Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi

advertisement
2
22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY
pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian
anemia di Kota Yogyakarta meningkat menjadi 25,38% (Dinas Kesehatan
Provinsi DIY, 2012). Tahun 2012, kejadian anemia di Kota Yogyakarta menurun
menjadi 24,33% (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2013).
Pemeriksaan kadar Hb dalam darah untuk mengetahui apakah ibu hamil
mengalami anemia atau tidak, biasanya dilakukan pada saat kunjungan ibu
pertama kali untuk mendapat pelayanan kesehatan (K1). Cakupan K1 di Provinsi
DIY hampir 100% yaitu sebesar 99,98% (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2012). Tahun 2012 cakupan K1 di Kota Yogyakarta telah mencapai
angka 100% (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2013). Cakupan K4 dapat
digunakan sebagai gambaran cakupan pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan serta menggambarkan kelangsungan program KIA. Ibu hamil pada
kunjungan K4 jika menunjukan gejala anemia, akan dilakukan pemeriksaan kadar
Hb dan pada kunjungan ini ibu hamil mendapatkan tablet Fe3 (Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak, 2011). Cakupan K4 di Provinsi DIY angkanya lebih
rendah dibandingkan cakupan K1 pada tahun yang sama akan tetapi nilainya tidak
berbeda jauh yaitu sebesar 95,72% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2012). Cakupan K4 Kota Yogyakarta tahun 2011 sudah tinggi yaitu sebanyak
90,88% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2012). Tahun 2012, cakupan K4
meningkat menjadi 92,78% (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2013).
World Health Organization (WHO) dalam upaya untuk menanggulangi
masalah anemia terutama anemia defisiensi besi menganjurkan sebuah program
standar yaitu “iron pill program”. Program ini merupakan upaya untuk
meningkatkan kadar besi dalam tubuh ibu hamil dengan cara memberikan tablet
besi yang mengandung 66 mg sulfasferosus yang dikombinasikan dengan asam
folat. Pemberian tablet ini bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb dalam tubuh
ibu hamil dan mengurangi risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR)
(Stoltzfus and Dreyfuss, 2003). Indonesia mengadopsi program WHO tersebut
sebagai upaya untuk mencegah kejadian anemia defisiensi besi pada wanita hamil.
Pemberian tablet besi (Fe) kepada ibu hamil dilakukan oleh bidan atau petugas
3
kesehatan pada saat kunjungan antenatal care (ANC). Cakupan pelaksanaan
program tersebut secara nasional pada tahun 2011 mencapai angka 83,3%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Cakupan pemberian Fe3
pada tahun 2011 provinsi DIY sebesar 86,7% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY,
2012). Kota Yogyakarta pada tahun yang sama cakupan Fe1 sebesar 79,68% dan
Fe3 73,89%. Tahun 2012, cakupan Fe1 dan Fe3 menurun yaitu menjadi 79,17%
dan 73,07% (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, 2013).
Zat besi dan protein merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin serta plasenta sehingga terjadi peningkatan
kebutuhan zat besi selama kehamilan. Peningkatan kebutuhan yang tidak
diimbangi dengan peningkatan cadangan zat besi dalam tubuh akan berpengaruh
pada kesehatan janin terutama dalam hal pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan janin selama masa kehamilan berpengaruh terhadap berat lahir bayi
(Arisman, 2009). Anemia pada ibu hamil mempengaruhi fungsi plasenta dan
menyebabkan gangguan penyaluran zat gizi makanan dan oksigen dari ibu ke
janin. Penurunan fungsi plasenta mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin
yang meningkatkan risiko bayi berat lahir rendah (BBLR) (Karasahin et al.,
2006). Tahun 2010, di Indonesia kejadian BBLR sebesar 8,8 persen (Bappenas,
2012). Kejadian BBLR di DIY pada tahun yang sama dibawah angka nasional
yaitu sebesar 3,36% (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2011). BBLR di Kota
Yogyakarta pada tahun 2012 sebanyak 3,8% (Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta,
2013).
Cakupan pemberian Fe dan cakupan pelayanan antenatal yang sudah cukup
tinggi ini ternyata tidak diikuti dengan menurunnya prevalensi kejadian anemia
pada ibu hamil. Nutrisi yang baik merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan
untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan, karenanya pemberian
makanan tambahan yang mengandung zat besi dan protein tinggi diharapkan
mampu meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh sehingga anemia tidak terjadi
selama kehamilan (Proverawati, 2011). Pemberian makanan tambahan (PMT)
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan gizi ibu selama masa kehamilan terutama
kecukupan protein dan mineral. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari sumber
4
nabati maupun hewani. Makanan tambahan yang baik sebaiknya merupakan
olahan bahan pangan lokal agar mudah diperoleh oleh ibu hamil (Direktorat Bina
Gizi Masyarakat, 2010a). Waktu yang tepat dalam pelaksanaan pemberian
makanan tambahan sebagai program suplementasi gizi pada ibu hamil yaitu
trimester II dan III. Makanan tambahan dapat menurunkan kejadian BBLR jika
diberikan pada trimester II dan III karena pertumbuhan janin pada usia kehamilan
tersebut berjalan cepat (Soetjiningsih, 1995).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang dapat diambil
yaitu apakah pemberian makanan tambahan pada ibu hamil trimester III
mempengaruhi berat lahir bayi.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Mengkaji pengaruh pemberian makanan tambahan pada ibu hamil trimester
tiga terhadap berat lahir bayi.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mengidentifikasi karakteristik ibu hamil trimester ketiga di beberapa
puskesmas di Kota Yogyakarta.
b.
Mengukur berat lahir bayi dari ibu pada kelompok perlakuan (mendapat
PMT) dan kelompok kontrol (tidak mendapat PMT).
c.
Membandingkan rata-rata berat lahir bayi antara kelompok perlakuan
(mendapat PMT) dan kelompok kontrol (tidak mendapat PMT).
D. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi keilmuan bagi
masyarakat secara umum tentang anemia, pemberian makanan tambahan dan
berat lahir bayi
5
2.
Manfaat Praktis
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan acuan
pengambilan keputusan dalam kebijakan penanganan anemia pada ibu hamil
dan BBLR oleh pemerintah dan pihak terkait.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian terkait
dengan
anemia,
berat
lahir bayi, faktor yang
mempengaruhi berat lahir bayi serta pemberian makanan tambahan telah banyak
dilakukan sebelumnya. Penelitian-penelitian berikut merupakan beberapa contoh
penelitian yang mempunyai topik umum yang sama dengan penelitian ini, akan
tetapi ada beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitianpenelitian sebelumnya. Beberapa contoh penelitian tersebut terangkum dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Keaslian Penelitian
Judul
Peneliti
Penelitian
Pengaruh
(Taslim et
Pemberian
al., 2006)
Makanan
Tambahan dan
Tablet Besi
Terhadap Kadar
Hemoglobin Ibu
Hamil yang
Menderita
Kurang Energi
Kronik di
Kabupaten
Takalar,
Sulawesi
Selatan
Hasil
Persamaan
Perbedaan
a.Topik penelitian a. Subyek
Hasil penelitian
tentang
penelitian
menunjukan bahwa
adalah ibu hamil
pemberian makanan pemberian
yang menderita
tambahan dan tablet
makanan
Kurang Energi
Fe pada ibu hamil
tambahan
dan
tablet besi dan
Kronik (KEK)
KEK meningkatkan
hubungannya
sebagai
kadar Hb akan
tetapi besar
terhadap
kelompok
perlakuan dan
peningkatan yang
peningkatan
ibu hamil
diperoleh tidak
kadar Hb pada
dengan status
sebesar yang terlihat ibu hamil.
gizi normal
pada ibu hamil
b.Metode
dengan status gizi
penelitian adalah
sebagai
normal yang hanya
Quasikelompok
diberi tablet Fe.
expermental
kontrol
design
b. Lokasi
penelitian di
Takalar,
Sulawesi
Selatan
6
Lanjutan tabel 1.
Judul
Penelitian
Impact of
micronutrient
supplementation
during
pregnancy on
birth weight,
duration of
gestation, and
perinatal
mortality in
rural western
China: double
blind cluster
randomised
controlled trial
Peneliti
Hasil
Persamaan
Perbedaan
(Zeng et
al., 2008)
Hasil penelitian
inin menunjukan
bahwa ada
pengaruh antara
pemberian
beberapa
mikronutrien
terhadap kenaikan
berat lahir bayi
akan tetapi
kenaikan ini tidak
menyebabkan
penurunan yang
signifikan terhadap
kejadian kematian
neonatal dini.
Wanita hamil di
negara-negara
berkembang
membutuhkan
suplemen nutrisi
untuk
memaksimalkan
peningkatan berat
lahir bayi dan
penurunan
kematian neonatal.
a. Penelitian ni
membandingkan
dua kelompok
intervensi
b. Ada ntervensi
yang dilakukan
pada subjek
penelitian
c. Salah satu
outcome adalah
berat lahir bayi
a. Metode
penelitiannya adalah
Cluster randomised
double blind
controlled trial.
b. Intervensi yang
dilakukan adalah
pemberian suplement
micrronutrien
c. Outcome yang
diukur tidak hanya
berat lahir bayi tetapi
juga panjang, dan
lingkar kepala serta
kelangsungan hidup
neonatal yang dinilai
pada enam minggu
kunjungan followup.
Maternal
Anemia in
Various
Trimesters and
its Effect on
Newborn
Weight and
Maturity: An
Observational
Study
(Kumar et
al., 2013)
Hasil penelitian
a.Dilakukan
menunjukan bahwa
pengukuran
berat lahir bayi
hemoglobin pada
pada ibu dengan
awal penelitian
anemia selama
b.Topik penelitian
kehamilan terutama tentang hubungan
pada trimester
anemia ibu hamil
ketiga lebih rendah
trimester 3
dibandingkan ibu
dengan berat lahir
yang tidak
bayi
mengalami anemia.
a.Lokasi penelitian di
India
b. Metode penelitian
observational study
c. Tidak melakukan
PMT
Iron Deficiency
Anemia:
Pregnancy
Outcome With
or Without Iron
Supplementation
(Banhidy et
al., 2011)
Hasil penelitian ini
menunjukan
bahwa komplikasi
kehamilan dapat
dicegah dengan
pemberian tablet
Fe.
a. Lokasi penelitian di
Hungaria
b. Menggunakan data
sekunder yang
berasal dari HCAR
tahun 1980-1996
c. Metode penelitian
adalah Case-Control
SurveiLILAnce
System.
Topik penelitian
tentang anemia
defisiensi besi
untuk melihat
efek pemberian
tablet Fe terhadap
outcome
kehamilan
7
Judul
penelitian
Risk factors for
low birth
weight: a review
Maternal
Anemia in
Benin:
Prevalence, Risk
Factors, and
Association with
Low Birth
Weight
Peneliti
Hasil
Persamaan
Perbedaan
(Bernabe et
al., 2004)
Hasil penelitian
menyimpulkan
bahwa kejadian
BBLR umumnya
berhubungan
dengan situasi di
mana ibu
kekurangan gizi
akibat adanya
perubahan dalam
sirkulasi plasenta.
Ada banyak faktor
risiko penyebab
BBLR yang
diketahui akan
tetapi yang paling
berpengaruh adalah
sosio-ekonomi,
risiko medis
sebelum atau
selama kehamilan
dan gaya hidup ibu.
Topik penelitian
ini yaitu
mengidentifikatsi
Fakor-faktor
risiko yang
berpengaruh
terhadap kejadian
bayi berat lahir
rendah
a. Merupakan review
dari beberapa
penelitian
b.Peneliyian ini Tidak
melakukan pmt
(BodeauLivinec et
al., 2011)
Hasil penelitian
menunjukan bahwa
ibu hamil dengan
anemia khusunya
anemia berat (Hb
<80 g / L) lebih
berisiko untuk
melahirkan bayi
dengan BBLR
dibandingkan ibu
hamil yang tidak
mengalami anemia
(Hb ≥ 110 g / L)
selama trimester
ketiga
Topik penelitian a. Lokasi
yaitu tentang
penelitian di
anemia selama
Benin
kehamilan dan
b. Menggunakan
kaitannya dengan
data sekunder
bayi berat lahir
dari randomized
rendah (BBLR)
controlled trial
yaitu bayi dengan
yang dilakukan
berat lahir <2.500
di tiga klinik
g.
bersalin
c. Tidak
melakukan PMT
Download