DETERMINASI KENAIKAN HARGA PANGAN DI

advertisement
DETERMINASI KENAIKAN HARGA PANGAN DI INDONESIA
(PANGAN PADI, KEDELAI PERIODE 2001-2011)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
M. Ikhwan Putra
105020113111010
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
Determinasi Kenaikan Harga Pangan Di Indonesia
(Pangan Padi Kedelai Periode 2001-2011)
M.ikhwan Putra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Email: [email protected]
ABSTRAK
The purpose of study to analyze the effect of broad money (m2), narrow money (m1),
exchange rate, amount of rice and soybean production, rainfall and the maximum temperature on
the high food prices in Indonesia for the period 2001-2011. The study used multiple linear
regressions, to examine the study hypothesis. The empirical analysis show that broad money (m2)
narrow money (m1), amount of rice and soybean production, rainfall and the maximum
temperature significant and positively affects on the high food prices in Indonesia and exchange
rate significant and negative affected on the high food prices in Indonesia, particularly rice and
soybean. This study also found that narrow money (m1) had the most dominant influence on high
food price in Indonesia. caused look at the society of velocity of money fast, that is trough
economy and business transaction, that impact on the high food prices in Indonesia.
Keyword: High food price, Inflation specific, Macroeconomic
ABSTRAK
Penelitian Ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari variable jumlah uang beredar
luas (m2) dan sempit (m1), tingkat kurs (nilai tukar), jumlah produksi pangan Padi dan kedelai,
curah hujan dan suhu maksimum terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia periode waktu
2001-2011. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda guna untuk menguji
hipotesis penelitian. Analisis empiris menunjukan bahwa jumlah uang beredar luas (m2) dan
sempit (m1), jumlah produksi pangan Padi dan kedelai, curah hujan dan suhu maksimum
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia dan Tingkat kurs
(nilai tukar) berpengaruh negative dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia.
khususnya pada pangan padi dan kedelai. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengaruh jumlah
uang beredar sempit (m1) memliki pengaruh paling dominan dibanding variable lainnya,
dikarenakan jumlah uang beredar sempit memiliki perputaran yang cepat ditangan masyarakat
yaitu meliputi transaksi bisnis dan ekonomi, sehingga berdampak terhadap kenaikan harga pangan
diindonesia,.
Kata kunci: Kenaikan Harga pangan, Inflasi spesifik, Makroekonomi
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan mengenai kenaikan harga pangan, merupakan salah satu permasalahan
berat yang selalu dialami oleh Indonesia setiap tahunya, hal ini sangat memberatkan, teutama pada
masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, dimulai dengan meningkatnya harga
kelompok bahan pangan seperti padi, kedelai, jagung, dan bahan pangan lainya yang sudah dan
hampir mencapai kenaikan 100%. Hariharan dan kumar (2012) menyebutkan bahwa kenaikan
harga pangan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pergeseran jumlah penduduk dan pergeseran
kebiasaan terhadap konsumsi makanan, kenaikan harga pupuk, kenaikan harga bahan bakar yang
menjadi kunci untuk transportasi komoditas pertanian (distribusi, produksi, komoditas pangan),
tekanan dari sisi permintaan, faktor alam seperti curah hujan, angin topan, banjir, kekeringan,
hama dan penyakit, mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian, sehingga menyebabkan
terjadinya kenaikan harga pangan.. Melihat kepada bentuk pola konsumsi masyarakat indonesia,
rata-rata pengeluaran masyarakat terhadap pangan setiap tahunya berkisar lebih dari 50% , artinya
pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat sangatlah tinggi, tingginya bentuk pengeluaran
(permintaan) yang tidak diseimbangi dengan penawaran akan menyebabkan suatu permasalahan
yaitu kelangkaan yang pada akhirnya berdampak kepada kenaikan harga pangan. Salah satu faktor
yang mendasari tingginya tingkat pola konsumsi (pengeluaran masyarakat) adalah jumlah uang
beredar, irvin fisher (1987) menyebutkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat peredaran
uang akan berdampak kepada semakin tingginya bentuk pola konsumsi masyarakat.
Gambar 1. Indikator Pengeluaran Masyarakat Indonesia terhadap pangan dan jumlah
produksi padi dan kedelai sebelas tahun terakhir
70
60
50
Pengeluaran masyarakat
untuk bahan pangan
40
Jumlah Produksi Padi
30
Jumlah Produksi Kedelai
20
10
0
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah, 2014)
Ketimpangan yang terjadi setiap tahunya antara pengeluaran masyarakat dan jumlah
produksi pangan yang nantinya akan mencerminkan penawaran, hal ini secara langsung akan
menyebabkan timbulnya persoalan secara makro maupun mikro, permasalahasn tersebut
mencangkup kepada tidak terpenuhinya permintaan akan pangan yang dibutuhkan masyarakat,
semakin tingginya bentuk impor yang dilakukan akan beresiko terkena dampak negatif
perekonomian internasional akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang menjadikan harga
pangan impor menjadi naik dan berdampak kepada fluktuasi (perubahan) harga pangan lokal,
serta tidak akan tercapainya kondisi ekuilibrium pada perekonomia, dikarenakan setiap tahun
selalu adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, hal tersebut pada akhirnya
menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan berdampak buruk pada perekonomian negara.
Gambar 2. Grafik persentase tren kenaikan harga pangan (bahan panangan padi, kedelai,
jagung dan keseluruhan pangan lainya)
Kenaikan Harga pangan dari tahun ke tahun
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
Kenaikan Harga
pangan dari tahun ke
tahun
Sumber : Badan Pusat Statistik (2001 – 2011), diolah.
Berdasarkan grafik kenaikan harga komoditas pangan diatas, dapat dilihat bentuk
kenaikan harga pangan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami bentuk kenaikan dan penurunan
secara signifikan, kenaikan harga pangan dapat menyebabkan ganguan terhadap aktivitas
perekonomian masyarakat dikarenakan semakin tingginya harga pangan semakin menyulitkan
masyarakat untuk memenuhi kebutuhanya akan pangan, kenaikan yang terjadi selain disebabkan
faktor seperti jumlah uang beredar dan jumlah produksi pangan , dampak perekonomian
internasional juga mengambil peranan dalam kenaikan harga pangan dikarenakan Indonesia
termasuk negara yang memiliki bentuk impor terhadap pangan, Cassel (1918) menyebutkan
bahwa nilai tukar antara ke dua negara yang melakukan bentuk aktifitas perdagagan ekonomi
secara global seharusnya sama dengan tingkat rasio negara tersebut, jatuhnya nilai mata uang
dalam negeri cenderung meningatkan inflasi (kenaikan harga) yang diikuti dengan depresiasi,
dalam kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh tingkat kurs
terhadap kenaikan harga bersifat signifikan dikeranakan menurut cassel jatuhnya nilai mata uang
dalam negeri terhadap mata uang asing cenderung menyebabkan pangaruh negatif terhadap
kondisi perekonomian suatu negara..
Selain itu pengaruh cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga pangan,
Lazzaroni (2012) menyebutkan bahwa perubahan cuaca memberi dampak terhadap aktivitas
ekonomi diberbagai sektor, namun sektor pertanian menjadi paling berpengaruh, dikarenakan
sektor pertanian memiliki hubungan yang paling vital dengan cuaca, karena berkembangnya
pertumbuhan pangan selain didukung oleh perawatan dan pupuk harus didukung dengan bentuk
cuaca yang normal, selain itu lancarnya atau tidaknya bentuk distribusi pangan juga ditentukan
oleh cuaca . Mengingat terjadinya kenaikan harga pangan di Indonesia setiap tahunya, evaluasi
akan permasalahan yang telah tergambar berdasarkan realita dan data yang ada yaitu mengenai
kenaikan harga pangan, penting untuk diperhatikan dan selanjutnya, analisis tentang faktor
penentu kenaikan harga pangan yang penting untuk dilakukan, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kenaikan harga pangan diantaranya adalah jumlah uang beredar luas (m2) dan
sempit (m1), tingkat kurs (nilai tukar), jumlah produksi pangan padi dan kedelai, cuaca (curah
hujan dan suhu maksimum). Variabel variable tersebut merupakan bagian-bagian yang paling
mempengaruhi kenaikan harga pangan di Indonesia, studi ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh kenaikan harga pangan di Indonesia khusunya pada pangan padi dan kedelai.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Defenisi Pangan
Pangan adalah komoditas yang merupakan kebutuhan dasar manusia pangan tidak berarti
strategis secara ekonomis, akan tetapi juga berarti sebagai bentuk kebutuhan masyarakat, yang
dikategorikan dengan pangan pada umumnya mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai
kalori utama, serta dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainya seperti menjadi bahan baku yang
diolah berdasarkan manfaat yang didapat guna menghasilkan kebutuhan yang di butuhkan, yang
termasuk kepada. bahan pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian dan batang palma, kedelai,
jagung serta bahan pangan yang tidak berkarbohidrat seperti bawang, cabai merah yang
merupakan suatu kebutuhan tebesar yang sangat penting bagi sebagian besar penduduk
(Hasan,1998).
Kenaikan Harga Pangan
Kenaikan harga pangan dapat diartikan sebagai kenaikan harga satu komoditas pangan
atau lebih, komoditas pangan tersebut terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang
tanah, ubi jalar, ubi kayu, cabai dan bawang. Kenaikan harga tersebut disebut dengan volatile good
(kecendrungan perubahan nilai barang), terjadinya kenaikan harga pangan salah satunya didasari
oleh faktor peningkatan permintaan pangan yang tidak diimbangi dengan produktifitas pangan
(Badan pusat statistik, 2013).
Adapun faktor-faktor penyebab kenaikan harga pangan menurut hariharan dan kumar (2012) ialah
:
1. Terus meningkatnya jumlah penduduk dan pergeseran kebiasaan terhadap konsumsi
makanan.
2. Kenaikan harga input lain seperti pupuk , benih dan lain-lain dalam beberapa kali telah
menyebabkan inflasi .
3. Kenaikan berkelanjutan dalam harga bahan bakar yang merupakan masukan kunci untuk
transportasi pertanian komoditas untuk pengolahan atau konsumsi pusat, jadi , harga
4.
5.
6.
minyak mentah mempengaruhi input biaya dan menyebabkan inflasi untuk sebagian
besar.
Faktor alam seperti hujan curah, angin topan, banjir, kekeringan, hama dan penyakit
mengakibatkan penurunan produksi dan produktivitas produksi pertanian di banyak
negara
Peningkatan daya beli masyarakat salah satu faktor utama inflasi .
Kenaikan minimum support harga pangan telah menyebabkan inflasi.
Jumlah uang beredar dan kenaikan harga pangan
Dalam teori kuantitas uang dijelaskan sebab timbulnya kenaikan harga ialah dikarenakan
bentuk berlebihnya permintaan yang disebabkan perubahan jumlah uang beredar (Nopirin, 2000)
sementara itu menurut Irvin fisher pengaruh jumlah uang beredar terhadap perubahan harga hal
tersebut di rumuskan melalui MV=PT yaitu M (money)= jumlah uang beredar, V (Velocity)=
kecepatan peredaran uang, P (Price)= harga barang, T (Trade) =Jumlah barang yang
diperdagangkan, menurut Fisher harga barang dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dikarenakan
adanya purchasing power (kekuatan membeli) yang dimiliki oleh masyarakat hal itu menyebabkan
tingginya daya konsumsi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga perputaran konsumsi yang
dimiliki masyarakat merangsang aliran barang dari produsen kepada konsumen. Dan menurut
Mankiw (2003) bahwa kaitan antara jumlah uang beredar dan kenaikan harga tidak bisa jika hanya
diliat dalam jangka pendek saja, akan tetapi hal tersebut harus dilihat dalam jangka panjang guna
mendapatkan hasil yang baik serta hasil signifikan. hubungan antara jumlah uang beredar dan
kenaikan harga tidak dapat dilihat dalam jangka pendek, oleh karena itu dalam menjelaskan
keterkaitan hubungan kenaikan harga dan jumlah uang beredar tidak akan seerat jika hal tersebut
dilihat dalam jangka sepuluh tahun lebih friedman dan Schwartz (1987).
Tingkat Kurs (Nilai Tukar) dan Kenaikan Harga Pangan
Menurut Cassel (1918) nilai tukar antara ke dua negara seharusya sama dengan tingkat
harga rasio negara tersebut, jatuhnya bentuk daya beli domestik suatu mata uang dalam negeri
akan menyebabkan (meningkatnya laju inflasi) secara langsung akan diikuti dengan bentuk
deperesiasi pada mata uang negara tersebut terhadap pasar uang dalam negeri akan tetapi jika
terjadi sebaliknya daya beli dalam negeri menjadi meningkat hal tersebut akan menyebabkan
terjadi deflasi yang secara langsung diikuti oleh bentuk appresiasi pada mata uang, teori ini
merupakan teori yang paling sering diuji validasinya dikarenakan adanaya bentuk perbandingan
yang melihat bentuk kemampuan daya beli yang tinggi sehingga menyebabkan inflasi/ kenaikan
harga (Cassel, 1918). Menurut Bob (2002) paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory)
adalah teori yang menyatakan bahwa nilai tukar antara uang cenderung mengarah kepada pada
suatu kondisi ekuilibrium, seharusnya purchasing power (daya beli) masyarakat disuatu negara
ekuivalen dengan daya beli masyarakat di negara lain. Terjadinya kenaikan harga, dapat dilihat
melalui terjadinya penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing di karenakan
terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan meningkatnya harga barang impor, hal tersebut
secara langsung berdampak terhadap fluktuasi harga dalam negeri.
Jumlah Produksi Pangan (padi dan kedelai) dan Kenaikan Harga Pangan
Berkurangnya ketersediaan pangan akan berdampak kepada berkurangnya kebutuhan
pokok yang dibutuhkan masyarakat, hal tersebut akan menyebabkan bentuk krisis pangan,
ketersediaan pangan menyangkut kepada tiga aspek yaitu produksi, distribusi, konsumsi,
ketersediaan pangan didukung oleh para pelaku yang berkepentingan seperti produsen, pengolah
(suryanan, 2004) . Bentuk ketidakseimbangan antara jumlah produksi (cerminan dari penawaran)
dan permintaan akan menyebabkankan perubahan nilai elastisitas, serta akibat terjadinya
permintaan dan penawaran yang akan menyebabkan fluktuasi harga (Nicholson, 2000). Bentuk
produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan mempengaruhi fluktuasi harga pangan
(perubahan harga pangan) dikarenakan adanya bentuk pengolahan yang membutuhkan biaya serta
bentuk permintaan dan penawaran yang menjadikan naik dan turunnya harga pangan, untuk itu
dengan terjaganya kestabilan hal tersebut akan menyebabkan keseimbangan harga (Ellis, 1992).
Cuaca (curah hujan dan suhu maksimum) dan kenaikan Kenaikan Harga Pangan
Menurut Gilbert dan morgan (2010, dalam alisher dan Daniel 2012) Perubahan cuaca
dianggap sebagai salah satu sumber dari variabilitas dalam harga komoditas pertanian. Trovero
dan Von Braun (2008 dalam lazzorini 2012) menyebutkan perubahan cuaca dapat menyebabkan
suatu bentuk potensi yaitu seperti banjir, kekeringan yang pada akhirnya merusak tanaman pangan
dan menghambat bentuk pendistribusian pangan tersebut sehingga pada akhirnya berdampak pada
kenaikan harga komoditas pangan Trovero dan Von Braun (2008 dalam lazzorini 2012). Menurut
Banumurty, pami dua dan lokendra (2012) dampak cuaca sangat berpengaruh kepada kebijakan
perekonomian makro dikarenakan cuaca merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi
signifikansi positif dan negative terhadap hasil sektor pertanian, serta dampak perubahan iklim
secara langsung berdampak negatife sangat besar terhadap kenaikan harga dan pertumbuhan
produksi pangan. kenaikan harga pangan dapat disebabkan oleh cuaca dikarenakan cuaca
memberi pengaruh kepada bentuk hasil panen, serta adanya bentuk gagal panen, selain hal tersebut
cuaca juga menyebabkan terganggunya bentuk pola distribusi seperti terjadinya banjir tanah
longsor yang menyebabkan terhalangnya bentuk distribusi, sehingga terjadinya kelangkaan akan
komoditas pangan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kecenderungan peningkatan harga
pangan, dikarenakan adanya permasalahan dalam bentuk pola distribusi
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sebelumnya dilakukan oleh Salman dan Adnan 2013 yaitu tentang
Determinants OF Hight Food Prices The Case of Pakistan dimana dalam penelitiann ini meneliti
tentang faktor-faktor penyebab kenaikan harga pangan di Pakistan yaitu dilihat melalui Indeks
harga konsumen, GDP, serta kredit sektor pertanian. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa
variable yang menjadi objek penelitiannya salah satunya yaitu kredit sektor pertanian memberi
pengaruh yang paling signifikan diantara variable lain terhadap perubahan dan kenaikan harga
pangan, dilihat melalui metode analisis autoregresive distributed lag dengan membandingkan nilai
total sektor kredit pertanian masa lampau dan nilai masa sekarang sebagai hasilnya, diperoleh
kredit sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap perubahan serta terjadinya inflasi pangan
Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Aviral kumar 2010, yaitu membahas
tentang Impact of Supply of Money on Food Prices in India: A Causality Analysis, Pada
penelitian ini menggunakan metode analisis Vector error correction model (VECM) guna untuk
mengetahui bentuk kausalitas antara variable, variable yang digunakan pada penelitian ini ialah
jumlah uang beredar dalam luas (M2) dan jumlah uang beredar dalam ukuran sempit (M1). hasil
dari penelitian ini menjelaskan bahwa ukuran jumlah uang beredar dalam ukuran yang sempit
(M1) secara signifikan menyebabkan inflasi pangan sementara itu jumlah uang beredar dalam
ukuran yang luas tidak mempengaruhi inflasi pangan dikarenakan dalam kerangka analisis di
temukan bahwa perubahan jumlah uang beredar luas (M2) hanya akan berdampak signifikan
terhadap inflasi pangan hanya dalam kurun waktu per tiga tahun.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alisher dan Daniel 2012, dalam pembahasannya
membahas tentang Effects of weather shocks on agricultural commodity prices in Central Asia,
pada penelitian ini menggunakan metode analisis Feasible Generalized Least Squares (FGLS)
regresi panel, penelitian ini menggunakan beberapa variable yang terdiri dari harga gandum lokal
local dan harga kentang lkal, harga gandum secara global dan harga kentang global, nilai tukar,
tingkat inflasi, irigasi air, Perubahan cuaca, stok kentang. stok gandum, jumlah hasil produksi
gandum dan kentang, Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perubahan cuaca dan
ketersediaan air memiliki efek yang signifikan pada harga gandum dan kentang di asia tengah,
sedangkan pada komoditas kentang efeknya lebih terlihat kepada jumlah hasil yang diperoleh dari
produksi kentang.
Gambar 3. kerangka fikir
KONDISI
PEREKONOMIAN
FAKTOR
INTERNAL
NEGARA
FAKTOR CUACA
KETDAK SEIMBANGAN
KENAIKAN
PERMINTAAN DAN
HARGA
PENAWARAN
PANGAN
FAKTOR
PERDAGANGAN
EKSTERNAL
INTERNATIONAL
Sumber: Peneliti (2014).
C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa faktor penentu dalam mengkaji bentuk
kenaikan harga pangan yaitur jumlah uang bereda luas (m2) dan sempit (m1), tingkat kurs, jumlah
produksi pangan padi dan kedelai, curah hujan, dan suhu maksimum. Seluruh observasi data
berjumlah 132 observasi. Untuk menganalisis pengaruh faktor kenaikan harga pangan, digunakan
regresi linier berganda dan menggunakan uji asumsi klasik hal tersebut bertujuan mengetahui
pengaruh variable independen terhadap dependen. Periode waktu dalam penelitian ini ialah dari
2001 sampai 2011.
Persamaan regresi ialah dijabarkan sebagai berikut:
Y = β0 + β1 X1 +β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + et.
Keterangan :
Y
= Kenaikan harga pangan (inflasi pangan)
β0
= Konstanta
β1,β2
= Koefisien Regresi
X1 dan X2 = Jumlah uang beredar luas M2 dan Jumlah uang beredar sempit (M1)
X3
= Tingkat kurs
X4 dan X5 = Jumlah produksi padi dan jumlah produksi Kedelai
X6 dan X7 = Curah Hujan dan Suhu Maksimum (Cuaca hujan dan panas)
et
= error term
Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara online maupun melalui
dokumen-dokumen resmi lembaga/instansi. Data dari faktor-faktor penentu kenaikan harga pangan
tersebut diperoleh dari Bank Badan Pusat Statistik. Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika.
Selain itu juga digunakan juga data-data yang berasal dari jurnal, buku, artikel, dan sumbersumber lain yang relevan digunakan dalam penelitian ini.
D. HASIL
Untuk estimasi regresi linier berganda dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui
apakah variable indpenden memiliki pengaruh positif atau negative dan signifikan terhadap
kenaikan harga pangan di Indonesia, hasil tersebut di tunjukan melalui bentuk koefisien (arah)
yang tergambar positif atau negatif dan nilai probabilitas yang berada < 0,05 untuk mengetahu
hasil berpengaruh signifikan atau tidak, serta melihat hasil nilai R2 yang menunjukan seberapa
besar pengaruh variable independen terhadap variable dependen, hasil tersebut diperoleh
berdasarkan hasil berikut:
Tabel 1. Hasil Regresi linier berganda
Dependent
Variable:Y
Variable
Koefisien
Std.Error
t-Statistik
Prob
C
-97.21513
8.355733
-11.63454
0.0000
X1
1.380341
0.596226
2.315132
0.0222
X2
5.126113
0.546585
9.378443
0.0000
X3
-0.778071
0.250492
-3.106167
0.0023
X4
3.964014
1.141838
3.471609
0.0007
X5
4.080209
1.152318
3.540870
0.0006
X6
4.118688
1.405513
2.930380
0.0040
X7
0.050615
0.023266
2.175481
0.0315
R-square: 0.931469
Observasi: 132
Sumber : Data Olahan Eviews 7, 2014
F statistik: 240.7703
Prob (F statistic): 0,0000
Koefisien determinasi (R-Squared) menunjukkan angka sebesar 0,931469, artinya
variabel Jumlah uang beredar luas (m2) dan sempit (m1), Tingkat kurs (nilai tukar), Jumlah
produksi pangan padi, kedelai, Curah hujan dan Suhu maksimum mampu menjelaskan 93% variasi
variabel kenaikan harga pangan di Indonesia, sedangkan sisanya (7%) dapat dijelaskan variabel
lain diluar model. Uji-F sebesar 0,00000 menunjukkan bahwa variabel Jumlah produksi
pangan padi, kedelai, Curah hujan dan Suhu maksimum mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variable kenaikan harga pangan di Indonesia, Pada uji t, didapat nilai > dari t tabel yaitu 1,979
artinya t statistic terpenuhi dan melihat kepada nilai probabilitas ke tujuh variable memiliki nilai
dibawa 0,05 artinya variable memiliki pengaruh signifikan terhadap terhadap variable Y, dapat
disimulkan dari 7 variabel independen yang diuji, memiliki pengaruh spositif dan signifikan
terhadap kenaikan harga pangan di indonesia.
Setelah dilakukan regresi analisis terhadap seluruh variable baik itu variable dependen
dan independen, dari hasi estimasi yang telah didapat perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji
guna untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi bentuk criteria dalam
ekonometrika artinya tidak adanya bentuk kesalahan yang cukup banyak berdasarkan asumsiasumsi yang harus terpenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari estimasi
yang baik ialah regresi yang telah memenuhi criteria Blue (best linear Unbiased Estimator)
(Gujarati, 2002).
Tabel 2. Uji Normalitas
Statistik Uji
Kolmogorov-Smirnov Z
Nilai sig.
Keterangan
0,431
Menyebar Normal
Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diketahui bahwa nilai
signifikansi residual regresi yang terbentuk lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat
dikatakan bahwa asumsi normalitas tersebut terpenuhi.
Tabel 3. Uji Heterokedaktisitas
Variabel bebas
Sig.
Keterangan
X1
0,298
Homoskedastisitas
X2
0,363
Homoskedastisitas
X3
0,823
Homoskedastisitas
X4
0,947
Homoskedastisitas
X5
0,458
Homoskedastisitas
X6
0,909
Homoskedastisitas
X7
0,232
Homoskedastisitas
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai sig. > 0,05 maka disimpulkan terjadi
homoskedastisitas atau dengan kata lain asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas telah terpenuhi
baik secara statistic.
Tabel 4. Uji Multiokliniearitas (Variance Inflating Factor VIF)
Model
Collinearity Statistics
1
Tolerance
VIF
X1
,175
5,708
X2
,157
6,370
X3
,730
1,370
X4
,562
1,779
X5
,483
2,071
X6
,354
2,828
(Constant)
X7
,282
3,552
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian ini memiliki
Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala
multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini.
Tabel 5. Uji Auto korelasi
Dl
Du
4-du
4-dl
dw
Interprestasi
1,606
1,829
2,172
2,394
1,937
Tidak terjadi
autokorelasi
Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa du < dw < 4-du
(1,829 < 1,937 < 2,172) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
E. PEMBAHASAN
Secara umum model regresi yang digunakan dalam studi ini memiliki hail yang baik.
Vaiabel bebas yang digunakan, yaitu jumlah uang beredar luas (m1) dan sempit (m2), tingkat kurs
(nilai tukar), jumlah produksi pangan padi ,kedelai, Curah hujan dan suhu maksimum mampu
menjelaskan pengaruhnya terhadap kenaikan harga pangan dengan persentase yang tinggi (93%),
Secara bersama-sama variabel-variabel tersebut memberikan pengaruh signifikan terhadap
kenaikan harga pangan di Indonesia. Pengaruh secara individual dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah uang beredar luas (M2)
variable jumlah uang beredar luas (M2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap
kenaikan harga pangan, hasil koefisien yang diperoleh pada variable ini ialah positif, hal tersebut
menandakan, bahwa adanya bentuk arah yang positif artinya terjadinya peningkatan jumlah uang
beredar akan mempengaruhi kenaikan harga pangan. Nilai dari koefisien regresi yang diperoleh
ialah 1.380341 hal tersebut menunjukan, jika adanya bentuk kenaikan yang dialami jumlah uang
beredar 1% atau satu satuan secara langsung menyebabkan kenaikan harga pangan sebesar 1.38%
dengan bentuk asusmi variable lain tetap dan tidak ada perubahan. Hasil yang didapatkan
berdasarkan analisis regresi ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Irvin fisher yang
menjelaskan bahwa semakin tingginya tingkat peredaran uang akan menyebabkan tingginya daya
konsumsi (purchasing power) masyarakat. Dan hasil yang diperoleh ini juga sama seperti yang
dikemukakan oleh nophirin menurutnya dalam teori kunatitas uang bahwa sebab timbulnya
kenaikan harga ialah dikeranakan berlebihnya bentuk permintaan yang dimiliki oleh masyarakat
bentuk permintaan yang tinggi tersebut disebabkan oleh jumlah uang beredar.
Jumlah uang beredar Sempit (M1)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa variable jumlah uang beredar sempit M1
mempunyai pengaruh paling dominan, signifikan dan positif terhadap kenaikan harga pangan,hasil
yang koefisien diperoleh ialah positif, hal ini menandakan bahwa adanya bentuk arah yang positif
artinya jika terjadinya peningkatan jumlah uang beredar akan mempengaruhi kenaikan harga
pangan serta sebaliknya. Nilai koefisien dari variable jumlah uang beredar sempit ialah 5.126113
hal tersebut menunjukan adanya kenaikan yang dialami jumlah uang beredar sebebesar 1% akan
menyebabkan kenaikan terhadap harga pangan yakni sebesar 5.12%, denganbentuk
pengansumsian variable lain tetap atau tidak adanya perubahan terhadap variable lain (konstan).
Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan bentuk teori yang dikemukakan oleh mankiw (2000)
bahwa kenaikan harga yang tinggi akan terjadi jika adanya bentuk tingkat peredaran yang tinggi
dikeranakan jumlah uang beredar secara langsung akan menyebabkan dorongan konsumsi
masyarakat. Terjadinya peningkatan peredaaran uang baik secara sempit maupun luas akan
menyebabkan tingginya bentuk daya konsumsi masyarakat, berdasarkan teori manki, terjadinya
peningkatan terhadap jumlah uang beredar menyebabkan terjadinya bentuk peningkatan positif
terhadap konsumsi hal tersebutlah secara bertahap akan menyebabkan kenaikan harga pangan
(mankiw, 2000)
Tingkat Kurs (Nilai Tukar)
Dari hasil uji t yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa variable Tingkat kurs/Nilai
tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan (food inflation) diindonesia
. Nilai koefisien yang diperoleh pada variable ini ialah negative, artinya terjadinya peningkatan
yang dialami oleh tingkat kurs/nilai tukar menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kenaikan
harga pangan, serta sebaliknya terjadinya depresiasi (penurunan) oleh tingkat kurs akan
menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi yang diperoleh ialah 0.7787071 hal tersebut menunjukan bahwa kenaikan yang terjadi pada tingkatkurs/nilai tukar
yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kenaikan harga pangan
sebesar -0.77% dengan asusmsi tidak adanya perubahan yang terjadi terhadap variable lain
(variable konstan). Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan bentuk teori yang dikemukakan
oleh Cassel (1918) nilai tukar antara ke dua negara seharusya sama dengan tingkat harga rasio
negara tersebut, jatuhnya bentuk daya beli domestik suatu mata uang dalam negeri akan
menyebabkan (meningkatnya laju inflasi) secara langsung akan diikuti dengan bentuk deperesiasi
pada mata uang negara tersebut terhadap pasar uang dalam negeri akan tetapi jika terjadi
sebaliknya daya beli dalam negeri menjadi meningkat hal tersebut akan menyebabkan terjadi
deflasi yang secara langsung diikuti oleh bentuk appresiasi pada mata uang, teori ini merupakan
teori yang paling sering diuji validasinya dikarenakan adanaya bentuk perbandingan yang melihat
bentuk kemampuan daya beli yang tinggi sehingga menyebabkan inflasi/ kenaikan harga. Hal yang
sama dikemukakan oleh Bob (2002) Terjadinya kenaikan harga, dapat dilihat melalui terjadinya
penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing di karenakan terdepresiasinya nilai
tukar akan menyebabkan meningkatnya harga barang impor, hal tersebut secara langsung
berdampak terhadap fluktuasi harga dalam negeri.
Jumlah Produksi Padi
Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh ditemukan hasil bahwa variable produksi padi
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan diindonesia. Nilai koefisien dari variable
produksi padi yang diperoleh ialah positif, berarti terjadinya penurunan terhadap bentuk produksi
padi akan menyebabkan kenaikan harga pangan serta sebaliknya terjadinya peningkatan secara
positif terhadap bentuk produksi padi akan menekan bentuk kenaikan harga pangan. Nilai yang
diperoleh dari koefisien regresi produksi padi adalah sebesar 3.964014 hal tersebut menunjukan
bahwa kenaikan yang terjadi terhadap produksi padi yakni sebesar 1% akan menyebabkan
terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga pangan sebesar sebesar 3.96% dengan bentuk
asumsi tidak adanya perubahan terhadap variable lain (variable konstan). Hasil dari analisis diatas
menunjukan bahwa hasil tersebut sesuai dengan teori yang jelaskan oleh Ellis (1992) bahwa
bentuk produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan mempengaruhi fluktuasi harga
barang.
Jumlah Produksi Kedelai
Berdasarkan hasil Uji t diperoleh hasil bahwa variable jumlah produksi kedelai
berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefesien dari variable produksi
padi yang diperoleh adalah positif, hal tersebut menandakan jika terjadinya penurunan produksi
kedelai akan menyebabkan kenaikan harga pangan dan sebaliknya jika tejadinya peningkatan
kearah positif terhadap produksi kedelai akan menyebabkan penurunan terhadap kenaikan harga
pangan. Nilai koefisien regresi produksi kedelai yang diperoleh ialah sebesar 4.080209 hasil
tersebut menunjukan bahwa kenaikan yang terjadi terhadap produksi kedelai yakni sebesar 1%
akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga pangan sebesar 4.08% dengan
asumsi tidak adanya perubahan yang terjadi oleh variable lain (semua variable konstan). Hail dari
analisi yang diperoleh menunjukan hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh oleh
Ellis (1992) bahwa bentuk produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan
mempengaruhi fluktuasi harga barang serta menurut suryana (2004) menjelaskan bahwa bentuk
ketersediaan pangan menyangkut kepada tiga aspek yaitu distribusi, konsumsi, ketersediaan yang
didukung oleh para pelaku yang berkepentingan seperti produsen, pengolah, pemasaran.
Curah Hujan
Berdasarkan hasil uji t diperoleh bahwa variable curah hujan berpengaruh signifikan
terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefisien dari variable curah hujan adalah positif, hasil
tersebut menunjukan bahwa peningkatan postif yang terjadi terhadap curah hujan akan
menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan demikian sebaliknya terjadinya penurunan curah
hujan akan menyebabkan penurunan yang terjadi terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefisien
regresi curah huja ialah sebesar 4.118688 hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang
terjadi yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga
pangan sebesar 4.11%dengan bentuk asumsi variable lain konstan tidak mengalami perubahan.
Hasil dari analisis yang diperoleh sesuai dengan teori yang relevan yang dikemukakan oleh Gilbert
dan Morgan (2010) menurutnya perubahan cuaca dianggap sebagai salah satu sumber dari
variabilitas dalam harga komoditas pertanian. Hal yang sama juga dikemukakan Trovero dan
Braun (2008) perubahan cuaca dapat menyebabkan suatu bentuk potensi yaitu seperti banjir,
kekeringan yang pada akhirnya merusak tanaman pangan dan menghambat bentuk pendistribusian
pangan tersebut sehingga pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga komoditas pangan
(Trovero dan Von Braun, 2008
Suhu Maksimum (Cuaca Panas)
Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa variable suhu maksimum berpengaruh
signifikan terhadap kenaika harga pangan. Nilai koefisien dari variabel curah hujan adalah positif
hasil ini menunjukan bahwa terjadinya peningkatan positif suhu maksimum menyebabkan
terjadinya kenaikan harga pangan dan sebaliknya terjadinya penurunan suhu maksimum akan
menyebabkan turunnya kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi suhu maksimum ialah
sebesar 0.050615 hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang etrjadi yakni sebesar 1%
akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap harga pangan sebesar 0.05%, hal tersebut berlaku
dengan asumsi jika variable lain konstan dan tidak mengalami perubahan.
Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan teori dikemukakan oleh Sara lazzaroni
(2012) Perubahan cuaca memberi dampak terhadap aktivitas ekonomi diberbagai sektor, namun
sektor pertanian menjadi paling berpengaruh, dikarenakan sektor pertanian memiliki hubungan
yang paling vital dengan cuaca, karena berkembangnya pertumbuhan pangan selain didukung oleh
perawatan dan pupuk harus didukung dengan bentuk cuaca yang normal. Selain itu menurut
menurut lansgingan (2000) perubahan cuaca memiliki dampak jangka pendek terhadap hasil
pertanian yang dikarenakan perubahan suhu ketika melebihi batas optimal yang menyebabkan
terganggunya perkembangan tanaman yang berkembang. Serta bentuk ketidaksesuaian antara
jumlah air yang diterima dan dibutuhkan pada musim panen juga mempengaruhi produktifitas
pertanian.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan mengenai permasalahan, hipotesis, pembahasan dan hasil analisis
pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa variable jumlah uang beredar, timgkat kurs,
jumlah produksi pangan, cuaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan
di Indonesia.
A. bentuk peningkatan jumlah uang beredar, selain dipengaruhi oleh uang kartal yang
dipegang masyarakat juga dipengaruhi oleh kredit, dikarenakan dengan mudahnya bentuk
kredit atau pinjaman yang diperoleh secara langsung akan menyebabkan banyaknya
masyarakat akan melakukan bentuk suatu kredit atau pinjaman yang pada akhirnya
dengan mudahnya kredit yang diperoleh dan banyaknya besaran dana yang didapatkan
secara langsung akan meningkatkan pola konsumsi masyarakat, hal ini sama seperti teori
yang dimekukakan oleh Irvin fisher mengenai pengaruh jumlah uang beredar terhadap
kenaikan harga seperti yang dijelaskan pada gambar 4.11 menunjukan dasar peredaran
uang, oleh karena itu hal yang paling dasar mempengaruhi peningkatan jumlah uang
beredar ialah masyarakat dan proses kredit yang dipermudah oleh bank sehingga terjadi
kecendrungan masyarakat untuk melakukan bentuk pinjaman sehingga meningkatkan
bentuk aktivitas bisnis dan ekonomi masyarakat.
B. Terjadinya depresiasi (penurunan) terhadap tingkat kurs (nilai tukar) dapat dilihat dari
bentuk impor beberapa komoditas pangan yang dilakukan indonesia setiap tahunya,
dikarenakan adanya bentuk ketimpangan struktur yaitu kesenjangan produktifitas yang
berkaitan dengan lemahnya alokasi asset maupun faktor faktor produksi, serta bentuk
ketergantungan pada hutang luar negeri yang menyebabkan dampak negative terhadap
perekonomian (imbas dari para pebisnis yang sering beraktifitas dalam mata uang asing)
dan fenomena diequilibrium trap (jebakan ketidakseimbangan) yang berhubungan dengan
struktur antara sektor produksi ketiga hal tersebut mendasari terjadinya krisis ekonomi
yang pada akhirnya berdampak kepada depresiasi terhadap nilai tukar (tingkat kurs) yang
pada akhirnya menyebabkan terjadinya kenaikan harga terhadap barang impor, jumlah
produksi pangan yang tidak diimbangi dengan permintaan dan adanya permintaan
terhadap pangan impor setiap tahun, tanpa adanya peningkatan produksi terhadap
komoditas pangan dalam negeri pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga khususnya
pangan impor yang disebabkan terdepresiasinya nilai tukar (tingkat kurs menurun)
terhadap mata uang asing.
C. Permasalahan kenaikan harga pangan yang disebabkan cuaca, dikarenakan cuaca
memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan, contohnya
seperti curah hujan, curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan tanaman pangan
tergenang dan menjadi rusak hal tersebut menjadi penyebab terjadinya gagal panen
terhadap tanaman pangan sehingga dengan hasil panen yang sedikit dan tingginya
permintaan menyebabkan ketimpangan antara penawaran dan permintaan sehingga pada
akhirnya akan mengakibatkan kecendrungan kenaikan harga, dan melihat kepada cuaca
panas (kemarau) dapat menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman
dikarenakan cuaca panas berdampak kepada kekeringan terhadao tanaman pangan
sehingga pada akhirnya menjadikan tidak terpenuhinya asupan air yang cukup untuk
tanaman pangan di, hal tersebutlah yang mendasari dari terjadinya gagal panen yang
disebabkan cuaca panas, sama seperti penjelasan terhadap curah hujan, terjadinya gagal
panen yang disebabkan suhu maksimum (cuaca panas) akan menyebabkan berkurangnya
bentuk hasil produksi yang didapat sehingga aka nada ketimpangan antara permintaan
dan penawaran yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga pangan
G. SARAN
Dengan diperolehnya hasil yang menunjukan bahwa ketujuh variable
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan diindonesia,
seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi permasalahan akan komoditas pangan,
pentingnya bagi pemerintah untuk memperhatikan faktor faktor yang menjadi penyebab
kenaikan harga pangan selain itu pentingnya pemerintah membuat kebijakan kebijakan
yang sekiranya berdampak dalam mengatasi permasalahan kenaikan harga pangan
diindonesia. Dan jika pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait kenaikan harga
pangan, kebijakan yang dikeluarkan bukan hanya sebagai batas kebijakan saja, akan
tetapi adanya bentuk penerapan yang nyata dengan bentik pengoptimalan untuk
mengatasi persoalan pangan yang ada.
Daftar Pustaka
Abimayu 2004, Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian.
Aviral 2010, Impact of Supply of Money on Food Prices in India: A Causality Analysis
Adwin 1999, Inflasi di indonesia sumber sumber penyebab dan pengendaliannya; jurnal akuntansi
keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67
Ariani et, al 2000, pengaruh tingkat pendapatan terhadap harga barang dan pola konsumsi
masyarakat
Alisher Mirzabaev and Daniel Tsegai 2012, Effects of weather shocks on agricultural
commodity prices in Central Asia. ZEF-Discussion Papers on Development Policy
No. 171
Affiduddin 2012, Harga dan dasar-dasar perubahanya.
Auckley 1993, kenaikan harga secara sporadic
Bappenas 2001, monetary approach. Ekonomi moneter. Jakarta
Badan pusat statistik 2014, data komoditas pangan, Surabaya
Badanmeteorologi klimatologi dan geofisika 2014, data curah hujan dan suhu maksimum.
Surabaya
Banumurty, pami dua dan lokendra 2012, driving food price
Boediono.(2005). “Ekonomi Makro”, BPFE, Yogyakarta
Boediono, (2000). ‘’Inflasi dan kenaikan harga secara sporadis’ BPFE, Yogyakarta
Boediono, 1995, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter.
BPFE, Yogyakarta.
Cassel 1918, Purchasing power parity; journal of economic, Volume 2 No.9
Caroline. Williams dan selim 2009, Analyzing Drivers of World Food Prices: Weather, Growth,
and Biofuels
David Ricardo, Salvatore, Dominick. 1995. International Economic Jilid 5. Haris
munandar (penerjemah). Erlangga Jakarta
Ellis 1992, Aspek penyebab perubahan harga
Gujarati, D., 1995, Regresi linier berganda, Singapore: McGraw-Hill Book Co
Glasson 1990, Basic of theory economic
Husni,2004, pengaruh konsumsi terhadap tingkat perubahan harga barang
Hariharan dan kumar 2012. An Analysis Of Food Inflation In India, Volume 2, issue
Hasan 1998. Komoditas pangan dan bentuk permintaanya
Irivin fisher 1987, Transaction approach.. MV=PT.
Jossette Sheeran 2007, impact of food inflation
Nugrorho 2012, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi diindonesia periode
2011.4. semarang
2001-
Ovidi stioca dan monica damian 2013, evaluation of the commen agricultural policy’s
upon inflation rate in central, easterm and southern euprope countries
impact
Mankiw, N. Gregory (2000). Principles of Macroeconomic edisi 3 (e-book))
Muh. Yunanto 2007, Uang beredar dan kebijaka moneter
Nopirin, 1998, Economic Moneter, Buku I dan II BPFE - UGM. Yogyakarta
Robert Zoelick 2007, The rapid rise in food prices could push 100 m people in poor
countries deeper 9 into poverty
IPCC Intergovernmental panel on climate change 2001, the influence of climate
on food total production
change
Imran, Ayyoub dan Fatima, 2013. Does Inflation Matter For Sectoral Growth In Pakistan, An
Empirical Analysis. Volume 51, No. 1 (Summer 2013), pp. 71-92
Joesron dan fathorozi 2003, faktor faktor produksi dan aspek yang
mempengaruhinya
Mengalina 2011, perubahan cuaca dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Mankiw, N. Gregory (2003). Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Terjemahan. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Milton friedman, 1912, Monney supply
Nicholson 2000, demand and supply. . Volume 47, No. 2 (Summer 2000), pp. 15-19
Nay 2010, jumlah uang beredar dan kebijakan moneter, Pengantar makroekonomika
Nopirin, 1998, Economic Moneter, Buku I dan II BPFE - UGM. Yogyakarta
Putu Oktavia. 2008. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi
Sudi 2010, defenisi dan pengaruh tehadap nilai tukar
Suryanan 2004, ketersediaan dan ketahanan pangan.
Tarigan 2003, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
Ria Hendriyanti 2013, Upaya asean dalam mengatasi krisis pangan melalui aifs dan spa-fs
tahun 2009-2013.
Samuelson dan Nordhaus 1992, inflation matter
Salman dan Adnan, 2013. Determinants of High Food Prices The case of Pakistan,Volume
51, No. 1 (Summer 2013), pp. 93-107
Sara Lazzaroni 2012, Weather variability and food consumption: Evidence from Uganda;
The Hague, The Netherlands
Sriani 2012, faktor penyebab terjadinya krisis pangan.
Sukirno 2002, imported of inflation.
Samuelnelson 1997, definition of inflation
Pohan 1998, faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi
Yudhistira 2009, defenisi nilai tukar.
.
Download