BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi yang diikuti dengan perkembangan perekonomian yang didukung oleh peningkatan teknologi komunikasi yang semakin canggih, menyebabkan perusahaan berusaha mengembangkan usahanya agar dapat bersaing di tingkat global. Hal ini tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar, dimana dana tersebut dapat diperoleh dalam bentuk hutang jangka panjang dan hutang jangka pendek. Perusahaan yang membutuhkan modal investasi cenderung memilih alat sumber pembiayaan yang disediakan oleh pasar modal. Pasar modal merupakan tempat berkumpulnya para investor yang mempunyai kelebihan modal dan ingin memperoleh pendapatan dari kelebihan modalnya, yang bertemu dengan perusahaan-perusahaan yang sedang membutuhkan modal untuk membiayai kebutuhan operasi dan investasinya. Tanpa adanya pasar modal maka akses ke sumber dana yang tersedia akan berkurang. Investor pada pasar modal membutuhkan informasi yang akurat agar dapat meminimalisir risiko kerugian yang terlalu besar, meskipun menjanjikan keuntungan yang relatif besar pula. Informasi yang diperlukan yaitu mengetahui variabel-variabel apa saja yang mempengaruhi terjadinya fluktuasi harga saham dan juga mengetahui bagaimana bentuk hubungan antar variabel-variabel tersebut. Dengan mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut, investor dapat memilih perusahaan yang benar-benar dianggap sehat sebagai tempat menanamkan modalnya. Ketidakstabilan harga saham sangat menyulitkan investor dalam melakukan investasi. Investor tidak sembarangan dalam melakukan investasi atas dana yang dimilikinya, terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi, diantaranya kondisi perusahaan yang tercermin melalui kinerja perusahaan tersebut termasuk juga kondisi industri sejenis, fluktuasi, kurs, volume transaksi, kondisi 1 2 bursa, kondisi ekonomi, sosial, politik dan stabilitas nasional suatu negara. Berdasarkan informasi tersebut, salah satu hal paling mendasar sebelum investor menginvestasikan modalnya adalah menilai kinerja perusahaan melalui kinerja perusahaan melalui laporan keuangan. Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang memuat data historis yang sangat bermanfaat dalam melakukan analisa sekuritas. Oleh karena itu publikasi laporan keuangan yang dilakukan oleh para emiten merupakan saat yang ditunggu oleh para investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan, yang kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan apakah akan menjual atau membeli saham perusahaan tersebut. Rasio keuangan merupakan masukan yang sangat penting dalam analisis investasi, terutama untuk menentukan tingkat pengembalian modal yang tercermin dari harga saham perusahaan. Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering digunakan untuk memprediksi harga saham adalah Return On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Saat laba sebelum bunga dan pajak naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin besar ROA semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan LQ45. (Nurmalasari 2013) Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt to Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri. Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan 3 apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar DER menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relative tinggi akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai Debt to Equity Ratio yang tinggi. Menurut Bringham dan Houston (2006:17), semakin tinggi risiko dari penggunaan lebih banyak utang akan cenderung menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut (Samsul, 2006:204) Dampak krisis keuangan global riil yang sekarang terasa ialah dijualnya saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Oleh karena itu IHSG anjlok, uang rupiah hasil penjualanya dibelikan dollar yang mengakibatkan nilai rupiah semakin turun. Harga saham pada berbagai jenis perusahaan juga mengalami penurunan, harga saham telekomunikasi pun mengalami penurunan karena hal tersebut. Dipilihnya perusahaan Telekomunikasi di BEI sebagai objek penelitian adalah karena perkembangan industri telekomunikasi dewasa ini semakin meningkat pesat. Banyaknya permintaan konsumen akan sarana operator telekomunikasi baru bermunculan dengan beragam jenis dan fitur-fitur penunjang sebagai unggulan produk mereka. Kondisi industri Telekomunikasi di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang signifikan. Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) menunjukkan bahwa jumlah pelanggan seluler di Indonesia per tahun 2011 telah mencapai lebih dari 240 juta pelanggan pada akhir tahun 2011 lalu, naik 60 juta pelanggan dibanding tahun 2010. Angka ini mendekati jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 258 juta penduduk pada Desember 2010. Perkembangan jumlah pelanggan seluler di Indonesia bisa dibilang cukup fantastis. 4 (http://www.teknojurnal.com/2012/01/18/jumlah-pelanggan-seluler-di-indonesiahampir-mendekati-jumlah-penduduk-indonesia/) Melihat perkembangan dunia telekomunikasi tersebut memberikan peluang bagi para investor untuk melakukan investasi di bidang industri telekomunikasi ini. Alasan lainya Perusahaan Telekomunikasi di BEI dipilih karena kondisi perusahaan Telekomunikasi di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dan secara continue menerbitkan laporan keuangan yang selalu di audit. Berikut Tabel di bawah ini menunjukkan mengenai Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan data perkembangan Harga Saham pada perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI dari tahun 2008-2012 sebagai berikut : Tabel 1.1 Data perkembangan Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi 2008-2012 EMITEN KODE Harga Saham (Closing Price) dalam Rp 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Bakrie Telecom, Tbk BTEL 51 147 235 260 50 PT. XL Axiata, Tbk EXCL 950 1,930 5,300 4,525 5,700 PT. Smartfren, Tbk FREN 50 400 400 400 84 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk TLKM 6,900 9,450 7,950 7,050 9,050 PT. Indosat Infracom, Tbk ISAT 5,750 4,725 Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis) 5,400 5,650 6,450 Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa harga saham pada perusahaan telekomunikasi mengalami fluktuasi pada periode 2009-2012. Harga saham pada 5 perusahaan BTEL menunjukkan hasil yang inkonsisten, pada tahun 2009-2011 mengalami peningkatan, namun pada tahun berikutnya harga saham BTEL mengalami penurunan pada tahun 2012. Sama halnya dengan FREN yang menunjukkan penurunannya di tahun 2012, meskipun sempat mengalami kondisi yang stabil. Adanya penurunan BTEL tersebut tidak selalu diikuti oleh perusahaan lainnya. Dalam hal ini EXCL dan TLKM menunjukkan peningkatan meskipun sempat mengalami fluktuasi pada tahun-tahun tertentu. Berbeda dengan harga saham perusahaan ISAT yang konsisten mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tabel 1.2 Data Return On Asset (ROA) Pada perusahaan-perusahaan Telekomunikasi yang go public di BEI Periode 2008-2012 Emiten Return On Asset (%) KODE 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Bakrie Telecom, Tbk BTEL 2.08 1.27 0.75 -8.09 -10.55 PT. XL Axiata, Tbk EXCL -0.26 8.58 14.19 12.4 10.58 -30.42 -21.55 -9.5 21.47 20.24 21.75 2.05 2.27 3.43 PT. Smartfren, Tbk FREN -24.56 -14.18 PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk TLKM 22.26 22.91 PT. Indosat Infracom, Tbk ISAT 4.5 4.06 Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis) 6 Nilai ROA pada PT. Bakrie Telecom, Tbk dan pada PT. Indosat Infracom, Tbk 5 periode ini yaitu pada tahun 2008-2012 mengalami penurunan. Jika PT. Bakrie Telecom, Tbk mengalami penurunan setiap tahunnya, sedikit berbeda dengan PT. Indosat Infracom, Tbk yang mengalami peningkatan pada tahun 2011-2012. Nilai ROA pada PT. Smartfren, Tbk setiap tahunnya menunjukkan hasil yang negatif. Berbeda dengan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan PT. XL Axiata, Tbk yang menunjukkan sisi positifnya dengan peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Namun pada awalnya di tahun 2008 PT. XL Axiata, Tbk mengalami sisi negatifnya dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang besar. Tabel 1.3 Data Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Telekomunikasi yang go public di BEI Periode 2008-2012 EMITEN Debt to Equity Ratio (x) KODE 2008 0.68 2009 1.27 2010 1.38 2011 1.8 2012 1.93 5.71 2.11 1.33 1.28 1.31 5.6 5 -38.53 2.76 1.86 1.38 1.22 0.98 0.69 0.66 1.95 2.05 PT. Indosat Infracom, Tbk ISAT Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis) 1.94 1.77 1.55 PT. Bakrie Telecom, Tbk BTEL PT. XL Axiata, Tbk EXCL PT. Smartfren, Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk FREN TLKM Nilai DER pada PT. Bakrie Telecom, Tbk mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sementara perusahaan telekomunikasi lainnya mengalami peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu besar, seperti nilai DER pada PT. 7 Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan PT. Smartfren, Tbk yang mengalami penurunan setiap tahunnya, namun nilai DER PT. Smartfren, Tbk pada tahun 2010 menunjukkan sisi negatif. Pada PT. XL Axiata, Tbk dan PT. Indosat Infracom, Tbk mengalami peningkatan nilai DER pada tahun 2008-2009, jika PT. Indosat Infracom, Tbk pada tahun 2010-2012 mengalami penurunan, berbeda dengan PT. XL Axiata, Tbk pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan dan pada tahun 2012 kembali meningkat. Berdasarkan uraian tersebut terjadi suatu fenomena dimana : 1. Nilai ROA pada beberapa perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2012 cenderung mengalami penurunan, seperti perusahaan BTEL, FREN dan ISAT, sementara TLKM dan EXCL cenderung stabil artinya penurunan dan peningkatan tidak terlalu besar. Namun nilai harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2012 cenderung meningkat setiap tahunnya. Tandelilin (2001:240) menyatakan bahwa return on assets menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio ROA menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang juga dapat diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar modal juga akan semakin meningkat, dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi rasio ROA, maka semakin tinggi harga saham perusahaan. Penelitian mengenai ROA pernah dilakukan oleh Nurmalsari (2013), Susilawati (2012) yang menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga 8 saham. 2. Nilai DER pada beberapa perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2012 hampir seluruhnya cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Namun nilai harga saham pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2012 cenderung meningkat setiap tahunnya. Secara teoritis, Walsh (2003:118) menyatakan debt to equity ratio yang lebih dikenal dalam bahasa Indonesia dengan Rasio “Utang terhadap ekuitas” merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam keuangan perusahaan. DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Bagi investor, semakin besar rasio DER akan semakin tidak menguntungkan karena semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan (Kasmir, 2007:158). Semakin besar DER, maka semakin rendah harga saham perusahaan karena perusahaan harus membayar utang dan investor semakin tidak menarik untuk membeli saham perusahaan. Penelitian mengenai DER pernah dilakukan oleh Rahmi, Asfan, Jalaluddin (2013), Pandansari (2012) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Perusahaan telekomunikasi yang listing di BEI adalah perusahaan yang memberikan jasa layanan telekomunikasi di Indonesia. Sebagaimana terjadi di pada negara berkembang lainya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara umum. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi. 9 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Go Public Di BEI periode 2008-2012.” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bahwa ketika pendapatan ROA dapat dijaga maka aset bertambah dan laba pun bertambah. Hal itu berarti profitabilitas pada suatu perusahaan dapat dikatakan baik. Akan tetapi tidak selamanya ROA itu dapat dijaga dalam posisi yang sama setiap periodenya. Adakalanya ROA tersebut mengalami fluktuasi setiap periodenya seperti yang terjadi di atas, yang nantinya dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka, masalah yang akan diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan harga saham pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012? 2. Berapa besar pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham secara simultan pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012? 3. Berapa besar pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham secara parsial pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012? 10 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh antara Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham dengan melakukan berbagai penelitian yang dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan. 1.3.2 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui perkembangan tingkat Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan harga saham pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. 2. Mengetahui besarnya pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham secara simultan pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. 3. Mengetahui besarnya pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham secara parsial pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi: 1. Bagi Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan membuat kebijakan dalam bidang telekomunikasi di masa yang akan 11 datang. 2. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan para investor sebagai salah satu referensi dalam pengambilan keputusan penanaman modal yang akan dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang go public di BEI. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk mengadakan penelitian lanjutan di masa yang akan datang. 1.5 Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan tentu mengharapkan struktur modal yang optimal dalam mencapai nilai perusahaan yang maksimal. Sehingga dengan demikian kebijakan struktur modal merupakan memaksimalkan nilai harga saham. salah satu penentu yang bisa Faktor lain yang dapat mempengaruhi terhadap harga saham adalah tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dapat mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan melalui rasio profitabilitas. Rasio profitablitas merupakan tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Pengertian profitabilitas menurut Kasmir (2012:196) menjelaskan, kemampulabaan (profitabilitas) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntunga. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Saham merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Martalena (2011:12) menyatakan : “Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal 12 seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham, perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Menurut Sartono (2005:41) mendefinisikan harga saham adalah sebagai berikut: “Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran kas yang diharapkan akan diterima.” Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa harga saham merupakan harga nilai sekarang yang bersumber dari terjadinya penjualan atas saham tersebut. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut. Dalam investasi saham para investor harus menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang agar memperoleh keuntungan. Analisis fundamental dan teknikal merupakan salah satu cara menilai saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi dan kondisi industri perusahaan termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan. Menurut Husnan (2005:307) mendefinisikan analisis fundamental adalah sebagai berikut: 13 “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.“ Alasan digunakannya analisis fundamental dalam penelitian ini adalah bahwa saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai perusahaan dikemudian hari. Pendekatan dan model-model analisis fundamental ini diharapkan dapat menjawab apakah harga saham suatu perusahaan itu undervalue atau overvalue. Salah satu langkah dalam melakukan analisis fundamental adalah dengan melakukan analisis perusahaan, untuk memperkirakan kemampuan perusahaan dan laba yang akan didapat. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan faktor yang penting dalam menilai saham suatu perusahaan. Sedangkan analisis teknikal menurut Husnan (2005:341): “Analisis teknikal mencoba memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan berulang.“ Data yang digunakan dalam analisis teknikal biasanya berupa grafik atau program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan dipilih dalam berinvestasi, teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan 14 posisi keuangan perusahaan. Menurut Lalu menurut Munawir yang dikutip oleh Fahmi (2012:2), mengatakan bahwa : “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”. Dengan laporan keuangan tersebut, kita dapat melakukan beberapa analisis rasio yang berguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Pengertian rasio keuangan sendiri merupakan angka yang diperoleh dari perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang menunjukkan situasi dan operasi perusahaan. Hal ini seperti dikatakan oleh Sundjaja dan Barlian (2003:104): “Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan untuk menilai kinerja dan status perusahaan.” Kinerja perusahaan salah satunya dapat diukur dengan rasio profitabilitas yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Return On Asset (ROA) menurut Mardiyanto (2009: 196) adalah : “Return on asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari 15 aktivitas investasi.” Untuk mengukur return on asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut : Return on assets menunjukan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dengan menggunakan seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. ROA sangat umum digunakan oleh investor karena rasio ini merefleksikan tingkat laba yang biasa diperoleh pemegang saham, karena pemegang saam berarti sebagai pemiliki dari perusahaan.dengan demikian ROA yang tinggi berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Kondisi perusahaan yang baik akan menghasilkan laba yang tinggi sehingga menghasilkan tingkat pengembalian atas saham akan besar. Tingkat ROA yang sangat tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan akan memberikan peluang tingkat pengembalian atas pendapatan yang cukup besar bagi para investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan berdampak pada peningkatan harga saham. Selain ROA, untuk menilai kinerja perusahaan salah satunya dapat diukur dari penggunaan sumber dana perusahaan. Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan akan tergambar pada struktur modal. Struktur modal adalah komposisi dari sumber-sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam menjalankan aktivitas perusahaan. Struktur modal ini dapat diukur dengan tingkat Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan perbandingan total utang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas), (Martono dan Harjito, 16 2007:59). Untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Debt Equity Ratio = x 100% Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. DER dapat diperoleh dengan total modal sendiri. Bagi para investor, semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi risiko yang dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham perusahaan tersbut. Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di BEI” menunjukkan bahwa secara simultan dan parsial, pertumbuhan, profitabilitas, posisi leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan berpengaruh signifikan terhadap harga saham di delapan industri. Temuan lainnya adalah earning per share (EPS) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan pada enam industri, sedangkan profitabilitas (SALCA) hanya dominan pada industri pertanian, sementara likuiditas (CashTA) berpengaruh dominan pada industri properti dan real estate. Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2012) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Terhadap Harga SAham pada Perusahaan LQ 45” menunjukkan bahwa Variabel yang paling berpengaruh terhadap harga saham LQ 45 adalah profitabilitas dengan indikator ROA (Return on Asset ) sebesar 40,2%. Variabel penelitian solvabilitas 17 menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham LQ 45 hanya pengaruhnya kecil hanya sebesar 7,5%. Variabel penelitian likuiditas tidak menunjukkan pengaruh terhadap harga saham LQ 45. Penelitian yang dilakukan oleh Pandansari (2012) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham pada perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010” hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ROA, DER, BVS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil analisis secara parsial faktor fundamental Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Book Value Per Share (BVS) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2008-2010. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Asfan, Jalaluddin (2013), dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Faktor-faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode 2007-2009” menunjukkan bahwa faktor-faktor fundamental (earning per share, price earning ratio, book value per share, dividend payout ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on equity, net profit margin), dan risiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham. Secara parsial, faktor-faktor fundamental (EPS, PER, BPS, DPR, DER, ROA, ROE, NPM) dan risiko sistematik berpengaruh positif terhadap harga saham. Menurut Nurmalasari (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Emiten LQ45 Tahun 20052008, menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) memiliki pengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainya tidak berpengaruh untuk rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROE ROI, dan EPS berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008. 18 GAMBAR 1.1 BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN Pasar Modal Investasi Saham Analisis Fundamental Analisis Teknikal Analisis Rasio ROA(X1) DER(X2) Harga Saham (Y) Keterangan : Diteliti Tidak diteliti 19 Adapun bagan paradigma yang membentuk pola pikir sebagai titik pandangnya sehingga akan membentuk pola pikir yang mendasar dalam suatu tujuan. GAMBAR 1.2 BAGAN PARADIGMA PENELITIAN Return On Asset X1 Harga Saham (Y) Debt to Equity Ratio X2 1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel independent (variabel X) terhadap variabel dependent (variabel Y) baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai hubungan yang positif secara simultan terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2008 - Desember 2012. 20 2. Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2008 - Desember 2012. 1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verfikatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakam dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi dan suatu system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa yang bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa sekarang. Menurut Menurut Nazir (2011:54) : “Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Adapun tujuan dari metode verifikatif menurut Nazir (2011:74) adalah “Untuk menguji kebenaran hipotesis yang juga berarti menguji kebenaran teori” Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan fenomena yang diteliti. Bentuk atau jenis penelitan ini dalam pelaksanaannya adalah deskripsi-verifikatif dengan metode penelitian explanatory survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan antara variable dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang akan diperoleh melalui pengajuan hipotesis. 21 1.8 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan sektor telekomunikasi. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, melalui situs internet www.idx.co.id untuk mendapatkan laporan tahunan (annual report) perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan selama 5 tahun yaitu periode 2008-2012. Serta media cetak dan elektronik yang berskala nasional. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014. Jadwal Penelitian Uraian Kegiatan Pengajuan Proposal Penerimaan pengajuan proposal Bimbingan Proposal Pengumpula n data awal Bimbingan skripsi bab I – IV Pengumpula n data akhir Pengolahan data skripsi Penyerahan akhir skripsi Administrasi pembayaran sidang Sidang Oktober 1 2 3 4 November 1 2 3 4 Desember 1 2 3 4 Januari 1 2 3 4 Februari 1 2 3