BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan peranan penting dalam beberapa sistem biologis manusia. Diketahui bahwa endothelium-derived relaxing factor (EDRF) adalah salah satu NO yang telah banyak dilakukan penelitian dasar maupun klinis untuk mengetahui peran fisiologis dan patofisiologis dari NO. Kondisi infeksi yang kemudian menyebabkan respon inflamasi meningkatkan peran ganda nitric oxide, yaitu sebagai mediator sentral pertahanan host dan agen penting dalam patogenesis kerusakan host (Kroncke dkk., 1998; Yen-hwang dkk., 2005) Menurut Skaleric dkk. (2006), nitric oxide adalah vasodilator penting untuk regulasi aliran darah dan dikenal sebagai molekul bioregulator yang memperantarai sinyal intraseluler dan interseluler pada beberapa proses fisiologis. Bentuk inducibel nitric oxide synthase (iNOS) diekspresikan pada berbagai tipe sel, diantaranya makrofag, sel-sel vaskular otot polos, cardiac myocytes dan sel-sel glomerular mesangial. Ekspresi iNOS yang kuat menunjukkan peningkatan kadar NO yang tinggi. iNOS dapat diinduksi oleh endotoksin, sitokines, injuri mekanis, penyakit infeksi, kanker, hipoksia jaringan dan organ, serta stimulasi imunologis. iNOS dapat beraksi sebagai sitostatik/sitotoksik maupun sebagai antimikroba terhadap beberapa bakteri patogen tertentu tergantung dosis yang digunakan. 1 2 Nitric oxide dalam sistem biologis terutama dihasilkan oleh deaminasi oksidatif asam amino L-arginine oleh anggota kelompok enzim nitric oxide synthase (NOS). Terdapat tiga isoform NOS, yaitu : isoform neuronal (nNOS) yang diekspresikan dalam sistem saraf pusat dan peripheral. Isoform endothelial (eNOS) yang diekspresikan dalam endothelium. Sebaliknya isoform inducible (iNOS) tidak ditemukan pada jaringan sehat, namun gen diekspresikan dengan cepat sebagai respon terhadap stimulus pro-inflammatori seperti lipopolisakarida (LPS) bakteri. Jika isoform iNOS terekspresi maka akan memproduksi sejumlah besar nitric oxide dalam periode waktu lama. Nitric oxide dalam jumlah besar ini terkait dengan terjadinya injuri sel dan jaringan, sedangkan NO dalam jumlah kecil yang dihasilkan oleh constitutive NOS dianggap mempunyai peran yang menguntungkan (Gaspirc dkk., 2002; D’Attillio dkk., 2004; Sharmaa dkk., 2012; Gajęcka dkk., 2013). Nitric oxide dapat dihasilkan di dalam jaringan melalui reduksi nitrit menjadi NO dalam kondisi asam dan terjadi penurunan kondisi host dalam keadaan terjadi penyakit. Inhibitor NOS tidak menghambat pembentukan NO ini, dan dalam proses inflamasi yang selanjutnya berkembang menjadi nekrosis jaringan yang didominasi oleh mekanisme regulasi pembentukan NO. NO mempunyai efek merusak melalui aksi langsung sitotoksik atau sitostatik seperti interaksinya dengan biomolekul lain dan melalui stimulasi pelepasan mediator pro-inflamatori. Peroksinitrit yang merupakan anion dari asam peroxynitrous dibentuk melalui reaksi langsung antara nitric oxide and anion superoksida yang memperantarai efek sitotoksik NO. NO juga berinteraksi cepat dengan protein yang mengandung besi (iron-containing proteins), 3 thiols, dan kelompok oksigen reaktif. Skaleric dkk. (2006) menyebutkan bahwa ekspresi iNOS menyebabkan pembentukan sejumlah besar NO. iNOS disintesis sebagai respon terhadap endotoksin, endogen dan eksogen seperti lipopolisakarida bakteri, injuri mekanis, hipoksia, stimulasi imunologis, sitokin pro-inflamatori (IL1β, IL-4, IL-6, IL-8 and IL-10 INF-γ, TNF-α) dan alergen (Gaspirc dkk., 2002; D’Attillio dkk., 2004; Sharmaa dkk., 2012; Gajęcka dkk., 2013). Gingivitis adalah peradangan gingiva kronis yang disebabkan oleh bakteri gram negatif, seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia dan Actinobacillus actinomycetemcomitans, yang akan menstimulasi makrofag untuk mengeluarkan NO. Jumlah NO meningkat pada jaringan gingiva yang mengalami inflamasi. Pada keadaan infeksi dan keadaan yang memunculkan respon inflamasi, NO memainkan peran ganda yaitu sebagai mediator sentral pertahanan host, namun juga sebagai agen penting dalam patogenesis kerusakan host. Nitric oxide dalam jumlah kecil yang dipicu oleh neuronal (eNOS) dan endotelial (eNOS) menghasilkan efek yang menguntungkan, namun iNOS dalam jumlah besar yang dipicu oleh inflmasi dan produk bakteri dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan (Gaspirc dkk., 2002; Newman dkk., 2006; Sharmaa dkk., 2012; Skaleric dkk., 2006). Povidone iodine merupakan iodine kompleks yang berfungsi sebagai antiseptik, mampu membunuh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa, dan spora bakteri. Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone iodine gargle digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorok, seperti gingivitis dan sariawan (Setiabudi, 2007). 4 Penggunaan povidone iodine sebagai obat kumur pada penderita gingivitis dapat mengurangi bakteri patogen di dalam mulut khususnya di dalam cairan krevikular gingiva sehingga mengurangi produk bakteri dan diharapkan mencegah pelepasan iNOS berlebih yang dapat menghasilkan efek merusak jaringan. Untuk mengukur kadar iNOS dilakukan pemeriksaan ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay) yang diambil dari cairan sulkus gingiva B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan kadar iNOS pada penderita gingivitis sedang dan berat, sebelum dan sesudah pemberian obat kumur povidone iodine 1%? 2. Seberapa besar perbedaan kadar iNOS pada gingivitis sedang dan berat? C, Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui kadar iNOS pada penderita gingivitis sedang dan berat sebelum dan sesudah pemberian obat kumur povidone iodine 1%. 2. Mengetahui perbedaan kadar iNOS pada penderita gingivitis sedang dan berat. 3. Sebagai acuan atau referensi penelitian lebih lanjut. 5 D. Manfaat Penelitian Dengan mengetahui kadar iNOS pada penderita gingivitis sedang dan berat, diharapkan : 1. Dapat memberikan informasi mengenai kadar iNOS dan pengaruhnya pada penderita gingivitis sehingga diharapkan dokter gigi dapat meminimalkan inflamasi, kerusakan dan nekrosis jaringan yang terjadi, dan mencegah kerusakan jaringan periodontal lebih lanjut. 2. Dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang ilmu kedokteran gigi dan khususnya ilmu periodonsi. E. Keaslian Penelitian Penelitian yang telah dipublikasikan oleh peneliti terdahulu adalah Inducible nitric oxide synthase in gingiva tissues of chronic periodontitis with and without diabetes: immunohistochemistry and RT-PCR study (Shaker dkk., 2013). Metode pengujian yang dilakukan menggunakan immunohistochemistry and RT-PCR study. Hirose dkk. (2001) melaporkan expression of cytokines and inducible nitric oxide synthase in inflamed gingival tissue. Perbedaan dengan penelitian ini adalah kadar inducible nitric oxide synthase diukur dari cairan sulkus gingiva penderita gingivitis sedang dan berat yang diperlakukan dengan obat kumur PVP-I 1%. Metode pengujian yang dilakukan menggunakan ELISA kit dengan panjang gelombang 450 nm. Sepanjang pengetahuan penulis belum terdapat karya atau pendapat yang pernah 6 ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.