BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Di era globalisasi yang diikuti dengan perkembangan perekonomian yang
didukung oleh peningkatan teknologi komunikasi yang semakin canggih,
menyebabkan perusahaan berusaha mengembangkan usahanya agar dapat bersaing
di tingkat global. Hal ini tentu saja membutuhkan dana yang sangat besar, dimana
dana tersebut dapat diperoleh dalam bentuk hutang jangka panjang dan hutang
jangka pendek. Perusahaan yang membutuhkan modal investasi cenderung memilih
alat sumber pembiayaan yang disediakan oleh pasar modal.
Pasar modal merupakan tempat berkumpulnya para investor yang
mempunyai kelebihan modal dan ingin memperoleh pendapatan dari kelebihan
modalnya, yang bertemu dengan perusahaan-perusahaan yang sedang membutuhkan
modal untuk membiayai kebutuhan operasi dan investasinya. Tanpa adanya pasar
modal maka akses ke sumber dana yang tersedia akan berkurang. Investor pada
pasar modal membutuhkan informasi yang akurat agar dapat meminimalisir risiko
kerugian yang terlalu besar, meskipun menjanjikan keuntungan yang relatif besar
pula. Informasi yang diperlukan yaitu mengetahui variabel-variabel apa saja yang
mempengaruhi terjadinya fluktuasi harga saham dan juga mengetahui bagaimana
bentuk hubungan antar variabel-variabel tersebut. Dengan mengetahui pengaruh
variabel-variabel tersebut, investor dapat memilih perusahaan yang benar-benar
dianggap sehat sebagai tempat menanamkan modalnya.
Ketidakstabilan harga saham sangat menyulitkan investor dalam melakukan
investasi. Investor tidak sembarangan dalam melakukan investasi atas dana yang
dimilikinya, terlebih dahulu mereka harus mempertimbangkan berbagai informasi,
diantaranya kondisi perusahaan yang tercermin melalui kinerja perusahaan tersebut
termasuk juga kondisi industri sejenis, fluktuasi, kurs, volume transaksi, kondisi
1
2
bursa, kondisi ekonomi, sosial, politik dan stabilitas nasional suatu negara.
Berdasarkan informasi tersebut, salah satu hal paling mendasar sebelum investor
menginvestasikan modalnya adalah menilai kinerja perusahaan melalui kinerja
perusahaan melalui laporan keuangan.
Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat dilihat dari rasio keuangan. Rasio
keuangan dihitung dari laporan keuangan perusahaan yang memuat data historis
yang sangat bermanfaat dalam melakukan analisa sekuritas. Oleh karena itu
publikasi laporan keuangan yang dilakukan oleh para emiten merupakan saat yang
ditunggu oleh para investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan, yang
kemudian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan apakah
akan menjual atau membeli saham perusahaan tersebut.
Rasio keuangan merupakan masukan yang sangat penting dalam analisis
investasi, terutama untuk menentukan tingkat pengembalian modal yang tercermin
dari harga saham perusahaan. Rasio profitabilitas yang berfungsi dan sering
digunakan untuk memprediksi harga saham adalah Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliknya. Saat laba sebelum bunga dan pajak
naik dan total aktiva turun maka ROA akan naik, semakin besar ROA semakin besar
tingkat keuntungan yang dicapai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa manajemen
dapat menggunakan total aktiva perusahaan dengan baik (aktiva lancar dan aktiva
tetap) dan pada akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan sehingga
menarik banyak investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan LQ45.
(Nurmalasari 2013)
Rasio solvabilitas yang sering dikaitkan dengan return saham yaitu Debt to
Equity Ratio (DER). DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga memberikan
jaminan tentang seberapa besar hutang-hutang perusahaan dijamin modal sendiri.
Debt to Equity Ratio akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan
3
apresiasi dan depresiasi harga saham. Semakin besar DER menandakan struktur
permodalan usaha lebih banyak memanfaatkan hutang-hutang relative terhadap
ekuitas. Semakin besar DER mencerminkan risiko perusahaan yang relative tinggi
akibatnya para investor cenderung menghindari saham-saham yang memiliki nilai
Debt to Equity Ratio yang tinggi. Menurut Bringham dan Houston (2006:17),
semakin tinggi risiko dari penggunaan lebih banyak utang akan cenderung
menurunkan harga saham. Investor perlu memperhatikan kesehatan perusahaan
melalui perbandingan antara modal sendiri dan modal pinjaman. Jika modal sendiri
lebih besar dari modal pinjaman, maka perusahaan tidak akan mudah bangkrut
(Samsul, 2006:204)
Dampak krisis keuangan global riil yang sekarang terasa ialah dijualnya
saham-saham di Bursa Efek Indonesia oleh para investor asing karena mereka
membutuhkan uangnya di negaranya masing-masing. Oleh karena itu IHSG anjlok,
uang rupiah hasil penjualanya dibelikan dollar yang mengakibatkan nilai rupiah
semakin turun. Harga saham pada berbagai jenis perusahaan juga mengalami
penurunan, harga saham telekomunikasi pun mengalami penurunan karena hal
tersebut.
Dipilihnya perusahaan Telekomunikasi di BEI sebagai objek penelitian
adalah karena perkembangan industri telekomunikasi dewasa ini semakin meningkat
pesat. Banyaknya permintaan konsumen akan sarana operator telekomunikasi baru
bermunculan dengan beragam jenis dan fitur-fitur penunjang sebagai unggulan
produk mereka.
Kondisi industri Telekomunikasi di Indonesia beberapa tahun terakhir
mengalami pertumbuhan yang signifikan. Asosiasi Telekomunikasi Seluler
Indonesia (ATSI) menunjukkan bahwa jumlah pelanggan seluler di Indonesia per
tahun 2011 telah mencapai lebih dari 240 juta pelanggan pada akhir tahun 2011 lalu,
naik 60 juta pelanggan dibanding tahun 2010. Angka ini mendekati jumlah
penduduk Indonesia yang berjumlah 258 juta penduduk pada Desember 2010.
Perkembangan jumlah pelanggan seluler di Indonesia bisa dibilang cukup fantastis.
4
(http://www.teknojurnal.com/2012/01/18/jumlah-pelanggan-seluler-di-indonesiahampir-mendekati-jumlah-penduduk-indonesia/)
Melihat perkembangan dunia telekomunikasi tersebut memberikan peluang
bagi para investor untuk melakukan investasi di bidang industri telekomunikasi ini.
Alasan lainya Perusahaan Telekomunikasi di BEI dipilih karena kondisi perusahaan
Telekomunikasi di Indonesia beberapa tahun terakhir mengalami pertumbuhan yang
sangat signifikan dan secara continue menerbitkan laporan keuangan yang selalu di
audit.
Berikut Tabel di bawah ini menunjukkan mengenai Return On Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER) dan data perkembangan Harga Saham pada perusahaan
telekomunikasi yang go public di BEI dari tahun 2008-2012 sebagai berikut :
Tabel 1.1
Data perkembangan Harga Saham Perusahaan Telekomunikasi 2008-2012
EMITEN
KODE
Harga Saham (Closing Price) dalam
Rp
2008
2009
2010
2011
2012
PT. Bakrie Telecom,
Tbk
BTEL
51
147
235
260
50
PT. XL Axiata, Tbk
EXCL
950
1,930
5,300
4,525
5,700
PT. Smartfren, Tbk
FREN
50
400
400
400
84
PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
TLKM
6,900
9,450
7,950
7,050
9,050
PT. Indosat Infracom,
Tbk
ISAT
5,750 4,725
Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis)
5,400
5,650
6,450
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa harga saham pada perusahaan
telekomunikasi mengalami fluktuasi pada periode 2009-2012. Harga saham pada
5
perusahaan BTEL menunjukkan hasil yang inkonsisten, pada tahun 2009-2011
mengalami peningkatan, namun pada tahun berikutnya harga saham BTEL
mengalami penurunan pada tahun 2012. Sama halnya dengan FREN yang
menunjukkan penurunannya di tahun 2012, meskipun sempat mengalami kondisi
yang stabil. Adanya penurunan BTEL tersebut tidak selalu diikuti oleh
perusahaan lainnya. Dalam hal ini EXCL dan TLKM menunjukkan peningkatan
meskipun sempat mengalami fluktuasi pada tahun-tahun tertentu. Berbeda
dengan harga saham perusahaan ISAT yang konsisten mengalami peningkatan
setiap tahunnya.
Tabel 1.2
Data Return On Asset (ROA) Pada perusahaan-perusahaan Telekomunikasi
yang go public di BEI Periode 2008-2012
Emiten
Return On Asset (%)
KODE
2008
2009
2010
2011
2012
PT. Bakrie Telecom,
Tbk
BTEL
2.08
1.27
0.75
-8.09
-10.55
PT. XL Axiata, Tbk
EXCL
-0.26
8.58
14.19
12.4
10.58
-30.42
-21.55
-9.5
21.47
20.24
21.75
2.05
2.27
3.43
PT. Smartfren, Tbk
FREN -24.56 -14.18
PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
TLKM 22.26 22.91
PT. Indosat Infracom,
Tbk
ISAT
4.5
4.06
Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis)
6
Nilai ROA pada PT. Bakrie Telecom, Tbk dan pada PT. Indosat
Infracom, Tbk 5 periode ini yaitu pada tahun 2008-2012 mengalami penurunan.
Jika PT. Bakrie Telecom, Tbk mengalami penurunan setiap tahunnya, sedikit
berbeda dengan PT. Indosat Infracom, Tbk yang mengalami peningkatan pada
tahun 2011-2012. Nilai ROA pada PT. Smartfren, Tbk setiap tahunnya
menunjukkan hasil yang negatif. Berbeda dengan PT. Telekomunikasi Indonesia,
Tbk dan PT. XL Axiata, Tbk yang menunjukkan sisi positifnya dengan
peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu signifikan. Namun pada awalnya di
tahun 2008 PT. XL Axiata, Tbk mengalami sisi negatifnya dan pada tahun 2009
mengalami peningkatan yang besar.
Tabel 1.3
Data Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Telekomunikasi yang go
public di BEI Periode 2008-2012
EMITEN
Debt to Equity Ratio (x)
KODE
2008
0.68
2009
1.27
2010
1.38
2011
1.8
2012
1.93
5.71
2.11
1.33
1.28
1.31
5.6
5
-38.53
2.76
1.86
1.38
1.22
0.98
0.69
0.66
1.95 2.05
PT. Indosat Infracom, Tbk
ISAT
Sumber : (www.idx.co.id, data di olah oleh penulis)
1.94
1.77
1.55
PT. Bakrie Telecom, Tbk
BTEL
PT. XL Axiata, Tbk
EXCL
PT. Smartfren, Tbk
PT. Telekomunikasi
Indonesia, Tbk
FREN
TLKM
Nilai DER pada PT. Bakrie Telecom, Tbk mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Sementara perusahaan telekomunikasi lainnya mengalami peningkatan
dan penurunan yang tidak terlalu besar, seperti nilai DER pada PT.
7
Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan PT. Smartfren, Tbk yang mengalami
penurunan setiap tahunnya, namun nilai DER PT. Smartfren, Tbk pada tahun
2010 menunjukkan sisi negatif. Pada PT. XL Axiata, Tbk dan PT. Indosat
Infracom, Tbk mengalami peningkatan nilai DER pada tahun 2008-2009, jika PT.
Indosat Infracom, Tbk pada tahun 2010-2012 mengalami penurunan, berbeda
dengan PT. XL Axiata, Tbk pada tahun 2010-2011 mengalami penurunan dan
pada tahun 2012 kembali meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut terjadi suatu fenomena dimana :
1. Nilai ROA pada beberapa perusahaan sektor telekomunikasi periode
2008-2012 cenderung mengalami penurunan, seperti perusahaan BTEL,
FREN dan ISAT, sementara TLKM dan EXCL cenderung stabil artinya
penurunan dan peningkatan tidak terlalu besar. Namun nilai harga saham
pada perusahaan sektor telekomunikasi periode 2008-2012 cenderung
meningkat setiap tahunnya.
Tandelilin
(2001:240)
menyatakan
bahwa
return
on
assets
menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki
perusahaan bisa menghasilkan laba.
Semakin tinggi rasio ROA
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan
aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak, yang juga dapat
diartikan bahwa kinerja perusahaan semakin efektif. Hal ini selanjutnya
akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Hal ini juga
akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di pasar
modal juga akan semakin meningkat, dengan kata lain ROA akan
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Semakin tinggi rasio
ROA, maka semakin tinggi harga saham perusahaan. Penelitian mengenai
ROA pernah dilakukan oleh Nurmalsari (2013), Susilawati (2012) yang
menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh signifikan terhadap harga
8
saham.
2. Nilai DER pada beberapa perusahaan sektor telekomunikasi periode
2008-2012 hampir seluruhnya cenderung mengalami penurunan setiap
tahunnya.
Namun
nilai
harga
saham
pada
perusahaan
sektor
telekomunikasi periode 2008-2012 cenderung meningkat setiap tahunnya.
Secara teoritis, Walsh (2003:118) menyatakan debt to equity ratio yang
lebih dikenal dalam bahasa Indonesia dengan Rasio “Utang terhadap
ekuitas” merupakan salah satu ukuran paling mendasar dalam keuangan
perusahaan.
DER
mencerminkan
kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian
modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Bagi investor,
semakin besar rasio DER akan semakin tidak menguntungkan karena
semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin
terjadi di perusahaan (Kasmir, 2007:158). Semakin besar DER, maka
semakin rendah harga saham perusahaan karena perusahaan harus
membayar utang dan investor semakin tidak menarik untuk membeli
saham perusahaan. Penelitian mengenai DER pernah dilakukan oleh
Rahmi, Asfan, Jalaluddin (2013), Pandansari (2012) yang menemukan
bahwa variabel DER berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Perusahaan telekomunikasi yang listing di BEI adalah perusahaan yang
memberikan jasa layanan telekomunikasi di Indonesia. Sebagaimana terjadi di
pada negara berkembang lainya, pengembangan dan modernisasi infrastruktur
telekomunikasi berperan penting dalam perkembangan ekonomi nasional secara
umum. Selain itu, jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang
pesat telah mendorong permintaan yang tinggi akan layanan telekomunikasi.
9
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Pengaruh
Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan Telekomunikasi Yang Go Public Di BEI periode
2008-2012.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah bahwa ketika pendapatan
ROA dapat dijaga maka aset bertambah dan laba pun bertambah. Hal itu berarti
profitabilitas pada suatu perusahaan dapat dikatakan baik. Akan tetapi tidak
selamanya ROA itu dapat dijaga dalam posisi yang sama setiap periodenya.
Adakalanya ROA tersebut mengalami fluktuasi setiap periodenya seperti yang
terjadi di atas, yang nantinya dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut maka, masalah yang akan diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Bagaimana perkembangan Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio
(DER) dan harga saham pada perusahaan Telekomunikasi yang Go Public
di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2012?
2. Berapa besar pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham secara simultan pada perusahaan
Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2012?
3. Berapa besar pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER)
terhadap
harga
saham
secara
parsial
pada
perusahaan
Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2008-2012?
10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1
Maksud Penelitian
Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh pengaruh antara Return On Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap harga saham dengan melakukan berbagai penelitian
yang dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis dan
menyimpulkan.
1.3.2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan tingkat Return On Asset (ROA), Debt to
Equity
Ratio
(DER)
dan
harga
saham
pada
perusahaan
Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2008-2012.
2. Mengetahui besarnya pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap harga saham secara simultan pada
perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
3. Mengetahui besarnya pengaruh Return On Asset (ROA) dan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap
harga saham secara parsial pada
perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2012.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik
secara langsung maupun tidak langsung bagi:
1. Bagi Perusahaan Telekomunikasi yang Go Public di BEI
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan
membuat kebijakan dalam bidang telekomunikasi di masa yang akan
11
datang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan para investor sebagai
salah satu referensi dalam pengambilan keputusan penanaman modal
yang akan dilakukan pada perusahaan telekomunikasi yang go public
di BEI.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran untuk mengadakan penelitian lanjutan di masa yang akan
datang.
1.5 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan tentu mengharapkan struktur modal yang optimal
dalam mencapai nilai perusahaan yang maksimal. Sehingga dengan demikian
kebijakan
struktur
modal
merupakan
memaksimalkan nilai harga saham.
salah
satu
penentu
yang
bisa
Faktor lain yang dapat mempengaruhi
terhadap harga saham adalah tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dapat
mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan melalui rasio profitabilitas.
Rasio profitablitas merupakan tolak ukur untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan. Pengertian profitabilitas menurut Kasmir
(2012:196) menjelaskan, kemampulabaan (profitabilitas) merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntunga. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.
Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Saham merupakan suatu bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham. Martalena (2011:12) menyatakan :
“Saham (stock) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal
12
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau
perseroan terbatas”.
Dalam melakukan investasi pada pasar modal, khususnya saham,
perubahan harga pasar menjadi perhatian penting bagi para investor, selain
kondisi emiten dan keadaan perekonomiannya. Harga saham yang digunakan
dalam melakukan transaksi di pasar modal merupakan harga yang terbentuk dari
mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar.
Menurut Sartono (2005:41) mendefinisikan harga saham adalah sebagai
berikut:
“Harga saham adalah sebesar nilai sekarang atau present value dari aliran
kas yang diharapkan akan diterima.”
Berdasarkan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan bahwa
harga saham merupakan harga nilai sekarang yang bersumber dari terjadinya
penjualan atas saham tersebut. Saham biasanya diperdagangkan di lantai bursa
dengan harga pasar yang akan berbeda-beda pada tiap-tiap waktunya, hal ini akan
berkaitan dengan nilai dari suatu saham tersebut.
Dalam investasi saham para investor harus menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi perubahan harga saham untuk memprediksi harga saham di
masa yang akan datang agar memperoleh keuntungan. Analisis fundamental dan
teknikal merupakan salah satu cara menilai saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indikator terkait kondisi ekonomi dan kondisi industri
perusahaan termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan.
Menurut Husnan (2005:307) mendefinisikan analisis fundamental
adalah sebagai berikut:
13
“Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa
yang akan datang dengan (i) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan
hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.“
Alasan digunakannya analisis fundamental dalam penelitian ini adalah
bahwa saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat
tapi juga harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai
perusahaan dikemudian hari. Pendekatan dan model-model analisis fundamental
ini diharapkan dapat menjawab apakah harga saham suatu perusahaan itu
undervalue atau overvalue.
Salah satu langkah dalam melakukan analisis fundamental adalah dengan
melakukan analisis perusahaan, untuk memperkirakan kemampuan perusahaan
dan laba yang akan didapat. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan
merupakan faktor yang penting dalam menilai saham suatu perusahaan.
Sedangkan analisis teknikal menurut Husnan (2005:341):
“Analisis teknikal mencoba memperkirakan harga saham (kondisi pasar)
dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) di waktu
yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga
saham mencerminkan informasi yang relevan (ii) bahwa informasi tersebut
ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu yang lalu, dan (iii) karenanya
perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan pola tersebut akan
berulang.“
Data yang digunakan dalam analisis teknikal biasanya berupa grafik atau
program komputer. Dari grafik atau program komputer dapat diketahui
bagaimana kecenderungan pasar, sekuritas atau future komoditas yang akan
dipilih dalam berinvestasi, teknik ini mengabaikan hal-hal yang berkaitan dengan
14
posisi keuangan perusahaan.
Menurut Lalu menurut Munawir yang dikutip oleh Fahmi (2012:2), mengatakan
bahwa :
“Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk
memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasilhasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”.
Dengan laporan keuangan tersebut, kita dapat melakukan beberapa
analisis rasio yang berguna untuk mengetahui kondisi suatu perusahaan di masa
yang akan datang. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi
perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang
ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi
operasi di masa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan
tersebut, untuk kemudian menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada
perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian rasio keuangan sendiri merupakan angka yang diperoleh dari
perbandingan suatu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang menunjukkan
situasi dan operasi perusahaan. Hal ini seperti dikatakan oleh Sundjaja dan
Barlian (2003:104):
“Analisis rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio
keuangan untuk menilai kinerja dan status perusahaan.”
Kinerja perusahaan salah satunya dapat diukur dengan rasio profitabilitas
yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari
keuntungan. Return On Asset (ROA) menurut Mardiyanto (2009: 196) adalah :
“Return on asset adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari
15
aktivitas investasi.”
Untuk mengukur return on asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Return on assets menunjukan seberapa banyak laba bersih yang bisa
diperoleh dengan menggunakan seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan.
ROA sangat umum digunakan oleh investor karena rasio ini merefleksikan
tingkat laba yang biasa diperoleh pemegang saham, karena pemegang saam
berarti sebagai pemiliki dari perusahaan.dengan demikian ROA yang tinggi
berarti bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang untuk memberikan
pendapatan yang besar bagi para pemegang saham. Kondisi perusahaan yang
baik akan menghasilkan laba yang tinggi sehingga menghasilkan tingkat
pengembalian atas saham akan besar.
Tingkat ROA yang sangat tinggi dapat diartikan bahwa perusahaan akan
memberikan peluang tingkat pengembalian atas pendapatan yang cukup besar
bagi para investor. Tingkat pengembalian yang tinggi memiliki kemungkinan
pendapatan yang diharapkan oleh investor akan naik pula dan hal ini akan
berdampak pada peningkatan harga saham.
Selain ROA, untuk menilai kinerja perusahaan salah satunya dapat diukur
dari penggunaan sumber dana perusahaan. Sumber dana yang digunakan oleh
perusahaan akan tergambar pada struktur modal. Struktur modal adalah
komposisi dari sumber-sumber pembiayaan yang digunakan perusahaan dalam
menjalankan aktivitas perusahaan. Struktur modal ini dapat diukur dengan tingkat
Debt to Equity Ratio (DER). DER merupakan perbandingan total utang yang
dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas), (Martono dan Harjito,
16
2007:59).
Untuk mencari Debt to Equity Ratio (DER) dapat menggunakan rumus sebagai
berikut :
Debt Equity Ratio =
x 100%
Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang
mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman
yang disediakan oleh pemegang saham. DER dapat diperoleh dengan total modal
sendiri. Bagi para investor, semakin tinggi rasio ini, maka semakin tinggi risiko
yang dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka
mereka akan menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang
memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham
perusahaan tersbut.
Penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu (2008) dalam jurnal yang berjudul
“Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di
BEI”
menunjukkan
bahwa
secara
simultan
dan
parsial,
pertumbuhan,
profitabilitas, posisi leverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham di delapan industri. Temuan lainnya adalah
earning per share (EPS) merupakan variabel yang memiliki pengaruh dominan
pada enam industri, sedangkan profitabilitas (SALCA) hanya dominan pada
industri pertanian, sementara likuiditas (CashTA) berpengaruh dominan pada
industri properti dan real estate.
Penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2012) dalam jurnal yang berjudul
“Analisis Perbandingan Pengaruh Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas Terhadap
Harga SAham pada Perusahaan LQ 45” menunjukkan bahwa Variabel yang paling
berpengaruh terhadap harga saham LQ 45 adalah profitabilitas dengan indikator
ROA (Return on Asset ) sebesar 40,2%. Variabel penelitian solvabilitas
17
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap harga saham LQ 45 hanya
pengaruhnya kecil hanya sebesar 7,5%. Variabel penelitian likuiditas tidak
menunjukkan pengaruh terhadap harga saham LQ 45.
Penelitian yang dilakukan oleh Pandansari (2012) dalam jurnal yang
berjudul “Analisis Faktor Fundamental terhadap Harga Saham pada perusahaan
Manufaktur di BEI tahun 2008-2010” hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa ROA, DER, BVS secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga
saham. Hasil analisis secara parsial faktor fundamental Return On Asset (ROA),
Debt to Equity Ratio (DER), dan Book Value Per Share (BVS) memiliki
pengaruh positif terhadap harga saham perusahaan Manufaktur di BEI tahun
2008-2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi, Asfan, Jalaluddin (2013), dalam
jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Faktor-faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik Terhadap Harga Saham pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI periode 2007-2009” menunjukkan bahwa faktor-faktor fundamental
(earning per share, price earning ratio, book value per share, dividend payout
ratio, debt to equity ratio, return on asset, return on equity, net profit margin),
dan risiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh terhadap harga saham.
Secara parsial, faktor-faktor fundamental (EPS, PER, BPS, DPR, DER, ROA,
ROE, NPM) dan risiko sistematik berpengaruh positif terhadap harga saham.
Menurut Nurmalasari (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Analisis
Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Harga Saham Emiten LQ45 Tahun 20052008, menunjukkan bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Earning Per
Share (EPS) memiliki pengaruh terhadap harga saham secara parsial dengan
tingkat sig (0,000 dan 0,004) sedangkan rasio keuangan yang lainya tidak
berpengaruh untuk rasio keuangan yang terdiri dari NPM, ROE ROI, dan EPS
berpengaruh secara bersama-sama terhadap harga saham pada tahun 2005-2008.
18
GAMBAR 1.1
BAGAN KERANGKA PEMIKIRAN
Pasar Modal
Investasi
Saham
Analisis Fundamental
Analisis Teknikal
Analisis Rasio
ROA(X1)
DER(X2)
Harga Saham (Y)
Keterangan :
Diteliti
Tidak diteliti
19
Adapun bagan paradigma yang membentuk pola pikir sebagai titik pandangnya
sehingga akan membentuk pola pikir yang mendasar dalam suatu tujuan.
GAMBAR 1.2
BAGAN PARADIGMA PENELITIAN
Return On Asset
X1
Harga Saham
(Y)
Debt to Equity Ratio
X2
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat
untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. dalam penelitian ini hipotesis yang
akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel
independent (variabel X) terhadap variabel dependent (variabel Y) baik secara
langsung maupun tidak langsung. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari
penelitian ini adalah:
1. Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai
hubungan yang positif secara simultan terhadap harga saham pada
perusahaan telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia
periode Januari 2008 - Desember 2012.
20
2. Return on Asset (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada perusahaan
telekomunikasi yang go public di Bursa Efek Indonesia periode
Januari 2008 - Desember 2012.
1.7 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verfikatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakam
dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi dan suatu
system pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa yang bertujuan untuk
mendeskriptifkan atau menjelaskan peristiwa dan kejadian yang ada pada masa
sekarang. Menurut Menurut Nazir (2011:54) :
“Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang.”
Adapun tujuan dari metode verifikatif menurut Nazir (2011:74) adalah
“Untuk menguji kebenaran hipotesis yang juga berarti menguji
kebenaran teori”
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan fenomena yang diteliti. Bentuk atau jenis penelitan ini dalam
pelaksanaannya
adalah
deskripsi-verifikatif
dengan
metode
penelitian
explanatory survey, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menafsirkan hubungan
antara variable dengan cara menginterpretasikan terlebih dahulu kesimpulan yang
akan diperoleh melalui pengajuan hipotesis.
21
1.8 Waktu dan Tempat Penelitian
Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap
perusahaan sektor telekomunikasi. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek
Indonesia, melalui situs internet www.idx.co.id untuk mendapatkan laporan
tahunan (annual report) perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa
laporan keuangan selama 5 tahun yaitu periode 2008-2012. Serta media cetak
dan elektronik yang berskala nasional. Waktu penelitian dimulai dari bulan
Oktober 2013 sampai dengan Januari 2014.
Jadwal Penelitian
Uraian
Kegiatan
Pengajuan
Proposal
Penerimaan
pengajuan
proposal
Bimbingan
Proposal
Pengumpula
n data awal
Bimbingan
skripsi bab I
– IV
Pengumpula
n data akhir
Pengolahan
data skripsi
Penyerahan
akhir skripsi
Administrasi
pembayaran
sidang
Sidang
Oktober
1 2 3 4
November
1 2 3 4
Desember
1 2 3 4
Januari
1 2 3 4
Februari
1 2 3
Download