1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pilihan utang dan modal sebagai sumber pendanaan merupakan keputusan penting yang mempengaruhi nilai perusahaan. Modigliani dan Miller (1963) mengeluarkan proposisi, perusahaan yang menggunakan utang memiliki nilai perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berutang. Penggunaan utang akan meningkatkan nilai perusahaan, namun dengan mempertimbangkan kemungkinan financial distress, perusahaan akan membatasi jumlah utangnya. Struktur modal yang optimal akan mempertimbangkan kerugian karena potensi financial distress. Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang, saham preferen dan saham biasa, sehingga kebijakan struktur modal mempunyai peran yang cukup penting bagi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menunjukkan fenomena yang cukup menarik, yaitu adanya tingkat utang yang tinggi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan 2 hutang, maka beban tetap yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Hal ini juga berarti akan meningkatkan resiko finansial, yaitu resiko saat perusahaan tidak dapat membayar beban bunga atau angsuranangsuran hutangnya. Struktur modal yang optimal yaitu struktur modal yang dapat meminimumkan biaya modal rata-rata dan memaksimumkan biaya nilai perusahaan (Riyanto; 1990 ; 226). Perbedaan harga saham hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan yaitu investor dapat merespon secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. Perbedaan harga saham antara perusahaan yang bertumbuh dan tidak bertumbuh sesuai dengan salah satu dasar pembentukan harga saham yang yakin bahwa harga saham terjadi karena aliran laba atau kas masa depan yang dinilai sekarang (Foster, 1996). Perusahaan yang tidak bertumbuh mempunyai kebijakan pendanaan yang bertolak belakang dengan perusahaan yang bertumbuh, sehingga hal ini menjadi informasi yang bersifat negatif bagi investor. Indikasi adanya perusahaan yang bertumbuh merupakan informasi yang dapat digunakan investor untuk memperoleh abnormal return. Menurut Gaver dan Gaver (1993) opsi investasi masa depan tidak sematamata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Perusahaan yang berkualitas tinggi dapat mengurangi cost asimetri informasional dengan memilih pembiayaan eksternal hanya jika pembiayaan tidak 3 bisa diperoleh secara internal. Jika diperlukan pembiayaan eksternal, perusahaan akan memilih utang sebelum mempertimbangkan ekuitas eksternal. Asimetri informasional memberikan justifikasi pendekatan hirarki pendanaan. Pilihan struktur kapital tergantung pada kesempatan-kesempatan investasi dan profitabilitasnya. Hasil yang diperoleh dengan pertimbangan-pertimbangan di atas adalah komposisi utang dan ekuitas pada struktur modal pembiayaan perusahaan Tingginya tingkat utang pada perusahaan-perusahaan di Indonesia merupakan suatu fenomena keuangan yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian. Penelitian-penelitian terdahulu umumnya dilakukan pada negaranegara maju sedangkan penelitian pada negara-negara berkembang masih jarang dilakukan (Pandey, 2003). Selama krisis ekonomi sekitar tahun 1998, perusahaan-perusahaan yang mempunyai tingkat utang yang tinggi mengalami kesulitan likuiditas dibandingkan dengan perusahaan yang hanya mempunyai tingkat utang yang rendah. Selama masa itu, perusahaan yang mempunyai komposisi utang yang besar banyak yang mengalami kepailitan. Demikian pula yang terjadi di tahun 2008 ketika krisis ekonomi global terjadi, walaupun dampaknya tidak seburuk yang terjadi di tahun 1998. Berangkat dari kenyataan ini menunjukkan bahwa kebijakan utang memainkan peran yang cukup penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Banyak faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang secara umum terdiri dari faktor stabilitas penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, leverage operasi, sikap pemberi pinjaman dan 4 perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2011:39). Keputusan pendanaan perusahaan akan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya selain juga akan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Jika perusahaan meningkatkan porsi utangnya, maka perusahaan ini dengan sendirinya akan meningkatkan resiko keuangan dan konsekuensinya.. Pertumbuhan perusahaan (growth) menunjukkan adanya investment opportunity set (IOS) atau kesempatan investasi di masa yang akan datang (Jogyanto, 2002). Peningkatan pertumbuhan suatu perusahaan akan mencerminkan adanya peningkatan peluang investasi yang cenderung untuk melakukan utang. Penambahan utang untuk keperluan investasi akan meningkatkan aktivitas perusahaan. Karena adanya penambahan aktiva tetap yang didanai dari utang maka diharapkan akan meningkatkan penjualan yang tercermin dengan adanya pertumbuhan perusahaan. Penelitian yang dilakukan Rajan dan Zingales (1995); Homaifar et al. (1994) menemukan hubungan negatif antara leverage dengan kesempatan pertumbuhan. Sedangkan penelitian yang dilakukan Booth, Aivazian, Kunt dan Maksimovic (2001) dalam Young Rok Choi (2003), dan Saidi (2004) menemukan hubungan yang positif pada negara-negara berkembang. Asosiasi antara IOS dan kinerja manajemen tercermin pada pertumbuhan nilai perusahaan yang dikelola manajemen (Subekti dan Kusuma, 2001). Realisasi pertumbuhan ini ditunjukkan melalui pertumbuhan nilai buku aktiva, penjualan, laba, dan nilai buku perusahaan (Kallapur dan Trombley, 1999 5 dalam Utami, 2007). Nilai IOS suatu perusahaan juga mempengaruhi keputusan kebijakan perusahaan. Berbagai penelitian tentang IOS telah berhasil membuktikan bahwa IOS merupakan proksi realisasi pertumbuhan perusahaan dan berhubungan dengan berbagai variabel kebijakanan perusahaan, yaitu antara lain kebijakan pendanaan atau struktur utang, kebijakan dividen, kebijakan leasing, dan kebijakan kompensasi. Karakteristik perusahaan yang mengalami pertumbuhan dapat diukur antara lain dengan peningkatan penjualan, pembuatan produk baru atau diversifikasi produk, perluasan pasar, ekspansi atau peningkatan kapasitas, penambahan aset,mengakuisisi perusahaan lain, investasi jangka panjang, dan lain-lain. Gaver & Gaver (1993) menyatakan bahwa pilihan pertumbuhan memiliki pengertian yang fleksibel dan tidak hanya berupa projek baru. Perusahaan yang bertumbuh tidak selalu merupakan perusahaan kecil atau aktif melakukan penelitian & pengembangan. Gaver & Gaver (1993) juga menyatakan bahwa pilihan investasi dimasa depan tidak hanya pada projek-projek yang didanai dari kegiatan riset dan pengembangan, namun juga dengan kemampuan mengeksploitasi kesempatan memperoleh keuntungan. Perusahaan yang mengalami pertumbuhan penjualan diharapkan akan diikuti oleh peningkatan laba (profitability) sehingga laba yang ditahan (retained earning) juga akan meningkat. Dari laba yang ditahan (retained earning) apabila tidak digunakan untuk membayarkan dividen maka perusahaan cenderung untuk menggunakan laba yang ditahan tersebut sebagai penambah dana investasi dan 6 tidak perlu menambah utang. Oleh karena itu terjadinya peningkatan laba (profitability) berhubungan negatif dengan penambahan utang, hal ini sesuai dengan penelitian Titman dan Wessel (1988), Rajan dan Zingales (1995), Agustinus Setiawan (2006). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mutaminah (2003), dan Saidi (2004) menemukan bahwa profitabilitas memiliki hubungan yang positif dengan leverage. Selain itu dalam penelitian ini untuk menguji ketidakkonsistenan faktorfaktor yang mempengaruhi leverage yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu: Investment Opportunity Set, dan Profitability, peneliti juga menambahkan variabel utang masa lalu (past debt) yang dapat mempengaruhi leverage. Dalam banyak kasus di Indonesia perusahaan yang mampu dan berpengalaman dalam mendapatkan utang dalam jumlah besar di masa lalu adalah perusahaan yang dipercaya oleh lembaga keuangan (bank) untuk mendapatkan utang baru. Sehingga pengalaman utang masa lalu (past debt) berpengaruh positif dengan tingkat utang sekarang. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan Jasa Transportasi yang terdaftar di BEI dengan alasan bahwa perusahaan yang telah go public adalah perusahaan besar yang bisa mewakili perusahaan-perusahaan di Indonesia serta kemudahan untuk memperoleh data. Dan mengapa harus perusahaan transportasi, karena dilihat dari segi ekonomi, keperluan akan jasa transportasi telah mengikuti perkembangan jasa semua faktor ekonomi. Transportasi dikatakan sebagai derived demand dalam kegiatan perekonomian. Dan alasan lainnya adalah karena industri terbesar didunia adalah pada bidang 7 jasa. Perusahaan transportasi ini merupakan kelompok perusahaan yang cukup besar dan berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan jasa transportasi memiliki iklim persaingan yang sangat ketat, karena transportasi merupakan salah satu kebutuhan yang penting untuk mobilisasi dalam menjalankan kegiatan perekonomian Di samping itu, perusahaan transportasi juga membutuhkan modal yang sangat besar dan kuat untuk mendukung finansial perusahaan, agar dapat bersaing dalam memberikan fasilitas jasa yang terbaik. Melihat kondisi yang demikian,banyak perusahaan yang ingin masuk ke sektor tersebut sehingga persaingannya sangat tajam. Untuk itu perusahaan harus memperkuat faktor internal agar dapat tetap berkembang dan bertahan dalam persaingan. Salah satu usaha untuk memperkuat faktor internalnya adalah dengan mengelola struktur modal yang baik. Dengan adanya latar belakang tersebut diatas, maka penulis ingin meneliti penelitian yang berjudul “ PENGARUH FAKTOR INVESTMENT OPPORTUNITY SET, PROFITABILITY DAN PAST DEBT TERHADAP LEVERAGE PADA PERUSAHAAN TRANSPORTASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009 – 2012 ’’. B. Rumusan Masalah Penelitian Pengalaman empiris yang terjadi di Indonesia membuktikan bahwa utang memainkan peran yang cukup penting bagi kelangsungan hidup perusahaan.. Serta terdapatnya beberapa faktor yang terdiri dari: Profitability, Investment Opportunity Set dan Past Debt yang saling kontradiktif yang berpengaruh terhadap leverage dan adanya fenomena keuangan di atas juga memberikan suatu 8 dorongan untuk dilakukan penelitian tentang kebijakan utang pada perusahaanperusahaan di Indonesia. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah Investment Opportunity Set (IOS), Profitability, dan Past Debt secara bersama-sama berpengaruh terhadap Leverage. 2. Apakah Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap Leverage. 3. Apakah Profitability perusahaan berpengaruh terhadap Leverage. 4. Apakah Past Debt berpengaruh terhadap Leverage C. Tujuan Penelitian 1. Untuk membuktikan secara empiris Investment Opportunity Set (IOS), Profitability, dan Past Debt secara bersama-sama berpengaruh terhadap Leverage. 2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Leverage. 3. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Profitability terhadap Leverage. 4. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh Past Debt terhadap Leverage.