VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasar hasil analisis dan pembahasan seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Faktor lokasi yang beragam akan berpengaruh terhadap perilaku ekonomi rumahtangga petani. Berdasarkan agroekologi di wilayah penelitian antara wilayah pantai dan pegunungan terdapat perbedaan dalam pola berpikir untuk pengambilan keputusan dalam rumahtangga. Perbedaan fisik wilayah pantai dan pegunungan ataupun perkotaan dan pedesaan yang berkaitan dengan fasilitas infrastuktur menyebabkan perbedaan dalam perilaku produksi, pengeluaran dan upaya mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam rumahtangga petani. 2. Kegiatan pengembangan sumberdaya manusia yang merupakan bagian dari pengeluaran rumahtangga petani berbeda antara wilayah pantai dan pegunungan. Investasi sumberdaya manusia yang dilakukan rumahtangga petani di wilayah pantai lebih tinggi dibanding wilayah pegunungan dan investasi sumberdaya wilayah perkotaan lebih tinggi dibanding pedesaan. 3. Investasi sumberdaya manusia sudah dilakukan rumahtangga petani sejak lama, dengan prioritas utama adalah investasi pendidikan, kemudian investasi kesehatan dan terakhir investasi pelatihan. Petani belum menyadari sepenuhnya akan manfaat dilakukannya kegiatan pengembangan sumberdaya manusia. Hal ini menyebabkan upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna menunjang masa depan masih sangat rendah. 212 4. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap keputusan rumahtangga petani untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia adalah motivasi petani dan pandangan rumahtangga petani terhadap kegiatan pengembangan sumberdaya manusia. Motivasi akan mempengaruhi pola berpikir petani dan mendorong agar melakukan kegitan yang bermanfaat dalam rumahtangganya, walaupun banyak kendala yang dihadapi seperti besarnya biaya investasi yang tidak terjangkau. Dengan pemahaman yang baik tentang manfaat pengembangan sumberdaya manusia, maka rumahtangga petani akan mengalokasikan dananya untuk kegiatan investasi sumberdaya manusia sebagai kegiatan prioritas. 5. Kegiatan penyuluhan yang secara rutin diadakan satu kali dalam satu bulan masih merupakan pertemuan formalitas saja, sehingga tingkat kehadiran petani belum maksimal. Materi yang diberikan masih hal-hal yang berhubungan dengan teknis budidaya dan belum menggunakan analisis kebutuhan. Lembaga yang ada pun belum berjalan secara optimal dan lokasi lembaga yang ada sangat jauh, sehingga petani mengalami kendala untuk bisa aktif di dalamnya. 6. Hasil analisis dengan menggunakan persamaan simultan menunjukkan bahwa aspek pengembangan sumberdaya manusia seperti investasi pendidikan, investasi pelatihan, investasi kesehatan, pendidikan petani dan pendidikan anggota keluarga tidak berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia di wilayah pantai, namun berpengaruh di wilayah pegunungan. Di wilayah pegunungan investasi sumberdaya manusia berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia, yang kemudian kualitas berpengaruh terhadap produksi, 213 curahan waktu kerja usahatani dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan usahatani. 7. Dengan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, maka anggota rumahtangga akan mengalokasikan waktu kerjanya pada kegiatan usahatani dan luar usahatani. Dengan kualitas yang masih terbatas, anggota rumahtangga mulai beralih pada kegiatan luar usahatani, namun pada kegiatan yang informal dengan imbalan yang kecil. Alokasi waktu kerja anggota rumahtangga petani untuk memperoleh penghasilan masih bertumpu pada kegiatan usahatani baik usaha keluarga maupun sebagai buruh. Dari analisis baik di wilayah pantai dan pegunungan terlihat bahwa kualitas sumberdaya manusia tidak berpengaruh pada pendapatan luar usahatani. Implikasi Kebijakan Tujuan utama pembangunan pertanian adalah rumahtangga petani sejahtera yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan rumahtangga. Salah satu upaya agar petani sejahtera adalah petani harus berkualitas, mempunyai keahlian dan keterampilan. Untuk memperoleh kemampuan tersebut dengan cara mengikuti pendidikan formal, non formal dan informal. Implikasi dari penelitian ini adalah pemerintah perlu menyediakan fasilitas pelayanan pendidikan dan pelayanan kesehatan yang terjangkau rumahtangga petani serta mengembangkan program pelatihan. Rumahtangga petani harus tetap dibina dan dikawal karena sebagian besar merupakan rumahtangga petani gurem (80.12 persen), penghasilan rumahtangga petani kecil dan belum mencukupi kebutuhan dasar rumahtangga petani. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk dapat memberikan kemudahan rumahtangga petani 214 agar bisa melakukan akses pada lembaga ekonomi yang ada. Perlu dikembangkan dan lebih dioptimalkan lembaga baik formal maupun informal yang ada di pedesaan, terutama lembaga ekonomi yang dapat membantu petani dalam kegiatan pembelian input dan pemasaran hasil. Atas dasar hal tersebut kelembagaan di pedesaan baik wilayah pantai dan pegunungan perlu ditingkatkan, agar dapat berperan mewakili kepentingan petani, sehingga dapat tumbuh proses kemitraan kegiatan ekonomi. Di kedua wilayah perlu dikembangkan kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan kualitas petani yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan rumahtangga petani. Untuk itu dapat dikembangkan pelatihan yang dapat berkembang ke arah industri rumahtangga, seperti pengolahan hasil pertanian, bentuk kemasan hasil yang akan dijual, yang dalam jangka pendek dapat meningkatkan penghasilan. Demikian juga komoditas ternak yang selama ini pengelolaannya belum optimal, maka perlu dikembangkan bahwa ternak dan lahan pekarangan dapat dimanfaatkan untuk menambah penghasilan rumahtangga. Yang perlu di pertimbangkan adalah komoditas yang dianjurkan untuk dikembangkan harus sesuai dengan kondisi wilayah. Dari analisis diperoleh bahwa tidak ada satu faktorpun yang berpengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia di wilayah pantai. Kemampuan yang dimiliki sebagai modal dasar rumahtangga petani tidak sepenuhnya karena peran dari investasi sumberdaya manusia. Sesuai kebutuhan wilayah, maka perlu dikembangkan kegiatan yang dapat memberikan pemahaman akan arti pentingnya pendidikan, pelatihan dan kesehatan bagi rumahtangga. Upaya yang dapat 215 dilakukan antara lain dengan memberikan informasi dan dikembangkan fasilitas pelayanan pendidikan serta diupayakan biaya pendidikan yang terjangkau. Di wilayah pegunungan perlu dikembangkan sentra pasar komoditas lokal, sehingga memudahkan konsumen untuk menjangkaunya. Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat mengembangkan akses transportasi antara wilayah pegunungan dengan pusat-pusat ekonomi dan berpengaruh terhadap pegembangan wilayah dan pengembangan sumberdaya manusianya. Saran Dari hasil penelitian ini maka diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Ada perbedaan perilaku ekonomi rumahtangga masing-masing rumahtangga petani gurem serta ada perbedaan karakteristik sosial antara petani wilayah pantai dan pegunungan. Dengan demikian kebijakan dan program yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak dapat diberlakukan sama, tetapi berdasarkan kondisi agroekologi dan kebutuhan riil masyarakat desa. Perlu ada upaya yang dapat meningkatkan motivasi petani seperti penyuluhan, pelatihan, informasi lisan dan tertulis, praktek kerja langsung agar petani dan keluarganya mempunyai pemahaman dan kesadaran untuk melakukan pengembangan sumberdaya manusia dalam rumahtangga petani bahwa kegiatan investasi sumberdaya manusia bermanfaat. 2. Pelatihan bagi petugas sebagai pendamping petani di lapangan dan materi penyuluhan/pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan petani. Tidak hanya materi teknis pertanian saja, tetapi topik lainnya seperti keterampilan manajerial, pengertian investasi, pengembangan jiwa wirausaha, pengetahuan tentang industri rumahtangga, seperti metoda pengolahan hasil, kemasan 216 produk yang akan dijual, hal ini dapat memberikan nilai tambah produk. Untuk wilayah pegunungan sangat diperlukan penyuluhan mengenai manfaat dan pentingnya kesehatan bagi rumahtangga petani, yang terkait dengan kondisi lingkungan, perilaku sehari-hari dan pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada. 3. Diperlukan adanya fasilitas pendidikan yang dapat membantu rumahtangga petani untuk dapat melakukan akses layanan pendidikan dengan mudah dan biaya pendidikan yang terjangkau oleh rumahtangga petani. 4. Perlu dibangun pelayanan kesehatan bagi rumahtangga petani dan lebih mendekatkan layanan kesehatan tersebut dengan lokasi masyarakat pedesaan. Diperlukan adanya kerjasama dengan instansi terkait sehingga terbentuk pelayanan kesehatan terpadu yang berada di sekitar masyarakat. Selain itu diperlukan adanya penyuluhan tentang kesehatan, bahwa menjaga kesehatan secara preventif sangat bermanfaat untuk saat ini dan masa yang akan datang. 5. Meningkatkan bargaining position petani, agar petani dapat melakukan akses kepada pihak-pihak yang dapat mendukung peningkatan perekonomian rumahtangga petani. Dengan cara memperhatikan aspek kelembagaan desa seperti kehidupan berkelompok, kemitraan, membangun kehidupan bersinergi, penegakan aturan dan norma, penguatan dan pengembangan kelembagaan. Potensi kelembagaan yang dapat didayagunakan adalah organisasi formal yang sudah ada dan organisasi informal tradisional di wilayah pedesaan seperti lembaga keuangan untuk mempermudah petani mendapatkan modal, lembaga ekonomi yang membantu petani untuk dapat mengelola keuangan keluarga. Di wilayah pegunungan perlu diaktifkan lembaga pemasaran yang 217 membantu petani untuk menjual hasil produksinya secara berkelompok dengan membangun sentra-sentra produksi yang dihasilkan rumahtangga petani. 6. Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keterbatasan terutama penentuan lokasi secara purposive. Perlu dilakukan penelitian dengan stratifikasi kemampuan ekonomi petani, luas penguasaan lahan dan juga lebih diperdalam dari sisi kelembagaan di pedesaan yaitu peran kelembagaan pengembangan sumberdaya manusia dengan melihat ketersediaan fasilitas, program dan lembaga terkait yang ada. 7. Penelitian ini menggunakan data dalam periode satu tahun. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan data dalam periode lebih dari satu tahun, agar dapat melihat langsung dampak investasi sumberdaya manusia yang dilakukan rumahtangga petani. Kelayakan investasi belum dapat diketahui secara spesifik dalam menjelaskan rumahtangga petani. investasi sumberdaya manusia dalam