2.137.795
1.464.083
1.498.610
1.578.376
1.216.013
1.006.144
5.636.943
3.057.406
1.049.826
1.463.124
5.351.863
1.101.768
1.688.184
1.975.846
1.001.079
1.131.127
32.358.187
2.022.386,69
Laju Perkembangan
Ekspor
(Kg)
(%)
0
0
189.320
11,38
-206.446
-11,14
-52.505
-3,19
-353.489
-22,17
-214.152
-17,26
1709.702
166,53
43.080
1,57
-1.279.708
-46,04
40.378
2,69
1.500.701
97,44
-1.141.231
-37,53
-141.075
-7,43
-40.398
-2,30
-580.537
-33,79
-202.774
-17,82
-729.134
80,94
-45.570,88
5,06
Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, 1993-2008
Tabel 18 menunjukkan volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah
pada tahun sebelumnya yaitu data ekspor selang satu tahun dari rentang
waktu penelitian yang digunakan. Volume ekspor rata-rata yang dihasilkan
Provinsi Jawa Tengah dalam memenuhi permintaan pasar luar negeri
mencapai 1.754.442,63 kg per tahunnya, tetapi laju pertumbuhannya
cenderung menurun sebesar -45.570,88 kg tiap tahunnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
Volume ekspor teh Provinsi Jawa tengah mulai menunjukkan
keadaan yang semakin menurun pada tahun 2001 yaitu mencapai
-46,04%. hal ini terjadi karena pada tahun 2001 mutu teh yang di hasilkan
oleh Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan. Penurunan mutu teh
tersebut dikarenakan proses penanganan panen dan pasca panen yang
tidak tepat. Seharusnya dalam proses panen teh dilakukan jenis petikan
halus. Penanganan panen dan pasca panen yang tidak tepat dikarenakan
para petani memiliki keterampilan yang rendah, teknologi yang digunakan
masih kalah bila dibandingkan dengan negara pengekspor teh lainnya,
serta melakukan petikan kasar sehingga menghasilkan teh yang
berkualitas rendah. Selain itu juga disebabkan karena perawatan terhadap
tanaman teh masih kurang, misalnya banyak tanaman teh yang sudah tua
tidak diganti dengan yang baru serta banyak tanaman yang rusak.
Menurunnya mutu teh di Provinsi Jawa Tengah memberikan dampak pada
penurunan permintaan ekspornya oleh negara-negara importir teh. Standar
mutu teh hitam yang diinginkan oleh negara pengimpor teh adalah bentuk
teh besar, sedang, atau kecil menurut jenisnya, warna kehitam-hitaman.
Air seduhannya berwarna merah kekuning-kuningan, aroma harum dan
keras.
Teh hijau yang biasa diekspor adalah teh dengan mutu I (peko), yaitu
bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai kehitaman,
aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing (kotoran), tangkai
daun maksimum 5%, dan kadar air maksimum 10%. Sedangkan mutu teh
hijau yang dipasarkan di dalam negeri adalah mutu II (Jikeng), mutu III
(Bubuk), dan mutu IV (Tulang). Perkembangan ekspor teh Provinsi Jawa
tengah tahun 1993-2009 mempunyai kecenderungan menurun, namun
keadaan sebaliknya terjadi setelah tahun 2000 hingga tahun 2001, keadaan
ini dapat terlihat jelas pada gambar dibawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
94
19
95
19
96
19
97
19
98
19
99
20
00
20
01
20
02
20
03
20
04
20
05
20
06
20
07
20
08
19
93
3300000
3000000
2700000
2400000
2100000
1800000
1500000
1200000
900000
600000
300000
0
19
Volume Ekspor Teh Tahun Sebelum
Perkembangan Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa
Tengah Tahun Sebelumnya
Tahun
Volume Ekspor (Kg)
Gambar 7. Perkembangan Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
pada Tahun Sebelumnya, 1993-2008
B. Hasil Analisis Penelitian
Penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah menggunakan metode regresi linier
berganda dalam bentuk log ganda. Agar dapat memperoleh hasil regresi yang
terbaik penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data time series selama
kurun waktu 16 tahun. Dalam penelitian ini variabel berpengaruh terhadap
volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi teh Provinsi Jawa
tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi
Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah Provinsi
Jawa Tengah, dan volume ekspor teh tahun sebelumnya. Variabel-variabel
yang diduga dalam penelitian ini dapat dilihat di Tabel 19.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
Tabel 19. Variabel-Variabel Yang Diduga Dalam Penelitian
Tahun
Y
X1
X2
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1.853.270
1.646.824
1.594.319
1.240.830
1.026.678
2.736.380
2.779.460
1.499.752
1.540.130
3.040.831
1.899.600
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
721.348
7.970.910
7.438.620
8.894.090
9.000.820
9.506.030
15.929.460
17.077.050
13.075.260
13.774.280
13.609.180
15.000.240
4.655.330
4.400.140
5.009.890
5.579.950
5.512.060
1.607,89
1.510,50
1.354,57
1.312,59
2.398,78
2.895,86
2.720,94
3.300,31
4.000,00
3.762,58
3.419,16
3.563,02
3.104,07
3.081,50
2.338,24
2.378,12
X3
0,79
0,91
0,99
0,68
0,98
2,06
1,10
0,70
0,95
1,76
0,58
0,96
1,15
0,88
1,21
1,30
X4
2.200
2.308
2.383
4.650
8.525
7.100
9.595
10.400
8.940
8.465
9.290
9.830
9.020
9.419
10.950
9.400
X5
1.663.950
1.853.270
1.646.824
1.594.319
1.240.830
1.026.678
2.736.380
2.779.460
1.499.752
1.540.130
3.040.831
1.899.600
1.758.525
1.718.127
1.137.590
934.816
-
Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa tengah dan Dinas Perkebunan
Provinsi Jawa Tengah, 1994-2009
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan program SPSS
diperoleh persamaan regresi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah
sebagai berikut:
Ln = – 3,185 + 0,163 Ln X1 + 0,642 Ln X2 + 1,097 Ln X3 – 0,526 Ln X4
+ 1,007 Ln X5
Keterangan:
Y = volume ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (kg)
X1 = produksi Teh (kg)
X2 = harga domestik Teh Provinsi Jawa Tengah (Rp/kg)
X3 = harga ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah (FOB) (USD/kg)
X4 = nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah (Rp/USD)
X5 = volume ekspor tahun sebelumnya (kg)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
78
Persamaan regresi diatas dalam bentuk aslinya, dapat ditulis kembali
menjadi persamaan non linier berganda berbentuk perpangkatan sebagai
berikut:
Y= 4,14 . 10-2 X10,163 X20,642 X31,097 X4-0,526 X51,007
1. Pengujian model
Hasil analisis persamaan regresi volume ekspor teh di Provinsi Jawa
Tengah, yaitu sebagai berikut:
a. Uji Adjusted R2
Untuk mengetahui besarnya peengaruh variabel bebas terhadap
variabel tidak bebasnya, dapat dilihat dari besarnya nilai adjusted R2
(koefisien determinasi yang telah disesuaikan).
Nilai adjusted R2
(koefisien determinasi yang telah disesuaikan) dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 20. Model Summary Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Model
1
R
R2
0,963a
0,928
Adjusted
R2
0,892
Std.
eror
0,13078
Durbin-watson
1,650
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 20 merupakan hasil analisis data dengan
menggunakan program SPSS, diperoleh nilai koefisien determinasi
yang disesuaikan (Adjusted R2 ) sebesar 0,892 atau 89,2%. Berdasarkan
nilai tersebut maka dapat diartikan bahwa seluruh variabel bebas yang
digunakan yaitu variabel bebas yang digunakan yaitu variabel produksi
teh Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik teh Provinsi Jawa
Tengah (X2), harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (X3), nilai tukar
Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (X4), dan volume ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) secara bersama-sama
mampu menjelaskan variasi atau perubahan yang terjadi pada varibel
volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2%. Sedangkan
sisanya sebesar 10,8% dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkancommit
ke dalam
model penelitian seperti iklim yang
to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
79
terjadi di negara produsen teh, tingkat kualitas produk ekspor teh,
permintaan negara importir teh, dan kebijakan pemerintah negara
importir teh yang sewaktu-waktu dapat berubah tentang syarat lulus
penerimaan produk teh bagi negaranya. Tidak dimasukkan faktor-faktor
tersebut dalam model penelitian karena akan menemui kesulitan dalam
pengumpulan data di lapang dan data tersebut bersifat kualitatif.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan
dari variabel bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y), dengan
kriteria penerimaan jika F hitung mempunyai nilai yang lebih besar dari
F tabel maka variabel bebas (X) secara keseluruhan atau bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel tidak bebas (Y) dan sebaliknya jika F
hitung mempunyai nilai yang lebih kecil dari F tabel maka variabel
bebas (X) secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel
tidak bebas (Y).
Tabel 21. Analisis Varian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Volume
Ekspor Teh di Provinsi Jawa tengah
Sumber Jumlah Derajat
variasi kuadrat bebas
Regresi
Residu
Total
2,204
0,171
2,375
5
10
15
Rata-rata
jumlah
kuadrat
0,441
0,017
F hitung
25,769
F tabel
2,40
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa nilai F hitung
sebesar 25,769. Nilai F hitung tersebut lebih besar daripada F tabel
yaitu sebesar 2,40. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang
diamati yaitu produksi teh Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik
teh Provinsi Jawa Tengah (X2), harga ekspor Provinsi Jawa Tengah
(X3), nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah (X4), dan
ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya (X5) secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di
Provinsi Jawa tengah. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
80
c. Uji - t
Uji t adalah uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa
Tengah. Kriteria yang digunakan adalah jika nilai t hitung lebih besar
dari t tabel pada tingkat signifikansi yang ditentukan (5%) maka
variabel bebas tersebut berpengaruh secara parsial atau individu
terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya jika nilai t hitung lebih kecil
dari t tabel pada tingkat signifikansi yang telah ditentukan maka
variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara parsial atau individu
terhadap variabel tidak bebas. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 22. Pengaruh Masing-Masing variabel bebas terhadap Volume
Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Variabel
Produksi teh(X1)
Harga domestik teh (X2)
Harga ekspor teh(X3)
Nilai tukar Dollar
Amerika serikat
terhadap rupiah (X4)
Volume ekspor teh
tahun sebelumnya (X5)
Koefisien
regresi
0,163
t hitung
1,975
t tabel
(5%)
±2,131
Keterangan
0,642
1,097
-0,526
3,737
6,645
-4,923
±2,131
±2,131
±2,131
Tidak
Signifikan
Signifikan
Signifikan
Signifikan
1,007
6,199
±2,131
Signifikan
Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui nilai t hitung masingmasing variabel bebas hasil dari perhitungan regresi. Variabel yang
mempunyai nilai t hitung lebih besar dari t tabel adalah variabel yang
secara individu berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi
Jawa Tengah. Variabel-variabel tersebut yaitu harga domestik teh
Provinsi Jawa Tengah , harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai
tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah, dan volume ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya. Sedangkan variabel produksi
teh Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai t hitung yang lebih kecil
dari t tabel, sehingga commit
dapat diartikan
to user bahwa variabel tersebut secara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
81
individu tidak berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi
Jawa Tengah.
Nilai t hitung variabel yaitu harga domestik teh Provinsi Jawa
Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap Rupiah dan volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah tahun sebelumnya masing-masing sebesar 3,737; 6,645;
-4,923; dan 6,199; lebih besar dari nilai t tabel α = 5% sebesar 2,131.
Produksi teh di Provinsi Jawa Tengah mempunyai nilai t hitung sebesar
1,975 yang lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 2,131. Artinya keempat
variabel tersebut berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor
teh di Provinsi Jawa tengah.
d. Variabel Bebas Yang Paling Berpengaruh
Variabel bebas yang paling berpengaruh dilakukan perhitungan
nilai standar koefisien regresi atau beta coefficients. Perhitungan
standar koefisien regresi dilakukan untuk variabel-variabel bebas yang
secara individual berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hasil
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Parsial Tiap Variabel Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa
Tengah.
Variabel
Harga domestik teh (X2)
Harga ekspor teh (X3)
Standar
Koefisien
Regresi Parsial
0,6901
1,3872
Nilai tukar Dollar AS terhadap
Rupiah (X4)
Volume Ekspor teh tahun
sebelumnya (X5)
Keterangan
-0,3658
Paling
berpengaruh
-
1,1824
-
Sumber: Hasil Analisis Data sekunder
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa variabel yang
memiliki nilai koefisien regresi parsial terbesar adalah harga ekspor teh
yaitu sebesar 1,3872 dengan hubungan ynag positif. Hal ini berarti
commit to user
variabel bebas harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah memberikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
82
pengaruh terbesar dibandingkan variabel lain yang digunakan dalam
model. Hubungan yang positif ini menjelaskan bahwa bila terjadi
kenaikan harga ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah, maka volume
ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akan turut meningkat, begitu pula
sebaliknya.
2. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan metode OLS (Ordinary Least
Square), maka perlu dilakukan uji terhadap model yang digunakan apakah
terjadi penyimpangan terhadap Asumsi Model Klasik. Adapun uji yang
dilakukan meliputi uji multikolinearitas, uji outokorelasi, dan uji
heteroskedastisitas.
a. Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah suatu keadaan dimana terdapatnya
hubungan yang linier atau mendekati linier diantara variabel-variabel
penjelas. Terjadi atau tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi
dengan melihat nilai dari matriks Pearson Correlation (PC).
Berdasarkan hasil analisis nilai Pearson Correlation diketahui bahwa
korelasi antar variabel bebas tidak ada yang bernilai lebih besar dari
0,8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak
terjadi multikolinearitas.
b. Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk
menguji ada atau tidaknya outokorelasi dalam model regresi adalah
dengan uji Durbin-Watson ( uji DW ) dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) 1,65< DW< 2,35 yang artinya tidak terjadi autokorelasi
2) 1,21<DW<1,65 atau 2,35 <DW< 2,79 yang artinya tidak dapat
commit to user
disimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
83
3) DW <1,21 atau DW > 2,79 yang artinya terjadi autokorelasi
Diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,650 yaitu diantara 1,65 dan 2,35
sehingga dalam model disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan
kepengamatan
lain.
Dalam
penelitian
ini
Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan diagram scatterplot. Diketahui
bahwa grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak
membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa
kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama (homoskedastisitas)
dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi tidak terjadi
heteroskedastisitas, sehingga model regresi layak untuk digunakan
dalam memprediksi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah
berdasarkan masukan variabel independennya.
3. Elastisitas Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah
Pengukuran elastisitas ekspor bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar perubahan yang terjadi pada volume ekspor teh di Provinsi Jawa
Tengah apabila terjadi perubahan pada variabel-variabel bebas yang
mempengaruhinya. Karena salah satu ciri menarik dari model logaritma
berganda ini adalah bahwa nilai koefisien regresi bi merupakan nilai
elastisitasnya. Jadi dengan model ini, nilai elastisitasnya merupakan nilai
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebasnya. Koefisien
elastisitas diperhitungkan hanya pada variabel-variabel bebas yang secara
individual berpengaruh nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa
Tengah. Adapun koefisien elastisitas masing-masing variabel tersebut
adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
Tabel 24. Nilai Koefisien Elastisitas Variabel-Variabel Bebas Yang
Berpengaruh Terhadap Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa
Tengah
Variabel
Harga domestik teh (X2)
Harga ekspor teh (X3)
Nilai tukar Dollar AS terhadap
Rupiah (X4)
Volume ekspor teh tahun
sebelumnya (X5)
Koefisien
elastisitas
0,642
1,097
-0,526
1,007
Keterangan
inelastis
elastis
inelastis
elastis
Sumber: Hasil analisis data sekunder
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa nilai koefisien
elastisitas dari harga ekspor teh dan volume ekspor teh tahun sebelumnya
memiliki nilai elastisitas yang lebih besar dari satu (Es>1) dengan arah
hubungan yang positif. Hal ini berarti penawaran ekspor teh di Provinsi
Jawa tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi pada harga
ekspor dan volume ekspor teh tahun sebelumnya. Dengan kata lain volume
ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah akan mengalami perubahan ketika
harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dan volume ekspor teh Provinsi
Jawa Tengah pada tahun sebelumnya, dengan persentase perubahan jumlah
volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah lebih besar daripada persentase
perubahan variabel-variabel bebasnya tersebut. Sehingga adanya perubahan
kecil pada variabel bebas tersebut akan menyebabkan perubahan volume
ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah.
Nilai elastisitas harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 1,097.
Artinya apabila terjadi peningkatan harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah
sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah sebesar 1,097%, dalam keadaan ceteris paribus, dan begitu pula
sebaliknya. Nilai elastisitas volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah pada
tahun sebelumnya sebesar 1,007. Artinya apabila terjadi peningkatan
commit
user tahun sebelumnya sebesar 1%
volume ekspor teh Provinsi
JawatoTengah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
85
maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar
1,007%, dalam keadaan ceteris paribus, dan begitu pula sebaliknya.
Variabel harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar
Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah tidak demikian. Kedua variabel
ini memiliki nilai koefisien elastisitas yang lebih kecil dari satu (Es<1),
yaitu sebesar 0,642 dan - 0,526. Hal ini berarti penawaran ekspor teh
Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap perubahan yang terjadi
pada harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar Dollar
Amerika Serikat terhadap Rupiah atau bila terjadi peningkatan harga
domestik Provinsi Jawa Tengah sebesar 1% maka akan meningkatkan
volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,642%, dan apabila
terjadi peningkatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah
sebesar 1% maka akan menurunkan volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah sebesar -0,526 % dalam kondisi ceteris paribus, dan begitu pula
sebaliknya.
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah selama
kurun waktu 16 tahun, yaitu periode tahun 1994-2009 dengan menggunakan
regresi non linier berganda dapat diperoleh hasil bahwa variabel produksi teh
Provinsi Jawa Tengah (X1), harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah (X2),
harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah (X3), nilai tukar Dollar Amerika
Serikat terhadap Rupiah (X4), dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah
tahun sebelumnya (X5) secara bersama-sama mampu menjelaskan perubahan
yang terjadi pada volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah sebesar 89,2%.
Variabel-variabel bebas yang mempengaruhi volume ekspor teh Provinsi
Jawa Tengah secara individu meliputi produksi teh Provinsi Jawa Tengah,
harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah, dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
86
Selanjutnya faktor-faktor yang diteliti tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Produksi Teh Provinsi Jawa Tengah
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh yakni
1,975 lebih kecil dari t tabel (α = 5%) yaitu sebesar 2,131. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel produksi teh Provinsi Jawa Tengah tidak
berpengaruh secara parsial atau individual terhadap volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah. Hal ini dikarenakan tidak semua produksi
memenuhi standar mutu ekspor. Sebagaimana diketahui bahwa teh
mempunyai standar mutu internasional yang ketat diberlakukan dalam
perdagangan antar negara. Standar mutu teh hitam yang diinginkan oleh
negara pengimpor teh adalah bentuk teh besar, sedang, atau kecil menurut
jenisnya, warna kehitam-hitaman. Air seduhannya berwarna merah
kekuning-kuningan, aroma harum dan keras.
Teh hijau yang biasa diekspor adalah teh dengan mutu I (peko),
yaitu bentuk daun tergulung kecil dengan warna hijau sampai kehitaman,
aromanya wangi dan tidak apek, tidak ada benda asing (kotoran), tangkai
daun maksimum 5%, dan kadar air maksimum 10%. Sedangkan mutu teh
hijau yang dipasarkan di dalam negeri adalah mutu II (Jikeng), mutu III
(Bubuk), dan mutu IV (Tulang).
Apabila mutu teh yang diekspor tidak sesuai dengan standar mutu
teh yang diinginkan oleh negara pengimpor teh akan menyebabkan
menurunnya harga ekspor teh. Sedangkan teh Provinsi Jawa Tengah
terutama yang berasal dari perkebunan rakyat pada umumnya memiliki
mutu yang rendah karena proses penanganan panen dan pasca panen yang
tidak tepat. Penanganan
panen dan pasca panen yang tidak tepat
dikarenakan para petani memiliki keterampilan yang rendah, teknologi
yang digunakan masih kalah bila dibandingkan dengan negara pengekspor
commit
to userkasar sehingga menghasilkan teh
teh lainnya, serta melakukan
petikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
87
yang berkualitas rendah. Selain itu juga disebabkan karena perawatan
terhadap tanaman teh masih kurang, misalnya banyak tanaman teh yang
sudah tua tidak diganti dengan yang baru serta banyak tanaman yang
rusak.
b. Harga Domestik Teh Provinsi Jawa Tengah
Hasil uji t menunjukkan bahwa harga domestik teh Provinsi Jawa
Tengah berpengaruh secara individu terhadap volume ekspor teh di
Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%. Hal tersebut
ditunjukkan oleh nilai t hitung yang didapatkan sebesar 3,737 lebih besar
dari nilai t tabel pada α = 5% sebesar 2,131. Nilai koefisien regresi
sebesar 0,642 yang artinya bila harga domestik mengalami peningkatan
1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah
sebesar 0,642% dan begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain, penawaran
volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap
perubahan yang terjadi pada harga domestik. Hal ini dikarenakan
peningkatan harga teh dalam negeri yang cenderung mengalami
peningkatan menyebabkan teh yang dihasilkan oleh Provinsi Jawa Tengah
dijual ke pasar dalam negeri. Peningkatan penjualan teh kedalam negeri
akan menyebabkan jumlah teh yang diekspor keluar negeri menurun.
Selain itu jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah yang terus meningkat
dan kesadaran mengenai pentingnya tanaman teh bagi kesehatan
menyebabkan permintaan teh dalam negeri meningkat. Sehingga akan
mengurangi jumlah teh yang diekspor keluar negeri.
c. Harga Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai t hitung yang diperoleh yakni
6,645 lebih besar dari t tabel pada tingkat signifikansi 5% yaitu sebesar
2,131. Hal ini berarti harga ekspor teh berpengaruh secara individual
terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Dengan kata lain
adanya perubahan dalam harga ekspor teh berpengaruh secara individu
terhadap perubahan volume ekspor teh. Selain itu nilai koefisien regresi
commit
to user
yang diperoleh yaitu sebesar
1,097
menunjukkan bahwa volume ekspor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
88
teh Provinsi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi
pada harga ekspor teh, sehingga bila harga ekspor teh mengalami
peningkatan sebesar 1% maka akan meningkatkan volume ekspor teh
sebesar 1,097%. Hal yang sebaliknya akan terjadi bila harga ekspor teh
mengalami penurunan.
Peningkatan harga ekspor Provinsi Jawa Tengah akan meningkatkan
jumlah ekspor teh Provinsi Jawa Tengah karena pada kondisi seperti ini
keuntungan yang akan diperoleh eksportir tentunya juga akan meningkat.
Berdasarkan itulah para eksportir akan berusaha meningkatkan volume
ekspor teh untuk meningkatkan keuntungan. Kondisi harga ekspor teh
tersebut menunjukkan bahwa harga ekspor sebagai bagian dari
perdagangan internasional bisa dimungkinkan oleh kondisi keuntungan
yang lebih besar dari penjualan keluar negeri daripada penjualan di dalam
negeri karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan, sehingga
para eksportir akan berusaha meningkatkan volume ekspor teh untuk
peningkatan keuntungan.
d. Nilai Tukar Dollar Amerika Serikat terhadap Rupiah
Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap Rupiah berpengaruh secara parsial atau individual terhadap
volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah. Ditunjukkan oleh nilai
t hitung sebesar -0,526 lebih kecil daripada nilai t tabel negatif pada
tingkat kepercayaan 95%. Nilai tukar berpengaruh terhadap volume
ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, disebabkan dalam kegiatan kontrak
dagang ekspor terdapat prosedur transaksi yang cukup panjang sehingga
membutuhkan tenggang waktu lebih lama bila dibandingkan kegiatan
perdagangan didalam negeri, termasuk didalamnya adalah jangka waktu
yang dibutuhkan mulai dari kegiatan persetujuan kontrak dagang ekspor
antara eksportir dan importir, hingga proses pemenuhan volume ekspor
dan proses penyampaian barang ke importir.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
89
Selama jangka waktu yang dibutuhkan tersebut tentunya akan sering
terjadi perubahan nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah yang
berlaku di Indonesia. Sehingga adanya perubahan (naik-turun) yang
terjadi terhadap nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah selama
jangka waktu penyelesaian kontrak dagang akan mempengaruhi seberapa
besar volume ekspor teh yang dihasilkan Provinsi Jawa Tengah.
e. Volume Ekspor Teh Provinsi Jawa Tengah Tahun Sebelumnya
Hasil uji t menunjukkan bahwa volume ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah tahun sebelumnya berpengaruh secara individu terhadap volume
ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah pada tingkat kepercayaan 95%. Hal
tersebut ditunjukkan oleh nilai t hitung yang didapatkan sebesar 6,199
lebih besar dari nilai t tabel pada α = 5%. Pengaruh yang diberikan positif
yang ditunjukkan oleh koefisien regresi sebesar 1,007 yang artinya bila
volume ekspor teh tahun sebelumnya mengalami peningkatan 1% maka
akan meningkatkan volume ekspor teh hanya sebesar 1,007% dan begitu
pula sebaliknya. Dengan kata lain, penawaran volume ekspor teh di
Provinsi jawa Tengah bersifat elastis terhadap perubahan yang terjadi
pada volume ekspor teh tahun sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan ekspor teh di Provinsi
Jawa Tengah tahun ini juga ditentukan pula oleh keberhasilan ekspor teh
tahun sebelumnya, dengan persentase yang lebih besar dari perubahan
yang terjadi pada volume ekspor tahun sebelumnya. Keadaan ini dapat
diartikan bahwa eksportir teh Provinsi Jawa Tengah akan melihat
keberhasilan ekspor tahun lalu sebagai tolak ukur dalam peningkatan
ekspor pada tahun berjalan. Berdasarkan hal inilah, eksportir dapat
memperkirakan jumlah ekspor yang akan dilakukan pada tahun berjalan
apakah akan mengurangi atau meningkatkan jumlah ekspor dengan
melihat ekspor yang sudah dilakukan pada tahun sebelumnya.
commit to user
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Volume Ekspor Teh di Provinsi Jawa Tengah, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor (variabel) yang secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah produksi teh
Provinsi Jawa Tengah, harga domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga
ekspor teh Provinsi Jawa Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah, dan volume ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun
sebelumnya. Faktor-faktor (variabel) yang secara individu berpengaruh
nyata terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah harga
domestik teh Provinsi Jawa Tengah, harga ekspor teh Provinsi Jawa
Tengah, nilai tukar Dollar Amerika Serikat terhadap rupiah dan volume
ekspor teh Provinsi Jawa Tengah tahun sebelumnya. Variabel yang paling
berpengaruh terhadap volume ekspor teh di Provinsi Jawa Tengah adalah
harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah.
2. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah bersifat inelastis terhadap harga
domestik teh Provinsi Jawa Tengah dan nilai tukar Dollar Amerika Serikat
terhadap rupiah. Ekspor teh Provinsi Jawa Tengah bersifat elastis terhadap
harga ekspor teh Provinsi Jawa Tengah dan volume ekspor teh tahun
sebelumnya.
commit to user
90
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan
diantaranya adalah:
1. Produsen teh terutama petani Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar
Swasta (PBS), dan Perkebunan Negara hendaknya memahami arti penting
mutu hasil produk teh. Hal ini dikarenakan semakin baik mutu teh akan
semakin mempertinggi harga teh yang dijual keluar negeri sehingga akan
dapat meningkatkan pendapatan. Untuk itu petani perlu menerapkan
usaha-usaha peningkatan mutu teh dengan memanfaatkan pengetahuan dan
teknologi pengolahan pasca panen yang lebih maju baik secara swadaya
maupun melalui kerjasama dengan pemerintah atau perusahaan swasta.
2. Bagi pemerintah di Provinsi Jawa Tengah dalam usaha untuk
meningkatkan ekspor komoditas perkebunan khususnya teh maka
pemerintah diharapkan untuk secara intensif turut campur dalam upaya
peningkatan produksi yang memenuhi standar mutu ekspor, antara lain
dengan pengelolaan lahan perkebunan teh secara intensif, dengan
pengelolaan lahan perkebunan teh secara intensif diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi teh dengan mutu yang baik.
commit to user
Download