10 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Bank dan fungsinya

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Pengertian Bank dan fungsinya
Saat ini bank sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang mutlak, karena
masyarakat merasa lebih nyaman dalam menyimpan uangnya di bank ketimbang
menyimpannya di rumah, dan selain itu masyarakat akan memperoleh imbalan
berupa bunga jika uangnya di simpan di bank sehingga uang mereka akan
bertambah.
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 yang dimaksud
dengan bank ialah :
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam
bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Di Indonesia bank menurut jenisnya ada dua, yaitu Bank Umum dan Bank
Pengkreditan Rakyat. Pengertian dari Bank Umum sesuai dengan Undangundang No. 10 tahun 1998 ayat ke-3 adalah :
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
dan/atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa lalu lintas dalam pembayaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan Bank Perkreditan Rakyat menurut Undangundang No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 4 adalah:
Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
10
Fungsi bank menurut Djoko Retnadi (2005:34) adalah :
Sebagai intermediasi keuangan, yaitu sebagai pihak yang
mengumpulkan dana dari surplus unit untuk disalurkan ke pihak
yang membutuhkan dana (deficit unit)..
II.1.1 Pengertian Syariah
Syariah merupakan ajaran Islam tentang hukum Islam atau peraturan
yang harus dilaksanakan dan/atau ditinggalkan oleh manusia.
Menurut Ismail ( 2011 : 4 ) syariah dibagi menjadi dua, yaitu ibadah dan
muamalah.
Ibadah merupakan tindakan manusia yang dilakukan terkait
dengan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta yaitu Allah
SWT, disebut juga dengan istilah hablumminallah. Sedangkan
muamalah merupakan tuntunan yang mengatur tentang
hubungan antara manusia dan manusia lainnya,yang disebut
juga hablumminannas.
II.1.2 Pengertian Bank Syari’ah
Dalam perbankan Syariah yaitu UU No.21 2008 pasal I ayat ke-7 Bank
Syariah adalah:
Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank pembiayaan Rakyat Syariah.Bank Umum Syariah adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya memberikan layanan jasa dalam
lalulintas pembayaran, sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
merupakan bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa lalu litas pembayaran.
Menurut Heri Sudarsono (2008:27) bank syariah adalah :
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan
jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang
yang beroprasi disesuaikan dengan prinsi-prinsip syariah.
11
Salah satu karakteristik bank syariah menurut Ismail ( 2011: 29 ) yaitu:
tidak menerima atau membebani bunga kepada nasabah, akan
tetapi menerima atau membebankan bagi hasil serta imbalan lain
sesuai dengan akad-akad yang diperjanjikan.
Konsep dasar bank syariah didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadis.
Semua produk dan jasa yang ditawarkan tidak boleh bertentangan
dengan isi Al-Qur’an dan hadis Rasullullah SAW.
II.1.3 Konsep Dasar Bank Syariah
Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank
konvensional. Bank umum syariah menurut Ismail ( 2011:33 ) adalah bank
syariah yang berdiri sendiri sesuai dengan akta pendiriannya, bukan merupakan
bagian dari bank konvensional. Bank syariah memberikan layanan bebas bunga
kepada para nasabahnya, bank syariah tidak mengenal sistem bunga, baik bunga
yang diperoleh dari nasabah yang meminjam uang atau bunga yang dibayarkan
kepada penyimpan dana di bank syariah. Undang-Undang Perbankan Syariah
No.21 tahun 2008 butir ke-1 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala
sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah
dan unit usaha syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
II.1.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Bank syariah dalam sistem operasionalnya adalah disesuaikan dengan
syariat Islam dimana dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang
diberikan maupun yang diterima, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga,
akan tetapi menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang
diperjanjikan.
Beberapa
perbedaan
antara
bank
syariah
dengan
bank
konvensional akan dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
12
Tabel II.1
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Perbedaan
1. Investasi
2. Return
3. Perjanjian
4. Orientasi
Konvensional
Syariah
Investasi tidak mempertimbangkan
halal atau haram asalkan proyek
yang dibiayai menguntungka.
Return baik yang dibayar kepada
nasabah penyimpan dana dan
return yang diterima dari nasabah
pengguna dana berupa bunga.
Investasi hanya untuk proyek dan
produk
yang
halal
serta
menguntungkan.
Return yang dibayar dan/atau
diterima berasal dari bagi hasil atau
pendapatan lainnya berdasarka
prinsip syariah.
Perjanjian menggunakan hukum
positif.
Orientasi
pembiayaan,
untuk
memperoleh keutungan atas dana
yang dipinjamkan.
Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah Islam.
Orientasi pembiayaan, tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat.
Hubungan antara bank dan nasabah
adalah mitra.
Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah (DPS).
Penyelesaian sengketa, diupayakan
diselesaikan secara musyawarah
antara bank dan nasabah, melalui
peradilan agama.
5. Hubungan antara
bank dan nasabah
6. Dewan pengawas
Hubungan antara bank dan
nasabah ialah kreditor dan debitur.
Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, dan Komisaris.
7. Penyelesaian
sengketa
Penyelesaian sengketa melalui
pengadilan negeri setempat.
Sumber : Ismail (2011 : 38)
Selain itu yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah pada bank
syariah sebelum transaksi dimulai diharuskan adanya akad/perjanjian yang jelas.
Menurut Tarek el Diwany (2008:176) ada tiga jenis akad yaitu :
a. Akad pertukaran, dimana kedua belah pihak menerima countervalue
(nilai pertukaran),
b. Akad charity, di mana donor tidak diatur akan menerima nilai pertukaran,
dan
c. Akad investasi di mana aset (upaya) diinvestasikan kedalam suatu proyek
atas dasar bagi hasil
Untuk mengetahui lebih detail dan jelas maka jenis-jenis dari akad
tersebut akan dijelaskan kedalam tabel berikut ini :
13
Tabel II.2
Jenis-jenis akad
Akad pertukatan
Akad charity
Akad Investasi
Bentuk-bentuk akad
lainnya
Murabahah
Bay al-Salam
Ijarah
Istisna
Qardul Hasan
Hibah
Waqaf
Mudharabah
Musyarakah
Rahn
Daman
Wadiah
Sumber : Tarek el Diwany (2008:176)
Penjelasan tabel :
a. Akad Pertukaran
1. Akad Murabahah adalah , melibatkan pengangkatan seorang pedagang oleh
seseorang. Pedagang itu yang menyetujui untuk membeli barang-barang atas
nama orang tersebut dan menyerahkannya pada suatu tempat tertentu. Pedagang
tersebut memberikan pelayanan untuk mendapatkan fee dan akan menanggung
berbagai resiko transaksi.
2. Bay al-Salam merupakan suatu akad untuk penyerahan komoditi yang tertunda,
dengan tanggal penyerahan tertentu dan pembayaran penuh. Tetapi barangbarang tersebut belum ada. Akan tetapi, kuantitas dan kualitas dari barangbarang yang akan diserahkan harus didefinisikan, dan tidak boleh digantungkan
pada faktor-faktor yang tidak dapat diramalkan.
3. Ijarah menggambarkan pembelian kegunaan suatu aset sebagai imbalan atas
suatu pembayaran, di mana kepemilikan aset itu sendiri tidak dipindahkan. Akad
ini sesuai dengan perjanjian “operating lease” modern.
14
4. Istisna jenis akad pertukaran yang memungkinkan penyerahan barang
dikemudian hari pada tanggal yang telah ditetapkan sebelumnya. Akad ini
berhubungan dengan proses produksi barang-barang yang dibuat berdasarkan
pesanan dan memungkinkan produsen untuk menandai proses produksi dengan
menerima harga penjualan dari produknya dimuka.
b.
Akad Charity
1. Qardul Hasan, suatu pinjaman bebas bunga yang diberikan oleh beberapa bank
islam kepada rekening investasi nasabah atau dari seseorang yang mampu
kepada orang lain yang membutuhkan seperti seorang mahasiswa atau orang
miskin. Atau, kadang-kadang sebagai pinjaman pengembangan bisnis untuk
pengusaha kecil.
2. Hibah diperbolehkan dengan beberapa syarat yaitu, a) tidak ada barang atau jasa
atau manfaat lainnya yang diberikan atau diatur untuk diberikan sebagai imbalan;
b) penerima tidak berhubungan dengan kekuasaan administratif atau kekuasaan
negara, agar hibah tidak dianggap sebagai suap; c) apabila hibah merupakan
bentuk aset yang haram, harus dikembalikan, dihancurkan atau diberikan sebagai
sedekah.
3. Waqaf adalah suatu bentuk sumbangan yang diberikan selamanya untuk suatu
alasan tertentu. Yaitu yang dapat dinikmati adalah hak penggunaannya saja (nilai
aset harus dijaga tetap) dan harus digunakan untuk tujuan sosial. Aset yang
diwakafkan harus dipegang sebagai amanah bagi penerima manfaat dan tidak
boleh dijual oleh pemegang amanah.
15
c.
Akad Investasi
1. Musyarakah Berdasarkan musyarakah, semua pihak pada proyek memberikan
kontribusi berupa modal atas prinsip bagi hasil. Tetapi tidak mempunyai
kewajiban untuk ikut melaksanakan kekuasaan eksekutif pada proyek tersebut.
2. Mudharabah, berasal dari bahasa arab dari kata mudarib yang berarti pemakai
modal orang lain. Berdasarkan akad mudharabah, seorang investor (rabb al-mal)
berakad dengan seorang mudharib untuk melakukan usaha atas dasar bagi hasil,
yang memberikan hak pengendalian sepenuhnya atas dana-dana yang disediakan
kepada mudharib.
d.
Bentuk-bentuk akad lainnya
1. Rahn (jaminan keamanan) mungkin dilakukan asalkan jaminan tersebut tidak
bisa dibatalkan. Barang yang digadaikan harus bisa dijual apabila terjadi gagal
bayar, dan perawatan barang-barang yang digadaikan jatuh kepada pemegang
barang yang digadaikan.
2. Daman (surety,jaminan atau warranty) terdapat dalam berbagai bentuk daman
al-naqs merupakan liability untuk mengganti kerugian dan telah diterapkan di
dalam perbankkan Islam sebagai jaminan terhadap kerugian dan penyimpan
akibat pelanggaran akad di pihak bank sendiri. Daman al-talaf adalah jaminan
untuk mengganti setiap kerugian pada properti ketika berada di dalam penjagaan
penerima amanah. Dan daman al-tarrud adalah surety (jaminan) yang diberikan
oleh seorang penjual kepada seorang pembeli terhadap kerugian atau kerusakan
yang disebabkan oleh barang yang dijual kepada ihak ketiga.
16
3. Wadiah (penitipan) untuk suatu simpanan, menyimpan barang tersebut sebagai
amanah. Seorang penerima amanah tidak harus membayar ganti rugi jika terjadi
kerugian atau kerusakan yang tidak diinginkan terhadap barang yang
diamanahkan kecuali pembayaran yang diterima untuk pelaksanaan amanah
tersebut apabila terjadi kasus dimana biaya pengganti menjadi nilai tertagih.
II.1.4.1 Perbedaan investasi dengan membungakan uang
Ada dua perbedaan mendasar antara investasi dengan membungakan uang
menurut Antonio ( 1999 : 86 ) diantaranya :
a. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung resiko karena
berhadapan dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian,
perolehan kembaliannya (return) tidak pasti dan tidak tetap.
b. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung
resiko karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti
dan tetap.
Sesuai dengan definisi diatas menyimpan uang di bank Islam termasuk kategori
kegiatan investasi karena perolehan kembaliannya (return) dari waktu ke waktu
tidak pasti dan tidak tetap. Besar kecilnya perolehan kembali itu tergantung
kepada hasil usaha yang benar-benar terjadi dan dilakukan bank sebagai
mudharibatau pengelola dana.
II.1.4.2 Perbedaan hutang uang dan hutang barang
Ada dua jenis hutang yang berbeda satu sama lainnya menurut Antonio
( 1999 : 87 ) yaitu dimana beliau menjelaskan bahwa :
a. Hutang yang terjadi karena pinjam meminjam uang tidak boleh ada
tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya
17
materai,biaya notaris, dan studi kelayakan. Tambahan lainnya yag sifatnya
tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidak diperbolehkan.
b. Hutang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus jelas
dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Harga jual itu
sendiri terdiri dari harga pokok barang plus keuntungan yang disepakati.
Sekali harga jual telah disepakati maka selamanya tidak boleh berubah
naik, karena akan masuk kedalam kategori riba fadl. Dalam transaksi
perbankkan syariah yang muncul adalah kewajiban dalam bentuk hutang
pengadaan barang bukan hutang uang.
II.1.4.3 Perbedaan antara bunga dan bagi hasil
Tabel II.2
Perbedaan Bunga dan Bagi Hasil
Bunga
a.
Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi harus selalu untung.
b. Besarnya persentase berdasarkan pada
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.
c.
Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa pertimbangan apakah
proyek yang dijalankan oleh pihak
nasabah untung atau rugi.
d. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntungan
berlipat ganda atau keadaan ekonomi
sedang “booming”.
e. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak
dikecam) oleh semua agama termasuk
Islam.
Bagi hasil
a.
Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
b. Besarnya rasio bagi hasil berdasarka
pada
jumlah
keuntungan
yang
diperoleh.
c. Bagi hasil tergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh keduabelah pihak.
d. Jumlah pembagian laba meningkat
sesuai dengan peningkatan jumlah
pendapatan.
e.
Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil
Sumber : Syafi’i Antonio ( 1999 : 88 )
II.1.5 Riba dan Permasalahannya
Menurut Heri Sudarsono (2008:1) menyebutkan salah satu bahaya riba bahwa :
Dominasi transaksi ribawi dalam perekonomian telah berdampak pada
berfluktuasinya tingkat inflasi dan berpotensi sebagai alat eksploitasi
18
manusia, mengarah pada ketidakadilan distribusi, dan membawa pada
marjinalisasi kebenaran.
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba menurut Syafi’i Antonio
( 1999 : 59 ) yang mengatakan bahwa riba adalah,
Pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli maupun
pinjam meminjam secara bathil atau bertentangan dengan
prinsip muamalat dalam Islam.
Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firman-Nya :
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan bathil.” ( Q.S An Nisa: 29 )
Surat Ali imron : 130 artinya :
“Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda,dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan.”
Surat Annisa : 161,artinya :
“Dan disebabkan mereka memakan riba,padahal sesungguhnya
mereka telah dilarang daripadanya,dan karena mereka
memakan harta orang dengan jalan yang batil.Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu
siksa yang pedih.”
Dalam kaitannya dengan pengertian al bathil dalam ayat tersebut, Ibnu Al Arabi
Al Maliki dalam Antonio (1999 : 59 ) menjelaskan : Pengertian riba secara
bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba,
Setiap penambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi
pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan syariah.
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu
transaksi bisnis atau komersial yang melegimitasi adanya penambahan tersebut
secara adil.Seperti transaksi jual-beli, gadai, sewa, atau bagi hasil proyek. Dalam
19
transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya manfaat sewa
yang dinikmati termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena
penggunaan si penyewa.Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta
pengkongsian berhak mendapat keuntungan karena di samping menyertakan
modal, juga turut serta menanggung kemungkinan risiko kerugian yang bisa saja
muncul setiap saat.
Dalam transaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional sipemberi
pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu
penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu
yang berjalan selama proses peminjaman tersebut.
II.1.5.1 Pengertian Riba
Menurut Heri Sudarsono (2008:1) riba merupakan :
Riba adalah tambahan nilai yang diperoleh dengan tanpa resiko
dan bukan merupakan hadiah atau kompensasi kerja
Pengertian riba secara bahasa menurut Syafi’i Antonio (1999 : 59) :
ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain riba juga berarti
tumbuh dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara bathil.
Riba dapat dibedakan menjadi beberapa golongan
Syafi’I Antonio
(1999 : 63) diantaranya:
1. Riba dari Utang Piutang
Dimana riba ini terjadi karena adanya transaksi utang piutang.Riba karena
utang piutang dibagi menjadi dua yaitu :
20
a.) Riba Qardh adalah merupakan suatu tambahan atau kelebihan yang telah
disyaratkan dalam perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dan peminjam.
Didalam perjanjian disebutkan bahwa pihak pemberi pinjaman meminta
adanya tambahan sejumlah tertentu kepada pihak peminjam pada saat
peminjam mengembalikan pinjamannya.
b.) Riba jahiliyah adalah merupakan riba yang timbul karena adanya
keterlambatan
pembayaran
dari
sipeminjam
sesuai
dengan
waktu
pengembalian yang telah diperjanjikan.Dalam perjanjian ini peminjam akan
membayar dengan jumlah tertentu yang jumlahnya melebihi jumlah uang
yang telah dipinjamkan karena si peminjam tidak dapat mengembalikan tepat
waktu.
2. Riba dari Transaksi Jual Beli.
ini terjadi karena adanya transaksi jual beli, dan riba tersebut dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu:
a.) Riba Fadhl adalah tambahan yang diberikan atas pertukaran barang yang
sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Penjelasan dari riba ini
adalah apabila dua pihak melakukan transaksi tukar barang yang sejenis
namun salah satu pihak memberikan dengan takaran, jumlah, dan kadar yang
berbeda.
b.) Riba Nasi’ah merupakan pertukaran antara dua jenis barang ribawi yang
satu dan yang lainnya. Pihak satu akan mendapatkan barang yang jumlahnya
lebih besar disebabkan adanya perbedaan waktu dan penyerahan barang
tersebut.
21
II.I.6 Investasi Mudharabah
Dalam PSAK No. 105 dijelaskan bahwa yang di maksud dengan
mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (pemilik dana ) menyediakan seluruh dana, sedangkan pihak kedua
(pengelola dana) bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi di
antara mereka sesuai kesepakatan sedangkan kerugian finansial hanya
ditanggung oleh pemilik dana. Mudharabah sendiri dapat di bedakan menjadi
tiga macam sesuai dengan PSAK No.105 paragraf 4 diantaranya :
1. Mudharabahmuthalaqah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan kebebasan kepada pengelola dana dalam mengelola
investasinya.
2. Mudharabahmuqqayadah adalah mudharabah dimana pemilik dana
memberikan batasan kepada pengelola dana, antara lain mengenai
tempat, cara dan atau obyek investasi.
3. Mudharabah musytarakah adalah bentuk
mudharabah dimana
pengelola dana menyertakan modal atau dananya dalam kerjasama
investasi.
Sedangkan menurut Antoni, Syafi’i (2001) yang dimaksut dengan Mudharabah
adalah :
mudharabah berasal dari kata dharib yang berarti memukul atau berjalan
ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam
menjalankan usaha
Karakteristik dari mudharabah sesuai dengan yang tertuang pada PSAK No. 105
paragraf 5 dapat di uraikan sebagai berikut :
a.
Entitas, dapat bertindak baik sebagai pemilik dana atau pengelola dana.
b.
Jika entitas bertindak sebagai pengelola dana , dana yang diterima
disajikan sebagai dana syirkah temporer.
c.
dalam mudharabah muqayyadah , contoh batasan antara lain :
22
1. tidak mencampurkan dana pemilik dana dengan dana lainnya;
2. tidak menginvestasikan dananya pada transaksi penjualan cicilan
tanpa penjamin, atau tanpa jaminan;
3.
mengharuskan pengelola dana untuk melakukan investasi sendiri
tanpa pihak ketiga.
d.
Pada prinsipnya dalam penyaluran mudharabah tidak ada jaminan,
namun agar pengelola dana tidak melakukan penyimpangan maka pemilik
dana dapat meminta jaminan dari pihak ketiga atau pengelola dana.
Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad.
e.
Pengembalian dana syirkah temporer dapat dilakukan secara parsial
bersamaan dengan distribusi bagi hasil atau secara total pada saat akad
mudharabah diakhiri.
f.
jika dari pengelolaan dana syirkah temporer menghasilkan keuntungan
maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana
ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati dari hasil usaha yang
diperoleh selama periode akad. Jika dari pengelolaan danasyirkah
temporer menimbulkan kerugian, maka kerugian finansial menjadi
tanggungan pemilik dana.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai alur pembiayaan berikut sekema dari
pembiayaan mudharabah :
23
Gambar II.1
Sekema Mudharabah
Sumber : M. Yusuf, Akuntansi perbankkan Syariah
II.1.6.1 Prinsip pembagian hasil usaha
Pembagian hasil usaha mudhaarabah sesuai dengan PSAK No.105
paragraf 11 dapat dilakukan berdasakan prinsip bagi hasil atau bagi laba. Dalam
prinsip bagi hasil usaha berdasarkan bagi hasil , dasar pembagian hasil usaha
adalah laba bruto (Grossprofit) bukan total pendapatan usaha (omset). Sedangkan
dalam prinsip bagi laba, dasar pembagian adalah laba bersih yaitu laba bruto
dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan modal mudharabah.
24
II.1.6.2 Pengakuan dan pengukuran
Pengakuan dan pengukuran yang tertuang dalam
PSAK No. 105
paragraf 12 Dana syrikah temporer yang disalurkan oleh pemilik dana diakui
sebagai investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan aset
non kas kepada pengelola dana. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau
saat akad jatuh tempo dan belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi
mudharabah diakui sebagai piutang jatuh tempo.
Pengukuran akuntansi pembiayaanmudharabah, telah dijelaskan di dalam
PSAK No. 105 sebagai berikut :
1. Dana mudharabah yang disalurkan oleh pemilik dana diakui sebagai
investasi mudharabah pada saat pembayaran kas atau penyerahan
asset nonkas kepada pengelola dana. (Paragraf 12)
2. Pengukuran investasi mudharabah adalah sebagai berikut :
a. Investasi mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah yang
dibayarkan.
b. Investasi mudharabah dalam bentuk asset nonkas pada saat
penyerahan :
(i)
Jika nilai wajar lebih rendah daripada nilai tercatatnya
diakui sebagai kerugian.
(ii)
Jika nilai wajar lebih tinggi daripada nilai tercatatnya
diakui sebagai keuntungan tangguhan dan diamortisasi
sesuai jangka waktu akad mudharabah. ( Paragraf 13)
3. Jika nilai investasi mudharabah turun sebelum usaha dimulai disebabkan
rusak, hilang atau factor lainnya yang bukan kelalaian atau kesalahan
pihak pengelola dana, maka penurunan nilai tersebut diakui sebagai
kerugian dan mengurangi saldo investasi mudharabah. ( Paragraf 14)
4. Jika sebagian investasi mudharabah
hilang setelah dimulainya usaha
tanpa adanya kelalaian atau kesalahan pengelola dana , maka kerugian
tersebut diperhitungkan pada saat bagi hasil. (Paragraf 15)
25
5. Usaha mudharabah dianggap mulai berjalan sejak dana atau modal usaha
mudharabah diterima oleh pengelola dana. (Paragraf 16)
6. Dalam investasi mudharabah barang yang diberikan dalam bentuk barang
(nonkas) dan barang tersebut mengalami penurunan nilai pada saat
atau setelah barang dipergunakan secara efektif dalam kegiatan usaha
mudharabah , maka kerugian tersebut tidak langsung mengurangi
jumlah investasi namun diperhitungkan pada saat pembagian bagi
hasil . yang dimaksut dengan kelalaian pengelola dana ialah,
persayaratan yang ditentukan dalam akad tidak dipenuhi, hasil
keputusan dari institusi yang berwenang. ( paragraf 17 )
7. Kelalaian atas kesalahan pengelola dana, antara lain, ditunjukan oleh:
(a)
Persyaratan yang ditentukan di dalam akad tidak dipenuhi:
(b)
Tidak terdapat kondisi di luar kemampuan (forcemajeur) yang
lazim dan/atau yang telah ditentukan dalam akad; atau
(c)
Hasil keputusan dari institusi yang berwenang. (Paragraf18 )
8. Jika akad mudharabah berakhir sebelum atau saat akad jatuh tempo dan
belum dibayar oleh pengelola dana, maka investasi mudharabah
diakui sebagai piutang. ( Paragraf 19 )
II.1.6.3 Penghasilan usaha
Di dalam PSAK No. 105 dijelaskan mengenai penghasilan Usaha
investasi mudharabahyaitu :
1.
Jika investasi mudharabah melebihi satu periode pelaporan, penghasilan
usaha diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang disepakati. ( Paragraf 20 )
2.
Kerugian yang terjadi dalam suatu periode sebelum akad mudharabah
berakhir diakui sebagai kerugian dan dibentuk penyisihan kerugian
investasi. Pada saat akad mudharabah berakhir, selisih antara :
(a) Investasi mudharabah setelah dikurangi penyisihan kerugian
investasi ; dan
(b) Pengembalian investasi mudharabah, diakui sebagai keuntungan atau
kerugian. ( Paragraf 21 )
3.
Pengakuan penghasilan usaha mudharabah dalam praktik dapat diketahui
berdasarkan laporan bagi hasil atas relisasi penghasilan usaha dari
26
pengelola dana.Tidak diperkenankan mengakui pendapatan dari proyeksi
hasil usaha. ( Paragraf 22 )
4.
Kerugian akibat kelalaian atau kesalahan pengelola dana dibebankan
kepada pengelola dana dan tidak mengurangi investasi mudharabah.
( Paragraf 23 )
5.
Bagi hasil usaha yang belum dibayar oleh pengelola dana diakui sebagai
piutang jatuh tempo dari pengelola dana. ( Paragraf 24 )
1I.1.6.4 Entitas sebagai pengelola dana
Entitas sebagai pengelola dana dalam PSAK No. 105 dijelaskan seperti
dibawah ini :
1.
Dana yang diterima dari pemilik dana dalam akad mudaharabah diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar jumlah kas atau nilai wajar
aset nonkas yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, danasyirkah
temporer diukur sebesar nilai tercatat. ( Paragraf 25 )
2.
Jika entitas menyalurkan dana syirkah temporer muqayadah yang
diterima maka entitas tidak mengakui sebagai aset, karena entitas
tidak memiliki hak untuk menggunakan aset atau melepas aset
tersebut kecuali sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan
oleh pemilik dana. ( Paragraf 26 )
II.1.6.5 Mudharabahmusytarakah
Penjelasan dari mudharabah musytarakah seperti yang tertuang dalam
PSAK No. 105 adalah sebagai berikut :
1.
Akad mudharabahmusytarakah merupakan perpaduan antara akad
mudharabah dan akad musyarakah . Jika entitas juga menyertakan
modal dalam mudharabahmusytarakah maka penyaluran modal milik
entitas diakui sebagai investasi mudharabah. ( Paragraf 32 )
2.
Dalam mudharabah musytarakah, pengelola dana (berdasarkan akad
mudharabah) menyerahkan juga modalnya dalam investasi bersama
(berdasarkan akad musyarakah). Pemilik modal musyarakah (musytarik)
memperoleh bagian hasil usaha sesuai porsi modal yang disetorkan .
Pembagian hasil usaha antara pengelola dana dan pemilik dana dalam
mudharabah adalah sebesar hasil usaha musyarakah setelah dikurangi
porsi pemilik dana sebagai pemilik modala musyarakah. ( Paragraf 33 )
27
II.1.6.6 Penyajian
Penyajian dalam investasi mudharabah dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Pemilik dana menyajikan investasi mudharabah dalam laporan keuangan
sebesar nilai tercatat. ( Paragraf 36)
2.
Pengelola dana menyajikan transaksi mudharabah dalam laporan
keuangan tetapi tidak terbatas, pada :
a) Dana syirkah temporer dari pemilik dana disajikan sebesar jumlah
nominalnya untuk setiap jenis mudharabah;
b) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan dan
jatuh tempo tetapi belum diserahkan kepada pemilik dana
disajikan kewajiban; dan
c) Bagi hasil dana syirkah temporer yang sudah diperhitungkan
tetapi belum jatuh tempo disajikan dalam pos bagi hasil yang
belum dibagika. ( paragraf 37 )
II.1.6.7 Pengungkapan
Pengungkapan yang dapat dilakukan terhadap investasi mudharabah
dapat dijelaskan seperti berikut ini sesuai dengan PSAK No. 105 paragraf 38 :
Pemilik dana mengungkapkan hal-hal terkait transaksi mudharabah, tetapi tidak
terbatas pada :
Rincian jumlah investasi mudharabah berdasarkan jenisnya;
(c) Penyisihan kerugian investasi mudharabah selama periode berjalan
dan;
(d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai pernyataan standar akuntansi
keuangan no. 101 tentang penyajian laporan keuangan syariah.
II.1.6.8 Jurnal- jurnal Mudharabah
Yusuf ( 2010 : 438 )
dijelaskan ada beberapa jurnal yang harus
digunakan dalam pencatatan investasi mudharabah diantaranya, pada saat
pembiayaan mudharabah disetujui, dicatat sebagai komitment bank syariah
sebesar pembiayaan yang disetujui dengan jurnal :
28
Dr. Kontrak komitment investasi mudharabah
Cr. Kewajiban komitment investasi mudharabah
xxx
xxx
Jika dilakukan pembayaran tahap pertama maka jurnal yang dapat digunakan
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Rekening mudharib
xxx
Dr. Kewajiban komitment investasi
Cr. Kontrak komitment investasi mudharabah
xxx
xxx
xxx
Apabila pembiayaan disetujui dalam bentuk modal non-kas maka jurnal yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Dr. Persediaan
Dr. Rekening suplier
xxx
xxx
Pada saat pembiayaan mudharabah disetujui, dicatat sebagai komitment bank
syariah sebesar pembiayaan yang disetuji dengan jurnal :
Dr. Kontrak komitment investasi mudharabah
Cr. Kewajiban komitment investasi mudharabah
xxx
xxx
Sedangkan jika pembiayaan mudharabah disetujui dalam bentuk uang tunai, atas
penyerahan uang tunai tersebut oleh bank syariah dilakukan jurnal :
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Rekening mudharib
xxx
xxx
Dalam beberapa kasus terkadang terjadi nilai barang yang diserahkan kepada
mudharib memiiliki nilai pasar lebih rendah atau lebih tinggi dibanding nilai beli,
maka terhadap kasus tersebut jurnal yang dapat dilakukan terhadap nilai pasar
yang lebih rendah adalah :
Dr. Investasi mudharabah
Dr. Kerugian penyerahan aset mudharabah
Cr. Persediaan/ aset mudharabah
xxx
xxx
xxx
29
Sedangkanjurnal untuk nilai pasar yang lebih tinggi jurnalnya adalah sebagai
berikut :
Dr. Investasi mudharabah
Cr. Persediaan aktiva
Cr. Keuntungan tangguhan aset mudharabah
xxx
xxx
xxx
Keuntungan tangguhan penyerahan aktiva tersebut diamortisasi selama jangka
waktu akad mudharabah, sehingga dilakukan jurnal sebagai berikut :
Dr. Keuntungan tangguhan aset mudharabah
Cr. Pendapatan penyerahan aktiva
xxx
xxx
Jurnal yang digunaka untuk mencatat penerimaan atas bagi hasil adalah :
Dr. Kas/Rek Nasabah
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah
xxx
xxx
Jurnal yang dibuat pada saat bank membentuk cadangan kerugian :
Dr. Beban penyisihan kerugian investasi
Cr. Penyisihan kerugian investasi
xxx
xxx
Jurnal Pada saat penghapusbukuan :
Dr. Penyisihan kerugian investasi mudharabah
Cr. Investasi mudharabah
xxx
xxx
Sedangka jurnal untuk mencatat piutang dari transaksi investasi mudharabah
adalah :
Dr. Piutang kepada mudharib
Cr. Pendapatan bagi hasil mudharabah
xxx
xxx
30
31
Download