analisis penerapan organisasi pembelajar di pt telekomunikasi

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR
DI PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (TELKOM) TBK
JAKARTA BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN
DIVISI HUMAN RESOURCE
SKRIPSI
ANUGRAH PANGARIBUAN
0806317823
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA
DEPOK
JULI 2012
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PENERAPAN ORGANISASI PEMBELAJAR
DI PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA (TELKOM) TBK JAKARTA
BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN DIVISI HUMAN RESOURCE
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
ANUGRAH PANGARIBUAN
0806317823
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NIAGA
DEPOK
JULI 2012
i
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena hanya
dengan pimpinan-Nya, maka skripsi mengenai “Analisis Penerapan Organisasi
Pembelajar
Di
PT
Telekomunikasi
Indonesia
(Telkom)
Tbk
Jakarta
Berdasarkan Persepsi Karyawan Divisi Human Resource” ini dapat diselesaikan
oleh penulis tepat pada waktunya.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Administrasi Program Studi Ilmu Administrasi
Niaga pada Program Sarjana Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa pihak-pihak yang membantu skripsi ini tidak
mungkin dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih yang mendalam terhadap pihak-pihak tersebut, yaitu:
1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
2. Dr. Roy Valiant Salomo, M.Soc.Sc., selaku Ketua Departemen Ilmu
Administrasi FISIP UI.
3. Prof. Dr. Irfan Ridwan Maksum, M.Si. selaku Ketua Program Sarjana Reguler
Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
4. Umanto Eko Prasetyo, S.Sos., M.Si. selaku Sekertaris Program Sarjana
Reguler Departemen Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia.
5. Ixora Lundia, S. Sos. MS selaku Ketua Program Studi Administrasi Niaga.
6. Prof. Dr. Ferdinand Dehoutman Saragih M.A. selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan arahan mata kuliah dari awal semester.
7. Dra. Fibria Indriati Msi. selaku pembimbing skripsi yang telah mengarahkan
dan memberikan bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini.
iv
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
8. Drs. Pantius Drahen Soeling M.Si., Dra. Eva Andayani, M.Si., Dra. Tutie
Hermiati, M.A., Drs. Heri Faturahman, MSi., Drs. Kusnar Budi Handaka,
M.Buss., Nurul Safitri, S.Sos., M.A., dan semua dosen yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada saya semasa perkuliahan.
9. Orang tua, Kakak, Abang, dan seluruh keluarga tercinta dari Penulis yang
selalu memberikan dukungan doa, moral maupun material serta yang selalu
memberikan semangat untuk penyelesaian skripsi ini.
10. Pak Sumanto sebagai karyawan Divisi Human Resource PT Telekomunikasi
Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta yang telah membantu penulis selama
pengambilan data untuk pembuatan skripsi ini.
11. Pihak PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, Jakarta, khususnya divisi
Human Resource.
12. Oksendi Sihombing sebagai orang terkasih yang selalu memberikan dukungan
doa dan semangat kepada penulis.
13. Semua teman-teman kost-an Pak Hj. Abdul Somadh yang selalu membuat
suasana hangat yang membuat penulis tidak merasa kesepian selama kuliah.
14. Semua teman-teman Niaga 2008 atas segala kebersamaan dan bantuan selama
perkuliahan di Fisip UI.
15. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang memberi
dukungan secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan
Organisasi Pembelajar Di PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta
Berdasarkan Persepsi Karyawan Divisi Human Resource” dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.
Depok, Juli 2012
Anugrah Pangaribuan
v
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
ABSTRAK
Nama
Program Studi
Judul
: Anugrah Pangaribuan
: Ilmu Administrasi Niaga
: Analisis Penerapan Organisasi Pembelajar Di PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta Berdasarkan
Persepsi Karyawan Divisi Human Resource
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penerapan organisasi pembelajar di PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakrta berdasarkan persepsi karyawan divisi
Human Resource. Penelitian ini mengacu pada teori dari Peter Senge (1990).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei
dengan menyebarkan kuesioner yang menggunakan teknik Total Sampling terhadap
karyawan divisi Human Resource yang berjumlah 32 responden. Setelah
pengumpulan data, kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan SPSS
versi 17 dan hasil analisis didistribusikan ke dalam tabel. Hasil pada penelitian ini
didapatkan bahwa penerapan organisasi pembelajar di PT Telekomunikasi Indonesia
(Telkom) Tbk Jakrta berdasarkan persepsi karyawan divisi Human Resource sudah
diterapkan dengan sangat baik.
Kata kunci: organisasi pembelajar, karyawan, persepsi
vii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
ABSTRACT
Name
Study Program
Title
: Anugrah Pangaribuan
: Business Administration
: Analysis of Application Learning Organization in PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom)Tbk Jakarta Based on
the Perception Employees in Division of Human Resource.
This study aims to describe an application learning organization in PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakrta based on the perception of
employees in Division of Human Resource . This study refers to the theory of Peter
Senge (1990). This study used the quantitative approach with a survey method that
used a total sampling from the Human Resource division which in total 32
respondents. Data collected is analyzed using SPSS version 17 and analytical results
are distributed to the table. The result obtained in this study showed that the
application learning organization in PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk
Jakrta based on the perception of employees in Division of Human Resource is very
good.
Key words: learning organization, employees, perception
viii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................
ABSTRAK ............................................................................................................
DAFTAR ISI .........................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
DAFTAR TABEL .................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... ..............
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................
1.2 Pokok Permasalahan................................................................ ........
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................
1.4 Signifikansi Penelitian .....................................................................
1.5 Sistematika Penulisan ......................................................................
BAB 2 LANDASAN TEORI ..............................................................................
2.1 Tinjauan Pustaka ..............................................................................
2.2 Konstruksi Model Teoritis ...............................................................
2.3 Operasionalisasi Konsep ..................................................................
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................
3.2 Jenis Penelitian ................................................................................
3.3 Lokasi Penelitian..............................................................................
3.4 Populasi dan sampel.........................................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................
3.6 Teknik Ananlisis Data......................................................................
3.7 Batasan Penelitian ............................................................................
BAB 4 GAMBARAN UMUM ...........................................................................
4.1 Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ....................................
4.2 Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ..........................
4.3 Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk .................
4.4 Produk dan Layanan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk ...............
4.5 Organisasi dan Manajemen HRD dan GA Telkom, Tbk .................
BAB 5 PEMBAHASAN......................................................................... ............
5.1 Pembahasan Data Responden ...........................................................
5.2 Pembahasan Variabel Organisasi Pembelajar ...................................
5.3 Perhitungan Skor Atas Indikator .......................................................
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
6.1 Kesimpulan .......................................................................................
6.2 Saran........................................................................ .........................
DAFTAR REFERENSI ........................................................................................
LAMPIRAN
i
ii
iii
iv
vi
vii
ix
x
xi
xii
1
1
9
10
10
11
13
13
18
31
34
34
34
35
36
36
37
40
41
41
44
46
47
52
59
59
63
90
101
101
101
102
ix
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi .....................................
Gambar 4.1 Logo lama PT Pelekomunikasi Indonesia, Tbk ................................
Gambar 4.2 Logo baru PT Pelekomunikasi Indonesia, Tbk .................................
Gambar 4.3 Stuktur Organisasi PT Pelekomunikasi Indonesia, Tbk............. .......
Gambar 4.4 Stuktur Organisasi Human Resource Center PT Telkom, Tbk .........
Gambar 5.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................
Gambar 5.1 Data Responden Berdasarkan Usia ...................................................
Gambar 5.1 Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja ....................................
Gambar 5.1 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ..........................
30
44
44
47
54
59
60
61
63
x
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kategori Jawaban Skala Likert .............................................................
Tabel 5.1 Menghasilkan hasil kerja yang berharga
bagi organisasi.......................................................................................
Tabel 5.2 Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan........................ ....
Tabel 5.3 Berusaha mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan ......
Tabel 5.4 Menyadari bahwa tindakan yang dilakukan berdampak
terhadap keadaan sekitar .......................................................................
Tabel 5.5 Mampu mengerjakan segala tugas yang diberikan ...............................
Tabel 5.6 Mampu mencapai target kerja ...............................................................
Tabel 5.7 Mendiskusikan dan menyebarkan visi dan misi organisasi perusahaan
Tabel 5.8 Keterbukaan dan dorongan dalam mengemukakan ide-ide baru ..........
Tabel 5.9 Menyadari visi organisasi merupakan rumusan yang harus dicapai .....
Tabel 5.10 Visi organisasi mudah dimengerti dan dipahami ................................
Tabel 5.11 Visi organisasi merupakan pedoman dalam menjalankan tugas
dan pekerjaan sehari-hari ....................................................................
Tabel 5.12 Kebebasan dalam menjalankan pekerjaan ..........................................
Tabel 5.13 Ketersediaan untuk berbagi dan menerima pengalaman
serta informasi .....................................................................................
Tabel 5.14 Bersedia menerima kritik dan saran ....................................................
Tabel 5.15 Selalu menghargai pendapat orang lain ketika
sedang mengembangkan ide/ gagasan ................................................
Tabel 5.16 Keberhasilan satu unti kerja mempengaruhi unit kerja lain ................
Tabel 5.17 Menggunakan reaksi orang lain untuk memperbaiki tindakan sendiri
Tabel 5.18 Berkoordinasi dalam menjalankan operasionalisasi kerja ..................
Tabel 5.19 Satu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja lain ...
Tabel 5.20 Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan ...............
Tabel 5.21 Keinginan untuk mengembangkan gagasan/ ide secara bersama .......
Tabel 5.22 Adanya kesetaraan dalam penyebaran informasi ................................
Tabel 5.23 Ada cara pandang baru terhadap pemecahan masalah dalam
dialog kelompok ..................................................................................
Tabel 5.24 Sering muncul gagasan atatu ide dalam kelompok .............................
Tabel 5.25 Menyatakan selalu diberikan kesempatan oleh pimpinan
dalam menjalankan suatu gagasan/ ide ...............................................
Tabel 5.26 Tidak malu bertanya atas hal yang tidak diketahui .............................
Tabel 5.27 Pembagian Kategori ............................................................................
Tabel 5.28 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Personal Mastery ........................
Tabel 5.29 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Shared Vision ..............................
Tabel 5.30 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Mental Model ..............................
Tabel 5.31 Skor dan Skala Penilaian Dimensi System Thinking...........................
Tabel 5.32 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Team Learning ............................
Tabel 5.33 Rekapitulasi Skala Penilaian Tiap Dimensi ........................................
38
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
91
92
93
95
96
98
99
xi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuesioner
LAMPIRAN 2 Hasil SPSS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xii
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pengetahuan sangatlah penting di dalam sebuah organisasi. Pengetahuan
bisa jadi lebih penting dibandingkan dengan keuangan, posisi pasar, teknologi dan
asset perusahaan lainnya. Pengetahuan adalah sumber daya yang sangat penting
yang digunakan untuk kinerja organisasi. Tradisi organisasi, kultur, teknologi,
operasi, system, dan prosedur semua itu adalah bagi pengetahuan dan keahlian.
Pegawai membutuhkan pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan mereka
untuk memperbaiki hasil kerja dan pelayanan mereka, dengan menyediakan
kualitas pelayanan untuk klien atau konsumen. Pengetahuan adalah kebutuhan
untuk mengupdate hasil kerja dan pelayanan sama pentingnya dengan merubah
system dan stuktur dan solusi komunikasi untuk suatu masalah. Pengetahuan
merupakan nutrisi yang sangat penting yang dibutuhkan organisasi untuk
berkembang. Di dalam organisasi, karyawan mungkin bisa datang dan pergi
begitu saja, tetapi pengetahuan tidak seperti itu, pengetahuan tidak dapat hilang
ataupun mati dari sebuah organisasi. Organisasi dapat menerima pengetahuan dari
dua sumber, yakni internal dan eksternal.
Pengetahuan dari Eksternal diperoleh perusahaan dari lingkungan luar
dalam jumlah besar dengan metode antara lain benchmarking dari organisasi lain,
melakukan konfrensi, menyewa konsultan, membaca hal-hal yang penting, seperti
majalah, koran, dan lain-lain, memonitor tren ekonomi, sosial, politik, mengambil
data dari konsumen, competitor dan sumber, menyewa staf-staf baru, kolaborasi
dengan organisasi lain, dan membangun aliansi. Selain pengetahuan yang berasal
dari eksternal, perusahaan juga mendapatkan pengetahuan dari internal.
Pengetahuan dari Internal diperoleh perusahaan dari pengetahuan yang dimiliki
beberapa stafnya, belajar dari pengalaman, dan mengimplementasikan secara terus
menerus proses perubahan.
Organisasi pembelajaran sudah dikenal sejak tahun 1990-an, yang mana
organisasi pembelajaran memiliki peranan dalam membekali perusahaan dengan
1
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
2
pengetahuan dalam rangka menghadapi persaingan dan perubahan lingkungan
yang sangat cepat. Sejak diperkenalkan pada tahun 1990-an, organsasi
pembelajaran berperan
untuk
membekali
organisasi
perusahaan
dengan
pengetahuan dalam rangka memenangkan persaingan. Organisasi pemberlajaran
sangat diperlukan perusahaan terutama dalam menghadapi perubahan lingkungan
yang sangat cepat. Menurut Haworth (2005), organisasi yang ingin mencapai
kesuksesan harus menerapkan organisasi pembelajaran diperusahaannya.
Dalam menghadapi perubahan yang cepat, turbulensi, dan ketidakpastian,
perusahaan dituntut untuk selalu siap menghadapi segala permasalahan yang akan
menerpa dirinya. Kesiapan tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan
karyawan, kemampuan beradaptasi, dan fleksibel terhadap perubahan. Sifat
perusahaan yang demikian akan terwujud jika perusahaan memiliki kemampuan
dan
kemauan
untuk
selalu
berubah
dan
mengembangkan
kapabilitas
pengetahuannya pada berbagai bidang. Kapabilitas ini memungkinkan organisasi
untuk menganalisis dirinya sendiri, prosesnya, struktur, dan lingkungan, dan
memungkinkan perusahaan di
dalam mengidentifikasi dan memberikan
tanggapan-tanggapan yang memadai.
Organisasi yang selalu mengedepankan pengetahuan dan selalu belajar
merupakan organisasi pembelajaran. Pedler dan Dixon di dalam Beardwell dan
Holden (2001) mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai organisasi yang
memfasilitasikan pembelajaran bagi anggotanya dan mentransformasikan secara
sadar dalam konteks organisasi. Maksud dan tujuan proses belajar pada level
individual,
kelompok,
dan
organisasi
adalah
untuk
terus
menerus
mentransformasikan organisasi untuk memenuhi kepuasan stakeholder. Kemudian
Michael Marquardt mendefinisikan organisasi pembelajaran sebagai suatu
organisasi yang belajar secara kolektif dan bersemangat, dan terus-menerus
mentransformasikan dirinya pada pengumpulan, pengelolaan, dan penggunaan
pengetahuan yang lebih baik bagikeberhasilan perusahaan.
Dalam organisasi pembelajaran, setiap orang harus didorong untuk
menggunakan kemampuan mereka untuk mengumpulkan data. Semua pegawai
harus menyadari pengetahuan apa yang mungkin berguna bagi organisasinya
sehingga mereka dapat menyerapnya. Pengetahuan ini dapat diperoleh melalui
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
3
jalur formal seperti konferensi, melalui internet, atau dalam sebuah koran dan
jurnal begitu juga melalui jalur informal seperti pertemuan-pertemuan, museummuseum dan film-film. Beberapa perusahaan mendorong dan memberi
penghargaan bagi karyawan yang melakukan penelitian, menyadari bahwa melalui
pemikiran yang dalam dapat meningkatkan kekuatan belajar secara signifikan.
Sebuah organisasi belajar bahkan mendorong pegawainya untuk menggunakan
bagian dari waktu liburan mereka untuk belajar.
Banyak perubahan yang terjadi di tempat kerja yang mempengaruhi
bagaimana cara pekerjaan tersebut dilakukan. Ditambah lagi keahlian dan
ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut telah berubah
dengan sangat drastis. Adapun cara untuk dapat meningkatkan kemampuan suatu
organisasi dalam menghadapi perubahan lingkungannya serta meningkatkan
kapabilitasnya adalah dengan menjadikan organisasi perusahaan tersebut sebagai
sebuah learning organization. Dua alasan mengapa di sebuah learning
organization, Hitt (1995:17) berpendapat survival dan excellence, walaupun ada
pada posisi sekala nilai yang berbeda tetapi saling berhubungan. Saat ini adalah
jaman dari meningkatnya persaingan global, fokus hanya pada survival saja
tidaklah cukup, kemampuan untuk melihat harus dikembangkan untuk mencapai
excellence, jika tidak sebuah organisasi tidak akan dapat bermain di arenanya.
Untuk survive sebuah organisasi harus excellence, dengan mencapai taraf
excellence organisasi tersebut akan meningkatkan kesempatannya untuk tetap
survive. Agar organisasi dapat mencapai tahapan excellence ini secara kontinyu
harus meningkatkan kecerdasannya melalui proses learning.
Organisasi selalu menghadapi ketidakpastian, perubahan atau kondisi
pasar yang tidak pasti, yang kesemuanya harus dipelajari. Tanpa adanya learning
(pembelajaran), perusahaan dan individu hanya mengulang pekerjaan-pekarjaan
yang lalu, Hubner(2002:4). Penerapan organisasi pembelajar memberikan manfaat
bagi perusahaan atau organisasi dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini
disampaikan juga pada pendapat Senge (1996:48), bahwa setiap individu ang
ingin bersaing dalam lingkungan bisnis harus menjadikan organisasinya sebagai
organisasi
pembelajar,
lingkungannya.
Dengan
dengan cara terus
adanya
organisasi
menerus beradaptasi
pembelajaran,
maka
dengan
akan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
4
mempengaruhi kinerja karyawan dalam perusahaan yang kemudian berdampak
terhadap keunggulan bersaing. Mengahadapi perubahan yang ada, kinerja
organisasi merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan kegiatan pengelolaan.
Hal ini tak lain adalah demi daya saing dan kelangsungan hidup organisasi itu
sendiri, dimana organisasi diharapkan dapat menghasilkan suatu kondisi
peningkatan kemampuan untuk selalu beradaptasi dengan perubahan di
lingkungan bisnis. Menurut Thomas Friedman (2006:24), (dalam Heri Satari)
menyatakan bahwa dunia kini berada dalam pengaruh era baru yang diakibatkan
globalisasi dan proliferasi teknologi, informasi, dan komunikasi. Hal ini
menjadikan adanya suatu kondisi kompleksitas dan ketidakpastian terhadap
organisasi dalam menghadapi era pengetahuan dan teknologi sebagai konsekuensi
dari perubahan lingkungan bisnis dan teknologi yang terjadi dengan cepat.
Sehingga, banyak perusahaan atau organisasi yang sedang berlomba untuk
melakukan pembaharuan baik pengembangan maupun peningkatan dalam
menjalankan aktivitasnya dengan mengkombinasikan pengelolaan pengetahuan
dan teknologi informasi yang terarah dan berkesinambungan.
Sementara bagi organisasi sendiri dalam usaha mencapai tujuan sangat
membutuhkan peran serta manusia yang menjadi anggota organisasi itu. Kegiatan
organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya keterlibatan unsur manusia yang ada
didalamnya. Sejalan dengan pentingnya sumber daya manusia dalam organisasi,
bahwa manusia merupakan unsur yang paling penting menentukan keberhasilan
atau kegagalan suatu organisasi dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya
dan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran instansi/organisasi (Siagian,
1995: 25). Tercapainya tujuan instansi/organisasi tidak hanya tergantung pada
peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih
tergantung pada manusia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Oleh karena itu
karyawan yang berkualitas, adalah karyawan yang melaksanakan pekerjaannya
dan mampu memberikan hasil kerja yang baik atau mempunyai prestasi kerja
yang tinggi yang dibutuhkan oleh instansi/organisasi untuk mencapai tujuan.
Karena pada dasarnya keberhasilan instansi/organisasi secara keseluruhan adalah
kontribusi dari hasil kerja pegawainya.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
5
Kinerja karyawan merupakan hasil dari persepsi mereka tentang
bagaimana pekerjaan mereka. Berdasarkan beberapa faktor di lingkungan kerja,
seperti kebijakan dan prosedur, gaya kepemimpinan, hubungan kelompok kerja,
kondisi kerja yang dialami karyawan, dan tunjangan tambahan. Hakekatnya,
seorang manusia bekerja mempunyai tujuan untuk dapat memenuhi segala
kebutuhan hidupnya. Namun, hal itu bukan berarti bahwa mereka bekerja hanya
untuk mendapatkan uang, sebab kebutuhan manusia itu sendiri tidak hanya
terbatas pada kebutuhan fisik dan biologis saja, dan semua kebutuhan ini perlu
dipenuhi. Terpenuhinya semua kebutuhan pekerja maka akan dapat memacu
semangat kerja karyawan. Kinerja karyawan akan mencapai hasil yang lebih
maksimal apabila didukung dengan pengetahuan yang dimiliki. Setiap karyawan
diharapkan dapat terus menggali pengetahuannya dan tidak hanya bergantung atau
terpaku pada sistem yang ada. Sehingga dapat dikatakan bahwa setiap karyawan
mempunyai peran di dalam meningkatkan perusahaannya.
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan organisasi pembelajaran
adalah pada PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk yang juga menjadi
objek dari penelitian ini. TELKOM adalah perusahaan pelopor telekomunikasi di
Indonesia. Perusahaan ini termasuk salah satu perusahaan BUMN. TELKOM
merupakan perusahaan yang sangat mementingkan sumber daya manusia yang
mereka miliki. Menghadapi persaingan di dalam dunia bisnis telekomunikasi
selalu berusaha untuk meningkatkan kinerja sumber daya manusia perusahaan
dengan saling berbagi pengetahuan dan informasi. PT Telkom menerapkan
disiplin organisasi pembelajaran demi mewujudkan strategi sumber daya manusia
(SDM) yaitu memenuhi kebutuhan SDM dan menyediakan SDM yang berkualitas
sesuai dengan lingkungan persaingan. Dengan diterapkannya disiplin organisasi
pembelajaran, maka akan memotivasi untuk mempunyai kemampuan daya saing
yang tinggi (Pool dan Brian, 2007). Daya saing yang baik pada PT Telkom
terlihat dari hasil kinerja selama ini sudah menunjukan perkembangan yang baik,
hal ini terbukti dari beberapa penghargaan yang diperoleh PT Telkom atas
keberhasilannya dalam mengelola knowledge management. Pada ajang “2010
Knowledge Festival” dan “Most Admired Knowledge Enterprise (MAKE) Award”
yang diselenggarakan Dunami Consulting , Telkom beserta Telkomsel meraih
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
6
penghargaan “ MAKE Award 2010” karena telah menerapkan knowledge
management di lingkungan perusahaan, MAKE Award yaitu penghargaan untuk
perusahaan yang berhasil mengelola pengetahuan yang dimiliki dengan baik.,
selain itu dalam ajang “Anugerah Business Review 2010” Telkom dinobatkan
sebagai “Best of The Best Coorporate 2010” dan juga menerima penghargaan di
peringkat pertama untuk pengelolaan “Good Coorporate Governance” dan
pengelolaan “Human Capital.”
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan
penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan
jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider) yang
terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan jasa telepon tidak bergerak kabel
(fixed wire line), jasa telepon tidak bergerak nirkabel (fixed wireless), jasa telepon
bergerak (cellular), data & internet dan network & interkoneksi baik secara
langsung maupun melalui perusahaan asosiasi.
Sampai pada triwulan III-2011 Telkom mencatat kenaikan jumlah
pelanggan 10,6% menjadi 130,7 juta dibandingkan periode yang sama pada 2010
yang sebesar 118,2 juta. Sebanyak 130,7 juta itu mencakup pelanggan seluler
Telkomsel, Flexi, dan wireline. Pelanggan seluler Telkomsel naik 11,8% dari 93,1
juta menjadi 104,1 juta, pelanggan Flexi naik 7,9% dari 16,7 juta menjadi 18,1
juta, dan pelanggan wireline naik 2,1% dari 8,3 juta menjadi 8,5 juta. Layanan
broadband tumbuh 75,1% menjadi 11,2 juta dibandingkan periode sama 2010
yang sebesar 6,4 juta. Sekitar 11,2 juta pelanggan layanan broadband ini terdiri
dari pelanggan Speedy, Telkomsel Flash, dan Blackberry. Pelanggan Speedy naik
42,7% dari 1,53 juta menjadi 2,18 juta. Pelanggan layanan Telkomsel Flash naik
27,73% dari 4,3 juta menjadi 5,95 juta. Sementara itu, layanan BlackBerry naik
431% dari 573 ribu menjadi 3,04 juta. Jumlah pelanggan Telkom Group secara
keseluruhan sampai triwulan III-2011 mencapai 132,9 juta pelanggan
Untuk menghadapi tantangan dengan semakin meningkatnya kebutuhan
akan mobilitas dan konektivitas tanpa putus, Telkom telah memperluas portofolio
bisnisnya yang mencakup telekomunikasi, informasi, media dan edutainment
(TIME). Dengan meningkatkan infrastruktur, memperluas teknologi Next
Generation Network (NGN) dan memobilisasi sinergi di seluruh jajaran
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
7
Telkomgroup, Telkom dapat mewujudkan dan memberdayakan pelanggan ritel
dan korporasi dengan memberikan kualitas, kecepatan, kehandalan dan layanan
pelanggan yang lebih baik.
Setelah PT Telkom menggunakan Knowledge Management System, maka
meningkatlah efektivitas dan produktivitas dari organisasi tersebut, keunggulan
kompetitif organisasi. Dapat menjaga keberlangsungan organisasi dalam
menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kinerja dan prestasi tinggi yang
ditampilkan Telkom adalah untuk mendapatkan positioning yang kuat di benak
stakeholder.
Saat ini, seluruh karyawan memperoleh kesempatan yang luas untuk
menyampaikan ide, pengalaman, pengetahuan dan pembelajaran dalam bentuk
tulisan yang dikelola Perusahaan dalam system pengelolaan pengetahuan yang
disebutnya KAMPIUN (Kami Pasti Unggul). Setiap karyawan dapat berbagi
pengetahuan dengan koleganya dengan cara mengunggah atau mengunduh
melalui sistem, dimana dengan cara tersebut diharapkan dapat menjadi solusi atas
beranekaragam permasalahan pekerjaan. KAMPIUN juga merupakan bank data
(repository) pengetahuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan
karyawan yang pada akhirnya mendorong pertumbuhan produktivitas dan kualitas
pekerjaan. Dengan adanya aplikasi ini para karyawan dapat menemukan dan
mengakses seluruh informasi yang relevan yang mereka perlukan mengenai
kegiatan administrative dan sumberdaya manusia perusahaan. Aplikasi portal
pekerja ini juga menyediakan fasilitas untuk memperbarui data tertentu mengenai
data diri mereka sendiri, seperti alamat rumah, rekening bank..
Telkom kemudian memperkokoh manajemen pengetahuan dengan lebih
bertumpu pada kekuatan kepemimpinan dan budaya Perusahaan. Penguatan
kepemimpinan dan budaya dimaksud meliputi beberapa area yaitu budaya inovasi,
modal intelektual, berbagi pengetahuan, pembelajaran organisasi dan pengetahuan
pelanggan.
Disamping itu, dengan adanya portal internal di perusahaan PT.Telkom
karyawan dapat berbagi informasi dan pengetahuan yang terkait dengan seluruh
kegiatan Perusahaan meliputi: aktivitas Perusahaan, kebijakan, program kerja dan
laporan terkini Perusahaan yang diperbaharui secara real time dan secara online
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
8
dapat diakses oleh seluruh karyawan.Teknologi informasi dapat mengatasi
kendala, yakni waktu proses. Karena jika dilakukan secara manual akan memakan
waktu lama. Apa yang dilakukan oleh PT. Telkom melalui Knowledge
Management adalah menerapkan aspek-aspek penting dari proses bisnisnya yang
sangat terpengaruhi oleh teknologi digital (sarana untuk membentuk informasi),
globalization (hilangnya batas negara), deregulation (bisnis tanpa batas), dan
competition (persaingan).
Sharing knowledge yang dilakukan oleh PT Telkom tersebut berupa
Conference & Workshop. Pada tahap ini proses knowledge management yang
diterapkan yaitu proses eksternalisasi yang dilakukan pembicara terhadap peserta,
kemudian peserta melakukan internalisasi dari pengetahuan eksplisit yang dimiliki
oleh pembicara ke pengetahuan tacit seseorang. Adanya kegiatan sharing
knowledge ini membuat karyawan akan semakin kreatif dan inovatif sehingga
kemampuannya dalam menghasilkan produk atau melakukan pelayanan akan
meningkat. Selain itu Telkom juga selalu melakukan pelatihan-pelatihan kepada
karyawan untuk menambah kemampuan karyawan dalam bekerja.
Telkom sendiri dalam hal penggunaan knowledge management tools
sudah baik, karena Telkom sudah memiliki situs resmi human capital & general
affairs untuk memfasilitasi komunikasi antara pembuat kebijakan, pengelola SDM
dan karyawan. Situs web ini memberi akses kepada karyawan untuk mencari
kebijakan-kebijakan serta informasi lain yang terkait dengan SDM serta
melakukan tanya jawab seputar masalah yang terkait dengan kebijakan SDM dan
pelaksanaannya. Telkom juga sempat meraih best BUMN tahun 2010 di ajang
BUMN Awards. Namun, Telkom ini sendiri tidak bisa mempertahankan posisi
sebagai BUMN terbaik di ajang yang sama tahun 2011. BUMN terbaik tahun
2011 diraih oleh BNI. Penghargaan ini juga dapat dijadikan sebuah pembelajaran
agar Telkom senantiasa melakukan yang terbaik untuk para pelanggan atau
konsumennya. Hal ini menjadi bukti bahwa dunia persaingan dalam bisnis
memang sangat ketat sehingga setiap organisasi perlu melakukan organisasi
pembelajaran. Selain itu, dalam persaingan di bidang telekomunikasi ini bisa
dikatakan sangatlah ketat dan cukup kompetitif. Hal ini dikarenakan kebanyakan
pelaku bisnis ini bermain dalam persaingan harga sekecil mungkin, tanpa
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
9
mengesampingkan kualitas dari pelayanan perusahaan telekomunikasi tersebut.
Dengan persaingan seperti ini, maka konsumen akan cepat sekali berpindah
produk jika pelayanan yang diberikan mengecewakan atau harga yang ditawarkan
terlalu
mahal.
Inilah
yang
harus
diantisipasi
oleh
setiap
perusahaan
telekomunikasi dimana mereka harus bisa mempertahankan konsumen atau
pelanggan mereka.
Sebagai salah satu bagian unit kerja dari suatu organisasi, maka, Human
Resource memiliki fungsi tugas yang bertujuan mendukung pencapaian target
organisasi
melalui
sumber
daya
manusia,
seperti
mengadakan
dan
mengembangkan penggunaan sumber daya manusia, dengan tujuan agar setiap
tenaga kerja memberi hasil yang paling efektif dan efisien (produktif) yang dapat
membangun organisasi dengan latihan yang baik dan motivasi kerja yang baik.
Dengan sumber daya manusia yang berkualitas diharapkan pelayanan dan kinerja
yang dihasilkan karyawan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga pelayanan
yang diberikan bisa memuaskan konsumen atau pelanggan. Keunggulan bersaing
dalam lingkungan bisnis yang berlangsung cepat atau dinamis dapat dicapai dan
dipertahankan jika perusahaan menerapkan organisasi pembelajaran. Apabila
organisasi terlambat untuk berubah maka sangat besar kemungkinan organisasi
akan mundur kinerjanya bahkan, dapat punah. Oleh karena itu suatu hal yang
harus dilakukan oleh organisasi untuk tetap bertahan dan berkembang adalah
organisasi senantiasa mempelajari perubahan lingkungan strategik dan segera
beradaptasi pada perubahan itu.
1.2
Pokok Permasalahan
Proses belajar dalam organisasi adalah suatu proses percobaan yang
dilakukan secara terus menerus dari suatu pengalaman dan transformasi dari
pengalaman tersebut akan dijadikan sebgai sebuah pengetahuan yang mudah
dipelajari oleh seluruh organisasi dan relevan untuk tujuan utama dari organisasi
tersebut. tugas perusahaan untuk menjadikan organisasinya sebagai sebuah
organisasi pembelajaran adalah dengan menciptakan suatu kesadaran dan
kepekaan serta perilaku dari para manusia di dalamnya untuk bekerja sebagai
suatu keseluruhan dan menyebarkan pengalamannya kepada seluruh organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
10
Jadi, pengetahuan yang dimiliki oleh para individu-individu di dalam organisasi
dibagikan kepada yang lainnya yang pada akhirnya menjadi pengetahuan
organisasi, tidak hanya individu saja.
Demikian pula yang terjadi pada PT Telkom, demi mewujudkan tujuan
perusahaan untuk selalu menjadi yang terdepan, perusahaan terus melakukan
pembelajaran seiring dengan perkembangan dan persaingan yang tidak menentu
sehingga harus meningkatkan pembelajaran agar permasalahan dalam kinerja
dapat diatasi. Perusahaan menyadari bahwa peranan SDM (Sumber Daya
Manusia) sangatlah penting bagi kelangsungan dan keberhasilan usaha. Dengan
menerapkan disiplin pembelajaran tersebut PT. Telkom selalu termotivasi untuk
memperbaiki SDM sesuai dengan perubahan lingkungan persaingan yang pada
akhirnya akan memberikan hasil kerja yang optimal.
Organisasi pembelajaran selalu menuntut karyawan untuk senantiasa
belajar dan mengembangkan potesi diri agar dapat menghasilkan tujuan yang
diharapkan organisasi. Target kerja yang selalu meningkat juga menuntut
karyawan memiliki untuk berbagai keunggulan dan tanggap terhadap dinamika
perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, sehubungan dengan pentingnya
organisasi pembelajar dalam mendukung kinerja sumber daya manusia dalam
suatu organisasi, peneliti tertarik untuk meneliti “Bagaimana penerapan
Organisasi Pembelajar di PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta
berdasarkan persepsi karyawan Divisi Human Resource ? ”
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang dijabarkan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah “untuk mengetahui bagaimana penerapan organisasi
pembelajar di PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta berdasarkan
persepsi karyawan Divisi Human Resource.”
1.4
Signifikansi Penelitian
Penelitian ini merupakan kajian untuk mengetahui bagaimana penerapan
organisasi pembelajar di PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta
berdasarkan persepsi karyawan Divisi Human Resource. Penelitian ini diharapkan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
11
dapat bermanfaat, baik secara akademis maupun secara praktis. Berikut adalah
signifikansi dari penelitian ini :
1.4.1 Signifikansi Akademis
Secara akademik, penelitian ini bermanfaat untuk menambah
wacana
pengetahuan
mengenai
pentingnya
penerapan
organisasi
pembelajar bagi sebuah organisasi agar dapat bertahan dan berkembang
serta tangguh dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat.
Penelitian ini juga diharapkan dapat merangsang penelitian lebih lanjut
dan dapat memberikan informasi serta alternatif literatur yang menyajikan
analisis mengenai organisasi pembelajar sehingga dapat memberikan
kontribusi yang signifikan dalam perkembangan ilmu sosial.
1.4.2 Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan khususnya bagi
manajemen PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta, dalam
memperbaiki dan menangani masalah yang berkaitan dengan penerapan
organisasi pembelajar, sehingga penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi masukan bagi PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk
Jakarta untuk lebih memahami pentingnya organisasi pembelajar dalam
era perubahan dan persaingan bisnis yang begitu ketat pada saat ini.
1.5
Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah penulisan serta pemahaman pembaca, maka susunan
penulisan skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Organisasi Pembelajar di
PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta Berdasarkan Persepsi
Karyawan Divisi Human Resource.” ini dibagi ke dalam beberapa bagian
pembahasan dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
12
BAB 1
Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini menguraikan tentang latar belakang
masalah, pokok permasalahan yang menjadi pertanyaan penelitian,
tujuan
penelitian,
signifikansi
penelitian,
dan
sistematika
penelitian.
BAB 2
Tinjauan Pustaka
Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu yang digunakan,
teori yang digunakan, dan operasionalisasi konsep.
BAB 3
Metode Penelitian
Bab ini menguraikan tentang pendekatan penelitian, jenis
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisis data.
BAB 4
Gambaran Umum Perusahaan
Pada Bab ini, penulis menguraikan profil perusahaan PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) TBk, Jakarta.
BAB 5
Pembahasan
Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai variabel penelitian
dan menjawab perumusan permasalahan yang telah dipaparkan.
BAB 6
Kesimpulan dan Saran
Bab ini merupakan penutup di mana penulis akan menarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian. Selain itu, penulis juga
memberikan beberapa saran atau rekomendasi yang berarti sebagai
dasar penelitian selanjutnya.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian mengenai ”Analisis Penerapan Organisasi
Pembelajar di PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta berdasarkan
persepsi karyawan Divisi Human Resource”, peneliti perlu melakukan peninjauan
kembali terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya.
Di sini peneliti mengambil tiga penelitian pendahulu yang terkait dengan
penelitian ini.
Penelitian yang pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh Klaus-Peter
Schulz dan Silke Geither, Jerman (2010), yang berjudul “Beetween exchange and
development: Organizational learning in schools through interorganizational
networks.” Klaus-Peter Schulz dan Silke Geither melakukan pengujian terhadap
tiga belas jaringan imternal organisasi dari instansi pendidikan yang bertujuan
untuk meneliti bagaimana komunikasi dan kerjasam di dalam jaringan antar
organisasi dapat membawa kepada organisasi pembelajar. Hasil temuan dari
pengujian yang dilakukan adalah, adanya dua tingkat pertimbangan organisasi
pembelajar yaitu adanya dau tingkat pertimbangan organisasi pembelajar, yaitu:
hal yang mendasari pembelajar karena pertemuan yang berkesinambungan dan
mengetahui operasional kerja dari perwakilan instansi pendidikan. Kemudian,
persepsi yang dihasilkan dari hal di atas adalah terlibatnya kolega dari instansi
pendidikan secara tidak langsung, dan selama pembelajar berlangsung ada
penilaian yang berbeda di dalamnya. Selain itu, terdapat pertukaran ide-ide baru
sebagai implementasi dari pengembangan organisasi pada instansi pendidikan
tersebut. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan organisasi pembelajar di PT Telekomunikasi Indonesia
berdasarkan persepsi karyawan divisi Human Resource. Mendeskripsikan
pengujian tersebut dilakukan setelah diperolah data hasil kuesioner yang
menggambarkan variabel organisasi pembelajar. Kemudian disebarkan ke 32
karyawan divisi Human Resource PT Telekomunikasi Indonesia Jakarta yang
13
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
14
nantinya mampu menggambarkan penerapan Organisasi Pembelajar di PT
Telekomunikasi Indonesia Jakarta.
Penelitian kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Sondang Yohana
L. Tobing dan Rachma Fitriati, dengan judul “Pengaruh Organisasi Pembelajar
terhadap Kompetensi Pegawai Bank”. Latar belakang penulisan penelitian ini
yaitu organisasi bisnis harus senantiasa meningkatkan kemampuan untuk berubah
agar memiliki daya saing dalam menghadapi kompetisi. Bagi organisasi orangorang merupakan sumber utama pengetahuan, yang mana pengetahuan ini akan
didistribusikan, dipertukarkan, dan disempurnakan melalui interaksi antar
anggota, untuk mencapai tujuan organisasi. Melalui pembelajaran, manusia akan
menjalani proses pengembangan karakter yang memberdayakan seluruh potensi
yang dimiliki. PT Bank Mandiri (Persero, Tbk. sebagai bank BUMN terbesar di
Indonesia ini senantiasa melakukan perubahan dan adaptasi terhadap lingkungan
sekitar untuk bisa eksis di dunia perbankan, baik secara nasional maupun
internasional. Terlebih lagi, Bank Mandiri adalah bentukan dari merger empat
bank BUMN besar di Indonesia dengan latar belakang berbeda yang tentunya
memerlukan penyesuaian satu sama lain. Penyesuaian yang dilakukan dalam
mencapai tujuan organisasi membutuhkan pegawai yang berkompeten dan
berkomitmen
melakukan
pembelajaran
secara
terus-menerus.
Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana penerapan
sistem organisasi pembelajar, tingkat kompetensi pegawai, dan pengaruh
organisasi pembelajar terhadap kompetensi pegawai Bank Mandiri Kantor Pusat
Jakarta berdasarkan persepsi pegawai. Dalam penelitian ini didapatkan hasil
bahwa PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Kantor Pusat Jakarta, telah menerapkan
kelima disiplin yang membentuk organisasi pembelajar berdasarkan teori dari
Peter Senge, yaitu personal mastery, shared vision, mental model, system
thinking, dan team learning. Kelima disiplin ini telah diimplementasikan dengan
cukup baik, dilihat dari tanggapan tertinggi para pegawai. Sedangkan tingkat
kompetensi pegawai Bank Mandiri Pusat Jakarta, ditinjau dari karakteristik yang
dikemukakan oleh Spencer, yaitu, motives, traits, self concept, knowledge, dan
skill menunjukkan hasil yang baik.
Penelitian yang ketiga yaitu peneltian yang dilakukan oleh Teresa G.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
15
Weldy, USA (2009) melakukan penelitian untuk mengeksplorasi bagaimana
hubungan antara organisasi pembelajar dan transfer pelatihan. Hal tersebut
merupakan solusi strategis untuk belajar dan mengelola pengetahuan dalam
melakukan perbaikan kinerja dan mendapatkan atau mempertahankan keunggulan
kompetitif. Hasilnya adalah pentingnya penempatan organisasi pembelajar dan
transfer pelatihan sebagai faktor penting untuk meningkatkan kinerja dan
mendapatkan keuntungan kompetitif dapat diteliti dan dilihat pada kedua variable
yang diteliti. Setiap hubungan antara organisasi belajar dan transfer pelatihan
dapat menyebabkan peningkatan kinerja dan memaksimalkan manfaat yang
diperoleh dan memungkinkan organisasi untuk tetap kompetitif dalam
menghadapi persaingan global, lingkungan yang selalu berubah, dan kondisi
ekonomi yang tidak stabil.
Secara ringkas penjelasan mengenai penelitian sebelumnya dapat dilihat pada
Tabel 2.1:
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
16
Tabel 2.1 Tinjauan Pustaka
Klaus-Peter Schulz & Sondang Yohanna Teresa G. Weldy
Silke Geithner
L. Tobing dan
(USA 2009)
Rachma Fitriati
Nama
Peneliti
(Germany 2007)
(2009)
Judul
Penelitian
Beetween exchange
and development:
Organizational
learning in schools
through
interorganizational
networks
Pengaruh
Organisasi
Pembelajar
terhadap
Kompetensi
Pegawai Bank.
Learning
organization and
transfer: strategies
for improving
performance
Tujuan
Penelitian
Bertujuan untuk
meneliti bagaimana
komunikasi dan
kerjasama di dalam
jaringan antar
organisasi dapat
membawa kepada
organisasi pembelajar
penelitian tersebut
menguji tiga belas
jaringan internal
organisasi dari
instansi pendidikan
Menganalisis
sejauh mana
penerapan sistem
organisasi
pembelajar,
tingkat
kompetensi
pegawai, dan
pengaruh
organisasi
pembelajar
terhadap
kompetensi
pegawai Bank
Mandiri Kantor
Pusat Jakarta
berdasarkan
persepsi pegawai.
untuk
mengeksplorasi
hubungan antara
organisasi belajar
dan transfer
pelatihan sebagai
strategi untuk belajar
dan mengelola
pengetahuan untuk
melakukan
perbaikan kinerja
dan mendapatkan
atau
mempertahankan
keunggulan
kompetitif.
Pendekatan
-
Kuantitatif
-
Jenis
Penelitian
-
Deskriptif
-
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
17
Hasil
Penelitian
Adanya dua tingkat
pertimbangan
organisasi
pembelajar, yaitu: hal
yang mendasari
pembelajar karena
pertemuan yang
berkesinambungan
dan mengetahui
operasional kerja dari
perwakilan instansi
pendidikan.
Kemudian, persepsi
yang dihasilkan dari
hal di atas adalah
terlibatnya kolega
dari instansi
pendidikan secara
tidak langsung, dan
selama pembelajar
berlangsung ada
penilaian yang
berbeda di dalamnya.
Pertukaran ide-ide
baru merupakan
implementasi dari
pengembangan
instansi pendidikan
tersebut.
Dalam penelitian
ini didapatkan
hasil bahwa
organisasi
pembelajar
mempunyai
hubungan yang
cukup kuat dan
signifikansi
terhadapnpeningk
atan kompetensi
pegawai Bank
Mandiri Kantor
Pusat Jakarta.
Pentingnya
penempatan
organisasi
pembelajar
dan
transfer
pelatihan
sebagai
faktor
penting
untuk
meningkatkan
kinerja
dan
mendapatkan
keuntungan
kompetitif
dapat
diteliti dan dilihat
pada kedua variable
yang diteliti.
Setiap hubungan
antara organisasi
belajar dan transfer
pelatihan dapat
menyebabkan
peningkatan kinerja
dan memaksimalkan
manfaat yang
diperoleh dan
memungkinkan
organisasi untuk
tetap kompetitif
dalam menghadapi
persaingan global,
lingkungan yang
selalu berubah, dan
kondisi ekonomi
yang tidak stabil.
Sumber: Diolah Oleh Peneliti
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
18
2.2
Konstruksi Model Teoritis
2.2.1 Pengertian Organisasi
Robbins, S.P. (1993:4) menyatakan bahwa organisasi adalah
satuan social yang terkoordinasi secara sadar, terdiri dari dua orang atau
lebih yang berfungsi atas dasar yang relative kontinu atau berkelanjutan
untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan bersama. Prof Dr.
Sondang P. Siagian, mendefinisikan organisasi sebagai setiap bentuk
persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta
secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah
ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang atau beberapa
orang yang disebut atasan dan seorang atau sekelompok orang yang
disebut dengan bawahan. Sedangkan Chester L Bernard (1938)
mengatakan bahwa organisasi adalah sistem kerjasama antara dua orang
atau lebih yang sama-sama memiliki visi dan misi yang sama ( Define
organization as a system of cooperative of two or more persons).
Sementara, Paul Preston dan Thomas Zimmerer mengatakan bahwa
organisasi adalah sekumpulan orang-orang yang disusun dalam
kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama
(Organization is a collection people, arranged into groups, working
together to achieve some common objectives).
Menyangkut hal itu pengertian organisasi juga merupakan
sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system
kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap
bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah
struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara
sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu
untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
2.2.2 Pengertian Pembelajar
Robbins (1993:33) menyebutkan pembelajar adalah proses
perubahan yang relative konstan dalam tingkah laku yang terjadi karena
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
19
adanya suatu pengalaman atau latihan. Pembelajar atau learning adalah
proses dimana individu-individu memperoleh pengetahuan dan wawasan
baru guna mengubah perilaku dan tindakan dengan memiliki learning
spirit (Marquardt, 1994:35)
Gagne and Briggs (1979:3) mendefinisikan pembelajar sebagai
suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk
mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat
internal. Penjelasan dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa ada
tiga komponen di dalam proses pembelajar, yaitu:
a. Pembelajar melibatkan adanya perubahan, yaitu perubahan dari buruk
menjadi baik, dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak bisa menjadi
bisa.
b. Perubahan yang terjadi secara relative permanen. Sedangkan perubahan
yang bersifat sementara menunjukkan kegagalan dalam proses belajar.
c. Pembelajar berarti ada perubahan perilaku. Belajar tidak hanya mengubah
pikiran dan sikap, tetapi yang lebih penting lagi adalah bahwa belajar
harus mengubah perilaku subjek pembelajar.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia
serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang
berbeda.
Gagne
dan
Briggs
(1979:3)
menyatakan
bahwa
pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses
belajar, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses
belajar yang bersifat internal.. Istilah “pembelajaran” sama dengan
“instruction
atau
“pengajaran”.
Sedangkan
menurut
Purwadinata
(1967:22) pembelajaran mempunyai arti cara mengajar atau mengajarkan.
Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar dan
mengajar.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
20
2.2.3 Pengertian Organisasi Pembelajar
Pedler, Boydell dan Burgoyne (1988) mendefinisikan
organisasi pembelajaran sebagai berikut: “Sebuah organisasi yang
memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus
menerus mentransformasi diri.”
Pedler, dkk (1988) menekankan sifat dua sisi dari defenisi
tersebut. Suatu perusahaan pembelajar bukan organisasi yang sematamata mengikuti banyak pelatihan. Perlunya pengembangan ketrampilan
individu tertanam dalam konsep, setara dan merupakan bagian dari
kebutuhan akan pembelajaran organisasi. Menurut Pedler, dkk (Dale,
2003) suatu organisasi pembelajaran adalah organisasi yang:
1. Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secara
individu terdorong untuk belajar dan mengembangkan
potensi penuh mereka;
2. Memperluas budaya belajar ini sampai pada pelanggan,
pemasok dan stakeholder lain yang signifikan;
3. Menjadikan strategi pengembangan sumber daya manusia
sebagai pusat kebijakan bisnis;
4. Berada dalam proses transformasi organisasi secara terus
menerus;
Tujuan proses transformasi ini, sebagai aktivitas sentral, adalah
agar perusahaan mampu mencari secara luas ide-ide baru, masalahmasalah baru dan peluang-peluang baru untuk pembelajaran, dan mampu
memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang semakin
kompetitif.
Peter Sange (1990) mengatakan sebuah organisasi pembelajar
adalah organisasi “yang terus menerus memperbesar kemampuannya
untuk menciptakan masa depannya” dan berpendapat mereka dibedakan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
21
oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pribadi, model mental, visi bersama,
pembelajaran tim, dan pemikiran sistem.
Lundberg (Dale, 2003) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
suatu kegiatan bertujuan yang diarahkan pada pemerolehan dan
pengembangan
ketrampilan
dan
pengetahuan
serta
aplikasinya.
Menurutnya pembelajaran organisasi adalah:
1. Tidaklah semata-mata jumlah pembelajaran masing-masing
anggota;
2. Pembelajaran itu membangun pemahaman yang luas
terhadap keadaan internal maupun eksternal melalui
kegiatan-kegiatan dan sistem-sistem yang tidak tergantung
pada anggota-anggota tertentu;
3. Pembelajaran tidak hanya tentang penataan kembali atau
perancangan kembali unsur-unsur organisasi;
4. Pembelajaran
lebih
merupakan
suatu
bentuk
meta-
pembelajaran yang mensyaratkan pemikiran kembali polapola yang menyambung dan mempertautkan potonganpotongan sebuah organisasi dan juga mempertautkan polapola dengan lingkungan yang relevan;
5. Pembelajaran organisasi adalah suatu proses yang seolaholeh mengikat beberapa sub-proses, misalnya perhatian,
penafsiran, pencarian, pengungkapan dan penemuan,
pilihan, pengaruh dan penilaian.
6. Pembelajaran organisasi mencakup baik unsur kognitif,
misalnya pengetahuan dan wawasan yang dimiliki bersama
oleh para anggota organisasi maupun kegiatan organisasi
yang berulang-ulang, misalnya rutinitas dan perbaikan
tindakan. Ada proses yang sah dan tanpa henti untuk
memunculkan ke permukaan dan menguji praktek-praktek
organisasi serta penjelasan yang menyertainya. Dengan
demikian organisasi pembelajar ditandai dengan pengertian
kognitif dan perilaku.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
22
Tokoh lain yang memberikan defenisi mengenai organisasi
pembelajaran adalah John Farago & David Skyrme (Munandar, 2003).
Dalam salah satu tulisan mereka mengatakan bahwa:
“Learning Organizations are those that have in place
systems, mechanism and processes, that are used to
continually enhance their capabilities to achieve sustainable
objectives for themselves and the communities in which they
participate.”
Dari uraian di atas dapat dicatat butir-butir berikut ini, yaitu bahwa
organisasi pembelajaran adalah:
1. Adaptif terhadap lingkungan eksternalnya;
2. Secara terus menerus menunjang kemampuan untuk
berubah;
3. Mengembangkan
baik
pembelajaran
individual
maupun kolektif;
4. Menggunakan hasil pembelajaran untuk mencapai
hasil yang lebih baik;
Dari uraian-uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa organisasi
pembelajar adalah organisasi yang secara terus menerus dan terencana
memfasilitasi anggotanya agar mampu terus menerus berkembang dan
mentransformasi diri baik secara kolektif maupun individual dalam usaha
mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan yang
dirasakan bersama antara organisasi dan individu di dalamnya.
2.2.4 Karakteristik Organisasi Pembelajar
Megginson dan Pedler (Dale, 2003) memberikan sebuah panduan
mengenai konsep organisasi pembelajaran, yaitu: “Suatu ide atau
metaphor yang dapat bertindak sebagai bintang penunjuk. Ia bisa
membantu orang berpikir dan bertindak bersama menurut apa maksud
gagasan semacam ini bagi mereka sekarang dan di masa yang akan
datang. Seperti halnya semua visi, ia bisa membantu menciptakan kondisi
dimana sebagian ciri-ciri organisasi pembelajar dapat dihasilkan”.
Kondisi-kondisi tersebut adalah:
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
23
1. Strategi pembelajaran;
2. Pembuatan kebijakan partisipatif;
3. Pemberian informasi (yaitu teknologi informasi
digunakan
untuk
menginformasikan
dan
memberdayakan orang untuk mengajukan pertanyaan
dan mengambil keputusan berdasarkan data-data
yang tersedia);
4. Akunting formatif (yaitu sistem pengendalian disusun
untuk membantu belajar dari keputusan);
5. Pertukaran internal;
6. Kelenturan penghargaan;
7. Struktur-struktur yang memberikan kemampuan;
8. Pekerja lini depan sebagai penyaring lingkungan;
9. Pembelajaran antarperusahaan;
10. Suasana belajar;
11. Pengembangan diri bagi semua orang.
Meskipun melakukan semua hal di atas, tidak otomatis suatu
organisasi menjadi organisasi pembelajar. Perlu dipastikan bahwa
tindakan-tindakan
tidak
dilakukan
hanya
berdasarkan
kebutuhan.
Tindakan-tindakan tersebut harus ditanamkan, sehingga menjadi cara
kerja sehari-hari yang rutin dan normal. Strategi pembelajaran bukan
sekedar strategi pengembangan sumber daya manusia. Dalam organisasi
pembelajar, pembelajaran menjadi inti dari semua bagian operasi, cara
berperilaku dan sistem. Mampu melakukan transformasi dan berubah
secara radikal adalah sama dengan perbaikan yang berkelanjutan.
Schein (Munandar, 2003) mengemukakan karakteristik organisasi
pembelajar sebagai berikut:
1. Dalam hubungan dengan lingkungan maka organisasi
bersifat lebih dominan dalam menjalin hubungan;
2. Manusia hendaknya berperilaku proaktif;
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
24
3. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang baik;
4. Manusia pada dasarnya dapat diubah;
5. Dalam hubungan antar manusia, individualisme dan
kolektivisme sama-sama penting;
6. Dalam
hubungan
atasan-bawahan
kesejawatan
atau
partisipatif dan otoritatif atau paternalistik sama-sama
pentingnya;
7. Orientasi waktu lebih berorientasi pada masa depan yang
pendek;
8. Untuk penghitungan waktu lebih digunakan satuan waktu
yang medium;
9. Jaringan informasi dan komunikasi berkesinambungan
secara lengkap;
10. Orientasi hubungan dan orientasi tugas sama-sama
pentingnya.
11. Perlunya berpikir secara sistematis.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari
organisasi pembelajaran adalah keyakinan bahwa individu adalah proaktif
untuk meningkatkan keinginan diri, berusaha maju dan terus belajar
dengan menciptakan iklim organisasi yang terbuka dan arus informasi
yang jelas. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan proses yang terus
berkesinambungan dengan tetap mengacu pada kondisi internal organisasi
yang pada akhirnya mengacu pada kondisi dan tuntutan eksternal di luar
organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
25
2.2.5 Dimensi Organisasi Pembelajar
Peter Senge (1990:35) membangun lima disiplin dari pebelajaran
organisasi untuk mengembangkan potensi kapabilitas individu dalam
organisasi yang dikenal dengan The Fifit Dicipline sebagai berikut.
1. Berpikir Sistem (Systems Thinking)
Organisasi harus mampu melihat pola perubahan dalam
setiap peristiwa kehidupan secara keseluruhan, dengan cara
berpikir bahwa segala usaha manusia saling berkaitan, saling
mempengaruhi dan membentuk energi. Organisasi pada
dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerjasama untuk
menghasilkan kinerja yang optimal. Unit-unit antara lain ada
yang
disebut
Kesuksesan
divisi,
suatu
direktorat,
organisasi
bagian,
sangat
atau
cabang.
ditentukan
oleh
kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara
sinergik. Kemampuan untuk membangun hubungan yang
sinergik ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit
saling memahami pekerjaan unit lain, dan memahami juga
dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Seringkali dalam organisasi orang hanya memahami
apa yang dia kerjakan dan tidak memahami dampak dari
pekerjaan dia pada unit lainnya. Selain itu seringkali timbul
fanatisme seakan-akan hanya unit dia sendiri yang penting
perannya dalam organisasi dan unit lainnya tidak berperan
sama sekali. Fenomena ini disebut dengan ego-sektoral.
Kerugian akan sangat sering terjadi akibat ketidakmampuan
untuk bersinergi satu dengan lainnya. Pemborosan biaya,
tenaga dan waktu. Terlepas dari adanya perasaan bahwa unit
diri sendiri adalah unit yang paling penting, tidak adanya
pemikiran sistemik ini akan membuat anggota perusahaan tidak
memahami konteks keseluruhan dari organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
26
Kini semakin banyak organisasi yang mengandalkan
pada struktur tanpa batas (borderless organization), atau
kalaupun masih menggunakan struktur organisasi berbasis
fungsi, kini fungsi-fungsi yang terkait dengan proses yang
sama dibuat saling melintas batas fungsi. Organisasi yang
demikian disebut organisasi lintas fungsi atau cross-functional
organization. Organisasi yang demikian ini akan membuat
proses pembelajaran lebih cepat karena masing-masing orang
dari fungsi yang berbeda akan berbagi pengetahuan dan
pengalamannya.
2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)
Merupakan suatu disiplin yang menunjukkan kemampuan
untuk senantiasa mengklarifikasi dan mendalami visi pribadi,
memfokuskan
energi,
mengembangkan
kesabaran
dan
memandang realitas secara obyektif.Inilah yang menjadi
landasan dalam organisasi belajar.
Organisasi
pembelajar
memerlukan
karyawan
yang
memiliki kompetensi yang tinggi agar bisa beradaptasi dengan
tuntutan perubahan, khususnya perubahan teknologi dan
perubahan paradigma bisnis dari paradigma yang berbasis
kekuatan fisik (tenaga otot ) ke paradigma yang berbasis
pengetahuan (tenaga otak). Selain itu kecepatan perubahan tipe
pekerjaan, telah menyebabkan banyak pekerjaan yang tidak
diperlukan lagi oleh organisasi karena digantikan oleh tipe
pekerjaan baru, atau digantikan oleh pekerjaan yang menuntut
penggunaan teknologi. Bilamana pekerja tidak mau belajar hal
baru, maka dia akan kehilangan pekerjaan. Selain itu banyak
pekerjaan yang ditambahkan
enlargement),
pada satu pekerjaan (job-
atau job rotation (mutasi karyawan) agar
memudahkan karyawan untuk memahami kegiatan di unit kerja
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
27
yang lain demi terwujudnya sinergi. Oleh karena itu karyawan
harus belajar hal-hal baru.
Untuk memenuhi persyaratan perubahan dunia kerja ini
semua pekerja di sebuah organisasi harus memiliki kemauan
dan kebiasaan untuk meningkatkan kompetensi dirinya dengan
terus belajar. Kompetensi dirinya bukan semata-mata di bidang
pengetahuan, tetapi kemampuan berinteraksi dengan orang lain,
menyelesaikan konflik, dan saling mengapresiasi pekerjaan
orang lain. Organisasi lintas fungsi seperti yang telah
dibicarakan di atas akan mempercepat proses pembelajaran
individu di dalam organisasi.
3. Pola Mental (Mental Models)
Setiap orang perlu berpikir secara reflektif dan senantiasa
memperbaiki gambaran internal mengenai dunia sekitarnya,
dan atas dasar itu bertindak dan mengambil keputusan yang
sesuai. Respon manusia terhadap situasi yang terjadi di
lingkungannya sangat dipengaruhi oleh asumsi dan kebiasaan
yang selama ini berlaku. Di dalam organisasi, berlaku pula
kesimpulan yang diambil mengenai ’how things work’ di dalam
organisasi. Hal ini disebut dengan mental model, yang dapat
terjadi tidak hanya pada level individual tetapi juga kelompok
dan organisasi. Mental model memungkinkan manusia bekerja
dengan lebih cepat. Namun, dalam organisasi yang terus
berubah, mental model ini kadang-kadang tidak berfungsi
dengan baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan.
Dalam organisasi pembelajar, mental model ini didiskusikan,
dicermati, dan direvisi pada level individual, kelompok, dan
organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
28
4. Visi Bersama (Shared Vision)
Adalah komitmen dan tekad dari semua orang dalam
organisasi, bukan sekedar kepatuhan terhadap pimpinan. Inilah
yang harus dicapai oleh sebuah organisasi agar dapat berhasil.
Oleh karena organisasi terdiri atas berbagai orang yang berbeda
latar belakang pendidikan, kesukuan, pengalaman serta
budayanya, maka akan sangat sulit bagi organsasi untuk
bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki visi yang sama.
Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga
memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu
unit dengan unit lainnya. Untuk menggerakkan organisasi pada
tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada
pencapaian tujuan bersama diperlukan adanya visi yang
dimiliki oleh semua orang dan semua unit yang ada dalam
organisasi.
5. Belajar Beregu (Team Learning)
Diawali
dengan
dialog
yang
memungkinkan
regu
menemukan jati dirinya. Kegiatan ini untuk memahami pola
interaksi dan peran anggota dalam regu. Hal ini penting karena
regu, bukan perseorangan, merupakan unit belajar utama dalam
organisasi. Kini makin banyak organisasi berbasis tim, karena
rancangan organisasi dibuat dalam lintas fungsi yang biasanya
berbasis team. Kemampuan organisasi untuk mensinergikan
kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan
kemampuan berfikir sistemik seperi yang telah dibicarakan di
atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi
wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu team, maka
pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan
berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat
kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama.
Oleh karena itu semangat belajar dalam team, cerita sukses atau
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
29
gagal suatu team harus disampaikan pada team yang lainnya.
Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat
penting
untuk
peningkatan
kapasitas
organisasi
dalam
menambah modal intelektualnya.
2.2.3 Pengertian Persepsi
Persepsi dapat didefinisikan sebagai “suatu proses dengan mana individuindividu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi
makna kepada lingkungan mereka” (Robbins, 1996:124). Ivansevich, Konopaske,
dan Matteson, (2005:110), mengemukakan bahwa persepsi “perception) is the
process by which an individuals gives meaning to the environment. It involves
organizing and interpreting various stimuli into a psychological experience.”
Thoha (2004) menyebutkan bahwa persepsi timbul karena adanya dua
faktor baik internal antaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu
termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan, dan tanggapannya
terhadap hasil yang dicapai. Widayatun (1999) menyatakan bahwa proses
terjadinya persepsi adalah karena adanya objek/stimulus yang merangsang untuk
ditangkap oleh panca indera (objek tersebut menjadi perhatian panca indera),
kemudian stimulus/objek perhatian tadi dibawa ke otak. Dari otak terjadi adanya
“Kesan” atau jawaban (Respon) adanya stimulus, berupa kesan atau respon
dibalikkan ke indera kembali berupa “Tanggapan” atau persepsi atau hasil kerja
indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak.
Dalam memandang sesuatu, terdapat sejumlah faktor yang membentuk
atau terkadang memutarbalikan persepsi. Faktor ini berada pihak pelaku persepsi
(perceiver), dalam objek atau target yang dipersepsikan atau dalam konteks situasi
dimana persepsi itu dilakukan (Robbins, 2006).
a. Pelaku Persepsi
Apabila seorang/individu memandang pada suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya. Penafsiran tersebut sangat dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Diantara
karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
30
adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan (ekspektasi).
b. Target
Karakteristik-karakteristik
dari
target
yang
akan
diamati
dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam
keadaan terpencil, oleh karena itu hubungan suatu target dengan latar
belakangnya mempengaruhi persepsi, seperti kecenderungan untuk
mengelompokkan benda-benda yang berdekatan.
c. Situasi
Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.
Penting bagi kita untuk melihat konteks objek/peristiwa.
Suatu kenyataan bahwa setiap individu dalam menyikapi hal yang sama,
memiliki pemahaman yang berbeda. Robbins (2002:46) berpendapat bahwa
“sejumlah faktor bekerja untuk membentuk dan kadangkala membiaskan persepsi.
Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek
atau sasaran yang dipersepsikan, atau konteks di mana persepsi itu dibuat sendiri.
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Robbins
(1996:126)
Faktor pada perilaku:
Sikap
Motif
Kepentingan
Pengalaman
Pengharapan
Waktu dalam situasi:
Waktu
Keberadaan/tempat
kerja
Keadaan sosial
Persepsi
Faktor pada target:
Hal baru
Gerakan
Bunyi
Ukuran
Latar belakang
Kedekatan
Gambar 2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
31
2.3
Operasionalisasi Konsep
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori organisasi pembelajar
dari Peter Senge (1990) yang terdiri dari lima dimensi yaitu, Peronal mastery
(Keahlian pribadi), Shared vision (Berbagi visi), Mental model (Model mental),
System thinking (Berpikir sistem), Team learning (Kelompok belajar).
Pada tabel operasionalisasi konsep di bawah ini akan dirinci secara jelas
tentang variabel tersebut beserta indikator-indikatornya. Adanya tabel ini kelak
akan mempermudah peneliti dalam menentukan pertanyaan dalam kuisioner yang
akan dibagikan pada responden.
Tabel 2.2. Operasionalisasi Konsep
No.
Variabel
Dimensi
Indikator
Skala
Pengukuran
1.
Organisasi
Personal
Menghasilkan hasil kerja
Pembelajar
Mastery
yang berharga bagi
Ordinal
organisasi
Berusaha mencari solusi
inovatif dalam
menyelesaikan pekerjaan
Menyadari bahwa
tindakan yang dilakukan
berdampak terhadap
keadaan sekitar
Mampu mengerjakan
segala tugas yang
diberikan
Mampu mencapai target
kerja
Mental
Kebebasan dalam
Ordinal
Models
menjalankan pekerjaan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
32
Ketersediaan untuk berbagi
dan menerima pengalaman
serta informasi
Selalu menghargai
pendapat orang lain ketika
sedang mengembangkan
ide/ gagasan
Bersedia menerima kritik
dan saran
Shared Vision
Ordinal
Mendiskusikan dan
menyebarkan visi dan misi
organisasi perusahaan
Keterbukaan dan
dorongan dalam
mengemukakan ide-ide
baru
Menyadari visi organisasi
merupakan rumusan yang
harus dipahami
Visi organisasi mudah
dimengerti dan dipahami
Visi organisasi merupakan
pedoman dalam
menjalankan tugas dan
pekerjaan sehari-hari
Team
Keinginan untuk
Ordinal
Learning
mengembangkan gagasan
atau ide secara bersama
Adanya kesetaraan dalam
penyebaran informasi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
33
Ada cara pandang baru
terhadap pemecahan
masalah dalam dialog
kelompok
Sering muncul gagasan
atau ide dalam kelompok
Diberikan kesempatan
oleh pimpinan dalam
menjalankan suatu
gagasan/ ide
Tidak malu bertanya atas
hal yang tidak diketahui
Systems
Keberhasilan satu unit
Thinking
kerja mempengaruhi unit
Ordinal
kerja lain
Menggunakan reaksi
orang lain untuk
memperbaiki tindakan
sendiri
Berkoordinasi dalam
menjalankan
operasionalisasi kerja
Satu unit kerja tidak dapat
berhasil tanpa dukungan
unit kerja lain
Mengetahui penyebab
timbulnya masalah dalam
pekerjaan
Sumber:
Senge, Peter. M. 1990. The Fifth Dicipline: The Art and Practice of Learning
Organization. New York: Double D.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Menurut Neuman (1997, p 24), bahwa penelitian kuantitatif adalah
penelitian yang dilakukan suatu rangkaian penelitian yang berawal dari sejumlah
teori dengan didasari oleh tiga asumsi dasar. Penelitian ini menekankan pada
organisasi pembelajaran dan peneliti menyebarkan kuesioner kepada Karyawan
Divisi Human Resource PT Telkom Jakarta sebagai responden untuk mengetahui
persepsi karyawan terhadap dimensi-dimensi organisasi pembelajar sesuai dengan
teori dari Peter Senge. Menurut Irawan (2007:160), data kuantitaif adalah data
dalam bentuk angka dan mempunyai makna kuantitas sejati. Penafsiran data
kuantitatif harus dilakukan secara hati-hati. Data-data hasil pernyataan kuesioner
akan diubah menjadi data yang berupa angka-angka. Contohnya, jawaban
pernyataan indikator dari dimensi Personal Mastery, akan diubah menjadi 4
apabila jawabannya “baik”. Pada akhirnya, akan mendapatkan skor nilai dari
setiap jawaban.
3.2
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian dapat dapat dikategorikan ke dalam
empat jenis penelitian, yaitu berdasarkan manfaatya, berdasarkan tujuan,
berdasarkan demensi waktu dan berdasarkan teknik pengumpulan data (Prasetyo
dan Jannah, 2006:38).
3.2.1
Berdasarkan Tujuan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif,
di
mana
tidak
hanya
mengetengahkan
data
yang
diperolehselama melakukan penelitian, namun juga menganalisisnya, yang
kemudian akan digunakan untuk menggambarkan secara umum tentang
fenomena tertentu, dalam hal ini tentang fenomena penerapan organisasi
pembelajar.
34
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
35
3.2.2 Berdasarkan Manfaat Penelitian
Berdasarkan manfaatnya penelitian ini merupakan jenis penelitian
murni. Artinya, penelitian ini dilakukan dalam kerangka akademis. Selain
itu penelitian ini dilakukan untuk kepuasan peneliti dan untuk menambah
pengetahuan terutama pegetahuan dalam hal Organisasi Pebelajar pada
suatu perusahaan. Dalam penelitian murni, hasil penelitian dapat
memberikan pengetahuan dan pemahaman dasar yang dapat dijadikan
sumber metode, teori dan gagasan yang dapat diaplikasikan dalam
penelitian selanjutnya (Prasetyo dan Jannah, 2006:38).
3.2.3 Berdasarkan Dimensi Waktu
Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini dapat dikelompokkan
dalam penelitian cross sectional. Menurut Prasetyo dan Jannah (2005:45),
penelitian cross sectional adalah penelitian yang dilakukan dalam waktu
tertentu dan tidak akan dilakukan penelitian lain di waktu yang berbeda
untuk diperbandingkan. Penelitian ini dilakukan pada Mei-Juni 2012.
3.2.4 Berdasarkan Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kuantitaif dengan
metode survei. Survei dilakukan untuk memperoleh data primer. Dalam
penelitian survei, data di lapangan dikumpulkan dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden baik melalui kuesioner. Pengumpulan data
kuantitaif ini menghasilkan data bersifat terstruktur, sehingga periset dapat
melakukan proses pengkuantitatifan data, yaitu, “mengubah data semula
menjadi data berwujud angka” (Istijanto, 2005:15).
3.3
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada karyawan divisi Human Resource PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom), Tbk. Jakarta, belokasi di Jalan Gatot
Subroto, No 52 Jakarta.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
36
3.4
Populasi dan Sampel
Dalam menyebarkan kuesioner untuk mendapatkan informasi,
peneliti perlu menentukan responden yang akan menjadi sumber informasi
dengan menentukan populasi dan sampel.
1.
Populasi
Populasi merupakan suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek
yang merupakan perhatian peneliti. Populasi dalam penelitian ini
adalah Karyawan Divisi Human Resource PT Telekomunikasi
Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta
tahun 2012 yaitu sebanyak
sebanyak 32 orang.
2.
Sampel
Sampel adalah sebagian anggota populasi yang diambil menurut
prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Siagian,
2000). Oleh karena itu, sampel dipandang sebagai suatu pendugaan
terhadap populasi. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel
adalah Total sampling. Teknik ini biasanya digunakan pada
penelitian yang jumlah karyawannya tidak terlalu banyak. Dalam
penelitian ini, semua populasi digunakan sebagai sampel, mengingat
jumlah populasi yang tidak terlalu besar, yaitu 32 orang.
3.5
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Malo dan Trisnoningtias (2003:201), teknik pengumpulan data
merupakan teknik penelitian untuk mencari dan menentukan informasi yang
sesuai dengan topik penelitian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan dan
mengumpulkan informasi yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian secara
objektif. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua studi dalam mengumpulkan
data yaitu melalui data sekunder melalui studi kepustakaan dan data primer
melalui studi lapangan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
37
a.
Studi Kepustakaan
Dalam melakukan studi kepustakaan, peneliti memperoleh
data yang dikumpulkan secara tidak langsung dari sumbernya.
Data sekunder ini dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan
dipublikasikan
kepada
masyarakat
pengguna
data
(Sugiyono,2002). Data penelitian ini diperoleh dari jurnal, skripsi,
dan buku-buku referensi.
b.
Studi Lapangan
Dalam melakukan studi lapangan, peneliti mengadakan
penelitian lapangan di PT Telkom, Jakarta. Penelitian lapangan ini
dilakukan dengan cara survei dengan mengajukan pertanyaan yang
tersusun dalam kuesioner yang telah dibuat. Dalam penelitian ini,
setiap jawaban responden yang masuk melalui kuesioner diberikan
nilai. Nilai yang diberikan setiap jawaban yang masuk melalui
kuesioner berkisar antara 1 hingga 5. Alternatif jawaban yang
diberikan oleh peneliti menggunakan Skala Likert, yaitu digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial (Buchari Alma
2004:86). Kuesioner disusun dengan menurunkan beberapa faktor
yang terkait dengan variabel penelitian.
3.6
Teknik Analisis Data
Data survey yang telah dihasilkan akan diteruskan dengan pengolahan data
dengan menggunakan bantuan program SPSS (Statistical Package for Social
Science) for Windows Release versi 17.0 yang dikhususkan untuk penelitian–
penelitian sosial. Perangkat ukur yang digunakan untuk mengetahui mengenai
organisasi pembelajar pada PT Telkom Tbk Jakarta adalah skala Ordinal. Menurut
Istijanto (2005:74), “skala ordinal merupakan skala yang memiliki urutan, namun
jarak antara titik-titik atau kategori terdekat tidak perlu menunjukkan rentang
yang sama.” Skala ini mengurutkan data dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi ataupun sebaliknya, (Umar, 2004:73). Termasuk
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
38
kategori data ini adalah data hasil pengolahan juesioner. Analisis pengolahan data
menggunakan analisis univariat. Prasetyo dan Jannah (2005:184) berpendapat
bahwa “ analisis univariat adalah analisis terhadap satu variabel.”
Analisis distribusi frekuensi digunakan peneliti untuk menjumlahkan nilai
indeks dari jawaban responden yaitu persepsi karyawan. Bobot jawaban masingmasing responden dijumlahkan sehingga didapat nilai indeks yang kemudian
diinterpretasikan
ke
dalam
kategori
persepsi
responden.
Peneliti
juga
menggunakan analisis ukuran pemusatan (central tendency) untuk menentukan
kecenderungan persepsi seluruh karyawan. Ukuran pemusatan digunakan adalah
modus (mode). Pengertian modus (mode) menurut Sarwono (2006:141) adalah
nilai yang jumlah frekuensinya paling besar. Untuk mencari nilai modus dapat
dilihat pada jumlah frekuensi yang paling besar.
Memperoleh data primer dalam penelitian ini adalah menggunakan salah
satu instrument penelitian, yaitu kuesioner yang dibuat berdasarkan skala model
likert. Skala Likert, yaitu digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial
(Buchari Alma 2004:86). Setiap jawaban responden yang masuk melalui
kuesioner diberikan nilai. Nilai yang diberikan setiap jawaban yang masuk
melalui kuesioner, dengan intepretasi mengenai rentang skala dan skor dapat
digambarkan pada tabel 1 di bawah ini :
Tabel 3.1 Kategori Jawaban Skala Likert
Skor
Kategori
1
Sangat Tidak Setuju (STS)
2
Tidak Setuju (TS)
3
Kurang Setuju (KS)
4
Setuju (S)
5
Sangat Setuju (SS)
Sumber: telah diolah kembali oleh peneliti, 2012
Pengkategorian hasil responden dibentuk berdasarkan nilai indeks
tertinggi dan nilai indeks terendah dari jawaban responden. Nilai indeks
didapatkan dari hasil perkalian bobot nilai jawaban tertinggi dan terendah
dikaitkan banyaknya indikator yang digunakan. Pada kedua indeks tersebut,
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
39
peneliti akan membentuk 5 (lima) kategori persepsi karyawan berdasarkan rentang
skala yang ada.
Rumus rentang skala yang dikemukakan oleh Umar (2005:225) adalah
sebagai berikut:
n(m-1)
m
RS =
dimana:
n = jumlah sampel
m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 32
responden. Sedangkan terdapat 5 (lima) alternative jawaban dari tiap item, yaitu
Sangat Tidak Setuju, Tidak setuju, Kurang Setuju, Setuju, dan Sangat Setuju.
Berdasarkan rumus Rentang Skala didapatkan:
RS =
32 (5-1)
= 25,6
5
Nilai rentang skala yang diperoleh, akan digunakan sebagai rentang atas
skor penilaian penerapan organisasi pembelajar, antara skor terendah sampai
dengan skor tertinggi. Skor terendah diperoleh dari perhitungan jumlah sampel
dikali dengan bobot terendah. Sedangkan skor tertinggi diperoleh dari perhitungan
jumlah sampel dikali bobot tertinggi. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai
penggunaan rumus rentang skala, dapat dilihat pada pembahasan perhitungan skor
atas indikator.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
40
3.7
Batasan Penelitian
Penelitian ditujukan untuk mengukur pengaruh organisasi pembelajar
terhadap kinerja karyawan divisi Human Resource PT PT Telekomunikasi
Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta. Karyawan Human Resource yang dimaksud
disini adalah karyawan divisi Human Resource di PT Telkom Tbk Jakarta yang
berlokasi di Jalan Gatot Subroto No 52 Jakarta. Jadi penelitian ini ditujukan hanya
untuk karyawan pada bagian Human Resource tahun 2012. Pada penelitian ini,
variabel Organisasi pembelajar akan menggunakan teori dari Peter Senge (1990).
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 4
GAMBARAN UMUM
4.1
Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(TELKOM) merupakan Badan Usaha Milik Negara dan penyedia layanan
telekomunikasi dan jaringan terbesar di Indonesia. TELKOM menyediakan
layanan InfoComm, telepon kabel tidak bergerak (fixed wireless) dan telepon
nirkabel tidak bergerak (fixed wireless), layanan telepon seluler, data dan internet,
serta jaringan dan interkoneksi baik secara langsung maupun melalui anak
perusahaan.
Sebagai BUMN, Pemerintah Republik Indonesia merupakan pemegang
saham mayoritas yang menguasai sebagian besar saham biasa perusahaan
sedangkan sisanya dimiliki oleh public. Saham perusahaan diperdagangkan di
Bursa Efek Indonesia (BEI), London Stock Exchange (LSE) dan Tokyo Stock
Exchange (tanpa listing).
Sejarah TELKOM telah dimulai dari tahun 1856 atau zaman kolonial
Belanda. Tepatnya tanggal 23 Oktober 1856, pemerintah colonial Belanda
melakukan pengoperasian telegrap elektromagnetik pertama di Indonesia yang
menghubungkan Batavia (Jakarta) dan Bultenzorg (Bogor). Inilah cikal bakal dari
Telkom yang saat ini berdiri. Setelah itu tahun 1906-1965, pemerintah kolonial
belanda membentuk lembaga pemerintah untuk mengendalikan jasa pos dan
telekomunikasi tanah air. Pada tahun 1965, terjadi pemisahan jasa pos dan
telekomunikasi sehingga ditangani oleh dua perusahaan yaitu PN Pos dan Giro
dan PN Telekomunikasi.
Tahun 1974, PN Telekomunikasi dibagi menjadi dua divisi ayitu: Industri
Telekomunikasi (PT INTI) yang memproduksi perangkat telekomunikasi dan
Perusahaan
Umum
Telekomunikasi
(Perumtel)
untuk
melayani
jasa
telekomunikasi domestic dan internasional, namun, bisnis telekomunikasi
Internasional diambil alih oleh PT Indonesian Satellite Corporation (Indosat) pada
41
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
42
tahun
1980.
Tahun
1991
status
PERUMTEL
berubah
menjadi
PT
Telekomunikassi Indonesia atau TELKOM dengan operasibisnis terbagi atas dua
belas wilayah telekomunikasi (witel). Kedua belas witel tersebut kemudian
dirombak menjadi tujuh divisi regional yaitu divisi I Sumatra, Divisi II Jakarta,
Divisi III Jawa Barat, Divisi IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Divisi V jawa
Timur, Divisi VI Kalimantan dan Divisi VII Indonesia Bagian Timur.
Selanjutnya TELKOM melaksanakan penawaran saham perdana (Initial
Public Offering pada tanggal 14 November 1995 di Bursa Efek Jakarta dan
Bursaa Efek Surabaya. Dan pada tanggal 26 Mei 1995, TELKOM mendirikan
anak perusahaan yang menaangani bisnis telepon seluler,Telkomsel. Lingkungan
dari
lingkup
bisnis
TELKOMberubah
sejak
keluarnya
Undang-Undang
Telekomunikasi No.36 Tahun 1999, yang berlaku efektif pada September 2000
dimana UU ini telah memfasilitasi masuknya pemain baru dan menumbuhkan
persaingan usaha di industry telekomunikasi. Pada tahun 2001, TELKOM
kehilangan hak eksklusifnya sebagai penyelenggara tunggal jasa telepon tidak
bergerak di Indonesia. Dan di tahun yang sama TELKOM mengakuisisi 35,0%
saham Indosat di Telkomsel sehingga menjadikannya pemegang saham mayoritas
di perusahaan seluler itu dengan kepemilikan 77.7%. Indosat kemudian
mengambil alih 22.5% saham TELKOM di Lintasarta Aplikanusa. Di tahun
2004, TELKOM meluncurkan layanan sambungan telepon langsung Internasional
tidak bergerak. Selanjutnya di tahun 2009, TELKOM bertransformasi dari
perusahaan infocomm menjadi perusahaan pemyelenggara TIME. Wajah baru
TELKOM diperkenalkan kepada public dengan menampilkan logo baru dengan
tagline baru perusahaan the world in your hand.
Untuk menjawab tantangan yang terus berkembang di industry
telekomunikasi dalam negeri maupun di tingkat global, TELKOM melakukan
transformasi fundamental dan menyeluruh di seluruh lini bisnis yang mencakup
transformasibisnis
dan
portofolio,
transformasiinfrastruktur
dan
system,
transformasi organisasi dan sumber daya manusia serta transformasi budaya.
Pelaksanaan transformasi ini dilakukan dalam rangka mendukung upaya
diversifikasi bisnis TELKOM dari ketergantungan pada portofolio bisnis Legacy
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
43
yang terkait dengan telekomunikasi, yakni layanan telepon tidak bergerak (Fixed),
layanan telepon seluler (Mobile), dan Multimedia (FMM), menjadi portofolio
TIME. Konsistensi kami dalam berinovasi telah berhasil memposisikan
Perusahaan sebagai salah satu perusahaan yang berdaya saing tinggi dan unggul
dalam bisnis New Wave. Dengan berfokuskuat pada layanan TIME, TELKOM
berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap pelanggan TELKOM dapat
menikmati gaya hidup masa depan mulai hari ini.
Adapun arti dari bisnis TIME adalah :
a. Telecommunication
Adalah bisnis inti TELKOM yang juga merupakan bisnis legacy yang
telah
menjadi
ikon
TELKOM
selamaini.
Cakupan
layanan
telekomunikasi yang ditawarkan TELKOM di antaranya berupa
telepon kabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak, layanan
komunikasi data, Plain Ordinary Telephone Service (POTS),
broadband, satelit, penyewaan jaringan, dan interkoneksi, serta telepon
seluler yang dikelola anak perusahaan Telkomsel yang mentargetkan
segmen pasar yang sangat luas meliputi individu, usaha kecil dan
menengah (UKM) serta korporasi.
b. Information
Adalah salah satu New Economy Business (NEB) yang dikembangkan
TELKOM yang merupakan layanan terintegrasi meliputi value added
services (VAS) dan managed application /IT outsourcing (ITO), epayment, dan IT enabler Services (ITeS) untuk memberikan
kemudahan dalamproses kerja dan transaksi.
c. Media
Adalah salah satu layanan NEB yang dikembangkan TELKOM
meliputi Free To Air (FTA) dan PayTV yang menawarkan gaya hidup
modern bagi keluarga Indonesia.
d. Edutainment
Adalah salah satu NEB yang dikembangkan TELKOM untuk
memperluas segmen pasar terutama anak muda dengaan cakupan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
44
layanan berupa Ring Back Tone (RBT), SMS Content, portal dan lainlain.
4.2
Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk
Gambar 4.1
Logo lama PT Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Tbk
Sumber: http:/www.telkom.co.id
Gambar 4.2
Logo baru PT Telekomunikasi Indonesia (TELKOM) Tbk
Sumber: annual report TELKOM tahun 2010
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
45
Gambar di atas adalah logo TELKOM, gambar pertama adalah logo
TELKOM lama, sedangkan gambar kedua adalah logo TELKOM yang baru yang
masih dipakai hingga sekarang. Perubahan logo ini memberikan makna yang
mendalam bagi perusahaan.
Logo baru TELKOM mencerminkan brand positioning ”Life Confident”
dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua pelanggan untuk
mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka berada. Brand positioning ini
didukung oleh “service culture” baru yaitu: expertise, empowering, assured,
progressive dan heart.
Sekilas logo bulat dengan siluet tangan terkesan simpel; simplifikasi logo
ini terdiri dari lingkaran biru yang ada di depan tangan berwarna kuning. Logo ini
merupakan cerminan dari “brand value” baru yang selanjutnya disebut dengan
“Life in Touch” dan diperkuat dengan tag line baru pengganti “committed 2U”
yakni “the world is in your hand”.
Untuk lebih mengenal logo ini, ada baiknya kita memaknai arti dari
simbol-simbol tersebut.
Expertise : makna dari lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk
dan layanan dalam portofolio bisnis baru TELKOM yaitu TIME
(Telecommunication, Information, Media & Edutainment).
Empowering : makna dari tangan yang meraih ke luar. Simbol ini
mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar.
Assured : makna dari jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah
kecermatan, perhatian, serta kepercayaan dan hubungan yang erat
Progressive : kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit
yang maknanya adalah perubahan dan awal yang baru.
Heart : simbol dari telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk
menggapai masa depan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
46
Selain simbol, warna-warna yang digunakan adalah :
Expert Blue pada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman
yang tinggi
Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif,
hangat, dan dinamis
Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan
inovasi dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, memliki sebuah visi (tahun 2010) yaitu
Menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication,
Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional.
Untuk mencapai visi tersebut TELKOMpun merinci tentang misi yang
akan mereka jalankan untuk meraih visi yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu
menyediakan layanan TIME yang berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif
dan menjadi model pengelolaan korporasi terbaik di Indonesia.
Tujuan yang ingin diraih TELKOM yaitu menciptakan posisi terdepan
dengan memperkokoh bisnis legacy dan meningkatkan bisnis new wave untuk
memperoleh 60% dari pendapatan industri pada tahun 2015.
4.3
Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.
Searah dengan pelaksanaan visi, misi maupun inisiatif strategis TELKOM
dalam rangka perwujudan transformasi bisnis Perusahaan sebagai penyedia
layanan TIME, kami melakukan reorganisasi pada sejumlah unit usaha,
khususnya pada bisnis telepon kabel tidak bergerak.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
47
Gambar 4.3
Strukrur Organisasi TELKOM Pusat
Sumber: Buku Profil Perusahaan TELKOM
4.4
Produk dan Layanan PT TELKOM Tbk
TELKOM telah melakukan transformasi bisnis untuk mempertahankan
kesinambungannya sebagai pemimpin pasar dalam bisnis telekomunikasi
domestik. Pengembangan usaha dilakukan untuk mengakomodasikan kebutuhan
seluruh segmen pelanggan baik pelanggan biasa, pelanggankorporasi ataupun
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
48
operator telekomunikasi berlisensi lainnya. Dalam waktu yang sama, tern
permintaan yang dinamis menyediakan peluang usaha yang signifikan. Sebagai
operator telekomunikasi terpadu, sesuai dengaan strategi usaha TELKOM,
pengembangan usaha yang dilakukan berbasis pada kemampuan inti di bidang
teleponkabel tidak bergerak, telepon nirkabel tidak bergerak, seluler, data dan
internet serta jaringan dan interkoneksi dengan pergeseran paradigma bisnis kea
rah TIME sebagai masa depan bisnis telekomunikasi di Indonesia.
Kekuatan TELKOM sebagai penyedia solusi total bagi para pelanggan
terlihat pada sinergi dari seluruh potensi yang dimiliki untuk meraih posisi pasar
yang kuat di tengah persaingan bisnis telekomunikasi yang semakin ketat. Sinergi
juga dilakukan bersama dengan TELKOM Group khususnya dalamberbagai
kegiatan promosi dan pemasaran.
Berdasarkan portofolio bisnis, saat ini TELKOM mengelompokkan
kegiatan usahanya sebagai berikut dan merupakan pula produk dan layanan yang
diberikan TELKOM kepada para pelanggannya:
1. Sambungan Telepon Kabel Tidak Bergerak
a. TELKOMLokal adalah layanan untuk penggilan antar pelanggan
dalam jarak kurang dari 30 km atau dalam satu wilayah local,
misalnya area 021 untuk Jakarta dan sekitarnya.
b. TELKOMSLJJ atau panggilan SLJJ (Sambungan Langsung Jarak
Jauh) adalah layanan telepon jarak jauh dalam wilayah Indonesia.
Nomor pemanggil dan nomor yang dipanggil berbedaa wilayah
kode area.
c. TELKOMSLI-007 adalah layanan jasa komunikasi antar Negara
dengan menggunakan kode akses 007. Layanan ini juga dilengkapi
dengaan panggilan melalui bantuan operator dengan memutar
nomor akses 107. Sebelumnya, layanan ini dikenal dengan
TELKOM International Call (TIC) 007, sesuai dengan saat
diluncurkan pada bulan Juni 2004. Pada bulan Mei 2006,
TELKOM mengubah namanya menjadi TELKOMSLI-007
d. TELKOMSpeedy merupakan layanan internet broadband yang
memanfaatkan teknologi Asymmetric Digital Subscribed Line
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
49
(ASDL) dengan kecepatan tinggi hinggan 3 Mbps (downstream).
Speedy menyediakan layanan data, multimedia, dan telepon/fax
secara bersamaan (stimultan) hanya dengan menggunakan saluran
telepon kabel yang sudah ada.
2. Sambungan Telepon Nirkabel Tidak Bergerak
TELKOM Flexi adalah layanan telekomunikasi suara dan data yang
berbasis nirkabel dengan teknologi CDMA (Code Division Multiple
Access) 2000_IX. Layanan ini terbatas pada satu kode area tertentu
(limited mobility)dalam arti pelanggan hanya dapat menggunakanya dalam
sebuah kode area tertentu. Biaya pemakaiannya mengacu pada tariff
telepon rumah. TELKOMFlexi menawarkan tiga layanan dasar : suaara,
sms dan data dengan kecepatan rendah. Layanan bernilai tambah juga
tersedia seperti RBT atau ring back tone .
Salah satu keunggulan TELKOMFlexi adalah kualitas suara yang
jernih dan radiasi yang rendah serta jenis terminal yang bisa digunakan
pelanggan bragam mulai dari terminal bergerak maupun terminal tidak
bergerak. Pelanggan yang menggunakan perangkat bergerak dapat
memilih
layanan
(FLEXITrendy),
pasca
bayar
sementara
(FLEXIClassy)
untuk
pelanggan
dan
yang
pasca
bayar
menggunakan
perangkat tidak bergerak dapat menggunakan fixed wireless terminal
(FWT) untuk mengakses FLEXIHome yang berbasis ESN (non sim card).
Salah satu produk TELKOMFlexi yang paling kompetitif adalah
FLEXICombo yang meungkinkan pelanggan memiliki dua sampai tiga
nomor dalam satu kartu sehingga memberikan moblitas antar kota
FLEXICombo merupakan pengembangan layanan daari FLEXIClassy
dam FLEXITrendy yang khusus dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan yang sering menggunakan layanan roaming. Pada tahun 2010
terdapat beragam inovasi produk dan layanan yang dapat disediakan
misalnya FlexiChatting, FlexiNet Unlimited, Flexi Irit Mingguan, Flexi
Irit Mingguan Xtra, dan Flexi ngROOMpi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
50
3. Seluler
Untuk seluler ini dilakukan oleh anak perusahaan TELKOM yaitu
TELKOMSEl dan produknya ada 3 yaitu kartu HALO, SIMPATI dan
Kartu AS. Pada bagian ini tidak akan dijelaskan mendalam mengenai
produk dari TELKOMSEL ini.
4. Data dan Internet
a. TELKOMGlobal-01017 merupakan layanan premium panggilan
VoIP Internasional yang memanfaatkan jaringan internet dengan
kode akses 01017 untuk panggilan ke lebih dari 232 kode Negara
tujuan. Tarif layanan ini adalah 25% dari tarif SLI untuk semua
Negara dan tidak mengenal tariff rata tiap waktu (time band).
Layanan TELKOMGlobal-01017, tidak memerlukan perangkat
tambahan untuk mengakses dan hanya dengan metode one stage
calling.
b. TELKOMSave adalah layanan panggilan jarak jauh dan panggilan
VoIP Internasional yang sejenis dengan TELKOMGlobal-01017,
namun menggunakan metode dialing dua tahap. Agar dapat
melakukan panggilan internasional atau panggilan jarak jauh,
pelanggan
terlebih
dahuli
harus
memutar
nomor
akses,
memasukkan nomor PIN, selanjutnya memutar nomor tujuan. Tarif
layanan yang dikenakan adalah 24% daari tariff SLI. Pelanggan
pascabayar dan prabayar daapat memanfaatkan layanan ini.
c. TELKOMNet Instan merupakan layanan akses internet dial up
tanpa perlu berlangganan dan khusus dirancang dengan konsep
yang
mudah
dan
sederhana
untuk
memenuhi
kebutuhan
aksesibilitas. Dalam menggunakan layanan ini, pelanggan cukup
mengakses konfigurasi konneksi internet di computer dan mengisi
dial number dengan 0809 8 9999. Pada saat login, pelanggan cukup
mengisi user name: telkomnet@instan dan password TELKOM.
Biaya pemakaian dibebankan berdasarkan lama waktu pemakaian
dan
biaya
pemakaian
tersebut
disatukan
dengan
tagihan
penggunaan telepon.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
51
d. Plasa.com (www.plasa.com) merupakan layanan portal web yang
menyediakan layanan informasi serta komunitas internet berbahasa
Indonesia dengan focus layanan pada komunitas pendidikan
nasional. Plasa.com memiliki beberapa layanan portal diantaranya
layanan email gratis, online blogging untuk netters, electronic
cards services, online webchat services, dan IRC-like webchat,
online messaging services, RSS news clips, dan komunitas sekolah
Indonesia (KSI).
e. Kartu I-VAS. Untuk mendukung para pengguna internet,
dikeluarkanlah kartu internet value added services (I-VAS) yang
merupakan alat pembayaran prabayar untuk mengakses berbagai
konten atau layanan internet. Kartu I-VAS ini ditujukan untuk
menjadi alat pembayaran dengan nilai nominal yang tidak terlalu
besar dan tidak bisa menggunakan kartu kredit.
5. Jaringan dan Interkoneksi
TELKOMIntercarrier merupakan layanan interkoneksi dan wholesale
untuk penyelenggaran jasa dan jaringan lainnya yang dikenal dengan OLO
(other licensed operator). TELKOMIntercarrier menyediakan layanan inter
koneksi domestik, dan internasional, layanan satelit , penyewaan jaringan,
penggunaan bersama akan infrastruktur dan fasilitas, layanan data dan
layanan jaringan akses.
6. TELKOM Solution Business Partner (TSBP)
Layanan TSBP ini mencakup seluruh produk dan layanan TELKOM,
TELKOMGroup maupun mitra pendukung. Layanan TSBP dalam bentuk
konektivitas yang banyak digunakan oleh pelanggan perusahaan dan UKM
terdiri dari jasa jaringan (XPDR< IDR< VSAT< penyewaan jaringan),
DATAKOM (VPN, IP, VPN, frame relay, dinaccess, infonet, Metro
Ethernet, ADSL Link, ISDN), dan akses internet (IP Transit, Astinet,
Speedy).
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
52
7. TELKOMVision
Merupakan nama produk dari PT indonusa Telemedia, anak
perusahaan yang bergerak di bidang TV berlangganan. Layanan yang
diberikan TELKOMVisoin terdiri dari TV kabel, akses internet cepat dan
TV satelit.
4.5
Organisasi dan Manajemen HRD & GA TELKOM, Tbk
Human resources center dibentuk untuk memberikan kerangka peraturan
penyelarasan organisasi pengelolaan fungsional SDM dari secara desentralisasi
menjadi sentralisasi yang diselenggarakan oleh suatu unit organisasi. HR Center
ini adalah unit organisasi corporate service yang merupakan unit organisasi di
bawah direktorat Human Resources yang diberikan otoritas dan peran sebagai
penyelenggara operasi fungsional dan layanan SDM perusahaan untuk seluruh
organisasi TELKOM.
HR Center memberikan dukungan fungsional SDM kepada seluruh unit
bisnis/unit organisasi TELKOM. Seluruh aktivitas fungsional dan layanan SDM
di seluruh unit organisasi TELKOM merupakan otoritas dan tanggung jawab dari
unit HR center.
Pengelolaan SDM perusahaan
pengaturan hubungan
dilakukan
secara terpusat
dengan
antar penyelenggara fungsional SDM sebagai berikut:
pengelolaan strategi dan kebijakan SDM secara fundamental, jangka panjang, dan
mencakup seluruh aspek manajemen SDM oleh corporate office yaitu oleh VP
HR policy, pengelolaan implementasi kebijakan perusahaan dengan fokus pada
mekanisme hubungan industrial dilakukan oleh corporate office yaitu oleh VP
industrial
relation,
dan
penyelenggaraan
layanan
dukungan
SDM
dan
penyelenggaraan fungsi SDM di seluruh unit bisnis dilakukan oleh HR Center.
HR Center sebagai unit Corporate Service dengan peran sebagai berikut:
penyelenggaraan pengelolaan fungsi dan layanan SDM di seluruh unit organisasi
TELKOM,
penyelenggara
implementasi
kebijakan
dan
program
SDM,
memfasilitasi manajer lini untuk pelaksanaan manajemen SDM yang menjadi
tanggung jawab manajer lini, khususnya yang terkait dengan pembinaan dan
pendayagunaan SDM.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
53
HR center sendiri mengelola aktivitas aktivitas utama sebagai berikut:
perencanaan kebutuhan SDM dan job management, pelaksanaan program rekrut,
staffing, dan pengembangan SDM, pemyusunan dan pengendalian anggaran
SDM, pengelolaan Sistem Informasi SDM (HRIS), pengelolaan perubahan dan
performansi unit, pengelolaan temporary employee, dan layanan dukungan fungsi
SDM kepada seluruh unit organisasi TELKOM.
Human resources center ini membawahi berbagai macam bidang yang bisa
dilihat di bagan di bawah ini.Dan selain itu juga HRC memiliki perwakilan berupa
OSM per wilayah. Tempat penelitian ini adalah merupakan HR area 02 Jakarta.
Jadi HR setiap wilayah ini mengelola HR yang ada di wilayahnya dan juga
membawahi divisi dan juga HR di setiap unit bisnis TELKOM di wilayahnya
tersebut. Untuk HR 02 ini sendiri membawahi seluruh unit bisnis di daerah
Jakarta. Setiap wilayah Jakarta sendiri terdapat TELKOM yang mewakili
daerahnya misal TELKOM Jakarta Selatan, merekalah yang membawahi divisidivisi di daerah tersebut. Sedangkan HR 02 Jakarta bisa dikatakan pusat
administrasi di daerah Jakarta ini.
Human Resource (HR) Area adalah unit organisasi pelaksana operasional
HR Center yang berlokasi di wilayah atau lokasi dari unit-unit bisnis yang
diberikan dukungan fungsi SDM dan layanan SDM. HR Area 02 DKI adalah unit
operasional HR Center yang berada di Jakarta, dan menaungi unit-unit bisnis yang
berada di wilayah Jabodetabek untuk diberikan dukungan fungsi SDM dan
layanan SDM.
Tugas dari HR Area 02 adalah melaksanakan dukungan fungsi SDM dan
layanan SDM kepada seluruh unit organisasi PT TELKOM yang berada di
wilayah Jabodetabek. HR Area dipimpin oleh Operation Senior Manager (OSM)
yang disebut OSM HR Area. Seedangkan tugas dari OSM HR Area adalah
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tujuan dari HR Area yang dipimpinnya.
Setiap HR. Area (1-n) dibagi menjadi beberapa bagian yaitu employee
relation, carrier development, competency development, dan administrative and
service. Dan setiap HR Area ini dipimpin olah OSM HR Area (1-n). Setiap
bagian di HR Area tersebut memiliki tugas dan tanggung jawabnya masingmasing. Tugas dan kewajiban dari masing-masing bagian ini akan dipertanggung
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
54
jawabkan kepada atasan mereka yaitu manajer dan kemudai manajer pun akan
bertanggung jawab kepada atasannya kembali yaitu OSM atau Officer Senior
Manager di HR Area tempat mereka bekerja. Penjelasan mengenai hal tersebut
dapat disajikan dalam struktur organisasi bagian dari HRC maupun HR Area
TELKOM di bagan di bawah ini. Dengan begitu terlihat jelas hubungan antar
bagian yang ada di human resources TELKOM.
Gambar 4.4
Struktur organisasi Human Resources Center PT TELKOM Tbk
Sumber: Buku Profil Perusahaan
Untuk bagian employee relation dan juga administrative dan service HR
02 hanya membawahi divisi dan unit bisnis di bawahnya atau yang berada di
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
55
daerah jangkauan mereka, sedangkan untuk bagian pengembangan karir dan juga
kompetensi dipusatkan di HR 02 ini meskipun administrasi dan employee relation
mereka diurus oleh daerah mereka masing-masing. Terpusatnya bagian
pengembangan karyawan ini ditujukan untuk mempermudah program dan
kegiatan mereka.
4.5.1
Rekrutmen
Proses rekrutmen yang diadakan oleh TELKOM untuk pengadaan
sumber daya manusia dilakukan oleh corporate pusat. TELKOM pusat
berada di Bandung, Jawa Barat, disana lah manajemen yang memiliki
wewewnang untuk mengadakan rekruitmen dan seleksi dari para calon
karyawan yang akan bekerja di perusahaan ini.
Dengan sistem terpusat ini, memudahkan untuk perekrutan dari
para calon-calon potensial karena akan banyak sekali berkas yang masuk.
Namun, juga dengan banyaknya berkas yang masuk tersebut, akan makin
banyak pula variasi yang bisa mereka pilih dan juga akan memeperbesar
kemungkinan diterimanya karyawan yang sangat berkompetensi di
bidangnya. Proses rekrutmen ini dilakukan secara periodic oleh corporate
pusat TELKOM. Dan tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan yang ada
di perusahaan tersebut. System terpusat ini membuat corporate harus
menghitung dan mengetahui kebutuhan karyawan dari masing-masing
wilayah TELKOM di Indonesia.
Dengan mengetahui kebutuhan tiap tiap wilayah costumer service
baik barat maupun timur yang kemudiaan dibagi kembali per wilayah,
maka proses rekrutmen akan lebih efektif. Setelah dilakukan proses
perekrutan dan didapatkan para karyawan potensial, maka karyawan
tersebut siap „didistribusikan‟ ke area yang membutuhkannya.
4.5.2 Pengembangan Karyawan
Pengembangan yang dilakukan oleh Human Resources Department
TELKOM ada dua macam yaitu pengembangan kompetensi dan juga
pengembangan
karir.
Yang
pertama
kali
dilaksanakan
adalah
pengembangan kompetensi itu sendiri untuk mengetahui seberapa besar
kompetensi yang dimiliki oleh semua karyawan TELKOM. Dengan ini
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
56
akan terlihat seberapa besar kompetensi yang mereka miliki untuk
mendukung karyawan dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Dan jika
ada perbedaan antara kompetensi yang diinginkan dengan kenyataan di
lapangan maka akan dilakukan pelatihan yang dibutuhkan. Setiap
karyawan memiliki kebutuhan pelatihan yang berbeda beda antara yang
satu dengan yang lain.
Pelaksanaan penilaian kompetensi inilah yang akan dijadikan
pedoman dalam mengembangkan karir dari tiap karyawan. Karir ini
senantiasa menjadi motivasi karyawan untuk bekerja lebih giat dan lebih
rajin lagi. Ini juga merupakan salah satu jalan untuk membentuk kepuasan
karyawan terhadap perusahaan. Dan dengan kepuasan tersebut senantiasa
meningkatkan komitmen karyawan pada perusahaan pula.
Pelaksanaan pengembangan karyawan harus disesuaikan dengan
kebutuhan
dari
masing-masing
karyawan.
Untuk
pengembangan
kompetensi akan dihitung berapa gap kompetensi yang dialami masingmasing oleh karyawan. Gap kompetensi antara yang diinginkan dan
kenyataan akan dijadikan pedoman untuk divisi ini dalam melakukan
pelatihan dan karyawan.
4.5.3
Employee Relation
Tugas dari bagian Employee Relation adalah memastikan
terselenggaranya operasional fungsi employee relation yang seimbang dan
produktif untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis
antara perusahaan dan karyawan.
Bagian ini diketuai seorang manajer, adapun tugas dari manajer
dan juga staf-staf di bawahnya adalah sebagai berikut:
Memastikan kebijakan Employee Relation & Union Relation dan
informasi
penting
dipahami
oleh
karyawan
di
jajaran
organisasinya.
Memastikan optimalnya penggunaan sumberdaya di unit kerjanya.
Memastikan pengembangan karir dan peningkatan kompetensi
bawahannya difasilitasi dengan baik.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
57
Memastikan tercapainya kinerja fungsi Employee Relation &
Union Relation melalui pelaksanaan RKA dan implementasi sistem
pengelolaan kinerja di Employee Relation & Union Relation sesuai
kebijakan yang berlaku (SKU dan SKI)
Memastikan terciptanya kerjasama yang kondusif dan sinergis
dengan pihak-pihak terkait.
Memastikan teridentifikasinya semua risiko proses bisnis yg
berada dalam lingkup tanggung jawabnya, serta memastikan
pengendalian & evaluasinya secara periodik/insidentil untuk
minimalisasi resiko.
Memastikan tersedianya rumusan/ penjabaran sistem dan kebijakan
pengelolaan Employee Relation & Union Relation sesuai dengan
pedoman serta kebijakan HR Center serta kebijakan SDM
TELKOM.
Memastikan
tersedianya
strategi
operasional
pengelolaan
Employee Relation & Union Relation yang sejalan dengan strategi
operasional HR Area
Memastikan tersedianya usulan RKA Employee Relation & Union
Relation mengacu pada strategi dan kebijakan pengelolaan
Employee Relation & Union Relation
4.5.4
Administrative and Service
Seperti yang telah dijelaskan di atas dan juga penggambaran bagan
struktur organisasi TELKOM, administrative and service merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan HR setiap area yang
ada di Indonesia. Bagian ini memiliki jangkauan hanya membawahi divisidivisi yang ada di area mereka.
Seperti bagian-bagian lain, bagian ini juga dipimpin oleh seorang
manajer.
Adapun
tugas
dari
bagian
ini
adalah
memastikan
terselenggaranya operasional pelayanan dan pengelolaan data karyawan
unit bisnis pada lingkup area yang responsif dan akurat untuk menciptakan
produktivitas karyawan dan menyediakan dukungan data administratif
karyawan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
58
Yang menjadi rincian kewajiban dan kegiatan yang dilaksanakan
oleh karyawan di bagian ini adalah :
Memastikan transaksi/mutasi data karyawan di-entry ke HRIS
Memastikan besaran kompensasi, benefit dan fasilitas jabatan yang
diterima karyawan Aktif sesuai dengan tarif dan ketentuan
remunerasi yang berlaku (termasuk tarif pajak).
Memastikan hak dan kewajiban karyawan yang berhenti (termasuk
PENDI) telah dibayarakan sesuai dengan ketentuan Retirement
yang berlaku.
Memastikan pemberian hak cuti dan jumlah hari perjalanan cuti
sesuai dengan ketentuan Time Management yang berlaku.
Memastikan setiap pengajuan PD berdasarkan SPPD-nya dari
pejabat yg berwenang sesuai dengan ketentuanTravel Management
yang berlaku.
Memastikan ketersediaan anggaran Beban SDM, BUA dan Beban
Umum Lainnya untuk mendukung operasional HR Area
Memastikan pengelolaan kesehatan karyawan dilaksanakan oleh
YAKES/Vendor lainnya sesuai dengan PKS/Kontrak yg disepakati
termasuk pembayarannya
Memastikan efektivitas pengelolaan kesekretariatan & administrasi
perkantoran unit HR Area.
Dengan penjelasan di atas terlihat jelas tugas dan juga kewajiban
dari masing masing bagian dalam sebuah organisasi perusahaan TELKOM
terutama di bagian manajemen sumber daya manusia di TELKOM. Setiap
bagian pada HR Area (1-n) TELKOM ini memiliki staff yang tugasnya
telah ditetapkan sebelumnya. Dalam bagian administrative and sevice
misalnya ada staff yang mengurusi masalah retirement, ada yang
mengurusi masalah payroll dll. Intinya setiap staff itu melaksanakan
tugasnya masing-masing yang sudah tercantum dalam tugas secara
keseluruhan dari masing-masing bagian.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan hasil temuan lapangan, penulis melakukan
analisis terhadap 32 orang karyawan PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom)
Tbk, Jakarta, Divisi Human Resource. Analisis ini menggunakan alat bantu
software SPSS (Statistical Package for Social Science) 17.0.
5.1
Pembahasan Data Responden
Data-data mengenai responden sangat penting untuk mengetahui karakteristik
responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 (empat)
kategori, yang meliputi jenis kelamin, usia, lama bekerja, dan pendidikan terakhir.
Penelitian terhadap karakteristik responden berdasarkan pada beberapa kategori
tersebut dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai identitas responden.
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuesioner
kepada karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Jakarta, divisi Human
Resource. Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini sebanyak 32 orang,
sebagaimana data berikut:
5.2.1
Berdasarkan Jenis Kelamin
Deskripsi data responden berdasarkan jenis kelamin dijelaskan dalam
analisi distribusi frekuensi pada gambar berikut:
Gambar 5.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
59
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
60
Dari hasil pengolahan kuesioner terhadap jenis kelamin responden
didapatkan hasil pada gambar 5.1 yaitu bahwa responden berjenis kelamin
laki-laki lebih banyak dari responden berjenis kelamin perempuan. Responden
yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 65,6% atau sebanyak21 orang, dan
responden berjenis kelamin perempuan sebesar 34,3% atau sebanyak 11
orang.
5.2.2
Berdasarkan Usia
Identitas responden berdasarkan usia dicantumkan untuk mengetahui
secara mendalam berapa rata-rata usia responden yang menjadi sampel
penelitian. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 5.2 Data Responden Berdasarkan Usia
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Pada Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa dari total 32 responden dalam
penelitian ini, 1 responden atau 3,1% yang berada pada rentang usia di bawah
30 tahun. Sedangkan untuk rentang usia 30 - 40 tahun terdapat 6 responden
(18,7%). Selanjutnya terdapat 18 responden atau 56.3% yang berada pada
rentang usia 41 – 50 tahun. Responden yang berusia diatas 50 tahun terdapat 7
orang atau sebesar 21, 9 %. Dengan demikian, berdasarkan data tersebut dapat
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
61
diketahui bahwa mayoritas responden yang didapat berada pada rentang usia
41 - 50 tahun.
Hal ini menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja pada bagian
human resource PT Telkom adalah orang-orang yang telah memiliki
pengalaman sehingga bisa mengatasi setiap hal yang berhubungan dengan
SDM perusahaan dan pada umum bahwa orang-orang yang bekerja pada
bagian human resource adalah yang telah lama bekerja pada perusahaan
tersebut sehingga sudah mengerti yang berkaitan dengan kebutuhan
perusahaan.
5.2.3
Berdasarkan Lama Bekerja
Karakteristik responden yang ketiga adalah berdasarkan lama bekerja
di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jakarta, Divisi Human Resource.
Identitas berdasarkan lamanya bekerja seorang karyawan dipilih untuk
mengetahui responden memiliki masa kerja yang sudah cukup lama atau masi
baru. Umumnya masa kerja sangat erat dihubungkan dengan pengalaman atau
pun kepercayaan diri yang tinggi, hal tersebut adalah yang dimiliki oleh para
karyawan yang sudah memiliki masa kerja yang sudah lama. Data responden
berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada gambar 5.3 berikut ini.
Gambar 5.3 Data Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
62
Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa mayoritas karyawan
Telekomunikasi Indonesia Tbk, Jakarta, Divisi Human Resource memeiliki
lama bekerja di bawah 5 tahun yaitu sebesar 3,1% atau 1 responden. Sedangkan
lama bekerjanya antara 5-10 tahun sebesar 6,2% atau 2 orang responden.
Selanjutnya lama bekerja antara 11-15 tahun sebesar 9,4% atau sebanya 3
responden. Untuk masa kerja antara 16-20 tahun ada sebesar 25% atau sebanyak
8 responden, sedangkan karyawan yang memiliki masa kerja lebih dari 20 tahun
ada sebesar 56,3% atau sebanyak 18 responden. Dengan demikian berdasarkan
tabel tersebut didapat hasil bahwa karyawan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk,
Jakarta, pada Divisi Human Resource rata-rata telah bekerja lebih dari 20 tahun.
Masa kerja yang lama tersebut menunjang data penulis pada
pembahasan data responden berdasarkan usia yaitu bahwa rata-rata karyawan
PT Telkom pada divisi Human Resource sudah memiliki usia yang sudah tidak
muda lagi sehingga sesuai dengan masa kerja yang sudah lama di PT Telkom.
Hal ini menunjukkan bahwa pada divisi Human Resource PT Telkom diisi oleh
karyawan-karyawan yang sudah memiliki banyak pengalaman dan mereka
memiliki loyalitas yang tinggi pada perusahaan.
5.2.4
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Karakteristik responden yang terakhir adalah berdasarkan tingkat
pendidikan atau pendidikan terakhir para karyawan. Hal ini dimaksudkan
untuk mengelompokkan karyawan pada latar belakang pedidikannya masingmasing. Tingkat pendidikan dapat menunjang seseorang dalam bekerja.
Biasanya semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka semakin mudah
dalam mengaplikasikan pekerjaan, kmarena pengetahuan yang dimiliki
semakin banyak. Hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
63
Tabel 5.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Untuk tingkat pendidikan terakhir, mayoritas responden menempuh
pendidikan hingga SMA yaitu sebanyak 15 responden atau sebesar 46,9%,
masing-masing ada sebanyak 1 responden yang tingkat pendidikannya SD dan
SMP atau sebesar 3,1%. Sedangkan karyawan yang tingkat pendidikannya
sampai Diploma ada sebanyak 3 responden atau sebesar 9,4%. Untuk tingkat
Sarjana masing untuk S1 ada sebanyak 10 responden (31,2%), S2 sebanyak 2
responden (6,3%), dan tidak ada responden yang merupakan lulusan S3.
Pendidikan merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang
untuk dapat mengerjakan dan menjabat suatu jabatan. Dengan latar belakang
pendidikan seseorang dianggap mampu menjabat suatu jabatan tertentu.
5.2
Variabel Organisasi Pembelajar
Pada penelitian ini, variabel Organisasi Pembelajar terbagi dalam 5 dimensi,
yang diambil dari teori Peter Senge (1990) yaitu, Personal mastery (Keahlian
pribadi), Shared vision (Berbagi visi), Mental model (Model mental), System thinking
(Berpikir sistem), Team learning (Kelompok belajar). Berikut ini akan disajikan
penilaian responden terhadap setiap dimensi yang digambarkan melalui tabel-tabel
distribusi frekuensi berikut untuk setiap indikatornya.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
64
5.3.1
Personal mastery (Keahlian pribadi)
Dimensi Personal mastery (Keahlian pribadi) memiliki enam
indikator. Berikut sebaran jawaban responden untuk keenam indikator
tersebut.
Tabel 5.1
Menghasilkan hasil kerja yang berharga bagi organisasi
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
24
75%
SS
8
25%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang pertama dari dimensi Personal Mastery (Keahlian
Pribadi) yaitu, Menghasilkan hasil kerja yang berharga bagi organisasi. Dari
tabel 5.1 dapat dilihat, sebesar 75% atau sebanyak 24 responden memberikan
penilaian setuju, dan sisanya yaitu sebesar 25 % atau sebanyak 8 responden
memberikan jawaban sangat setuju. Dengan arti lain tingkat kesetujuan
responden terhadap indikator ini menunjukkan persentase yang sangat tinggi.
Hal ini merupakan sesuatu yang telah ditanamkan dalam diri setiap
karyawan bahwa suatu pekerjaan yang dilakukan harus memberikan atau
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi organisasi, karena PT Telkom
adalah bergerak di bidang telekomunikasi sehingga harus memberikan
pelayanan yang terbaik bagi setiap pelangganya, oleh karena itu setiap unit
yang ada dalam organisasi dituntut untuk selalu memberikan hasil yang
terbaik guna mendukung organisasi dalam mencapai visi organisasi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
65
Tabel 5.2
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
16
50%
SS
16
50%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang kedua dari dimensi Personal Mastery (Keahlian
Pribadi) yaitu, memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan. Dari tabel
5.2 dapat dilihat, sebesar 50% atau sebanyak 16 responden memberikan
penilaian setuju, dan dengan persentase yang sama yaitu 50%, responden
memilih sangat setuju untuk indikator ini. Dengan arti lain tingkat kesetujuan
responden terhadap indikator memiliki komitmen yang tinggi terhadap
pekerjaan menunjukkan persentase yang sangat tinggi.
Setiap individu yang menjadi responden pada penelitian ini setuju
bahwa mereka harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan
karena dalam hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan harus
mempunyai sikap yang disiplin yang ditunjukkan dengan adanya komitmen
dari setiap karyawan. Hal ini dapat terlihat dari masa kerja para karyawan PT
Telkom Jakarta divisi Human Resource, dalam pembahasan data responden
terlihat bahwa lebih dari 50% karyawan telah memiliki masa kerja di atas 20
tahun, yang artinya bahwa para karyawan pada divisi ini sudah mempunyai
loyalitas yang tinggi dan juga sudah memiliki pengalaman yang banyak.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
66
Tabel 5.3
Berusaha mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
4
12.5%
S
20
62.5%
SS
8
25%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Pada tabel 5.3 dapat dilihat bahwa mayoritas responden merasa setuju
dengan indikator ini yaitu sebanyak 20 responden (62,5%), sebanyak 4
responden atau sebesar 12,5% memberikan jawaban kurang setuju, sedangkan
sisanya memilih sangat setuju yaitu sebanyak 12 responden (37,5%). Ide atau
gagasan baru merupakan hal yang sangat penting bagi karyawan maupun
perusahaan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Ketika menghadapi suatu
kesulitan, maka diharapkan karyawan dapat menemukan ide atau solusi untuk
memecahkan masalah tersebut.
Telkom sebagai perusahaan yang memberikan pelayanan memang
harus bisa untuk menghadapi setiap persoalan yang datang, sehingga hal ini
menuntut untuk berpikir cepat dalam mengatasinya seiring dengan perubahan
lingkungan yang sangat cepat begitu juga dengan permintaan dari setiap para
pelanggan, perusahaan harus mampu dalam memberikan kepuasan bagi setiap
pelangganya.
Dengan
semakin
ketatnya
persaingan
dalam
bisnis
telekomunikasi, maka karyawan merasa perlu untuk melakukan inovasiinovasi agar tetap dapat bertahan menjadi salah satu perusahaan terbaik
dibidang ini.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
67
Tabel 5.4
Menyadari bahwa tindakan yang dilakukan berdampak terhadap keadaan
sekitar
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
10
31.2%
S
15
46.9%
SS
7
21,9%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang kedua dari dimensi Personal Mastery (Keahlian
Pribadi) yaitu, menyadari bahwa tindakan yang dilakukan berdampak
terhadap keadaan sekitar. Dari tabel 5.4 dapat dilihat, sebesar 46,9% atau
sebanyak 15 responden memberikan penilaian setuju, sebesar 31,2%
memberikan jawaban kurang setuju, sedangkan sisanya yaitu sebanyak 7
responden atau sebesar 21,9% memberikan jawaban sangat setuju. Artinya
bahwa semua karyawan divisi human resource setuju bahwa tindakan yang
dilakukan harus mempunyai dampak bagi keadaan sekitar. Hal ini
memberikan arti bahwa setiap tindakan yang dilakukan bisa menjadi
pembelajaran bagi karyawan lainnya, dalam arti lain mendorong karyawan
untuk terus belajar hal-hal baru untuk menciptakan inovasi yang memberikan
dampak bagi unit kerja dan juga bagi organisasi. Oleh karena itu semua
karyawan harus memiliki kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan
kompetensi dirinya dengan cara terus belajar sehingga nantinya akan
memberikan dampak yang positif bagi organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
68
Tabel 5.5
Mampu mengerjakan segala tugas yang diberikan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
3
9.4%
S
20
62,5%
SS
9
28,1%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator selanjutnya yaitu mampu mengerjakan segala tugas yang
diberikan. Pada indikator ini terlihat pada tabel 5.5 bahwa jawaban responden
didominasi oleh jawaban setuju (62,5%) atau sebanyak 20 responden, sebesar
9,4% memberikan jawaban kurang setuju, dan sisanya menjawab sangat
setuju (28,1%) atau sebanyak 9 responden. Dengan tingginya jawaban ke arah
kesetujuan menunjukkan bahwa karyawan mampu untuk menyelesaikan
segala tugas atau pekerjaan mereka. Para karyawan pada divisi human
resource sudah mengetahui apa saja pekerjaan yang harus mereka lakukan
karena mereka mampu untuk menerapkan kompetensi yang mereka punya ke
dalam pekerjaan mereka sehingga pekerjaan yang sedang dihadapi dapat
diselesaikan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
69
Tabel 5.6
Mampu mencapai target kerja
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
20
62,5%
SS
12
37,5%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang terakhir dari dimensi Personal Mastery (Keahlian
Pribadi) yaitu, mampu mencapai target kerja. Dari tabel 5.6 dapat dilihat
jawaban bahwa sebanyak 20 responden memberikan jawaban setuju atau
sebesar 62,5%, sedangkan sisasanya yaitu sebanyak 12 responden
memberikan jawaban sangat setuju atau sebesar 37,5%. Dari tabel ini dapat
terlihat bahwa semua responden memberikan jawaban setuju dan sangat setuju
untuk indikator ini, yaitu bahwa karyawan mampu mencapai target kerja. Hal
ini berarti setiap karyawan memiliki kompetensi yang tinggi untuk bekerja
secara efektif dan efisien karena telah mampu untuk mencapai target kerja.
Namun karyawan harus tetap harus belajar hal-hal baru untuk meningkatkan
kompetensi mereka.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
70
5.3.2
Shared Vision (Berbagi Visi)
Dimensi Shared Vision (Berbagi Visi) memiliki lima indikator.
Berikut sebaran jawaban responden untuk kelima indikator shared vision
(berbagi visi).
Tabel 5.7
Mendiskusikan dan menyebarkan visi dan misi organisasi perusahaan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
7
21,9%
S
20
62,5%
SS
5
15,6%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang pertama dari dimensi Shared Vision (Berbagi Visi) yaitu,
mendiskusikan dan menyebarkan visi dan misi organisasi perusahaan. Dari tabel 5.7
di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan jawaban yang didominasi oleh
jawaban setuju, dapat dilihat bahwa responden yang memberikan jawaban setuju
yaitu sebanyak 20 responden atau sebesar 62,5%, 7 responden memberikan jawaban
kurang setuju atau sebesar 21,9%, sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat
setuju yaitu sebanyak 5 orang atau sebesar 15,6%. Artinya bahwa karyawan pada
divisi human resource PT Tekom Jakarta memberikan penilaian yang positif untuk
indikator ini, yaitu bahwa visi organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting
untk disebarkan. Visi PT Telkom Jakarta yang ingin menjadi perusahaan yang unggul
dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media dan Edutainment
(TIME) di kawasan regional, tentunya harus didiskusikan dan disebarluaskan di
antara karyawan. Dengan adanya diskusi dan penyebaran visi di antara para karyawan
maka akan menggerakkan organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
71
terfokus pada pencapaian tujuan bersama, sehingga diperlukan visi yang sama di
antara semua karyawan dan semua unit yang ada dalam organisasi.
Tabel 5.8
Keterbukaan dan dorongan dalam mengemukakan ide-ide baru
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
5
15.6%
S
20
62.5%
SS
7
21.9%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang berikutnya adalah keterbukaan dan dorongan dalam
mengemukakan ide-ide baru. Jawaban responden untuk indikator ini dapat
terlihat pada tabel 5.8, jawaban responden untuk indikdtor ini sama seperti
inidkator sebelumnya yaitu didominasi oleh jawaban setuju sebesar 62,5%
atau sebanyak 20 responden, sebesar 15,6% memberikan jawaban kurang
setuju, sedangkan sisanya sebanyak 7 responden atau sebesar 21,9%
memberikan jawaban sangat setuju. Dari jawaban responden ini dapat
diketahui bahwa semua karyawan memberikan jawaban yang positif akan
indikator ini yaitu keterbukaan dan dorongan dalam mengemukakan ide-ide
baru. Keterbukaan dan dorongan dalam mengemukakan ide-ide baru sangat
diperlukan demi tercapainya visi PT Telkom sebagai perusahaan yang unggul
dalam penyelenggaraan Telecommunication, Information, Media dan
Edutainment (TIME) di kawasan regional. Adanya keterbukaan dan dorongan
merupakan penunjang untuk belajar yaitu mau untuk mendengarkan,
berdiskusi, menerima saran dan kritik, dan juga adanya saling bertukar pikiran
demi tercapainya visi organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
72
Tabel 5.9
Menyadari visi organisasi merupakan rumusan yang harus dipahami
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
2
6.3%
S
20
62.5%
SS
10
31.2%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang selanjutnya dari dimensi Shared Vision (Berbagi Visi)
yaitu, menyadari visi organisasi merupakan rumusan yang harus dipahami.
Jawaban responden untuk indikator ini dapat dilihat pada tabel 5.9, responden
yang memberikan jawaban kurang setuju sebanyak 2 orang atau sebesar 6,3%,
sebanyak 20 responden atau sebesar 62,5% memberikan jawaban setuju,
sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 10
responden (31,2%). Dalam hal ini artinya PT Telkom menanamkan pada
setiap karyawan untuk memahami visi yang ditetapkan oleh perusahaan
sehingga setiap karyawan dapat diarahkan secara bersama-sama dapat
mencapi visi yang telah dibuat tersebut. Dengan memahami visi secara
bersama maka akan menimbulkan semangat anggota organisasi atas masa
depan yang akan dicapai yaitu visi itu sendiri. Tanpa pemahaman akan visi
organisasi yang telah dibentuk maka pekerjaan yang dikerjakan tidak akan
sesuai dengan visi organisasi karena tidak memahami tujuannya. Sebaliknya
jika memahami rumusan visi organisasi tersebut maka setiap pekerjaan akan
dikerjakan kearah visi tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
73
Tabel 5.10
Visi organisasi mudah dimengerti dan dipahami
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
2
6.3%
S
17
53.1%
SS
13
40.6%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang berikutnya adalah visi organisasi mudah dimengerti
dan dipahami. Jawaban responden untuk indikator ini dapat terlihat pada tabel
5.10, jawaban responden untuk indikdtor ini sama seperti indikator
sebelumnya yaitu didominasi oleh jawaban setuju sebesar 53,1% atau
sebanyak 22 responden, sebanyak 2 responden memberikan jawaban kurang
setuju atau sebesar 6,3%, sedangkan sisanya sebanyak 13 responden atau
sebesar 40,6% memberikan jawaban sangat setuju. Dari jawaban responden
ini dapat diketahui bahwa karyawan memberikan jawaban yang positif akan
indikator ini yaitu bahwa visi organisasi mudah dimengerti dan dipahami.
Visi organisasi haruslah mudah dimengerti dan dipahami oleh setiap
anggota organisasi karena pada dasarnya organisasi terdiri atas berbagai orang
yang berbeda latar belakang pendidikan, pengalaman serta budayanya, maka
akan sulit bagi organisasi untuk bekerja secara terpadu kalau tidak memiliki
visi yang sama. Selain perbedaan latar belakang karyawan, organisasi juga
memiliki berbagai unit yang pekerjaannya berbeda antara satu unit dengan
unit lainnya. Oleh karena itu visi organisasi haruslah mudah untuk dimengerti
dan dipahami oleh setiap karyawan.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
74
Tabel 5.11
Visi organisasi merupakan pedoman dalam menjalankan tugas dan pekerjaan
sehari-hari
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
16
50%
SS
16
50%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang terakhir dari dimensi Shared Vision (Berbagi Visi)
yaitu, visi organisasi merupakan pedoman dalam menjalankan tugas dan
pekerjaan sehari-hari. Jawaban responden untuk indikator ini dapat dilihat
pada tabel 5.11, responden yang memberikan jawaban setuju sebanyak 16
orang atau sebesar 50%, sebanyak 16 responden juga memberikan jawaban
sangat setuju untuk indikator ini. Dari jawaban responden untuk indikator ini
dapat diketahui bahwa semua karyawan memberikan jawaban yang positif.
Artinya bahwa karyawan setuju bahwa visi organisasi menjadi pedoman
setiap karyawan dalam menjalankan tugas dan pekerjaan mereka. Visi
organisasi harus menjadi pedoman bagi setiap karyawan untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan visi organisasi sebagai
pedoman dalam mengerjakan pekerjaan maka akan menimbulkan motivasi
yang kuat untuk mencapai visi tersebut, sehingga setiap anggota organisasi
akan memberikan kontribusi yang yang terbaik untuk organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
75
5.3.3
Mental Model (Model Mental)
Dimensi Mental Model (Model Mental) memiliki empat indikator.
Berikut sebaran jawaban responden untuk keempat indikator Mental Model
(Model Mental).
Tabel 5.12
Kebebasan dalam menjalankan pekerjaan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
15
46,9%
S
12
37,5%
SS
5
15,6%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang pertama dari dimensi dimensi Mental Model (Model
Mental) yaitu, Kebebasan dalam menjalankan pekerjaan. Dari tabel 5.12 di
atas dapat dilihat bahwa responden memberikan jawaban yang didominasi
oleh jawaban kurang setuju, dapat dilihat bahwa responden yang memberikan
jawaban kurang setuju yaitu sebanyak 15 responden atau sebesar 46,9%,
sebanyak 12 responden memberikan jawaban setuju atau sebesar 37,5%,
sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 5 orang
atau sebesar 15,6%. Tingginya responden memberikan jawaban kurang setuju
ini dikarenakan PT Telkom telah mempunyai standar operasional kerja
sehingga hal ini membuat karyawan bekerja sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan dalam standar operasional tersebut. Hal ini memang sangat
perlu karena akan mebuat karyawan terarah dalam melaksanakan setiap
pekerjaan mereka, artinya setiap karyawan mempunyai fokus yang sama yaitu
untuk memberikan hasil kerja yang sesuai dengan yang diharapkan organisasi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
76
Tabel 5.13
Ketersediaan untuk berbagi dan menerima pengalaman serta informasi
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
21
65.6%
SS
11
34.4%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang kedua dari dimensi dimensi Mental Model (Model
Mental) yaitu, Ketersediaan untuk berbagi dan menerima pengalaman serta
informasi. Dari tabel 5.13 di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan
jawaban yang didominasi oleh jawaban setuju, dapat dilihat bahwa responden
yang memberikan jawaban setuju yaitu sebanyak 21 responden atau sebesar
65,6%, sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak
11 orang atau sebesar 34,4%. Tingginya responden memberikan jawaban
setuju dan sangat setuju dikarenakan setiap karyawan PT Telkom selalu
berbagi informasi kepada rekan sekerja mereka. Pimpinan juga turut berperan
karena peran pimpinan sangat penting dalam memberikan informasi kepada
karyawannya, mereka menyadari bahwa informasi merupakan hal yang sangat
penting, informasi biasanya didapat dari pendapat orang lain dalam hal ini
karyawan PT Telkom. Ketika mengalami suatu masalah maka karyawan PT
Telkom selalu meminta pendapat karyawan lainnya tentang pengalaman
maupun informasi yang dibutuhkan dalam menghadapi suatu masalah
tersebut, hal ini dikarenakan karyawan lain juga akan memberikan solusi/
alternatif lain yang akan membantu. Dalam hal ini artinya setiap karyawan
juga memiliki rasa saling percaya kepada rekan sekerja mereka, sehingga hal
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
77
ini dapat menciptakan kondisi kerja yang nyaman juga. Selain itu dengan
adanya keterbukaan di antara karyawan dengan saling membantu maka arus
informasi di antara karyawan juga akan berjalan baik.
Tabel 5.14
Bersedia menerima kritik dan saran
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
17
53.1%
SS
15
46.9%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang ketiga dari dimensi dimensi Mental Model (Model
Mental) yaitu, bersedia menerima kritik dan saran. Dari tabel 5.14 di atas
dapat dilihat bahwa responden memberikan jawaban yang didominasi oleh
jawaban setuju, dapat dilihat bahwa responden yang memberikan jawaban
setuju yaitu sebanyak 17 responden atau sebesar 53,1%, sedangkan sisanya
memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar
46,9%. Tingginya responden memberikan jawaban setuju dan sangat setuju
ini dikarenakan PT Telkom selalu berusaha untuk memberikan kualitas yang
terbaik bagi para pelanggan. Hal ini sesuai dengan visi PT Telkom yaitu,
menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication,
Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional, selain itu
logo baru TELKOM mencerminkan brand positioning ”Life Confident”
dimana keahlian dan dedikasi akan diberikan bagi semua pelanggan untuk
mendukung kehidupan mereka dimanapun mereka berada. Oleh karena itu PT
Telkom selalu terbuka untuk kritik dan saran karena itu akan membuat PT
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
78
Telkom belajar untuk menjadi organisasi yang unggul sesuai dengan visi
mereka. PT Telkom juga akan memberikan feedback atau solusi terbaik bagi
setiap pelanggannya yang mengajukan keluhan dengan selalu memberikan
kualitas layanan terbaik.
Tabel 5.15
Selalu menghargai pendapat orang lain ketika sedang mengembangkan ide/
gagasan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
4
12.5%
S
20
62.5%
SS
8
25%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang terakhir dari dimensi Mental Model (Model Mental)
yaitu, selalu menghargai pendapat orang lain ketika sedang mengembangkan
ide/ gagasan. Dari tabel 5.15 di atas dapat dilihat bahwa responden
memberikan jawaban yang didominasi oleh jawaban setuju, dapat dilihat
bahwa responden yang memberikan jawaban setuju yaitu sebanyak 20
responden atau sebesar 62,5%, sebanyak 4 responden yaitu sebesar 12,5 %
memberikan jawaban kurang setuju, sedangkan sisanya memberikan jawaban
sangat setuju yaitu sebanyak 15 orang atau sebesar 46,9%. Artinya bahwa
semua karyawan memberikan penilaian yang positif untuk indaikator ini,
yaitu karyawan memberikan jawaban setuju dan sangat setuju. Dari jawaban
responden ini, artinya bahwa karyawan pada divisi human resource PT
Telkom Jakarta selalu menghargai pendapat orang lain ketika sedang
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
79
mengembangkan ide. Hal ini sangat penting karena dengan demikian setiap
karyawan akan merasa dihargai sebagai bagian dari organisasi. Selain itu
dengan selalu menghargai pendapat orang lain artinya bahwa setiap individu
diberikan kesempatan untuk maju dan terus belajar dengan mengembangkan
ide tersebut.
5.3.4
System Thinking (Berpikir Sistem)
Dimensi System Thinking (Berpikir Sistem) memiliki lima indikator.
Berikut sebaran jawaban responden untuk kelima indikator tersebut.
Tabel 5.16
Keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit kerja lain
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
2
6.3%
S
18
56.2%
SS
12
37.5%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang pertama dari dimensi System Thinking (Berpikir
Sistem) yaitu, keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit kerja lain. Dari
tabel 5.16 di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan jawaban yang
didominasi oleh jawaban setuju, dapat dilihat bahwa responden yang
memberikan jawaban setuju yaitu sebanyak 18 responden atau sebesar 56,2%,
2 responden memberikan jawaban kurang setuju atau sebesar 6,3%,
sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 12
orang atau sebesar 37,5%. Dalam hal ini manajemen PT Telkom sangat
menekankan pentingnya kerjasama di antara satu unit dengan unit yang
lainnya.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
80
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerjasama
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Kesuksesan suatu organisasi sangat
ditentukan oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara
sinergik. Kemampuan untuk membangun hubungan ynag sinergik ini hanya
akan dimiliki apabila semua anggota unit saling memahami pekerjaan unit
lain, dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada
unit lainnya. Dalam hal ini divisi human resource merupakan suatu unit yang
sangat vital bagi perusahaan, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui
keadaan setiap unit yang ada dalam organisasi karena human resource
merupakan unit yang harus memperhatikan keadaan SDM dalam perusahaan
demi keberhasilan kinerja setiap unit. Oleh karena itu keberhasilan suatu unit
akan mempengaruhi kinerja pada unit lain juga. Dengan keberhasilan suatu
unit maka akan memacu unit yang lain juga untuk bekerja secara maksimal,
begitu juga sebaliknya ketika suatu unit tidak berhasil maka akan
mempengaruhi kinerja pada unit lainnya juga karena setiap unit dalam
orgainisasi merupakan suatu kesatuan. Seringkali dalam organisasi orang
hanya memahami apa yang dia kerjakan dan tidak memahami dampak dari
pekerjaan dia pada unit lainnya.
Tabel 5.17
Menggunakan reaksi orang lain untuk memperbaiki tindakan sendiri
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
8
25%
S
18
56.3%
SS
6
18.7%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
81
Indikator yang berikutnya adalah menggunakan reaksi orang lain
untuk memperbaiki tindakan sendiri. Jawaban responden untuik indikator ini
dapat terlihat pada tabel 5.17, jawaban responden untuk indikdtor ini sama
seperti inidkator sebelumnya yaitu didominasi oleh jawaban setuju sebesar
56,3%, sebanyak 8 responden memberikan jawaban kurang setuju (25%),
sisanya sebanyak 6 responden atau sebesar 18,7% memberikan jawaban
sangat setuju. Dari jawaban responden ini dapat diketahui bahwa mayoritas
karyawan setuju menggunakan reaksi orang lain/ karyawan lain untuk
memperbaiki tindakan sendiri. Hal ini berarti karyawan pada divisi human
resource PT Telkom mau untuk memperbaiki dan belajar dari karyawan lain
untuk memperbaiki tindakan mereka sendiri. Hal ini merupakan hal yang
sangat penting karena membuat proses pembelajaran lebih cepat karena
masing-masing karyawan belajar dari pengetahuan dan pengalaman karyawan
lainnya.
Tabel 5.18
Berkoordinasi dalam menjalankan operasionalisasi kerja
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
22
56.3%
SS
10
43.7%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang selanjutnya dari dimensi System Thinking (Berpikir
Sistem) yaitu, Berkoordinasi dalam menjalankan operasionalisasi kerja.
Jawaban responden untuk indikator ini dapat dilihat pada tabel 5.18, jawaban
responden mengarah pada jawaban setuju yaitu sebanyak 22 responden
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
82
memberikan jawaban setuju atau sebesar 68,8%, sedangkan sisanya
memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 10 orang atau sebesar
31,2%. Dari jawaban responden tersebut, artinya bahwa mayoritas karyawan
setuju bahwa mereka selalu berkoordinasi dalam menjalankan operasionalisasi
kerja.
Koordinasi sangat diperlukan dalam mencapai kesuksesan, adanya
koordinasi di antara karyawan menunjukkan bahwa kondisi kerja yang ada
dalam organisasi adalah baik karena jika tidak ada koordinasi di antara
karyawan maka tentunya setiap karyawan akan bekerja secara sendiri-senidri
sehingga tujuan yang akan dicapai pun tidak akan terwujud, sedangkan jika
ada koordinasi maka hal ini menunjukkan setiap karyawan selalu bekerjasama
dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi ini tentunya bukan hanya di
antara karyawan namun juga antara karyawan dengan pimpinan.
Tabel 5.19
Satu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja lain
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
4
12.5%
S
16
50%
SS
12
37.5%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang selanjutnya dari dimensi System Thinking (Berpikir
Sistem) yaitu, satu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja
lain. Jawaban responden untuk indikator ini dapat dilihat pada tabel 5.19,
jawaban responden mengarah pada jawaban setuju yaitu sebanyak 16
responden memberikan jawaban setuju atau sebesar 50%, 4 orang responden
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
83
memberikan jawaban kurang setuju atau sebesar 12,5%, sedangkan sisanya
memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 12 orang atau sebesar
37,5%. Dari jawaban responden tersebut, artinya bahwa mayoritas karyawan
setuju bahwa satu unit dalam organisasi itu tidak dapat berhasil tanpa
dukungan unit kerja lain.
Kesuksesan pencapaian organisasi sangat ditentukan oleh kerja sama
antar anggota organisasi, baik atasan maupun bawahan yang merupakan
bagian dari organisasi. Adanya dukungan yang ditunjukkan satu unit terhadap
unit lainnya akan membentuk tim kerja yang baik. Adanya kerja sama yang
baik ini akan mempercepat penyelesaian pekerjaan, karena setiap unit dalam
organisasi saling membutuhkan sebagai satu kesatuan demi keberhasilan
organisasi.
Tabel 5.20
Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
2
6.3%
S
23
71.8%
SS
7
21.9%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang terakhir dari dimensi System Thinking (Berpikir
Sistem) yaitu, mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan.
Pada tabel 5.20 dapat dilihat jawaban responden bahwa sebanyak 23
responden memberikan jawaban setuju atau sebesar 71,8%, 2 orang responden
memberikan jawaban kurang setuju, sedangkan sisanya yaitu sebesar 21,9%
memberikan jawaban sangat setuju atau sebanyak 7 responden. Artinya,
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
84
karyawan pada divisi human resource PT Telkom Jakarta
mempunyai
kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan, yaitu mampu untuk
mengetahui penyebab-penyebab dari munculnya suatu masalah. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan proses pembelajaran yang dilakukan oleh setiap karyawan
yaitu melalui pengalaman dan juga pengetahuan mereka akan pekerjaan
merka sehingga dapat mengetahui penyebab dari masalah yang muncul.
5.3.5
Team Learning (Kelompok Belajar)
Dimensi Team Learning (Kelompok Belajar) memiliki enam indikator.
Berikut sebaran jawaban responden untuk keenam indikator tersebut.
Tabel 5.21
Keinginan untuk mengembangkan gagasan atau ide secara bersama
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
1
3.1%
S
21
65,6%
SS
10
31.3%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang pertama dari Team Learning (Kelompok Belajar) yaitu,
keinginan untuk mengembangkan gagasan atau ide secara bersama. Dari tabel
5.21 di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan jawaban yang
didominasi oleh jawaban setuju, dapat dilihat bahwa responden yang
memberikan jawaban setuju yaitu sebanyak 21 responden atau sebesar 65,6%,
1 responden memberikan jawaban kurang setuju atau sebesar 3,1%,
sedangkan sisanya memberikan jawaban sangat setuju yaitu sebanyak 10
orang atau sebesar 31,3%. Tingginya jawaban responden memberikan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
85
jawaban setuju dikarenakan setiap karyawan menyadari bahwa mereka tidak
bias bekerja sendirian untuk keberhasilan organisasi, tetapi membutuhkan
dukungan karyawan lain juga.
Adanya keinginan untuk mengembangkan gagasan atau ide secara
bersama merupakan yang penting karena dengan adanya keinginan untuk
mengembangkan gagasan secara bersama berarti setiap karyawan mau untuk
terus memberikan kontribusi bagi organisasi untuk terus berkembang, selain
itu hal ini juga dapat berimplikasi terhadap munculnya inovasi baru.
Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan tim ini ditentukan oleh
visi bersama dan kemampuan berpikir. Jadi adanya keinginan untuk
mengembangkan gagasan harus tetap dipelihara agar tujuan/ visi organisasi
dapat dicapai. Hal ini dapat dipelihara dengan berbagi wawasan sukses dan
gagal yang terjadi dalam suatu tim sehingga pembelajaran dapat terus
berjalan.
Tabel 5.22
Adanya kesetaraan dalam penyebaran informasi
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
2
6.3%
S
16
50%
SS
14
43.7%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang kedua yaitu Adanya kesetaraan dalam penyebaran
informasi. Pada indikator ini terlihat pada tabel 5.22 bahwa jawaban
responden didominasi oleh jawaban setuju (50%) atau sebanyak 16
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
86
responden, 2 responden memberikan jawaban kurang setuju atau sebesar
6,3%, dan sisanya menjawab sangat setuju (43,7%) atau sebanyak 14
responden. Dengan tingginya jawaban ke arah kesetujuan menunjukkan
bahwa dalam penyebaran informasi setiap karyawan selalu mempunyai
kesempatan yang sama dalam memperoleh informasi, artinya karyawan
merasa bahwa mereka adalah suatu tim dan harus ada kesetaraan di antara
mereka dalam mendapatkan informasi untuk menghasilkan pekerjaan yang
berkualitas. Oleh karena itu suatu tim sangat penting untuk saling berbagi
informasi dan wawasan satu sama lain karena merupakan bagian dari
pembelajaran.
Tabel 5.23
Ada cara pandang baru terhadap pemecahan masalah dalam dialog kelompok
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
4
12.5%
S
19
59.4%
SS
9
28.1%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang ketiga yaitu ada cara pandang baru terhadap pemecahan
masalah dalam dialog kelompok. Pada indikator ini terlihat pada tabel 5.23
bahwa jawaban responden didominasi oleh jawaban setuju (59,4%) atau
sebanyak 19 responden, 4 responden memberikan jawaban kurang setuju atau
sebesar 12,5%, dan sisanya menjawab sangat setuju (28,1%) atau sebanyak 9
responden. Dengan tingginya jawaban ke arah kesetujuan menunjukkan
bahwa ketika para karyawan melakukan dialog, maka akan muncul ide atau
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
87
cara pandang baru dalam memecahkan masalah yang muncul, hal ini sangat
penting seiring dengan perubahan yang menuntut organisasi untuk
menemukan cara-cara baru dalam menghadapi suatu masalah, maka dialog di
antara para karyawan sangat perlu ketika memecahkan masalah karena akan
memunculkan gagasan-gagasan baru. Oleh karena itu suatu tim sangat penting
untuk saling berbagi wawasan satu sama lain karena merupakan bagian dari
pembelajaran.
Tabel 5.24
Sering muncul gagasan atau ide dalam kelompok
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
4
12.5%
S
18
56.2%
SS
10
31.3%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang berikutnya dari dimensi Dimensi Team Learning
(Kelompok Belajar), yaitu sering muncul gagasan atau ide dalam kelompok
terlihat pada tabel 5.24 bahwa jawaban responden didominasi oleh jawaban
setuju yaitu sebanyak18 responden atau sebesar 56,2%, 4 orang responden
atau sebesar 12,5 % memberikan jawaban kurang setuju, sedangkan sisanya
yaiutu sebanyak 10 orang responden atau sebesar 31,3% memberikan jawaban
sangat setuju. Ide/ gagasan merupakan hal yang penting bagi suatu organisasi
demi
peningkatan
kapasitas
organisasi
dalam
menambah
modal
intelektualnya. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat apabila
setiap karyawan mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
88
Tabel 5.25
Menyatakan selalu diberikan kesempatan oleh pimpinan dalam menjalankan
suatu gagasan/ ide
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
1
3.1%
S
23
71.9%
SS
8
25%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang kelima dari dimensi Team Learning (Kelompok
Belajar), yaitu, menyatakan selalu diberikan kesempatan oleh pimpinan dalam
menjalankan suatu gagasan/ ide terlihat pada tabel 5.25 bahwa jawaban
responden didominasi oleh jawaban setuju yaitu sebanyak 23 responden atau
sebesar 71,9%, 1 orang responden atau sebesar 3,1 % memberikan jawaban
kurang setuju, sedangkan sisanya yaiutu sebanyak 8 orang responden atau
sebesar 25% memberikan jawaban sangat setuju. Dalam hal ini berarti atasan
memberikan kesempatan kepada bawahan dalam menjalankan suatu gagasan/
ide yang muncul. Kesempatan yang diberikan pimpinan kepada bawahan
sangat penting karena karyawan akan merasa dihargai dan diakui
keberadaanya sebagai bagian dari suatu unit kerja maupun organisasi tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
89
Tabel 5.26
Tidak malu bertanya atas hal yang tidak diketahui
Jawaban
Frekuensi
Persentase
STS
0
0%
TS
0
0%
KS
0
0%
S
21
65.6%
SS
11
34.4%
Total
32
100%
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Indikator yang terakhir dari dimensi Team Learning (Kelompok
Belajar) yaitu, tidak malu bertanya atas hal yang tidak diketahui. Pada
indikator ini terlihat pada tabel 5.26 bahwa jawaban responden didominasi
oleh jawaban setuju (65,6%) atau sebanyak 21 responden, dan sisanya
menjawab sangat setuju (34,4%) atau sebanyak 11 responden. Dengan
tingginya jawaban ke arah kesetujuan menunjukkan bahwa karyawan tidak
malu untuk bertanya pada rekan sekerjanya atau karyawan lain untuk sesuatu
hal yang tidak diketahui yang berkaitan dengan pekerjaan. Bantuan dari
karyawan lain sangat dibutuhkan terutama saat karyawan mendapat kesulitan
dalam mengerjakan pekerjaan/ tugas. Kesulitan yang dihadapi karyawan dapat
terselesaikan dengan bantuan dari karyawan lain dengan cara bertanya.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
90
5.3
Perhitungan Skor Atas Indikator
Untuk melihat hasil penelitian, data yang didapat akan dianalisis
dengan menggunakan teknik rentang kriteria yang digunakan untuk melihat
penerapan organisasi pembelajar di PT Telekomunikasi Indonesia berdasarkan
persepsi karyawan Divisi Human Resource. Bentuk pernyataan adalah berupa
pernyataan positif dan negatif terhadap beberapa dimensi organisasi
pembelajar, yaitu dari teori Peter Senge (1990) yaitu, Personal mastery
(Keahlian pribadi), Shared vision (Berbagi visi), Mental model (Model
mental), System thinking (Berpikir sistem), Team learning (Kelompok
belajar). Menghitung skor tiap komponen adalah dengan mengalikan seluruh
frekuensi data dengan nilai data bobotnya. Dlam menentukan rentang skala
atau kriteria, peneliti menggunakan rumus seperti yang dikemukakan oleh
Umar (2005:225).
RS =
n(m-1)
m
dimana:
n = jumlah sampel
m = jumlah alternatif jawaban tiap item
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan:
RS =
32 (5-1)
5
= 25,6
Skor:
Skor terendah adalah 32
Didapat dari perhitungan: (jumlah sampel x bobot terendah = 32 x 1)
Skor tertinggi (skor ideal) adalah 160
Didapat dari perhitungan: (jumlah sampel x bobot tertinggi = 32 x 5)
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
91
Rentang Skala/ Kriteria:
32
+
25,6
=
57,6
57,6
+
25,6
=
83,2
83,2
+
25,6
=
108,8
108,8 +
25,6
=
134,4
134,4 +
25,6
=
160
Ukuran atas skor penilaian kepuasan kerja karyawan dapat dinyatakan
sebagai berikut:
32
57,6
Sangat Tidak Setuju
83,2
Tidak Setuju
108,8
Kurang Setuju
134,4
Setuju
160
Sangat Setuju
Sehingga kriteria skor penilaian menjadi:
Tabel 5.27 Pembagian Kategori
32
-
57,6
Sangat Tidak Baik
57,67
-
83,2
Tidak Baik
83,3
-
108,8
Kurang Baik
108,9
-
134,4
Baik
134,5
-
160
Sangat Baik
Sumber: telah diolah kembali oleh peneliti, 2012
Mengukur nilai skor (NS), nilai ini dapat dicari dengan menjumlahkan hasil
kali antara frekuensi (f) pada masing-masing alternative jawaban dengan skor
jawaban.
NS = Frekuensi alternative jawaban x skor
Missal dengan pernyataan No. 1 Personal Mastery
NS = (0x1)+(2x2)+(5x3)+(20x4)+(5x5) = 124
Untuk mengetahui interpretasi data lebih lanjut, akan dilakukan analisis data
frekuensi. Analisis data frekuensi dilakukan dengan menggunakan teknik rentang
skala, untuk melihat tingkatan persepsi pegawai terhadap masing-masing dimensi.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
92
Peneliti membagi lima dimensi untuk organisasi pembelajar, dimensi-dimensi
tersebut yaitu: Personal mastery (Keahlian pribadi), Shared vision (Berbagi visi),
Mental model (Model mental), System thinking (Berpikir sistem), Team learning
(Kelompok belajar).
Berikut ini adalah skor dan skala penilaian dimensi yang pertama yaitu
Personal mastery (Keahlian pribadi) yang terdiri dari 5 (lima) pernyataan:
Tabel 5.28 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Personal mastery
No.
Pernyataan
1
Menghasilkan hasil kerja yang
Jumlah Jawaban
Tiap Bobot
1
2
3
4
5
0
0
0
24 8
berharga bagi organisasi
2
Memiliki komitmen yang tinggi
terhadap pekerjaan
0
0
0
16
16
3
Berusaha mencari solusi inovatif
0
0
4
20
8
dalam menyelesaikan pekerjaan
Skor dan
Keterangan
136
(Sangat
Baik)
144
(Sangat
Baik)
132
(Baik)
4
Menyadari bahwa tindakan yang
dilakukan berdampak terhadap
keadaan sekitar
0
0
10
15
7
125
(Baik)
5
Mampu mengerjakan segala tugas
yang diberikan
0
0
3
20
9
6
Mampu mencapai target kerja
0
0
0
20
12
134
(Sangat
Baik)
140
(Sangat
Baik
675
Jumlah Skor
Skala Penilaian
675/6 = 135,2
Kategori
Sangat Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Tabel di atas menunjukkan dimensi personal mastery memiliki skor 135,2.
Sehingga berada pada rentang skala 134,5 < x ≤ 160 dengan kategori organisasi
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
93
pembelajar sangat baik. Oleh karena itu dapat dikatakan pegawai memiliki persepsi
yang baik atas dimensi Personal Mastery di PT Telkom.
Lebih lanjut hasil skor dimensi ini menandakan bahwa Organisasi pembelajar
yang diterapkan menimbulkan persepsi yang sangat baik. Hal ini ditandai dengan
perusahaan benar-benar peduli terhadap karyawannya dimana mereka selalu
memperhatikan setiap kebutuhan karyawannya. Organisasi juga memberikan fasilitas
untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki oleh setiap karyawan
Dimensi yang kedua adalah Shared vision (Berbagi visi). Berikut ini adalah
skor dan skala penilaian dimensi dasar promosi jabatan yang terdiri dari 5 (lima)
pernyataan:
Tabel 5.29 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Shared vision
No.
Pernyataan
1
Mendiskusikan dan menyebarkan
visi
dan
misi
Jumlah Jawaban
Tiap Bobot
1
2
3
4
5
0
0
7
20 5
organisasi
Skor dan
Keterangan
126
(Baik)
perusahaan
2
Keterbukaan dan dorongan dalam
0
0
5
20
7
130
(Baik)
0
0
2
20
10
133
(Baik)
0
0
2
17
13
0
0
0
16
16
139
(Sangat
Baik)
144
(Sangat
Baik)
mengemukakan ide-ide baru
3
Menyadari
visi
organisasi
merupakan rumusan yang harus
dipahami
4
Visi organisasi mudah dimengerti
dan dipahami
5
Visi
organisasi
pedoman
dalam
merupakan
menjalankan
tugas dan pekerjaan sehari-hari
Jumlah Skor
Skala Penilaian
691/5 = 134,4
Kategori
Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
691
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
94
Selanjutnya untuk dimensi shared vision menunjukkan persepsi yang sangat
baik. Pada tabel di atas didapat skor atas dimensi yang kedua dari pelaksanaan
promosi jabatan dengan nilai 134,4. Skor ini berada pada rentang skala 108,9 < x ≤
134,4 dengan kategori baik. Sehingga dari hasil analisis data frekuensi tabel di atas
dapat disimpulkan bahwa pegawai memiliki persepsi yang baik atas dimensi shared
vision yang ada di PT Telkom Jakarta.
Merujuk pada teori dari Peter Senge (1990) bahwa untuk menggerakkan
organisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang terfokus pada pencapaian
tujuan bersama diperlukan adanya visi yang dimiliki oleh semua orang dan semua
unit yang ada dalam organisasi. Di PT Telkom sendiri mereka telah mampu untuk
mempersatukan karyawan yang berbeda latar belakang, pengalam serta budayanya.
Sehingga hal ini dinilai oleh para karyawan telah diterapkan dengan sangat baik.
Setiap unit yang ada dalam organisasi telah mampu untuk bekerjasama satu sama lain
dengan mengganggap bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh setiap unit yang ada di
dalam organisasi adalah saling berhubungan yang membantu perusahaan mencapai
visi yang telah ditetapkan. Selain itu, adanya komitmen dan tekad dari semua orang
dalam organisasi, bukan sekedar kepatuhan terhadap pimpinan, membuat PT Telkom
menjadi sebuah organisasi yang berhasil.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
95
Dimensi yang ketiga adalah kriteria Mental model (Model mental). Berikut ini
adalah skor dan skala penilaian dimensi kriteria persyaratan promosi jabatan yang
terdiri dari 3 (tiga) pernyataan:
Tabel 5.30 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Mental model
No.
1
Pernyataan
Kebebasan dalam menjalankan
Jumlah Jawaban
Tiap Bobot
1
2
3
4
5
0
0
15 12 5
pekerjaan.
2
Ketersediaan untuk berbagi dan
Skor dan
Keterangan
118
(Baik)
0
0
0
21
11
138
(Sangat
Baik)
0
0
0
17
15
0
0
4
20
8
143
(Sangat
Baik)
132
(Baik)
menerima pengalaman serta
informasi
3
Bersedia menerima kritik dan
saran
4
Selalu meminta pendapat orang
lain ketika sedang
mengembangkan gagsan/ ide
Jumlah Skor
Skala Penilaian
531/4 = 132,8
Kategori
Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
531
Tabel di atas menunjukkan dimensi Mental Model memiliki skor 132,8.
Sehingga berada pada rentang skala 108,9 < x ≤ 134,4 dengan kategori baik. Lebih
lanjut, hasil skor dimensi ini menandakan bahwa penerapan organisasi pembelajar
sesuai dengan dimensi Mental Model di PT Telkom menunjukkan persepsi yang baik
Hal ini ditandai dengan PT Telkom yang selalu terbuka untuk setiap pelanggan yang
mempunyai keluhan pada organisasi sehingga dengan tanggap dapat dipelajari oleh
organisasi mengapa terjadi keluhan dalam hal tertentu, sehingga hal ini membuat
oragnisasi melakukan pembelajaran guna mengatasi setiap masalah yang muncul
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
96
sehingga ke depannya setiap pelanggan dar PT Telkom merasa puas akan pelayanan
yang diberikan PT Telkom.
Dimensi yang keempat adalah System thinking (Berpikir sistem). Berikut ini
adalah skor dan skala penilaian dimensi yang keempat yang terdiri dari 4 (empat)
pernyataan:
Tabel 5.31 Skor dan Skala Penilaian Dimensi System thinking
No.
1
Pernyataan
Keberhasilan
satu
unit
kerja
mempengaruhi unit kerja lain
2
Menggunakan reaksi orang lain
untuk
memperbaiki
tindakan
Jumlah Jawaban
Skor dan
Tiap Bobot
Keterangan
1
2
3
4
5
0
0
2
18 12
135
(Sangat
Baik)
0
0
8
18 6
126
(Baik)
sendiri
3
Berkoordinasi dalam menjalankan
0
0
0
22
10
operasionalisasi kerja
138
(Sangat
Baik)
4
Satu unit kerja tidak dapat berhasil
0
0
4
16
12
tanpa dukungan unit kerja lain
136
(Sangat
Baik)
5
Mengetahui penyebab timbulnya
0
0
2
23
7
masalah dalam pekerjaan
(Baik)
Jumlah Skor
Skala Penilaian
668/5 = 133,6
Kategori
Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Persepsi
pegawai
selanjutnya atas dimensi
133
668
System Thinking,
yang
menghasilkan skor 133,6. Sehingga dari rentang skala didapatkan penerapan
organisasi pembelajar yang baik. Dari skor tersebut dapat disimpulkan bahwa
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
97
penerapan Organisasi Pembelajar dilihat dari dimensi System Thinking dapat
menimbulkan persepsi yang baik.
Menurut Peter Senge (1990) organisasi harus mampu melihat pola perubahan
dalam setiap peristiwa kehidupan secara keseluruhan, dengan cara berpikir bahwa
segala usaha manusia saling berkaitan, saling mempengaruhi dan membentuk energi.
Organisasi pada dasarnya terdiri atas unit yang harus bekerjasama untuk
menghasilkan kinerja yang optimal. Kesuksesan suatu organisasi sangat ditentukan
oleh kemampuan organisasi untuk melakukan pekerjaan secara sinergik. Kemampuan
untuk membangun hubungan yang sinergik ini hanya akan dimiliki kalau semua
anggota unit saling memahami pekerjaan unit lain, dan memahami juga dampak dari
kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya. Dalam hal ini ditandai dengan
adanya dukungan yang ditunjukkan satu unit terhadap unit lainnya sehingga
membentuk tim kerja yang baik. Adanya kerja sama yang baik ini akan mempercepat
penyelesaian pekerjaan, karena setiap unit dalam organisasi saling membutuhkan
sebagai satu kesatuan demi keberhasilan organisasi. Hal ini lah yang telah diterapkan
oleh PT Telkom sehingga menghasilkan kinerja yang baik.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
98
Dimensi yang terakhir adalah Team learning (Kelompok belajar). Berikut ini
adalah skor dan skala penilaian dimensi yang keempat yang terdiri dari 5 (lima)
pernyataan:
Tabel 5.32 Skor dan Skala Penilaian Dimensi Team learning
No.
Pernyataan
1
Keinginan untuk mengembangkan
gagasan atau ide secara bersama
2
Adanya
kesetaraan
dalam
penyebaran informasi
2
Ada cara pandang baru terhadap
pemecahan masalah dalam dialog
Jumlah Jawaban
Skor dan
Tiap Bobot
Keterangan
1
2
3
4
5
0
0
1
21 10
137
(Sangat
Baik)
0
0
2
16 14
140
(Sangat
baik)
0
0
4
19 9
133
(Baik)
kelompok
3
Sering muncul gagasan atau ide
dalam kelompok
0
0
4
18
10
134
(Baik)
4
Menyatakan selalu diberikan
kesempatan oleh pimpinan dalam
menjalankan suatu gagasan/ ide
0
0
1
23
8
135
(Sangat
Baik)
5
Tidak malu bertanya atas hal yang
tidak diketahui
0
0
0
21
11
139
(Sangat
Baik)
818
Jumlah Skor
Skala Penilaian
818/6 = 136,3
Kategori
Sangat Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Tabel di atas menunjukkan dimensi Team Learning memiliki skor 136,33.
Sehingga berada pada rentang skala 134,5 < x ≤ 160 dengan kategori organisasi
pembelajar sangat baik. Lebih lanjut, hasil skor dimensi ini menandakan bahwa Team
Learning di PT Telkom Jakarta dapat menimbulkan persepsi yang baik terhadap
penerapan organisasi pembelajar. Hal ini ditandai dengan adanya keinginan untuk
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
99
mengembangkan gagasan atau ide secara bersama oleh karyawan, hal ini merupakan
hal yang penting karena dengan adanya keinginan untuk mengembangkan gagasan
secara bersama berarti setiap karyawan mau untuk terus memberikan kontribusi bagi
organisasi untuk terus berkembang, selain itu hal ini juga dapat berimplikasi terhadap
munculnya inovasi baru. Selain itu kebiasaan untuk selalu menceritakan pengalaman
bekerja kepada karyawan lain akan mebuat pembelajaran lebih cepat terjadi di antara
karyawan, informasi yang didapat akan membantu karyawan lain dalam
melaksanakan tugasnya. Merujuk pendapat dari Peter Senge (1990), bahwa team
learning adalah hal yang sangat penting karena regu, bukan perseorangan, merupakan
unit belajar utama dalam organisasi.
Rekapitulasi seluruh skor dan skala penilaian atas dimensi penerapan
organisasi pembelajar berdasarkan persepsi karyawan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.33 Rekapitulasi Skala Penilaian Tiap Dimensi
No.
1
2
3
4
5
Dimensi
Nilai Skor
Pelaksanaan Promosi
Jabatan
Personal Mastery
135,2
Sangat Baik
Shared Vision
134,4
Baik
Mental Model
132,8
Baik
System Thinking
133,6
Baik
Team Learning
136,3
Sangat Baik
Sumber: Diolah peneliti menggunakan SPSS 17.0, Juni 2012.
Berdasarkan rekapitulasi nilai skor di atas, dimensi Team Learning
menempati urutan yang paling baik dalam penerapan organisasi pembelajar di PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, Jakarta dengan skor mencapai 136,3. Nilai
ini menunjukkan bahwa penerapaan dimensi ini sudah sangat baik, hal ini bisa dilihat
kemampuan oraginsasi dalam mensinergikan kegiatan tim yang ditentukan oleh
adanya visi bersama dan kemampuan berpikir. Seperti yang dilakukan oleh PT
Telkom yaitu dengan saling berbagi wawasan dan belajar bersama-sama, sehingga
pembelajaran dalam organisasi berjalan cepat.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
100
Yang menempati urutan kedua adalah dimensi personal mastery. Dengan skor
135,2, dimensi ini dapat mencerminkan bahwa penerapan organisasi pembelajar di
PT Telkom sudah sangat baik. Hal ini ditunjukkan dari prestasi kerja dan kompetensi
karyawan yang ditunjukkan oleh karyawan. Penghargaan yang diterima PT Telkom di
bidang pengetahuan menunjukkan bahwa PT Telkom mampu untuk menerapkan
pembelajaran bagi setiap karyawannya.
Dimensi Shared Vision menempati urutan ketiga dengan mendapatkan skor
134,4. Dimensi ini juga dapat mencerminkan bahwa penerapan organisasi pembelajar
di PT Telkom sudah baik. Hal ini diketahui dari organisasi yang mampu untuk
mempersatukan para karyawannya dimana terdiri dari berbagai latar belakang yang
berbeda sehingga diperlukan adanya suatu visi bersama agar organisasi bekerja secara
terpadu.
Yang menempati urutan keempat adalah System Thinking yang mendapatkan
skor 133,6. Seringkali dalam organisasi orang hanya memahami apa yang dia
kerjakan dan tidak memahami apa yang dikerjakan pada unit lainnya. Namun jika
dilihat dari jawaban dari responden, maka penerapan dimensi ini di PT Telkom sudah
bisa diterapkan dengan baik dimana setiap unit saling memahami pekerjaan unit lain,
dan memahami juga dampak dari kinerja unit tempat dia bekerja pada unit lainnya.
Organisasi yang demikian ini akan membuat proses pembalajaran lebih cepat karena
masing-masing orang dari fungsi yang berbeda akan berbagi pengetahuan dan
pengalamannya.
Dimensi Mental Model menempati urutan yang terakhir dengan mendapatkan
skor 132,8. Walaupun dimensi ini menempati urutan yang terakhir, namun kategori
yang didapat adalah baik. Dimensi ini juga dapat mencerminkan bahwa peneran
organisasi pembelajar di PT Telkom sudah sangat baik. Nilai ini menunjukkan bahwa
penerpaan dimensi ini sudah sangat baik, hal ini bisa dilihat dari pihak Telkom yang
terbuka dari setiap kritikan dan saran karena itu akan membuat PT Telkom belajar
untuk menjadi organisasi yang unggul sesuai dengan visi mereka.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis yang telah dilakukan
terhadap karyawan divisi Human Resource, , diperoleh simpulan bahwa penerapan
organisasi pembelajar di PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta,
berdasarkan persepsi karyawan divisi Human Resource sudah berjalan dengan
sangat baik. Dari kelima dimensi, empat dimensi yaitu Personal mastery (Keahlian
pribadi), Shared vision (Berbagi visi), Mental model (Model mental), Team learning
(Kelompok belajar), semuanya masuk dalam kategori sangat baik, sedangkan
dimensi System thinking (Berpikir sistem) masuk dalam kategori baik. Dari kelima
dimensi tersebut yang mendapatkan skor tertinggi yaitu dimensi Mental Model.
6.2
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan beberapa hal
sebagai berikut:
Penelitian ini menggambarkan penerapan organisasi pembelajar yang ada
di PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk, Jakarta khususnya divisi
Human Resource. Penerapan organisasi pembelajar di PT Telekomunikasi
Indonesia (Telkom) Tbk, Jakarta ini hanya berdasarkan persepsi dari
karyawan di satu divisi saja, karena itu penulis menyarankan adanya
penelitian
mengenai
penerapan
organisasi
pembelajar
di
PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk berdasarkan persepsi dari
karyawan pada divisi lain selain divisi Human Resource.
Mengingat sampel yang terbatas pada penelitian ini, maka bagi penelitian
selanjutnya sebaiknya dilakukan dengan sampel yang lebih representatif
sehingga generalisasi penelitian dapat dilakukan pada populasi yang lebih
luas.
101
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bambang Prasetyo dan Lina M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Dale, M. 2003. Developing Management Skill (Terjemahan). Jakarta: PT.
Gramedia.
Gagne, Robert M. Briggs, Leslie J.: Wager, Walter W. 1979. Principles of
Instructional Design. Toronto : Harcourt Brace Jovanovich.
Gilley, Jerry W dan Ann Maycunich. 1999. Beyond The Learning Organization.
Perseus Books, Cambridge, Massachusetts.
Irawan, Prasetya. 2004. Logika dan Prosedur Penelitian. Cetakan Pertama,
Jakarta: STIA-LAN Press.
Hair, Joseph F., Rolph E Anderson, Ronald L Tatham, and William Black.
Multivariate Data Analysis, Fifth Edition. Prentice Hall International, Inc,
New Jersey
L. Mathis, Robert ; Jackson, John H, . (2001).
Manajemen Sumber Daya
Manusia. Thomson Learning.
Lawrence W. Neuman. 1997. Social Research Methods: Qualitative and
Quantitative Approaches. Boston: Allyn and Bacon.
Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu , 2000 , Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, PT. Remaja Rosda Karya, Bandung.
Marquardt, M. J. 2002. Building A Learning Organization, 2nd edition. McGraw
Hill. USA.
Marquardt, M. J. and Angus Reynold. 1994. The Global Learning Organization.
Irwin. New York, USA.
Munandar, A.S. 2003. Learning Organization dan Penerapannya Dalam Dunia
Usaha Makalah Seminar Industri Kolokium di Makassar (Tidak Diterbitkan).
Prawiro, Sentono. 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia: Kebijakan Kinerja
Tenaga Kerja. Yogyakarta: BPPE.
102
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
103
Pedler, P.M., Boydell, T.H., Burgoyne, J. 1988. Learning Company: Project
Report Training Agency. New York: Mc.Graw-Hill Maiden Head.
Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan,
PTRaja Grafindo Persada, Jakarta.
Robbins P, Stephen. 2006. Perilaku Organisasi edisi 10 Versi Bahasa Indonesia.
Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang.
Senge, Peter. M. 1990. The Fifth Dicipline: The Art and Practice of Learning
Organization. New York: Double D.
Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2000. Metode Statistika Untuk Bisnis dan
Ekonomi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Siagian, P. Sondang. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT Bumi Aksara,
Jakarta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta
Sulistiyani, Ambar. T dan Rosidah. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Thoha, Miftah. 1996. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Widayatun, T. R. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: Sagung Seto.
Jurnal, Skripsi, Review:
Absah, Yeni. 2009. Pengaruh Organisasi Pembelajaran terhadap Kompetensi,
Tingkat Diversifikasi, dan Kinerja Perguruan Tinggi Swasta di Sumatera
Utara. Jurnal Inovasi. Vol. 6. No. 3.
Anders Ortenbland. 2001. On Differences Between Organization Learning And
Learning Organization, The Learning Organization. Vol 8, No. 3. MCB
University Prwess – ISSN 0969-6474.
Budhiningtias, Marliana W. ____. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja
Karyawan (Survei Pada PT. Frisian Flag Indonesia Wilayah Jawa Barat).
Majalah Ilmiah UNIKOM, Bidang Humaniora. Vol.7. No. 2.
Garvin, D 1993. Building a Learning Organization. Harvard Business Review,
Vol. 71 No. 4, pp. 78-91.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
104
Hitt. W. D. 1995. The learning Organization: Some refection on organization
Renewal. Leadership and Organizational Development Journal. Vol. 16. No.
8.
Hubner. S. 2002. Building a Learning Organization. Universitat Magdeburg.
Samperuru, Maria A. 2002. Learning Organization Pada PT XYZ. Psikologi,
Universitas Indonesia.
Schulz, Klaus-Peter & Geither, Silke. 2007. Between Exchange and Development:
Organizational Learning in Schools Through Inter-Organizational Networks.
Germany.
Susatyo. 2003. Prospek Perusahaan untuk menjadi sebuah learning organization
(Studi Kasus Pada PT Jasa Raharja Putera). Ilmu Administrasi, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Teresa G. Weldy. 2009. Learning Organization and Transfer: Strategies For
Improving Performance. Mitchell College of Business: Departmet of
Management, University of South Alabama, USA.
Vicry, Heri Satari. 2010. Pengaruh Organisasi Pembelajaran terhadap Kinerja
Karyawan berdasarkan Persepsi Karyawan (MNC Grup). Ilmu Administrasi,
Universitas Indonesia.
Wahyu, Marhaeni H, dan Suhartini. 2005. Pengaruh Faktor-Faktor Kepuasan
Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pelaksana di Lingkungan Badan Pusat
Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Kajian Bisnis dan
Manajemen.
Yohanna, Sondang L. Tobing, dan Rachma Fitriati. 2009. Pengaruh Organisasi
Pembelajar terhadap Kompetensi Pegawai Bank. Jurnal Ilmu Administrasi
dan Organisasi. Vol. 16. No. 1.
Sumber Lain:
Annual Report PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Tahun 2009 dan 2010.
Laporan Keberlanjutan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. 2010.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Lampiran 1
Kuesioner
No. Kuesioner :
Departemen Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
Selamat pagi/siang/sore
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang terhormat,
Saya Anugrah Pangaribuan, mahasiswa Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia. Saya sedang mengadakan
penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan Organisasi Pembelajar Di PT
Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk Jakarta
Berdasarkan Persepsi
Karyawan Divisi Human Resource.” Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui bagaimana penerapan Organisasi Pembelajar di PT Telekomunikasi
Indonesia Jakarta berdasarkan persepsi karyawan Human Resource, yang diukur
dengan menggunakan teori dari Peter Senge (1990) yang terdiri dari Personal
mastery (Keahlian pribadi), Shared vision (Berbagi visi), Mental model (Model
mental), System thinking (Berpikir sistem), Team learning (Kelompok belajar).
Saya
mohon
kesediaan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
untuk
dapat
meluangkan waktu dan mengisi setiap jawaban dengan lengkap dan benar. Semua
informasi yang diterima akan dijaga kerahasiaannya dan hanya akan dipergunakan
untuk keperluan akademis semata.
Atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu, Saudara/Saudari, saya ucapkan
terima kasih.
Hormat Saya,
Anugrah Pangaribuan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Daftar Kuesioner
Petunjuk Pengisian
I. Berikan tanda silang (X) atau checklist (√ ) pada jawaban yang anda
pilih dan Isilah titik-titik yang kosong sesuai dengan jawaban Anda.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Jenis Kelamin
:
1. Laki-laki
2. Perempuan
2. Usia
:
1. < 30 tahun
2. 30-40 tahun
3.41-50 tahun
4. > 50 tahun
3. Lama bekerja
:
1. < 5 tahun
2. 5-10 tahun
3. 11-15 tahun
4.16-20 tahun
5. > 20 tahun
4.
Pendidikan terakhir
:
1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Diploma
5. S1
6. S2
7.S3
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
II. Berikanlah penilaian Anda terhadap faktor-faktor Organisasi
Pembelajaran dan Kinerja Karyawan di bawah ini sesuai dengan
apa yang Anda alami/ rasakan sendiri.
Keterangan :
5
: Sangat Setuju
4
: Setuju
3
: Kurang Setuju
2
: Tidak Setuju
1
: Sangat Tidak Setuju
1
2
3
4
5
PERTANYAAN UNTUK VARIABEL ORGANISASI PEMBELAJAR
DIMENSI PERSONAL MASTERY (KEAHLIAN PRIBADI)
No Pertanyaan
1
1
2
3
4
5
Menghasilkan hasil kerja yang berharga bagi
organisasi
2
Memiliki
komitmen
yang
tinggi
terhadap
pekerjaan
3
Berusaha
mencari
solusi
inovatif
dalam
menyelesaikan pekerjaan
4
Menyadari bahwa tindakan yang dilakukan
berdampak terhadap keadaan sekitar
5
Mampu mengerjakan segala tugas yang
diberikan
6
Mampu mencapai target kerja
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DIMENSI SHARED VISION (BERBAGI VISI)
No Pertanyaan
1
1
2
3
4
5
2
3
4
5
Mendiskusikan dan menyebarkan visi dan misi
organisasi perusahaan
2
Keterbukaan
dan
dorongan
dalam
mengemukakan ide-ide baru
3
Menyadari visi organisasi merupakan rumusan
yang harus dipahami
4
Visi organisasi mudah dimengerti dan dipahami
5
Visi organisasi merupakan pedoman dalam
menjalankan tugas dan pekerjaan sehari-hari
DIMENSI MENTAL MODEL (MODEL MENTAL)
No Pertanyaan
1
Kebebasan dalam menjalankan pekerjaan.
2
Ketersediaan untuk berbagi dan menerima
1
pengalaman serta informasi
3
Bersedia menerima kritik dan saran
4
Selalu menghargai pendapat orang lain ketika
sedang mengembangkan ide/ gagasan
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DIMENSI SYSTEM THINKING (BERPIKIR SISTEM)
No Pertanyaan
1
2
1
3
4
5
3
4
5
Keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit
kerja lain
2
Menggunakan
reaksi
orang
lain
untuk
memperbaiki tindakan sendiri
3
Berkoordinasi dalam menjalankan
operasionalisasi kerja
4
Satu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa
dukungan unit kerja lain
5
Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam
pekerjaan
DIMENSI TEAM LEARNING (KELOMPOK BELAJAR)
No Pertanyaan
1
1
2
Keinginan untuk mengembangkan gagasan atau
ide secara bersama
2
Adanya kesetaraan dalam penyebaran informasi
3
Ada cara pandang baru terhadap pemecahan
masalah dalam dialog kelompok
4
Sering muncul gagasan atau ide dalam kelompok
5
Menyatakan selalu diberikan kesempatan oleh
pimpinan dalam menjalankan suatu gagasan/ ide
6
Tidak malu bertanya atas hal yang tidak
diketahui
Terima kasih atas kesediaan Anda dalam mengisi kuesioner ini.
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Lampiran 2
SPSS
Uji Analisis Statistik Deskriptif
Frequency Table
Jenis kelamin
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Pria
21
65.6
65.6
65.6
Wanita
11
34.4
34.4
100.0
Total
32
100.0
100.0
Usia
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
< 30
1
3.1
3.1
3.1
30-40
6
18.7
18.7
21.8
41-50
18
56.3
56.3
78.1
> 50
7
21.9
21.9
100.0
Total
32
100.0
100.0
Lama Bekerja
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
<5
1
3.1
3.1
3.1
5-10
2
6.2
6.2
9.3
11-15
3
9.4
9.4
18.7
16-20
8
25
25
43.7
>20
18
56.3
56.3
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Pendidikan Terakhir
Frequency
Valid
Diploma
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
9.4
9.4
9.4
S1
10
31.3
31.3
40.6
S2
2
6.3
6.3
46.9
SD
1
3.1
3.1
50.0
SMA
15
46.9
46.9
96.9
SMP
1
3.1
3.1
100.0
Total
32
100.0
100.0
Menghasilkan hasil kerja yang berharga bagi organisasi
Frequency
Valid
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
24
75.0
75.0
75.0
8
25.0
25.0
100.0
32
100.0
100.0
Memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
16
50.0
50.0
50.0
sangat setuju
16
50.0
50.0
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Berusaha mencari solusi inovatif dalam menyelesaikan pekerjaan
Frequency
Valid
kurang setuju
Setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
12.5
12.5
12.5
20
62.5
62.5
75.0
8
25.0
25.0
100.0
32
100.0
100.0
Menyadari bahwa tindakan yang dilakukan berdampak terhadap keadaan sekitar
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang setuju
10
31.2
31.2
31.2
Setuju
15
46.9
46.9
78.1
7
21.9
21.9
100.0
32
100.0
100.0
sangat setuju
Total
Mampu mengerjakan segala tugas yang diberikan
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
3
9.4
9.4
9.4
20
62.5
62.5
71.9
9
28.1
28.1
100.0
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Mampu mencapai target kerja
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
20
62.5
62.5
62.5
sangat setuju
12
37.5
37.5
100.0
Total
32
100.0
100.0
Mendiskusikan dan menyebarkan visi dan misi organisasi perusahaan
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
7
21.9
21.9
21.9
20
62.5
62.5
84.4
5
15.6
15.6
100.0
32
100.0
100.0
Keterbukaan dan dorongan dalam mengemukakan ide-ide baru
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
5
15.6
15.6
15.6
20
62.5
62.5
78.1
7
21.9
21.9
100.0
32
100.0
100.0
Menyadari visi organisasi merupakan rumusan yang harus dipahami
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.3
6.3
6.3
setuju
20
62.5
62.5
68.8
sangat setuju
10
31.2
31.2
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Visi organisasi mudah dimengerti dan dipahami
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.3
6.3
6.3
setuju
17
53.1
53.1
59.4
sangat setuju
13
40.6
40.6
100.0
Total
32
100.0
100.0
Visi organisasi merupakan pedoman dalam menjalankan tugas dan pekerjaan sehari-hari
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
16
50.0
50.0
50.0
sangat setuju
16
50.0
50.0
100.0
Total
32
100.0
100.0
Kebebasan dalam menjalankan pekerjaan
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
kurang setuju
15
46.9
46.9
46.9
setuju
12
37.5
37.5
84.4
5
15.6
15.6
100.0
32
100.0
100.0
sangat setuju
Total
Ketersediaan untuk berbagi dan menerima pengalaman serta informasi
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
21
65.6
65.6
65.6
sangat setuju
11
34.4
34.4
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Bersedia menerima kritik dan saran
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
17
53.1
53.1
53.1
sangat setuju
15
46.9
46.9
100.0
Total
32
100.0
100.0
Selalu menghargai pendapat orang lain ketika sedang mengembangkan ide/ gagasan
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
12.5
12.5
12.5
20
62.5
62.5
75.0
8
25.0
25.0
100.0
32
100.0
100.0
Keberhasilan satu unit kerja mempengaruhi unit kerja lain
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.3
6.3
6.3
setuju
18
56.2
56.2
62.5
sangat setuju
12
37.5
37.5
100.0
Total
32
100.0
100.0
Menggunakan reaksi orang lain untuk memperbaiki tindakan sendiri
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
8
25.0
25.0
25.0
18
56.3
56.3
81.3
6
18.7
18.7
100.0
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Berkoordinasi dalam menjalankan operasionalisasi kerja
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
22
56.3
56.3
56.3
sangat setuju
10
43.7
43.7
100.0
Total
32
100.0
100.0
Satu unit kerja tidak dapat berhasil tanpa dukungan unit kerja lain
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
12.5
12.5
12.5
setuju
16
50.0
50.0
62.5
sangat setuju
12
37.5
37.5
100.0
Total
32
100.0
100.0
Mengetahui penyebab timbulnya masalah dalam pekerjaan
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.3
6.3
6.3
23
71.8
71.8
78.1
7
21.9
21.9
100.0
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Keinginan untuk mengembangkan gagasan atau ide secara bersama
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3.1
3.1
3.1
setuju
21
65.6
65.6
68.8
sangat setuju
10
31.3
31.3
100.0
Total
32
100.0
100.0
Adanya kesetaraan dalam penyebaran informasi
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
6.3
6.3
6.3
setuju
16
50.0
50.0
56.3
sangat setuju
14
43.7
43.7
100.0
Total
32
100.0
100.0
Ada cara pandang baru terhadap pemecahan masalah dalam dialog kelompok
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
12.5
12.5
12.5
19
59.4
59.4
71.9
9
28.1
28.1
100.0
32
100.0
100.0
Sering muncul gagasan atau ide dalam kelompok
Frequency
Valid
kurang setuju
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
12.5
12.5
12.5
setuju
18
56.2
56.2
68.7
sangat setuju
10
31.3
31.3
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Menyatakan selalu diberikan kesempatan oleh pimpinan dalam menjalankan suatu gagasan/ ide
Frequency
Valid
kurang setuju
setuju
sangat setuju
Total
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
3.1
3.1
3.1
23
71.9
71.9
75.0
8
25.0
25.0
100.0
32
100.0
100.0
Tidak malu bertanya atas hal yang tidak diketahui
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
setuju
21
65.6
65.6
65.6
sangat setuju
11
34.4
34.4
100.0
Total
32
100.0
100.0
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Anugrah Pangaribuan
Tempat dan Tanggal Lahir
: Sigumpar, 01 Februari 1990
Alamat
: Jl. Kober No. 05 RT 003/ RW 004
Pondok Cina, Depok, 16424
Nomor Telepon
: 085296684808
Email
: [email protected]
Nama Orang Tua
: Ayah
: Tampin Pangaribuan
Ibu
: Mardelina Napitupulu
Riwayat Pendidikan Formal:
Sekolah/Universitas
Tahun
SD Negeri 2 No. 173557 Tanding, Laguboti
1996-2002
SLTP Budhi Dharma Balige
2002-2005
SMA Negeri 2 Soposurung Balige
2005-2008
Universitas
Indonesia,
FISIP
UI,
Ilmu
2008-2012
Administrasi Niaga
Universitas Indonesia
Analisis penerapan..., Anugrah Pangaribuan, FISIP UI, 2012
Download