16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pasar Modal
Pasar modal adalah sarana pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dan dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual
belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan pasar untuk
memperjual-belikan sekuritas yang umurnya lebih dari satu tahun, seperti saham
dan obligasi. Sedangkan tempat berlangsung kegiatan jual beli sekuritas adalah
bursa efek. Di dalam pasar modal, pelaku pasar modal akan berinteraksi dengan
sistem jual-beli instrumen yang diperjual-belikan. Jual-beli ini terjadi akibat
adanya adanya kelebihan dana ataupun modal dari investornya dengan keinginan
mendapatkan nilai tambah dari proses tersebut.
Di Indonesia tempat terdapat satu bursa efek, yaitu Bursa Efek Indonesia.
Sejak tahun 2007, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)
bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesai (Tandelilin,
2010:26).
Menurut Husnan (2009:3), pasar modal dapat didefenisikan juga sebagai
pasar untuk berbagai instrument keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa
diperjual belikan baik bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
pemerintah
public
authorities,
maupun
perusahaan
swasta.
16
Universitas Sumatera Utara
17
Dalam kegiatan di pasar modal, terdapat pelaku-pelaku di pasar modal
diantaranya yaitu emiten, underwritter, broker atau pialang (Fahmi, 2012:89).
1.
Emiten merupakan perusahan yang terlibat dalam menjual sahamnya di pasar
modal.
2.
Underwritter atau penjamin, yaitu pihak yang menjamin perusahaan tersebut
dala menjual sahamnya di pasar modal.
3.
Broker atau pialang, yaitu perantara antara si penjual (emiten) dengan si
pembeli (investor). Jadi, fungsi broker dalam hal ini bertugas memberikan
informasi kepada investor mengenai emiten serta melakukan penjualan efek
kepada investor di pasar modal.
Produk-produk pasar modal dapat dijadikan sebagai salah satu investasi
yang menarik kepada para pemodal atau investor hal ini di karenakan dapat
memberi tingkat hasil dan tingkat likuiditas yang tinggi yang dapat diperjualbelikan setiap saat, sehingga investor dapat dengan mudah melakukan penjualan
asset apabila memerlukan dana yang segera sifatnya.
Menurut Sunariyah (2011: 12), jenis-jenis pasar modal tersebut beberapa
macam, yaitu:
1.
Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
Universitas Sumatera Utara
18
2.
Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didifinisikan sebagai saham setelah melewati masa penawaran
pada pasar perdana. Jadi, pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain
diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana.
Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran
antara pembeli dan penjual.
3.
Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar
bursa (over the counter market). Bursa pararel merupakan suatu sistem
perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dalam bentuk
pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan
Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar
Modal.
4.
Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bwntuk perdagangan efek antar pemodal dengan
kata lain tanpa melalui perantara efek.
2.1.2 Saham
Saham dapat didifinisikan sebagai tanda pernyertaan modal seseorang atau
pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseoan terbatas. Dengan
menyertkan modal tersebut, maka pihak tersebut memilik klaim (hak tagih) atas
pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) (www.idx.co,id)
Universitas Sumatera Utara
19
Menurut Indiarto (2009:85) saham merupakan surat bukti bahwa
kepemilikan aset-aset yang menerbitkan saham dengan memilik saham
perusahaan, maka investor akan smempunyai hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban
perusahaan. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer
diperjualbelikan di pasar modal.
Sedangkan menurut Sjahrial (2012:19) saham adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh sebuah perusahanyang berbentuk perseroan terbatas atau yang
disebut dengan emiten. Saham menyatakan bahwa pemilik saham tersebut juga
pemilik/pemegang saham perusahaan.
Menurut Fahmi (2012:81), jenis saham dibagi menjadi 2 (dua) yaitu saham
biasa (common stock) dan saham istimewa (preferred stock).
1.
Saham Biasa (Common Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya memiliki hak mengikuti
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB), serta berhak untuk menentukan membeli right issue
(penjualan saham terbatas) atau tidak, dan memperoleh keuntungan berupa
dividen di akhir tahun.
Saham Biasa dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a.
Blue chip-stock (saham unggulan), saham dari perusahaan yang dikenal
secara nasional dan memiliki sejarah laba, laba pertumbuhan dan manajemen
yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
20
b.
Growth stock, saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba
yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata saham lain.
c.
Defensive stock (saham-saham defensif), saham yang cenderung stabil
meskipun dalam keadaan perekonomian yang labil atau tidak menentu,
contohnya saham food and beverage.
d.
Cyclical Stock, saham yang nilainya cenderung naik pesat saat keadaan
ekonomi bik, dan turun secara cepat saat keadaan ekonomi buruk.
e.
Seasonal stock, saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena
musiman. Contohnya saat musim liburan mainan anak-anak memiliki
penjualan yang tinggi.
f.
Speculative stock, saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang
tinggi, namun kemungkinan tingkat pengembaliannya rendah.
2.
Saham istimewa (Preffered Stock)
Merupakan surat berharga dimana pemegangnya akan memperoleh
pendapatan tetap dalam bentuk deviden yang diterima setiap kuartal (tiga
bulan).
2.1.3 Harga Saham
Harga saham mengalami perubahan naik atau turun dari satu waktu ke
waktu lain. Perubahan tersebut tergantung pada kekuatan permintaan dan
penawaran, apabila suatu saham mengalami kelebihan permintaan, maka harga
cenderung naik. Sebaliknya jika terjadi kelebihan penawaran, maka harga saham
cenderung turun. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan
Universitas Sumatera Utara
21
terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki
klaim (hak tagih) atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan
berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). (www.idx.co.id).
Menurut Rusdin (2008: 66), “harga saham ditentukan menurut hukum
permintaan dan penawaran atau kekuatan tawar-menawar di bursa. Makin banyak
orang membeli, maka harga saham tersebut cenderung naik. Sebaliknya, makin
banyak orang ingin menjual saham tersebut, maka saham tersebut kaan bergerak
turun.”
Ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan harga suatu saham
mengalami fluktuasi (Fahmi, 2012:87), yaitu:
1.
Kondisi makro dan mikro ekonomi
2.
Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi (perluasan usaha),
seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub
brand office), baik dibuka domestic maupun luar negeri,
3.
Pergantian direksi secara tiba-tiba.
4.
Adanya direksi atau pihak perusahaan yang terlibat tindak pidana dan
kasusnya sudah masuk ke pengadilan.
5.
Kinerja perusahaan yang mengalami penurunan dalam setiap waktunya,
6.
Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan
telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat.
7.
Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual
beli saham.
Universitas Sumatera Utara
22
Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:149), bahwa dalam melakukan
analasis harga saham, terdapat dua pendekatan yang sering digunakan, yaitu:
1.
Analisis Fundamental
Analisis fundamental dangat berhubungan dengan kondisi keuangan
perusahan. Analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan
penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator
terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan,
termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan
demikian, analasis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada
berbagai riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.
2.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan cara menganalisis saham berdasarkan observasi
pergerakan saham di masa lalu. Menurut Darmadji dan Fakrudin (2012:160),
“analisis teknikal salah satu metode yang digunakan untuk menilai saham,
dimana dengan metode ini para analisis melakukan evaluasi saham berbasis
pada data-data statistik dari aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham
dan volume transaksi”.
2.1.4
Manfaat dan Risiko Investasi Saham
Adapun manfaat investasi saham menurut Syahyunan (2015:19) pada
dasarnya, ada 2 (dua) keuntungan yang diperoleh pemodal (investor) dengan
membeli atau memiliki saham, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
23
1.
Dividen
Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen yang diberikan
setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum
pemegang saham (RUPS). Dividen yang dibagikan perusahaan (emiten) dapat
berupa dividen tunai, artinya kepada setiap pemegang saham diberikan
dividen berupa bunga tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham
atau dapat pual berupa dividen saham (stock dividend) yang berarti kepada
setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah
saham yang dimiliki seorang investor akan bertambah dengan adanya
pembagian dividen saham tersebut.
2.
Capital gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital
Gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder.
Sedangkan beberapa kerugian/resiko yang ditanggung investor dengan
membeli atau memiliki saham menurut Syahyunan (2015:20), yaitu:
1.
Capital Loss
Capital Loss yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara
nilai jual yang lebih rendah daripada nilai beli saham.
2.
Opportunity loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi
total hasil yang diperoleh dari total investasi, seandainya terjadi penurunan
harga dan tidak dibaginya dividen.
Universitas Sumatera Utara
24
3.
Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasi yang dibagikan
lebih rendah dari harga beli saham.
4.
Saham dikeluarkan dari bursa (desliting) karena memiliki kinerja buruk,
misalnya dalam kurun waktu tertentu saham tersebut tidak pernah
diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan
dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi
lainnya sesuai Peraturan Efek di Bursa.
5.
Saham dihentikan sementara perdagangannya (di-suspend) oleh otoritas
Bursa Efek yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya
hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam
waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun
dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan. Hal
tersebut dilakukan otoritas bursa jika suatu saham mengalami lonjakan harga
yang luar biasa, suatu perusahaan dipailitkan oleh kreditornya, atau berbagai
kondisi lain yang mengharuskan otoritas bursa menghentikan perdagangan
saham tersebut untuk sementara sampai perusahaan yang bersangkutan
memberikan konfiarmasi atsu kejelasan informasi lainnya, hingga informasi
yang belum jelas tersebut tidak menjadi ajang spekulasi.
2.1.5
Laporan Keuangan
1.
Jenis jenis Laporan Keuangan
a.
Neraca
Neraca (Balanced Sheet) merupakan suatu laporan mengenai posisi kinerja
keuangan perusahaan pada saat titik tertentu (Brigham dan Houston, 2010:87)
Universitas Sumatera Utara
25
b.
Laporan laba Rugi
Laporan Laba-Rugi (Income Statement) merupakan laporan yang merangkum
pendapatan dan beban perusahaan selama satu periode akuntasi, biasanya satu
kuartal atau satu tahun (Brigham dan Houston, 2010:87).
Menurut Syahyunan (2013:25) laporan keuangan adalah produk dari
manajemen dalam rangka mempertanggung-jawabkan (stewadship) penggunaan
sumber daya dan sumber dana yang dipercayakan kepadanya. Secara umum
laporan ini menyediakan informasi tentang posisi keuangan pada saat tertentu,
kinerja dana arus kas dalam suatu periode yang ditunjukkan bagi pengguna
laporan keuangan di luar perusahaan untuk menilai dan mengambil keputusan
yang bersangkutan dengan perusahaan. Sebagai sumber informasi, laporan
keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami, dan dapat
diperbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis.
Menurut Syahyunan (2013:26) dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Terdapat jenis laporan keuangan utama 3 (tiga), yaitu:
1.
Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan yang berupa aset, kewajiban, dan
ekuitas suatu perusahaan pada saat tertentu. Aset yang disajikan dalam
kriteria lancar dan tidak lancar. Kewajiban disajikan sebagai kewajiban
jangka pendek dan jangka panjang. Ekuitas adalah hak residual atas aset
perusahaan setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
26
2.
Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah ringkasan mengenai pendapatan dan beban (biaya)
serta laba atau rugi yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
Perusahaan dapat mengklasifikan pendapatan dan beban atas sifat atau fungsi
dalam perusahaan. Berdasarkan sifat, berarti pendapatan dan beban dinamai
dengan peruntukkan, misalnya pengeluaran untuk bahan baku dinamakan
beban bahan baku, untuk gaji dan upah dinamakan beban pegawai dan
seterusnya. Sedangkan fungsi pokok perusahaan biasanya terdiri dari fungsi
produksi, beban penelitian dan pengembangan, beban pemasaran serta beban
administrasi dan umum.
3.
Laporan Arus Kas
Laporan
arus
kas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan perusahaan dalam
memanfaatkan dana tersebut, yang diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan.
2.1.6 Return on Equity (ROE)
Menurut Sudana (2011:22) return on equity adalah kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham
untuk mengetahui efektifitas dan efesiensi pengelolaan modal sendiri yang
dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.
Return on Equity menurut Brigham & Houston (2010:149) adalah rasio
laba bersih terhadap ekuitas biasa, mengukur tingkat pengembalian atas investasi
Universitas Sumatera Utara
27
pemegang saham biasa. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas
modal sendiri atau seluruh modal yang ada. Return on Equity merupakan salah
satu indikator yang digunakan pemegang saham untuk mengukur keberhasilan
bisnis yang dijalani.
Menurut Brigham & Houston (2010:149) ROE dapat
dirumuskan sebagai berikut: Menghitung Return on Equity digunakan rumus
sebagai berikut:
2.1.7
Return on Assets (ROA)
Menurut Brigham dan Houston (2010:148) mengatakan bahwa Return on
Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas
total aset. Menurut Hanafi (2008:42) menyatakan rasio Return on Assets adalah
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat
aset yang tertentu.
Menurut Rivai et al. (2013:490) Return on Assets menunjukkan
kemampuan dalam mengelola aset yang menghasilkan laba sebelum pajak.
Return on Assets dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.1.8
Debt to Equity Ratio (DER)
Menurut Harahap (2010:303) menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio
menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang
kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga
Universitas Sumatera Utara
28
rasio leverage. Debt to Equity Ratio dirumuskan sebagai berikut (Harahap, 2010:
303):
Rasio ini mengukur seberapa besar harga saham yang ada dipasar
dibandingkan dengan nilai buku sahamnya. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan perusahaan semakin dipercaya, artinya nilai perusahaan menjadi
lebih tinggi.
2.1.9 Price to Book Value (PBV)
Menurut Tryfino (2009 :9) Price to Book Value (PBV) adalah perhitungan
atau perbandingan antara market value dengan book value suatu saham. Rasio ini
berfungsi untuk melengkapi analisis book value. Jika pada analisis book value,
investor hanya mengetahui kapasitas per lembar dari nilai saham, pada rasio PBV
investor dapat mengetahui langsung sudah berapa kali market value suatu saham
dihargai dari book value-nya.
Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan juga dapat
diukur dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang
dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang
aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value. Menurut Brigham
dan Houston (2009:115) Price to Book Value dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
29
2.1.10 Price Earning Ratio (PER)
Menurut Sudana (2013:23) rasio ini mengukur bagaimana investor menilai
prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang, dan tercermin pada
harga saham yang bersedia dibayar investor untuk setiap rupiah laba yang
diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor
mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan yang akan
datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia
membayar dengan harga yang mahal.
Rumus untuk menghitung Price Earning Ratio (PER) suatu saham adalah
membagi harga saham perusahaan terhadap earning per lembar saham. Secara
matematis,rumus untuk menghitung PER adalah sebagai berikut (Tandelilin,
2010:320):
2.1.11 Earning per Share (EPS)
Menurut Tandelilin (2010:373) Earning per share adalah laba bersih yang
siap di bagikan kepada pemegang saham di bagi dengan jumlah lembar saham
perusahaan. Adapun fungsi dari menghitung EPS adalah untuk mengukur
besarnya laba yang diberikan kepada pemegang saham (Syahyunan, 2013:95).
Maka dari itu laba bersih sesudah pajak harus dikurangi dengan dividen preferen
stock. Earning per share (EPS) merupakan jumlah keuntungan yang diperoleh
untuk setiap saham biasa. Menurut Wiguna dan Mendari (2008) menyatakan
Universitas Sumatera Utara
30
kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar merupakan
indikator
fundamental keuangan perusahaan, yang seringkali dipakai sebagai
acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham.
Menurut Fahmi
(2013:52) rumus yang digunakan untuk menghitung Earnings Per Share (EPS)
adalah sebagai berikut:
Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam
per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang
nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena itu,
penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan resiko sekaligus membatu
investor dalam meraih keuntungan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
antara lain adalah sebagai berikut:
1.
Dadrasmoghadam dan Akbari (2015) dengan judul penelitian “Relationship
between Financial Ratios in The Stock Prices of Agriculture-Related
Campanies Accepted on the Stock Exchange for Iran”. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa Current Ratio, Return on Assets, dan Return on Equity
berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham sedangkan Activity Ratio
dan Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap harga
saham.
Universitas Sumatera Utara
31
2.
Idawati dan Wahyudi (2015) dengan judul penelitian “Effect of Earning per
Share and Return on Assets against Share Price on Coal Mining Company
Listed in Indonesia Stock Exchange”.
Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa Earning per Share dan Return on Assets berpengaruh positif signifikan
terhadap harga saham.
3.
Dewi dan Suaryana (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per
Share, Debt to Equity Ratio, Price Book Value terhadap harga saham”. Dalam
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda, dan variabel
dependen dalam penelitian ini adalah harga saham sedangkan variabel
independen penelitian ini earning per share, debt to equity ratio, price book
value. Menurut hasil penelitian menyatakan bahwa earning per share dan
price book value
berpengaruh signifikan positif terhadap harga saham
semntara debt to equity ratio berpengaruh siginifikan negatif terhadap harga
saham.
4.
Ratih, et. al. (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per Share,
Price Earning Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Equity terhadap harga
saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010-2012”. Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
linier, variabel dependen
penelitian ini adalah harga saham sedangkan
variabel independen adalah earning per share, price earning ratio, debt to
equity ratio, return on equity. Menurut hasil penelitian ini bahwa earning per
share, price earning ratio, return on equity berpengaruh positif dan signifikan
Universitas Sumatera Utara
32
terhadap harga saham sedangkan debt to equity ratio berpengaruh negatif
terhadap harga saham.
5.
Ramdhani (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Return on Assets dan
Debt to Equity Ratio terhadap harga saham pada Institusi Finansial di Bursa
Efek Indonesia”. Dalam penelitian yang dilakukan terdapat variabel dependen
yaitu harga saham, sedangkan variabel independen yaitu return on assets dan
debt to equity ratio, untuk menganalsis data menggunakan regresi linier.
Menurut hasil penelitian dinyatakan bahwa return on assets tidak
berpengaruh terhadap harga saham, begitu juga dengan debt to equity ratio
yang tidak memiliki pengaruh terhadap harga saham.
6.
Viandita, et al. (2013) meneliti dengan judul “Pengaruh Debt Ratio, Price
Earning Ratio, Earning per Share, dan Size terhadap harga saham (Studi pada
perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” (2013). Dalam
penelitian yang dilakukan ini variabel dependen dalam peneitian ini adalah
harga saham, sedangkan untuk variabel independen adalah debt ratio, price
earning ratio, earning per share, dan size untuk menganalsis data penelitian
digunakan analisis statistik regresi linier berganda. Menurut hasil penelitian
dinyatakan bahwa debt ratio, price earning ratio, earning per share, size
berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
7.
Shamsudin et.al (2013) dengan judul penelitian “The Performance of Stock
and the Indicators”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return on
Assets, Total Assets Turnover, dan Loan to Deposit Ratio berpengaruh
signifikan terhadap harga saham.
Universitas Sumatera Utara
33
8.
Hadianto (2008) meneliti dengan judul “Pengaruh Earning per Share, Price
Earning Ratio terhadap harga saham sektor Perdagangan Besar dan Ritel
periode 2000-2005 di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian yang
dilakukan terdapat variabel dependen yaitu harga saham sedangkan untuk
variabel independen earning per share, dan price earning ratio, untuk
menganalisis data yaitu regresi datapanel. Menurut hasil penelitian
dinyatakan bahwa Earning per Share berpengaruh positif terhadap harga
saham dan Price Earning Ratio juga berpengaruh positif terhadap harga
saham apabila diuji secara simultan maka Earning per Share dan Price
Earning Ratio berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Lebih
jelas beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
1
Dadrasmoghadam
dan Akbari
(2015)
Relationship
between Financial
Ratios in The
Stock Prices of
AgricultureRelated
Campanies
Accepted on the
Stock
Exchange
for Iran
Variabel
Dependen:
Stock Price
Independen:
1. Current Ratio
2. Activity Ratio
3. Return on Assets
4. Return on Equity
5. Debt Ratio
Tehnik
Analisis Data
Panel
Data
Regression
Analysis
Hasil Penelitian
1. Current Ratio
berpengaruh positif
signifikan terhadap
harga saham
2. Activity Ratio
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
harga saham
3. Return on Assets
berpengaruh positif
signifikan terhadap
harga saham
4. Return on Equity
berpengaruh positif
signifikan terhadap
harga saham
5. Debt Ratio
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
harga saham.
Universitas Sumatera Utara
34
Lanjutan Tabel 2.1
No
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
2
Idawati dan
Wahyudi
(2015)
Effect of Earning
per Share and
Return on Assets
against
Share
Price on Coal
Mining Company
Listed
in
Indonesia
Stock
Exchange
Dependen:
Stock Price
Pengaruh Earning
per Share, Debt to
Equity Ratio, dan
Price Book Value
terhadap
harga
saham
Dependen:
Harga Saham
Pengaruh Earning
Per Share, Price
Earning
Ratio,
Debt to Equity
Ratio, Return on
Equity
terhadap
harga saham pada
sektor
pertambangan
yang terdaftar di
Bursa
Efek
Indonesia
tahun
2010-2012
Dependen:
Harga saham
3
4
Dewi dan
Suaryana
(2013)
Ratih, et al
(2013)
Tehnik
Analisis Data
Variabel
Panel
Data
Regression
Analysis
Independen:
1. Earning per Share
2. Return on Assets
Regresi Linier
Berganda
Independen:
1. Earning per Share
2. Debt to Equity
Ratio
3. Price Book Value
Regresi linier
berganda
Independen:
1. Earning per Share
2. Price Earning Ratio
3. Debt to Equity ratio
4. Return on Equity
Hasil Penelitian
1. Earning per
Share
berpengaruh
positif signifikan
terhadap harga
saham.
2. Return on
Assets
berpengaruh
positif signifikan
terhadap harga
saham.
1. Earning
per
Share
berpengaruh
signifikan
dan
positif terhadap
harga saham
2. Debt to Equity
Ratio
berpengaruh
signifikan
dan
negatif terhadap
harga saham
3. Price Book Value
berpengaruh
signifikan
dan
positif terhadap
harga saham
1. EPS berpengaruh
signifikan
dan
positif terhadap
harga saham
2. PER berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
3. DER
berpengaruh
negatif terhadap
harga saham.
4. ROE
berpengaruh
signifikan
dan
positif terhadap
harga saham
Universitas Sumatera Utara
35
Lanjutan Tabel 2.1
No
Peneliti/Tahun
Judul Penelitian
5
Ramdhani
(2013)
Pengaruh Return on
Assets dan Debt to
Equity
Ratio
terhadap
Harga
Saham
Dependen:
Harga Saham
Pengaruh
Debt
Rato,Price Earning
Ratio, Earning per
Share, Size terhadap
harga saham (studi
pada
perusahaan
Industri
yang
terdaftar di Bursa
Efek Indonesia)
Dependen:
Harga saham
The Performance of
Stock
and
the
Indicators
Dependen:
Stock Price
6
7
Viandita, et. al
(2013)
Shamsudin
et.al.
(2013)
Tehnik
Analisis Data
Variabel
Regresi Linier
Independen:
1. Return on Assets.
2. Debt to Equtiy
Ratio
Indepeden:
1. Debt to Equity
Ratio
2. Price
Earning
Ratio
3. Earning per Share
Independen:
1. Return on Assets
2. Total Assets Turn
over
3. Loan to Deposit
Ratio
8
Hadianto
(2008)
PengaruhEarning
Per Share dan Price
Earning
Ratio
terhadap
harga
saham
sektor
perdagangan besar
dan ritel
peiode
2000-2005 di Bursa
Efek Indonesia
Dependen:
Harga Saham
Indepeden:
1. Earning per Share
2. Price
Earning
Ratio
Hasil Penelitian
1. ROA
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
2. DER
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham.
Regresi Linier 1. Debt
Ratio
Berganda
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga
saham
2. Price
Earning
ratio berpengaruh
signifikan
terhadap
harga
saham.
3. Earning
per
Share
berpengaruh
signifikan
terhadap
harga
saham.
Regression
1. Return on Assets
Analysis
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
2. Total Assets Turn
Over berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
3. Loan to Deposit
Ratio tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham.
Regresi Linier 1. Earning
per
Berganda Data
Share
Panel
berpengaruh
positif terhadap
harga saham.
2. Price
Earning
Ratio
berpengaruh
positif terhadap
harga saham.
Universitas Sumatera Utara
36
2.3 Kerangka Konseptual
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh return on
equity, return on assets, debt to equity ratio, price to book value, price earning
ratio, dan earning per share terhadap harga saham. Dalam investasi saham di
pasar modal unsur penting perlu diperhatikan adalah risiko dari hasil. Sehingga
diperlukan kemampuan untuk menganalisis saham saham yang mana memberikan
keuntungan dan juga resiko yang besar (Silaen, 2010:9). Menurut Tandelilin
(2010: 240) rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on equity dan
komponen lainnya yang digunakan untuk menganalisis saham adalah earning per
share.
Return on Equity
merupakan salah satu alat analisis dari rasio
profitabilitas. Alat analisis ROE mengukur perbandingan antara laba bersih yang
dihasilkan untuk setiap ekuitas keuangan karena dengan melakukan pengukuran
menggunakan ROE dapat mengukur bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan
modal yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi ROE
berarti kinerja perusahaan semakin bagus. Return on Equity (ROE) mencerminkan
seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah
yang ditanamakannya (Murhadi, 2013:64) Hubungan antara ROE dengan harga
saham adalah sebagaimana perusahaan dapat mendapatkan feedback atas ekuitas
yang dimiliki oleh pemegang saham berupa keuntungan nantinya akan dibagikan
kepada pemegang sahamnya, sehingga semakin besar ROE yang diperoleh
perusahaan secara tidak langsung akan meningkatkan harga sahamnya.
Universitas Sumatera Utara
37
Return on Assets merupakan salah satu rasio profitabilitas untuk mengkur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari sejumlah aset yang
dimiliki.
Semakin besar ROA mencerminkan semakin efisiennya perusahaan
dalam mengelola aset sehingga mampu memperoleh laba seperti dikemukakan
oleh Menurut Brigham dan Houston (2010:148) mengatakan bahwa Return on
Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas
total aset.
Fahmi (2012:87) menyatakan bahwa kondisi dan situasi yang menentukan
harga suatu saham mengalami fluktuasi disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya adalah Kinerja perusahaan yang mengalami penurunan dalam setiap
waktunya.
Dengan demikian, ROA sebagai salah satu rasio yang mengukur
kinerja perusahaan dari sisi profitabilitas akan berdampak pada peningkatan
maupun penurunan pada harga saham.
Menurut Weston dan Copeland (2010:238) menyatakan bahwa rasio
leverage (leverage ratios) mengukur tingkat sejauh mana aktiva perusahaan telah
dibiayai oleh penggunaan hutang. Debt to Eqiuty Ratio (DER) merupakan salah
satu alat analisis dari rasio Leverage yang mengukur tingkat kemampuan
perusahaan perusahaan untuk membayar hutang perusahaan dengan menggunakan
ekuitas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER yang dimiliki perusahaan
semakin besar pula tingkat risiko yang harus dipertanggungjawabkan perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2010:151) nilai perusahaan dapat diukur
dengan Price book Value (PBV) atau market/book (M/B) ratio. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi
Universitas Sumatera Utara
38
perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Perusahaan yang
dipandang baik oleh investor yaitu perusahaan dengan laba dan arus kas yang
aman, hal itu dapat dicerminkan melalui Price to Book Value. Dengan demikian,
semakin tinggi nilai PBV mencerminkan tingginya nilai perusahaan dimata
investor sehingga semakin tinggi nilai perusahaan yang diukur dengan PBV akan
berdampak pada tinggi rendahnya permintaan saham perusahaan yang akhirnya
mempengaruhi pergerakan harga saham.
Price Earning Ratio (PER) menunjukkan hubungan antara harga pasar
saham biasa dengan Earning Per Share (EPS). Semakin tinggi PER menunjukkan
bahwa perusahaan memliki pertumbuhan keuangan yang baik dan biasanya
semakin tinggi PER semakin banyak diminati oleh investor . Price Earing Ratio
(PER) terlalu tinggi, mendindentifikasi bahwa harga pasar saham perusahaan
tersebut mahal. (Murhadi, 2013:65) hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hasil penelitian Stela (2009) menunjukkan bahwa PER
berpengaruh positif signifikan terhadap harga pasar saham, hal ini sama dengan
hasil penelitian Poernamawatie (2008) yang menunjukkan bahwa PER secara
signifikan mempunyai pengaruh terhadap return saham.
Menurut Saleh (2009) Earning Per Share (EPS) merupakan rasio pasar
mengukur kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari
setiap lembar saham yang beredar. Rasio ini menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam meraih laba bersih yang diperuntukkan bagi pemegang saham
atas dasar lembar saham yang diinvestasikan, dari pengertian tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
39
dilihat bahwa semakin tinggi nilai EPS
maka investor menganggap prospek
perusahaan sangat baik untuk kedepannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konseptual penelitian
digambarkan sebagai berikut:
Return on Equity
Return on Assets
Debt to Equity Ratio
Harga Saham
Price to Book Value
Price Earning Ratio
Earning Per Share
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan uraian teoritis dan kerangka konseptual, maka dapat disusun
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.
Return on Equity berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub
sektor otomotif yang terdaftar di Bursaa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
40
2.
Return on Assets berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan sub
sektor otomotif yang terdaftar di Bursaa Efek Indonesia
3.
Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4.
Price to Book Value berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur sub sektor otomotif yang terrdaftar di Bursa Efek Indonesia
5.
Price Earnings Ratio berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur sub sektor otomotif yang terrdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6.
Earning Per Share berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan
manufaktur sub sektor otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Download