BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dunia

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini
menyebabkan persaingan di antara para pelaku usaha juga semakin kompetitif.
Semakin ketatnya persaingan bisnis di dunia usaha menuntut usaha bekerja
lebih efisien dan lebih efektif untuk selalu menjaga kondisi usaha agar tetap
bertahan dan berkembang dengan baik dalam dunia usaha khususnya di Kota
Buntok Kabupaten Barito Selatan.
Dari segi sekmen pasar khususnya yang membidangi dunia usaha
peternakan ayam broiler yang juga disebut ayam ras sangat banyak sekali yang
mengkonsumsi daging tersebut selain dagingnya yang lembut dan harganya
lebih murah dibandingkan dengan ayam kampung.
Peternakan merupakan salah satu sumber perekonomian khususnya bagi
petani peternak. Dengan memperdagangkan ternak, petani peternak dapat
memenuhi kebutuhan keluarga seperti menyekolahkan anak dan biaya
kesehatan, bahkan pada saat kondisi kritis seperti gagal panen, komoditi ternak
justru diandalkan untuk menopang pengadaan ketersediaan pangan keluarga.
Usaha peternakan semakin berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Pembangunan sektor peternakan bertujuan untuk meningkatkan
1
2
pendapatan dan taraf hidup masyarakat petani peternak, selain itu membuka
lapangan kerja dan kesempatan untuk berusaha, oleh karena itu pembangunan
sektor peternakan perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan melalui
kemampuan
pengelolahaan
dan
penerapan
teknologi
yang
tepat
(Murtidjo,1992).
Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggul
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas
tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Sebenarnya ayam broiler ini baru
populer di Indonesia sejak tahun 1980-an. Hingga kini ayam broiler telah
dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya.
Menurut Cahyono (1995), Menyatakan bahwa ayam broiler memiliki
keunggulan berproduksi yang tinggi dibanding jenis unggas lainnya karena
memiliki kemampuan tinggi dalam mengubah bahan makanan menjadi daging,
sedangkan menurut Rasyaf (2003) Broiler dapat dipotong pada umur dibawah
7 minggu, menghasil daging berkualitas tinggi, dapat diproduksi dengan berat
hidup 1,8 kg hingga 3 kg.
Kebutuhan akan protein banyak disuplai dari dunia perunggasan, baik
yang berupa daging atau berupa telur, namun selama ini kebutuhan daging
banyak disuplai dari daging unggas terutama ayam broiler. Broiler selama ini
dikenal karena pertumbuhanya yang sangat cepat dan efisien untuk dipasarkan,
sehingga kebanyakan daging yang ada dipasaran adalah daging broiler.
3
Menurut Chan dan Zamrowi (1988) dalam Teti (2002), dengan
berkembangnya
pembangunan
terutama
dalam
bidang
ekonomi
dan
pendidikan, maka ayam broiler telah menjadi salah satu sorotan untuk
dijadikan salah satu sumber atau sasaran pembangunan yang sangat potensial
untuk meningkatkan pendapatan dan gizi protein hewani terutama bagi
masyarakat tani di pedesaan. Dengan penjualan ayam broiler, akan diperoleh
uang tunai secara cepat, sehingga dapat dipenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah
tangga dan biaya anak-anak sekolah, bayar pajak dan kebutuhan-kebutuhan
lain yang mendesak.
Pada saat ini bahwa para pedagang pengecer ayam broiler di Pasar Saik
Buntok melakukan jual beli secara tradisional, namun pentingnya penelitian ini
untuk melihat harga yang ditetapkan oleh pedagang pengecer menyesuaikan
dengan kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
Daya beli konsumen terhadap Ayam Broiler di Pasar Saik Buntok hanya
sesuai kebutuhannya. Sehingga hal inilah yang melatar belakang dilakukannya
penelitian mengenai “Analisis Pengaruh Harga Jual Terhadap volume
Penjualan Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik Buntok”.
4
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalah dalam penelitian yaitu :
1.
Untuk Mengetahui Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Ayam
Broiler Pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik Buntok.
2.
Bagaimana Pengaruh Harga Jual Terhadap Volume Penjualan Ayam
Broiler Pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik Buntok”.
1.3. Batasan Masalah
Mengingat kemampuan penulis dan keterbatasan waktu yang ada,
maka penulis membatasi permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.
Penelitian ini hanya dilakukan pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik
Buntok.
2.
Penelitian ini hanya berfokus pada analisis pengaruh harga jual dan
volume penjualan yang digunakan oleh pedagang Ayam Broiler Pada
Pengecer di Pasar Saik Buntok.
3.
Penelitian ini hanya menganalisa data selama 6 (enam) bulan dari
bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2012.
5
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1.
Ingin mengetahui analisis pengaruh harga jual terhadap volume
penjualan Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik Buntok.
2.
Untuk mengetahui seberapa besar Pengaruh harga jual terhadap volume
penjualan Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer di Pasar Saik Buntok.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.
Sebagai bahan masukan bagi pedagang pengecer dalam mengambil
keputusan untuk penetapan volume penjualan pada masa tertentu.
2.
Pentingnya penelitian ini untuk mengetahui dan menentukan harga jual
terhadap volume penjualan Ayam Broiler Pada Pedagang Pengecer di
Pasar Saik Buntok.
3.
Sebagai sumber pengetahuan dan informasi bagi peneliti.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Ayam Broiler
Ayam Broiler dikenal juga sebagai ayam pedaging, merupakan ayam ras
yang pertumbuhannya tidak memerlukan waktu yang terlalu lama. Dengan
demikian, tidak memerlukan waktu yang lama untuk bisa segera dipanen oleh
peternak. Jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang
memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam
(Ahira, 2011).
Ditinjau dari genetis, ayam broiler sengaja diciptakan agar dalam waktu
singkat dapat segera dimanfaatkan hasilnya. Oleh karena itu, istilah broiler
adalah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya rekayasa genetika yang
memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai
penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada umur muda,
serta mampu menghasilkan kualitas daging yang bersih, berserat lunak, dengan
kandungan protein yang tinggi (Irawan, 1996).
Menurut Rasyaf (1999), ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1-5 minggu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan
ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam
broiler tersebut didukung oleh sifat genetik dan keadaan lingkungan yang
6
7
meliputi makanan, temperatur lingkungan dan pemeliharaan. Pada umumnya di
Indonasia ayam broiler sudah dipasarkan pada umur 5- 6 minggu dengan berat
1,3 – 1,6 kg walaupun laju pertumbuhannya belum maksimum, karena ayam
broiler yang sudah berat sulit dijual. Broiler adalah ayam jantan atau betina
yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil
daging (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Menurut Indro (2004), broiler merupakan hasil rekayasa genetika
dihasilkan dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya
diambil dari Amerika prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan
sekelompok ayam dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah turunannya yang
tumbuh paling cepat. Diantara mereka disilangkan kembali. Keturunannya
diseleksi lagi, yang cepat tumbuh kemudian dikawinkan dengan sesamanya.
Demikian seterusnya hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut
ayam broiler. Ayam ini mampu membentuk 1 kg daging atau lebih dalam
tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg dalam waktu 40 hari.
Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,
efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah
menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan
kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat,
relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi
(Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai
8
umur 4-6 minggu, kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai
mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
2.2. pengertian Harga Jual
Harga merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pembeli atas barang dan
jasa yang ditawarkan oleh penjual. Sebenarnya konsep tersebut terlalu
sederhana. Harga juga disebut nilai. Menurut teori ekonomi, nilai adalah
ungkapan secara kuantitatif tentang kekuatan barang untuk dapat menarik
barang lain dalam pertukaran. Tetapi kondisi masyarakat sekarang sudah lain.
Untuk mengukur nilai suatu barang dalam pertukaran dapatlah digunakan uang.
Sehingga istilah yang dipakai adalah harga. Secara singkat, harga adalah
jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan
untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya
(Swastha, 2000).
Menetapkan harga memang mudah, tetapi menetapkan harga yang tepat
itulah persoalannya. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dan banyak
pihak yang berkepentingan dengan harga.Bagi perusahaan, harga jelas
mempengaruhi keuntungan.Jelasnya harga tidak boleh lebih rendah dari biaya
rata-rata
perproduk
kalau
perusahaan
ingin
memperoleh
keuntungan
(Simamora, 2002).
Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar
menawar. Penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang
9
diharapkan akan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah
dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan
sampai pada suatu kesepakatan tentang harga (Swastha, 2000).
Nitisemito (1994), menambahkan bahwa harga adalah nilai suatu barang
atau jasa
yang ditukar dengan sejumlah uang, dimana berdasarkana nilai
tersebut seseorang atau perusahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang
dimilikinya pada orang lain. Jadi dalam hal ini harga menjadi alat ukur yang
dinyatakan dalam uang untuk mendapatkan suatu barang dan pemiliknya baru
bersedia melepaskan barangnya apabila mendapatkan imbalan berupa sejumlah
uang sesuai kesepakatan.
Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar
menawar penjual akan meminta harga jual yang lebih tinggi dari yang
diharapkan diterimanya, sedangkan pembeli akan menawarkan lebih rendah
dari yang diharapkan akan dibayarnya. Dengan tawar menawar mereka akan
sampai pada suatu kesepakatan tentang harga (Kotler, 1994).
Masalah harga sebenarnya merupakan salah satu dari empat variabel
utama harus dikendalikan secara serasi, selaras dengan tujuan yang akan
dicapai oleh manajer perusahaan. Segala keputusan yang berhubungan dengan
harga akan sangat mempengaruhi beberapa aspek kegiatan perusahaan, baik
yang menyangkut kegiatan penjualan maupun aspek keuntungan yang ingin
dicapai oleh perusahaan. Oleh karena itu manajer suatu perusahaan harus
berhati-hati dalam menentukan harga jual (Nitisemito, 1994).
10
2.3. Tujuan Penetapan Harga Jual
Dalam hubungannya dengan harga jual banyak perusahaan yang
mengadakan pendekatan dan menjadikan tujuan perusahaan sebagai tolak ukur
dalam menetapkan harga jual, serta mempertimbangkan faktor-faktor yang
pengaruhnya sangat kuat terhadap keberadaan suatu produk di pasar. Menurut
Kotler (1994), menyatakan bahwa ada enam tujuan usaha yang utama
memungkinkan perusahaan melalui penetapan harga yaitu bertahan hidup,
memaksimalkan laba jangka pendek, memaksimalkan pendapatan jangka
penjang, pertumbuhan penjualan maksimum, penyaring pasar secara maksimal,
dan unggul dalam mutu produk.
Perusahaan memutuskan bahwa bertahan hidup akan dijadikan sebagai
tujuan utamanya, bila menghadapi kapasitas yang tinggi, persaingan yang
gencar atau perubahan keinginan konsumen. Agar perusahaan bisa terus
berproduksi serta persedian terus berputar, maka perusahaan harus memegang
harga jual yang rendah dengan harapan bahwa pasar akan peka terhadap harga.
Dalam hal ini mampu bertahan hidup dianggap memiliki arti yang lebih besar
daripada jumlah keuntungan. Akan tetapi, bertahan hidup hanyalah jangka
pendek. Dalam jangka panjang perusahaan harus mencari agar produksinya
mendapat nilai lebih di pasar atau bangkit ke permukaan.
Kebanyakan
perusahaan
menentukan
tingkat
harga
yang
akan
menghasilkan keutungan setinggi mungkin. Mereka mempertimbangan bahwa
permintaan dan biaya ada hubungannya dengan tingkat harga, dan kemudian
11
memutuskan satu harga tertentu yang diharapkan akan menghasilkan
keuntungan maksimal, arus kas sebanyak mungkin. Dalam banyak hal
perusahaan lebih menekankan prestasi keuntungan jangka pendeknya daripada
jangka panjang.
Beberapa perusahaan ingin menentukan tingkat harga yang nantinya
dapat memaksimumkan pendapatan dari penjualan. Kalau fungsi biaya sulit
diperkirakan karena adanya biaya-biaya gabungan dan biaya tidak langsung,
maka tujuan memaksimumkan pendapatan dalam jangka panjang pada
gilirannya akan memaksimumkan laba dan pertumbuhan pangsa pasar.
2.4. Jenis-jenis Persediaan dalam menentukan harga jual
Menurut Sofjan Assauri, jenis-jenis Persediaan Berdasarkan Fungsinya
adalah :
a.
Batch Stock/Lot Size Inventory
Yaitu persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat
bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari pada
jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Persediaan ini timbul dimana
bahan/barang yang dibeli, dikerjakan/dibuat atau diangkut dalam jumlah
yang besar (bulk), sehingga barang-barang diperoleh lebih banyak dan
cepat daripada penggunaan atau pengeluarannya, dan untuk sementara
tercipta suatu persediaan. Perlu kita ketahui bahwa adalah relatif lebih
menguntungkan apabila kita melakukan pembelian dalam jumlah yang
12
besar, karena kemungkinan untuk mendapatkan potongan harga
pembelian, biaya pengangkutan yang lebih murah per unitnya dan
penghematan dalam biaya-biaya lainnya yang mungkin diperoleh.
b.
Fluctuation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan
mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen,
apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan
atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih
dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar,
maka persediaan ini dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga
kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
c.
Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu
tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan atau permintaan
yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan pula
untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga
tidak mengganggu jalannya produksi atau menghindari kemacetan
produksi.
Menurut Sofjan Assauri, jenis-jenis persediaan fisik adalah :
1.
Persediaan bahan baku (Raw Materials Stock)
13
Yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam
proses produksi, barang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam
ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan
baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku
diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa
proses diharapkan menajdi barang jadi.
2.
Persediaann produk atau parts yang dibeli (purchased parts/componennts
stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima
perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts
lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang
merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.
3.
Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan
(supplies stock)
Yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam
proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang
dipergunakan
dalam
bekerjanya
suatu
perusahaan,
tetapi
tidak
merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4.
Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work ini
process/progress stock)
Yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam
satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk,
14
tetapi mungkin perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang
jadi. Tetapi mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik,
merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksi
produksinya memang hanya sampai disitu saja. Mungkin pula barang
setengah jadi itu merupakan bahan baku bagi perusahaan lainnya yang
akan memprosesnya menjadi barang jadi.
5.
Persediaan barang jadi (finished goods) yaitu persediaan barang-barang
yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual
kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah
merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Biaya-biaya yang
meliputi pembuatan produk selesai terdiri dari biaya bahan baku, upah
buruh langsung, serta biaya overhead yang berhubungan dengan produk
tersebut.
Menurut Yulian Yamit,1999 tipe persediaan adalah :
-
Persediaan alat-alat kantor adalah persediaan yang dibutuhkan dalam
menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk
akhir.
-
Persediaan bahan baku adalah item yang dibeli dari para supplier untuk
digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan baku ini akan
ditransformasikan menjadi barang akhir.
15
-
Persediaan barang dalam proses adalah bagian dari produk akhir tetapi
masih dalam proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain
untuk diproses.
-
Persediaan barang jadi adalah persediaan produk akhir yang siap untuk
dijual didistribusikan atau disimpan.
2.5. Fungsi persediaan didalam penentuan harga Jual
Menurut Yulian Tamit,1999 Fungsi Persediaan adalah :
Persediaan timbul disebabkan oleh tidak sinkronnya permintaan dengan
penyediaan dan waktu yang digunakan untuk memproses bahan baku. Untuk
menjaga keseimbangan permintaan dengan penyediaan bahan baku dan waktu
proses persediaan. Oleh karena ada beberapa faktor yang dijadikan fungsi
persediaan :

Faktor waktu menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi
sebelum barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk
membuat skedul produksi, memotong bahan baku, pengiriman barang
jadi ke pedagang biasa atau konsumen. Persediaan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan selama waktu tunggu.

Faktor
ketidakpastian
waktu
datang
dari
suplier
menyebabkan
perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak menghambat proses
produksi
mampu
keterlambatan
pengiriman
kepada
konsumen.
Persediaan bahan baku terikat pada suplier, persediaan barang dalam
16
proses terikat pada departemen produksi, dan persediaan barang jadi
terikat pada konsumen. Ketidakpastian waktu datang mengharuskan
perusahaan membuat skedul operasi lebih teliti pada setiap level.

Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan disebabkan
oleh kesalahan dalam peramalan permintaan, kerusakan mesin,
keterlambatan operasi, bahan cacat, dan berbagai kondisi lainnya.

Faktor
ekonomis
adalah
adanya
keinginan
perusahaan
untuk
mendapatkan alternatif biaya rendah dalam memproduksi atau membeli
item dengan menentukan jumlah yang paling ekonomis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan bahan baku menurut Agus
Ahyar,1990 :
Faktor-faktor yang memepengaruhi persediaan bahan baku ini ada beberapa
macam. Dalam hal ini faktor-faktor tersebut akan saling berkaitan, sehingga
secara bersama-sama akan memepengaruhi persediaan bahan baku. Adapun
faktor-faktor yang dimaksud adalah :

Perkiraan pemakaian
Sebelum kegiatan pembelian bahan baku dilaksanakan maka manajemen
harus dapat membuat perkiraan bahan baku yang akan dipergunakan di
dalam proses produksi pada suatu periode. Perkiraan kebutuhan bahan
baku ini merupakan perkiraan tentang berapa besar/jumlahnya bahan
17
baku yang akan dipergunakan oleh perusahaan untuk keperluan proses
produksi pada periode yang akan datang.

Harga dari bahan
Harga daripada bahan baku yang akan dibeli menjadi salah satu faktor
penentu pula dalam kebijaksanaan persediaan bahan. Harga bahan baku
ini merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana
perusahaan yang harus disediakan untuk investasi dalam persediaan
bahan baku ini.

Biaya-biaya persediaan
Biaya-biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan baku ini sudah
selayaknya diperhitungkan pula didalam penentuan besarnya persediaan
bahan baku. Di dalam perhitungan biaya persediaan ini dikenal adanya
dua type biaya, yaitu biaya-biaya yang semakin besar dengan semakin
besarnya rata-rata persediaan, serta biaya yang justru semakin kecil
dengan semakin besarnya rata-rata persediaan.

Kebijaksanaan pembelanjaan
Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapatkan dana dari
perusahaan akan tergantung kepada kebijaksanaan pembelanjaan dari
dalam perusahaan tersebut. Apakah perusahaan akan memeberikan
fasilitas yang pertama, kedua atau justru yang terakhir untuk dana bagi
persediaan bahan baku ini. Disamping itu juga dilihat apakah dana yang
18
disediakan tersebut cukup untuk pembayaran semua bahan yang
diperlukan perusahaan, ataukah hanya sebagian saja.

Pemakaian senyatanya.
Pemakaian bahan baku senyatanya dari priode-periode yang lalu (actual
demand) merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Seberapa
besar penyerapan bahan baku oleh proses produksi perusahaan serta
bagaimana hubungannya dengan perkiraan pemakaian yang sudah
disusun harus senantiasa dianalisa. Dengan demikian maka akan dapat
disusun perkiraan kebutuhan bahan baku mendekati kepada kenyataan.

Waktu tunggu
Waktu tunggu (lead time) adalah merupakan tenggang waktu yang
diperlukan pada saat pemesanan bahan baku sampai datangnya bahan
baku itu sendiri. Waktu tunggu ini sangat perlu untuk diperhatikan oleh
karena hal ini sangat perlu kembali (re order). Dengan diketahuinya
waktu tunggu yang tepat maka perusahaan akan dapat membeli pada saat
yang tepat pula, sehingga resiko penumpukan persediaan atau
kekurangan persediaan dapat ditekan seminimal mungkin.
2.6. Tinjauan Umum Pedagang
Pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjual
belikan barang yang tidak di produksi sendiri untuk memperoleh keuntungan.
Pedagang dapat dikategorikan menjadi :
19
1.
Pedagang grosir, beroperasi dalam rantai distribusi antara produsen dan
pedagang eceran.
2.
Pedagang eceran, disebut juga pengecer, menjual produk komoditas
langsung ke konsumen. Pemilik toko atau warung adalah pengecer
(Anonim, 2011).
Sedangkan menurut Akhinayasrin (2011) berpendapat bahwa pedagang
sendiri jenisnya bermacam-macam. Ada pedagang keliling, pedagang asongan,
pedagang dari pintu ke pintu (door to door), pedagang kios, pedagang kaki
lima, pedagang grosir (pedagang besar), pedagang supermarket dan
sebagainya. Jenis-jenis pedagang ini lazimnya dibedakan berdasarkan pada
cara menawarkan barang dagangannya masing-masing.
-
Pedagang Keliling
Pedagang
keliling
adalah
pedagang
yang
menawarkan
barang
dagangannya dengan cara berkeliling. Berkeliling disini biasanya
dilakukan dari RT ke RT, dari RW ke RW, dari kampung ke kampung,
atau dari desa ke desa. Barang yang mereka tawarkan biasanya
digendong, dipikul, didorong dengan gerobak, atau diangkut dengan
sepeda atau kendaraan bermotor.Yang termasuk pedagang jenis ini
adalah pedagang jamu gendong, pedagang bakso, pedagang es krim, dan
lain-lain.
20
-
Pedagang Asongan
Pedagang
asongan
adalah
pedagang
yang
menawarkan
barang
dagangannya dengan cara menempatkannya di kotak kecil yang mudah
dibawa dan dipindah-pindahkan. Kotak tersebut biasanya mereka
kalungkan di leher seperti tas, dan barang-barang yang mereka tawarkan
biasanya berupa rokok, korek api, kembang gula, kertas tissue, kacang,
kuaci, buah, dan barang-barang ringan lainnya.
-
Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima adalah pedagang yang menawarkan barang
dagangannya dengan cara menggelarnya di trotoar atau di tepi jalan yang
ramai. Untuk menggelar dagangannya, mereka menggunakan tikar,
terpal, atau semacam balai-balai. Barang yang mereka tawarkan
umumnya berupa sepatu, pakaian, makanan, buah-buahan, dan lain-lain.
-
Pedagang Grosir
Grosir adalah pedagang yang dalam menawarkan barang tidak langsung
berhadapan dengan calon pembeli. Pedagang grosir tidak langsung
menawarkan barang kepada calon pembeli sebagaimana pedagang
eceran, melainkan calon pembelilah yang mendatangi pedagang grosir
(Akhinayasrin, 2011).
Badan-badan yang berusaha dalam bidang tataniaga, menggerakkan
barang dari produsen sampai konsumen melalui jual beli, dikenal sebagai
perantara (middlemen, intermediary). Badan-badan ini dapat dalam bentuk
21
perseorangan, perserikatan ataupun perseroan. Berdasarkan pemilikan atas
barang dagangan, mereka dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok
yang memiliki barang dagangan dan kelompok yang tidak memiliki barang
dagangan (Hanafiah, 2006).
2.7
Pengertian Volume Penjualan
2.7.1. Volume
Volume adalah jumlah/hasil atas barang seperti yang telah
dijelaskan oleh Abdullah Assegaf (1991:444) yang menyatakan :
“ Volume adalah unit yang terjual dari unit produksi yang terjadi,
dimana terjadi suatu pindahan dari pihak produsen kepada pihak
konsumen, dan tetap pada suatu periode tertentu”.
2.7.2. Penjualan
a. Pengertian Penjualan
Penjualan adalah aktivitas berpindahnya barang atau jasa yang
merupakan bagian dari strategi pemasaran untuk memenuhi
keinginan konsumen guna mendapatkan keuntungan bagi kedua
belah pihak tanpa saling merugikan oleh karena itu sukses tidaknya
suatu perusahaan ditentukan oleh penjualan dan penjualan biasa
disebut sebagai top function dengan tujuan memperoleh profit yang
sebanyak-banyaknya.
22
Adapun
untuk
lebih
lanjut
pengertian
penjualan
yang
dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu :
Moekijat (2000:488), mengungkapkan bahwa :
“ Penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari
pembeli, mempengaruhi dan memberi petunjuk agar pembeli dapat
menyesuaikan kebutuhannya dengan produksi yang ditawarkan serta
mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak”.
Adapun penujualan menurut Basu Swastha (1996:9), yaitu :
“Penjualan adalah satu bagian dari promosi dan merupakan
bagian dari program pemasaran secara keseluruhan”.
Menurut Basu Swastha DH (2004 : 403) penjualan adalah
interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk
menciptakan,
memperbaiki,
menguasai
atau
mempertahankan
hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain.
Penjualan dapat diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan
manusia
untuk
menyampaikan
barang
bagi
mereka
yang
memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang telah
ditentukan atas persetujuan bersama.
b. Tujuan Penjualan
Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentukan
keberhasilan dalam mencari keuntungan, apabila perusahaan tidak
23
mampu menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Menurut Basu Swastha DH (2004 : 404) tujuan umum penjualan
dalam perusahaan yaitu :
1) Mencapai volume penjualan
2) Mendapatkan laba tertentu
3) Menunjang pertumbuhan perusahaan
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Aktivitas penjualan banyak dipengaruhi oleh faktor yang dapat
meningkatkan aktivitas perusahaan, oleh karena itu manajer
penjualan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
penjualan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penjualan menurut Basu
Swastha (2005) sebagai berikut :
1) Kondisi dan Kemampuan Penjual Kondisi dan kemampuan
terdiri dari pemahaman atas beberapa masalah penting yang
berkaitan dengan produk yang dijual, jumlah dan sifat dari
tenaga penjual adalah:
a) Jenis dan karakteristik barang atau jasa yang ditawarkan
b) Harga produk atau jasa
c) Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengiriman
2) Kondisi Pasar
24
Pasar mempengaruhi kegiatan dalam transaksi penjualan baik
sebagai kelompok pembeli atau penjual. Kondisi pasar
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni : jenis pasar, kelompok
pembeli, daya beli, frekuensi pembelian serta keinginan dan
kebutuhannya.
3) Modal
Modal atau dana sangat diperlukan dalam rangka untuk
mengangkut
barang
dagangan
ditempatkan
atau
untuk
membesar usahanya. Modal perusahaan dalam penjelasan ini
adalah modal kerja perusahaan yang digunakan untuk mencapai
target
penjualan
yang
dianggarkan,
misalnya
dalam
menyelenggarakan stok produk dan dalam melaksanaan
kegiatan penjualan memerlukan usaha seperti alat transportasi,
tempat untuk menjual, usaha promosi dan sebagainya.
4) Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahan yang besar, biasanya masalah penjualan ini
ditangani oleh bagian tersendiri, yaitu bagian penjualan yang
dipegang oleh orang-orang yang ahli dibidang penjualan.
5) Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain seperti periklanan, peragaan, kampanye, dan
pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan karena
25
diharapkan dengan adanya faktor-faktor tersebut pembeli akan
kembali membeli lagi barang yang sama.
faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi volume
penjualan adalah saluran distribusi yang bertujuan untuk melihat
peluang pasar apakah dapat memberikan laba yang maksimun.
Secara umum mata rantai saluran distribusi yang semakin luas
akan menimbulkan biaya yang lebih besar, tetapi semakin
luasnya saluran distribusi maka produk perusahaan akan
semakin dikenal oleh mayarakat luas dan mendorong naiknya
angka penjualan yang akhirnya berdampak pada peningkatan
volume penjualan.
Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
penjualan adalah kegiatan mencari pembeli untuk menawarkan
produk dan mengadakan janji yang menguntungkan kedua belah
pihak.
Dalam melakukan penjualan, perusahaan membutuhkan konsep
penjualan yang mendukung kegiatan penjualan yang diadakan oleh
perusahaan. Adapun pengertian konsep penjualan menurut para ahli
adalah sebagai berikut :
Menurut Kotler (2000:21), menjelaskan konsep penjualan,
bahwa :
26
“ Konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan
perusahaan bisnis, jika dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli
cukup banyak produk-produk yang ditawarkan oleh organisasi
tertentu. Oleh karena itu organisasi harus melakukan usaha penjualan
dan promosi yang agresif”.
2.7.3. Volume Penjualan
Volume penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para
penjual dari pembayaran atas barang yang dibeli konsumen. Nilainya
adalah sama dengan harga dikalikan dengan jumlah barang yang dibeli
oleh pembeli. Kalau harga berubah maka otomatis volume penjualan
dengan sendirinya akan berubah (Sukirno, 1997).
Analisis volume penjualan merupakan suatu studi mendalam
tentang masalah penjualan bersih dari laporan rugi laba perusahaan
(laporan operasi). Manajemen perlu menganalisis volume penjualan
total dan juga volume itu sendiri. Analisis tersebut dapat didasarkan
pada product line dan segmen pasar (teritorial, kelompok pembeli dan
sebagainya) (Swastha, 2001).
Tingkat volume penjualan yang menguntungkan merupakan tujuan
dari konsep pemasaran, artinya laba itu dapat diperoleh dari pemasaran
konsumen. Dengan laba perusahaan dapat memperkuat posisinya dalam
membina kelangsungan hidupnya, sehingga lebih leluasa menyediakan
27
barang dan jasa yang memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar
kepada konsumen (Swastha, 2000).
Volume penjualan merupakan hasil akhir yang dicapai perusahaan
dari hasil penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut.
Volume penjualan tidak memisahkan secara tunai maupun kredit tetapi
dihitung secara keseluruhan dari total yang dicapai. Seandainya volume
penjualan
meningkat dan biaya distribusi menurun maka tingkat
pencapaian laba perusahaan meningkat tetapi sebaliknya bila volume
penjualan menurun maka pencapaian laba perusahaan juga menurun.
Menurut Kotler (2000). Volume penjualan adalah barang yang terjual
dalam bentuk uang untuk jangka waktu tertentu dan didalamnya
mempunyai strategi pelayanan yang baik. Ada beberapa usaha untuk
meningkatkan volume penjualan, diantaranya adalah :
1) Menjajakan produk dengan sedemikian rupa sehingga konsumen
melihatnya.
2) Menempatkan dan pengaturan yang teratur sehingga produk
tersebut akan menarik perhatian konsumen.
3) Mengadakan analisa pasar.
4) Menentukan calon pembeli atau konsumen yang potensial.
5) Mengadakan pameran.
6) Mengadakan discount atau potongan harga.
28
2.8. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Penjualan
a.
Harga jual
Harga suatu produk mempengaruhi posisi persaingan dipasar penjualan,
sehingga mempengaruhi volume penjualan. Oleh karena itu harga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendapatan dan laba bersih
perusahaan (Prawirosentono, 1999).
b.
Ketersediaan ayam Broiler
Penawaran adalah kuantitas barang yang dijual dan dapat ditawarkan
dengan berbagai variabel yang mempengaruhi penawaran seperti harga
produk, harga input, musim, tekhnologi dan tujuan perusahaan
(Sudiyono, 2004).
c.
Musim permintaan
Permintaan pasar akan daging ayam meningkat dari tahun ke tahun
sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan taraf hidup
rakyat disertai dengan pengertian mengenai kepentingan pangan dan gizi.
Kebiasaan masyarakat seperti hari raya Idul Fitri. Idul Adha, Natal, serta
konsumsi menjelang tahun baru dan hari hari besar lainnya menimbulkan
variasi musim tertentu dalam penjualan barang-barang konsumsi
(Ahmad, 2004).
29
2.9. Kerangka Pikir
Pemikiran tersebut secara skematis ditunjukkan dalam kerangka pikir
penelitian ini seperti Gambar 1.
Harga Jual
Pedagang Pengecer
Volume Penjualan
Gambar 1. Skema mengenai Analisis Pengaruh Harga Jual Terhadap Volume
Penjualan.
30
2.10. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti dan
perlu dibuktikan kebenarannya.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
“Diduga bahwa analisis pengaruh harga jual sangat berpengaruh
terhadap volume penjualan ayam broiler pada pedagang pengecer di
Pasar Saik Buntok”.
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan
pengujian hipotesis (eksplanatori). Penelitian ini akan menjelaskan tentang
hubungan kausal antara variabel independen yaitu analisis pengaruh harga jual
terhadap variabel dependen yaitu volume penjualan ayam broiler pada
pedagang pengecer di Pasar Saik Buntok.
3.2. Variabel dan Pengukuran
3.2.1. Variabel
Menurut pendapat Masri Singarimbun dan Sofian Effendi
“Variabel data adalah proses penyederhana data dalam bentuk yang
lebih mudah dibaca dan di interprestasikan” (1995 : 362), pengertian
lain dari variable menurut M. Nazir adalah : “Variabel data merupakan
bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan variable
data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian. Data mentah yang telah dikumpulkan
perlu dipecah-pecahkan dalam kelompok, diadakan kategori dilakukan
manipulasi serta dikemas sedemikian rupa sehingga data tersebut
31
32
mempunyai makna untuk menjawab masalah dan manfaat untuk
menguji hipotesa”. (1988 : 405)
3.2.2. Pengukuran
Banyak ahli yang menyatakan pengertian tentang pengukuran
variabel, diantaranya adalah Davis dan Consenza (1993): Sebuah skala
pengukuran dapat didefinisikan sebagai perangkat yang digunakan
untuk menetapkan nomor untuk aspek objek dan peristiwa, dan
Malhotra (1996): Scaling adalah proses menempatkan responden pada
continum sehubungan dengan sikap mereka terhadap benda atau
peristiwa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa variable adalah suatu teknik
pengelolaan data dengan menegadakan analisa terhadap pokok masalah
yang diteliti dimana variable tersebut memerlukan pemecahan yang
tepat. Metode variable data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan menggunakan analisis kuantitatif.
3.3. Lokasi penelitian
Peneliti ini dilakukan dilokasi Pasar Saik Buntok Kab. Barito Selatan
yang memiliki pedagang pengecer ayam broiler sangat banyak, serta dapat
dengan mudah memberikan data dalam penelitian ini.
33
3.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data deskriftif data
yang bersifat kuantitatif adalah representative realisasi yang disimbolkan
secara mumerik dengan angka-angka (Simamora, 2004: 223).
Data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data yang meliputi harga jual dan
volume penjualan ayam broiler yang diperoleh pedagang pengecer.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.
Data primer adalah data yang belum harga jual sehingga untuk menjawab
masalah
penelitian,
data
harus
diperoleh
dari
sumber
aslinya
(Simamora,2004:222)
Data primer dalam penelitian ini berupa data yang berkaitan dengan
proses harga jual terhadap volume penjualan yang dilakukan pedagang
pengecer di Pasar Saik Buntok.
2.
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia atau sudah
dikumpulkan untuk suatu tujuan sebelumnya (Simamora,2004:222).
Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari pihak
atau instansi terkait yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini adalah :
1.
Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dalam
hal ini pedagang pengecer di pasar saik Buntok.
34
2.
Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara
langsung kepada para pedagang pengecer ayam broiler yang menjadi
responden peneliti.
3.
Metode Angket/Kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
3.6. Alat Analisa Data
Alat analisis data yang digunakan dalam penelitin ini adalah Regresi
Linier Sederhana dengan menggunakan perhitungan SPSS V17.0.
Y=a+bX+e
Dimana :
X = Volume penjualan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi untuk X
Y = Harga jual ayam broiler
e = standar eror
Rumus t hitung pada analisis regresi adalah :
t hitung =
b
sb
Keterangan ;
b = Koefisien Regresi
sb = Standar Error
35
3.7. Konsep Operasional

Ayam broiler adalah ayam ras atau yang biasa dikenal dengan ayam pedaging
yang diperuntuhkan untuk dipotong dan berada di Pasar Saik Buntok.

Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual ayam broiler langsung ke
konsumen di Pasar Saik Buntok.

Volume Penjualan adalah jumlah yang terjual oleh pedagang pengecer di
Pasar Saik Buntok.

Harga Jual nilai yang ditetapkan oleh pedagang pengecer di Pasar Saik
Buntok.
36
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1. Penyajian Data
4.1.1. Keadaan Geografis
Kota Buntok merupakan kota yang terdapat di Kabupaten Barito
Selatan. Secara geografis, Kota Buntok terletak antara Astronomis 1° 20’
Lintang Utara – 2° 35’ Lintang Selatan dan 114° – 115° Bujur Timur.
Perbatasan Kabupaten Barito Selatan yang meliputu 6 (enam)
Kecamatan.
Batas-batas wilayah Kota Buntok adalah sebagai berikut :
-
Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Barito Utara
-
Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Barito Timur
-
Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Hulu Sungai Utara
(Provinsi Kalimantan Selatan)
-
Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas
4.1.2. Topografi
Dari luas Kabupaten Barito Selatan yang 8.830 Km2, sebagian besar
wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 0
sampai 38 meter di atas permukaan laut. Daerah yang memiliki dataran
tinggi sampai berbukit hanyalah sebagian kecamatan Gunung Bintang
36
37
Awai sebelah Selatan dan Timur. Dengan demikian maka wilayah
Kabupaten Barito Selatan adalah hutan hujan tropis dataran rendah
(377.395 hektar), hutan rawa (271.550 hektar), sungai dan danau (44.623
hektar) serta penggunaan lainnya (189.432 hektar), dengan jenis
tanahnya adalah tanah organol dan alluvial, dimana tingkat kesuburannya
sedang.
Topografi wilayah yang bercirikan dataran rendah dan rawa meliputi
seluruh tepian sungai Barito, sementara bagian hilir merupakan daerah
rawa pasang surut. Sebagian besar ketinggian daratan antara 0 – 38 M di
atas permukaan laut. Sedangkan wilayah antara 39 – 55 M di atas
permukaan laut yang merupakan plateau hanya sebagian kecil dari
Kabupaten Barito Selatan.
4.1.3. Klimatologi
Menurut Dr. A.H. Schmit dan Ir. J.H.A. Ferguson dalam
verhandelingen Nomor 42 dari Jawatan Meteorologi dan Geofisika, iklim
Kalimantan masuk tipe A dan sebagian tipe B. Tipe A adalah iklim suatu
daerah yang dalam setahun ada 12 bulan penghujan yang bulan hujannya
lebih dari 100 mm. Sedangkan tipe B adalah daerah yang iklimnya
memiliki 10-11 bulan penghujan dan memiliki 1-2 bulan kemarau.
Sedangkan menurut Dr. Mohr, iklim Kalimantan termasuk tipe I dan IA.
Tipe I adalah iklim dimana daerah itu tidak memiliki musim kemarau
38
sedangkan IA memiliki 1-2 bulan kemarau. Karena itu Kalimantan
sebagai daerah dengan iklim tipe A dan B menurut Dr. Schmit dan Ir.
J.H.A Ferguson atau tipe I dan IA menurut Dr. Mohr adalah daerah yang
kaya dengan hutan hujan tropis khatulistiwa yang sangat lebat.
Iklim Kabupaten Barito Selatan adalah tropis dan lembab, dengan
temperatur siang hari antara 26 – 33° C, malam hari antara 14 – 20° C.
Suhu rata-rata minimum 29° C dan maksimum 36° C. Curah hujan bulan
Oktober – Maret rata-rata 2.000 – 3.000 mm per tahun dan rata-rata
bulanan antara 175 – 490 mm.
4.1.4. Gambaran Demografi
a.
Kependudukan
Kabupaten Barito Selatan dengan luas wilayah 8.830 Km2,
memiliki jumlah penduduk pada akhir tahun 2012 sebanyak 135.553
jiwa. Berikut perincian penduduk berdasarkan data ”Barito Selatan
Dalam Angka 2013”:
No
Kecamatan
Jumlah Seluruh Jiwa
1
Jenamas
10.061
2
Dusun Hilir
16.708
3
Karau Kuala
16.369
4
Dusun Selatan
46.461
5
Dusun Utara
17.719
6
Gunung Bintang Awai
17.232
Jumlah
135.553
39
Tabel 1. Badan Pusat Statistik Kota Buntok 2013
Berdasarkan komposisi tersebut maka jumlah penduduk Barito
Selatan 135.553 orang, dengan sexratio 104 orang laki-laki untuk
100 orang perempuan.
Dari perbandingan luas daerah yang dimiliki dengan jumlah
penduduk yang menghuni maka tingkat kepadatan penduduk
Kabupaten Barito Selatan adalah 14 jiwa per Km2.
Adapun tingkat kepadatan penduduk pada masing-masing
Kecamatan adalah :
No
Kecamatan
Luas
Wilayah
(Km2)
10.061
Tingkat
Kepadatan
(Jiwa/Km2)
708
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
14,2
1
Jenamas
2
Dusun Hilir
16.708
2.065
8,1
3
Karau Kuala
16.369
1.099
14,9
4
Dusun Selatan
46.461
1.829
25,4
5
Dusun Utara
17.719
1.196
14,8
6
Gunung Bintang Awai
17.232
1.933
8,9
Jumlah
135.553
8.830
Tabel 2. Badan Pusat Statistik Kota Buntok 2013
15,3
Untuk mencari persentase (%) jumlah kepadatan penduduk
(jiwa) sebagai berikut :
Luas wilayah (Km2) : tingkat Kepadatan (Jiwa/Km2) = Jumlah
penduduk (Jiwa)
Contoh : 10.061/708 = 14,2
40
b. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Data penduduk Kabupaten Barito Selatan Tahun 2008
berdasarkan agama dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang dianut adalah :
No
Agama
Jumlah Pemeluk (Jiwa)
1
Islam
85.861
2
Kristen Protestan
26.112
3
Katolik
8.977
4
Hindu / Kaharingan
5.755
5
Buddha
6
Lain-lain
Tabel 3. Badan Pusat Statistik Kota Buntok 2008
c.
216
333
Kondisi Perekonomian
Pertumbuhan ril perekonomian Kabupaten Barito Selatan
mengalami peningkatan positif sepanjang tahun 2001-2005. Tahun
2001, PDRB Barito Selatan mengalami pertumbuhan 0,57 %, tahun
2002 meningkat menjadi 1,36 %, tahun 2003 menjadi 2,83%, tahun
2004 menjadi 3,79%, maka dalam tahun 2005 menjadi 5,07%.
Secara garis besar, kehidupan ekonomi kerakyatan masyarakat
Kabupaten Barito Selatan adalah pertanian, menyerap 69,91 %
tenaga kerja, sektor jasa 9,80 % dan perdagangan 9,09 %.
Selama kurun waktu 2001-2005, terjadi perkembangan rata-rata
luas tanaman padi sawah 30,27%, pertumbuhan peternakan budidaya
41
14,36%, pertumbuhan produksi daging rata-rata 10,38% dan
produksi perikanan tumbuh 7,4%. Dengan demikian maka mayoritas
masyarakat kabupaten Barito Selatan mengandalkan hidupnya
sebagai petani, peladang, peternak maupun nelayan.
4.1.5. Struktur Organisasi Unit Pelaksanaan Tehnik Dinas (UPTD)
KEPALA UPTD
SUB. BAGIAN
TATA USAHA
PETUGAS
UNIT PEMUNGUTAN
PETUGAS
UNIT KEBERSIHAN
PETUGAS
UNIT KEAMANAN
KETERTIBAN PASAR
Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD)
42
Kepala UPTD Pasar Daerah Buntok bertanggung jawab langsung
kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kabupaten Barito Selatan serta mempunyai tugas :
1.
Mengkoordinir secara aktif semua pelaksanaan tugas dilingkup
UPTD sesuai ketentuan yagn berlaku;
2.
Mengkoordinir dan membina/mengarahkan Staf UPTD;
3.
Melaksanakan pungutan/pendistribusian Karcis Retribusi Pasar dan
Pungutan Sewa Kios, Los sesuai ketentuan;
4.
Melakukan pembinaan, pengawasan terhadap Petugas Pasar;
5.
Melakukan pengawasan terhadap penyetoran hasil pungutan ke kas
Pembantu BKP UPTD sesuai ketntuan;
6.
Melakukan pengaturan dan penataan terhadap para pedagang
dilingkungan pasar;
7.
Menyusun dan membuat laporan hasil UPTD setiap bulan kepada
Kepala Dinas Pendapatan, pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Barito Selatan;
8.
Melakukan Koordinasi dengan sekertariat dan bidang terkait
dilingkup Dinas PPKAD Kabupaten Barito Selatan;
9.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait (Kepolisian, Setpol PP
dan Dinas Perhubungan) sesuai bidang tugas;
10. Menyiapkan
laporan
penyelenggaraan
ketatausahaan
dan
kepegawaian UPTD Kepada Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan
43
Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Barito Selatan secara tertib
Memberikan saran pertimbangan dan melaksanakan tugas lain yang
diberikan Kepala Dinas.
4.1.6. Deskripsi Responden
a. Umur
Keadaan umum responden berdasarkan tingkat umur di Pasar
Saik Butok dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Pasar
Saik Buntok.
Jumlah
(Orang)
1
21-30
2
2
31-40
7
3
41-50
6
4
51-60
2
Jumlah
17
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
No
Umur (Tahun)
Persentase (%)
11,76
41,17
35,29
11,76
100
Pada tabel 4, dapat dilihat bahwa responden yang berumur 31 –
40 tahun memiliki jumlah yang terbesar
persentase
yaitu 7 orang dengan
41,17%, dan responden yang berumur 41-50 tahun
memiliki jumlah yang terbesar yaitu 6 orang dengan persentase
35,29. Melihat hal tersebut maka dapat dikatakan rata-rata pedagang
pengecer di Pasar Saik Buntok masih berada pada kelompok usia
produktif yang
memiliki kemampuan fisik untuk melakukan
44
pekerjaan atau menjalankan usaha dagangnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat
Swastha
(2000)
yang
menyatakan
bahwa
tingkat
produktivitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai
dengan pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali
menjelang usia tua.
b. Jenis Kelamin
Selain faktor umur, responden dapat pula dikelompokkan
berdasarkan jenis kelamin. Adapun keadaan umum responden
berdasarkan jenis kelamin di Pasar Saik Buntok dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Pasar Saik Butok.
No
1.
2.
Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
Laki-Laki
1
Perempuan
16
Jumlah
17
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
Persentase (%)
5,88
94,11
100
Pada tabel 5, dapat dilihat bahwa pedagang pengecer yang lebih
banyak berjenis kelamin perempuan yaitu berjumlah 16 orang dengan
persentase 94,11%. Hal ini disebabkan karena usaha dagang ayam
broiler membutuhkan tenaga yang lebih besar, walaupun tidak
45
menutup kemungkinan kaum laki-laki juga lebih mampu untuk
melakukannya.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang merupakan suatu indikator yang
mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan
suatu jenis pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Adapun keadaan umum responden berdasarkan tingkat
pendidikan di Pasar Saik Buntok dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di
Pasar Saik Buntok.
No
1.
2.
3.
Pendidikan
Jumlah (Orang)
SD
9
SMP
5
SMA
3
Jumlah
17
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
Persentase (%)
52,94
29,41
17,64
100
Pada table 6, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat SMA/sederajat
yaitu berjumlah 3 orang dengan persentase 17,64%. Berdasarkan hal
tersebut, maka dapat diketahui bahwa mayoritas pedagang pengecer
adalah masyarakat yang telah mengenal pendidikan. Hal ini akan
46
berpengaruh pada pola pikir mereka dalam mengelolah usaha dagang
ayam broiler termasuk mempertahankan usaha dagang tersebut.
d. Pengalaman Berdagang
Pengalaman merupakan guru yang paling baik. Semakin banyak
pengalaman yang dimiliki oleh pedagang, maka akan semakin
terampil dalam mengelola suatu usaha dagang. Pengalaman
berdagang merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh
seorang
pedagang
dalam
meningkatkan
produktivitas
dan
kemampuan kerjanya dalam usaha dagang. Adapun keadaan umum
responden berdasarkan lama usaha dagang yang dimiliki di Pasar
Saik Buntok dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7.
Klasifikasi Responden Berdasarkan Lama Usaha
Dagang yang Dimiliki di Pasar Saik Buntok.
Lama Usaha
Jumlah (Orang)
(Tahun)
1.
1 – 10
10
2.
11 – 20
3
3.
21 – 30
4
Jumlah
17
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
No
Persentase (%)
58,82
17,64
23,52
100
Pada tabel 7, dapat dilihat bahwa pengalaman usaha dagang
responden di Pasar Saik Buntok berkisar dari 1 – 30 tahun. Adapun
jumlah responden terbanyak yaitu 10 orang dengan persentase
47
58,82%, yang memiliki pengalaman berdagang 1-10 tahun. Dengan
kenyataan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pedagang pengecer
di Pasar Saik Buntok
sudah cukup berpengalaman dalam usaha
dagang ayam broiler. Pedagang pengecer yang memiliki pengalaman
berdagang yang cukup lama umumnya memiliki pengetahuan yang
lebih banyak dibandingkan pedagang pengecer yang baru saja
menekuni usaha dagang ayam broiler. Untuk mengetahui identitas
masing-masing responden, dapat dilihat pada lampiran II.
4.2. Analisis Data dan Interprestasi
4.2.1. Hasil dan Pembahasan
a.
Gambaran Harga Jual dan Volume Penjualan Pedagang Pengecer
Ayam Broiler di Pasar Saik Buntok
Harga jual merupakan jumlah yang dibayarkan oleh pembeli
atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh penjual. Harga jual
merupakan harga yang ditetapkan oleh pedagang pegecer tersebut.
Volume penjualan adalah banyaknya penjualan atas barang atau
jasa yang dilakukan oleh penjual. Adapun rata-rata harga jual dan
volume penjualan ayam broiler di Pasar Saik Buntok dapat dilihat
pada tabel 8.
48
Tabel 8. Rata-Rata Harga Jual dan Volume Penjualan Ayam
Broiler di Pasar Saik Buntok.
Januari
Rata-rata
(Ekor/Hari)
51
Harga Jual
(Rp)
31882
Volume Penjualan
(Ekor)
1530
Pebruari
54
31970
1620
Maret
53
31911
1590
April
58
32382
1740
Mei
58
35265
1740
Juni
94
40529
2820
Bulan
Sumber : Data primer yang telah diolah, 2013.
Pada tabel 8, harga jual rata-rata yang terdapat di Pasar Saik
Buntok yang merupakan daerah penelitian berkisar antara Rp.
31.882,- sampai dengan Rp. 40.529,- per ekor. Hal ini diakibatkan
karena harga jual di pasar tersebut merupakan ketetapan harga
pedagang pengecer.
Pada saat bulan pebruari terjadi peningkatan jumlah ayam
broiler berkisar 54 ekor/harinya sedangkan untuk volume penjualan
1620 ekor/bulannya, harga jual ayam broiler berkisar Rp.31970,- per
ekornya itu dikarenakan adanya pemesanan-pemesanan dari
konsumen/pelanggan untuk acara-acara seperti syukuran dan
pernikahan.
49
Sedangkan pada bulan maret jumlah rata-rata ayam broiler yang
terjual 53 ekor/hari, harga jual berkisar Rp. 31911,- per ekor dan
volume penjualan 1590 ekor/bulannya ini terjadi penurunan
dikarenakan sedikitnya pemesanan dari pelanggan/konsumen.
Untuk bulan april jumlah rata-rata ayam broiler terjual 58
ekor/harinya, harga jual meningkat pesat berkisar Rp. 32382 per ekor
dan volume penjualan 1740 ekor/bulannya, ini diakibatkan harga
pakan ternak terjadi peningkatan jadi berpengaruh pada penjualan
ayam broiler.
Pada bulan juni jumlah rata-rata ayam broiler terjual sama
halnya pada bulan april, tetapi untuk harga jual ayam tersebut
meningkat menjadi Rp. 35264 per ekornya, dibandingkan pada bulan
april Rp.32382 per ekornya. Ini disebabkan kebutuhan perekonomian
masyarakat semakin meningkat dan juga dilihat dari kenaika BBM
sekarang ini menjadikan efek bagi pedagang, pengusaha dan kita
semua, dan disamping itu juga kebutuhan masyarakat mengkonsumsi
daging semakin meningkat pula dikarnakan daging ayam broiler
memiliki protein lemak yang sangat banyak sekali.
50
Sedangkan untuk bulan juni kebutuhan masyarakat untuk
mengkonsumsi daging semakin meningkat dan peningkatan harga
ayam broiler tersebut yaitu rata-rata Rp. 40529,- per ekornya, tetapi
kebutuhan untuk mengkonsumsi ayam broiler tersebut juga
meningkat
yaitu
berkisar
94
ekor/harinya,
peningkatan
ini
dikarenakan jumlah pemesanan baik itu secara langsung bertemu
antara penjual dan pembeli atau lewat pemesanan. Untuk mengetahui
lebih jelas, dapat dilihat pada lampiran IV dan V.
b.
Analisis Regresi
Linier Sederhana Analisis Pengaruh Harga
Jual Terhadap Volume Penjualan Ayam Broiler pada Pedagang
Pengecer di Pasar Saik Buntok.
Dari hasil regresi linier sederhana, Analisis Pengaruh Harga Jual
Terhadap Volume Penjualan Ayam Broiler pada Pedagang Pengecer
di Pasar Saik Buntok dapat dilihat pada tabel 9.
51
Tabel 9. Hasil Regresi Linier Sederhana.
Bulan =
n
X
1
31.882
1.530 1.016.461.924
2.340.900
48.779.460
2
31.970
1.620 1.022.080.900
2.624.400
51.791.400
3
31.911
1.590 1.018.311.921
2.528.100
50.738.490
4
32.382
1.740 1.048.593.924
3.027.600
56.344.680
5
35.265
1.740 1.243.620.225
3.027.600
61.361.100
6
40.529
2.820 1.642.599.841
7.952.400 114.291.780
203.939
11.040 6.991.668.735
21.501.000 383.306.910
𝑛
=6
Y
x²
y²
Sumber : Data primer yang telah dioleh, 2013
Persamaan Regresi Linier sederhana adalah :
Y=a+bX
Untuk mencari nilai a dan b digunakan rumus :
𝑏=
𝑛.
𝑎=(
𝑋𝑌 − 𝑋. 𝑌
𝑛. 𝑋² − ( 𝑋)²
𝑋−𝑏
𝑋) / 𝑛
Perhitungan persamaa Regresi :
𝑏=
𝑛.
𝑋𝑌 − 𝑋. 𝑌
𝑛. 𝑋² − ( 𝑋)²
xy
52
𝑏=
6. 383306910 − 203939 . (10040)
6. 6991668735 − (203939)²
𝑏=
2299841460 − 2251486560
41950012410 − 41591115721
𝑏=
48354900
358896689
𝒃 = 𝟎, 𝟏𝟑𝟒𝟕𝟑𝟐𝟎𝟖𝟕
𝑎=(
𝑦−𝑏
𝑥 )/𝑛
𝑎 = 11040— 0,134732087 . (203939)/6
𝑎 = 11040— (27477,13)/6
𝑎 = 16437,1/6
𝒂 = −𝟐𝟕𝟑𝟗, 𝟓𝟐𝟏 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 𝑹𝒆𝒈𝒓𝒆𝒔𝒊 ∶
𝒀 = −𝟐𝟕𝟑𝟗, 𝟓𝟐𝟏 + 𝟎, 𝟏𝟑𝟓 𝑿
53
Berdasarkan persamaan regresi linear sederhana di atas, maka
diperoleh nilai regresi yaitu harga jual (X) sebesar 0,135 yang
bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa harga jual terhadap
volume penjualan pedagang pengecer (Y) terdapat pengaruh yang
searah artinya jika terjadi penurunan 1 variavel X (harga jual) maka
akan menurunkan volume penjualan pedagang pengecer sebesar
0,135/ekor/bulan.
Adapun nilai konstanta sebesar -2739,521 menunjukkan bahwa
pada saat nilai harga jual (X) mengalami perubahan harga, maka
volume penjualan (Y) akan bernilai -2739,521 /ekor/bulan.
Tabel. 10. Persamaan regresi linier
menggunakan perhitungan SPSS V 17.0.
Coefficients
Model
1
(Constant)
sederhana
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
-2739.521
703.342
.0,135
.021
Hargajual
dengan
Beta
t
.956
Sig.
-3.895
.018
6.539
.003
a. Dependent Variable: volumepenjualan
Sumber : Data primer yang telah diolah menggunakan perhitungan SPSS V17.0
54
Persamaan regresinya sebagai berikut :
Y=a+bX
Y = -2739,521 + 0,135
Arti persamaan ini sebagai berikut :
-
Konstanta sebesar -2739,521; artinya jika harga jual (X) nilainya
adalah 0, maka volume penjualan (Y) sebesar Rp. -2739,521
-
Koefisien regresi variabel harga jual (X) sebesar 0,135; artinya
jika harga jual mengalami kenaikan Rp. 1, maka volume
penjualan (Y) akan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,135.
Koefisien bernilai negatif artinya apabila harga jual semakin
meningkat maka volume penjualan akan mengalami penurunan.
c. Penghitungan Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t)
Rumus t hitung pada analisis regresi adalah :
𝐭 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 =
𝒃
𝒔𝒃
Keterangan ;
b = Koefisien Regresi
sb = Standar Error
55
𝑠𝑥𝑦 =
Sxy =
Sxy =
Sxy =
Sxy =
Sxy =
Sb =
𝑦
2−𝑎 𝑥−𝑏
𝑛−2
21.501.000− −2739,521 . 11.040 − 0,134732087 . (383.306.910)
6−2
21.501.000− −30244312 – 51.643.740
4
101.572
4
25.393
159,352
𝑆𝑥𝑦
[ 𝑥2–
Sb =
𝑥𝑦
𝑥 2/ 𝑛 ]
159,352
6.991.668.735 −41.591.115.721 / 6
56
Sb =
Sb =
Sb =
159,352
6.991.668.735 −6.931.852.620,167
159,352
59.816.114,833
159,352
7734,352
Sb = 0,021
t hitung =
𝑏
𝑠𝑏
𝟎, 𝟏𝟑𝟓
𝐭 𝐡𝐢𝐭𝐮𝐧𝐠 =
= 𝟔, 𝟒𝟐𝟗
𝟎, 𝟎𝟐𝟏
Dapat dilihat pada tabel 10. Hal 53. Yaitu persamaan regresi linier sederhana dengan
menggunakan perhitungan SPSS V 17.0
57
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut :
1. Menentukan hipotesis
Ho : ada pengaruh antara harga jual dengan volume penjualan.
Ha : tidak ada pengaruh antara harga jual dengan volume
penjualan.
2. Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat siknifikansi menggunakan 0,05. Signifikansi 0,05 adalah
ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian.
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan output diperoleh t hitung sebesar 6,539
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi)
dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 6-2-1 = 3 (n adalah
jumlah kasus dan k = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar
3,182 (lihat pada lampiran)
5. Kriteria pengujian
Ho diterima jika – t tabel < t hitung > t tabel
Ho ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
6. Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung > tabel ( 6,539 > 3,182 ) maka Ho ditolak
58
7. Gambar
8. Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (6,539 > 3,182) maka Ho
ditolak, artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan antara
harga jual dengan volume penjualan. Jadi dalam kasus ini dapat
disimpulkan bahwa harga jual berpengaruh terhadap volume
penjualan pada pedagang pengecer ayam broiler di Pasar Saik
Buntok.
59
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa harga jual sangat
berpengaruh terhadap volume penjualan ayam broiler pada pedagang
pengecer di Pasar Saik Buntok.
2.
Besarnya Pengaruh harga jual terhadap volume penjualan selama periode
penelitian adalah rata-rata sebesar 61 ekor/bulannya.
3.
seiring dengan terjadinya harga jual pada bulan juni jumlah rata-rata
ayam broiler terjual sama halnya pada bulan april, tetapi untuk harga jual
ayam tersebut meningkat menjadi Rp. 35264 per ekornya, dibandingkan
pada bulan april Rp.32382 per ekornya. Ini disebabkan kebutuhan
perekonomian masyarakat semakin meningkat dan juga dilihat dari
kenaika BBM sekarang ini menjadikan efek bagi pedagang, pengusaha
dan kita semua, dan disamping itu juga kebutuhan masyarakat
mengkonsumsi daging semakin meningkat pula dikarnakan daging ayam
broiler memiliki protein lemak yang sangat banyak sekali.
4.
disamping itu kebutuhan konsumen dalam menghadapi hari bulan
puasa/lebaran
yaitu
94
ekor/harinya
ekor/harinya.
59
dengan
harga
Rp.40.529
60
5.2. Saran
1.
Adapun saran dalam penelitian ini kepada pedagang pengecer sebaiknya
senantiasa memperhatikan harga jual sehingga produk yang ditawarkan
kepada konsumen dapat diterima dengan baik yang pada akhirnya akan
meningkatkan penjualan.
2.
Kepada para pedagang pengecer di Pasar Saik Buntok untuk menyiapkan
stok persediaan ayam broiler niminal 54 ekor/harinya terlebih lagi ketika
menghadapi hari-hari besar.
61
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Pedagang.HTTP://id.wikepedia.org Diakses pada tanggal 7 agustus
2012
Akhinayasrin,2011.definisi
perdagangan
dan
jenis
pedagang.
Http://id.shvoong.com Diakses pada tanggal 24 september 2011
Ahira, 2011. Budidaya ayam broiler. http://www.anneahira.com/ayam-broiler.htm.
(diakses tanggal 18 februari 2011).
Ahmad, Kamaruddin. 2004. Dasar-dasar Manajemen Investasi. Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Assegaf Abdullah, 1991:444, ”Kamus Akuntansi”, PT. Mario Grafika : Jakarta.
Agus Ahyar, Manajemen Produksi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1990.Hal 4
Basu
Swastha.(1996:9)
Manajemen
Penjualan.
Edisi
3,
cetakam
kelima.Yogyakarta : BPFE, 2001.
B. Simamora,2004:223. Panduan Riset Prilaku Konsumen. Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama
Cahyono, B. T. 1995. Pemasaran Bisnis: Analisis bagi Praktisi dan Akademisi.
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI Program Magister Manajemen.
Davis, D. and Cosenza, R.M. (1993) Business Research for Decision Making.
Belmont: PWS-KENT Publishing Company.
Hanafiah,A.M.2006.Tata Niaga Hasil Perikanan.UI Jakarta
Irawan, A. 1996. Ayam-ayam Pedaging Unggul. Penerbit CV.Aneka , Solo.
Indro. 2004. Imunoasai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi
Cet. 1 Airlangga University Press: Surabaya
Kartasudjana dan Suprijatna E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Depok:
Penebar Swadaya.
Kotler Philip, 2000:21.” Manajemen Pemasaran”, Jilid 1, Edisi Milenium, Jakarta :
PT.Prehalindo.
62
Murtidjo, B.A. 1992. Beternak Ayam Potong. Kanisius, Yogyakarta.
Moekijat, 2000. “ Kamus Itilah Ekonomi Manajemen “ , Penerbit CV. Mandar
Maju, Bandung.
Moh. Nazir, (1988), Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Malhotra,N.K. Marketing Research, 1996
Nitisemito, A. S. 1994. Marketing. Ghalia, Jakarta.
Prawirosentono, 1999.Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta.
Rasyaf,1999. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Keempat Belas. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sofjan Assauri, Manajemen Produksi dan Operasi FE UI, Jakarta,1999.Hal 169
Sukirno, S., 1997.Pengantar Teori Ekonomi Mikro. CV. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Swastha, B., 2000. Manajemen Penjualan. PT. BPFE, Yogyakarta.
Sudiyono, A. 2004. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
Yulian Yamit, Manajemen Persediaan, Ekonisia FE UI, Yogyakarta, 1999, Hal 3
63
Lampiran I. Jadwal Kegiatan Penelitian
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Persiapan / survei awal
Diskusi / konsultasi
Pembuatan makalah
proposal
Seminar proposal
Pengumpulan data
Tabulasi data
Analisa data
Konsultasi pembimbing
Seminar hasil penelitian
Penyusunan skripsi
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Keterangan
64
Lampiran II. Identitas Responden Pedagang Pengecer Ayam Broiler di Pasar
Saik Buntok
No
Nama
Jenis
Kelamin
Umur
(Tahun)
Tingkat
Pendidikan
Lama
Usaha
(Tahun)
1
ANIKA
P
32
SMP
8
2
BENAWATI
P
53
SD
22
3
FAUZIAH
P
23
SMP
5
4
DEWI. S
P
18
SMP
2
5
FITRIAH
P
32
SD
5
6
PANDY
L
33
SMA
8
7
ENDANG. S
P
43
SD
25
8
MASKIAH
P
41
SD
3
9
MASNIAH
P
49
SD
15
10
SITI
P
36
SMP
6
11
Hj. ITA
P
50
SD
25
12
JUMIATI
P
31
SMA
6
13
INDAH KISMARIAH
P
41
SD
6
14
Hj. KIAH
P
47
SD
22
15
MASRIAH
P
54
SD
15
16
PITRIAWATI
P
35
SMP
1
17
ERVINA
P
36
SMA
15
65
Lampiran III. Kuisioner Penelitian
DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN
“ANALISIS HARGA TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM
BROILER PADA PEDAGANG PENGECER DI PASAR SAIK BUNTOK”
Peneliti : EDI CHANDRA
I. Identitas Responden
Nama
: ...................................
Jenis kelamin
: ...................................
Umur
: ...................................
Tingkat Pendidikan
: ...................................
Lama Usaha
: ...................................
II. Harga Jual
Bulan
1
2
3
4
5
6
Jumlah Ternak Terjual
(ekor)
Harga
66
REGRESSION /MISSING LISTWISE /STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA /CRITERIA=PIN(.05)
POUT(.10) /NOORIGIN /DEPENDENT volumepenjualan /METHOD=ENTER Hargajual.
Regression
Notes
Output Created
03-Sep-2013 17:06:49
Comments
Input
Active Dataset
DataSet0
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data
6
File
Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated
as missing.
Cases Used
Statistics are based on cases with no
missing values for any variable used.
Syntax
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT volumepenjualan
/METHOD=ENTER Hargajual.
Resources
Processor Time
0:00:00.047
Elapsed Time
0:00:00.032
Memory Required
Additional Memory Required
for Residual Plots
1356 bytes
0 bytes
67
[DataSet0]
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
Hargajual
b
Method
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: volumepenjualan
Model Summary
Model
R
1
.956
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.914
.893
159.353
a. Predictors: (Constant), Hargajual
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
1085826.101
1
1085826.101
101573.899
4
25393.475
1187400.000
5
F
Sig.
42.760
.003
a
a. Predictors: (Constant), Hargajual
b. Dependent Variable: volumepenjualan
Coefficients
a
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Hargajual
Std. Error
-2739.521
703.342
.135
.021
Coefficients
Beta
t
.956
Sig.
-3.895
.018
6.539
.003
68
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Regression
Residual
Total
df
Mean Square
1085826.101
1
1085826.101
101573.899
4
25393.475
1187400.000
5
a. Predictors: (Constant), Hargajual
a. Dependent Variable: volumepenjualan
F
42.760
Sig.
.003
a
69
Lampiran IV. Rata-Rata Harga Jual Ayam Broiler pada Pedagang
Pengecer di Pasar Saik Buntok
Harga Jual (Rp/ekor/bulan)
Responden
1
2
3
4
5
1
33000
32000
31000
33000
2
32000
33000
31500
3
32500
31500
4
33000
5
6
45000
33500
36000
34000
32500
32500
34000
34500
31500
33000
33000
35000
45000
32000
32000
32000
32000
35000
41500
6
31000
32500
31000
33500
33500
40000
7
31000
33000
33000
33000
34000
37000
8
30000
31000
32000
32000
33000
40500
9
31500
31500
31000
31000
34000
39500
10
31500
32500
31000
33000
35500
40500
11
32000
33000
33000
32000
36500
38000
12
32500
32000
32000
31000
37500
41000
13
33000
31000
32500
31000
37000
43500
14
31000
33000
33000
33000
34000
44500
15
31000
32000
32000
32000
34500
39000
16
32000
31000
31000
33000
38500
38500
17
33000
31000
31000
32000
37500
38000
Total
542000
31882
543500
31970
542500
31911
550500
32382
599500
35265
689000
40529
Rata-Rata
43000
57
70
Lampiran V. Rata-Rata Volume Penjualan Ayam Broiler pada Pedagang
Pengecer di Pasar Saik Buntok
Volume Pejualan (Ekor/bulan)
Responden
1
2
3
4
5
1
40
40
35
45
2
60
63
65
3
35
40
4
60
5
6
80
60
50
45
35
40
45
60
45
60
45
50
70
100
120
140
160
180
350
6
35
35
30
30
34
60
7
40
45
40
45
40
45
8
35
35
40
35
40
45
9
40
45
40
45
40
45
10
50
55
35
55
50
55
11
200
210
200
240
220
450
12
40
40
45
35
45
40
13
25
30
25
30
25
70
14
15
15
20
15
25
45
15
20
25
20
25
30
40
16
35
30
40
35
30
35
17
40
45
35
45
40
45
Total
870
51
918
54
905
53
985
58
989
58
1600
94
Rata-Rata
65
58
71
RIWAYAT HIDUP
EDI CHANDRA (102.09.000024) lahir di Buntok pada
tanggal 26 Mei 1985, sebagai anak kedua dari empat
bersaudara dari pasangan bapak Basri dan ibu Noorsidah.
Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah SD
Negeri Hilir Sper Buntok lulus tahun 1999
Kemudian setelah lulus di SD penulis melanjutkan pendidikan lanjutan
pertama pada MTs Negeri Buntok dan
lulus pada tahun 2002, kemudian
melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas pada SMA Negeri 02 Dusun Selatan
dan lulus pada tahun 2005.
Setelah menyelesaikan SMA, penulis diterima di Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) melalui jalur Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Swasta (SMPTS) di Jurusan
Manajemen, STIE Dahani Dahanai Buntok, dan lulus pada tahun 2009.
72
Download