BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Struktur Modal
1. Pecking Order Theory
Penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun
1984.Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa
perusahaan akan menentukan hieraki sumber dana yang paling disukai. Secara
ringkas teori tersebut menurut (Brealey and Myers, 1995 dalam Suad Husnan,
2004) menyatakan bahwa :
a. Perusahaan lebih menyukai (internal financing) pendanaan dari hasil
operasi perusahaan yang berwujud laba ditahan.
b. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan
kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan
perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar.
c. Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang
diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih ataupun
kurang untuk investasi.
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan,
maka perusahaan akan
menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan
sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang
dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan
saham baru.
8
9
Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang karena ada dua jenis
modal sendiri yang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan (dipilih lebih
dahulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir). Rasio hutang setiap
perusahaan akan dipengaruhi leh kebutuhan dana untuk investasi. Urutan
penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory
adalah internal fund (dana internal) , debt (hutang), dan equity (modal sendiri)
(Saidi, 2004).
2. Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling
pada tahun 1976. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian
rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan (Mamduh
M. Hanafi, 2003). Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai
pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas
kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk
dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan imbalan dan
pengawasan yang memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara
seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap
keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan membutuhkan
biaya yang disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang
berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa
manajemem bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditor dan pemegang saham Laksmi (2010).
10
Pada dasarnya agency theory adalah teori mengenai struktur kepemilikan
perusahaan yang dikelola oleh manajer bukan pemilik, berdasarkan kenyataan
bahwa manajer profesional bukan agen yang sempurna dari pemilik perusahaan,
dengan demikian belum tentu selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Dengan
kata lain, manajer sebagai manusia rasional dalam pengambilan keputusan
perusahaan akan memaksimalkan kepuasan dirinya sendiri (Hidayati, et al. 2001).
Weston dan Copeland (1996) dalam Laskmi (2010) menyatakan bahwa
masalah keagenan berhubungan dengan penggunaan ekuitas eksternal. Misalnya
sebuah perusahaan yang semula dimiliki seluruhnya oleh satu orang, maka semua
tindakannya hanya memperngaruhi posisinya sendiri. Jika pemilik yang juga
manajer perusahaan itu menjual sebagian dari sahamnya kepada orang lain, maka
akan timbul konflik kepentingan. Keuntungan sampinganyang dibayarkan kepada
pemilik-manajer yang semula sepenuhnya dinikmati sendiri, sekarang dibayar
sebagian kepada pemilik baru.
Teori keagenan menjelaskan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi
kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara
manajer dengan pemegang saham berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan
bagaimana dana tersebut di investasikan. Menurut agency theory, terdapat
hubungan negatif antara struktur modal dan risiko bisnis. Menurut teori ini,
semakin tidak stabil pendapatan perusahaan dan semakin besarnya profitabilitas
mengalami kebangkrutan, maka masalah yang berhubungan dengan utang
semakin besar. Dengan demikian, ketika risiko bisnis meningkat, tingkat utang
perusahaan akan menurun.
11
3. Trade off Theory
Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat
dan biaya dari penggunaan hutang dalam struktur modal sehingga disebut pula
sebagai trade off theory (Brigham et al, 1999 dalam Karoo, 2003). Berdasarkan
teori Modigliani dan Miller (1996) dalam Adler Haymans Manurung (2004),
semakin besar hutang yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model
Modilgliani dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangrutan dan biaya
keagenan.
Struktur
menyeimbangkan
modal
antara
yang
keuntungan
optimal
dapat
penggunaan
ditemukan
hutang
dengan
dengan
biaya
kebangrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off (Myers, 1984
dalam Perminas Pangeran, 2004).
Perusahaan mendasarkan keputusan pendanaan pada struktur modal yang
optimal. Struktur modal optimal dibentuk dengan menyeimbangkan manfaat dari
penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangrutan.
Penggunaan hutang mengakibatkan peningkatan EBIT yang mengalir ke investor,
jadi semakin besar hutang perusahaan, semakin tinggi nilainya dan harga saham
perusahaan. Berdasarkan makalah Modilgliani-Miller dengan pajak, harga saham
perusahaan akan dimaksimumkan jika menggunakan hutang 100 persen. Dalam
kenyataannya, jarang ada perusahaan yang menggunakan hutang 100 persen
karena perusahaan membatasi penggunaan hutang untuk menekan biaya-biaya
yang berkaitan dengan kebangrutan (Bringham dan Houston, 2001). Maka
semakin tinggi profitabilitas (ROA) maka semakin tinggi juga hutang yang
12
dikeluarkan, profitabilitas (ROA) meningkat struktur modal (DER) yang
dihasilkan juga meningkat.
Bangun dan Suranty (2008) menyatakan bahwa perusahaan akan
melakukan
perhitungan
mengenai
struktur
modal
optimal
dengan
memperhitungkan peningkatan nilai perusahaan dan biaya yang muncul. Adanya
Trade off theory pada struktur modal dapat menjelaskan perbedaan struktur modal
yang ditargetkan antara perusahaan. Perusahaan yang tidak beresiko tinggi akan
lebih memilih equity financing.
Menurut Nurrohim (2008) menyatakan bahwa Trade off theory merupakan
model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan
merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya
financial distres (kesulitan keuangan). Trade off theory merupakan model yang
didasarkan pada trade off
antara keuntungan dengan kerugian hutang dan
dipengaruhi oleh banyak variabel, umumnya oleh keuntungan pajak dari
penggunaan hutang, risiko financial distress dan penggunaan biaya agensi.
Dari beberapa pendapat diatas tujuan dari Trade off theory mengacu pada
komposisi antara hutang dan modal saham uang optimal. Maksud dari komposisi
modal optimal adalah keseimbangan antara penghematan pajak atas penggunaan
hutang dengan biaya kesulitan keuangan akibat penggunaan hutang, sebab biaya
dan manfaat akan meniadakan satu sama lain.
13
4. The Modigliani and Miller Model
Teori mengenai struktur modal modern bermula pada 1958, ketika dua
professor yaitu Franco Modigliani dan Merton Miller mengatakan bahwa dengan
menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih banyak),
perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak. Dengan kata lain, kalau
tujuan pembelanjaan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan
maka perusahaan perlu menggunkan hutang.
Asumsi MM mencakup hal-hal (Brigham dan Houston, 2006 : 31) :
1. Tidak ada biaya broker (perantaraan)
2. Tidak ada pajak perorangan
3. Para investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama dengan
perusahaan
4. Investor dan manjemen mempunyai informasi yang sama mengenai
peluang investasi perusahaan di masa mendatang.
5. Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko, berapapun jumlah
hutang yang digunakan.
6. EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.
Penggunaan asumsi-asumsi tersebut membuat teori ini dianggap tidak
relevan karena asumsi-asumsi tersebut hampir tidak mungkin dapat dipenuhi.
Meskipun demikian, penelitian ini menimbulkan minat peneliti peneliti lain juga
termasuk oleh Franco Modigliani dan Milton Miller sendiri. Perbaikan asumsi
tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
1. Adanya efek dari pajak
14
2. Adanya efek dari biaya kebangkrutan (bankruptcy cost)
3. Trade off Theory, yang intinya perusahaan membandingkan manfaat
penggunaan hutang dengan tingkat bunga lebih tinggi dan biaya
kebangkrutan.
B. Pengertian Struktur Modal dan Sumber Modal
Pengertian struktur modal menurut Riyanto (2008 : 296) adalah
perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan
modal sendiri. Struktur modal dapat diukur dengan menggunakan Debt to Equity
Ratio (DER) yang menunjukkan berapa besar proporsi dari modal perusahaan
yang berasal dari hutang. Semakin tinggi DER maka semakin tinggi pula resiko
yang akan terjadi pada perusahaan. Hal ini dikarenakan pendanaan perusahaan
dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri. Penentuan struktur modal
merupakan kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka
memperoleh sumber dana sehingga dapat digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Keputusan yang diambil oleh manajemen dalam pencarian sumber
dana tersebut sangat dipengaruhi oleh para pemilik atau pemegang saham.
Masalah modal dalam suatu perusahaan merupakan persoalan yang tidak
akan berakhir, mengingatnya bahwa pentingnya masalah modal yang nantinya
akan digunakan dalam segala aktivitas perusahaan itu sendiri. Perusahaan dapat
memperoleh sumber modal dengan cara-cara yang berbeda antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya. Menurut Bambang (2008 : 240) sumber modal dapat
di bedakan menjadi 2 yaitu :
15
1. Sumber Intern (Modal sendiri)
Modal sendiri selain berasal dari luar perusahaan dapat juga berasal
dari dalam perusahaan sendiri yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk
sendiri di dalam perusahaan. Modal sendiri yang berasal dari sumber intern
adalah dalam bentuk keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Bambang
Riyanto (2008:240) menyatakan bahwa modal sendiri dalam suatu perusahaan
Perseroan Terbatas, terdiri dari :
a) Modal Saham (Stock Capital)
Saham merupakan surat bukti penyertaan atau bukti kepemilikan atas
suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Dari sudut pandang perusahaan,
modal saham mencerminkan pihak yang menanggung risiko perusahaan
dan ketidakpastian yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan, dan
memperoleh imbalan sebagai konsekuensinya. Imbalan tersebut berupa
kenaikan harga saham dan deviden yang dibayarkan. Jenis-jenis saham
yang dikemukakan oleh Bambang Riyanto (2008:240) terdiri dari :

Saham Biasa (Commond Stock)

Saham Preferen (Prefered Stock)
b) Saham Kumulatif Preferen (Cummulative Preferred Stock)
c) Cadangan (Reserve)
Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari
keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu lampau
atau dari tahun yang berjalan (reserve that are surplus). Cadangan yang
termasuk modal sendiri antara lain :
16

Cadangan ekspansi

Cadangan modal kerja

Cadangan selisih kurs

Cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian-kejadian yang
tidak diduga sebelumnya (cadangan umum).
d) Laba Ditahan (Retained Earning)
Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagian
dibagikan sebagai dividen dan sebagian ditahan oleh perusahaan. Laba
ditahan merupakan modal yan diperoleh dari usaha sendiri perusahaan
dalam kegiatan operasi perusahaan. Besar kecilnya laba ditahan ini tidak
hanya tergantung pada besarnya laba yang diperoleh perusahaan tiap
tahun, tapi juga bergantung pada besarnya dividen yang dibagikan kepada
para pemegang saham.
2. Sumber Ekstern(Modal Asing)
Modal asing atau utang adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi
perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang, yang
pada saatnya harus dibayar kembali, Bambang Riyanto (2008:227).
Berdasarkan kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa modal
asing atau utang adalah modal yang berupa pinjaman dari pihak luar
perusahaan
yang
mengharuskan
perusahaan
untuk
memberikan
kompensasi berupa bunga dan pada saatnya harus dibayar kembali.
17
Bambang Riyanto (2008:227) mengklasifikasikan modal asing ini menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Utang jangka pendek (short-term debt).
Utang jangka pendek adalah modal asing yang jangka waktunya paling
lama satu tahun. Jenis-jenis utang jangka pendek meliputi kredit
rekening koran, kredit dari penjual (leverancier credit), kredit dari
pembeli (afnemers credit), kredit wesel
2. Utang jangka menengah (intermediate-term debt).
Utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktunya lebih dari
satu tahun dan kurang dari 10 tahun. Jenis-jenis utang jangka
menengah pada umumnya ada tiga yaitu term loan, equipment loan
dan leasing.
3. Utang jangka panjang (long-term debt).
Utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya adalah
panjang, umumnya lebih dari 10 tahun. utang jangka panjang ini
umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan
modaluntuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Jenis-jenis
utang jangka panjang antara lain pinjaman obligasi (bonds-payables),
pinjaman hipotik (mortgage).
Pengertian modal secara dasar atau modal yang benar-benar dimiliki
perusahaan adalah modal sendiri yang merupakan kelebihan nilai aktiva diatas
hutang-hutang atau kewajiban-kewajiban perusahaan kepada pihak pemberi
18
pinjaman. Hal ini sesuai dengan pengertian ekuitas menurut Ikatan Akuntan
Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2011):
1. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih
antara aset dan kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak
merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
2. Pada dasaranya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha
perusahaan. Ekuitas akan berkurang terutama dengan adanya
penarikan
penyertaan pemilik, pembagian keuntungan atau karena
kerugian.
3. Ekuitas terdiri atas setoran pemilik yang sering kali disebut modal atau
simpanan pokok anggota untuk badan hukum koperasi, saldo laba, dan
unsur lain.
Dari defisini diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah
kombinasi penggunaan hutang dan modal sendiri oleh perusahaan untuk
membiayai aktifitasnya dalam rangka peningkatan nilai perusahaan.
Struktur modal sendiri merupakan bagian dari struktur keuangan yang
dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang keputusan keuangan lainnya
mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
Apabila struktur keuangan tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka
struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur unsur modal
sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana
jangka panjang.
19
Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja
dari struktur keuangan (Laili, 2001). Sedangkan menurut Van Horne dan
Wachowicz (2007) struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen
jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen
dan saham biasa. Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan
menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal
dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan melakukan
ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal
yang dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan
modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang
berbeda-beda.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
1. Risiko Bisnis
Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Risiko bisnis tersebut merupakan risiko yang
mencakup intrinsic business risk, financial leverage risk, dan operating leverage
risk (Hamada dalam Saidi,2004). Perusahaan dengan risiko bisnis besar
cenderung menggunakan hutang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan
yang mempunyai risiko bisnis rendah. Hal ini disebabkan karena semakin besar
risiko
yang
ditanggung,
maka
akan
mempersulit
perusahaan
dalam
mengembalikan hutang mereka.
Menurut Bringham dan Houston (2007) risiko bisnis atau seberapaberisiko
saham perusahaan jika perusahaan tidak mempergunakan hutang. Secara konsep,
20
perusahaan memliki sejumlah risiko yang inheren di dalam operasinya : risiko ini
merupakan risiko bisnis. Jika perusahaan menggunakan hutang, maka secara tidak
langsung, perusahaan akan membagi para investornya menjadi dua kelompok dan
mengonsentrasikan sebagian besar risiko bisnisnya pada satu kelompok investor
saja-pemegang saham biasa. Akan tetapi, para pemegang saham biasa akan
menuntut adanya kompensasi karena mereka menanggung risiko yang lebih besar
sehingga akan membutuhkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula.
Perbedaan risiko bisnis tidak hanya berasal dari satu industri ke industri yang lain
saja,
melainkan
juga
diantara
perusahaan-perusahaan
di
dalam
suatu
industritertentu.
Perhitungan risiko bisnis dilihat dari closing perbulanan harga saham suatu
perusahaan, dengan melihat dari naik dan turunnya harga saham perusahaan dapat
mengetahui seberapa besar risiko yang dihadapinya, dengan cara standar deviasi
return saham :
Riskit
=
STD Returnit
Return saham dapat dihitung dengan cara :
Pi,t – Pi,t-1
Return
=
Pi,t-1
2. Struktur Aktiva
Aset atau aktiva adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan.
Aktiva dapat digolongkan menjadi aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva
lain-lain. Penggolongan ini yang kemudian disebut struktur aktiva. Perusahaan
yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih
21
besar karena memiliki aktiva sebagai penjaminnya (Weston dan Copeland, 2000)
dalam Erwin (2012).
Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar,
maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan utang jangka panjang,
dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya
Weston dan Copeland (2008:175). Dengan demikian semakin tinggi struktur
aktiva perusahaan menunjukkan semakin tinggi kemampuan dari perusahaan
tersebut untuk dapat menjamin utang jangka panjang yang dipinjamnya.
Sebaliknya semakin rendah struktur aktiva dari suatu perusahaan menunjukkan
semakin rendah kemampuan dari perusahaan tersebut untuk dapat menjamin
utang jangka panjangnya. Sedangkan menurut balancing theory, perusahaan yang
memiliki struktur aktiva yang besar cenderung risiko kebangkrutan (pailit) yang
relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang
lebih rendah. Aset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas
operasional perusahaan. Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil
operasional yang dihasilkan perusahaan.
StrukturAktiva =
AktivaTetap
TotalAktiva
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
oleh perusahaan (Saidi, 2004). Dalam melakukan penelitian ini, pengukuran
terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Saidi (2004), dan Arli
22
(2010), dimana ukuran perusahaaan di-proxy dengan nilai logaritma natural dari
total asset (natural logarithm of asset). Perusahaan yang lebih besar cenderung
memiliki sumber permodalan yan lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil
kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya,
sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai hutang yang lebih besar
daripada perusahaan kecil (Rajan dan Zingales, 1995 dalam Laksmi Indri Hapsari,
2010). Logaritma dari total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan
karena jika semakin besar ukuran maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan
semakin besar.
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Besar
kecilnya perusahaan dapat ditinjau dari lapangan usaha yang dijalankan. Penentuan
besar kecilnya skala perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total
aktiva, rata-rata tingkat penjualan, dan rata-rata total aktiva. Beberapa penelitian
menggunakan penjualan atau asset bernilai positif yang mencerminkan semakin besar
ukuran perusahaan, sehingga memperbanyak pula alternatif pendanaan yang dapat
dipilih dalam meningkatkan profitnya (Mardiana, 2005). Dengan perhitungan :
Ukuran Perusahaan = Ln (Total asset)
4. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
(Gosh et al) dalam saidi (2004). Profitabilitas itu sendiri merupakan kemampuan
yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun
yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba
23
rugi akhir tahun. Sedangkan rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen
berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
Perusahaan
yang
sangat
menguntungkan
pada
dasarnya
tidak
membutuhkan biaya pembiayaan dengan hutang. Laba ditahan perusahaan yang
tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
Brigham dan Houston (2007) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat
pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil.
Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai
sebagian besar kebutuhan dana dengan dana yang dihasilkan secara internal.
Dengan perhitungan :
Net Income
ROA
=
Total Aset
Fungsi manajemen keuangan dalam kaitannya dengan profitabilitas akan
membuat seorang manajer keuangan perlu membuat keputusan. Beberapa fungsi
spesifik yang berkaitan dengan profitabilitas yaitu (Hampton, 1990) dalam Laksmi
(2010) :
a. Pengaturan Biaya. Posisi manajer keuangan adalah memonitor dan mengukur
jumlah uang yang dikeluarkan dan dianggarkan oleh perusahaan. Ketika
terjadi kenaikan biaya, manajer dapat membuat rekomendasi yang diperlukan
agar dapat dikendalikan.
b. Penentuan Harga. Manajer keuangan dapat mensuplai informasi mengenai
harga, perubahan biaya serta profit margin yang diperlukan agar bisnis dapat
berjalan lancar dan sukses.
24
c. Memproyeksi keuntungan. Manajer keuangan bertanggung jawab untuk
mendapatkan dan menganalisis data relevan dan membuat proyeksi
keuntungan perusahaan. Untuk memperkirakan keuntungan dari penjualan di
masa yang akan datang, perusahaan perlu mempertimbangkan biaya saat ini
serta kemungkinan kenaikan biaya dan perubahan kemampuan peusahaan
untuk menjual barang pada harga yang telah ditetapkan.
d. Mengukur keuntungan yang disyaratkan. Keuntungan yang disyaratkan harus
diperkirakan dari proposal sebelum diterima. Kadang dikenal sebagai biaya
modal.
25
Tabel 2.1
D. Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
(Tahun)
1.
Ali
Analisis Faktor
Pertumbuhanpenjualan,
Pertumbuhanpenjualan, danrasio
Kesuma
Yang Mempengaruhi Struktur
struktur
hutangberpengaruhsignifikanterhadap
(2009
ModalSerta
akiva,profitabilitas,rasio
strukturmodal,profitabilitasberpengaruh
PengaruhnyaTerhadap
hutang,struktur modal,harga
tidaksignifikanterhadap
HargaSaham PerusahaanReal
saham
strukurmodal,pertumbuhan
Estate yang go public di BEI.
2.
Saidi
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ukuran perusahaan , risiko
Secara simultan, semua variabel
(2004)
struktur modal pada perusahan
bisnis, pertumbuhan asset
independen berpengaruh terhadap
manufaktur yang go public di BEJ
kemampulabaan, struktur
strultur modal. Secara parsial, hanya
tahun 1997-2002
kepemilikan.
variabel risiko bisnis (business risk)
yang berpengaruh tidak signifikan
terhadap struktur modal
3.
Trisna
Faktor-faktor yang mempengruhi
Independen:pertumbuhan
pertumbuhan perusahaandan
(2010)
struktur modal perusahaan yang
penjualan, struktur
ukuranperusahan berpengaruhpositif
terdaftar di BEI.
aktiva,profitabilitas, dan
signifikan
26
firmsize,Dependen:Struktur
danprofitabilitasberpengaruhnegatif
modal
signifikan sertastruktur
aktivaberpengaruh positif
tidaksignifikanterhadap struktur modal
4.
Hana
Pengaruh ukuran perusahaan dan
Ukuran perusahaan,
Ukuran perusahaan dan profitabilitas
Tiara
profitabiliatas terhadap struktur
Profitabilitas, Struktur
berpengaruh positif terhadap struktur
(2011)
modal pada perusahaan wholesale
Modal
modal
and retail trade yang terdaftar di
BEI (2008-2010)
5.
6.
Seftianne Faktor-faktor yang mempengaruhi
Struktur modal, kepemilikan Ukuran perusahaan berpengaruh
(2011)
struktur modal pada perusahaan
manajerial, risiko bisnis,
terhadap struktur moda, sedangkan
publik sektor manufaktur
struktur aktiva, ukuran
profitabilitas, risiko bisnis, kepemilikan
perusahaan dan
manajerial, dan struktur aktiva tidak
profitabilitas
berpengaruh terhadap struktur modal.
Joni
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Profitabilitas, ukuran
Pertumbuhan penjualan, struktur aktiva
(2010)
struktur modal
perusahaan, pertumbuhan
berpengaruh positif, profitabilitas
penjualan, struktur aktiva,
berpengaruh negatif, ukuran perusahaan
risiko bisnis, struktur modal
dan risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal.
27
Dari beberapa penelitian terdahulu dengan kesimpulan yang di dapat dan
sudah di jelaskan pada tabel diatas, beberapa faktor dan adapun faktor yang sama
namun mempunyai pengaruh yang sangat berbeda terhadap struktur modal.
E. Model Penelitian
RISIKO BISNIS
(X1)
STRUKTUR
AKTIVA
(X2)
STRUKTUR MODAL
(Y)
UKURAN
PERUSAHAAN
(X3)
PROFITABILITAS
(X4)
Sumber : Diolah oleh penulis
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen
dan variabel independen. Variabel dependen yang berupa struktur modal
perusahaan yang diproksi dengan DER. Variabel independen dalam penelitian ini
risiko bisnis, struktur aktiva, ukuran perusahaan, dan profitabilitas sebagai faktor
yang mempengaruhi struktur modal perusahaan.
Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian
sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar
untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka konseptual yang
28
dituangkan dalam model penelitian pada gambar dibawah. Kerangka konseptual
tersebut, menunjukkan pengaruh variabel independen baik secara parsial maupun
simultan terhadap struktur modal perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
F. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal
Menurut Weston dan Brigham (1994) serta Husnan (1996) dalam Laksmi
(2010), setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat dari
dilakukannya kegiatan operasi perusahaan, baik itu risiko bisnis maupun risiko
hutang yang harus digunakan oleh perusahaan. Risiko bisnis berhubungan dengan
jenis usaha yang dipilih dari kondisi ekonomi yang dihadapi. Sehingga terdapat
hubungan negatif dan signifikan antara risiko bisnis terhadap struktur modal.
Risiko Bisnis merupakan risiko dari perusahaan di saat tidak mampu
menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan
biaya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menghindari
pendanaan dengan menggunakan hutang dibandingkan dengan perusahaan dengan
risiko bisnis yang lebih rendah. Dunia investasi mengenal risiko sebagai bagian
dari risk premiun, yang diartikan sebagai ketidakpastikan aliran pendapatan yang
disebabkan oleh sifat alami dari bisnis itu sendiri seperti penjualan produk,
volume pelanggan, dan produksi produk baru. Prabansari dan Kusuma (2005)
mengatakan bahwa adanya pengaruh negatif yang signifikan antara risiko bisnis
dengan struktur modal perusahaan.
29
2. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal
Dalam Trisna, (2010) Aktiva yang dimaksud adalah aktiva yang
berhubungan dengan struktur modal perusahaan, terutama aktiva tetap.
Perbandingan jumlah aktiva tetap yang besar dari total aktiva berarti bahwa aktiva
tak berwujud yang dimiliki perusahaan lebih sedikit. Total aktiva adalah hasil dari
pertambahan antara aktiva tetap dengan aktiva tak berwujudnya. Semakin besar
perusahaan memiliki aktiva tetap dibandingkan aktiva tak berwujudnya,
melambangkan bahwa perusahaan memiliki nilai jaminan untuk memperoleh
pinjaman yang lebih besar. Aktiva tetap dapat dijadikan jaminan dalam pelunasan
hutang perusahaan. Aktiva tetap dan total aktiva menggunakan satuan dalam
jutaan rupiah.
Peningkatan
aset
yang
diikuti
peningkatan
hasil
operasi
akan
semakinmenambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnyakepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka
semakin mudah perusahaan untuk mendapatkan hutang sebagai pendanaan. aset
atau aktivaadalah segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva dapat
digolongkanmenjadi aktiva tetap, aktiva tidak berwujud, dan aktiva lain-lain.
Penggolonganini yang kemudian disebut struktur aktiva. Perusahaan yang
memiliki aktivadalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar
karena memilikiaktiva sebagai penjaminnya (Weston dan Copeland, 2000)
3. Pengaruh Ukuruan Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Semakin besar ukuran perusahaan suatu perusahaan, maka kecenderungan
untuk menggunakan dana eksternal juga akan semakin besar (Saumitra, 2002).
30
Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan
salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan hutang.
Bambang Riyanto (2001) suatu perusahaan besar yang sahamnya tersebar
luas menyebabkan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai
pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya pengendalian dari pihak
yang lebih dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya
perusahaan kecil dimana sahamnya tersebar hanya di lingkungan kecil maka
penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh besar terhadap
kemungkinan hilangnya kontrol dari pihak pemegang saham pengendali terhadap
perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, perusahaan besar akan lebih
berani untuk mengeluarkan atau menerbitkan saham baru dalam pemenuhan
kebutuhan dananya jika dengan perusahaan kecil. Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap
struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh (Laksmi, 2010) terhadap sektor
atau semua perusahaan yang ada di BEI (Bursa Efek Indonesia) menunjukkan
adanya hubungan yang positif dari semua sektor terhadap struktur modal. Hal ini
mengindikasi bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula perusahaan
tersebut menggunakan debt financing pada periode yang akan datang.
4. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Menurut Bringham dan Houston (2007) dalam Erwin (2012), perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang
yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi, memungkinkan untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
31
secara internal. Dengan alasan bahwa biaya dana internal lebih murah dibanding
biaya dana eksternal. Profitabilitas merupakan salah satu hal penting bagi
perusahaan. Profitabilitas dan jumlah laba ditahan digunakan sebagai salah satu
faktor yang menentukan struktur pendanaan. Laba ditahan perushaan digunakan
untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Beberapa penelitian yang
telah dilakukan oleh Erwin (2012), Friska Firnanti (2011), Laksmi (2010)
menunjukan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal
perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah
kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah pula struktur
modalnya.
Download