analisis sikap konsumen dan sensitivitas harga

advertisement
ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA
TERHADAP JERUK MEDAN DAN JERUK MANDARIN
DI YOGYA BOGOR JUNCTION
REGINA ELSA MONICA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap
Konsumen dan Sensitivitas Harga Terhadap Jeruk Medan dan Jeruk Mandarin di
Yogya Bogor Junction adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Regina Elsa Monica
NIM H34124018
1
ABSTRAK
REGINA ELSA MONICA. Analisis Sikap Konsumen dan Sensitivitas Harga
Terhadap Jeruk Medan dan Jeruk Mandarin di Yogya Bogor Junction. Dibimbing
oleh TINTIN SARIANTI.
Jeruk merupakan salah satu buah yang memiliki banyak varietas di
Indonesia. Berlakunya sistem perdagangan bebas membuat pemerintah tidak bisa
berbuat banyak untuk menanggulangi terjadinya peningkatan impor jeruk.
Masuknya jeruk mandarin ke Indonesia membuat konsumen memiliki pilihan
antara mengonsumsi jeruk mandarin atau jeruk medan. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis multiatribut fishbein dan
analisis sensitivitas harga. Mayoritas konsumen jeruk adalah perempuan,
menikah, pendidikan akhir sarjana, berusia ≥ 36 tahun, bekerja sebagai ibu rumah
tangga, dan memiliki pendapatan Rp 2 600 000 – Rp 5 000 000. Berdasarkan
analisis fishbein, responden lebih menyukai atribut pada jeruk mandarin. Rentang
harga jeruk medan sebesar Rp 36 000 – Rp 45 000/Kg. Rentang harga untuk jeruk
mandarin sebesar Rp 33 000 – Rp 47 500/Kg.
Kata kunci: Sikap Konsumen, Multiatribut Fishbein, Sensitivitas harga
ABSTRACT
REGINA ELSA MONICA. Consumer Attitudes and Sensitivity Prices on Medan
Orange and Mandarin Orange in Yogya Bogor Junction. Supervised by TINTIN
SARIANTI.
Orange is one of fruits that have a lot of varieties in Indonesia. Free trade
system make the Government cannot do much to tackle increase import oranges.
The inclusion of orange mandarin to Indonesia made the consumers have a choice
between consuming medan orange or mandarin orange. The methods used in this
research is a descriptive analysis, multiatribut fishbein, and price sensitivity. The
majority consumers of orange are woman, married, bachelor, age ≥ 36 years,
worked as housewife and have income Rp 2 600 000 – Rp 5 000 000. Based on
fishbein analysis, respondent prefer attribute on an mandarin orange. Range price
of medan oranges is Rp 36 000 – Rp 45 000. Range price of mandarin orange is
Rp 33 000 – Rp 47 500
Keywords: ConsumerAttitudes, Multiatribute Fishbein, Price sensitivity
2
3
ANALISIS SIKAP KONSUMEN DAN SENSITIVITAS HARGA
TERHADAP JERUK MEDAN DAN JERUK MANDARIN
DI YOGYA BOGOR JUNCTION
REGINA ELSA MONICA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
4
Judul Skripsi: Analisis Sikap Konsumen dan Sensitivitas Harga Terhadap Jeruk
Medan dan Jeruk Mandarin di Yogya Bogor Junction
Nama
NIM.
: Regina Elsa Monica
: H34124018
Disetujui oleh
Tintin Sarianti, SP,MM
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1
0 lqAR 2015
6
7
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah
perilaku konsumen, dengan judul Analisis Sikap Konsumen dan Sensitivitas
Harga Terhadap Jeruk Medan dan Jeruk Mandarin di Yogya Bogor Junction.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, SP, MM selaku
dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam
penulisan skripsi ini, serta Bapak Dr Amzul Rifin, SP, MA selaku dosen
evaluator kolokium, Ibu Ir Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama
dan Ibu Dr Ir Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji akademis yang telah
banyak membantu dalam penyempurnaan skripsi ini. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Bapak Adhy Alarik Kurniadi dari pihak Yogya Bogor
Junction. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh
keluarga dan sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015
Regina Elsa Monica
8
9
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Definisi Konsumen
Perilaku Konsumen
Karakteristik Konsumen
Atribut Produk
Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Perilaku Setelah Pembelian
Sikap Konsumen
Harga
Sensitivitas Harga
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Sampel
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif
Analsis Multiatribut Fishbein
Analisis Sensitivitas Harga
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Cabang Yogya Bogor Junction (YBJ)
Visi dan Misi Yogya
Struktur Organisasi Yogya Bogor Junction
Produk-Produk Segar di Yogya Bogor Junction
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen Jeruk di Yogya Bogor Junction
Penilaian Sikap Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk
Komponen Evaluasi (Tingkat Kepentingan)
Komponen Kepercayaan (Tingkat Pelaksanaan)
Sikap Responden terhadap Jeruk Medan dan Jeruk Mandarin
Analisis Sensitivitas Harga
Sensitivitas harga jeruk medan
Sensitivitas Harga Jeruk Mandarin
SIMPULAN DAN SARAN
v
vi
vi
1
1
4
6
6
6
7
10
10
10
10
11
12
13
15
15
18
18
20
23
23
23
23
24
24
24
25
27
28
28
29
30
31
31
32
35
36
37
39
43
43
46
49
10
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
49
50
50
50
58
DAFTAR TABEL
1 Konsumsi buah-buahan perkapita di Indonesia tahun 2009-2013
2 Produksi jeruk menurut provinsi di Indonesia tahun 2008-2012
3 Volume dan nilai impor buah jeruk di Indonesia tahun 2008-2012
4 Harga jual jeruk medan dan mandarin di Yogya Bogor Junction
5 Kategori evaluasi atribut dan kepercayaan atribut
6 Kategori nilai sikap terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin
7 Jenis jeruk yang dijual di Yogya Bogor Junction
8 Persentase jenis kelamin responden jeruk di Yogya Bogor Junction
9 Persentase usia responden jeruk di Yogya Bogor Junction
10 Persentase jenis pekerjaan responden jeruk
11 Persentase status pernikahan responden jeruk
12 Persentase pendidikan responden jeruk .
13 Persentase pendapatan responden jeruk
14 Nilai evaluasi atribut buah jeruk
15 Nilai kepercayaan atribut jeruk medan dan jeruk mandarin
16 Sikap responden terhadap atribut jeruk medan dan jeruk mandarin
17 Perhitungan skor sikap maksimum
18 Kategori penilaian harga jeruk medan
19 Analisis sensitivitas harga pada jeruk medan
20 Kategori penilaian harga jeruk mandarin
21 Analisis sensitivitas harga pada jeruk mandarin
1
2
3
5
26
27
31
32
33
. 33
34
34
35
36
37
39
42
44
46
47
48
DAFTAR GAMBAR
1 Persentase penjualan jeruk di Yogya Bogor Junction
2 Kerangka pemikiran operasional
3 Jeruk medan di Yogya Bogor Junction
4 Jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction
5 Kurva sensitivitas harga jeruk medan
6 Kurva sensitivitas harga jeruk mandarin
4
22
38
38
45
47
DAFTAR LAMPIRAN
1 Kuisioner penelitian
53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam
komoditi pertanian, salah satunya adalah buah-buahan. Buah merupakan salah
satu sumber vitamin dan mineral yang mudah diperoleh oleh masyarakat, baik
pedesaan maupun perkotaan. Selain itu buah memiliki tingkat harga, jenis dan
kualitas yang bervariasi sehingga masyarakat dari berbagai kelas pendapatan
mampu mengonsumsi buah sesuai dengan daya belinya. Buah juga relatif tersedia
sepanjang tahun meskipun beberapa buah bersifat musiman. Jeruk merupakan
salah satu jenis buah yang memiliki kandungan gizi tinggi, baik untuk kesehatan
tubuh maupun pencegahan penyakit. Jeruk dapat dikonsumsi langsung baik
sebagai pelengkap gizi maupun sebagai pencucui mulut. Bahkan jeruk juga
disebut sebagai table fruit atau buah yang biasa tersaji di meja dalam sebuah
keluarga. Menurut data Kementerian Pertanian (2013), jeruk merupakan buah
yang paling banyak dikonsumsi dibandingkan dengan buah lain seperti buah apel,
pisang, pepaya dan durian. Pada Tabel 1 disajikan data konsumsi buah perkapita
tahun 2009 sampai 2013 di Indonesia.
Tabel 1 Konsumsi buah-buahan perkapita di Indonesia tahun 2009-2013
Tahun (Kg/Kapita)
Komoditi
2009
2010
2011
2012
2013
Jeruk
4.64
4.17
Apel
0.89
0.89
Pisang
1.72
1.51
Pepaya
1.88
1.77
Durian
0.68
1.25
Sumber: Kementerian Pertanian 2013
3.49
1.15
2.19
2.76
0.42
2.76
0.78
1.83
1.62
0.99
2.24
0.89
1.25
1.83
1.41
Pada Tabel 1 terlihat bahwa dari lima jenis buah-buahan yang tersedia di
Indonesia, jeruk merupakan buah yang paling banyak dikonsumsi. Jeruk
merupakan buah yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Indonesia.
Sentra produksi jeruk hampir tersebar di seluruh Indonesia, terutama di propinsi
Sumatera Utara, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Bali. Jenis jeruk yang sering ditemui
di Indonesia yaitu jenis jeruk medan dari Sumatera utara, jeruk keprok malang
dari Jawa timur dan jeruk pontianak dari Kalimantan barat. Menurut data yang
ditampilkan pada Tabel 2, jeruk medan memiliki tingkat produksi yang lebih
tinggi dari jeruk keprok malang dan jeruk pontianak. Keunggulan yang dimiliki
jeruk medan dibandingkan dengan jeruk keprok malang dan jeruk pontianak yaitu
kulit buahnya yang lebih tebal sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang
lebih lama dan berpeluang untuk diekspor.
2
Tabel 2 Produksi jeruk menurut provinsi di Indonesia tahun 2008-2012
Produksi (Ton)
Provinsi
2008
2009
Sumatera Utara
858 508
728 796
Jawa Timur
520 864
378 923
Kalimantan Barat
181 793
170 201
Sumber : Kementerian Pertanian 2013
2010
2011
2012
Pertumbuhan
(%)
788 748
289 592
146 690
579 471
328 100
110 640
362 250
390 388
172 944
-37,49
18,98
56,31
Pemberlakuan pasar bebas dapat menjadi peluang dan ancaman bagi
komoditas dalam negeri, termasuk komoditas buah-buahan. Saat ini muncul
fenomena yang menunjukkan bahwa konsumen lebih banyak mengonsumsi
makanan yang berasal dari negara lain. Hal ini tercermin dari semakin
meningkatnya volume impor produk pertanian diantaranya buah jeruk.
Meluasnya pasar jeruk impor di Indonesia disebabkan karena adanya permintaan
akan jeruk impor meskipun di dalam negeri terdapat jeruk dengan jenis yang
beragam. Berlakunya sistem perdagangan bebas membuat pemerintah tidak bisa
berbuat banyak untuk menanggulangi terjadinya peningkatan impor jeruk. Hal
tersebut seharusnya tidak terjadi jika jeruk lokal sanggup bersaing dengan jeruk
impor baik dalam kualitas, kuantitas dan harga. Tersedianya jeruk yang
berkualitas tentu tidak lepas dari peran dan kewajiban stakeholder baik
pemerintah maupun petani jeruk Indonesia.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa peningkatan volume impor jeruk segar
ke Indonesia mencapai 8.12 persen dengan peningkatan nilai impor sebesar US$
14.15 sedangkan peningkatan volume impor jeruk mandarin mencapai 14.02
dengan nilai US$ 23.66. Peningkatan volume impor jeruk dari tahun 2008 sampai
2012 membuat jeruk lokal harus bersaing dengan jeruk impor dipasaran. Sampai
saat ini Indonesia termasuk negara pengimpor jeruk terbesar kedua di ASEAN
setelah Malaysia, dengan volume impor khususnya untuk jenis mandarin.1 Impor
buah jeruk yang semakin meningkat mengindikasikan adanya segmen pasar atau
konsumen tertentu yang menghendaki jenis dan mutu buah jeruk prima yang
belum bisa dipenuhi produsen dalam negeri.
Kemudahan mendapatkan jeruk impor di pasaran berakibat pada
terbiasanya masyarakat Indonesia mengonsumsi jeruk impor. Ketersediaan jeruk
impor yang berkelanjutan mengakibatkan persaingan dengan jeruk lokal.
Persaingan jeruk lokal dengan jeruk impor bukan hanya dari penampilan fisik saja
namun juga dari sisi harga. Harga jeruk lokal memiliki harga yang lebih mahal
dibandingkan jeruk impor. Salah satu penyebabnya adalah mahalnya biaya
transportasi. Mendatangkan jeruk dari dalam negeri membutuhkan biaya yang
lebih besar dibandingkan dari luar negeri. 2 Selain memiliki harga yang murah,
penampilan jeruk impor juga lebih menarik. Pemasaran jeruk impor ada yang
dilengkapi dengan penambahan kemasan, pemberian label bahkan memiliki
merek. Perbedaan penampilan dan perbedaan harga antara jeruk lokal dengan
impor membuat konsumen lebih sensitif terhadap harga. Konsumen akan
1)
http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/Trend-Jeruk-Impor-dan-Posisi-Indonesia-SebagaiProdusen-Jeruk-Dunia
2)
http://finance.detik.com/jeruk-medan-lebih-mahal-dari-jeruk-china
3
menentukan berapa rentang harga yang masih dapat diterima untuk membeli jeruk
dengan mempertimbangkan atribut tertentu.
Tabel 3 Volume dan nilai impor buah jeruk di Indonesia tahun 2008-2012
Komoditi
Jeruk
Mandarin
Tahun
Volume
(Ton)
Nilai
(US$)
Tahun
Volume
(Ton)
Nilai
(US$)
2008
109 662
2009
188 956
94 353
2008
28 048
21 634
166 834
2009
19 586
15 328
2010
160 255
143 392
2010
31 344
24 371
2011
182 346
164 788
2011
33 074
25 085
2012
207 913
203 779
2012
35 759
28 636
8.12
14.15
Pertumbuhan (%)
14.02
23.66
Sumber : Kementerian Pertanian 2013
Komoditi
Jeruk
Lainnya
Meningkatnya volume impor jeruk mengakibatkan jeruk mandarin dapat
ditemui dimana saja, baik di pedagang buah kaki lima sampai di ritel modern.
Banyaknya penawaran buah jeruk menyebabkan konsumen memiliki banyak
pilihan untuk berbelanja. Dalam keputusan pembelian buah jeruk, banyak hal
yang dipertimbangkan oleh konsumen sebelum akhirnya memutuskan untuk
membeli. Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi
keputusan pembelian konsumen. Sikap merupakan ungkapan perasaan konsumen
tentang suatu objek apakah disukai atau tidak. Sikap juga dapat menggambarkan
kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dari jeruk tersebut.
Gaya hidup masyarakat kini lebih cenderung berbelanja di ritel modern.
Ritel modern memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pasar
tradisional. Ritel modern memberikan suasana yang nyaman untuk berbelanja,
penataan produk yang rapi, kebebasan memilih, kebersihan tempat dan
menyediakan berbagai jenis kebutuhan sehari-hari. Selain menyediakan barangbarang lokal, ritel modern juga menyediakan barang impor. Barang yang dijual
mempunyai kualitas yang relatif terjamin karena melalui penyeleksian terlebih
dahulu sehingga barang yang tidak memenuhi kualifikasi akan ditolak. Secara
kuantitas, ritel modern umumnya mempunyai persediaan barang di gudang yang
terukur.
Persaingan dalam bisnis ritel semakin ketat dengan bertambahnya jumlah
ritel yang ada di Indonesia dan banyaknya gerai baru yang dibuka. Jenis produk
yang ditawarkan di setiap ritel pun cukup sama, mulai dari kebutuhan sehari-hari
seperti produk segar, produk jadi dan kebutuhan lainnya. Komoditi yang selalu
tersedia di ritel modern adalah produk pangan baik yang segar maupun yang
sudah diolah. Sikap konsumen yang positif terhadap atribut produk akan
mendorong konsumen lebih kuat untuk mebeli atau mengonsumsi produk
tersebut. keunggulan bersaing bagi sebuah produk tidak hanya mencocokan apa
yang dapat dilakukan oleh pesaing, namun bagaimana mengetahui apa yang
dibutuhkan konsumen yang selanjutnya memungkinkan dapat dipenuhi oleh
produk yang kita miliki dan mencapai kepuasan bahkan melebihi ekspektasi
konsumen. Pemahaman yang mendalam mengenai konsumen akan
memungkinkan pemasar dapat mempengaruhi keputusan konsumen sehingga
membeli produk yang ditawarkan oleh pemasar.
4
Perumusan Masalah
Banyaknya ritel modern di Kota Bogor menunjukkan bahwa masyarakat
Bogor lebih menyukai berbelanja di ritel modern. Salah satu ritel modern di Kota
Bogor adalah Yogya. Yogya Bogor Junction merupakan cabang baru Yogya yang
didirikan pada tahun 2010. Meski tergolong ritel baru, produk yang dijual di
Yogya Bogor Junction cukup lengkap baik lokal maupun impor. Komoditi yang
menjadi salah satu unggulannya yaitu komoditi segar. Komoditi segar yang ada di
Yogya Bogor Junction terdiri dari produk daging, sayur dan buah. Buah yang
disediakan Yogya Bogor Junction terdiri dari buah lokal dan impor. Varietas buah
yang dijual lebih beragam dibanding dengan cabang Yogya lainnya. Pada tata
letak toko, komoditas segar seperti buah-buahan ditempatkan dibagian depan
pintu masuk dan ditata dengan menarik. Hal ini dilakukan pihak Yogya karena
komoditas segar seperti buah-buahan menjadi komoditas yang diutamakan dalam
pemasarannya.
Jenis buah yang tersedia baik lokal maupun impor yaitu jeruk.
Ketersediaan jeruk lokal yang paling banyak yaitu jeruk medan, sedangkan untuk
jeruk impor ketersediaan yang paling banyak yaitu jeruk mandarin. Penjualan
jeruk mandarin lebih mendominasi dibandingkan dengan jeruk medan yang
ditunjukkan oleh Gambar 1.
Persen
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
jeruk medan
jeruk mandarin
Bulan
Sumber : Data Internal Yogya Bogor Junction 2014 (diolah)
Gambar 1 Persentase penjualan jeruk di Yogya Bogor Junction
Tingginya penjualan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction
mengindikasikan bahwa atribut pada jeruk medan kurang menarik. Saat ini
konsumen menjadi lebih kritis dan lebih menyukai buah jeruk yang memiliki
keunggulan pada atribut tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Sikap konsumen
pada atribut jeruk perlu dianalisis agar diketahui atribut apa yang di anggap
penting oleh konsumen dan atribut apa saja yang mendapat sikap positif maupun
negatif baik untuk jeruk medan maupun jeruk mandarin.
Memahami sikap konsumen terutama untuk komoditas buah sangatlah
penting. Tidak selamanya konsumen akan memberitahukan apa yang
diinginkannya. Untuk itu pemilik usaha setidaknya mengetahui atribut apa saja
5
yang dipentingkan konsumen agar dapat meningkatkan kepuasan pelanggannya.
Saat ini konsumen lebih kritis dalam memberikan penilaian terhadap produk yang
akan dikonsumsi. Penilaian pertama yang dilakukan oleh konsumen adalah atribut
fisik suatu produk. Komoditas segar seperti buah jeruk dilihat dan dinilai pertama
kali dari fisiknya. Fisik buah jeruk yang baik dipercaya memiliki kandungan gizi
dan vitamin yang baik juga. Atribut buah yang dimiliki buah jeruk antara lain
rasa, kandungan air, warna kulit, kebersihan kulit, sedikit-banyaknya biji, ukuran,
aroma dan harga. Ketersediaan suatu produk juga dapat mempengaruhi dalam
pembentukan sikap konsumen. Ketersediaan yang continue atau terus-menerus
dapat mempengaruhi penilaian suatu produk di mata konsumen.
Harga merupakan salah satu faktor yang diperhatikan oleh konsumen
sebelum membeli sebuah produk. Banyak hal yang harus diperhatikan ritel
sebelum menentukan harga jual, diantaranya yaitu rentang harga yang dapat
diterima oleh konsumen. Apabila konsumen memiliki sikap yang positif terhadap
jeruk namun daya belinya kurang maka tidak akan terjadi pembelian. Mengetahui
rentang harga yang masih dapat diterima oleh konsumen juga dapat menghindari
perusahaan dari kerugian. Setelah mengetahui karakteristik dan sikap konsumen
terhadap atribut jeruk maka analisis akan harga jual perlu dilakukan untuk melihat
bagaimana daya beli konsumen terhadap jeruk.
Harga jual jeruk medan di Yogya Bogor Junction lebih mahal
dibandingkan dengan jeruk mandarin. Adanya perbedaan harga jual jeruk dan
atribut yang dimiliki oleh jeruk medan dan jeruk mandarin membuat pembeli
menjadi lebih sensitif terhadap harga. Karakteristik pembeli berbeda-beda. Ada
pembeli yang lebih mengutamakan harga murah dan adapula pembeli yang lebih
mementingkan kualitas dari buah. Untuk itu dalam penelitian ini akan dianalisis
sikap konsumen dengan sensitivitas harga terhadap jeruk medan dan jeruk
mandarin. Harga jual jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction
periode bulan Januari sampai dengan Oktober 2014 disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Harga jual jeruk medan dan mandarin di Yogya Bogor Junction
periode Januari-Oktober 2014
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Medan
44 250
44 250
43 250
43 250
47 750
47 750
47 750
45 650
45 650
42 650
Harga (Rp/Kg)
Mandarin
32 850
32 850
36 750
33 950
33 950
36 750
36 750
36 750
38 750
38 750
Sumber : Data Internal Yogya Bogor Junction 2014
6
Permasalahan yang menjadi pertanyaaan penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik konsumen jeruk medan dan jeruk mandarin di
Yogya Bogor Junction?
2. Bagaimanakah sikap konsumen yang ada di Yogya Bogor Junction
terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin?
3. Berapa rentang harga jeruk medan dan jeruk mandarin yang masih dapat
diterima oleh konsumen Yogya Bogor Junction?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis karakteristik konsumen jeruk medan dan jeruk mandarin di
Yogya Bogor Junction.
2. Menganalisis sikap konsumen terhadap komoditi jeruk medan dan jeruk
mandarin yang dijual di Yogya Bogor Junction.
3. Menganalisis rentang harga jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya
Bogor Junction.
Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai :
1. Bagi pengusaha atau pengecer buah khususnya Yogya Bogor Junction
sebagai masukan dalam menerapkan strategi penjualan jeruk.
2. Bagi penulis merupakan wujud penerapan dan pengembangan ilmu yang
diperoleh.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis sikap konsumen dan
sensitivitas harga terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor
Junction. Informasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah karakteristik
konsumen jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction, atributatribut yang dianggap penting pada jeruk medan dan jeruk mandarin, sikap
konsumen jeruk medan dan jeruk mandarin, dan rentang harga jeruk medan dan
jeruk mandarin yang dapat diterima oleh konsumen di Yogya Bogor Junction.
Pada analisis sensitivitas harga didapatkan lima kategori harga jeruk yaitu terlalu
murah, murah, mahal, terlalu mahal dan rentang harga yang dapat diterima.
Pengambilan responden hanya dilakukan pada konsumen buah jeruk medan dan
jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian tentang sikap konsumen sudah dilakukan oleh Widodo
(2008), Rahayu et al (2012), Wibowo (2013), Wiyanti (2007), Natalia (2009), dan
Dwinada (2009) menunjukan atribut dan faktor yang mempengaruhi sikap
konsumen terhadap produk. Pada komoditi agribisnis khususnya komoditi buah,
menurut Widodo (2008), Rahayu et al (2012), dan Wibowo (2013) atribut pada
buah yang menentukan sikap konsumen yaitu warna kulit buah, aroma, rasa,
tekstur, ukuran buah, harga, masa simpan dan kemasan. Atribut yang dinilai pada
tempat penjualan buah yaitu kenyamanan, lokasi, ketersediaan, pelayanan, dan
promosi. Berbeda dengan penelitian terdahulu, pada penelitian ini yang dianalisis
hanya atribut fisik yaitu rasa, kandungan air, warna kulit, kebersihan kulit, sedikitbanyaknya biji, aroma, ketersediaan, ukuran dan harga. Penelitian yang dilakukan
oleh Widodo (2008) dan Rahayu (2012) mendapatkan bahwa secara umum atribut
buah yang dianggap penting bagi konsumen adalah rasa buah, harga dan
kebersihan kulit. Atribut yang dianggap kurang penting adalah masa simpan dan
ukuran buah. Pada penelitian ini, atribut yang dianggap sangat penting adalah
rasa. Atribut lainnya dianggap penting seperti kandungan air, warna kulit,
kebersihan kulit, sedikit-banyaknya biji, ukuran, ketersediaan, aroma, dan harga.
Berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Widodo (2008) dan Rahayu et
al (2012), penelitian oleh Wibowo (2013) mendapatkan bahwa lokasi pembelian,
harga, warna dan ukuran buah menjadi alasan tertinggi dalam pemilihan buah.
Warna menjadi salah satu alasan tertinggi dalam pemilihan buah dikarenakan
warna merupakan karakteristik utama dari sebuah produk. Hampir 60 persen
penerimaan terhadap sebuah produk ditentukan oleh warna. Pada penelitian ini
warna kulit jeruk mandarin mendapat nilai positif tertinggi pada analisis sikap
sedangkan warna pada jeruk medan mendapat sikap yang negatif. Menurut Dony
(2009) warna suatu produk dapat menyebabkan seseorang menerima atau
sebaliknya menolak produk tersebut, memberikan kenyamanan atau
ketidaknyamanan, bahkan bisa mempengaruhi nafsu makan. Pertimbangan
selanjutnya yang dipilih oleh konsumen yakni dari segi ukuran dengan nilai
kepentingan sebesar 17.965. Dilihat dari hasil nilai utiliti pada variabel ukuran
konsumen lebih memilih buah dengan ukuran relatif kecil yakni dengan berat
buah berkisar 125gram – 150gram/buah dari ukuran berat yang ditawarkan
(Rahayu, 2012). Hal ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Damayanty (2009) yang menyebutkan bahwa responden pada penelitian tersebut
lebih menyukai buah yang berukuran besar. Penelitian ini sama dengan penelitian
Damayanti (2009) bahwa responden buah jeruk lebih menyukai jeruk dengan
ukuran yang besar karena ukuran jeruk yang besar dipercaya lebih memiliki
banyak air.
Penelitian tentang analisis sikap terhadap komoditi jeruk sudah dilakukan
oleh Nafisah (2013) yang memperoleh hasil bahwa konsumen lebih menyukai
atribut pada jeruk lokal. Atribut jeruk lokal yang disukai yaitu harga, rasa,
kemudahan memperoleh, dan kadar air. Berbeda dengan hasil penelitian Sadeli
dan Utami (2013) yang mendapatkan hasil bahwa responden lebih menyukai
atribut pada jeruk impor. Atribut yang disukai pada jeruk impor yaitu aroma, rasa,
8
warna, ukuran dan harga yang lebih murah dari jeruk lokal. Persamaaan pada
penelitian Nafisah (2013) dan Sadeli dan Utami (2013) menganalisis komoditi
yang sama yaitu jeruk lokal dan jeruk impor. Metode analisis data menggunakan
model sikap fishbein. Pada penelitian ini, hasil yang diperoleh sama dengan hasil
penelitian yang dilakukan Sadeli dan Utami (2013). Jeruk mandarin lebih disukai
dari jeruk medan dengan semua atribut fisik yang dimiliki jeruk.
Karakteristik responden yang dipakai oleh Widodo (2008), Wibowo (2013),
Rahayu (2012), Wiyanti (2007), Natalia (2009), dan Dwinada (2009) yaitu (1)
Umur, (2) Jenis kelamin, (3) Tingkat pendidikan, (4) Pekerjaan, (5) Jumlah
anggota keluarga, (6) Pendapatan keluarga perbulan, Pemilihan sampel dilakukan
dengan menseleksi umur dari responden. Hasil penelitian yang didapat oleh
Widodo (2008) dan Rahayu (2012) keluarga menengah ke atas cenderung lebih
suka mengkonsumsi buah dibandingkan dengan keluarga yang berpendapatan
rendah. Berbeda dengan penelitian Sadeli (2012) yang menemukan bahwa
berbagai kalangan mampu membeli dan mengkonsumsi buah untuk memenuhi
kebutuhan gizinya, pendapatan tidak membuat seseorang membeli buah lebih
banyak karena kebutuhan seseorang akan buah jumlahnya tetap walaupun
pendapatannya meningkat. Pendidikan sesorang sangat mempengaruhi sikap
terhadap produk buah. Dari semua penelitian terdahulu mendapatkan bahwa
semakin tingginya pendidikan seseorang, maka orang tersebut lebih banyak
mengkonsumsi buah dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah. Hal
ini sama dengan penelitian yang dilakukan. Pada karakteristik responden jeruk di
Yogya Bogor Junction didapatkan bahwa responden mayoritas berpendidikan
sarjana.
Pengambilan responden yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dilakukan
dengan metode yang berbeda-beda. Widodo (2008) mengambil 62 responden.
Penentuan responden dilakukan dengan cara cluster random. Wiyanti (2007)
responden yang digunakan adalah sebanyak 100 orang yang dipilih dengan
metode accidental sampling. Pada Teknik ini, pemilihan responden tidak secara
acak dan dengan pertimbangan khusus/tertentu. Dwinada (2012) melibatkan 100
orang responden. Responden yang diambil berdasarkan proporsional sampling.
Suwanda (2012) melibatkan 100 responden. Penentuan responden menggunakan
metode non-probability sampling. Pemilihan responden yang dilakukan pada
penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu. Responden yang dipilih sebanyak
100 orang dengan pertimbangan minimal sudah membeli jeruk di Yogya Bogor
Junction sebanyak dua kali dan berusia minimal 18 tahun. Metode penentuan
responden dengan non-probability sampling dengan teknik accidental sampling.
Teknik accidental sampling dipilih berdasarkan kemudahan dalam menemukan
responden.
Widodo (2008), Wiyanti (2007) melakukan penelitian tentang keputusan
pembelian. Widodo (2008) melakukan pengolahan data dengan analisis korelasi
pearson. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan atribut jeruk dan pisang, evaluasi
atribut, dan sikap konsumen dilakukan perhitungan skala skor dengan tiga
kategori yaitu suka, kurang suka dan tidak suka. Atribut yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu untuk atribut jeruk meliputi warna kulit, kebersihan kulit, rasa,
masa simpan, harga, ukuran, kadar air, biji, dan ketersediaan. Atribut pisang
meliputi warna kulit, kebersihan kulit, rasa, masa simpan, harga, dan ukuran buah.
Penelitian yang dilakukan oleh Wiyanti (2007) menggunakan analisis faktor,
9
diperoleh sebanyak 21 variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian kecap
manis. Kemudian dengan menggunakan metode ekstraksi Principal Component
Analisys (PCA) dihasilkan reduksi data variabel sehingga didapat lima faktor yang
mempengaruhi keputusan pembelian kecap manis yaitu; (1) Rasa, (2) Tempat
pembelian, (3) Sumber informasi, (4) Promosi, dan (5) Harga.
Penelitian yang dilakukan Tedjakusuma, et. al. (2001) menunjukkan bahwa
variabel-variabel secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku
konsumen. Hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung
menunjukkan hubungan yang erat. Koefisien determinasi berganda sebesar 51.88
persen menunjukkan bahwa perilaku konsumen dijelaskan oleh pendidikan,
penghasilan, harga, kualitas, distribusi dan promosi sebesar 51.88 persen.
Sedangkan 48.12 persen ditentukan oleh variabel diluar model. Hasil dari
penelitian Natalia (2009) menunjukkan bahwa variabel lokasi, kelengkapan
produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi
nerpengaruh terhadap minat konsumen dalam berbelanja. Variabel yang paling
dominan terhadap minat konsumen dalam berbelanja adalah promosi.
Setianingrum (2007), Nasution (2008), Samsurrijal (2009) dan Sinaga
(2010) melakukan penelitian tentang sensitivitas Harga. Setianingrum melakukan
penelitian dengan beberapa merek produk. Metode yang dipakai untuk mengukur
sensitivitas harga konsumen teh hijau adalah metode Huisman. Penelitian ini
menyimpulkan apabila nilai sensitivitas semakin meningkat maka konsumen akan
semakin memperhatikan faktor harga dalam melakukan pembelian. Nasution
(2008), Samsurrijal (2009) dan Sinaga (2010) melakukan analisis sensitivitas
dengan menggunakan alat analisis kurva sensitivitas harga. Perpotongan antar
kurva tersebut akan membentuk lima titik tingkatan harga yaitu Indifferent
Pricing Point (IPP), Optimum Pricing Point (OPP), Price of Marginal Expensive
(PME), Price of Marginal Cheapness (PMC) dan RAP (Range of Acceptible
Price) atau daerah antara titik PMC dan PME. Nasution (2008) meneliti tentang
sensitivitas harga pada minyak goreng merek Bimoli. Penelitian yang
dilakukannya mendapatkan hasil bahwa rentang harga yang masih dapat diterima
oleh konsumen dalam membeli minyak goreng yaitu Rp 20 500 –Rp 26 500.
Samsurrijal (2009) meneliti sensitivitas harga terhadap produk minuman segar
merek Picco. Rentang harga yang dihasilkan dari penelitiannya yaitu tingkat harga
terendah Rp 2 200 dan tingkat harga tertinggi Rp 2 750. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian terdahulu yaitu pada objek penelitiannya. Penelitian ini
menganalisis komoditi segar yaitu jeruk. metode yang dipakai sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2008), Samsurrijal (2009) dan Sinaga
(2010) menggunakan kurva sensitivitas.
10
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Penelitian ini mengambil kerangka pemikiran teoritis dari berbagai
penelusuran teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian. Adapun
kerangka pemikiran teoritis yang digunakan, yaitu:
Definisi Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak diperdagangkan. Menurut Sumarwan
(2011), konsumen dapat dikelompokkan menjadi dua,yaitu:
1. Konsumen akhir, setiap rumah tangga atau individu yang membeli produk
atau jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi
langsung.
2. Konsumen organisasi, yaitu organisasi, perusahaan, pedagang, pemerintah
dan lembaga non-profit yang membeli barang atau jasa untuk diproses
lebih lanjut hingga menjadi produk akhir.
Konsumen yang terlibat dalam penelitian ini termasuk ke dalam konsumen
akhir, yaitu individu yang membeli produk berupa buah jeruk medan maupun
jeruk mandarin untuk langsung dikonsumsi.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk
proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Engel et al.,
1994). Riset perilaku konsumen terdiri atas tiga perspektif : perspektif
pengambilan keputusan, perspektif eksperensial (pengalaman), perspektif
pengaruh perilaku. Ketiga perspektif ini mengidentifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhicara berpikir dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen (Sumarwan, 2011).
1. Perspektif Pengambilan Keputusan
Konsumen melakukan serangkaian aktivitas dalam membuat
keputusan pembelian. Perspektif ini mengasumsikan bahwa konsumen
memiliki masalah dan melakukan proses pengambilan keputusan rasional
untuk memecahkan masalah tersebut.
2. Perspektif Eksperensial (Pengalaman)
Perspektif ini mengemukakan bahwa konsumen seringkali
mengambil keputusan membeli suatu produk tidak berdasarkan proses
keputusan rasional untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Konsumen seringkali membeli suatu produk karena alasan untuk
kegembiraan, fantasi, ataupun emosi yang diinginkan.
3. Perspektif Pengaruh Perilaku
Perspektif ini menyatakan bahwa seorang konsumen membeli
suatu produk seringkali bukan karena alasan rasional atau emosional yang
11
berasal dari dalam dirinya. Perilaku konsumen dalam perspektif ini
menyatakan bahwa perilaku konsumen sangat dipengaruhi faktor luar
seperti program pemasaran yang dilakukan oleh produsen, faktor budaya,
faktor lingkungan fisik, faktor ekonomi dan undang-undang serta pengaruh
lingkungan yang kuat membuat konsumen melakukan pembelian.
Perilaku konsumen pada hakikatnya untuk memahami „Why do
consumer do what they do‟. Perilaku konsumen adalah semua kegiatan,
tindakan, serta proses proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut
pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
produk dan melakukan evaluasi terhadap prouk tersebut. Studi perilaku
konsumen adalah suatu studi mengenai bagaimana seorang individu
membuat keputusan untuk mengalokasikan sumber daya yang tersedia
(waktu, uang, usaha dan energi). Secara sederhana, studi perilaku
konsumen meliputi hal-hal apa yang dibeli konsumen, mengapa konsumen
membelinya, kapan mereka membelinya, dimana mereka membelinya,
berapa sering mereka membelinya dan berapa sering mereka
menggunakannya (Sumarwan 2011).
Karakteristik Konsumen
Karakteristik konsumen meliputi pengetahuan dan pengalaman konsumen,
kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen. Konsumen yang
mempunyai kepribadian sebagai seseorang yang senang mencari informasi akan
meluangkan waktu lebih banyak untuk mencari informasi. Pendidikan merupakan
salah satu karakteristik demografi yang penting. Konsumen yang berpendidikan
tinggi cenderung mencari informasi mengenai suatu produk sebelum memutuskan
untuk membeli.
Usia termasuk ke dalam karakteristik demografi. Dalam hal ini pemasar
harus memahami distribusi usia penduduk dari suatu wilayah yang akan dijadikan
target pasarnya. Perbedaan usia akan mengakibatkan perbedaan selera dan
kesukaan terhadap produk. Pendapatan merupakan imbalan yang diterima
seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Jumlah pendapatan akan
menggambarkan besarnya daya beli seseorang, untuk itu pemasar perlu
mengetahui pendapatan konsumen yang menjadi sasarannya. Besar kecilnya
pendapat yang diterima konsumen dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
pekerjaannya. Pekerjaan akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan
yang akan diperoleh.
Pendidikan formal penting dalam membentuk pribadi dengan wawasan
berpikir yang lebih baik, semakin tinggi pendidikan formal maka seseorang akan
akan lebih banyak mendapatkan pengetahuan tentang gizi. Hal ini berdampak
positif terhadap ragam pangan yang akan dikonsumsi (Sumarwan 2004).
Karakteristik konsumen juga berguna untuk mengetahui sebuah segmentasi pasar,
yang dapat dibagi kedalam empat kategori yaitu demografi, perilaku, profil
psikografi dan karakteristik kepribadian. Pada penelitian ini, karakteristik umum
konsumen buah jeruk akan dilihat berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan,
status perkawinan dan pendapatan.
12
Atribut Produk
Atribut produk adalah karakteristik yang melengkapi fungsi produk.
Atribut juga didefinisikan sebaqgai pengembangan suatu produk atau jasa yang
melibatkan penentuan manfaat yang akan diberikan (Kotler 2008). Mengukur
perilaku konsumen harus memperhatikan atribut apa saja yang dianggap sah untuk
suatu objek perilaku konsumen. Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan
atribut-atribut pada setiap produk, baik barang atau jasa yang dapat dideskripsikan
dengan menyebutkan atribut-atributnya. Atribut produk menjadi penilaian
tersendiri bagi konsumen terhadap suatu produk. Menurut Kotler (2005), atribut
produk terdiri atas tiga hal, yaitu mutu produk, ciri produk, dan desain produk.
Mutu produk menunjukkan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan
fungsinya. Ciri produk dapat digunakan sebagai alat untuk membedakan produk
perusahaan dengan produk pesaing. Sedangkan desain produk merupakan
keunikan penampilan produk yang dapat menarik perhatian konsumen.
Konsumen melakukan penilaian dengan melakukan evaluasi terhadap
atribut produk, selanjutnya konsumen memberikan kekuatan kepercayaan
terhadap atribut tersebut. Dalam mengevaluasi atribut terdapat dua sasaran
pengukuran yang penting, yaitu (1) mengidentifikasi kriteria evaluasi yang
mencolok yang ditentukan dengan menentukan atribut yang menduduki peringkat
tertinggi, (2) memperkirakan kepentingan relatif dari masing- masing aribut
produk (Engel et al. 1994).
Ritel
Kata ritel berasal dari bahasa Prancis yaitu ritellier yang berarti memotong
atau memecah sesuatu. Terkait dengan aktivitas yang dijalankan, ritel
menunjukkan upaya untuk memecah barang atau produk yang dihasilkan dan
didistribusikan oleh manufaktur atau perusahaan dalam jumlah besar dan massal
untuk dapat dikonsumsi oleh konsumen akdir dalam jumlah kecil sesuai dengan
kebutuhannya. Bisnis ritel dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat
dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Kegiatan yang dilakukan
dalam bisnis ritel adalah menjual berbagai produk dan jasa kepada para konsumen
untuk keperluan konsumsi pribadi (Utami 2010).
Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007 tentang penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern, meberikan batasan pasar
tradisional dan toko modern dalam pasal 1 sebagai berikut:
1. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, swasta, Badan Usaha Milik Negara dan
Badan Uasaha Milik Daerah termasuk kerjasama antara swasta dengan
tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki atau dikelola
oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan
usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang
dagangan melalui tawar menawar.
2. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket,
supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang
berbentuk perkulakan.
13
Tahap-tahap Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Setiap konsumen melakukan berbagai macam keputusan tentang
pencarian, pembelian, penggunaan beragam produk pada setiap periode tertentu.
Setiap hari konsumen akan selalu dihadapkan pada berbagai macam keputusan
mengenai segala hal yang menyangkut aktivitas kehidupannya. Semua itu
menyebabkan adanya disiplin perilaku konsumen yang berusaha mempelajari
bagaimana konsumenmengambil keputusan dan juga memahami faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi dan yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Keputusan konsumen yang dilaksanakan dalam bentuk tindakan membeli
muncul melalui tahpan-tahapan tertentu. Menurut Engel et al. (1994) proses
keputusan konsumen melalui lima tahap yaitu tahap pengenalan kebutuhan, tahap
pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian dan tahap hasil
dari keputusan pembelian. Dalam menganalisis proses keputusan pembelian
konsumen buah jeruk, tidak dilakukan pembuktian terlebih dahulu apakah
responden melewati semua tahapan prooses keputusan pembelian konsumen
berdasarkan teori Engel et al. (1994) sehingga hasil analisis proses keputusan
pembelian yang terdapat dalam penelitian ini merupakan kesimpulan umum
respon responden di Yogya Bogor Junction.
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian suatu produk dimulai ketika suatu kebutuhan dirasakan
atau dikenali. Pada hakekatnya pengenalan kebutuhan bergantung pada berapa
banyak ketidaksesuaian antara keadaan yang dihadapi sekarang dengan keadaan
yang diinginkan. Kebutuhan dikenali ketika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau
ambang tertentu (Engel et al. 1995). Kebutuhan dapat dicetuskan oleh stimulus,
baik internal maupun eksternal. Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang
timbul dari dalam diri seperti lapar, haus dan sebagainya. Stimulus eksternal
adalah kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan eksternal (Kotler 2005).
Pencarian Informasi
Konsumen yang telah mengenali kebutuhannya akan terlibat dalam proses
pencarian informasi. Pencarian informasi adalah aktivitas termotivasi dari
pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari
lingkungan. Pencarian informasi dapat dilakukan konsumen dengan dua cara,
yaitu pencarian internal dan pencarian eksternal (Engel et al. 1995).
Pencarian internal didapat dari pengetahuan yang tersimpan di dalam
ingatan konsumen atas berbagai produk. Pencarian internal ini menjunjukkan
bahwa seseorang telah memiliki ketertarikan terhadap suatu produk sehingga
tidak memerlukan pencarian eksternal.
Apabila pencarian internal tidak
mencukupi, konsumen memutuskan untuk mencari informasi tambahan melalui
pencarian eksternal dari lingkungan. Pencarian eksternal didapat dari
pengumpulan informasi dimana konsumen mendapatkan informasi yang mereka
butuhkan melaui iklan, teman atu orang-orang disekitarnya. Pada tahap pencarian
informasi ini, perhatian utama pemasar adalah sumber informasi yang akan dicari
oleh konsumen.
14
Evaluasi Alternatif
Setelah melalui tahap pencarian informasi. Maka tahapan selanjutnya
adalah evaluasi alternatif dimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif sarta
membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk membuat pilihannya. Pada
tahapan ini konsumen harus menentukan kriteria evaluasi berbagai alternatif yang
akan digunakan untuk menilai alternatif, memutuskan alternatif mana yang akan
dipertimbangkan, menilai kinerja dari alternatif yang dipertimbangkan serta
memilih dan menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir (Engel
et al. 1995).
Pada penentuan evaluasi alternatif, konsumen melakukan kriteria. Kriteria
evaluasi merupakan dimensi atau atribut yang dipergunakan dalam menilai
alternatif-alternatif pilihan akhir. Konsep dasar yang dapat membantu untuk
memahami proses evaluasi alternatif yaitu konsumen berusaha memuaskan suatu
kebutuhan, konsumen mencari manfaat, konsumen memandang setiap produk
sebagai rangkaian atribut dengan kempampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang dicari dan memuaskan kebutuhan (Kotler 2005).
Keputusan Pembelian
Pada tahap pembelian konsumen mengambil tiga keputusan yaitu kapan
membeli, dimana membeli dan bagaimana membayarnya. Pembelian merupakan
fungsi dari dua determinan yaitu niat pembelian serta pengaruh lingkungan dan
perbedaan individu. Niat pembelian biasanya dapat digolongkan menjadi dua
kategori. Kategori pertama adalah pembelian yang terencana penuh karena
pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan dan pemecahan masalah
yang diperluas. Kedua adalah pembelian yang tidak terencana yaitu jika memilih
merek produk langsung ditempat pembelian (Engel et al. 1994).
Menurut Sumarwan (2011) tahap keputusan pembelian berhubungan
dengan toko, pencarian produk dan melakukan transaksi.
1. Berhubungan dengan toko (Store contact)
Adanya keinginan membeli produk akan mendorong konsumen untuk
mencari toko atau pusat perbelanjaan baik tradisional maupun modern.
Kontak dengan toko akan dilakukan oleh konsumen untuk menentukan
toko mana yang akan dikunjungi. Para pemilik toko biasanya mencari
lokasi yang strategis agar tokonya mudah dilihat oleh calon pembeli.
Pengelola mal sering menyelenggarakan festival, pameran maupun cara
lain yang bertujuan untuk menarik konsumen.
2. Mencari produk (Product contact)
Setelah konsumen mengunjungi toko maka selanjutnya konsumen akan
mencari produk yang akan dibelinya. Pada tahap ini konsumen dihadapkan
pada pilihan produk sejenis yang dijual di tempat perbelanjaan. Konsumen
akan mempertimbangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan yang
produk mendapat sikap positif dari konsumen akan dipilih dan dibeli oleh
konsumen
3. Transaksi
Transaksi yaitu melakukan pertukaran barang dengan uang, memindahkan
pemilikan barang dari toko kepada konsumen. Kenyamanan seorang
konsumen berbelanja di sebuah toko bukan saja ditentukan oleh
banyaknya barang yang tersedia atau kemudahan mendapat barang di
15
dalam toko namun juga ditentukan oleh kenyamanan proses transaksi.
Pada toko tradisional, transaksi dilakukan hanya dengan menggunakan
uang tunai. Namun bila berbelanja di pasar modern, konsumen dapat
membayar dengan tunai maupun non tunai.
Perilaku Setelah Pembelian
Tahap ini merupakan tahapan yang akan membentuk sikap dan keyakinan
konsumen akan produk yang dibeli. Apabila konsumen puas, maka akan terbentuk
sikap yang positif terhadap produk dan akan melakukan pembelian kembali.
Sebaliknya, apabila konsumen merasa kecewa terhadap produk yang dibeli,
kemungkinan konsumen tidak ingin melakukan pembelian ulang produk tersebut.
kepuasan dari konsumen ini sangat dipengaruhi oleh harapan mereka atas kualitas
dari produk yang mereka gunakan.
Dengan memahami perilaku pembelian oleh konsumen melalui tahap
pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan
pembelian dan hasilnya, para pemasar dapat memperoleh petunjuk bagaimana
memenuhi kebutuhan konsumen agar dapat memuaskan konsumen serta
meningkatkan omzet toko.
Sikap Konsumen
Sikap berguna bagi pemasaran dalam banyak cara, sikap kerap digunakan
untuk menilai keefektifan kegiatan pemasaran. misalnya, sebuah iklan yang
dirancang untuk menaikkan penjualan dengan meningkatkan sikap konsumen.
penting untuk memahami tingkat kepercayaan yang dihubungkan dengan sikap
karena hal ini dapat mempengaruhi kekuatan hubungan diantara sikap dan
perilaku. Sikap yang dimiliki dengan penuh kepercayaan biasanya akan jauh lebih
diandalkan untuk membimbing perilaku seseorang. Bila kepercayaan rendah,
konsumen mungkin akan merasa tidak nyaman dan melakukan pencarian
informasi lagi sebelum melakukan pembelian terhadap produk tertentu.
Sikap merupakana keseluruhan evaluasi pada atribut produk tertentu.
Evaluasi ini dapat berjajar dari ekstrem positif sampai ekstrem negatif. Sikap yang
dianut oleh konsumen pada saat ini merupakan hasil dari pengalaman mereka
sebelumnya. Sikap terbentuk sebagai hasil dari kontak langsung dengan objek,
produk yang gagal memenuhi harapan konsumen akan menimbulkan sikap yang
negatif (Engel et al. 1994).
Obyek Sikap
Menurut Engel et al. (1994) kata obyek dalam definisi mengenai sikap
yang berorientasi pada konsumen harus ditafsirkan secara luas meliputi konsep
yang berhubungan dengan konsumsi atau pemasaran khusus, seperti produk,
golongan produk, merk, jasa, kepemilikan, penggunaan produk, sebab-sebab atau
isu, orang, iklan, harga atau pedagang ritel. Dalam melaksanakan riset sikap, kita
cenderung menjadi obyek spesifik (menghususkan pada obyek tertentu). Dalam
penelitian ini akan dipelajari sikap konsumen terhadap buah jeruk sehingga obyek
dalam penelitian ini mencakup buah jeruk medan dan jeruk mandarin.
16
Fungsi Sikap
Dilihat dari fungsinya, terdapat empat fungsi dari sikap menurut
Schiffman dan Kanuk (2010) dalam Sumarwan (2011), yaitu:
1. Fungsi Utilitarian
Seseorang menyatakan sikapnya terhadap suatu objek atau produk karena
ingin memperoleh manfaat dari produk tersebut atau menghindari risiko
dari produk. Sikap berfungsi mengarahkan perilaku untuk mendapatkan
penguatan positif atau menghindari risiko. Pada fungsi ini, manfaat produk
bagi konsumenlah yang menyebabkan seseorang menyukai produk
tersebut.
2. Fungsi Mempertahankan ego
Sikap berfungsi untuk melindungi seseorang dari keraguan yang muncul
dari dalam dirinya sendiri atau dari faktor luar yangmnungkin menjadi
ancaman bagi dirinya. Sikap tersebut berfungsi untuk meningkatkan rasa
aman dari ancaman yang datang dan menghilangkan keraguan yang ada
dalam diri konsumen. sikap akan menimbulkan kepercayaan diri yang
lebih baik untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi ancaman dari luar.
3. Fungsi Ekspresi nilai
Sikap berfungsi untuk menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas
sosial dari seseorang. Sikap akan menggambarkan minat, hobi, kegiatan
dan opini dari seorang konsumen.
4. Fungsi Pengetahuan
Keingintahuan adalah salah satu karakter konsumen yang penting.
Seringkali, konsumen perlu mengetahui produk terlebih dahulu sebelum
menyukai kemudian membeli produk tersebut. Pengetahuan yang baik
mengenai suatu produk mendorong seseorang untuk menyukai produk
tersebut. karena itu, sikap positif terhadap suatu produk mencerminkan
pengetahuan konsumen terhadap suatu produk.
Multiatribut Fishbein
Teori-teori sikap mengemukakan bahwa sikap konsumen terhadap suatu
produk akan mempengaruhi perilaku atau tindakan konsumen terhadap produk
tersebut. Model sikap Amultiatribut menggambarkan rancangan yang berharga
untuk memeriksa hubungan diantara pengetahuan produk yang dimiliki konsumen
dan sikap terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut produk. Analisis
multiatribut juga merupakan sumber informasi yang berguna bagi perencanaan
dan tindakan pasar (Engel et al. 1994).
Pengukuran sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti
konsumen adalah model multiatribut sikap dari fishbein. Model ini disebut
multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada
evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. manfaat
lain dari analisis multiatribut adalah implikasi dari pengembangan produk baru.
Suatu model multiatribut telah digunakan dan berhasil untuk meramalkan bagian
pasar dari produk baru. Analisis multiatribut juga memberikan pemasar suatu
pedoman untuk mengembangkan startegi perubahan sikap yang sesuai.
Model fishbein memungkinkan pemasar mendiagnosa kekuatan dan
kelemahan suatu merek produk secara relatif dibandingkan dengan merek pesaing
dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk
17
pada atribut-atribut penting. Model fishbein memperlihatkan bahwa sikap
terhadap suatu objek bergantung pada probabilitas bahwa suatu objek mempunya
atribut-atribut tertentu pada tingkat yang diinginkan.
Bauran Pemasaran
Kotler (2005) menyatakan bahwa bauran pemasarna merupakan
serangkaian variabel pemasaran terkendali yang dipakai oleh perusahaan untuk
menghasilkan tanggapan yang dikehendaki perusahaan dari pasar sasarannya,
bauran pemasaran terdiri dari segala hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan atas produknya dikenal sebagai empat P yaitu produk
(product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion).
1. Produk (product)
Produk mempunyai variabel-variabel atribut, merek, kemasan dan label
yang dapat menjadi penilaian tersendiri dari konsumen terhadap produk tersebut.
Atribut produk terdiri dari mutu, ciri-ciri dan model. Ciri-ciri dan model yang lain
merupakan suatu alat untuk membedakan produk dengan produk pesaing (Kotler,
2002).
2. Harga (price)
Menentukan harga suatu produk atau jasa adalah suatu keputusan penting
dari suatu perusahaan, karena harga adalah satu-satunya variabel strategi
pemasaran yang secara langsung menghasilkan pendapatan. Harga harus sesuai
dengan variabel-variabel produk yang dapat menjadi pertimbangan konsumen,
harga yang dibayar konsumen terhadap produk yang dibeli merupakan apresiasi
konsumen terhadap kepuasan yang diperoleh dari pembelian tersebut.
3. Tempat (place)
Dalam keputusan membeli suatu produk dapat dipengaruhi oleh
kemudahan memperoleh produk tersebut, desain peletakannya atau lokasinya.
Suatu studi tentang saluran pemasaran yang lebih efisien dan membuat barang
atau produk menjadi lebih mudah terjangkau oleh konsumen potensial sangat
penting untuk dilakukan (Kotler, 2002). Kenyamanan tempat pusat perbelanjaan
dapat mendatangkan daya tarik tersendiri bagi konsumen, tidak hanya
kenyamanan saja tetapi kebersihan tempat juga sangat menentukan.
4. Promosi (promotion)
Promosi adalah kegiatan yang dilakukan suatu perusahaan untuk
mengkomunikasikan manfaat dari produk yang dibuatnya agar dapat meyakinkan
pelanggan untuk dapat membeli produk tersebut. Keberhasilan suatu produk yang
diperjualbelikan tergantung kepada promosi yang dilakukan, jika promosi berhasil
dengan baik dilakukan maka produk yang dijual pun akan berhasil dan jika
promosi tidak dilakukan dengan baik atau tidak berhasil maka produk tersebut
tidak akan laku di pasaran. Strategi bauran pemasaran merupakan kombinasi
kegiatan yang merupakan inti dari system pemasaran, kegiatan tersebut dapat
dikendalikan oleh perusahaan untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau
konsumen. Dengan sejumlah penyesuaian, ke-empat elemen tersebut berperan
penting dalam menentukan strategi pemsaran baik produk atau jasa.
18
Harga
Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa,
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler 2005). Harga terbentuk dari
kompetensi produk untuk memenuhi tujuan dari dua pihak yaitu produsen dan
konsumen. produsen memandang harga sebagai nilai barang yang mampu
memberikan keuntungan sedangkan konsumen memandang harga sebagai nilai
barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginannya. Penetapan harga merupakan salah satu fungsi yang penting dalam
pemasaran.
Harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan. Unsur lain seperti produk, promosi dan distribusi menghasilkan
biaya. Harga mengkomunikasikan posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan
kepada pasar tentang produk dan merek. Penetapan harga meupakan tindakan
penyeimbang karna kharus mendukung biaya sekaligus menarik konsumen.
penetapan harga yang berhasil berarti mencari harga yang menguntungkan
diantara kedua kebutuhan tersebut (Kotler 2005).
Fungsi harga bermacam-macam di dalam melaksanakan program
pemasaran. Mulai dari sebagai pertanda bagi pembeli, salah satu alat untuk
berkompetisi, untuk meningkatkan kinerja keuangan dan sebagai substitusi bagi
fungsi program pemasaran yang lain. harga menawarkan cara yang cepat dan
langsung dengan pembeli. Harga yang ditawarkan kepada pembeli bisa dipakai
sebagai dasar untuk membandingkan brand yang melekat pada suatu produk.
Harga dapat digunakan untuk memperkuat positioning suatu brand agar
dipersepsikan sebagai suatu produk yang berkualitas tinggi atau untuk
memenangkan persaingan dengan produk lain. Harga yang ditawarkan dapat
menjadi salah satu cara untuk menyerang pesaing atau untuk memperjelas
positioning perusahaan terhadap pesaing secara langsung.
Pada saat perusahaaan menyusun program pemasaran, perusahaan dapat
bersaing atas dasar harga ataupun bukan harga. Konsep harga, nilai dan utiliti
saling berhubungan dalam teori ekonomi. Utiliti adalah atribut dari produk yang
mampu untuk memuaskan keinginan konsumen, sedangkan nilai adalah ekspresi
dari suatu produk yang mempunyai daya tarik untuk dapat dipertukarkan dengan
produk lain. Harga merupakan variabel dalam pertukaran, penetapan harga
merupakan salah satu faktor penentu terhadap permintaan produk. Perubahan
harga suatu barang biasanya akan mempengaruhi permintaan barang lain. Jika dua
barang bersifat komplemen, kenaikan harga salah satu barang itu akan
mengurangi permintaan barang yang satunya lagi. Jika dua barang itu
bersubstitusi, kenaikan harga salah satu barang akan meningkatkan permintaan
barang lainnya.
Sensitivitas Harga
Sensitivitas merupakan tingkat kepekaan terhadap perubahan sesuatu.
Sedangkan sensitivitas konsumen merupakan tingkat kepekaan konsumen atas
perubahan suatu barang atau jasa. Konsumen yang sensitif terhadap harga
merupakan konsumen yang peka terhadap perubahan harga yang ada. Konsumen
yang sensitif akan cenderung berperilaku tidak loyal terhadap suatu merek.
Konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga akan segera berpindah atau
19
mengkonsumsi merek yang lain yang memiliki harga yang lebih murah.
Sedangkan konsumen yang tidak sensitif terhadap perubahan harga akan tetap
setia mengkonsumsi suatu merek tertentu. Konsumen yang tidak sensitif terhadap
perubahan harga disebut konsumen yang loyal (Erwanto, 2005).
Asumsi yang digunakan dalam sensitivitas harga adalah konsumen selalu
mengaitkan antara harga dengan kualitas dari produk. Analisis ini digunakan
untuk melihat harga dari sisi konsumen. Konsumen melakukan penilaian terhadap
harga berdasarkan kategori harga sangat murah, harga murah, harga mahal dan
harga sangat mahal. Hubungan antara kategori harga yang dipilih konsumen,
kemudian dibuat kurva-kurva untuk menentukan rentang harga yang sesuai
dengan pilihan konsumen. Perpotongan antar kurva tersebut akan membentuk
empat titik tingkatan harga yaitu Indifferent Pricing Point (IPP), Optimum Pricing
Point (OPP), Maginal Expensive Point (MEP), Marginal Cheap Point (MCP) dan
Range of Acceptible Price (RAP) atau daerah antara titik PMC dan PME.
(Blamires dalam Eftiana 2012)
Riset ekspektasi harga merupakan suatu teknik penetapan harga suatu
produk yang masih dapat diterima oleh konsumen. Hasilnya dioah dan disajikan
dalam bentuk grafik yang terdiri atas lima titik harga yang dinilai oleh konsumen.
Lima titik harga tersebut adalah:
1. Indifferent Pricing Point (IPP)
Titik perpotongan distribusi kumulatif harga murah dengan harga mahal
yaitu jumlah konsumen yang menganggap harga murah sama dengan
konsumen yang menganggap harga mahal. Pada tingkat harga jumlah
konsumen maksimum yang peduli terhadap harga.
2. Optimum Pricing Point (OPP)
Titik perpotongan distribusi kumulatif harga terlalu murah dengan terlalu
mahal yaitu jumlah konsumen yang menganggap harga sangat murah sama
dengan jumlah konsumen yang menganggap harga sangat mahal. Pada
tingkat harga ini jumlah konsumen menganggap harga sangat mahal atau
sangat murah. Dengan kata lain, pada tingkat harga ini responden menilai
harga tersebut optimum bagi produk.
3. Range of Acceptible Price (RAP)
Kisaran harga yang terbentuk dari dua titik yaitu antara perpotongan
distribusi kumulatif harga terlalu murah dan harga murah dan dari
perpotongan antara distribusi kumulatif harga terlalu mahal dan mahal.
Kisaran harga inilah yang dianggap sebagai kisaran harga yang dapat
diterima oleh konsumen.
4. Marginal Cheap Price Point (MCP)
Kisaran harga yang menunjukkan tingkat harga terendah bagi produk.
Kisaran harga ini terbentuk dari dua titik yaitu antara perpotongan
distribusi kumulatif harga terlalu murah dan murah. Kisaran harga ini
konsumen mulai meragukan kualitas suatu produk.
5. Marginal Expensive Price Point (MEP)
Kisaran harga yang menunjukkan harga tertinggi dari produk. Kisaran
harga ini terbentuk dari dua titik yaitu antara perpotongan distributif
kumulatif harga terlalu mahal dan mahal. Pada tingkat harga ini,
konsumen sudah tidak ingin membeli produk karena harga tang terlalu
tinggi.
20
Kerangka Pemikiran Operasional
Pada era globalisasi dan pasar bebas, berbagai jenis barang dan jasa beredar
di pasar Indonesia termasuk buah-buahan. Persaingan terjadi di antara buah jeruk
lokal dan jeruk impor dalam merebut perhatian konsumen. Peningkatan jeruk
impor tiap tahunnya yang didominasi oleh jeruk mandarin menyebabkan
terjadinya persaingan antara jeruk lokal salah satunya jeruk medan. Produksi jeruk
medan lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk lokal lainnya sehingga
ketersediaanya lebih banyak. Banyaknya varietas jeruk di Indonesia tidak
membuat Indonesia tidak melakukan impor jeruk. impor jeruk dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Peningkatan impor jeruk lebih banyak dialami oleh jeruk
mandarin. Jeruk mandarin yang beredar luas dipasaran mengakibatkan adanya
persaingan dengan jeruk lokal. Dengan adanya jeruk mandarin dan jeruk medan
dipasaran, konsumen dihadapkan pada pilihan mengonsumsi jeruk medan atau
jeruk mandarin. Pilihan konsumen dapat dipengaruhi oleh atribut fisik yang
melekat pada jeruk, apalagi penampilan jeruk medan dengan jeruk mandarin
berbeda.
Perilaku konsumen yang berbeda dan selalu berubah dari waktu ke waktu
menunjukkan perilaku konsumen menjadi hal menarik untuk diteliti. Studi
perilaku konsumen ini dimulai dari menganalisis secara deskriptif karakteristik
konsumen dan sikap yang dimiliki konsumen terhadap jeruk medan dan jeruk
mandarin. Karakteristik konsumen meliputi jenis kelamin, usia, status
perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan. Pengetahuan akan
karakteristik konsumen untuk mengetahui bagaimana karakter konsumen yang
menyukai buah jeruk. Karakteristik konsumen diteliti untuk mengetahui apakah
sasaran pemasaran yang dilakukan sudah sesuai dengan segmentasi pasar yang
dibuat oleh pihak pemasar.
Penelitian mengenai perilaku konsumen dilakukan untuk melihat bagaimana
penilaian konsumen terhadap tingkat kepentingan maupun kinerja atribut buah
jeruk medan dengan jeruk mandarin yang terdiri dari atribut rasa, kandungan air,
kebersihan kulit, warna kulit, sedikit-banyaknya biji, aroma, ketersediaan, ukuran
dan harga. Sehingga dapat memberikan penilaian mengenai sikap konsumen
terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin. Sikap terbentuk setelah adanya
pembelian dan akan memengaruhi pembelian berikutnya untuk itu mengetahui
sikap konsumen sangat penting untuk dilakukan. Penelitian tentang sikap
konsumen akan dianalisis menggunakan multiatribut fishbein. Multiatribut
fishbein digunakan karena atribut yang akan dianalisis pada jeruk lebih dari satu.
Multiatribut digunakan juga untuk mengetahui tingkat evaluasi dan kinerja pada
jeruk medan maupun jeruk mandarin.
Tingginya perkembangan ritel modern yang menjual buah-buahan menjadi
tujuan tersendiri para konsumen. Banyaknya ritel yang menjual buah-buahan
segar membuat lebih banyak pilihan untuk konsumen dan membuat konsumen
lebih selektif menentukan keputusan pembelian dengan mempertimbangkan
atribut pada buah maupun pada tempat penjualan buah. Yogya Bogor Junction
merupakan salah satu ritel di Kota Bogor yang menjual buah-buahan baik lokal
maupun buah impor.
Buah-buahan segar yang dijual di Yogya Bogor Junction sudah memenuhi
standar mutu yang ditentukan oleh perusahaan. Salah satu jenis buah-buahan yang
21
dijual baik lokal dan impor yaitu buah jeruk. Jeruk medan merupakan jenisn jeruk
lokal yang memiliki ketersediann lebih banyak dari jenis lokal lain. Sedangkan
untuk impor jenis jeruk mandarin lebih banyak ketersediannya. Yogya Bogor
Junction biasa memberikan promosi harga terutama pada komoditi segar setiap
harinya. Penempatan komoditi segar di Yogya Bogor Junction juga berbeda.
Komoditi buah ditempatkan sebagai display toko dengan tujuan menarik perhatian
konsumen.
Sikap konsumen yang lebih selektif terhadap atribut fisik jeruk akan
dianalisis perilakunya. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data
adalah analisis deskriptif, analisis multiatribut fishbein dan analisis sensitivitas
harga. Analisis deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan
karakteristik konsumen yang membeli jeruk di Yogya Bogor Junction. Metode
analisis multiatribut fishbein digunakan untuk menganalisis tingkat kepercayaan
atribut jeruk dan evaluasi atribut. Harga merupakan atribut pada buah yang ikut
dipertimbangkan dalam pembelian dan pembentukan sikap konsumen. Perbedaan
harga jual jeruk medan dan jeruk mandarin membuat konsumen lebih
memperhatikan harga.
Perbedaan yang dimiliki atribut-atribut pada jeruk juga membuat konsumen
memiliki penilaian atau pemberian harga tertentu untuk jeruk. Harga yang terlalu
murah dapat membuat konsumen merasa tidak yakin dengan kualitas, harga yang
mahal membuat konsumen tidak meragukan kualitas jeruk namun bila harga
sudah melebihi batas kemampuan beli konsumen maka konsumenpun tidak akan
membeli jeruk. Analisis sensitivitas digunakan untuk menganalisis tingkat
kepekaan konsumen terhadap harga. Harga akan terlebih dahulu ditabulasikan
kemudian dilakukan pengolahan kembali menjadi bentuk kurva. Pada kurva
sensitivitas harga ini akan terlihat perpotongan-perpotongan harga yang akan
menghasilkan limit harga dan kisaran harga yang dapat diterima oleh konsumen
sehingga konsumen dapat menilai batas harga sangat murah, murah, mahal, dan
sangat mahal. Berdasarkan analisis tersebut, maka bagan pemikiran operasional
penelitian digambarkan pada Gambar 2.
22
Peningkatan impor jeruk mandarin yang berdampak pada bersaingnya jeruk medan dan jeruk
mandari
Perilaku Konsumen
Banyaknya pemasar buah jeruk membuat konsumen memiliki banyak pilihan berbelanja
Yogya Bogor Junction
Sikap Konsumen
Karakteristik
konsumen
Analisis
Deskriptif
Sensitivitas Harga
Tingkat
kepentingan dan
evaluasi jeruk
Multiatribut
Fishbein
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Keterangan:
: Menyatakan hubungan fungsional
: Menyatakan alat analisis
Willingness to Pay
Analisis
Sensitivitas Harga
23
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Yogya Bogor Junction yang terletak di Jl.
Jenderal Sudirman Kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
sengaja (purposive) dengan pertimbangan antara lain: (1) Yogya Bogor Junction
menyediakan komoditas buah baik buah lokal dan impor dengan varietas yang
beragam. (2) Penempatan komoditas segar di Yogya Bogor Junction berbeda
dengan ritel lainnya, komoditi segar berada di depan pintu masuk toko yang
bertujuan untuk menarik minat konsumen yang datang agar membeli komoditi
segar tersebut. Pengambilan data dilakukan pada bulan September-Oktober 2014.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
non-probability sampling karena tidak semua populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi responden. Selain itu, teknik ini dipilih karena tidak
tersedia sampling frame. Teknik non-probability yang digunakan adalah teknik
convenience sampling karena elemen populasi yang dipilih berdasarkan
kemudahan dan ketersediannya untuk menjadi responden (Simamora dalam
Nurnafisah, 2013).
Sampel yang menjadi responden adalah sampel yang bersedia
diwawancarai, dengan panduan kuisioner yang telah disediakan dan memenuhi
persyaratan untuk penelitian. Persyaratan untuk responden adalah pengunjung
yang berbelanja di Yogya Bogor Junction dan berusia 18 tahun yang pernah
membeli, mengonsumsi, dan mengambil keputusan dalam pembelian buah jeruk
medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction. Penentuan usia minimal 18
tahun dengan asumsi bahwa pada usia tersebut konsumen sudah dapat
mempertanggungjawabkan proses pembelian yang dilakukan.
Jumlah responden yang diambil adalah 100 responden. Responden meliputi
konsumen jeruk medan dan jeruk mandarin yang telah melakukan pembelian di
Yogya Bogor Junction. Jumlah responden ini sudah mewakili populasi karena
menurut Umar (2003) ukuran minimum sampel yang digunakan dalam penelitian
minimum 30 sampel. Selain itu, secara umum penelitian-penelitian mengenai
studi perilaku konsumen mengambil data sebanyak 100 responden.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder baik
bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer untuk penelitian ini diperoleh
dari wawancara langsung dengan manajemen dan staff komoditi buah Yogya
Bogor Junction serta menyebarkan kuisioner kepada respoden yang berbelanja
buah jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction. Pertanyaan yang
24
terdapat dalam kuisioner terdiri dari pertanyaan tertutup. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut mencakup informasi tentang data demografi, data penilaian atribut dan
data sensitivitas harga yang akan menjadi bahan pembahasan dalam penelitian ini.
Data sekunder diperoleh dari pustaka-pustaka yang tersedia, seperti perpustakaan
IPB, BPS, situs internet, data penjualan jeruk Yogya Bogor Junction, buku
perilaku konsumen, dan laporan-laporan terdahulu yang berkaitan dengan topik
penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu
pengumpulan data konsumen yang dilakukan dengan teknik wawancara.
Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara berstruktur yaitu teknik
pengumpulan data melalui pertanyaan kuisioner. Kuisioner yang diberikan
disusun untuk mengetahui karakteristik, sikap konsumen terhadap atribut-atribut
jeruk medan dan jeruk mandarin serta sensitivitas harga buah jeruk medan dan
jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction. Kuisioner yang digunakan
menggunakan metode pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup digunakan untuk
memudahkan peneliti dalam mengklasifikasikan jawaban dari responden.
Metode Analisis Data
Data mengenai sikap konsumen dan sensitivitas harga dalam pembelian
buah jeruk medan dan mandarin akan diolah dengan analisis deskriptif untuk
mengetahui karakteristik konsumen yang berbelanja di Yogya Bogor Junction,
analisis sikap multiatribut fishbein untuk menelliti sikap konsumen terhadap
atribut jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction dan analisis
sensitivitas harga untuk mengetahui lima tingkatan harga yang dapat diterima oleh
konsumen.
Analisis Deskriptif
Salah satu analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir dalam Shanti 2007 )
Data dan informasi yang berasal dari kuisioner akan diolah dan disajikan
dalam bentuk tabel-tabel sederhana dan dikelompokan berdasarkan jawaban yang
sama. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah
responden. Persentase terbesar dari setiap hasil merupakan faktor dominan dari
masing-masing variabel yang dianalisis. Hasil analisis ini digunakan untuk
menganalisis karakteristik umum konsumen yang berbelanja jeruk medan dan
jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction.
25
Analsis Multiatribut Fishbein
Model sikap multiatribut fishbein menjelaskan bahwa sikap konsumen
terhadap suatu objek sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap
konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut dengan
multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada
evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut.
Model sikap multiatribut menggambarkan ancangan untuk memeriksa
hubungan diantara pengetahuan produk yang diketahui konsumen dan sikap
terhadap produk berkenaan dengan ciri atau atribut fisik produk (Engel et al.
1994). Model fishbein dapat dirumuskan sebagai berikut:
∑
Keterangan:
Ao
: Sikap terhadap objek
bi
: Tingkat kepercayaan bahwa objek memiliki atribut i
ei
: Evaluasi mengenai atribut i
: Jumlah atribut yang dimiliki oleh objek
n
Langkah awal yang dilakukan dalam menghitung sikap konsumen
terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin adalah menentukan atribut buah jeruk.
Atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rasa, kandungan air, kebersihan
kulit jeruk, warna, banyaknya biji, ketersediaan jeruk, Aroma, ukuran buah dan
harga. Atribut yang digunakan untuk komponen (bi) harus sama dengan atribut
yang digunakan untuk komponen (ei).
Langkah kedua adalah menentukan pengukuran terhadap komponen
kepercayaan (bi) dan komponen evaluasi (ei). Komponen (bi) menggambarkan
seberapa kuat konsumen percaya bahwa jeruk lokal dan jeruk impor memiliki
atribut yang diberikan. Kekuatan kepercayaan diukur pada skala dengan empat
angka dimulai dari sangat setuju (+2), setuju (+1), tidak setuju (-1) dan sangat
tidak setuju (-2). Penghilangan angka nol (0) dalam perhitungan dimaksudkan
untuk menghindari dari pilihan jawaban netral sehingga didapatkan sikap
konsumen yang positif atau negatif.
Sangat setuju ___:___:___:___Sangat tidak setuju
+2 +1 -1 -2
26
Komponen (ei) menggambarkan evaluasi konsumen terhadap atribut buah
jeruk medan dan jeruk mandarin secara menyeluruh. Evaluasi atribut ini
dilakukan pada skala lima angka dimulai dari sangat penting (+2), penting (+1),
tidak penting (-1) dan sangat tidak penting (-2).
Sangat penting ___:___:___:___Sangat tidak penting
+2 +1 -1 -2
Langkah yang dilakukan selanjutnya yaitu menghitung rata-rata nilai (ei)
dan (bi) setiap atribut. Setiap skor kepercayaan (bi) dikalikan dengan skor
evaluasi (ei) yang sesuai atributnya. Seluruh hasil perkalian dijumlahkan sehingga
dari hasil tabulasi dapat diketahui sikap konsumen (Ao) terhadap produk dengan
membandingkannya menggunakan skala interval yang dirumuskan dengan:
Keterangan :
m
: Skor tertinggi yang mungkin terjadi
n
: Skor terendah yang mungkin terjadi
b
: Jumlah skala penilaian yang terbentuk
Berdasarkan perhitungan dengan skala interval, besarnya range untuk tingkat
kepercayaan dan evaluasi (kepentingan) adalah :
–
= 1.0
Nilai kepentingan (ei) dan nilai kinerja (bi) responden terhadap atribut buah jeruk
lokal dan jeruk impor dikategorikan pada rentang skala interval pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategori evaluasi atribut dan kepercayaan atribut
Evaluasi Atribut
Nilai
Kepercayaan Atribut
Sangat Tidak Penting
Tidak Penting
Penting
Sangat Penting
-2.00
-0.99
0.02
1.03
≤ ei ≤
≤ ei ≤
≤ ei ≤
≤ ei ≤
-1.00
0.01
1.02
2.03
Sangat tidak baik
Tidak baik
Baik
Sangat Baik
Nilai
-2.00
-0.99
0.02
1.03
≤ bi ≤
≤ bi ≤
≤ bi ≤
≤ ei ≤
Langkah berikutnya setelah diketahui nilai evaluasi dan kepercayaan
atribut, maka selanjutnya dapat diperoleh nilai sikap (Ao) yang didapat dari
perkalian evaluasi atribut dengan kepercayaan atribut. Hasil penilaian sikap
responden terhadap atribut jeruk medan dan jeruk mandarin secara keseluruhan
akan diintepretasikan ke dalam empat kategori yaitu, sangat positif, positif,
negatif dan sangat negatif. Besarnya range untuk kategori sikap yaitu:
-1.00
0.01
1.02
2.03
27
Penilaian sikap responden terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin (ei.bi),
dikategorikan pada rentang skala interval pada Tabel 6.
Tabel 6 Kategori nilai sikap terhadap jeruk medan dan jeruk mandarin
Nilai Sikap Atribut
Nilai
Sangat Negatif
-2.00 ≤ Ao ≤ -1.00
Negatif
-0.99 ≤ Ao ≤ 0.01
Positif
0.02 ≤ Ao ≤ 1.02
Sangat Positif
1.03 ≤ Ao ≤ 2.03
Analisis Sensitivitas Harga
Analisis sensitivitas harga diperlukan untuk menganalisis tingkat kepekaan
konsumen terhadap harga. Sensitivitas harga konsumen adalah kepekaan relatif
dari harga dalam mempengaruhi keputusan pembelian dan kecenderungan untuk
melakukan pencarian harga dalam menemukan harga yang lebih baik. Melalui
penelitian ini, dapat diperoleh limit harga dan kisaran harga yang dapat diterima
oleh konsumen sehingga konsumen dapat menilai batas harga sangat murah,
murah, mahal, dan sangat mahal.
Pada penelitian ini digunakan riset harga yang diharapkan responden
dimana limit harga dan kisaran harga jeruk medan dan jeruk mandarin masih
dapat diterima. Dalam hal ini konsumen menilai batas harga terlalu murah,
murah,mahal dan terlalu mahal yang dikaitkan dengan kualitas dari jeruk tersebut.
Kisaran harga yang digunakan pada jeruk medan dan jeruk mandarin didapatkan
dari survey harga jeruk medan dan jeruk mandarin yang ada di Yogya Bogor
Junction. Harga jual jeruk medan pada bulan Oktober Rp 42 650/kg dan jeruk
mandarin Rp 38 750/kg. Pada kuisioner disediakan sebelas tingkatan harga. Harga
terendah untuk jeruk medan Rp 35 000/kg dan harga tertinggi Rp 55 000/kg.
Harga terendah jeruk mandarin Rp 30 000/kg dan harga tertinggi Rp 50 000/kg.
Penentuan harga terendah ini berdasarkan harga jual jeruk yang diberlakukan di
Yogya Bogor Junction.
Harga yang dipilih oleh konsumen memiliki selisih Rp 2 000. Selisih Rp 2
000 ini didapat dari perbedaan harga di swalayan yang ada di Bogor. Nilai selisih
ini juga digunakan dengan asumsi bahwa perubahan harga jeruk umumnya
sebesar Rp 2 000. Selisih Rp 2 000 juga diasumsikan sebagai harga psikologis,
dimana perubahan harga sebesar Rp 2 000 bisa mempengaruhi keputusan
pembelian oleh konsumen. Kuisioner yang dipakai untuk menganalisis sensitivitas
harga jeruk menggunakan sistem pertanyaan tertutup. Keunggulan sistem
pertanyaan tertutup adalah memudahkan melihat rentang harga yang dipilih
konsumen dalam menentukan titik terendah dan tertinggi untuk jeruk.
Hasil akhir analisis ini disajikan dalam bentuk grafik yang menunjukkan
kelima tingkat harga yang terdiri atas tingkat tertinggi bagi produk atau Marginal
Expensive Price Point (MEP), tingkat harga terendah bagi produk atau Marginal
Cheap Price Point (MCP), tingkat harga optimum bagi produk atau Optimum
28
Pricing Point (OPP), tingkat harga yang wajar bagi produk atau Indefferent
Pricing Point (IPP) dan rentang harga yang wajar bagi konsumen atau Range of
Acceptible Price (RAP).
Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen buah jeruk medan dan
mandarin yang melakukan pembelian di Yogya Bogor Junction dan
bersedia untuk mengisi kuisioner.
2. Karakteristik responden adalah ciri seseorang yang akan mempengaruhi
proses keputusan pembelian buah jeruk yang terdiri dari jenis kelamin,
umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan dan tingkat
pendapatan perbulan.
3. Atribut buah jeruk adalah komponen yang dimiliki oleh buah jeruk yang
akan membentuk ciri-ciri, fungsi dan manfaat.
4. Rasa adalah rasa buah jeruk yang terdiri dari rasa asam, asam manis,
manis sedikit asam dan asam menurut pandangan konsumen.
5. Kandungan air adalah banyaknya air yang terkandung dalam buah jeruk
menurut pandangan konsumen.
6. Warna kulit adalah penampilan fisik kulit buah jeruk yang dilihat dari
kecerahan warnanya.
7. Kebersihan kulit adalah penampilan fisik buah jeruk yang dilihat dari
kebersihannya atau ada tidaknya bercak.
8. Ritel modern adalah pasar atau toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket,
supermarket atau hypermarket.
9. Sikap adalah suatu penilaian yang diberikan oleh responden terhadap buah
jeruk lokal maupun jeruk impor yang terbentuk dari komponen keyakinan
dan komponen evaluasi.
10. Tingkat kepentingan terhadap buah jeruk menggambarkan seberapa
penting suatu atribut yang harus dimiliki oleh buah jeruk secara
menyeluruh bagi konsumen.
11. Tingkat kepercayaan menggambarkan seberapa kuat konsumen percaya
bahwa jeruk medan dan jeruk mandarin memiliki atribut yang diberikan.
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Sejarah Cabang Yogya Bogor Junction (YBJ)
Yogya Bogor Junction adalah cabang dari Yogya Grup yang ke-64. Yogya
Bogor Junction ini resmi dibuka pada tanggal 5 Agustus 2010 (Soft Opening)
29
dengan pelaksanaan Grand Opening pada tanggal 6 Agustus 2010. Yogya Bogor
Junction menawarkan sebuah konsep mall terbaru yang bertema “Shopping
Experience” yaitu memberikan pengalaman berbelanja yang tak terlupakan bagi
para konsumen setia Yogya dimana tersedia berbagai produk supermarket dan
koleksi fashion dengan brand-brand baik dari dalam maupun luar negeri.
Yogya Bogor Junction terletak di pusat kota Bogor dimana letaknya sangat
strategis, yaitu di persimpangan Jalan Sawojajar dan Jalan Sudirman. Supermarket
Yogya Bogor junction menempati area lantai dasar dengan total selling area
sekitar 8000 m2, yang terdiri dari 2 935 m2 lantai dasar (ground floor), 3 099 m2
untuk lantai satu, dan 1 925 m2 untuk lantai dua.
Visi dan Misi Yogya
Visi Yogya: Tetap Menjadi Pilihan Utama
Melalui visi Yogya kita dapat melihat bahwa Toserba Yogya Grup
memiliki keinginan yang kuat untuk tetap terus bertahan dalam situasi persaingan
dunia retail yang semakin kompetitif. Toserba Yogya Grup ingin memberikan
pelayanan yang prima bagi konsumen, sehingga menjadi pilihan utama dan dapat
memenangkan persaingan dalam dunia retail.
Misi Yogya: Setia Memenuhi Kebutuhan Masyarakat
Langkah-langkah yang dapat diambil sebagai perwujudan upaya mencapai
visi dan misi tersebut antara lain :
1. Mengenal kebutuhan masyarakat
2. Bergaul akrab dengan masyarakat
Dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya, Yogya Grup memiliki nilai-nilai
bisnis yang diterapkan dan diberlakukan untuk semua jajaran pemimpin dan
karyawan yang bekerja di Yogya. Nilai-nilai bisnis tersebut antara lain corporate
value, corporate focus dan bussiness value.
Corporate Value
Filosofi moral dari Yogya adalah “Jujur, Setia, Rendah hati”. Ketiga hal
tersebut merupakan landasan kerja yang mutlak diterapkan oleh seluruh karyawan
Yogya, sehingga perusahaan dapat terus berkembang. Penjelasan filosofi moral
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Jujur dalam arti tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
peraturan yang telah ditetapkan
2. Setia, dalam arti harus selalu bertanggung jawab dalam menjaga nama
baik perusahaan
3. Rendah hati dalam arti tidak menunjukkan sikap yang merasa lebih baik
atau merasa lebih.
Corporate Focus
Corporate Focus dari Yogya Toserba yaitu “People, Service, Control,
Information Technology” sedangkan Corporate Culture yang dimiliki oleh Yogya
yaitu “Maju dengan Karya Bersama”. Maju dalam pengertian selalu
30
mengembangkan nilai-nilai positif yang ada dan mencegah hal-hal yang negatif.
Dengan karya bersama dalam pengertian mengembangkan kemampuan team work
yang baik dan saling menghargai. Toserba Yogya Grup ingin menekankan bahwa
kemajuan dan segala hasil yang diperoleh adalah hasil kerjasama sebuah team.
Oleh karena itu, masing-masing individu yang berkarya dalam lingkungan
Toserba Yogya Grup dituntut untuk menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari
suatu team.
Business Value
Yogya memiliki Business Value yaitu “Konsumen Puas”. PUAS sendiri
merupakan singkatan dari :
P = Produk Berkualitas
U = Unggul Layanan
A = Akrab Bersahabat
S = Suasana Menyenangkan
Kata PUAS tersebut mengacu kepada konsumen. Jika konsumen merasa
puas maka penjualan akan meningkat dan omzet semakin besar, sebaliknya
penjualan menurun jika kurang memperhatikan kepuasan konsumen. Kelengkapan
dan kualitas produk didukung harga yang terjangkau atau harga hemat menjadi
indikator utama kepuasan konsumen. Faktor keamanan dan kebersihan serta
keramahan pelayanan memberikan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi
konsumen untuk berbelanja di toko.
Struktur Organisasi Yogya Bogor Junction
Struktur organisasi untuk management atau pengelola Yogya Bogor
Junction adalah pimpinan tertinggi yaitu Regional Manager (RM), dibawahnya
ada Store Manager. Store Manager membawahi Chief Operation Fashion dan
Chief Operational Supermarket. Chief Operation (CO) bagian fashion
membawahi supervisor ladies fashion, mens dan Shoes & Bag serta Baby & Kids
fashion. Dan CO bagian supermarket membawahi supervisor dan buyer untuk
food, non-food, Fresh dan GMS (alat rumah tangga).
Personil lain yang terkait dengan operasional di Yogya Bogor Junction
adalah bagian visual, teknisi, EDP, bagian umum, personalia. Ada juga personil
outsource seperti ISS yang bertanggung jawab pada kebersihan gedung, ISS
Parkir yang mengelola parkir dan ada Security yang membantu menjaga
keamanan gedung. Pada bagian komoditi segar di Yogya Bogor Junction memiliki
personil diantaranya bagian Store Manager, Supervisor dan buyer.
Chief Operasional Supermarket dibantu lima orang supervisor diantaranya
Supervisor Food yang menangani produk-produk pangan, Supervisor non-food
yang menangani produk-produk non pangan, Supervisor GMS (alat rumah
tangga), Supervisor fresh menangani kesegaran produk segar serta Supervisor
food life yang menangani produk-produk kebutuhan sehari-hari.
31
Produk-Produk Segar di Yogya Bogor Junction
Produk segar yang tersedia di Yogya Bogor Junction dibagi menjadi tiga
kategori yaitu buah-buahan, sayur, dan daging segar. Produk segar menjadi
komoditi utama di Yogya Bogor Junction. Pada komoditi segar diberikan
beberapa promosi seperti Daisabu (daging, sayur, buah) yang memberikan
potongan harga sebesar 10 persen setiap hari senin sampai kamis. Untuk komoditi
buah penataan display buah sangat diperhatikan. Apabila buah sudah tidak layak
pajang seperti terdapat memar, maka akan dipisahkan dan diberi potongan harga
sebesar 20 persen.
Jenis sayur di Yogya Bogor junction juga terdapat sayur organik dan nonorganik. Buah-buahan yang tersedia di Yogya Bogor Junction berbeda dengan
Yogya cabang lainnya. Perbedaan penyediaan jenis buah yang dilakukan Yogya
Bogor Junction dengan cabang Yogya lainnya karena segmentasi pasar yang
berbeda untuk setiap cabang Yogya. Yogya Bogor Junction memiliki sasaran
pasar untuk kalangan menengah ke atas sedangkan cabang Yogya lain memiliki
sasaran pasar kalangan menengah. Yogya Bogor Junction menyediakan lebih
banyak jenis buah baik lokal maupun impor. Buah yang disediakan baik lokal
maupun impor dalam jumlah yang banyak yaitu jeruk. jenis jeruk yang tersedia di
Yogya Bogor Junction dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Jenis jeruk yang dijual di Yogya Bogor Junction
Jenis Jeruk
Jeruk keprok mandarin
Jeruk nova
Jeruk ponkam
Jeruk affourer
Jeruk clemenville
Jeruk freemont Australia
Jeruk hickson Australia
Jeruk imperial Australia
Jeruk lemon
Jeruk murcot
Jeruk murcot Australia
Jeruk sunburst Australia
Sunkist baby egypt
Sunkist navel australia
Sunkist navel usa
Sunkist valencia Egypt
Sunkist valencia usa
Jeruk keprok malang
Jeruk medan
Jeruk peras
Jeruk Pontianak
Sumber: Data Internal Yogya Bogor Junction 2014
Keterangan
Impor
Lokal
32
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Konsumen Jeruk di Yogya Bogor Junction
Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini berjumlah 100 orang.
Pemilihan 100 orang responden tersebut dilakukan terhadap responden yang
pernah membeli dan merasakan buah jeruk medan maupun jeruk mandarin yang
dijual di Yogya Bogor Junction. Karakteristik umum responden dijelaskan oleh
variabel jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan perbulan. Variabel tersebut akan ditabulasikan berdasarkan persentase
dari keseluruhan jumlah responden.
1. Jenis Kelamin
Responden jeruk di Yogya Bogor Junction sebagian besar berjenis
kelamin perempuan dengan persentase sebesar 74 persen dan responden
laki-laki sebesar 26 persen. Responden jeruk yang didominasi oleh
perempuan memperlihatkan bahwa pembelian buah pada suatu rumah
tangga dilakukan oleh kaum perempuan. Pada bagian komoditi buah selalu
ada karyawan yang merapihkan tampilan buah dan membantu konsumen
dalam memilih buah. Penataan buah di Yogya Bogor Junction berganti
setiap enam bulan sekali. Strategi ini dilakukan agar pengunjung tidak
jenuh dengan tampilan toko. Selain penataan juga dilakukan promosi
Daisabu (daging, sayur, buah) pada pukul 10.00 WIB sampai 12.00 WIB
dengan memberi diskon 10 persen untuk komoditi segar. Strategi yang
dilakukan lebih menarik untuk responden perempuan. Penataan produk,
dan penetapan waktu promosi menyebabkan perempuan lebih banyak
melakukan pembelian jeruk di Yogya Bogor Junction.
Tabel 8 Sebaran persentase jenis kelamin responden jeruk di Yogya Bogor
Junction
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Persentase (%)
Laki-laki
26
26%
Perempuan
74
74%
Jumlah
100
100%
2. Usia
Sebaran usia responden yang berbelanja jeruk di Yogya Bogor
Junction bervariatif. Kisaran usia responden yang paling tinggi yaitu pada
usia ≥ 36 tahun sebesar 49 persen menunjukkan responden yang produktif
dan memiliki penghasilan dan juga ditunjang dengan adanya latar
belakang pendidikan. Responden yang berbelanja jeruk di Yogya Bogor
Junction di dominasi oleh orang dewasa, hal ini disebabkan karena dalam
suatu keluarga yang mengambil keputusan khususnya dalam pembelian
jeruk adalah orang dewasa.
33
Tabel 9 Sebaran persentase usia responden jeruk di Yogya Bogor Junction
Usia
Jumlah
Persentase
≤ 25
20
20
26-35
31
31
≥ 36
49
49
Jumlah
100
100
3. Pekerjaan
Pekerjaan responden dalam penelitian ini beragam. Responden
yang tidak bekerja dalam penelitian ini yaitu responden yang sudah
pensiun yaitu sebanyak dua responden. Responden dalam penelitian ini di
dominasi oleh ibu rumah tangga yaitu sebanyak 26 persen. Pihak Yogya
Bogor Junction mengadakan promosi yang dinamakan Daisabu (daging,
sayur, buah) yaitu memberikan diskon sebesar 10 persen setiap hari senin
sampai kamis sejak pukul 10.00 sampai 12.00 WIB. Waktu promosi yang
diberlakukan sesuai untuk ibu rumah tangga yang memiliki waktu relatif
lebih banyak untuk berbelanja. Selain itu, ibu rumah tangga memiliki
peranan sebagai pengambil keputusan dalam penyediaan pangan suatu
keluarga.
Selain ibu rumah tangga, pekerjaan responden jeruk di Yogya
Bogor Junction juga didominasi oleh karyawan swasta dan PNS. Letak
Yogya Bogor Junction yang dekat dengan perkantoran menjadi alasan
bahwa banyak para karyawan swasta dan PNS yang berbelanja jeruk di
Yogya Bogor Junction setelah pulang bekerja.
Tabel 10 Sebaran persentase jenis pekerjaan responden jeruk di
Yogya Bogor Junction
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
Tidak/Belum bekerja
2
2
Ibu Rumah Tangga
26
26
PNS
20
20
Karyawan Swasta
23
23
Mahasiswa
10
10
Dosen
1
1
Guru
8
8
Notaris
1
1
Dokter
1
1
Wirausaha
8
8
100
100
Lainnya :
Jumlah
34
4. Status Pernikahan
Status pernikahan responden dalam penelitian ini didominasi oleh
responden yang sudah menikah sebanyak 76 persen. Pada umumnya untuk
responden yang telah menikah , pembelian buah jeruk dipengaruhi oleh
suami/istri dan anak. Berdasarkan wawancara dengan responden yang
belum menikah, pembelian jeruk dipengaruhi karena kesadaran diri sendiri
akan kebutuhan mengonsumsi buah jeruk.
Tabel 11 Sebaran persentase status pernikahan responden jeruk di
Yogya Bogor Junction
Status Pernikahan
Jumlah
Persentase (%)
Menikah
76
76
Belum Menikah
24
24
Jumlah
100
100
5. Pendidikan
Berdasarkan hasil wawancara dari 100 responden diperoleh
sebanyak 41 lulusan S1, 30 lulusan SMA, 19 lulusan Diploma, 8 lulusan
Pasca sarjana dan 2 lulusan SMP. Dapat diketahui bahwa tingkat
pendidikan terakhir konsumen jeruk bervariasi. Hal ini menunjukkan
bahwa buah jeruk di Yogya Bogor Junction merupakan komoditi yang
disukai oleh konsumen dengan berbagai tingkat pendidikan akhir.
Responden jeruk didominasi oleh lulusan S1 yaitu sebanyak 41 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen yang memiliki tingkat pendidikan
yang lebih baik sangat selektif dalam melakukan pembelian dan memiliki
kesadaran tinggi dalam kebutuhan mengonsumsi buah.
Tabel 12 Sebaran persentase pendidikan responden jeruk di
Yogya Bogor Junction
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Diploma
S1 (Sarjana)
Pasca Sarjana
Jumlah
Jumlah
0
2
30
19
41
8
100
Persentase
0
2
30
19
41
8
100
6. Pendapatan perbulan
Tingkat pendapatan dalam penelitian ini adalah pendapatan ratarata yang diterima oleh responden dalam satu bulan. Semakin besar tingkat
pendapatan seseorang maka semakin besar pula daya belinya terhadap
suatu barang dan jasa yang ditawarkan oleh pihak produsen (Engel et al.,
1994). Pendapatan ibu rumah tangga didefinisikan sebagai pendapatan
35
yang diterima dari suami, sedangkan untuk pelajar/mahasiswa adalah uang
saku yang diterima selama satu bulan. Tingkat pendapatan konsumen akan
mempengaruhi pilihannya dalam memilih produk yang sesuai dengan
pendapatannya. Untuk itu pendapatan perbulan menjadi salah satu
karakteristik yang ingin diketahui. Sasaran konsumen yang dipilih oleh
Yogya Bogor Junction khususnya untuk komoditi buah yaitu golongan
menengah ke atas. Hal ini dilakukan dengan menyediakan jeruk yang
memiliki grade super sehingga harga yang ditawarkan sedikit lebih tinggi
dari beberapa swalayan lain di Bogor.
Pendapatan responden terbagi dalam beberapa kelompok yaitu dari
tingkat pendapatan kurang dari Rp 500 000 hingga konsumen yang
memiliki pendapatan lebih dari Rp 5 000 000. Tingkat pendapatan
responden yang membeli buah jeruk di Yogya Bogor Junction didominasi
pada pendapatan sebesar 2 600 000 – 5 000 000 sebanyak 50 persen.
Responden yang memiliki pendapatan lebih dari 5 000 000 sebanyak 25
persen. Hal ini menunjukan sebagian besar responden adalah golongan
menengah sampai menengah ke atas. Berbagai kalangan dengan berbagai
tingkat pendapatan mampu membeli dan mengonsumsi buah jeruk yang
dijual di Yogya Bogor Junction untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
Tabel 13 Sebaran persentase pendapatan responden jeruk di
Yogya Bogor Junction
Pendapatan perbulan
Jumlah
Persentase (%)
< 500 000
0
0
500 000 - 1000 000
2
2
1 500 000 - 2 500 000
23
23
2 600 000 - 5 000 000
> 5 000 000
50
25
50
25
Jumlah
100
100
Penilaian Sikap Konsumen terhadap Atribut Buah Jeruk
Sikap konsumen terhadap atribut jeruk medan dan jeruk mandarin
dianalisis menggunakan model multiatribut fishbein. Dalam model ini penilaian
sikap dilakukan dengan menganalisis masing-masing komponen kepercayaan
konsumen terhadap atribut produk (bi) dan komponen evaluasi yang berhubungan
dengan setiap atribut tersebut (ei). Nilai sikap konsumen untuk jeruk medan dan
jeruk mandarin didapatkan setelah mengalikan skor evaluasi kepentingan (ei)
masing-masing atribut dengan skor kepercayaan (bi). Apabila nilai sikap untuk
masing-masing atribut dijumlahkan maka akan didapat total nilai sikap secara
keseluruhan untuk jeruk medan dan jeruk mandarin.
Analisis total nilai sikap konsumen terhadap atribut produk secara
keseluruhan pada kedua jenis buah jeruk bertujuan untuk mengetahui penilaian
konsumen terhadap jenis buah jeruk yang mereka konsumsi. Penentuan sikap
dilakukan dengan mengurutkan hasil skala dari yang dianggap sangat baik hingga
36
sangat buruk berdasarkan jenis atributnya. Atribut buah jeruk yang diuji terdiri
dari sembilan atribut yaitu rasa, kandungan air, kebersihan kulit, warna kulit,
sedikit-banyaknya biji, aroma, ketersediaan, ukuran dan harga.
Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi menunjukan bobot suatu atribut di mata konsumen.
Komponen evaluasi diperoleh dari rentang skala interval mulai dari -2 - (-1):
sangat tidak penting, -0.99 – 0.01: tidak penting, 0.02 – 1.02: penting dan 1.03 –
2.03: sangat penting. Dari hasil analisis multiatribut fishbein diperoleh nilai
kepentingan atribut buah jeruk yang disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Nilai evaluasi atribut buah jeruk
Evaluasi (ei)
Urutan evaluasi
atribut
Rasa
1.47
I
Warna kulit
1.26
II
Harga
1.18
III
Kandungan air
1.15
IV
Kebersihan kulit
1.01
V
Ketersediaan
0.99
VI
Ukuran
0.53
VII
Sedikit-banyaknya biji
0.37
IIX
Aroma
0.23
IX
Atribut
Hasil penilaian evaluasi atribut buah jeruk menunjukkan bahwa dari 9
atribut yang ditanyakan diperoleh penilaian sangat penting dan penting.
Responden yang dimintai penilaian akan atribut pada jeruk terlihat sangat berhatihati dalam memilih dan memepertimbangkannya terlebih dahulu. Responden
menilai rasa merupakan atribut yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
pemilihan buah jeruk dan pembentukan sikap. Rasa memiliki skor paling tinggi
dari atribut lain yaitu sebesar 1.47. Setelah rasa, atribut lain yang dipertimbangkan
dalam memilih jeruk yaitu warna kulit dengan skor 1.26. Warna yang bagus dan
cerah dapat menarik perhatian dan menggugah selera konsumen untuk membeli
dan mengonsumsi jeruk.
Atribut yang dianggap penting selanjutnya yaitu harga. Harga merupakan
faktor penting sebagai penentu sikap konsumen. Konsumen memiliki pandangan
yang berbeda tentang harga pada produk. Ada konsumen yang sangat senang bila
jeruk dijual dengan harga yang murah, namun ada pula konsumen yang
meragukan kualitas jeruk yang murah. Konsumen seperti ini menilai semakin
tinggi harga maka semakin baik pula kualitasnya. Sikap konsumen yang beragam
seperti inilah yang menjadi tantangan bagi pemasar jeruk. Kandungan air dinilai
penting oleh responden setelah harga. Jeruk dapat dikonsumsi dengan banyak
cara. Ada yang langsung memakannya, ada pula yang hanya ingin meminum
airnya saja. Cara mengonsumsi jeruk seperti inlah yang membuat responden
mementingkan kandungan air pada jeruk.
37
Kebersihan kulit menduduki peringkat ke lima setelah kandungan air.
Indikator dari bersihnya kulit jeruk yaitu yang tidak memiliki bercak jamur dan
tidak berdebu. Atribut sedikit-banyaknya biji menduduki peringkat ke delapan
kepentingan atribut. Dalam kegiatan mengonsumsi orang lebih banyak yang suka
dengan kepraktisan, begitu pula dalam mengonsumsi jeruk. Dalam hal ini, atribut
sedikit-banyaknya biji menjadi atribut penentu jeruk tersebut dinilai praktis atau
tidak. Biasanya konsumen lebih senang jika tidak terlalu disibukkan dengan
membuang biji selagi mengonsumsi jeruk. Adanya biji di buah jeruk dinilai
membuat konsumen lebih repot dalam mengonsumsi jeruk. Atribut yang
mendapat nilai terkecil yaitu aroma. Meskipun mendapat nilai terkecil tapi aroma
merupakan atribut yang tetap dinilai penting. Pada saat memilih jeruk, konsumen
seringkali mencium aroma pada jeruk yang akan dipilihnya. Aroma jeruk yang
kuat dan harum dinilai sebagai petunujuk kesegaran dari jeruk.
Komponen Kepercayaan
Komponen kepercayaan menunjukkan penilaian konsumen terhadap
pelaksanaan atribut jeruk medan dengan jeruk mandarin. Kategori pelaksanaan
terbagi dalam empat kategori, mulai dari -2 - (-1): sangat tidak baik, -0.99 – 0.01:
tidak baik, 0.02 – 1.02: baik dan 1.03 – 2.03: sangat baik. Hasil nilai kepercayaan
atribut jeruk medan dan jeruk mandarin dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Nilai kepercayaan atribut jeruk medan dan jeruk mandarin
Atribut
Rasa
Kandungan air
Kebersihan Kulit
Warna Kulit
Sedikit-banyaknya biji
Aroma
Ketersediaan
Ukuran
Harga
Jeruk Medan
Belief
Kategori
(bi)
Pelaksanaan
0,84
Baik
0,48
Baik
0,81
Baik
-0,43
Tidak baik
-0,48
Tidak baik
0,73
Baik
-0,24
Tidak baik
0,42
Baik
0,06
Baik
Jeruk Mandarin
Belief (bi)
1,27
0,60
1,33
1,41
0,81
1,31
1,17
1,14
0,57
Kategori
Pelaksanaan
Sangat baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat baik
Sangat baik
Sangat baik
Baik
Berdasarkan hasil penilaian responden terhadap tingkat pelaksanaan
atribut (belief) diketahui bahwa pada jeruk medan responden memiliki kayakinan
bahwa atribut rasa dan kandungan air merupakan atribut yang paling baik diantara
atribut lainnya. Responden menilai rasa pada jeruk medan memenuhi tingkat
kemanisan yang disukai oleh responden. Atribut rasa memiliki skor rata-rata
tertinggi dari atribut lain sebesar 0.84. Kebersihan kulit mendapat penilaian
tertinggi kedua setelah rasa. jeruk medan yang dijual di Yogya Bogor Junction
dinilai lebih bersih bila dibandingkan dengan jeruk medan di tempat lain.
Kandungan air pada jeruk medan juga dinilai sangat baik oleh responden dengan
skor rata-rata 0.48. Responden menilai bahwa saat mengonsumsi jeruk medan
dapat menghilangkan dahaga. Kategori tidak baik menurut responden terdiri dari
atribut warna kulit, sedikit-banyaknya biji dan ketersediaan buah.
38
Atribut warna kulit menjadi atribut yang memiliki skor terkecil yaitu 0.43. Menurut responden, warna kulit pada jeruk medan tidak seragam dan
memiliki warna kuning yang pucat. Atribut sedikit-banyaknya biji memperoleh
skor -0.48. Biji pada jeruk medan dinilai masih banyak sehingga responden
merasa sedikit repot bila memakan langsung jeruk medan. Responden mengaku
dalam mengonsumsi jeruk, mereka lebih suka jeruk yang memiliki sedikit biji.
Atribut ketersediaan mendapat penilaian tidak baik dengan skor -0.24. Jeruk
medan dinilai jarang terlihat oleh responden. Meskipun tersedia namun jumlah
yang disediakan sedikit. Jeruk medan yang dijual di Yogya Bogor Junction dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Jeruk medan di Yogya Bogor Junction
Jeruk mandarin tidak memiliki penilaian yang tidak baik dari responden.
Tujuh atribut mendapat penilaian yang sangat baik dan dua atibut dinilai baik.
Atribut yang memiliki nilai tertinggi yaitu warna kulit. Warna jeruk mandarin
yang eye catching yaitu berwarna orange cerah dan seragam membuat responden
lebih tertarik dengan jeruk mandarin. Atribut yang dinilai sangat baik berikutnya
yaitu aroma. Responden menilai bahwa aroma yang dikeluarkan oleh jeruk
mandarin sangat harum. Atribut kebersihan kulit mendapat nilai tertinggi ke tiga
setelah warna kulit dan aroma. Jeruk mandarin yang ada di Yogya Bogor Junction
dinilai sangat bersih. Indikator dari kebersihan kulit disini ialah tidak berdebu dan
tidak terdapat bercak ataupun jamur pada buah. Jeruk Mandarin yang dijual di
Yogya Bogor Junction dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction
39
Membandingkan nilai kepercayaan untuk kedua jenis buah jeruk dapat
memberikan gambaran mengenai keunggulan masing-masing atribut buah jeruk
dimata konsumen. Hal ini perting diketahui terutama bagi pelaku usaha buah jeruk
sebagai acuan untuk meningkatkan omzet penjualan buah. Secara keseluruhan,
nilai tingkat pelaksanaan jeruk mandarin lebih tinggi dibandingkan dengan jeruk
medan. Hal ini mengindikasikan bahwa responden jeruk yang berbelanja di
Yogya Bogor Junction lebih meyakini bahwa jeruk mandarin lebih baik
dibandingkan dengan jeruk medan.
Sikap Responden terhadap Jeruk Medan dan Jeruk Mandarin
Nilai sikap konsumen untuk jeruk medan dan jeruk mandarin didapatkan
setelah mengalikan nilai evaluasi kepentingan (ei) dengan nilai kepercayaan (bi)
masing-masing atribut. Penjumlahan nilai sikap untuk masing-masing atribut akan
mendapatkan nilai sikap secara keseluruhan (Ao). Penilaian sikap terhadap jeruk
medan dan jeruk mandarin dibagi menjadi empat kategori, mulai dari -2 - (-1):
sangat negatif, -0.99 – 0.01: negatif, 0.02 – 1.02: positif dan 1.03 – 2.03: sangat
positif.
Berdasarkan kategori tersebut diketahui bahwa untuk jeruk medan atribut
yang memiliki sikap sangat positif adalah rasa dan atribut yang mendapat sikap
negatif yaitu warna kulit, sedikit banyaknya biji dan ketersediaan. Atribut yang
lain mendapat sikap yang positif. Jeruk mandarin mendapat sikap yang sangat
positif pada atribut rasa, kebersihan kulit, warna kulit, dan ketersediaan. Hasil
analisis sikap responden (ei.bi) dan total nilai sikap (Ao) terhadap atribut jeruk
medan dan jeruk mandarin secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Sikap responden terhadap atribut jeruk medan dan jeruk mandarin
Atribut
Kepentingan
(ei)
Bi
Jeruk Medan
Ao
Kategori
(ei.bi)
Bi
Jeruk Mandarin
Ao
Kategori
(ei.bi)
Rasa
1.47
0.84
1.23
Sangat positif
1.27
1.87
Sangat positif
Kandungan air
1.15
0.48
0.55
Positif
0.06
0.69
Positif
Kebersihan Kulit
1.01
0.81
0.82
Positif
1.33
1.34
Sangat positif
Warna Kulit
1.26
-0.43
-0.54
Negatif
1.41
1.78
Sangat positif
Sedikit-banyaknya biji
0.37
-0.48
-0.18
Negatif
0.81
0.29
Positif
Aroma
0.23
0.73
0.17
Positif
1.31
0.30
Positif
Ketersediaan
0.99
-0.24
-0.24
Negatif
1.17
1.16
Sangat positif
Ukuran
0.53
0.42
0.22
Positif
1.14
0.60
Positif
Harga
1.18
0.06
0. 07
Positif
0.57
0.67
Positif
∑ (ei.bi)
2.11
8.71
Analisis sikap fishbein menunjukkan bahwa jeruk mandarin dinilai oleh
responden masih lebih unggul dibandingkan dengan jeruk medan. Jeruk mandarin
mendapat sikap sangat positif dan positif. Empat atribut jeruk mandarin mendapat
sikap yang sangat positif dari responden. Atribut yang mendapat sikap sangat
40
positif yaitu rasa, kebersihan kulit, warna kulit dan ketersediaan, sedangkan
atribut kandungan air, sedikit-banyaknya biji, aroma, ukuran dan harga mendapat
sikap yang positif. Jeruk medan mendapat sikap yang bervariasi dari responden.
Jeruk medan mendapat sikap sangat positif, positif dan negatif. Atribut rasa
mendapatkan sikap sangat positif. Atribut warna kulit, sedikit-banyaknya biji dan
ketersediaan mendapat sikap yang negatif.
Saat membandingkan nilai sikap antara jeruk medan dengan jeruk
mandarin, diperoleh hasil bahwa jeruk mandarin lebih disukai dari jeruk medan
pada setiap atribut. Hasil ini sesuai juga dengan nilai kepercayaan jeruk mandarin
yang unggul pada setiap atributnya. Jeruk mandarin mendapat sikap positif
tertinggi pada atribut warna kulit sedangkan jeruk medan mendapat sikap positif
tertinggi pada atribut rasa. Pada penilaian tingkat kepentingan jeruk, rasa
menempati urutan paling pertama yang dipertimbangkan oleh konsumen. Dari
penilaian tingkat kepercayaan, responden percaya bahwa jeruk medan dan jeruk
mandarin memiliki rasa yang manis, namun rasa manis pada jeruk medan dan
jeruk mandarin berbeda. Responden berpendapat bahwa saat mengonsumsi jeruk
mandarin, konsumen dapat merasakan rasa manis yang sama di setiap jeruk
mandarin yang dikonsumsi. Berbeda halnya untuk jeruk medan, beberapa
responden menilai bahwa rasa manis pada setiap jeruk medan berbeda-beda untuk
setiap buahnya. Pada atribut ini dapat dikatakan bahwa rasa manis pada jeruk
mandarin konsisten, sedangkan rasa manis pada jeruk medan tidak konsisten.
Meski begitu, atribut rasa pada jeruk medan mendapat sikap positif tertinggi dari
responden bila dibandingkan dengan atribut lain pada jeruk medan.
Harga merupakan atribut kedua yang dipertimbangkan oleh responden
setelah atribut rasa dalam memilih jeruk. Pada kepercayaan harga jeruk medan
dan jeruk mandarin responden menilai bahwa harga yang ditetapkan oleh Yogya
Bogor Junction masih baik dan mendapat sikap yang positif. Responden
berpendapat bahwa jeruk medan memang dijual lebih mahal dan lebih tinggi dari
jeruk mandarin, namun bila dibandingkan dengan jeruk medan di tempat lain
responden lebih memilih membeli di Yogya Bogor Junction karena kualitas yang
dipercaya lebih baik. Perlakuan pada buah di Yogya Bogor Junction pun disukai
oleh konsumen sehingga konsumen tidak mempermasalahkan harga jual yang
ditetapkan. Jeruk mandarin memiliki harga yang lebih murah dari jeruk medan.
Beberapa konsumen menilai bahwa dengan atribut yang mereka sukai dari jeruk
mandarin membuat mereka tidak masalah dengan penetapan harga jual di Yogya
Bogor Junction.
Kandungan air menjadi atribut ketiga yang dipertimbangkan dalam
pemilihan jeruk. Dalam mengonsumsi jeruk, konsumen lebih senang dengan jeruk
yang memiliki kandungan air yang tinggi. Kandungan air yang tinggi pada jeruk
membuat konsumen lebih dapat mencicipi rasa pada buah tersebut. Jeruk medan
dan jeruk mandarin mendapat kepercayaan yang sangat positif dan menghasilkan
sikap yang positif pada atribut kandungan air. Meskipun begitu, nilai yang didapat
oleh jeruk mandarin lebih tinggi. Sikap responden lebih positif terhadap jeruk
mandarin pada atribut kandungan air. Kandungan air di jeruk mandarin dipercaya
lebih banyak dari jeruk medan. Responden berpendapat dalam mengonsumsi jeruk
selain dimakan langsung dapat dilakukan dengan memeras jeruk tersebut. Bila
dibandingkan saat memeras jeruk medan dengan jeruk mandarin, jeruk mandarin
41
mengeluarkan lebih banyak air. Selain itu, warna air jeruk mandarin terlihat lebih
menarik dan segar.
Warna kulit merupakan atribut keempat yang dinilai penting dalam
memilih jeruk. Warna kulit jeruk dapat menyebabkan seseorang menerima atau
menolak jeruk tersebut, memberikan kenyamanan atau ketidaknyamanan, bahkan
bisa mempengaruhi nafsu makan. Warna kulit pada jeruk medan dinilai tidak baik
dan mendapat sikap yang negatif. Sebenarnya warna kulit medan yang tidak
seragam dan terkadang memiliki bercak hitam dikulitnya merupakan ciri dari
jeruk medan, namun mayoritas responden mengatakan bahwa mereka tidak
menyukai warna kulit tersebut. Warna yang tidak serangam dan memiliki bintik
hitam itu membuat responden tidak memiliki selera dalam mengonsumsi jeruk
medan. Berbeda halnya dengan warna jeruk mandarin. Warna jeruk mandarin
mendapat poin tertinggi dibandingkan dengan atribut lainnya. Warna kulit jeruk
mandarin yang orange merata di seluruh bagian kulit jeruk serta kulit yang mulus
dan permukaannya yang licin sangat menarik bagi responden. Warna kulit jeruk
mandarin menjadi ketertarikan tersendiri bagi responden.
Pada atribut ketersediaan jeruk, jeruk mandarin mendapat sikap yang
sangat positif dan jeruk medan mendapat sikap yang negatif. Hal ini disebabkan
karena jeruk mandarin selalu tersedia di Yogya dan dengan jumlah yang banyak.
Berbeda dengan jeruk medan, jumlah jeruk medan lebih sedikit dibanding dengan
jeruk mandarin. Dalam memilih jeruk responden lebih suka bila baranngnya
tersedia dalam jumlah yang banyak sehingga dapat lebih leluasa dalam memilih.
Ukuran pada jeruk dapat mempengaruhi dalam keputusan pembelian dan
pembentukan sikap pada konsumen. Ada konsumen yang menyukai ukuran jeruk
yang besar namun ada pula yang meyukai jeruk ukuran kecil dengan alasan
kepraktisan dalam mengonsumsi. Melalui wawancara yang dilakukan peneliti,
responden menilai lebih menyukai ukuran pada jeruk mandarin. Responden
menyukai jeruk dengan ukuran yang lebih besar dari jeruk medan. Responden
percaya bahwa jeruk yang memiliki ukuran besar memiliki kandungan air yang
tinggi dibandingkan dengan yang berukuran kecil.
Pada atribut sedikit-banyaknya biji, jeruk medan mendapat sikap negatif
dan jeruk mandarin mendapat sikap yang positif. Mayoritas konsumen lebih
menyukai jeruk mandarin karena hampir tidak ditemukan biji pada jeruk.
Responden yang menyukai tidak ada biji dalam jeruk merasa lebih nyaman dan
lebih mudah dalam mengonsumsi jeruk. Atribut sedikit banyaknya biji juga
dipertimbangkan oleh orangtua yang ingin memberikan jeruk kepada anaknya
yang masih kecil. Jeruk mandarin yang memiliki sedikit biji lebih dipilih oleh
responden untuk diberikan kepada anaknya karena dinilai lebih aman sehingga
tidak khawatir bijinya akan tertelan.
Atribut aroma merupakan atribut terakhir yang dipertimbangkan oleh
konsumen. pada atribut ini responden juga lebih menyukai aroma yang ada pada
jeruk mandarin. Aroma jeruk mandarin lebih wangi dan lebih segar dibandingkan
dengan jeruk medan. Hal ini diduga karena daya simpan jeruk mandarin lebih
baik dari jeruk medan sehingga aroma jeruk mandarin lebih segar.
Penilaian jeruk medan dan jeruk mandarin mendapat sikap yang sama
pada atribut rasa yaitu sangat positif, dan mendapat sikap yang positif pada atribut
kandungan air, aroma, ukuran dan harga. Meskipun mendapat sikap yang sama
pada atribut tersebut, namun nilai yang diperoleh jeruk mandarin lebih tinggi.
42
Pada semua atribut fisik yang dianalisis, jeruk medan mendapat hasil yang lebih
kecil dari jeruk mandarin. Total nilai sikap (Ao) untuk jeruk medan sebesar 2.11
poin, sedangkan jeruk mandarin memiliki total nilai sikap sebesar 8.71 poin.
Dengan demikian, secara keseluruhan responden memiliki sikap yang lebih positif
terhadap jeruk mandarin dibandingkan dengan jeruk medan. Hal ini terjadi karena
responden menilai secara keseluruhan atribut jeruk mandarin lebih baik dari
atribut jeruk medan.
Menentukan skala penilaian tertinggi sikap dicari dengan skor sikap
maksimum (ei.bi maksimum). Skor sikap maksimum adalah nilai maksimum yang
didapat oleh masing-masing atribut jeruk jika konsumen memberikan penilaian
tertinggi. Hasil perhitungan skor maksimum ini dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17 Perhitungan skor sikap maksimum
Atribut
Rasa
Warna kulit
Harga
Kandungan air
Kebersihan kulit
Ketersediaan
Ukuran
Sedikit-banyaknya biji
Aroma
∑eibi Maksimum
ei
Bi
Ideal
eibi
Maksimum
1.47
1.26
1.18
1.15
1.01
0.99
0.53
0.37
0.23
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
+2
2.94
2.52
2.36
2.30
2.02
1.98
1.06
0.74
0.46
16.38
Hasil perhitungan sikap maksimum menghasilkan skor 16.38. Total sikap
terhadap jeruk medan menghasilkan skor 2.11 sedangkan total sikap terhadap
jeruk mandarin menghasilkan 8.71. Total skor sikap jeruk medan maupun jeruk
mandarin masih jauh dari skor sikap maksimum. Hal ini terjadi karena atribut
pada jeruk belum dapat memenuhi harapan dari konsumen. Atribut pada jeruk
medan mendapat hasil sangat kecil dari jumlah maksimum yaitu 2.11. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa responden percaya bahwa kualitas jeruk
mandarin lebih baik.
Upaya meningkatkan kesadaran akan mengonsumsi jeruk lokal dalam hal
ini jeruk medan harus dilakukan untuk mengangkat citra jeruk medan. Hal ini
dapat dilakukan baik melalui perbaikan cara menanam jeruk atau promosi yang
gencar untuk mengonsumsi buah dalam negeri. Menurut Badan Litbang (2011)
tingkat pengelolaan kebun jeruk di daerah sentra produksi oleh petani sangat
bervariasi, belum optimal dan belum semuanya menerapkan inovasi teknologi
anjuran hasil penelitian sehingga mutu buah jeruk yang dihasilkan tidak
memuaskan. Perlakuan pada pasca panen juga masih dilakukan dengan cara yang
sederhana sehingga jeruk lokal belum memiliki daya saing pasar yang kuat.
43
Analisis Sensitivitas Harga
Analisis sensitivitas harga merupakan analisis yang digunakan untuk
mendapatkan rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen. Hasil akhir
analisis ini disajikan dalam bentuk grafik yang menunjukkan lima tingkat harga
yang terdiri atas tingkat tertinggi bagi produk atau Marginal Expensive Point
(MEP), tingkat harga terendah bagi produk atau Marginal Cheap Point (MCP),
tingkat harga optimum bagi produk atau Optimum Price Point (OPP) dan rentang
harga produk atau Range of Acceptible Price (RAP).
Tingkat harga tertinggi (MEP) menunjukkan harga yang dinilai sangat
mahal oleh responden. Pada tingkat harga ini responden memutuskan untuk tidak
membeli jeruk medan maupun jeruk mandarin karena harganya terlalu tinggi.
Sedangkan tingkat harga terendah (MCP) menunjukkan tingkat harga yang terlalu
murah bagi jeruk medan dan jeruk mandarin, sehingga pada tingkat harga ini
responden juga tidak mau membeli jeruk medan dan mandarin karena meragukan
kualitasnya.
Tingkat harga optimum (OPP) menunujukkan harga yang dinilai
responden sebagai harga optimum jeruk medan dan jeruk mandarin. Pada tingkat
harga ini responden merasa harga jeruk masih dalam tahap yang wajar, sehingga
responden masih bersedia untuk membeli jeruk medan dan jeruk mandarin.
Tingkat harga minimum (IPP) menunjukkan harga yang menurut penilaian
responden sebagai harga termurah yang mungkin bagi jeruk medan dan jeruk
mandarin. Pada tingkat harga ini, responden menilai harga jeruk medan dan jeruk
mandarin wajar tanpa meragukan kualitasnya. Rentang harga (RAP) menunjukkan
rentang harga yang dapat diterima oleh responden sebagai rentang harga jual
jeruk.
Lima tingkatan harga ini dihasilkan setelah responden memilih harga
tertentu untuk tiap-tiap kategori harga yang dinyatakan dalam analisis sensitivitas
harga. kategori harga tersebut terdiri atas harga terlalu murah, harga murah, harga
maha dan harga sangat mahal.
Sensitivitas harga jeruk medan
Harga jual jeruk medan di Yogya Bogor Junction sebesar Rp 42 650/kg
pada bulan oktober 2014. Sasaran konsumen buah-buahan di Yogya Bogor
Junction adalah konsumen menengah ke atas. Buah jeruk medan yang dijual di
Yogya Bogor Junction memiliki kualitas yang berbeda dengan swalayan lain. Hal
ini terlihat dari ukuran jeruk medan yang disediakan lebih besar dan penataan
pada jeruk medan. Untuk mengetahui tingkat harga terendah, harga tertinggi,
harga minimum, tingkat harga optimum dan rentang harga yang dapat diterima
konsumen sebagai rentang harga jual jeruk medan, maka dilakukan analisis
sensitivitas harga untuk mengetahui lima tingkat harga tersebut. Harga yang
digunakan pada jeruk medan adalah dari harga minimum Rp 35 000/kg hingga
harga maksimum Rp 55 000/kg. Penetapan harga minimum Rp 35 000/kg berasal
dari wawancara dengan staff buah segar di Yogya Bogor Junction. Pihak Yogya
Bogor Junction menjual jeruk medan dengan kisaran harga minimal Rp 35
000/kg. Harga yang diberikan oleh konsumen memiliki sebelas titik harga yang
dapat dipilih oleh responden. Setiap harga yang dipilih oleh konsumen memiliki
selisih Rp 2 000. Selisih Rp 2 000 ini digunakan dengan asumsi bahwa perubahan
44
harga jeruk medan umumnya sebesar Rp 2 000. Selisih Rp 2 000 juga
diasumsikan sebagai harga psikologis, dimana perubahan harga sebesar Rp 2 000
bisa mempengaruhi keputusan pembelian oleh konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara 100 responden, diperoleh bahwa tingkat
harga terendah untuk jeruk medan sebesar Rp 35 000/kg dipilih oleh sebanyak 59
persen responden. Menurut responden, harga Rp 35 000/kg untuk jeruk medan
terlalu murah sehingga membuat responden enggan untuk membeli karena
meragukan kualitas jeruk medan. Tingkat harga murah untuk jeruk medan dipilih
sebanyak 47 persen responden seharga Rp 37 000/kg. Harga sebesar Rp 37 000/kg
dinilai responden sebagai harga yang murah untuk jeruk medan dan responden
bersedia untuk membeli. Tingkat harga mahal untuk jeruk medan dipilih sebanyak
31 persen responden seharga Rp 43 000/kg. Pada harga Rp 43 000/kg responden
menilai bahwa jeruk medan sudah tergolong mahal, tapi responden tetap membeli
jeruk medan. Tingkat harga terlalu mahal untuk jeruk medan sebesar Rp 47
000/kg yang dipilih oleh sebanyak 40 persen respoonden. Pada harga Rp 47
000/kg responden menilai bahwa jeruk medan sudah terlalu mahal sehingga
responden tidak ingin untuk membeli.
Penilaian responden terhadap harga jual jeruk medan untuk setiap kategori
harga dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Kategori penilaian harga jeruk medan
Harga
(Rp)
Terlalu Murah
Jumlah
(Orang)
35000
Murah
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
59
59
37000
28
39000
Mahal
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
25
25
28
47
13
13
41000
0
43000
0
45000
Terlalu Mahal
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
0
0
0
0
47
0
0
0
0
20
20
0
0
0
0
0
8
8
14
14
0
0
0
0
0
31
31
8
8
0
0
0
0
18
18
16
16
47000
0
0
0
0
29
29
40
40
49000
0
0
0
0
3
3
13
13
51000
0
0
0
0
5
5
10
10
53000
0
0
0
0
0
0
9
9
55000
0
0
0
0
0
0
4
4
Selanjutnya dalam analisis sensitivitas harga akan diketahui tingkat harga
minimum (IPP), tingkat harga optimum (OPP), tingkat harga terendah (MCP), dan
tingkat harga tertinggi untuk jeruk medan. Analisis sensitivitas harga digunakan
untuk mengetahui rentang harga jeruk medan yang masih dapat diterima oleh
responden. Hasil ini disajikan dalam bentuk kurva. Kurva tersebut menghasilkan
perpotongan antara tingkat harga yang dipilih oleh responden. Sehingga akan
diketahui IPP,OPP,MCP, MEP dan rentang harga. Hasil analisis sensitivitas
harga disajikan pada Gambar 5.
45
Gambar 5 Kurva sensitivitas harga jeruk medan
Tingkat harga minimum (IPP) untuk jeruk medan dihasilkan saat jumlah
responden yang menyatakan tingkat harga tertentu tergolong murah sama dengan
jumlah responden yang menyatakan pada tingkat harga tertentu tergolong mahal.
IPP dapat diketahui melalui perpotongan garis yang menunjukkan tingkat kategori
harga murah dan harga mahal. Tingkat harga minimum (IPP) yang didapat untuk
jeruk medan sebesar Rp 40 500/kg. IPP pada tingkat harga Rp 40 500/kg
menunjukkan harga murah jeruk medan berdasarkan penilaian responden.
Tingkat harga optimum (OPP) menunjukkan jumlah yang sama antara
responden yang menganggap harga jeruk medan terlalu murah dengan harga
terlalu mahal. OPP dalam kurva sensitivitas harga terbentuk dari perpotongan
antara garis harga terlalu murah dengan harga terlalu mahal. Tingkat harga
optimum (OPP) untuk jeruk medan berada pada harga Rp 41 000/kg. Tingkat
harga terendah (MCP) di dapat dari hasil perpotongan antara garis yang
menunjukkan tingkat harga terlalu murah dan harga murah. Berdasarkan kurva,
tingkat harga terendah (MCP) jeruk medan berada pada tingkat harga Rp 36
000/kg.
Tingkat harga tertinggi (MEP) didapatkan dari hasil perpotongan garis
yang menunjukkan tingkat harga mahal dengan terlalu mahal. Tingkat harga
tertinggi jeruk medan didapatkan dengan harga Rp 45 000/kg. Jika harga jual
diatas Rp 45 000/kg, responden merasa harga tersebut sudah sangat mahal.
Rentang harga jeruk medan didapatkan dari kisaran harga terendah sampai harga
tertinggi. Rentang harga yang masih dapat diterima untuk jeruk medan adalah
sebesar Rp 36 000 - Rp 45 000/kg. Harga jual jeruk medan di Yogya Bogor
Junction sebesar Rp 42 650/kg berada pada rentang harga yang masih dapat
diterima oleh konsumen, namun melebihi harga optimum (OPP). Karena itu, bila
Yogya Bogor Junction akan menaikkan harga jeruk medan disarankan untuk tidak
melebihi tingkat harga tertinggi berdasarkan penilaian responden yaitu sebesar Rp
45 000/kg. Hasil analisis sensitivitas harga jeruk medan disajikan pada Tabel 19.
46
Tabel 19 Analisis sensitivitas harga pada jeruk medan
Analisis Sensitivitas Harga
Harga Jeruk Medan (Rp/Kg)
Tingkat harga terendah (MCP)
36 000
Tingkat harga minimum (IPP)
40 500
Tingkat harga optimum (OPP)
41 000
Tingkat harga tertinggi (MEP)
45 000
Rentang harga (RAP)
36 000 – 45 000
Sensitivitas Harga Jeruk Mandarin
Harga jual jeruk mandarin di Yogya Bogor Junction sebesar Rp 38 750/kg
pada bulan oktober 2014. Untuk mengetahui tingkat harga terendah, harga
tertinggi, harga minimum, tingkat harga optimum dan rentang harga yang dapat
diterima konsumen sebagai rentang harga jual jeruk mandarin, maka dilakukan
analisis sensitivitas harga untuk mengetahui lima tingkat harga tersebut. Harga
yang digunakan pada jeruk mandarin adalah dari harga minimum Rp 30 000/kg
hingga harga maksimum Rp 50 000/kg. Harga yang diberikan oleh konsumen
memiliki sebelas titik harga yang dapat dipilih oleh responden. Setiap harga yang
dipilih oleh konsumen memiliki selisih Rp 2 000. Selisih Rp 2 000 ini didapat dari
perbedaan harga di swalayan yang ada di Bogor. Nilai selisih ini juga digunakan
dengan asumsi bahwa perubahan harga jeruk mandarin umumnya sebesar Rp 2
000. Selisih Rp 2 000 juga diasumsikan sebagai harga psikologis, dimana
perubahan harga sebesar Rp 2 000 bisa mempengaruhi keputusan pembelian oleh
konsumen.
Berdasarkan hasil wawancara 100 responden, diperoleh bahwa tingkat
harga terlalu murah untuk jeruk mandarin sebesar Rp 30 000/kg dipilih oleh
sebanyak 48 persen responden. Menurut responden, harga Rp 30 000/kg untuk
jeruk mandarin terlalu murah sehingga membuat responden enggan untuk
membeli karena meragukan kualitas jeruk mandarin. Tingkat harga murah untuk
jeruk mandarin dipilih sebanyak 30 persen responden seharga Rp 34 000/kg.
Harga sebesar Rp 34 000/kg dinilai responden sebagai harga yang murah untuk
jeruk mandarin dan responden bersedia untuk membeli. Tingkat harga mahal
untuk jeruk mandarin dipilih sebanyak 33 persen responden seharga Rp 46
000/kg. Pada harga Rp 46 000/kg responden menilai bahwa jeruk mandarin sudah
tergolong mahal, tapi responden tetap membeli jeruk mandarin. Tingkat harga
terlalu mahal untuk jeruk medan sebesar Rp 50 000/kg yang dipilih oleh sebanyak
58 persen responden. Pada harga Rp 50 000/kg responden menilai bahwa jeruk
mandarin sudah terlalu mahal sehingga responden tidak ingin untuk membeli.
Penilaian responden terhadap harga jual jeruk mandarin untuk setiap
kategori harga dapat dilihat pada Tabel 20.
47
Tabel 20 Kategori penilaian harga jeruk mandarin
Harga
(Rp)
Terlalu Murah
Murah
Mahal
Terlalu Mahal
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
30000
48
48
0
0
0
0
0
0
32000
24
24
14
14
0
0
0
0
34000
21
21
30
30
0
0
0
0
36000
7
7
27
27
5
5
0
0
38000
0
0
9
9
0
0
0
0
40000
0
0
16
16
6
6
0
0
42000
0
0
4
4
27
27
0
0
44000
0
0
0
0
23
23
8
8
46000
0
0
0
0
33
33
14
14
48000
0
0
0
0
6
6
20
20
50000
0
0
0
0
0
0
58
58
Selanjutnya dalam analisis sensitivitas harga akan diketahui tingkat harga
minimum (IPP), tingkat harga optimum (OPP), tingkat harga terendah (MCP), dan
tingkat harga tertinggi untuk jeruk mandarin. Analisis sensitivitas harga
digunakan untuk mengetahui rentang harga jeruk mandarin yang masih dapat
diterima oleh responden. Hasil analisis sensitivitas harga disajikan pada Gambar
6.
Gambar 6 Kurva sensitivitas harga jeruk mandarin
Tingkat harga minimum (IPP) untuk jeruk mandarin dihasilkan saat
jumlah responden yang menyatakan tingkat harga tertentu tergolong murah sama
dengan jumlah responden yang menyatakan pada tingkat harga tertentu tergolong
mahal. IPP dapat diketahui melalui perpotongan garis yang menunjukkan tingkat
kategori harga murah dan harga mahal. Tingkat harga minimum (IPP) yang
didapat untuk jeruk mandarin sebesar Rp 41 000 000/kg. IPP pada tingkat harga
48
Rp 41 000 000/kg menunjukkan harga murah jeruk mandarin berdasarkan
penilaian responden.
Tingkat harga optimum (OPP) menunjukkan jumlah yang sama antara
responden yang menganggap harga jeruk mandarin sangat murah dengan harga
sangat mahal. OPP dalam kurva sensitivitas harga terbentuk dari perpotongan
antara garis harga terlalu murah dengan harga terlalu mahal. Tingkat harga
optimum (OPP) untuk jeruk mandarin berada pada harga Rp 38 000 – Rp 42
000/kg. Tingkat harga terendah (MCP) di dapat dari hasil perpotongan antara
garis yang menunjukkan tingkat harga terlalu murah dan harga murah.
Berdasarkan kurva, tingkat harga terendah (MCP) jeruk mandarin berada pada
tingkat harga Rp 33 000/kg.
Tingkat harga tertinggi (MEP) didapatkan dari hasil perpotongan garis
yang menunjukkan tingkat harga tertinggi dengan harga terendah. Tingkat harga
tertinggi jeruk mandarin didapatkan dengan harga Rp 47 500. Jika harga jual
diatas Rp 47 500/kg, responden merasa harga tersebut sudah sangat mahal.
Rentang harga jeruk mandarin didapatkan dari kisaran harga terendah sampai
harga tertinggi. Rentang harga yang masih dapat diterima untuk jeruk mandarin
adalah sebesar Rp 33 000 - Rp 47 500. Pada rentang harga ini responden masih
ingin membeli jeruk medan tanpa meragukan kualitasnya. Harga jeruk mandarin
yang kini berlaku di Yogya Bogor Junction sebesar Rp 38 750. Harga ini berada
pada rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen. Apabila Yogya Bogor
Junction akan menaikkan harga jeruk mandarin disarankan untuk tidak melebihi
tingkat harga tertinggi berdasarkan penilaian responden yaitu sebesar Rp 47
500/kg. Hasil analisis sensitivitas harga jeruk mandarin disajikan pada Tabel 21.
Tabel 21 Analisis sensitivitas harga pada jeruk mandarin
Analisis Sensitivitas Harga
Harga Jeruk Mandarin (Rp/Kg)
Tingkat harga terendah (MCP)
33 000
Tingkat harga minimum (IPP)
41 000
Tingkat harga optimum (OPP)
38 000 - 42 000
Tingkat harga tertinggi (MEP)
47 500
Rentang harga (RAP)
33 000 - 47 500
Rentang harga yang dapat diterima responden menunjukan bahwa jeruk
mandarin memiliki rentang harga yang lebih besar dibandingkan dengan jeruk
medan.. Jeruk mandarin memiliki rentang harga dari Rp 33 000 sampai Rp 47
500 sehingga didapat selisihnya Rp 14 500. Jeruk medan memiliki rentang harga
dari Rp 36 000 sampai Rp 45 000 sehingga didapat selisihnya Rp 9000. Dari hasil
tersebut dapat terlihat bahwa sikap yang positif terhadap jeruk berpengaruh
terhadap rentang harga yang dapat diterima oleh konsumen. Seperti hasil dari
analisis sikap pada atribut jeruk, jeruk mandarin mendapat sikap yang positif
sedangkan jeruk medan mendapat sikap yang negatif. Sikap yang positif terhadap
49
atribut jeruk mandarin menghasilkan rentang harga yang masih dapat diterima
oleh konsumen lebih besar, sedangkan sikap yang negatif membuat rentang harga
yang diterima oleh konsumen lebih sedikit. dari analisis sensitivitas harga ini
dapat diketahui bahwa konsumen lebih sensitif terhadap harga jeruk medan
dibandingkan dengan harga jeruk mandarin.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik konsumen jeruk di Yogya Bogor Junction didominasi oleh
ibu rumah tangga dengan penghasilan perbulan Rp 2 500 000- 5 000 000. Usia
konsumen yang membeli jeruk medan dan jeruk mandarin di Yogya Bogor
Junction didominasi usia ≥ 36 tahun dan pendidikan Sarjana (S1). Dari
karakteristik responden sebanyak 100 orang, konsumen yang datang ke Yogya
Bogor Junction berada pada golongan menengah dan menengah ke atas.
Hasil analisis multiatribut fishbein menunjukkan bahwa konsumen lebih
menyukai atribut fisik pada jeruk mandarin dibandingkan jeruk medan. Jeruk
medan mendapat sikap sangat positif pada rasa dan negatif pada warna kulit,
sedikit-banyaknya biji dan ketersediaan. Pada jeruk mandarin, responden tidak
menilai ada yang negatif dari atribut fisiknya. Penilaian atribut jeruk mandarin
positif dan sangat positif. Atribut yang paling disuka dari jeruk mandarin adalah
warna kulit. Sikap konsumen yang lebih positif terhadap semua atribut buah jeruk
mandarin menunjukkan daya saing buah jeruk medan yang rendah dimata
konsumen jeruk di Yogya Bogor Junction.
Rendahnya standar kualitas jeruk medan yang sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan konsumen menjadi salah satu alasan konsumen lebih memilih jeruk
mandarin dibandingkan jeruk medan. Pengambilan keputusan konsumen untuk
lebih memilih jeruk mandarin atas dasar sikap konsumen yang lebih positif
terhadap atribut jeruk mandarin dapat menjadi indikasi ancaman bagi jeruk
medan. Apabila tidak ada tindak lanjut dari stakeholder yang terlibat dalam
agribisnis jeruk lokal untuk menggalakkan kembali produksi jeruk lokal yang
mampu memenuhi keinginan selera konsumen maka keberadaan jeruk lokal akan
semakin terlupakan.
Analisis sensitivitas harga pada jeruk medan dan jeruk mandarin
menghasilkan rentang harga yang masih dapat diterima oleh konsumen. Rentang
harga jeruk medan yang masih dapat diterima oleh konsumen sebesar Rp 36 000 –
Rp 45 000/Kg. Rentang harga jeruk mandarin yang masih dapat diterima oleh
konsumen sebesar Rp 33 000 – Rp 47 500. Hasil wawancara peneliti dengan
responden mendapatkan bahwa responden lebih berani membayar harga tinggi
untuk jeruk mandarin dibandingkan dengan jeruk medan karena atribut jeruk yang
ada pada jeruk mandarin lebih disukai.
50
Saran
Yogya Bogor Junction diharapkan mampu memenuhi keinginan konsumen
terhadap atribut buah jeruk terutama pada atribut yang dianggap penting oleh
konsumen dalam pemilihan buah jeruk. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan pengecekan terhadap jeruk buah jeruk yang diterima dari distributor.
Bagi Pemerintah dan pelaku agribisnis lainnya diharapkan mampu meningkatkan
kualitas buah jeruk lokal dengan menerapkan manajemen mutu melalui Good
Agriculture Practice (GAP) dan Standar Prosedur Nasional (SPO). Melalui
peningkatan kualitas jeruk lokal dan peningkatan ketersediaan maka diharapkan
atribut pada jeruk lokal dapat disenangi oleh rakyat Indonesia.
Keterjangkauan harga jeruk bagi konsumen mengharuskan Yogya Bogor
Junction menerapkan harga yang rasional bagi konsumen. Penetapan harga jual
jeruk medan berada di kisaran harga Rp 36 000 – Rp 45 000/Kg dan untuk jeruk
mandarin Rp 33 000 – Rp 47 500/kg. Penentuan harga jual jeruk perlu
memperhatikan rentang harga yang masih dapat diterima oleh konsumen agar
dapat meningkatkan omzet penjualan. Bagi pemerintah diharapkan dapat
memberlakukan kebijakan subsidi terhadap harga buah. Adanya subsidi terhadap
harga buah diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk mengonsumsi buah
lebih banyak terutama buah lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Barus S. 2008. Analisis Sikap dan Minat Konsumen dalam Membeli Buah-buahan
di Carrefour, Plaza Medan Fair dan Supermarket Brastagi, Medan [Tesis].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. [Internet]. [diunduh 2014 April
8]
Dwinada F. 2012. Analisis Faktor-Faktor Keputusan Pembelian Minyak Goreng
Kemasan Merek Bimoli. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Eftiana T.2012.Analisis Sensitivitas Harga dan Sikap Konsumen Terhadap Produk
Soyjoy di Kota Bogor.[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Eka W, Endah. 2004. Analisis Faktor-Faktor Karakteristik Individu yang
Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Masyarakat Sekitar Bogor dalam
Pembelian Sayuran Organik di PT Hero Supermarket Cabang Pajajaran,
Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Internet]. [diunduh
2014 April 5]. Tersedia pada http//repositoryipb.ac.id
Engel et al.1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
1995. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Erwanto. 2005. Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap
Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
[KEMENDAG] Kementerian Perdagangan. UU Perlindungan Konsumen.
Indonesia (ID): Kementerian Perdagangan. [Internet]. [diunduh 2014
November 20]. Tersedia pada http//siswaspk.kemendag.go.id/
51
[KEMENTAN] Kementerian Pertanian.2013. Statistik Pertanian 2013, Indonesia
(ID):Kementerian Pertanian. [Internet]. [diunduh 2014 Juli 4]. Tersedia
pada http//pusdatin.setjen.pertanian.go.id/
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisis Milenium. Jilid 1. Benyamin
Molan, penerjemah; Jakarta (ID): Prenhallindo. Terjemahan dari
Marketing Management.
Kotler P. 2008. Prinsip Marketing. Edisi 12. Benyamin Molan, penerjemah;
Jakarta (ID): Prenhallindo. Terjemahan dari Marketing Management.
Nasution U. 2008. Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap
Minyak Goreng Merek Bimoli di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Nida I. 2014. Analisis Daya Saing Komoditas Jeruk di Desa Selorejo Kecamatan
Dau Kabupaten Malang. [Skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.
Nurnafisah S. 2013. Sikap dan Persepsi Konsumen Terhadap Jeruk Lokal dan
Impor di Pasar Modern Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2005. Riset Pemasaran. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu et al. 2012. Preferensi Konsumen Terhadap Buah Apel Impor di Toko
Buah Hokky dan Pasar Tradisional Ampel Surabaya. 2(3):14-29.
[Internet].
[diunduh
2014
Agustus
13]
Tersedia
pada
http//journal.trunojoyo.ac.id/
Sadeli, Utami. 2013. Sikap Konsumen Terhadap Atribut Produk Untuk Mengukur
Daya Saing Produk Jeruk. 12(1):61-71.
Samsurrijal K. 2009. Sensitivitas Harga dan Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas
Pembelian Jus Belimbing Picco. [Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian
Bogor.
Santoso S. 2004. Statistik Multivariat. Konsep dan Aplikasi dengan SPSS.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Setianingrum D. 2007. Analisis Sensitivitas Harga Dan Loyalitas Konsumen Teh
Hijau Celup Di Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Shanti S. 2007. Analisis Keputusan Konsumen dalam Mengonsumsi Jeruk Lokal
dan Jeruk Impor di Ritel Modern. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Sinaga I. 2010. Sikap,Persepsi Konsumen dan Rentang Harga Pada Beras Organik
SAE (Sehat Aman Enak) Pada Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy.
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sumarwan U. 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor (ID): PT Ghalia Indonesia.
Sumarwan U. 1999. Mencermati Pasar Agribisnis Melalui Analisis Perilaku
Konsumsi dan Pembelian Buah-buahan. 5(3):27-33.
Tedjakusuma et al. 2001. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Konsumen salam Pembelian Air Minum Mineral. 2(3):48-58.
Umar H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta (ID): PT.
Gramedia Pustaka Utama.
52
Wibowo et al. 2013. Analisa Persepsi dan Preferensi Kualitas Buah Tropis.
[Jurnal].Vol. 1, No. 1, Januari 2013, pp. 77-82. [Internet].[diunduh 2014
Maret 25]. Tersedia pada http//studentjournal.petra.ac.id/
Widodo. 2008. Sikap Konsumen Terhadap Jeruk Dan Pisang Lokal Segar di
Yogyakarta. [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah.
[Internet].[diunduh
2014
April
14].
Tersedia
pada
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/MS_B5.pdf
Wiyanti E. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan
Pembelian Kecap Manis. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Internet]. [diunduh 2014 April 7]. Tersedia pada http//repositoryipb.ac.id
53
Lampiran 1 Kuisioner penelitian
No. Responden
:
Tanggal :
KUISIONER PENELITIAN
ANALISIS SIKAP DAN SENSITIVITAS HARGA TERHADAP JERUK MEDAN
DAN JERUK MANDARIN DI YOGYA BOGOR JUNCTION
Responden Yth,
Saya Regina Elsa Monica, mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang sedang melakukan
penelitian mengenai “Analisis Sikap Dan Sensitivitas Harga Terhadap Jeruk Medan dan Jeruk
Mandarin Di Yogya Bogor Junction”. Kuisioner ini merupakan bagian penelitian dari skripsi yang
akan saya selesaikan.
Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk berpartisipasi dalam mengisi kuisioner
ini secara lengkap dan benar agar informasi yang disajikan dapat dipertanggungjawabkan dan
tercapai hasil yang diinginkan. Pernyataan dan data responden hanya akan digunakan untuk
keperluan penelitian dan sangat dijaga kerahasiannya.
Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/i, saya ucapkan terimakasih.
SCREENING
1. Berapa kali Anda pernah membeli dan mengonsumsi jeruk yang dijual di Yogya
Bogor Junction ?
a. Satu kali
STOP
b. Lebih dari satu kali
Lanjut
2. Berapa Usia Anda saat ini?
< 18 Tahun
STOP
DEMOGRAFI
1. Umur/Usia
: .................................................................................
2. Jenis Kelamin
: L/P
3. Pekerjaan
a. Tidak/Belum Bekerja
d. Karyawan Swasta
b. Ibu Rumah Tangga
e. Pelajar/Mahasiswa
c. PNS
f. Lainnya..............................
4. Status Pernikahan
a. Menikah
b. Belum Menikah
5. Pendidikan Terakhir
a. SD
d. Diploma
b. SMP
e. S1
c. SMA
f. Pasca Sarjana (S2/S3)
54
6. Pendapatan per Bulan
a. < Rp 500.000
b. Rp 500.000 – Rp 1.000.000
c. Rp 1.000.000 – Rp 2.500.000
d. Rp 2.500.000 – Rp 5.000.000
e. > Rp 5.000.000
PENILAIAN ATRIBUT
Penilaian Evaluasi Atribut Pada Jeruk
Petunjuk: Berikan tanda ceklist ( √ ) pada pilihan yang sesuai dengan jawaban
Anda.
1. Rasa adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih jeruk.
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
2. Kandungan air pada jeruk adalah atribut yang saya anggap penting ketika
memilih
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
3. Kebersihan kulit adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
4. Warna kulit adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
5. Sedikit-banyaknya biji adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih
jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
6. Aroma adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
7. Ketersediaan buah adalah hal yang saya anggap penting dalam memilihi jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
8. Ukuran buah adalah hal yang saya anggap penting dalam memilih jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
9. Harga adalah atribut yang saya anggap penting dalam memilih jeruk
Sangat Setuju
Setuju
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
55
Penilaian Kepercayaan Terhadap Atribut Jeruk Medan
Petunjuk:
Menurut Anda, setelah melihat, membeli dan mencoba jeruk medan, bagaimana
penilaian Anda terhadap jeruk medan ?
Beri tanda ceklist (√) pada pilihan yang sesuai dengan jawaban anda.
Atribut
Tingkat Kepercayaan Terhadap Atribut
Rasa
Sangat Manis
Manis
Asam
Sangat Asam
Kandungan Air
Sangat banyak
Banyak
Sedikit
Sangat Sedikit
Kebersihan Kulit
Sangat Bersih
Bersih
Kotor
Sangat Kotor
Warna Kulit
Oranye
Oranye-Kuning
Kuning-Hijau
Hijau
Biji
Sangat banyak
Banyak
Sedikit
Tidak Ada
Aroma
Sangat harum
Harum
Sedikit Harum
Tidak Harum
Ketersediaan
Sangat Banyak
Banyak
Sedikit
Tidak Ada
Ukuran
Sangat besar
Besar
Kecil
Sangat kecil
Harga
Sangat Mahal
Mahal
Murah
Sangat Murah
Penilaian Terhadap Atribut Jeruk Mandarin
Petunjuk:
Menurut Anda, setelah melihat, membeli dan mencoba jeruk mandarin,
bagaimana penilaian Anda terhadap jeruk mandarin ?
Beri tanda ceklist (√) pada pilihan yang sesuai dengan jawaban anda.
Atribut
Tingkat Kepercayaan Terhadap Atribut
Rasa
Sangat Manis
Manis
Asam
Sangat Asam
Kandungan Air
Sangat banyak
Banyak
Sedikit
Sangat Sedikit
Kebersihan Kulit
Sangat Bersih
Bersih
Kotor
Sangat Kotor
Warna Kulit
Oranye
Oranye-Kuning
Kuning-Hijau
Hijau
Biji
Sangat banyak
Banyak
Sedikit
Tidak Ada
Aroma
Sangat harum
Harum
Sedikit Harum
Tidak Harum
Ketersediaan
Sangat Banyak
Banyak
Sedikit
Tidak Ada
Ukuran
Sangat Besar
Besar
Kecil
Sangat Kecil
Harga
Sangat Mahal
Mahal
Murah
Sangat Murah
56
SENSITIVITAS HARGA
Sensitivitas harga pada jeruk Medan
1. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
medan/kg tergolong TERLALU MURAH sehingga Anda meragukan
kualitasnya dan tidak ingin membeli?
Rp 35 000
Rp 37 000
Rp 39 000
Rp 41 000
Rp 43 000
Rp 45 000
Rp 47 000
Rp 49 000
Rp 51 000
Rp 53 000
Rp 55 000
2. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
medan/kg tergolong MURAH sehingga Anda menganggapnya berkualitas
baik dan bersedia untuk membeli?
Rp 35 000
Rp 37 000
Rp 39 000
Rp 41 000
Rp 43 000
Rp 45 000
Rp 47 000
Rp 49 000
Rp 51 000
Rp 53 000
Rp 55 000
3. Menurut Anda pada tingkat harga berapa bahwa Anda merasa bahwa jeruk
medan/kg tergolong MAHAL namun Anda masih bersedia untuk
membeli?
Rp 35 000
Rp 37 000
Rp 39 000
Rp 41 000
Rp 43 000
Rp 45 000
Rp 47 000
Rp 49 000
Rp 51 000
Rp 53 000
Rp 55 000
4. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
medan/kg tergolong TERLALU MAHAL sehingga Anda tidak bersedia
membelinya?
Rp 35 000
Rp 37 000
Rp 39 000
Rp 41 000
Rp 43 000
Rp 45 000
Rp 47 000
Rp 49 000
Rp 51 000
Rp 53 000
Rp 55 000
57
Sensitivitas Harga Jeruk Mandarin
1. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
mandarin/kg tergolong TERLALU MURAH sehingga Anda meragukan
kualitasnya dan tidak ingin membeli?
Rp 30 000
Rp 32 000
Rp 34 000
Rp 36 000
Rp 38 000
Rp 40 000
Rp 42 000
Rp 44 000
Rp 46 000
Rp 48 000
Rp 50 000
2. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
mandarin/kg tergolong MURAH sehingga Anda menganggapnya
berkualitas baik dan bersedia untuk membeli?
Rp 32 000
Rp 34 000
Rp 36 000
Rp 38 000
Rp 30 000
Rp 40 000
Rp 42 000
Rp 44 000
Rp 46 000
Rp 48 000
Rp 50 000
3. Menurut Anda pada tingkat harga berapa bahwa Anda merasa bahwa jeruk
mandarin/kg tergolong MAHAL namun Anda masih bersedia untuk
membeli?
Rp 30 000
Rp 32 000
Rp 34 000
Rp 36 000
Rp 38 000
Rp 40 000
Rp 42 000
Rp 44 000
Rp 46 000
Rp 48 000
Rp 50 000
4. Menurut Anda pada tingkat harga berapa Anda merasa bahwa jeruk
mandarin/kg tergolong TERLALU MAHAL sehingga Anda tidak bersedia
membelinya?
Rp 30 000
Rp 32 000
Rp 34 000
Rp 36 000
Rp 38 000
Rp 40 000
Rp 42 000
Rp 44 000
Rp 46 000
Rp 48 000
Rp 50 000
58
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 15 Maret 1991 dari pasangan
Bapak Rudyanto dan Ibu Erny Dalmeida yang merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara. Pada tahun 1996 penulis memulai pandidikan di TK Bhakti Ibu dan
melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Cawang pada tahun 1997 sampai dengan
2003, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 150 pada tahun 2003-2006
kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 54 Jakarta
pada tahun 2006-2009.
Pada tahun 2009 penulis melanjutkan pendidikan di Progran Diploma
Institut Pertanian Bogor melalui jalur PMDK dan diterima sebagai mahasiswa
Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan. Pada tahun 2012 penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) program Alih Jenis
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Pada tahun 2014,
penulis mengikuti pelatihan bahasa Korea di Unit Pelatihan Bahasa IPB.
Download