DETERMINASI KENAIKAN HARGA PANGAN DI INDONESIA (PANGAN PADI, KEDELAI PERIODE 2001-2011) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : M. Ikhwan Putra 105020113111010 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2014 Determinasi Kenaikan Harga Pangan Di Indonesia (Pangan Padi Kedelai Periode 2001-2011) M.ikhwan Putra Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: [email protected] ABSTRAK The purpose of study to analyze the effect of broad money (m2), narrow money (m1), exchange rate, amount of rice and soybean production, rainfall and the maximum temperature on the high food prices in Indonesia for the period 2001-2011. The study used multiple linear regressions, to examine the study hypothesis. The empirical analysis show that broad money (m2) narrow money (m1), amount of rice and soybean production, rainfall and the maximum temperature significant and positively affects on the high food prices in Indonesia and exchange rate significant and negative affected on the high food prices in Indonesia, particularly rice and soybean. This study also found that narrow money (m1) had the most dominant influence on high food price in Indonesia. caused look at the society of velocity of money fast, that is trough economy and business transaction, that impact on the high food prices in Indonesia. Keyword: High food price, Inflation specific, Macroeconomic ABSTRAK Penelitian Ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dari variable jumlah uang beredar luas (m2) dan sempit (m1), tingkat kurs (nilai tukar), jumlah produksi pangan Padi dan kedelai, curah hujan dan suhu maksimum terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia periode waktu 2001-2011. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda guna untuk menguji hipotesis penelitian. Analisis empiris menunjukan bahwa jumlah uang beredar luas (m2) dan sempit (m1), jumlah produksi pangan Padi dan kedelai, curah hujan dan suhu maksimum berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia dan Tingkat kurs (nilai tukar) berpengaruh negative dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia. khususnya pada pangan padi dan kedelai. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengaruh jumlah uang beredar sempit (m1) memliki pengaruh paling dominan dibanding variable lainnya, dikarenakan jumlah uang beredar sempit memiliki perputaran yang cepat ditangan masyarakat yaitu meliputi transaksi bisnis dan ekonomi, sehingga berdampak terhadap kenaikan harga pangan diindonesia,. Kata kunci: Kenaikan Harga pangan, Inflasi spesifik, Makroekonomi A. LATAR BELAKANG Permasalahan mengenai kenaikan harga pangan, merupakan salah satu permasalahan berat yang selalu dialami oleh Indonesia setiap tahunya, hal ini sangat memberatkan, teutama pada masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, dimulai dengan meningkatnya harga kelompok bahan pangan seperti padi, kedelai, jagung, dan bahan pangan lainya yang sudah dan hampir mencapai kenaikan 100%. Hariharan dan kumar (2012) menyebutkan bahwa kenaikan harga pangan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pergeseran jumlah penduduk dan pergeseran kebiasaan terhadap konsumsi makanan, kenaikan harga pupuk, kenaikan harga bahan bakar yang menjadi kunci untuk transportasi komoditas pertanian (distribusi, produksi, komoditas pangan), tekanan dari sisi permintaan, faktor alam seperti curah hujan, angin topan, banjir, kekeringan, hama dan penyakit, mengakibatkan penurunan produktivitas pertanian, sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan.. Melihat kepada bentuk pola konsumsi masyarakat indonesia, rata-rata pengeluaran masyarakat terhadap pangan setiap tahunya berkisar lebih dari 50% , artinya pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat sangatlah tinggi, tingginya bentuk pengeluaran (permintaan) yang tidak diseimbangi dengan penawaran akan menyebabkan suatu permasalahan yaitu kelangkaan yang pada akhirnya berdampak kepada kenaikan harga pangan. Salah satu faktor yang mendasari tingginya tingkat pola konsumsi (pengeluaran masyarakat) adalah jumlah uang beredar, irvin fisher (1987) menyebutkan bahwa dengan semakin tingginya tingkat peredaran uang akan berdampak kepada semakin tingginya bentuk pola konsumsi masyarakat. Gambar 1. Indikator Pengeluaran Masyarakat Indonesia terhadap pangan dan jumlah produksi padi dan kedelai sebelas tahun terakhir 70 60 50 Pengeluaran masyarakat untuk bahan pangan 40 Jumlah Produksi Padi 30 Jumlah Produksi Kedelai 20 10 0 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah, 2014) Ketimpangan yang terjadi setiap tahunya antara pengeluaran masyarakat dan jumlah produksi pangan yang nantinya akan mencerminkan penawaran, hal ini secara langsung akan menyebabkan timbulnya persoalan secara makro maupun mikro, permasalahasn tersebut mencangkup kepada tidak terpenuhinya permintaan akan pangan yang dibutuhkan masyarakat, semakin tingginya bentuk impor yang dilakukan akan beresiko terkena dampak negatif perekonomian internasional akibat terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang menjadikan harga pangan impor menjadi naik dan berdampak kepada fluktuasi (perubahan) harga pangan lokal, serta tidak akan tercapainya kondisi ekuilibrium pada perekonomia, dikarenakan setiap tahun selalu adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, hal tersebut pada akhirnya menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan berdampak buruk pada perekonomian negara. Gambar 2. Grafik persentase tren kenaikan harga pangan (bahan panangan padi, kedelai, jagung dan keseluruhan pangan lainya) Kenaikan Harga pangan dari tahun ke tahun 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005 2004 2003 2002 2001 Kenaikan Harga pangan dari tahun ke tahun Sumber : Badan Pusat Statistik (2001 – 2011), diolah. Berdasarkan grafik kenaikan harga komoditas pangan diatas, dapat dilihat bentuk kenaikan harga pangan Indonesia dari tahun ke tahun mengalami bentuk kenaikan dan penurunan secara signifikan, kenaikan harga pangan dapat menyebabkan ganguan terhadap aktivitas perekonomian masyarakat dikarenakan semakin tingginya harga pangan semakin menyulitkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhanya akan pangan, kenaikan yang terjadi selain disebabkan faktor seperti jumlah uang beredar dan jumlah produksi pangan , dampak perekonomian internasional juga mengambil peranan dalam kenaikan harga pangan dikarenakan Indonesia termasuk negara yang memiliki bentuk impor terhadap pangan, Cassel (1918) menyebutkan bahwa nilai tukar antara ke dua negara yang melakukan bentuk aktifitas perdagagan ekonomi secara global seharusnya sama dengan tingkat rasio negara tersebut, jatuhnya nilai mata uang dalam negeri cenderung meningatkan inflasi (kenaikan harga) yang diikuti dengan depresiasi, dalam kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh tingkat kurs terhadap kenaikan harga bersifat signifikan dikeranakan menurut cassel jatuhnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing cenderung menyebabkan pangaruh negatif terhadap kondisi perekonomian suatu negara.. Selain itu pengaruh cuaca juga sangat berpengaruh terhadap kenaikan harga pangan, Lazzaroni (2012) menyebutkan bahwa perubahan cuaca memberi dampak terhadap aktivitas ekonomi diberbagai sektor, namun sektor pertanian menjadi paling berpengaruh, dikarenakan sektor pertanian memiliki hubungan yang paling vital dengan cuaca, karena berkembangnya pertumbuhan pangan selain didukung oleh perawatan dan pupuk harus didukung dengan bentuk cuaca yang normal, selain itu lancarnya atau tidaknya bentuk distribusi pangan juga ditentukan oleh cuaca . Mengingat terjadinya kenaikan harga pangan di Indonesia setiap tahunya, evaluasi akan permasalahan yang telah tergambar berdasarkan realita dan data yang ada yaitu mengenai kenaikan harga pangan, penting untuk diperhatikan dan selanjutnya, analisis tentang faktor penentu kenaikan harga pangan yang penting untuk dilakukan, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan harga pangan diantaranya adalah jumlah uang beredar luas (m2) dan sempit (m1), tingkat kurs (nilai tukar), jumlah produksi pangan padi dan kedelai, cuaca (curah hujan dan suhu maksimum). Variabel variable tersebut merupakan bagian-bagian yang paling mempengaruhi kenaikan harga pangan di Indonesia, studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan harga pangan di Indonesia khusunya pada pangan padi dan kedelai. B. TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Pangan Pangan adalah komoditas yang merupakan kebutuhan dasar manusia pangan tidak berarti strategis secara ekonomis, akan tetapi juga berarti sebagai bentuk kebutuhan masyarakat, yang dikategorikan dengan pangan pada umumnya mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai kalori utama, serta dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainya seperti menjadi bahan baku yang diolah berdasarkan manfaat yang didapat guna menghasilkan kebutuhan yang di butuhkan, yang termasuk kepada. bahan pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian dan batang palma, kedelai, jagung serta bahan pangan yang tidak berkarbohidrat seperti bawang, cabai merah yang merupakan suatu kebutuhan tebesar yang sangat penting bagi sebagian besar penduduk (Hasan,1998). Kenaikan Harga Pangan Kenaikan harga pangan dapat diartikan sebagai kenaikan harga satu komoditas pangan atau lebih, komoditas pangan tersebut terdiri dari padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi jalar, ubi kayu, cabai dan bawang. Kenaikan harga tersebut disebut dengan volatile good (kecendrungan perubahan nilai barang), terjadinya kenaikan harga pangan salah satunya didasari oleh faktor peningkatan permintaan pangan yang tidak diimbangi dengan produktifitas pangan (Badan pusat statistik, 2013). Adapun faktor-faktor penyebab kenaikan harga pangan menurut hariharan dan kumar (2012) ialah : 1. Terus meningkatnya jumlah penduduk dan pergeseran kebiasaan terhadap konsumsi makanan. 2. Kenaikan harga input lain seperti pupuk , benih dan lain-lain dalam beberapa kali telah menyebabkan inflasi . 3. Kenaikan berkelanjutan dalam harga bahan bakar yang merupakan masukan kunci untuk transportasi pertanian komoditas untuk pengolahan atau konsumsi pusat, jadi , harga 4. 5. 6. minyak mentah mempengaruhi input biaya dan menyebabkan inflasi untuk sebagian besar. Faktor alam seperti hujan curah, angin topan, banjir, kekeringan, hama dan penyakit mengakibatkan penurunan produksi dan produktivitas produksi pertanian di banyak negara Peningkatan daya beli masyarakat salah satu faktor utama inflasi . Kenaikan minimum support harga pangan telah menyebabkan inflasi. Jumlah uang beredar dan kenaikan harga pangan Dalam teori kuantitas uang dijelaskan sebab timbulnya kenaikan harga ialah dikarenakan bentuk berlebihnya permintaan yang disebabkan perubahan jumlah uang beredar (Nopirin, 2000) sementara itu menurut Irvin fisher pengaruh jumlah uang beredar terhadap perubahan harga hal tersebut di rumuskan melalui MV=PT yaitu M (money)= jumlah uang beredar, V (Velocity)= kecepatan peredaran uang, P (Price)= harga barang, T (Trade) =Jumlah barang yang diperdagangkan, menurut Fisher harga barang dipengaruhi oleh jumlah uang beredar dikarenakan adanya purchasing power (kekuatan membeli) yang dimiliki oleh masyarakat hal itu menyebabkan tingginya daya konsumsi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga perputaran konsumsi yang dimiliki masyarakat merangsang aliran barang dari produsen kepada konsumen. Dan menurut Mankiw (2003) bahwa kaitan antara jumlah uang beredar dan kenaikan harga tidak bisa jika hanya diliat dalam jangka pendek saja, akan tetapi hal tersebut harus dilihat dalam jangka panjang guna mendapatkan hasil yang baik serta hasil signifikan. hubungan antara jumlah uang beredar dan kenaikan harga tidak dapat dilihat dalam jangka pendek, oleh karena itu dalam menjelaskan keterkaitan hubungan kenaikan harga dan jumlah uang beredar tidak akan seerat jika hal tersebut dilihat dalam jangka sepuluh tahun lebih friedman dan Schwartz (1987). Tingkat Kurs (Nilai Tukar) dan Kenaikan Harga Pangan Menurut Cassel (1918) nilai tukar antara ke dua negara seharusya sama dengan tingkat harga rasio negara tersebut, jatuhnya bentuk daya beli domestik suatu mata uang dalam negeri akan menyebabkan (meningkatnya laju inflasi) secara langsung akan diikuti dengan bentuk deperesiasi pada mata uang negara tersebut terhadap pasar uang dalam negeri akan tetapi jika terjadi sebaliknya daya beli dalam negeri menjadi meningkat hal tersebut akan menyebabkan terjadi deflasi yang secara langsung diikuti oleh bentuk appresiasi pada mata uang, teori ini merupakan teori yang paling sering diuji validasinya dikarenakan adanaya bentuk perbandingan yang melihat bentuk kemampuan daya beli yang tinggi sehingga menyebabkan inflasi/ kenaikan harga (Cassel, 1918). Menurut Bob (2002) paritas daya beli (Purchasing Power Parity Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa nilai tukar antara uang cenderung mengarah kepada pada suatu kondisi ekuilibrium, seharusnya purchasing power (daya beli) masyarakat disuatu negara ekuivalen dengan daya beli masyarakat di negara lain. Terjadinya kenaikan harga, dapat dilihat melalui terjadinya penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing di karenakan terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan meningkatnya harga barang impor, hal tersebut secara langsung berdampak terhadap fluktuasi harga dalam negeri. Jumlah Produksi Pangan (padi dan kedelai) dan Kenaikan Harga Pangan Berkurangnya ketersediaan pangan akan berdampak kepada berkurangnya kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat, hal tersebut akan menyebabkan bentuk krisis pangan, ketersediaan pangan menyangkut kepada tiga aspek yaitu produksi, distribusi, konsumsi, ketersediaan pangan didukung oleh para pelaku yang berkepentingan seperti produsen, pengolah (suryanan, 2004) . Bentuk ketidakseimbangan antara jumlah produksi (cerminan dari penawaran) dan permintaan akan menyebabkankan perubahan nilai elastisitas, serta akibat terjadinya permintaan dan penawaran yang akan menyebabkan fluktuasi harga (Nicholson, 2000). Bentuk produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan mempengaruhi fluktuasi harga pangan (perubahan harga pangan) dikarenakan adanya bentuk pengolahan yang membutuhkan biaya serta bentuk permintaan dan penawaran yang menjadikan naik dan turunnya harga pangan, untuk itu dengan terjaganya kestabilan hal tersebut akan menyebabkan keseimbangan harga (Ellis, 1992). Cuaca (curah hujan dan suhu maksimum) dan kenaikan Kenaikan Harga Pangan Menurut Gilbert dan morgan (2010, dalam alisher dan Daniel 2012) Perubahan cuaca dianggap sebagai salah satu sumber dari variabilitas dalam harga komoditas pertanian. Trovero dan Von Braun (2008 dalam lazzorini 2012) menyebutkan perubahan cuaca dapat menyebabkan suatu bentuk potensi yaitu seperti banjir, kekeringan yang pada akhirnya merusak tanaman pangan dan menghambat bentuk pendistribusian pangan tersebut sehingga pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga komoditas pangan Trovero dan Von Braun (2008 dalam lazzorini 2012). Menurut Banumurty, pami dua dan lokendra (2012) dampak cuaca sangat berpengaruh kepada kebijakan perekonomian makro dikarenakan cuaca merupakan faktor fundamental yang mempengaruhi signifikansi positif dan negative terhadap hasil sektor pertanian, serta dampak perubahan iklim secara langsung berdampak negatife sangat besar terhadap kenaikan harga dan pertumbuhan produksi pangan. kenaikan harga pangan dapat disebabkan oleh cuaca dikarenakan cuaca memberi pengaruh kepada bentuk hasil panen, serta adanya bentuk gagal panen, selain hal tersebut cuaca juga menyebabkan terganggunya bentuk pola distribusi seperti terjadinya banjir tanah longsor yang menyebabkan terhalangnya bentuk distribusi, sehingga terjadinya kelangkaan akan komoditas pangan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kecenderungan peningkatan harga pangan, dikarenakan adanya permasalahan dalam bentuk pola distribusi Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sebelumnya dilakukan oleh Salman dan Adnan 2013 yaitu tentang Determinants OF Hight Food Prices The Case of Pakistan dimana dalam penelitiann ini meneliti tentang faktor-faktor penyebab kenaikan harga pangan di Pakistan yaitu dilihat melalui Indeks harga konsumen, GDP, serta kredit sektor pertanian. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variable yang menjadi objek penelitiannya salah satunya yaitu kredit sektor pertanian memberi pengaruh yang paling signifikan diantara variable lain terhadap perubahan dan kenaikan harga pangan, dilihat melalui metode analisis autoregresive distributed lag dengan membandingkan nilai total sektor kredit pertanian masa lampau dan nilai masa sekarang sebagai hasilnya, diperoleh kredit sektor pertanian berpengaruh signifikan terhadap perubahan serta terjadinya inflasi pangan Penelitian terdahulu selanjutnya dilakukan oleh Aviral kumar 2010, yaitu membahas tentang Impact of Supply of Money on Food Prices in India: A Causality Analysis, Pada penelitian ini menggunakan metode analisis Vector error correction model (VECM) guna untuk mengetahui bentuk kausalitas antara variable, variable yang digunakan pada penelitian ini ialah jumlah uang beredar dalam luas (M2) dan jumlah uang beredar dalam ukuran sempit (M1). hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa ukuran jumlah uang beredar dalam ukuran yang sempit (M1) secara signifikan menyebabkan inflasi pangan sementara itu jumlah uang beredar dalam ukuran yang luas tidak mempengaruhi inflasi pangan dikarenakan dalam kerangka analisis di temukan bahwa perubahan jumlah uang beredar luas (M2) hanya akan berdampak signifikan terhadap inflasi pangan hanya dalam kurun waktu per tiga tahun. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alisher dan Daniel 2012, dalam pembahasannya membahas tentang Effects of weather shocks on agricultural commodity prices in Central Asia, pada penelitian ini menggunakan metode analisis Feasible Generalized Least Squares (FGLS) regresi panel, penelitian ini menggunakan beberapa variable yang terdiri dari harga gandum lokal local dan harga kentang lkal, harga gandum secara global dan harga kentang global, nilai tukar, tingkat inflasi, irigasi air, Perubahan cuaca, stok kentang. stok gandum, jumlah hasil produksi gandum dan kentang, Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perubahan cuaca dan ketersediaan air memiliki efek yang signifikan pada harga gandum dan kentang di asia tengah, sedangkan pada komoditas kentang efeknya lebih terlihat kepada jumlah hasil yang diperoleh dari produksi kentang. Gambar 3. kerangka fikir KONDISI PEREKONOMIAN FAKTOR INTERNAL NEGARA FAKTOR CUACA KETDAK SEIMBANGAN KENAIKAN PERMINTAAN DAN HARGA PENAWARAN PANGAN FAKTOR PERDAGANGAN EKSTERNAL INTERNATIONAL Sumber: Peneliti (2014). C. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan beberapa faktor penentu dalam mengkaji bentuk kenaikan harga pangan yaitur jumlah uang bereda luas (m2) dan sempit (m1), tingkat kurs, jumlah produksi pangan padi dan kedelai, curah hujan, dan suhu maksimum. Seluruh observasi data berjumlah 132 observasi. Untuk menganalisis pengaruh faktor kenaikan harga pangan, digunakan regresi linier berganda dan menggunakan uji asumsi klasik hal tersebut bertujuan mengetahui pengaruh variable independen terhadap dependen. Periode waktu dalam penelitian ini ialah dari 2001 sampai 2011. Persamaan regresi ialah dijabarkan sebagai berikut: Y = β0 + β1 X1 +β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + et. Keterangan : Y = Kenaikan harga pangan (inflasi pangan) β0 = Konstanta β1,β2 = Koefisien Regresi X1 dan X2 = Jumlah uang beredar luas M2 dan Jumlah uang beredar sempit (M1) X3 = Tingkat kurs X4 dan X5 = Jumlah produksi padi dan jumlah produksi Kedelai X6 dan X7 = Curah Hujan dan Suhu Maksimum (Cuaca hujan dan panas) et = error term Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh secara online maupun melalui dokumen-dokumen resmi lembaga/instansi. Data dari faktor-faktor penentu kenaikan harga pangan tersebut diperoleh dari Bank Badan Pusat Statistik. Badan Meteorologi Klimatologi dan geofisika. Selain itu juga digunakan juga data-data yang berasal dari jurnal, buku, artikel, dan sumbersumber lain yang relevan digunakan dalam penelitian ini. D. HASIL Untuk estimasi regresi linier berganda dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui apakah variable indpenden memiliki pengaruh positif atau negative dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia, hasil tersebut di tunjukan melalui bentuk koefisien (arah) yang tergambar positif atau negatif dan nilai probabilitas yang berada < 0,05 untuk mengetahu hasil berpengaruh signifikan atau tidak, serta melihat hasil nilai R2 yang menunjukan seberapa besar pengaruh variable independen terhadap variable dependen, hasil tersebut diperoleh berdasarkan hasil berikut: Tabel 1. Hasil Regresi linier berganda Dependent Variable:Y Variable Koefisien Std.Error t-Statistik Prob C -97.21513 8.355733 -11.63454 0.0000 X1 1.380341 0.596226 2.315132 0.0222 X2 5.126113 0.546585 9.378443 0.0000 X3 -0.778071 0.250492 -3.106167 0.0023 X4 3.964014 1.141838 3.471609 0.0007 X5 4.080209 1.152318 3.540870 0.0006 X6 4.118688 1.405513 2.930380 0.0040 X7 0.050615 0.023266 2.175481 0.0315 R-square: 0.931469 Observasi: 132 Sumber : Data Olahan Eviews 7, 2014 F statistik: 240.7703 Prob (F statistic): 0,0000 Koefisien determinasi (R-Squared) menunjukkan angka sebesar 0,931469, artinya variabel Jumlah uang beredar luas (m2) dan sempit (m1), Tingkat kurs (nilai tukar), Jumlah produksi pangan padi, kedelai, Curah hujan dan Suhu maksimum mampu menjelaskan 93% variasi variabel kenaikan harga pangan di Indonesia, sedangkan sisanya (7%) dapat dijelaskan variabel lain diluar model. Uji-F sebesar 0,00000 menunjukkan bahwa variabel Jumlah produksi pangan padi, kedelai, Curah hujan dan Suhu maksimum mempunyai pengaruh signifikan terhadap variable kenaikan harga pangan di Indonesia, Pada uji t, didapat nilai > dari t tabel yaitu 1,979 artinya t statistic terpenuhi dan melihat kepada nilai probabilitas ke tujuh variable memiliki nilai dibawa 0,05 artinya variable memiliki pengaruh signifikan terhadap terhadap variable Y, dapat disimulkan dari 7 variabel independen yang diuji, memiliki pengaruh spositif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di indonesia. Setelah dilakukan regresi analisis terhadap seluruh variable baik itu variable dependen dan independen, dari hasi estimasi yang telah didapat perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji guna untuk mengetahui apakah model estimasi telah memenuhi bentuk criteria dalam ekonometrika artinya tidak adanya bentuk kesalahan yang cukup banyak berdasarkan asumsiasumsi yang harus terpenuhi dalam metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari estimasi yang baik ialah regresi yang telah memenuhi criteria Blue (best linear Unbiased Estimator) (Gujarati, 2002). Tabel 2. Uji Normalitas Statistik Uji Kolmogorov-Smirnov Z Nilai sig. Keterangan 0,431 Menyebar Normal Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi residual regresi yang terbentuk lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas tersebut terpenuhi. Tabel 3. Uji Heterokedaktisitas Variabel bebas Sig. Keterangan X1 0,298 Homoskedastisitas X2 0,363 Homoskedastisitas X3 0,823 Homoskedastisitas X4 0,947 Homoskedastisitas X5 0,458 Homoskedastisitas X6 0,909 Homoskedastisitas X7 0,232 Homoskedastisitas Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai sig. > 0,05 maka disimpulkan terjadi homoskedastisitas atau dengan kata lain asumsi tidak terjadi heteroskedastisitas telah terpenuhi baik secara statistic. Tabel 4. Uji Multiokliniearitas (Variance Inflating Factor VIF) Model Collinearity Statistics 1 Tolerance VIF X1 ,175 5,708 X2 ,157 6,370 X3 ,730 1,370 X4 ,562 1,779 X5 ,483 2,071 X6 ,354 2,828 (Constant) X7 ,282 3,552 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian ini memiliki Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini. Tabel 5. Uji Auto korelasi Dl Du 4-du 4-dl dw Interprestasi 1,606 1,829 2,172 2,394 1,937 Tidak terjadi autokorelasi Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada tabel diatas diketahui bahwa du < dw < 4-du (1,829 < 1,937 < 2,172) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. E. PEMBAHASAN Secara umum model regresi yang digunakan dalam studi ini memiliki hail yang baik. Vaiabel bebas yang digunakan, yaitu jumlah uang beredar luas (m1) dan sempit (m2), tingkat kurs (nilai tukar), jumlah produksi pangan padi ,kedelai, Curah hujan dan suhu maksimum mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap kenaikan harga pangan dengan persentase yang tinggi (93%), Secara bersama-sama variabel-variabel tersebut memberikan pengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia. Pengaruh secara individual dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah uang beredar luas (M2) variable jumlah uang beredar luas (M2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan, hasil koefisien yang diperoleh pada variable ini ialah positif, hal tersebut menandakan, bahwa adanya bentuk arah yang positif artinya terjadinya peningkatan jumlah uang beredar akan mempengaruhi kenaikan harga pangan. Nilai dari koefisien regresi yang diperoleh ialah 1.380341 hal tersebut menunjukan, jika adanya bentuk kenaikan yang dialami jumlah uang beredar 1% atau satu satuan secara langsung menyebabkan kenaikan harga pangan sebesar 1.38% dengan bentuk asusmi variable lain tetap dan tidak ada perubahan. Hasil yang didapatkan berdasarkan analisis regresi ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Irvin fisher yang menjelaskan bahwa semakin tingginya tingkat peredaran uang akan menyebabkan tingginya daya konsumsi (purchasing power) masyarakat. Dan hasil yang diperoleh ini juga sama seperti yang dikemukakan oleh nophirin menurutnya dalam teori kunatitas uang bahwa sebab timbulnya kenaikan harga ialah dikeranakan berlebihnya bentuk permintaan yang dimiliki oleh masyarakat bentuk permintaan yang tinggi tersebut disebabkan oleh jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar Sempit (M1) Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa variable jumlah uang beredar sempit M1 mempunyai pengaruh paling dominan, signifikan dan positif terhadap kenaikan harga pangan,hasil yang koefisien diperoleh ialah positif, hal ini menandakan bahwa adanya bentuk arah yang positif artinya jika terjadinya peningkatan jumlah uang beredar akan mempengaruhi kenaikan harga pangan serta sebaliknya. Nilai koefisien dari variable jumlah uang beredar sempit ialah 5.126113 hal tersebut menunjukan adanya kenaikan yang dialami jumlah uang beredar sebebesar 1% akan menyebabkan kenaikan terhadap harga pangan yakni sebesar 5.12%, denganbentuk pengansumsian variable lain tetap atau tidak adanya perubahan terhadap variable lain (konstan). Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan bentuk teori yang dikemukakan oleh mankiw (2000) bahwa kenaikan harga yang tinggi akan terjadi jika adanya bentuk tingkat peredaran yang tinggi dikeranakan jumlah uang beredar secara langsung akan menyebabkan dorongan konsumsi masyarakat. Terjadinya peningkatan peredaaran uang baik secara sempit maupun luas akan menyebabkan tingginya bentuk daya konsumsi masyarakat, berdasarkan teori manki, terjadinya peningkatan terhadap jumlah uang beredar menyebabkan terjadinya bentuk peningkatan positif terhadap konsumsi hal tersebutlah secara bertahap akan menyebabkan kenaikan harga pangan (mankiw, 2000) Tingkat Kurs (Nilai Tukar) Dari hasil uji t yang telah dilakukan, diperoleh temuan bahwa variable Tingkat kurs/Nilai tukar mempunyai pengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan (food inflation) diindonesia . Nilai koefisien yang diperoleh pada variable ini ialah negative, artinya terjadinya peningkatan yang dialami oleh tingkat kurs/nilai tukar menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kenaikan harga pangan, serta sebaliknya terjadinya depresiasi (penurunan) oleh tingkat kurs akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi yang diperoleh ialah 0.7787071 hal tersebut menunjukan bahwa kenaikan yang terjadi pada tingkatkurs/nilai tukar yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kenaikan harga pangan sebesar -0.77% dengan asusmsi tidak adanya perubahan yang terjadi terhadap variable lain (variable konstan). Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan bentuk teori yang dikemukakan oleh Cassel (1918) nilai tukar antara ke dua negara seharusya sama dengan tingkat harga rasio negara tersebut, jatuhnya bentuk daya beli domestik suatu mata uang dalam negeri akan menyebabkan (meningkatnya laju inflasi) secara langsung akan diikuti dengan bentuk deperesiasi pada mata uang negara tersebut terhadap pasar uang dalam negeri akan tetapi jika terjadi sebaliknya daya beli dalam negeri menjadi meningkat hal tersebut akan menyebabkan terjadi deflasi yang secara langsung diikuti oleh bentuk appresiasi pada mata uang, teori ini merupakan teori yang paling sering diuji validasinya dikarenakan adanaya bentuk perbandingan yang melihat bentuk kemampuan daya beli yang tinggi sehingga menyebabkan inflasi/ kenaikan harga. Hal yang sama dikemukakan oleh Bob (2002) Terjadinya kenaikan harga, dapat dilihat melalui terjadinya penurunan nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing di karenakan terdepresiasinya nilai tukar akan menyebabkan meningkatnya harga barang impor, hal tersebut secara langsung berdampak terhadap fluktuasi harga dalam negeri. Jumlah Produksi Padi Berdasarkan hasil uji t yang diperoleh ditemukan hasil bahwa variable produksi padi berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan diindonesia. Nilai koefisien dari variable produksi padi yang diperoleh ialah positif, berarti terjadinya penurunan terhadap bentuk produksi padi akan menyebabkan kenaikan harga pangan serta sebaliknya terjadinya peningkatan secara positif terhadap bentuk produksi padi akan menekan bentuk kenaikan harga pangan. Nilai yang diperoleh dari koefisien regresi produksi padi adalah sebesar 3.964014 hal tersebut menunjukan bahwa kenaikan yang terjadi terhadap produksi padi yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga pangan sebesar sebesar 3.96% dengan bentuk asumsi tidak adanya perubahan terhadap variable lain (variable konstan). Hasil dari analisis diatas menunjukan bahwa hasil tersebut sesuai dengan teori yang jelaskan oleh Ellis (1992) bahwa bentuk produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan mempengaruhi fluktuasi harga barang. Jumlah Produksi Kedelai Berdasarkan hasil Uji t diperoleh hasil bahwa variable jumlah produksi kedelai berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefesien dari variable produksi padi yang diperoleh adalah positif, hal tersebut menandakan jika terjadinya penurunan produksi kedelai akan menyebabkan kenaikan harga pangan dan sebaliknya jika tejadinya peningkatan kearah positif terhadap produksi kedelai akan menyebabkan penurunan terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi produksi kedelai yang diperoleh ialah sebesar 4.080209 hasil tersebut menunjukan bahwa kenaikan yang terjadi terhadap produksi kedelai yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga pangan sebesar 4.08% dengan asumsi tidak adanya perubahan yang terjadi oleh variable lain (semua variable konstan). Hail dari analisi yang diperoleh menunjukan hasil tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh oleh Ellis (1992) bahwa bentuk produksi, perdagangan dan konsumsi terhadap pangan akan mempengaruhi fluktuasi harga barang serta menurut suryana (2004) menjelaskan bahwa bentuk ketersediaan pangan menyangkut kepada tiga aspek yaitu distribusi, konsumsi, ketersediaan yang didukung oleh para pelaku yang berkepentingan seperti produsen, pengolah, pemasaran. Curah Hujan Berdasarkan hasil uji t diperoleh bahwa variable curah hujan berpengaruh signifikan terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefisien dari variable curah hujan adalah positif, hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan postif yang terjadi terhadap curah hujan akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan demikian sebaliknya terjadinya penurunan curah hujan akan menyebabkan penurunan yang terjadi terhadap kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi curah huja ialah sebesar 4.118688 hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang terjadi yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya peningkatan terhadap kenaikan harga pangan sebesar 4.11%dengan bentuk asumsi variable lain konstan tidak mengalami perubahan. Hasil dari analisis yang diperoleh sesuai dengan teori yang relevan yang dikemukakan oleh Gilbert dan Morgan (2010) menurutnya perubahan cuaca dianggap sebagai salah satu sumber dari variabilitas dalam harga komoditas pertanian. Hal yang sama juga dikemukakan Trovero dan Braun (2008) perubahan cuaca dapat menyebabkan suatu bentuk potensi yaitu seperti banjir, kekeringan yang pada akhirnya merusak tanaman pangan dan menghambat bentuk pendistribusian pangan tersebut sehingga pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga komoditas pangan (Trovero dan Von Braun, 2008 Suhu Maksimum (Cuaca Panas) Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa variable suhu maksimum berpengaruh signifikan terhadap kenaika harga pangan. Nilai koefisien dari variabel curah hujan adalah positif hasil ini menunjukan bahwa terjadinya peningkatan positif suhu maksimum menyebabkan terjadinya kenaikan harga pangan dan sebaliknya terjadinya penurunan suhu maksimum akan menyebabkan turunnya kenaikan harga pangan. Nilai koefisien regresi suhu maksimum ialah sebesar 0.050615 hasil tersebut menunjukan bahwa peningkatan yang etrjadi yakni sebesar 1% akan menyebabkan terjadinya kenaikan terhadap harga pangan sebesar 0.05%, hal tersebut berlaku dengan asumsi jika variable lain konstan dan tidak mengalami perubahan. Hasil analisis yang diperoleh sesuai dengan teori dikemukakan oleh Sara lazzaroni (2012) Perubahan cuaca memberi dampak terhadap aktivitas ekonomi diberbagai sektor, namun sektor pertanian menjadi paling berpengaruh, dikarenakan sektor pertanian memiliki hubungan yang paling vital dengan cuaca, karena berkembangnya pertumbuhan pangan selain didukung oleh perawatan dan pupuk harus didukung dengan bentuk cuaca yang normal. Selain itu menurut menurut lansgingan (2000) perubahan cuaca memiliki dampak jangka pendek terhadap hasil pertanian yang dikarenakan perubahan suhu ketika melebihi batas optimal yang menyebabkan terganggunya perkembangan tanaman yang berkembang. Serta bentuk ketidaksesuaian antara jumlah air yang diterima dan dibutuhkan pada musim panen juga mempengaruhi produktifitas pertanian. F. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan mengenai permasalahan, hipotesis, pembahasan dan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa variable jumlah uang beredar, timgkat kurs, jumlah produksi pangan, cuaca berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan di Indonesia. A. bentuk peningkatan jumlah uang beredar, selain dipengaruhi oleh uang kartal yang dipegang masyarakat juga dipengaruhi oleh kredit, dikarenakan dengan mudahnya bentuk kredit atau pinjaman yang diperoleh secara langsung akan menyebabkan banyaknya masyarakat akan melakukan bentuk suatu kredit atau pinjaman yang pada akhirnya dengan mudahnya kredit yang diperoleh dan banyaknya besaran dana yang didapatkan secara langsung akan meningkatkan pola konsumsi masyarakat, hal ini sama seperti teori yang dimekukakan oleh Irvin fisher mengenai pengaruh jumlah uang beredar terhadap kenaikan harga seperti yang dijelaskan pada gambar 4.11 menunjukan dasar peredaran uang, oleh karena itu hal yang paling dasar mempengaruhi peningkatan jumlah uang beredar ialah masyarakat dan proses kredit yang dipermudah oleh bank sehingga terjadi kecendrungan masyarakat untuk melakukan bentuk pinjaman sehingga meningkatkan bentuk aktivitas bisnis dan ekonomi masyarakat. B. Terjadinya depresiasi (penurunan) terhadap tingkat kurs (nilai tukar) dapat dilihat dari bentuk impor beberapa komoditas pangan yang dilakukan indonesia setiap tahunya, dikarenakan adanya bentuk ketimpangan struktur yaitu kesenjangan produktifitas yang berkaitan dengan lemahnya alokasi asset maupun faktor faktor produksi, serta bentuk ketergantungan pada hutang luar negeri yang menyebabkan dampak negative terhadap perekonomian (imbas dari para pebisnis yang sering beraktifitas dalam mata uang asing) dan fenomena diequilibrium trap (jebakan ketidakseimbangan) yang berhubungan dengan struktur antara sektor produksi ketiga hal tersebut mendasari terjadinya krisis ekonomi yang pada akhirnya berdampak kepada depresiasi terhadap nilai tukar (tingkat kurs) yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya kenaikan harga terhadap barang impor, jumlah produksi pangan yang tidak diimbangi dengan permintaan dan adanya permintaan terhadap pangan impor setiap tahun, tanpa adanya peningkatan produksi terhadap komoditas pangan dalam negeri pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga khususnya pangan impor yang disebabkan terdepresiasinya nilai tukar (tingkat kurs menurun) terhadap mata uang asing. C. Permasalahan kenaikan harga pangan yang disebabkan cuaca, dikarenakan cuaca memberi pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman pangan, contohnya seperti curah hujan, curah hujan yang sangat tinggi menyebabkan tanaman pangan tergenang dan menjadi rusak hal tersebut menjadi penyebab terjadinya gagal panen terhadap tanaman pangan sehingga dengan hasil panen yang sedikit dan tingginya permintaan menyebabkan ketimpangan antara penawaran dan permintaan sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan kecendrungan kenaikan harga, dan melihat kepada cuaca panas (kemarau) dapat menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan tanaman dikarenakan cuaca panas berdampak kepada kekeringan terhadao tanaman pangan sehingga pada akhirnya menjadikan tidak terpenuhinya asupan air yang cukup untuk tanaman pangan di, hal tersebutlah yang mendasari dari terjadinya gagal panen yang disebabkan cuaca panas, sama seperti penjelasan terhadap curah hujan, terjadinya gagal panen yang disebabkan suhu maksimum (cuaca panas) akan menyebabkan berkurangnya bentuk hasil produksi yang didapat sehingga aka nada ketimpangan antara permintaan dan penawaran yang pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga pangan G. SARAN Dengan diperolehnya hasil yang menunjukan bahwa ketujuh variable berpengaruh positif dan signifikan terhadap kenaikan harga pangan diindonesia, seharusnya pemerintah lebih memperhatikan lagi permasalahan akan komoditas pangan, pentingnya bagi pemerintah untuk memperhatikan faktor faktor yang menjadi penyebab kenaikan harga pangan selain itu pentingnya pemerintah membuat kebijakan kebijakan yang sekiranya berdampak dalam mengatasi permasalahan kenaikan harga pangan diindonesia. Dan jika pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait kenaikan harga pangan, kebijakan yang dikeluarkan bukan hanya sebagai batas kebijakan saja, akan tetapi adanya bentuk penerapan yang nyata dengan bentik pengoptimalan untuk mengatasi persoalan pangan yang ada. Daftar Pustaka Abimayu 2004, Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian. Aviral 2010, Impact of Supply of Money on Food Prices in India: A Causality Analysis Adwin 1999, Inflasi di indonesia sumber sumber penyebab dan pengendaliannya; jurnal akuntansi keuangan Vol. 1, No. 1, Mei 1999 : 54-67 Ariani et, al 2000, pengaruh tingkat pendapatan terhadap harga barang dan pola konsumsi masyarakat Alisher Mirzabaev and Daniel Tsegai 2012, Effects of weather shocks on agricultural commodity prices in Central Asia. ZEF-Discussion Papers on Development Policy No. 171 Affiduddin 2012, Harga dan dasar-dasar perubahanya. Auckley 1993, kenaikan harga secara sporadic Bappenas 2001, monetary approach. Ekonomi moneter. Jakarta Badan pusat statistik 2014, data komoditas pangan, Surabaya Badanmeteorologi klimatologi dan geofisika 2014, data curah hujan dan suhu maksimum. Surabaya Banumurty, pami dua dan lokendra 2012, driving food price Boediono.(2005). “Ekonomi Makro”, BPFE, Yogyakarta Boediono, (2000). ‘’Inflasi dan kenaikan harga secara sporadis’ BPFE, Yogyakarta Boediono, 1995, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No.5: Ekonomi Moneter. BPFE, Yogyakarta. Cassel 1918, Purchasing power parity; journal of economic, Volume 2 No.9 Caroline. Williams dan selim 2009, Analyzing Drivers of World Food Prices: Weather, Growth, and Biofuels David Ricardo, Salvatore, Dominick. 1995. International Economic Jilid 5. Haris munandar (penerjemah). Erlangga Jakarta Ellis 1992, Aspek penyebab perubahan harga Gujarati, D., 1995, Regresi linier berganda, Singapore: McGraw-Hill Book Co Glasson 1990, Basic of theory economic Husni,2004, pengaruh konsumsi terhadap tingkat perubahan harga barang Hariharan dan kumar 2012. An Analysis Of Food Inflation In India, Volume 2, issue Hasan 1998. Komoditas pangan dan bentuk permintaanya Irivin fisher 1987, Transaction approach.. MV=PT. Jossette Sheeran 2007, impact of food inflation Nugrorho 2012, Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi diindonesia periode 2011.4. semarang 2001- Ovidi stioca dan monica damian 2013, evaluation of the commen agricultural policy’s upon inflation rate in central, easterm and southern euprope countries impact Mankiw, N. Gregory (2000). Principles of Macroeconomic edisi 3 (e-book)) Muh. Yunanto 2007, Uang beredar dan kebijaka moneter Nopirin, 1998, Economic Moneter, Buku I dan II BPFE - UGM. Yogyakarta Robert Zoelick 2007, The rapid rise in food prices could push 100 m people in poor countries deeper 9 into poverty IPCC Intergovernmental panel on climate change 2001, the influence of climate on food total production change Imran, Ayyoub dan Fatima, 2013. Does Inflation Matter For Sectoral Growth In Pakistan, An Empirical Analysis. Volume 51, No. 1 (Summer 2013), pp. 71-92 Joesron dan fathorozi 2003, faktor faktor produksi dan aspek yang mempengaruhinya Mengalina 2011, perubahan cuaca dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Mankiw, N. Gregory (2003). Teori Makroekonomi Edisi Kelima. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Milton friedman, 1912, Monney supply Nicholson 2000, demand and supply. . Volume 47, No. 2 (Summer 2000), pp. 15-19 Nay 2010, jumlah uang beredar dan kebijakan moneter, Pengantar makroekonomika Nopirin, 1998, Economic Moneter, Buku I dan II BPFE - UGM. Yogyakarta Putu Oktavia. 2008. Hubungan antara jumlah uang beredar dengan inflasi Sudi 2010, defenisi dan pengaruh tehadap nilai tukar Suryanan 2004, ketersediaan dan ketahanan pangan. Tarigan 2003, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif Ria Hendriyanti 2013, Upaya asean dalam mengatasi krisis pangan melalui aifs dan spa-fs tahun 2009-2013. Samuelson dan Nordhaus 1992, inflation matter Salman dan Adnan, 2013. Determinants of High Food Prices The case of Pakistan,Volume 51, No. 1 (Summer 2013), pp. 93-107 Sara Lazzaroni 2012, Weather variability and food consumption: Evidence from Uganda; The Hague, The Netherlands Sriani 2012, faktor penyebab terjadinya krisis pangan. Sukirno 2002, imported of inflation. Samuelnelson 1997, definition of inflation Pohan 1998, faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi Yudhistira 2009, defenisi nilai tukar. .