Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla

advertisement
Cedera medulla spinalis adalah cedera pada medulla spinalis yang dapat
mempengaruhi fungsi motorik, sensorik, dan otonom. Perubahan ini dapat sementara
atau permanen. Cedera medulla spinalis paling banyak pada servikal dan lumbal.
Insidensi fraktur torakal lebih sedikit karena mobilitas tulang torakal lebih terbatas
dibandingkan servikal dan mempunyai penyokong tambahan dari tulang iga. Pria
lebih berisiko mengalami cedera medulla spinalis dibandingkan perempuan. 80%
cedera medulla spinalis terjadi pada pria dan biasanya berusia kurang dari 30 tahun.
Cedera medulla spinalis dapat disebabkan karena trauma ataupun non-trauma
Trauma : kecelakaan motor, jatuh, kecelakaan kerja, sport injuries, penetrasi tusukan
atau luka tembak.
Non- trauma: kanker, infeksi, intervertebral disc disease, vertebral injury, dan spinal
cord vascular disease.
Cedera medulla spinalis yang disebabkan trauma terjadi karena :





Axial loading
Hiperfleksi
Hiperekstensi
Rotasi
Lateral bending
Mekanisme trauma:
1. Trauma langsung
2. Kompresi fragmen oleh bone fragment/ hematoma/ disc material
3. Iskemia karena edema, kompresi, dan kerusakan arteri spinalis
Anatomi medulla spinalis
Medula spinalis berawal dari ujung bawah medulla oblongata di foramen magnum.
Pada dewasa berakhir di L1 menjadi konus medularis. Selanjutnya akan menjadi
kauda equina yang lebih tahan terhadap cedera. Terdapat 3 traktus yang penting: 1.
Traktus kortikospinalis 2. Traktus spinothalamikus 3. Kolumna posterior.
1. Traktus kortikospinalis (posterior lateral medulla spinalis): Mengatur kekuatan
motorik bagian ipsilateral tubuh
2. Traktus spinotalamikus (anterolateral medulla spinalis) : Sensasi nyeri dan
suhu bagian kontralateral tubuh
3. Kolumna posterior : Sensasi posisi (propioseptif), getar dan sentuh bagian
ipsilateral tubuh
Cedera medulla spinalis komplit: keadaan dimana tidak ada fungsi sensorik dan
motorik di bawah level tertentu.
Cedera medulla spinalis inkomplit: cedera dimana masih ada fungsi motorik atau
sensorik yang tersisa
Pemeriksaan sensorik
Dermatom adalah daerah kulit yang dipersarafi oleh akson sensoris radiks saraf
segmen tertentu. Level dermatom penting diketahui untuk menentukan level trauma
dan menilai perbaikan atau perburukan.
C1-C4 sangat bervariasi dalam distribusi ke kulit dan tidak dipakai dalam lokalisasi
C2-C4 ( Nervus supraclavicularis member inervasi sensorik ke daerah yang menutupi
muscular pektoralis (cervical cape)
C3 – area diatas deltoid
C6 – ibu jari
C7 – jari tengah
C8 – jari kelingking
T4 – Papila mamae
T8 – Prosesus xiphoideus
T10 – Umbilicus
T12 – Simfisis pubis
L4 – sisi medial betis
L5 – ruas antara ibu jari dan telunjuk kaki
S1 – sisi lateral kaki
S3 – tuberositas iskium
S4 dan S5 – daerah perianal
Miotom
Beberapa otot atau kelompok otot diidentifikasi sebagai perwakilan dari segmen saraf
spinal tertentu.
C5 –deltoid
C6 – ekstensor pergelangan tangan (biceps, ekstensor carpi radialis longus dan brevis)
C7 – triseps
C8 – fleksor digitorum profundus
T1 – abductor digiti minimi
L2 – iliopsoas
L3,L4 – quadriceps, reflex patella
L4, L5, S1 – fleksi lutut (hamstring)
L5 – tibialis anterior dan ekstensor halusis longus
S1 – gastronecmeus dan soleus
Syok neurogenik terjadi akibat gangguan pada jaras simpatis desenden di serbikal
atau torakal atas. Hal ini mengakibatkan hilangnya tonus vasomotor dan inervasi
simpatis ke jantung. Akibatnya terjadi vasodilatasi pembuluh darah visceral dan
ekstremitas bawah, pengumpulan darah dan sebagai akibatnya terjadi hipotensi.
Hilangnya tonus simpatis jantung menyebabkan terjadinya bradikardia atau paling
tidak kegagalan takikardi sebagai respon hipovolemi. Tekanan darah dapat diperbaiki
dengan pemberian vasopresor. Atropine dapat dipaka untuk mengatasi kondisi
bradikardi yang signifikan.
Syok spinal dipakai untuk menunjukan keadaan flaccid ( hilangnya tonus otot) dan
hilangnya reflex setelah terjadinya cedera medulla spinalis.
Klasifikasi cedera medulla spinalis
1. Quadriplegia: Cedera pada segmen cervical dan keempat ekstrimitas terkena
2. Paraplegia: Cedera pada segmen thorakal, lumbal atau sacral dan kedua
ekstrimitas terkena
American Spinal Injury Association Scale
A: Complete: tidak terdapat fungsi sensorik dan motorik pada level dibawah lesi
B: Incomplete: tidak terdapat fungsi motorik tetapi fungsi sensorik dibawah lesi masih
baik dan terdapat sacral sparing
C: Fungsi motorik intak namun kekuatan otot fungsi motorik dibawah lesi < 3
D: Fungsi motorik intak namun kekuatan otot fungsi motorik dibawah lesi 3 dan >3
E: Normal: fungsi sensorik dan motorik normal
Sindrom Medulla Spinalis
1. Central cord syndrome: ditandai dengan hilangnya kekuatan motorik lebih
banyak pada ekstrimitas atas dibandingkan dengan ekstrimitas bawah, dengan
kehilangan sensorik yang bervariasi. Sering terjadi pada pasien dengan trauma
hiperekstensi yang telah mengalami kanalis stenosis servikal sebelumnya
(serikali disebabkan oleh OA degenerative)
Dari anamnesis didapatkan riwayat jatuh ke depan terkena wajah. Dapat
terjadi dengan atau tanpa fraktur tulang servikal dan dislokasi. Perbaikan
biasanya mengikuti pola yang khas, ekstrimitas bawah mengalami perbaikan
terlebih dahulu diikuti dengan fungsi kandung kemih, dan ekstrimitas atas
serta tangan terakhir. Prognosis central cord syndrome lebih baik
dibandingkan dengan cedera inkomplit lainnya. Central cord syndrome
diperkirakan terjadi akibat gangguan vaskuler di daerah yang diperdarahi oleh
arteri spinalis anterior. Arteri ini member suplai ke daerah sentral medulla
spinalis. Karena serabut motorik di segmen servikal secara topografis tersusun
kea rah sentral medulla spinalis, lengan serta tangan adalah yang terpengaruh
paling parah.
2. Anterior cord syndrome: ditandai dengan paraplegi dan kehilangan sensorik
disosiasi dengan hilangnya sensasi nyeri dan suhu. Fungsi kolumna posterior
(posisi, vibrasi, dan tekanan dalam) tetap bertahan. Biasanya anterior cord
syndrome disebabkan infark apda daerah medulla spinalis yang diperdarahi
oleh arteri spinalis anterior. Prognosis sindrom ini paling buruk dibaandingkan
cedera inkomplit lainnya.
3. Brown Sequard Syndrome: terjadi akibat hemiseksi medulla spinalis,
biasanya akibat trauma tembus, hal ini jarang terjadi. Namun, variasi dari
gambaran klasik tidak jarang terjadi. Sindrom ini terdiri dari kehilangan
motorik ipsilateral (traktus kortikospinalis) dan hilagnya sensasi posisi
(kolumna posterior), disertai dengan hilangnya sensasi suhu serta nyeri
kontralateral mulai satu atau da level dibawah level trauma (traktus
spinothalamikus). Walaupun sindrom ini disebabkan trauma tembus langsung
ke medulla spinalis, biasanya masih mungkin terjadi perbaikan.
Diagnosis
Evaluasi dengan radiography dengan X-Ray, MRI, CT scan dapat menentukan apakah
terdapat cedera medulla spinalis dan dapat diketahui letak cedera tersebut.
Download