BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Legitimasi ( Legitimacy Theory

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Legitimasi (Legitimacy Theory)
Pengertian legitimasi teori dikemukakan oleh O’Donovan (2002)
dalam Bustanul et.al., (2012), yaitu:
“Legitimacy theory as the idea that in order for an organization to
continue operating successfully, it must act in a manner that
society deems socially acceptable”.
Dari pengertian di atas, legitimacy theory mengandung arti bahwa
organisasi/perusahaan secara berkesinambungan harus memastikan apakah
mereka telah beroperasi di dalam norma-norma yang dijunjung masyarakat
dan memastikan bahwa aktivitas mereka bisa diterima pihak luar
(dilegitimasi).
Teori legitimacy menegaskan bahwa perusahaan terus berupaya
untuk memastikan bahwa mereka beroperasi dalam bingkai dan norma
yang ada dalam masyarakat atau lingkungan dimana perusahaan berada,
dimana mereka berusaha untuk memastikan bahwa aktifitas mereka
(perusahaan) diterima oleh pihak luar sebagai suatu yang “sah”. (Deegan,
2004 dalam Mochammad, 2012)
Ghozali dan Chariri (2007) dalam Eiffeliena (2011) menyatakan
bahwa hal yang mendasari teori legitimacy adalah “kontrak sosial” antara
perusahaan dengan masyarakat dimana beroperasi dan menggunakan
sumber daya alam. Berdasarkan teori tersebut setiap perusahaan pada
9
10
dasarnya harus memberikan benefit kepada masyarakat yang dapat
dilakukan
dengan
responsibility
cara
kepada
melaksanakan
lingkungan
program corporate
masyarakat
dimana
social
perusahaan
beroperasi sehingga perusahaan mendapat umpan balik yaitu berupa
legitimasi dari masyarakat. Pelaksanaan corporate social responsibility
tersebut dapat dilihat dalam annual report dan sustainability report
perusahaan.
B. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal
yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi,
bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan (Reny dan
Denies, 2012). Perusahaan menganggap bahwa peran para stakeholder
sangat berpengaruh bagi perusahaan sehingga dapat mempengaruhi dan
menjadi pertimbangan dalam mengungkapkan suatu informasi dalam
laporan keuangan mereka (Eiffeliena, 2011).
Saat ini, pergeseran filosofis pengelolaan organisasi entitas bisnis
yang didasarkan pada teori keagenan (agency theory) yaitu tanggung
jawab perusahaan yang hanya berorientasi kepada pengelola (agen) dan
pemilik (principal) mengalami perubahan kepada pandangan manajemen
modern yang didasarkan pada stakeholder theory, yaitu terdapatnya
perluasan tanggung jawab perusahaan dengan dasar pemikiran bahwa
pencapaian tujuan perusahaan sangat berhubungan erat dengan pola
11
(setting) lingkungan sosial dimana perusahaan
berada (Maksum dan
Kholis, 2003 dalam Naila dan Sri, 2009).
Hal pertama mengenai teori stakeholder adalah bahwa stakeholder
adalah sistem yang secara eksplisit berbasis pada pandangan tentang suatu
organisasi dan lingkungannya, mengakui sifat saling mempengaruhi antara
keduanya yang kompleks dan dinamis. Stakeholder dan organisasi
memiliki akuntabilitas. Oleh karena itu organisasi memiliki akuntabilitas
terhadap stakeholder-nya.
C. Economic Performance
Kinerja ekonomi adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan
perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas
keuangan perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu. Kinerja
ekonomi dapat diukur dari laporan keuangan perusahaan (financial reports)
yang dikeluarkan secara periodik yang memberikan suatu gambaran
tentang posisi keuangan perusahaan. ( Desak dan I Gede, 2012)
Economic performance sering juga disebut dengan kinerja
perusahaan, merupakan kinerja perusahaan secara relatif dalam suatu
industri untuk menciptakan lingkungan baik (green) (Suratno, 2006 dalam
Novita, 2009). Menurut Hanafi (2004) dalam Desak dan I Gede (2012)
rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja ekonomi yaitu
rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas dan profitabilitas.
12
D. Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan kini mulai ramai diperbincangkan,
namun belum terdapat kesamaan definisi dari berbagai kalangan. Menurut
The World Business Council on Sustainable Development (WBCSD)
menyatakan CSR adalah suatu komitmen dari perusahaan untuk
melaksanakan etika keperilakukan (behavioural ethics) dan berkontribusi
terhadap
pembangunan
ekonomi
yang
berkelanjutan
(sustainable
economic development). (Rizkia, 2012).
Menurut Bambang Rudito dan Melia Famiola (2007: 207), Secara
umum Corporate Social Responsibility merupakan peningkatan kualitas
kehidupan mempunyai arti adanya kemampuan manusia sebagai individu
anggota komunitas untuk dapat menganggapi keadaan sosial yang ada, dan
dapat menikmati serta memanfaatkan lingkungan hidup termasuk
perubahan-perubahan yang ada sekaligus memilihara. Atau dengan kata
lain
merupakan
cara
perusahaan
mengatur
proses
usaha
untuk
memproduksi dampak positif pada komunitas. Atau dapat dikatakan
sebagai proses penting dalam pengaturan biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan kegiatan bisnis dari stakeholders baik secara internal (pekerja,
shareholders dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan
pengaturan umum, anggota-anggota komunitas, kelompok komunitas sipil
dan perusahaan lain).
13
E. Sustainability Report.
Sustainability Report memiliki definisi yang beragam, menurut
Elkington (1997) SR berarti laporan yang memuat tidak saja informasi
kinerja keuangan yang terdiri dari informasi non keuangan yang terdiri
dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan
perusahaan bisa bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable
performance). (Yohanes dan Josua, 2013)
Sustainability Report menurut GRI merupakan praktek pengukuran,
pengungkapan dan upaya akuntabilitas dari kinerja organisasi dalam
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
kepada para stakeholder baik internal maupun eksternal. (Yuliani dan
Josua, 2014)
Pada penelitian ini, GRI G3.1 Guidelines digunakan untuk
mengukur variabel Corporate Social Responsibility yang meliputi aspek
ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), sosial (15 item), hak asasi
manusia (11 item), kemasyarakatan (10 item), dan tanggung jawab atas
produk (9 item). Total seluruh item pengungkapan dalam pedoman GRI
G3.1 berjumlah 84 item. Pengungkapan sustainability report yang sesuai
dengan GRI memiliki prinsip-prinsip yang tercantum dalam Pedoman GRI
G3.1, yaitu :
14
1. Keseimbangan (Balance)
Laporan harus menggambarkan aspek positif dan negatif dari
kinerja perusahaan untuk dapat memungkinkan penilaian yang
masuk akal terhadap keseluruhan kinerja.
2. Dapat dibandingkan (Comparability)
Isu-isu dan informasi harus dipilih, dikumpulkan, dan dilaporkan
secara konsisten. Informasi yang dilaporkan harus disajikan dalam
sebuah cara yang memungkinkan pemangku kepentingan dapat
menganalisis perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu dan
dapat mendukung analisis relatif terhadap organisasi lainnya.
3. Akurat (Accurate)
Informasi yang dilaporkan
harus cukup akurat dan detail bagi
pemangku kepentingan dalam menilai kinerja organisasi.
4. Ketepatan waktu (Timeliness)
Laporan dilakukan berdasarkan jadwal reguler serta informasi
kepada pemangku
kepentingan tersedia tepat waktu ketika
dibutuhkan dalam mengambil kebijakan.
5. Kejelasan (Clarity)
Informasi harus disediakan dalam cara yang dapat dimengerti dan
diakses oleh pemangku kepentingan yang menggunakan laporan.
6. Keandalan (Reliability)
Informasi dan proses yang digunakan dalam penyiapan laporan
harus
dikumpulkan,
direkam,
dikompilasi,
dianalisis,
dan
15
diungkapkan dalam sebuah cara yang dapat diuji dan dapat
membentuk kualitas dan materialitas dari laporan.
F. Ukuran (Size) Perusahaan
Menurut Sembiring (2005) dalam Sri dan Sawitri (2011), Size
perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal
ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar memiliki biaya
keagenan yang lebih besar, mengungkapkan informasi yang lebih luas
untuk mengurangi konflik keagenan. Disamping itu perusahaan besar
merupakan emiten yang disoroti, pengungkapan yang lebih besar
merupakan pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggung jawab
sosial perusahaan.
Ukuran perusahaan (size) merupakan skala yang digunakan dalam
menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang skalanya
besar biasanya cenderung lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab
sosial daripada perusahaan yang mempunyai skala kecil. (Rizkia, 2012).
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan
logaritma natural dari total aktiva. Ukuran perusahaan dapat dirumuskan
sebagai berikut (Almilia dan Retrinasari, 2007 dalam Niko 2013) :
Size = Ln ( Total Aset)
16
Besarnya nilai total aset dapat dilihat dalam laporan keuangan
neraca perusahaan. Mengingat nilai total aset ini sangat besar, maka
digunakan nilai logaritma natural (Ln) dari total aset agar tidak terlalu
besar untuk dimasukkan ke dalam model persamaan (Almilia dan
Retrinasari, 2007 dalam Niko 2013). Semakin besar total aset maka
semakin banyak modal yang ditanam. Nilai total aset digunakan sebagai
indikator untuk mengukur ukuran perusahaan karena nilainya relatif lebih
stabil dibandingkan dengan nilai total penjualan dan kapitalisasi pasar.
Nilai kapitalisasi pasar cenderung lebih fluktuatif karena dalam
perhitungannya terdapat komponen harga saham yang beredar.
G. Growth of profit
Tujuan didirikannya perusahaan adalah memperoleh laba (profit),
maka wajar apabila profitabilitas menjadi perhatian utama para analis dan
investor. Tingkat profitabilitas yang konsisten akan menjadi tolok ukur
bagaimana perusahaan tersebut mampu bertahan dalam bisnisnya dengan
memperoleh return yang memadai dibanding dengan risikonya. (Toto
Prihadi, 2008: 51)
Profitabilitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu
ukuran dalam presentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana
perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima.
Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau
sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan.
17
Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.
(id.wikipedia.org)
Menurut Reeve, et.al (2010: 331), Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba tergantung pada efektivitas dan efisiensi dari kegiatan
operasinya dan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, analisis
profitabilitas menitikberatkan terutama pada hubungan antara hasil
kegiatan operasi seperti yang dilaporkan laba rugi dengan sumber daya
yang tersedia bagi perusahaan seperti yang dilaporkan dalam neraca.
Analisis utama yang digunakan dalam menilai profitabilitas antara lain
mencakup:
1. Rasio penjualan bersih terhadap aset
2. Tingkat pengembalian terhadap total aset
3. Tingkat pengembalian terhadap ekuitas pemegang saham.
H. Likuiditas
Menurut Toto Prihadi (2008:13) dalam bukunya yang berjudul
Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : 7 Analisis Rasio Keuangan, Likuiditas
adalah kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendek.
Kewajiban jangka pendek atau utang lancar adalah utang yang akan
dilunasi dalam waktu satu tahun. Likuiditas sangat mendasar bagi
perusahaan. Dalam rutinitas sehari-hari, likuiditas antara lain akan
tercermin dalam bentuk kemampuan perusahaan dalam membayar kreditor
tepat waktu atau membayar gaji tepat waktu.
18
Pengukuran likuiditas biasanya mengaitkan kewajiban jangka
pendek dengan aset lancar yang tersedia untuk melunasinya. Lingkup
pengukuran bisa seluruh aset lancar atau sebagian aset lancar. Beberapa
usulan terbaru tentang pengukuran likuiditas, bahkan tidak menggunakan
aset lancar sebagai sumbernya, tetapi menggunakan arus kas operasi.
Penggunaan arus kas operasi dianggap lebih mengena, walaupun
kenyataannya pengukuran dengan aset lancar masih sering dilakukan
karena lebih mudah menghitungnya.
Menurut Agnes Sawir (2005: 8) Rasio likuiditas yang umum
digunakan adalah current ratio.
=
Current ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan
untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek
karena rasio ini menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka
pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam
periode yang sama dengan jatuh tempo utang.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan
terjadinya masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang
current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan
banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi
kemampulabaan perusahaan.
19
I. Penelitian Terdahulu
Banyak penelitian yang sudah dilakukan mengenai economic
performance dengan indikator yang berbeda-beda, seperti tercantum
dibawah ini :
Reny dan Denies (2012) melakukan penelitian mengenai Good
Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai
perusahaan. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiannya
adalah nilai perusahaan yang diproksikan dengan Tobins’ Q. Sedangkan
variabel independen yang digunakan adalah CSR dan GCG. Selain
menggunakan variabel dependen dan independen, Reny dan Denies (2012)
menggunakan variabel kontrol yaitu size, jenis industri, dan profitabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran perusahaan (size) dan
leverage. Kemudian, pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran
perusahaan (size), jenis industri, profitabilitas, dan leverage.
Gabriela (2012) melakukan penelitian pengaruh CSR terhadap
kinerja keuangan perusahaan dan nilai perusahaan. Variabel dependen
yang digunakan adalah Return on Assets (ROA) dan nilai perusahaan (firm
value). Variabel independen yang digunakan yaitu CSR. Dalam
peneelitiannya peneliti juga menambahkan variabel kontrol yaitu size dan
leverage. Hasil penelitian menunjukkan CSR berpengaruh pada kinerja
keuangan dan nilai perusahaan. Variabel kontrol size tidak memiliki
20
pengaruh terhadap kinerja keuangan tetapi memiliki pengaruh terhadap
nilai perusahaan. Variabel kontrol leverage berpengaruh terhadap kinerja
keuangan dan nilai perusahaan.
Riska (2013) meneliti penerapan CSR terhadap profitabilitas
perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Variabel dependen yang
digunakan adalah Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE).
Variabel independen yang digunakan adalah CSR. Hasil dari penelitian
menunjukkan CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan
ROE.
Felyna (2013) melakukan penelitian CSR terhadap profitabilitas
pada perusahaan high profile. Variabel dependen yang digunakan adalah
pengungkapan CSR. Variabel independen yang digunakan yaitu Return on
Equity (ROE), Return on Assets (ROA), Earning per Share (EPS), Net
Profit Margin (NPM). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa
CSR tidak memiliki pengaruh positif terhadap ROE, ROA, dan NPM.
Sedangkan, CSR memiliki pengaruh terhadap Earning Per Share (EPS)
pada perusahaan.
Isnaeni (2013) melakukan penelitian kinerja keuangan dan nilai
perusahaan. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian adalah
kinerja keuangan yang diukur dengan menggunakan return on asset
(ROA). Variabel terikat yang digunakan adalah nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Tobin’s Q yaitu membandingkan nilai pasar saham
perusahaan dengan nilai buku ekuitas perusahaan. Isnaeni (2013)
21
menggunakan variabel moderasi yaitu corporate social responsibility
(CSR). Hasil dari penelitian menunjukkan kinerja keuangan dan corporate
social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berikut ini adalah beberapa ringkasan penelitian terdahulu :
No
1.
2.
Nama
Peneliti
Reny Dyah
Retno M
dan Denies
Priantinah
(2012)
Gabriela
Vidiananda
(2012)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Peneliti
Variabel
Pengaruh Good
Corporate
Governance dan
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
terhadap Nilai
Perusahaan (Studi
empiris pada
perusahaan yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
periode 2007-2010)
Nilai
perusahaan,
CSR, size,
jenis industri,
dan
profitabilitas
The Influence of
Corporate Social
Responsibility (CSR)
on Company
Financial
Performance and
Firm Value
ROA, Firm
Value, CSR,
Size and
Leverage.
Hasil Penelitian





GCG berpengaruh
positif terhadap
Nilai perusahaan
dengan variabel
kontrol Ukuran
Perusahaan dan
Leverage
Pengungkapan CSR
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap Nilai
Perusahaan dengan
variabel kontrol
Ukuran Perusahaan,
Jenis industri,
Profitabilitas, dan
Leverage
CSR berpengaruh
positif terhadap
kinerja keuangan
dan nilai perusahaan
Size sebagai variabel
kontrol tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
keuangan yang
diukur dengan ROA,
tetapi memiliki
pengaruh terhadap
nilai perusahaan
Leverage
berpengaruh
terhadap kinerja
22
3.
Riska
Warda
(2013)
4.
Felyna
Priyanka
(2013)
5.
Isnaeni Ken
Zuraedah
(2013)
Pengaruh Penerapan
Corporate Social
Responsibility
terhadap
Profitabilitas pada
Perusahaan
Pertambangan yang
tercatat di Bursa
Efek Indonesia
Pengaruh
pengungkapan
Corporate Social
Responsibility (CSR)
terhadap
profitabilitas pada
perusahaan High
Profile
Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap
Nilai Perusahaan
dengan
Pengungkapan
Corporate Social
Responsibility
sebagai variabel
pemoderasi
CSR, ROA,
dan ROE

Return on

Equity (ROE),
Return on
Assets (ROA),
Earning per
Share (EPS),
Net Profit
Margin
(NPM) dan
CSR
Disclosure
keuangan dan nilai
perusahaan
Corporate Social
Responsibility (CSR)
memiliki pengaruh
positif dan
signifikan terhadap
ROA dan ROE pada
perusahaan
Pengungkapan
corporate social
responsibility (CSR)
tidak memiliki
pengaruh positif
terhadap return on
equity (ROE), return
on assets (ROA) dan
net profit margin
(NPM) pada
perusahaan high
profile
 Pengungkapan
corporate social
responsibility (CSR)
memiliki pengaruh
positif terhadap
earning per share
(EPS) pada
perusahaan high
profile
Kinerja
Kinerja keuangan,
keuangan,
corporate social
corporate
responsibility sebagai
social
variabel pemoderasi
responsibility, berpengaruh signifikan
dan nilai
terhadap nilai
perusahaan
perusahaan.
23
J. Pengembangan Hipotesis
1. Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap economic
performance.
Isu lingkungan kini menjadi isu yang menarik dan mendapat
sorotan diberbagai pihak. Berbagai institusi dan perusahaan banyak
menyuarakan mengenai permasalahan tanggung jawab sosial yang
telah diberlakukan oleh pemerintah setelah adanya Undang-Undang
Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 pasal 74. Reny dan Denies
(2012) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh Good
Corporate
Governance
dan
CSR
terhadap
nilai
perusahaan
menemukan bahwa variabel CSR berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan dengan variabel kontrol ukuran
perusahaan, jenis industri, profitabilitas, dan leverage pada perusahaan
yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Gabriela (2012) yang juga
melakukan penelitian mengenai CSR menemukan bahwa CSR
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan dan nilai perusahaan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pengungkapan aktivitas tanggung
jawab sosial perusahaan memiliki dampak yang positif bagi
keberlangsungan perusahaan di masa depan. Berdasarkan hal tersebut,
maka diduga :
H1: Corporate Social Responsibility berpengaruh positif terhadap
economic performance dengan variabel kontrol ukuran perusahaan,
growth of profit, dan likuiditas perusahaan partisipan Indonesian
Sustainability Reporting Awards 2013.
24
K. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai
ukuran (size) perusahaan, growth of profit, likuiditas, corporate social
responsibility dan economic performance maka dapat disusun kerangka
pemikiran penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen
Variabel Dependen
Corporate Social
Responsibility (X)
Economic Performance (Y)
Variabel kontrol :
Size
Growth of profit
Likuiditas
Download